PUSKESMAS RARANG
LOMBOK TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pelayanan merupakan faktor yang esensial dalam seluruh operasional sebuah Puskesmas.
Mutu Pelayanan adalah kinerja yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
dapat menimbulkan kepuasan pada pasien atau konsumen. Salah satu indikator mutu yang penting adalah
keselamatan pasien, disamping indikator-indikator lainnya. Mutu suatu Puskesmas tidak bisa dikatakan
baik bila belum terlaksana keselamatan pasien di rumah sakit tersebut. Manajemen resiko merupakan
salah satu alat yang paling penting guna terlaksananya proses manajemen mutu yang efektif.
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan meminimalkan
risiko cidera dan kerugian pada pasien, Petugas Puskesmas, pengunjung dan organisasi secara
menyeluruh. Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang
menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk Mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko akibat adanya
layanan klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Prinsip manajemen risiko klinis adalah meminimalkan risiko terhadap pasien dengan mengenal
kesalahan atau kemungkinan kesalahan selama mendapat asuhan klinis, mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadi kesalahan/risiko, belajar dari pengalaman terhadap setiap adanya kejadian
dan tindak lanjutnya , memastikan bahwa dilakukan tindakan untuk mencegah terjadi kesalahan/risiko
dan membangun sistem untuk mengurangi terjadinya risiko.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk keselamatan
pasien dan petugas. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen risiko yang benar-benar jelas,
kontinyu, serta konsekuen dalam rangka mengurangi nilai kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat
kerja, bahkan dapat dieliminasikan.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas. Ada lima isu penting
yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan
hidup Puskesmas.
Kelima aspek keselamatan Puskesmas tersbut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas,
yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi. Di Puskesmas terdapat ratusan
macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang
semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik,
berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas Rarang perlu melakukan pengelolaan risiko dalam
suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi
dan dicegah sedini mungkin.
B. TUJUAN UMUM
Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan
Puskesmas Rarang.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung dan karyawan Puskesmas
Rarang
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Puskesmas Rarang
3. Mempertahankan kualitas dan mutu pelayanan serta reputasi Rarang
D. MANFAAT
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan dapat diselenggarakan
dengan cara yang baik dan benar.
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan hubungannya dengan dapat dicegahnya
penyelenggaraan pelayanan yang membahayakan pasien, sehingga tidak ada biaya tambahan akibat
tindakan yang merugikan pasien
3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan erat hubungannya
dengan timbulnya rasa aman dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas
Rarang.
4. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.
E. SASARAN
Sasaran dalam penerapan manajemen risiko di Puskesmas di Ruangan Pendaftaran dan Rekam
medis, Ruangan kesehatan anak dan imunisasi, Ruangan kesehatan Ibu dan KB, Ruangan
pemeriksaan umum, Ruangan kesehatan gigi dan mulut, Ruangan farmasi, Ruangan Rawat inap,
Ruangan gawat darurat, Ruangan persalinan dan laboratorium.
F. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah kejadian yang
membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan risiko (patient safety). Ruang
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Rarang meliputi :
1. Resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien
2. Resiko yang berhubungan dengan tenaga medis
3. Resiko yang berhubungan dengan lingkungan sarana layanan klinis
4. Resiko yang berhubungan dengan pengelolaan limbah
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Rarang dilaksanakan di unit pelayanan
yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Ruangan Pendaftaran dan Rekam medis
2. Ruangan kesehatan anak dan imunisasi
3. Ruangan kesehatan Ibu dan KB
4. Ruangan pemeriksaan umum
5. Ruangan kesehatan gigi dan mulut
6. Ruangan farmasi
7. Ruangan Rawat inap
8. Ruangan gawat darurat
9. Ruangan persalinan
10. laboratorium.
11. Klinik Gizi
12. Klinik Sanitasi
BAB II
TIM KERJA MUTU KLINIS
Tim Kerja dalam pelaksanaan Kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis di Puskesmas Rarang
ditetapkan berdasarkan keputusan kepala Puskesmas Rarang sebagai berikut :
1. Ketua Tim Mutu Klinis
2. Sekertaris Mutu Klinis
3. Anggota tim mutu klinis yang terdiri dari
1) Tim Monitoring mutu klinis
2) Tim Informasi dan Pengembangan
Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen risiko klinis di Puskesmas Rarang harus melibatkan setiap
orang yang berada dalam Puskesmas itu untuk meningkatkan pelayanan yang terus menerus dimana mereka
akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan/Pasien.
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1 . Identifikasi risiko
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari manajemen layanan kesehatan
terhadap komponen-komponen berikut:
a. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian.
b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal / eksternal.
c. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya dan insiden
yang terjadi.
d. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak akan efektif
ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Masing-masing unit pelayanan di Puskesmas menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
a. Hasil temuan pada audit internal
b. Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
c. Survey Kepuasan pasien
d. Adanya insiden atau kejadian laporan KTD/KPD/KNC yang pernah terjadi di unit pelayanan
tersebut.
e. Review rekam medik
Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua
risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan, harus diidentifikasi. Adapun proses
identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan
atau tidak teridentifikasi.
2. Analisa Resiko
Dalam tahapan ini, dilakukan pembahasan secara rinci dan pencatatan selengkap mungkin
segala sesuatu tentang semua resiko yang teridentifikasi, meliputi bagaimana hal itu bisa terjadi, akibat
yang ditimbulkan, tingkat keparahan, frequensi kejadian, cara pencegahannya atau rencana tindakan
untuk mengatasi resiko tersebut.
Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisa suatu resiko adalah Analisa Modus Dampak
dan Kegagalan ( Failure Mode Effect Analysis /FMEA).
Keterangan:
3) Rentang nilai F mulai 0-10 : dimana 0= tidak mungkin terjadi 5 = kadang-kadang terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
4) Rentang nilai U mulai 0-10 : dimana 0=tidak gawat 5= Kadang gawat dan 10=sangat gawat
5) Rentang nilai DT mulai 0-10 : dimana 0=mudah dideteksi 5 = kadang terdeteksi dan 10=sangat sulit
dideteksi
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko. Evaluasi
dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan kepada Kepala
Puskesmas. Laporan Identifikasi Risiko dilakukan oleh setiap koordinator layanan klinis dan dilanjutkan ke
tim kendali mutu untuk dilakukan analisa dan di cari tindakan untuk meminimalisir risiko yang terjadi. Tim
mutu klinis melaporkan hasil analis kepada kepala Puskesmas untuk ditindaklanjuti.Bersama pihak
manajemen, tim mutu klinis merencanakan rekomendasi “perbaikan dan pembelajaran “ kepada unit kerja
terkait.
BAB VI
PENUTUP
Demikian pedoman peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien ini dibuat diharapkan dapat
menjadi acuan untuk memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan aman serta dapat dilaksanakan oleh
seluruh staf di Puskesmas Rarang . Pedoman ini akan dievaluasi secara berkala guna meningkatkan kinerja
bagian Pelayanan klinis.