Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan Tiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.
Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah
sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat.
Peningkatan mutu secara menyeluruh meningkatkan keselamatan pasien dan
memperkecil risiko pada pasien dan staf secara berkesinambungan.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan
upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu
kesehatan, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya,
sehingga mutu pelayanan kesehatan diharapkan lebih baik.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden,
kepemimpinan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko, mencegah rejadinya cidera yang diesebabkan
oleh kesalahan akibat dilaknsanakn suatu tindakan/tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
1
BAB II
LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan adalah tiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Untuk mewujudkan hal tersebut
dibutuhkan peningkatan mutu dan keselamatan pasien digerakkan oleh pimpinan
rumah sakit dengan cara melakukan perencanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien serta memperkecil risiko. Dalam hal upaya peningkatan mutu
dibutuhkan penetapan indikator mutu area klinik, indikator area manajemen, indikator
internasional library dan sasaran keselamatan pasien, penetapan prioritas pada proses
yang utama, kritikal, risiko tinggi dan cederung bermasalah dimulai dari jajaran
direksi sampai seluruh instalasi/unit kerja terkait dan pengumpulan data, validasi,
analisa data dan rancangan proses baru.
Pelayanan di rumah sakit selain memperhatikan mutu harus menjamin
keselamatan pasien dimana keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Asuhan pasien yang diberikan oleh tenaga medis, paramedis dan penunjang
dapat terjadi kejadian yang tidak diharapkan dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi cedera yang dapat dicegah, selanjutnya disebut insiden keselamatan
pasien. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian
Potensial Cedera (KPC).
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse event ) adalah suatu kejadian
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien, analisa dilakukan terhadap hal-hal :
a. Semua reaksi transfusi yang terjadi di RS
b. Semua kejadian kesalahan obat,jika terjadi sesuai definisi yang ditetapkan RS
c. Semua kejadian kesalahan medis (medical error)adalah kejadian yang merugikan
pasien,akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
sebetulnya dapat dicegah. Tujuan pencegahan Medication error :
- Menurunkan insiden keselamatan pasien dalam medication error
- Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
- Meminimalkan potensi terjadinya kerugian
- Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan selayaknya
- Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika terjadi kerugian
- Membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait untuk dapat menelusuri
kesalahan obat.
d. Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau pola kejadian yang tidak diharapkan
dalam keadaan sedasi atau selama dilakukan anestesi
e. Kejadian lain, seperti ledakan infeksi mendadak (infection outbreak)
2
Kejadian Nyaris Cidera ( KNC/Near miss ) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien/upaya proaktif manakala kemungkinan terjadi
dalam rangka mencegah kemungkinan itu betul terjadi dalam hal pemberian obat
meliputi 4 fase Prescribing adalah fase penulisan resep, obat yang diresepkan tidak
tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat, tidak tepat
dosis dan aturan pakai, Fase transcribing adalah fase pada saat pembacaan resep
untuk proses dispensing, Fase dispensing adalah fase pada saat penyiapan hingga saat
penyerahan resep, Fase administrasion adalah proses penggunaan obat.Kejadian
Tidak Cedera ( KTC, no harm incident ) adalah suatu kejadian insiden yang sudah
terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cedera.Kondisi Potensial Cedera
(KPC/reportable circumstance ) adalah suatu kondisi/ situasi yang sangat berpotensi
untukmenimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Kejadian Sentinel ( Sentinel Event ) adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius, meliputi :
a. Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
c. Salah prosedur
Berdasarkan hal tersebut diatas diperlukan pengelolaan KTD, KNC, KTC, KPC
dansentinel.
Rumah sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif melaksanakan
manajemen risiko yang meliputi identifikasi (kejadian/insiden, sebab
kejadian/insiden, dan dampak), analisa, pengelolaan risiko, pengendalian risiko,
monitoring dan evaluasi. Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) adalah
pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko dilaksanakan dengan :
1. Identifikasi dari risiko
2. Menetapkan prioritas risiko
3. Pelaporan risiko
4. Manajemen risiko
5. Penyelidikan KTD
FMEA sebagai alat yang digunakan untuk melakukan analisa dari akibat suatu
kejadian yang berujung pada risiko tinggi dan dilaksanakan setahun sekali.
Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun dengan visi menjadi rumah
sakit yang berkualitas, terpercaya, dan kebanggaan masyarakat.
3
BAB III
TUJUAN
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien dan staf
2. Meningkatkan kemampuan pemberi asuhan pelayanan, manajemen dan
staf
3. Meningkatkan pelaksanaan pengelolaan risiko
4. Meningkatkan kepuasan pelanggan
5. Terlaksananya pengukuran Indikator Mutu Klinik, Indikator Mutu
Manajemen dan Indikator Sasaran Keselamatan Pasien pada pelayanan
prioritas
6. Terlaksananya pengukuran Indikator Mutu Rumah Sakit dari
Kementerian Kesehatan
7. Meningkatkan keselamatan pasien melalui pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien, analisis laporan IKP dan penerapan Sasaran
Keselamatan Pasien
8. Penerapan Budaya Keselamatan di Rumah Sakit
9. Terlaksananya pengukuran kepatuhan pelaksanaan Panduan Praktek
Klinik (PPK) dan Clinical Pathway (CP) sehingga mengurangi variasi
dalam pemberian pelayanan
10. Terlaksananya kegiatan Manajemen Risiko Rumah Sakit
11. Terlaksananya diklat Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
4
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
9. Proses peningkatan mutu dan - Revisi regulasi (kebijakan, pedoman, penduan dan SPO)
keselamatan pasien dan implementasi
10. Program manajemen resiko - Pendekatan proaktif meliputi identifikasi dari resiko,
prioritas resiko, pelaporan resiko, manajemen resiko,
penyelidikan KTD
- Analisa dengan FMEA
- RTL FMEA (rancangan ulang)
- Monitoring dan Evaluasi Rancangan ulang
11. Koordinasi dengan Komite - Melakukan analisa pelaporan kejadian infeksi di rumah
PPI sakit
12. Koordinasi dengan pihak - Melakukan monitor evaluasi kontrak klinis dan kontrak
manajemen / Tata Kelola dan manajemen
Kepemimpinan
13. Koordinasi dengan Sub - Melakukan penilaian kinerja medis, keperawatan, PPA lain
Bagian Kepegawaian, Komite dan staf klinis lainnya dan staf non klinis
Medik, Komite Keperawatan,
dan Komite PPA lain dan Staf
Klinis Lainnya
14. Koordinasi dengan Komite K3 - Melakukan pengelolaan peralatan medis, pengaman
kebakaran dan manajemen risiko
6
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
7
BAB VI
SASARAN
1. kelengkapan asesmen awal medis dalam 24 jam 100 % Instalasi Rawat Inap
setelah pasien masuk rawat inap
8
2. Indikator Area Manajemen
Instalasi/
Sasaran
No Indikator Sasaran Unit/
Keselamatan Pasien
komite
1 Mengidentifikasi Kepatuhan identifikasi 100% Rawat inap
pasien dengan benar pada pasien dengan ibu
hamil dengan resiko
tinggi
9
B. Indikator Wajib Nasional
Selain indikator area prioritas, RSUPP Betun juga mengukur indikator
nasional. Indikator ini wajib dilaksanakan oleh semua rumah sakit.
Instalasi/ unit/
No Indikator Sasaran
Komite
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien 100 % Rawat inap
≤
5
4. Penundaan operasi elektif IBS
%
11
13. Keterlambatan waktu menangani 80 %
kerusakan alat
14. Keterlambatan waktu penanganan 0,00%
kerusakan hardware / jaringan
15. Kepatuhan pemberian ASI eksklusif 0,00 %
bayi baru lahir selama rawat inap
16. Kelengkapan asesman awal medis 100%
pada semua pasien rawat inap
4 Instalasi Bedah 1. Pelaksanaan penandaan lokasi ≤2 hari
Sentral (IBS) operasi dan pengisian lembar site
marking
2. Monitoring dan evaluasi ≤ 0%
pelaksanaan assesmen pra bedah
3. Monitoring dan evaluasi 100 %
pelaksanaan surgical safety cheklist
4. Monitoring dan evaluasi diagnosa 100 %
pre dan post operasi
5. Pelaksanaan asesmen pra anestesi 100 %
12
13
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
14
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei-19 Jun-19
NO KEGIATAN
I I I I I I
I II III I II III I II III I II III I II III I II III
V V V V V V
a Pelatihan PMKP
Rancangan proses klinis
3
dan manajemen
Penyusunan tentang 5 area
a prioritas PPK danClinical
Pathways
Penyusunan kebijakan,
b Panduan, SPO Clinical
Pathways
Penyusunan PPK (Panduan
c Praktik Klinik), Clinical
Pathway
Implementasi Clinical
d
Pathways
Evaluasi dan rencana tindak
e
lanjut Clinical Pathways
Pemilihan indikator dan
4
pengumpulan data
Rapat dengan instalasi/unit
kerja dlm hal pelaksanaan
indikator area klinis, area
a
manajemen , SKP, indikator
nasional, dan profil
indicator
Pengumpulan data oleh
b penanggungjawab data
melalui SIM PMKP
Validasi dan analisa dari
5 indikator penilaian Area
Klinis / Manejemen / SKP
a Validasi data
15
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei-19 Jun-19
NO KEGIATAN
I I I I I I
I II III I II III I II III I II III I II III I II III
V V V V V V
b Analisa data internal
c Analisa data eksternal
RTL (Rencana Tindak
d Sesuai dengan rencana
Lanjut)
Pelaporan kejadian
6
Sentinel, KTD, dan KNC
Melakukan RCA (Root
a Jika terjadi insiden
Couse Analisa)
Melakukan analisa dan Jika terjadi insiden
b
proses perbaikan
Jika terjadi insiden
Melakukan pengumpulan
c data dan informasi proaktif
kemungkinan KNC
Mencapai dan
7 memepertahankan
peningkatan
Revisi regulasi (kebijakan,
pedoman, panduan dan
SPO) dan implementasi
17
Lanjutan…
20
Juli-19 Agust-19 Sept-19 Okt-19 Nov-19 Des-19
NO KEGIATAN
I I I I I I
I II III I II III I II III I II III I II III I II III
V V V V V V
Revisi regulasi (kebijakan,
pedoman, panduan dan
SPO) dan implementasi
22
BAB VIII
PENCATANAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
1. Indikator Mutu
a. Pencatatan indikator mutu oleh unit/Instalasi melalui SISMADAK
dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab data.
b. Pencatatan indikator mutu nasional melalui SISMADAK dilakukan
setiap hari oleh Komite PMKP
c. Komite PMKP membuat rekap indikator mutu setiap bulan.
2. Insiden Keselamatan Pasien
a. Setiap Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dicatat dalam formulir
laporan IKP oleh staf yang pertama kali menemukan insiden.
3. Manajemen Risiko
a. Setiap unit pelayanan melakukan identifikasi risiko setahun sekali
kemudian dikompilasikan oleh Sub Komite Manajemen Risiko.
B. Pelaporan
1. Indikator Mutu
a. Pelaporan indikator mutu oleh unit dilakukan setiap hari melalui SIM
PMKP.
b. Pelaporan indikator mutu beserta analisa oleh Komite PMKP ke
Direktur setiap 3 bulan sekalipada tanggal 12 setiap bulan.
c. Pelaporan indikator mutu beserta analisa oleh Direktur ke Dewan
Pengawas setiap 3 bulan sekalipada tanggal 15 setiap bulan.
d. Pelaporan indikator mutu beserta analisa oleh Direktur ke Bupati
setiap 3 bulan sekalipada tanggal 20 setiap bulan.
2. Insiden Keselamatan Pasien
a. Pelaporan IKP setiap kejadian oleh unit kepada sub komite
keselamatan pasien maksimal 2x24 jam.
b. Pelaporan IKP beserta analisa untuk KPC, KNC, dan KTC oleh
Komite PMKP ke Direktur setiap 3 bulan sekalipada tanggal 10 setiap
bulan.
c. Pelaporan IKP oleh Komite PMKP ke Direktur dan Dewan Pengawas
untuk kejadian sentinel maksimal 1x24 jam.
d. Pelaporan IKP beserta analisa untuk KTD oleh Direktur ke Dewan
Pengawas setiap 6 bulan sekalipada tanggal 15 setiap bulan.
e. Laporan IKP untuk kejadian sentinel ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien.
3. Manajemen Risiko
a. Data risiko dikelola lebih lanjut oleh Komite PMKP
b. Data risiko terkait infeksi diserahkan ke Komite PPI
c. Data risiko non klinis diserahkan kepada Komite K3 RS.
d. Data risiko terkait sarana diserahkan kepada Bidang Sarana dan
Prasarana.
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
1. Indikator Mutu
a. Monitoring indikator mutu dilakukan dilakukan oleh kepala
unit/ruang/instalasi.
b. Supervisi oleh Komite PMKP dilakukan setiap 1 bulan sekali.
c. Supervisi oleh Direktur dilakukan setiap 3 bulan sekali.
3. Manajemen Risiko
a. Kompilasi risk register rumah sakit dan hasil observasi lapangan
Komite PPI, K3 dan Bidang Sarana menyusun risk register terkait dan
menyusun program untuk pengelolaan risiko.
b. Sub Komite Manajemen risiko menentukan prioritas risiko yang ada di
rumah sakit, dan melakukan analisis FMEA. Menyusun desain baru
dan memberikan rekomendasi kepada Direktur.
c. Pelaksanakan desain dipantau dengan pengumpulan indikator mutu
terkait.
B. Evaluasi
1. Indikator mutu
a. Program Mutu dan Keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh PMKP
dievaluasi secara berkala oleh seluruh jajaran manajemen RSUPP
Betun.
b. Evaluasi pedoman, kebijakan dan SPO mutu dan keselamatan pasien
dilakukan secara berkala (paling lama 3 tahun) oleh Komite PMKP
c. Setiap unit kerja melakukan evaluasi dan analisa unit setiap bulan.
d. Komite PMKP melakukan evaluasi kegiatan setiap 1 bulan.
e. Komite PMKP melakukan analisa pemenuhan indikator setiap tiga
bulan dan membuat tindak lanjutnya (laporantriwulan).
f. Komite PMKP melakukan re design terhadap indikator setiap tiga
bulan.
2. Insiden Keselamatan Pasien
a. Komite PMKP bersama manajemen melakukan evaluasi program
keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Komite PMKP.
b. Komite PMKP secara berkala (paling lama 3 tahun) melakukan
evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang
dipergunakan di RSUPP Betun.
c. Komite PMKP melakukan evaluasi kegiatan setiap bulan.
d. Komite PMKP melakukan analisa kegiatan keselamatan pasien setiap
6 bulan dan membuat tindak lanjutnya.
3. Manajemen Risiko
a. Data dievaluasi setiap tiga bulan sekali.
b. Data tahunan direkapitulasi dan dianalisa untuk dilaporkan
kepada direktur.
BAB X
6. Laporan hasil analisa insiden Sesuai hasil Unit kerja untuk Komite nasional
keselamatan pasien grading risiko melakukan keselamatan
investigasi pasien
sederhana secara
online
Unit keselamatan
pasien untuk
(RCA)
C. Evaluasi Program
BAB XI
PENUTUP
Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
tidak bisa diwujudkan hanya dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan
saja, akan tetapi dibutuhkan upaya peningkatan sistem dan pemikiran yang
holistik.
Disetujui Oleh
Dewan Pengawas