Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN

PENINGKATAN MUTU DAN


KESELAMATAN PASIEN

PUSKESMAS JANAPRIA
LOMBOK TENGAH
2017
[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang berkesinambungan
dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan masyarakat yang
semakin kritis, mutu pelayanan puskesmas tidak haya disorot dari aspek klinis medisnya saja,
melainkan juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek pemberian pelayannya. Peningkatan
mutu adalah program yang disusun secara obyektif dan sistematik untuk memantau dan menilai
mutu serta keajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang yang ada untuk memecahkan
masalah demi meningkatkan mutu layanan.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada beserta
karyawan Puskesmas Janapria berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan
layanan yang peduli terhadap keselamatan pasien, pengunjung serta karyawan yang bekerja di
Puskesmas Janapria. Meskipun tidak pernah dilaporkan secara tertulis namun angka kejadian
kesalahan kesalahan pada saat peberian layanan kepada pasien berupa KNC (Kejadian Nyaris
Cedera), kondisi potensial cedera (KPC), Kejadian yang tidak di inginkan (KTD) tidak dapat kita
pungkiri sering terjadi di layanan Puskesmas Janapria. Oleh karena itu, perlu disusun pedoman
peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
kegiatan program.
Program peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib
direncanakan, dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi serta ditindaklanjuti di seluruh unit kerja
Puskesmas Janapria. Yang berkewajiban terhadap pelaksanaan program ini mulai dari
perencanaan hingga tidak lanjutnya adalah tim mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang
dibentuk melalui Surat keputusan Kepala Puskesmas.

Prioritas peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas Janapria
mencakup seluruh unit pelayanan mulai dari ruangan pendaftaran dan rekam medis, ruangan
pemeriksaan umum, ruangan farmasi, ruangan kesehatan gigi dan mulut, ruangan kesehatan anak
dan imunisasi, ruangan promosi kesehatan, laboratorium, ruangan rawat inap, ruangan gawat
darurat, ruangan kesehatan ibu dan KB dan ruangan persalinan.

B. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui tingkat mutu pelayanan di Puskesmas Janapria melalui aktivitas kendali
mutu dan Keselamatan Pasien sehingga mutu pelayanan yang diberikan semakin meningkat
dengan indikator tercapainya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan di Puskesmas
Janapria

C. TUJUAN KHUSUS
[Type text]

1. Terlaksannya program peningkatan mutu pelayanan klinis yang berorientasi kepada


kepuasan pelanggan/pasien.
2. Terlaksananya program Keselamatan Pasien di Puskesmas Janapria secara sistematis
dan terarah.
3. Terlaksanya Pencatatan insiden atau kejadian-kejadian yang tidak diharapkan maupun
kejadian nyaris cidera.
4. Meningkatkan kompetensi dan mutu prilaku petugas pemberi layanan klinis.
5. Tersedianya panduan yang menjadi kerangka acuan pelaksanaan program peningkatan
mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang profesional dan bermutu di
Puskesmas Janapria

D. SASARAN
Sasaran peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas Janapria
adalah :
1. Petugas pemberi layanan
2. Semua unit layanan yaitu Ruangan Pendaftaran dan Rekam medis, Ruangan kesehatan
anak dan imunisasi, Ruangan kesehatan Ibu dan KB, Ruangan pemeriksaan umum,
Ruangan kesehatan gigi dan mulut, Ruangan farmasi, Klinik Gizi, klinik sanitasi,
Ruangan Rawat inap, Ruangan gawat darurat, Ruangan persalinan dan laboratorium.
[Type text]

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus melibatkan
setiap orang yang berada dalam Puskesmas itu untuk meningkatkan pelayanan yang terus
menerus dimana mereka akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada
pelanggan/Pasien. Kegiatan Peningkatan mutu di Puskesmas Janapria didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut :

1. Semua karyawan/staf Puskesmas Janapria harus dilibatkan dalam penentuan dan


peningkatan proses yang berkelanjutan terhadap indikator mutu yang telah ditetapkan
dan bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing staf
tersebut.
2. Semua karyawan/staf Puskesmas Janapria harus sepakat untuk memuaskan pasien.
3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat-alat statistik, dan
keterlibatan setiap orang yang terkait
4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami
5. Pembentukan team work.
6. Adanya komitmen tentang pengembangan petugas melalui keterlibatan di dalam
pengambilan keputusan
7. Partisipasi dari pada setiap petugas dalam kegiatan merupakan dorongan yang positif
dan harus dilaksanakan
8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investasi/modal dalam
rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan petugas untuk mencapai potensi
mereka
9. Mengutamakan kepuasan dan keselamatan pasien dalam proses peningkatan mutu

Tahap kegiatan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien adalah :


1. Membentuk Tim Work dan pembagian tugas tim
2. Menentukan Indikator Mutu Layanan Klinis
3. Menentukan sasaran-sasaran Keselamatan Pasien
4. Menentukan indikator kepuasan Pasien
5. Menentukan Indikator Prilaku pemberi Layanan klinis.
6. Mengidentifikasi Permasalahan Mutu Klinis dan keselamatan pasien
7. Menetapkan Prioritas Masalah Mutu Klinis dan keselamatan pasien
8. Menetapkan Penyebab Masalah Mutu Klinis dan keselamatan pasien
9. Menetaapkan cara penyelesaian masalah Mutu Klinis (Perencanaan, Pelaksanaan,
Pemantauan, Evaluasi, Perbaikan berkelanjutan).
10. Melakukan Penilaian Tindak Lanjut.
11. Dokumentasi, pencatatan dan pelaporan
[Type text]

BAB III
TIM KERJA TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
(PMKP)

Tim Kerja dalam pelaksanaan Kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis di


Puskesmas Janapria ditetapkan berdasarkan keputusan kepala Puskesmas Janapria sebagai berikut
:
1. Ketua Tim Mutu Klinis
2. Sekertaris Mutu Klinis
3. Anggota

Tugas dan tanggung jawab masing-masing tim sebagai berikut :

1. Ketua Tim Mutu Klinis


a. Memimpin pelaksanaan kegiatan rapat Tim peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien.
b. Merencanakan kegiatan berdasarkan hasil evaluasi sebagai pedoman kegiatan yang
akan dilaksanakan
c. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka
penyelerasan kegiatan yang akan dilaksanakan.
d. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kegiatan bagi
anggotanya.
e. Melaksanakan kegiatan monitoring, evaluasi, tindak lanjut, menyampaikan saran
dan pertimbangan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan kepada kepala
Puskesmas serta menyusun laporan baik lisan maupun tulisan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

2. Sekertaris
a. Melaksanakan notulen pada kegiatan rapat tim.
b. Membantu mengumpulkan data hasil pemantauan, mengolah data dan
mendokumentasikan hasil monitoring tim peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien.
c. Membuat laporan kegiatan tim mutu.
3. Anggota
a. Bersama anggota tim merencanakan kegiatan peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien.
b. Bersama anggota tim melaksanakan pengukuran/monitoring pelaksanaan indikator
mutu, analisa dan rencana tindak lanjut indikator mutu layanan klinis.
c. Bersama semua tim kendali mutu klinis melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
serta membuat rencana perbaikan.
[Type text]

d. Bersama anggota tim mengidentifikasi risiko terhadap keselamatan yang


berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas, Petugas layanan klinis, staf
puskesmas lainnya, peralatan kesehatan dan sarana Puskesmas lainnya.
e. Bersama anggota tim mengidentifikasi, menganalisa,mengevaluasi dan
merencanakan tindak lanjut KTD/KTC/KPC/KNC
f. Bersama anggota tim menganalisis risiko dengan melihat tingkat kegawatan dari
risiko tersebut.
g. Bersama anggota tim Membuat rencana kegiatan perbaikan untuk meminimalisir
risiko yang berdampak mengganggu keselamatan pasien/pengunjung puskesmas,
petugas, peralatan dan sarana puskesmas lainnya.
h. Bersama anggota tim melakukan monitoring dan menindaklanjuti hasil pelaksanaan
kegiatan meminimalisir risiko.
i. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan perbaikan atau meminimalisir risiko serta
menyampaikan saran dan pertimbangan untuk kegiatan kedepan.
[Type text]

BAB IV
INDIKATOR MUTU LAYANAN KLINIS

Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan
menggunakan instrument. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan–persyaratan
berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk. Mutu layanan adalah derajat
kesempurnaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan kesehatan yang menggunakan sumber daya yang tersedia, wajar,
efisien dan efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum,
sosial dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat.
Puskesmas Janapria mengambil indikator peningkatan mutu layanan klinis di semua unit
pelayanan dengan mengukur beberapa indikator sesuai dengan kebutuhan. Indikator yang
dicantumkan di bawah ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.

1. Ruangan pemeriksaan umum


Indikator yang dinilai :
a. Pemberi layanan adalah dokter, target ≥ 90 %
Diharapkan setiap hari yang memberi layanan di ruangan pemeriksaan umum adalah
dokter untuk menjamin mutu pelayanan. Cara menghitung indikator ini adalah dengan
menghitung jumlah hari pelayanan poli yang dilayani dokter dalam satu bulan dibagi
jumlah jumlah seluruh hari poli buka dalam satu bulan dikali 100 %.

Jumlah hari layanan di poli yang dilayani dokter


X 100%
Jumlah keseluruhan hari layanan dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kehadiran
dokter di ruangan pemeriksaan umum selama satu bulan.

b. Kesalahan identifikasi pasien, target 0 %


Diharapkan setiap hari dalam memberikan pelayanan pasien tidak terjadi kesalahan
dalam identifikasi pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan seperi salah
diagnosis yang berujung dengan salah pemberian terapi. Cara menghitung indikator
ini adalah dengan menghitung jumlah pasien yang salah identifikasi dibagi jumlah
pasien dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang salah diidentifikasi


X 100%
Jumlah pasien RPU dalam satu bulan
[Type text]

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan pemeriksaan umum setiap bulan.

c. Kepuasan Pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
poli umum yang memasukkan koin kepuasan pasien x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien berkunjung di RPU
yang memasukkan koin kepuasan

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.

2. Ruangan kesehatan anak dan imunisasi


Indikator yang dinilai :
a. Pelayanan pasien < 20 menit, target ≥ 80 %
Diharapkan setiap hari pelayanan di ruangan kesehatan anak dan imunisasi memberikan
pelayanan pasien selama < 20 menit. Hal ini dihitung sejak petugas memanggil nama
pasien sampai pasien selesai di terapi, dan selanjutnya mengambil obat di ruangan
farmasi. Cara menghitung indikator ini adalah dengan menghitung jumlah pasien yang
dilayani < 20 menit dibagi jumlah seluruh pasien dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil dari jumlah pasien yang dilayani < 20 menit minggu I dan III setiap hari selasa
dan kamis sebanyak 7 orang.

Jumlah pasien yang dilayani < 20 menit


X 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku monitoring
indikator mutu klinis setiap minggu I dan III setiap hari selasa dan kamis setiap bulan
sebanyak 7 orang.

b. Kesalahan identifikasi pasien, target 0 %


Diharapkan setiap hari dalam memberikan pelayanan pasien tidak terjadi kesalahan dalam
identifikasi pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan seperi salah diagnose
yang berujung dengan salah pemberian terapi. Cara menghitung indikator ini adalah
dengan menghitung jumlah pasien yang salah identifikasi dibagi jumlah pasien dalam satu
bulan dikali 100%
Jumlah pasien yang salah diidentifikasi
X 100%
Jumlah pasien R.anak dalam satu bulan
[Type text]

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan kesehatan anak setiap akhir bulan

c. Kepuasan Pelanggan, target ≥ 80 %


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
Ruangan kesehatan anak dan imunisasi yang memasukkan koin kepuasan pasien x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien berkunjung di R.anak
yang memasukkan koin kepuasan

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.

3. Ruangan Gawat Darurat


Indikator yang dinilai :
a. Respon Time, target ≥ 90%
Ruangan gawat darurat adalah salah satu pintu terdepan dari penerimaan pasien yang
membutuhkan pertolongan segera sehingga diperlukan suatu tindakan tanggap darurat
yang terukur. Respon time atau waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan suatu
layanan di unit gawat darurat yaitu dari saat pasien tiba di depan pintu sampai mendapat
respon dari petugas hingga proses penanganan gawat darurat. Standar dari respon time
atau waktu tanggap ini adalah maksimal 5 menit. Respon time di UGD Puskesmas
Janapria diukur dengan cara menghitung pasien yang ditangani ≤ 5 menit dibagi jumlah
pasien UGD dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien UGD dg respon time ≤ 5 menit


x 100%
Jumlah pasien di UGD dalam satu bulan

Pelaksanaan monitoring respon time di Puskesmas Janapria selama 24 jam pelayanan


setiap hari dengan melihat ceklist atau buku monitoring indikator mutu klinis (respon
time).

b. Kepuasan Pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
UGD yang memasukkan koin kepuasan pasien x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien berkunjung di UGD
yang memasukkan koin kepuasan
[Type text]

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
c. Tidak terjadinya pasien jatuh dari tempat tidur target 100%
Diukur dengan cara menghitung pasien yang yang jatuh dari tempat tidur dibagi jumlah
pasien UGD dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang tidak jatuh dr tempat tidur


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist pasien jatuh di ruangan
gawat darurat setiap akhir bulan.

4. Ruangan Rawat Inap


Indikator yang dinilai :
a. Kejadian phlebitis, target < 5%
Phlebitis adalah peradangan pada pembuluh darah balik/ vena. Phlebitis dapat timbul
secara spontan maupun akibat dari prosedur atau tindakan medis. Untuk menghindari
kejadian phlebitis akibat tindakan medis yang dilakukan maka dapat diukur dengan
menghitung jumlah pasien rawat inap yang mengalami phlebitis dibagi dengan jumlah
pasien rawat inap yang dirawat dalam satu bulan dikali 100%.

Jumlah pasien RI yang mengalami phlebitis


x 100%
Jumlah pasien dalam yang dirawat satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist monitoring indikator
mutu klinis kejadian plebitis pasien di Rawat Inap selama satu bulan.

b. Kesalahan pemberian obat pasien, target 0 %


Diharapkan dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian obat pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan. Cara
menghitung indikator ini adalah dengan menghitung jumlah pasien yang salah
diberikan obat dibagi jumlah pasien dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang salah diberi obat


x 100%
Jumlah pasien dalam yang dirawat satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan pemberian
obat pasien di Rawat Inap setiap akhir bulan.
[Type text]

c. Kepuasan pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
rawat inap yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yang berkunjung


x 100%
Jumlah pasien yang memasukkan koin

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku


kepuasan pelanggan selama satu bulan.

5. Ruangan kesehatan ibu dan KB


Indikator yang dinilai :
a. Kepuasan pelanggan, target ≥ 80%
Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di di
ruangan kesehatan ibu dan KB yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yang berkunjung


x 100%
Jumlah pasien yang memasukkan koin

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.

b. Kecepatan pelayanan ANC < 30 menit, target ≥ 80%


Diharapkan setiap hari pelayanan di ruangan kesehatan ibu dan KB memberikan
pelayanan ANC selama < 30 menit. Hal ini dihitung sejak petugas memanggil nama
pasien sampai pasien selesai di terapi, dan selanjutnya mengambil obat di ruangan
farmasi. Cara menghitung indikator ini adalah dengan menghitung jumlah pasien yang
dilayani < 30 menit dibagi jumlah seluruh pasien dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil dari jumlah pasien yang dilayani < 30 menit minggu I dan III setiap hari senin
dan kamis sebanyak 5 pasien.

Jumlah pasien yang dilayani < 30 menit


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku monitoring indikator mutu
klinis setiap minggu I dan III setiap hari senin dan kamis setiap bulan sebanyak 5 pasien.

c. Infeksi pasca pemasangan IUD/implant, target 0%


[Type text]

Kejadian infeksi pasca pemasangan IUD/implant di ruangan kesehatan ibu dan KB


diharapkan kejadiannya 0%. Cara menghitung indikator ini adalah dengan menghitung
jumlah pasien yang infeksi setelah pemasangan IUD/implant dibagi jumlah pasien
akseptor IUD/implant di Puskesmas dalam satu bulan dikali 100%.

Jumlah pasien yang mengalami infeksi


x 100%
Jumlah akseptor IUD/Implant dlm 1 bulan

Indikator yang dinilai adalah setiap kejadian infeksi yang terjadi ≤ 7 hari sejak
pemasangan IUD/Implant
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist infeksi pasca pemasangan
IUD/implant setiap akhir bulan

6. Ruangan kesehatan Gigi dan mulut


Indikator yang dinilai :
a. Pemberi layanan adalah dokter gigi, target ≥ 80%
Diharapkan setiap hari yang memberi layanan di ruangan kesehatan gigi dan mulut adalah
dokter gigi untuk menjamin mutu pelayanan. Cara menghitung indikator ini adalah
dengan menghitung jumlah hari pelayanan poli yang dilayani dokter gigi dalam satu bulan
dibagi jumlah jumlah seluruh hari poli gigi buka dalam satu bulan dikali 100 %.

Jumlah hari layanan yg dilayani dokter gigi


x 100%
Jumlah seluruh hari layanan dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku kehadiran dokter di
ruangan kesehatan gigi dan mulut setiap akhir bulan.

b. Kesalahan identifikasi pasien, target 0 %


Diharapkan setiap hari dalam memberikan pelayanan pasien tidak terjadi kesalahan dalam
identifikasi pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan seperi salah diagnose
yang berujung dengan salah pemberian terapi. Cara menghitung indikator ini adalah
dengan menghitung jumlah pasien yang salah identifikasi dibagi jumlah pasien dalam satu
bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang salah diidentifikasi


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan kesehatan gigi dan mulut setiap akhir bulan.
[Type text]

c. Kepuasan Pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
ruangan kesehatan gigi dan mulut yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan
Yang memasukkan koin kepuasan

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.

7. Ruangan Farmasi
Indikator yang dinilai :
a. Waktu tunggu penyiapan obat jadi : < 20 menit untuk racikan, < 10 menit untuk obat
jadi target ≥ 80%
Penyiapan sediaan farmasi seperti obat membutuhkan prosedur yang standar dan tidak
bisa sekenanya hanya agar lebih cepat, oleh karena itu dibutuhkan waktu untuk penyiapan
mulai dari penerimaan resep hingga pelabelan sebelum penyerahan obat ke pasien.
Penyiapan obat ini juga berkaitan dengan tenaga/ sumber daya yang tersedia di
puskesmas.
Indikator pelayanan diukur dengan cara menghitung jumlah pasien yag diresepkan obat
racikan dibagi dengan jumlah pasien yang mendapat obat yang disurvei dikali 100%.
Begitu juga dengan yang mendapatkan obat non racikan, cara mengukur indicator adalah
dengan menghitung jumlah pasien yang diresepkan obat non racikan dibagi jumlah
sampel pasien yang mendapat obat dikali 100%

Jumlah pasien penerima obat racikan < 20 menit


x 100%
Jumlah seluruh pasien yang mendapat obat racikan

Jumlah pasien penerima obat jadi < 10 menit


x 100%
Jumlah sampel pasien yang mendapat obat jadi

Pelaksanaan monitoring dengan melihat buku waktu tunggu penyiapan obat racikan dan
obat jadi, yang dilakukan pada minggu I dan III setiap hari senin dan kamis setiap bulan
dengan jumlah sampel 30 resep untuk obat jadi, dan 15 resep untuk obat racikan.
[Type text]

b. Kepuasan pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
ruangan farmasi yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan
Yang memasukkan koin kepuasan

Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan di ruangan farmasi.

c. Kesalahan pemberian obat, target 0%


Diharapkan dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian obat pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan. Cara
menghitung indikator ini adalah dengan menghitung jumlah pasien yang salah diberikan
obat dibagi jumlah pasien dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang salah diberi obat


x 100%
Jumlah seluruh pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan pemberian obat
pasien di ruangan persalinan setiap akhir bulan.

8. Ruangan pendaftaran dan Rekam medis


Indikator yang dinilai yaitu
a. Waktu tunggu penyiapan dokumen Rekam Medis ≤ 5 menit, target ≥ 90%
Proses penyiapan dokumen rekam medis meliputi pencarian dan pelengkapan dokumen
bagi pasien baru. Jika sistem di loket berjalan dengan baik maka akan didapatkan waktu
tunggu yang lebih sedikit dari pasien yang tentu saja akan meningkatkan kualitas
pelayanan karena mempercepat tindakan atau pemeriksaan ke pasien.
Indikator diukur dengan cara menghitung jumlah pasien yang memiliki waktu tunggu < 5
menit di loket dibagi dengan jumlah sampel pasien yang dilayani dikali 100%.

Jumlah pasien yang memiliki waktu tunggu < 5 menit


x 100%
Jumlah seluruh pasien dalam satu bulan
[Type text]

Pelaksanaan monitoring terhadap waktu tunggu kesiapan dokumen dilakukan pada


minggu I dan III setiap hari senin dan kamis, dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
Target ≥ 90%

b. Kepuasan pelanggan, target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
ruangan pendaftaran dan rekam medis yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan
Yang memasukkan koin kepuasan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.

c. Kesalahan identifikasi, target 0%


Diharapkan setiap hari dalam memberikan pelayanan pasien tidak terjadi kesalahan dalam
identifikasi pasien, sehingga terjadi kejadian yang tidak diharapkan seperi salah diagnose
yang berujung dengan salah pemberian terapi. Cara menghitung indikator ini adalah
dengan menghitung jumlah pasien yang salah identifikasi dibagi jumlah pasien dalam satu
bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang salah diidentifikasi


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di Loket setiap akhir bulan.

9. KliniK gizi
Indikator yang dinilai :
a. Kepatuhan menulis hasil konseling pada RM target 100%
Dengan terdokumentasinya hasil konseling di Rekam Medis akan memudahkan
petugas/dokter untuk memantau sejauh mana kepatuhan pasien terhadap hasil
konseling, tidak dilakukannya pengulangan konseling kepada pasien, sehingga tercipta
pelayanan yang efektif dan efisien. Indikator mutu ini diukur dengan menghitung
jumlah pasien konseling yang rekam medisnya tertulis hasil konseling dibagi dengan
jumlah pasien konseling dalam 1 bulan dikali 100%.

Jumlah pasien yang ditulis hasil konselingnya pada RM


x 100%
Jumlah pasien yang dikonseling dalam 1 bulan
[Type text]

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kepatuhan petugas
menulis hasil konseling di rekam medis pasien, setiap minggu ke I dan III setiap hari
senin dan kamis sebanyak 7 pasien.

b. Waktu pendistribusian makanan pasien rawat inap < 15 menit, target > 80%
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah pasien yang pendistribusian makanan
< 15 menit, dibagi jumlah seluruh pasien yang didistribusikan makanan dikali 100.

Jumlah pasien yang distribusinya < 15 menit


x 100%
Jumlah seluruh pasien yg didistribusikan makanan

Monitoring dilakukan dengan melihat buku monitoring waktu pendistribusian makanan


pasien, dilakukan setiap minggu I dan III, setiap hari senin dan kamis setiap bulan.

10. Klinik Sanitasi


Indikator yang dinilai :
a. Kepatuhan menulis hasil konseling pada RM target 100%
Dengan terdokumentasinya hasil konseling di Rekam Medis akan memudahkan
petugas/dokter untuk memantau sejauh mana kepatuhan pasien terhadap hasil
konseling, tidak dilakukannya pengulangan konseling kepada pasien, sehingga tercipta
pelayanan yang efektif dan efisien. Indikator mutu ini diukur dengan menghitung
jumlah pasien konseling yang rekam medisnya tertulis hasil konseling dibagi dengan
jumlah pasien konseling dalam 1 bulan dikali 100%.

Jumlah pasien yang ditulis hasil konselingnya pada RM


x 100%
Jumlah pasien yang dikonseling dalam 1 bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kepatuhan petugas
menulis hasil konseling di rekam medis pasien, setiap minggu ke I dan III setiap hari
senin dan kamis sebanyak 7 orang.

b. Kunjungan ulang pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan kasus yang sama, target
≤ 5%
Indikator ini diukur dengan cara jumlah kunjungan ulang pasien yang dirujuk ke klinik
sanitasi dengan kasus yang sama dibagi jumlah pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi
dikali 100%.

Jumlah kunjungan ulang pasien dengan kasus yg sama


x 100%
Jumlah pasien yang dikonseling dalam 1 bulan
[Type text]

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku register pasien konseling
setiap akhir bulan.

11. Laboratorium
Indikator yang dinilai yaitu
a. Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium < 60 menit, target ≥ 80 %
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang penting untuk menunjang
diagnosis atau mengontrol keberadaan suatu jenis penyakit. Untuk menjawab
tantangan akan pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan akurat maka pelayanan
laboratorium perlu untuk meningkatkan mutu layanan. Salah satu indikator yang bisa
dinilai untuk peningkatan mutu layanan di laboratorium adalah waktu tunggu.
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung jenis pemeriksaan yang
diinginkan indikator dari pemeriksaan di laboratorium diukur dengan cara menghitung
jumlah pasien yang mendapat hasil pemeriksaan < 60 menit dibagi jumlah pasien
yang disurvei di laboratorium dikali 100%.

Jumlah pasien yg diberikan hasil < 60 menit


x 100%
Jumlah sampel pasien yang disurvei

Pelaksanaan monitoring terhadap waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium


dilakukan pada minggu I dan III setiap hari senin dan kamis, dengan jumlah sampel
sebanyak 25 orang.
b. Ketepatan identifikasi dalam pengambilan sampel, target 100%
Ketepatan dalam identifikasi pasien sebelum pengambilan sampel sangat mutlak
diperlukan dalam pelayanan klinis di laboratorium, karena dengan kesalahan
pengambilan sampel akan berdampak buruk bagi pasien. Hal ini dapat menyebabkan
pasien diberikan terapi yang salah oleh dokter/petuga lainnya atau keterlambatan
dalam penanganan pasien jika keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, petugas
laboratorium tidak boleh salah dalam mengidentifikasi sebelum pengambilan sampel.
Indikator ini diukur dengan menghitung jumlah pasien yang tepat identifikasi dibagi
dengan jumlah pasien laboratorium dalam 1 bulan dikali 100%.

Jumlah pasien yang tepat disampling


x 100%
Jumlah pasien laborat dlm satu bulan

Monitoring indikator ini dilakukan dengan melihat ceklist monitoring “ketepatan


identifikasi dalam pengambilan sampel” di Laboratorium setiap akhir bulan.

c. Kepuasan pelanggan target ≥ 80%


[Type text]

Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
laboratorium yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan
Yang memasukkan koin kepuasan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.

12. Ruangan persalinan


Indikator yang dipakai :
a. Jumlah kematian ibu saat/setelah persalinan, target 0%
Cakupan kematian ibu saat persalinan merupakan indikator kualitas pelayanan setiap
fasilitas kesehatan. Hal ini pun termaktub dalam tujuan pembangunan Millenium
(MDG”s) yaitu salah satunya dalam hal menurunkan angka kematian ibu dan
bayi/balita. Oleh karena itu pentingnya pemeriksaan antenatal care dan asuhan
persalinan yang komprehensif dilakukan oleh bidan/dokter terkait untuk
meminimalkan angka kematian ibu saat persalinan.
Indikator mutu ini diukur dengan menghitung jumlah ibu meninggal saat/setelah
persalinan dibagi jumlah persalinan di Puskesmas selama satu bulan dikali 100%.

Jumlah kematian ibu bersalin


x 100%
Jumlah pasien bersalin dlm satu bulan

Monitoring dilakukan dengan melihat buku monitoring jumlah kematian ibu bersalin
setiap akhir bulan.

b. Kepuasan pelanggan target ≥ 80%


Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
ruangan persalinan yang memasukkan koin kepuasan x 100%

Jumlah pasien puas yg berkunjung


x 100%
Jumlah pasien dalam satu bulan
Yang memasukkan koin kepuasan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.

c. Tidak terjadinya pasien jatuh dari tempat tidur, target 100%


[Type text]

Diukur dengan cara menghitung pasien yang yang jatuh dari tempat tidur dibagi
jumlah pasien UGD dalam satu bulan dikali 100%

Jumlah pasien yang tidak jatuh dr tempat tidur


x 100%
Jumlah pasien dlm satu bulan

Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist pasien jatuh di ruangan
gawat darurat setiap akhir bulan.
[Type text]

BAB V
INDIKATOR PERILAKU PEMBERI LAYANAN KLINIS

Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada, tetapi juga
perilaku dalam pemberian pelayanan. Tenaga klinis perlu melakukan evaluasi terhadap perilaku
dalam pemberian pelayanan dalam melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan
maupun perilaku pemberi layanan yang mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.

1. Mengenakan pakaian dinas (jam kerja) atau seragam (jaga/ piket) dan jas lab pada
saat melayani pasien. Target 90%. Tujuan penilaian indikator ini adalah untuk
meningkatkan kepercayaan pasien terhadap pemberi layanan. Indikator ini diukur
dengan cara menghitung jumlah petugas yang mengenakan pakaian dinas dibagi
dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel diambil pada
minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.

Jumlah petugas yg memakai seragam dinas


X 100%
Jumlah petugas dalam 1 bulan

2. Mengenakan name tag/ papan nama/ identitas yang dapat dilihat oleh pasien saat
memberikan layanan. Target 80%. Hal ini dinilai bertujuan agar pasien paham dan
mengerti dengan siapa mereka dilayani, juga dapat digunakan sebagai telusur jika ada
laporan/ komplain mengenai staf atau pegawai dari pasien.
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah petugas yang mengenakan name
tag dibagi dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil pada minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.

Jumlah petugas yg memakai name tag


x 100%
Jumlah petugas dalam 1 bulan

3. Datang piket tepat waktu sesuai jadwal dan kesepakatan. Target 80%. Untuk piket
jaga pagi petugas harus datang jam 08.00 WITA, piket siang harus datang jam 14.00
dan jaga malam harus datang jam 20.00 wita.
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah petugas yang datang piket tepat
waktu dibagi dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil pada minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.

Jumlah petugas yang datang tepat waktu


x 100%
Jumlah petugas dalam 1 bulan
[Type text]

Pelaksanaan monitoring penilaian perilaku pemberi layanan klinis dilakukan setiap hari
senin dan kamis tiap minggu I dan III dengan melihat ceklist atau buku monitoring indikator
pemberi layanan klinis pada petugas yang melakukan piket pagi, siang dan malam dirawat inap,
UGD dan KIA.
[Type text]

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Program keselamatan pasien adalah
untuk menjamin keselamatan pasien di puskesmas melalui pencegahan terjadinya kesalahan
dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien jatuh, pasien
dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa dicegah, kegagalan
profilaksis.
Patient Safety (keselamatan pasien) puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Di Puskesmas terdapat banyak macam obat, tindakan medis, bahan-bahan berbahaya,
alat kesehatan dan sarana lainnya yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan risiko
insiden terhadap pasien. Tenaga klinis wajib berperan aktif mulai dari identifikasi permasalahan
mutu layanan klinis, melakukan analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan
menindaklanjuti usaha perbaikan terhadap mutu layanan klinis untuk menjamin keselamatan
pasien.

A. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran-
sasaran keselamatan pasien. Puskesmas Janapria menetapkan sasaran keselamatan pasien yang
mengacu kepada nine–life saving Patient safety solutions dari WHO Patient safety (2007) yaitu :

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi pada hampir semua
aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Untuk menghindari hal tersebut maka pada setiap
unit layanan di Puskesmas Janapria melaksanakan identifikasi pasien yang tepat. Identifikasi
pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, alamat pasien. Bila terdapat
kesamaan nama dan alamat pada saat yang sama, identifikasi ditambah dengan melihat nama
kepala keluarga yang tercantum pada rekam medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien
dilakukan pada saat pendaftaran pasien di loket, dan pemberian status pasien, pemberian obat,
pengambilan spesimen dan pemberian hasil laboratorium, serta pemberian tindakan.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang teridentifikasi
tepat yang di survey pada suatu unit pelayanan dibagi jumlah sampel yang dilayani pada unit
tersebut dikali 100%.
[Type text]

Ketepatan identifikasi pasien yang dilayani


X 100%
Jumlah sampel

Target: 100%

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh pasien
akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. komunikasi
dapat berupa lisan, tertulis atau elektronik. Komunikasi yang sering terjadi kesalahan sering
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Kesalahan yang sering
terjadi di puskesmas adalah instruksi dokter yang kurang/tidak jelas dibaca oleh perawat
hingga tidak dilaksanakan, atau dilaksanakan tapi tidak lengkap.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung instruksi dokter yang
dilaksanakan jelas/tepat oleh perawat pada kasus rawat inap dibagi dengan jumlah sampel
pasien rawat inap yang diberikan instruksi dikali 100%.

Instruksi dokter yang dilaksanakan secara tepat


X 100%
Jumlah sampel

Target: 100%

3. Tidak Terjadinya Kesalahan Pemberian Obat pada Pasien


Ketetapan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar perosedur pengobatan dan
tindakan dilaksanakan sesuai SOP. Bila obat-obat menjadi bagian dari rencana pengobatan
pasien, puskesmas harus berperan secara aktif untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan, atau
obat-obat yang kelihatan mirip baik rupa maupun penyebutannya. (LASA/Look alike sound
alike).
Indikator pengukurannya dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang diberi
obat dikurangi dengan kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah sampel dikali
100%.

Jumlah pasien yang diberi obat - kejadian kesalahan pemberian obat


X100%
Jumlah sampel

Target : 100%

4. Tidak Terjadi Kesalahan ProsedurTindakan Medis dan Keperawatan ( bekerja sesuai


SOP )
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan Identifikasi pasien yang akan
[Type text]

mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung tindakan medis/keperawatan
yang dilakukan dikurangi dengan kejadian kesalahan prosedur dibagi jumlah sampel dikali
100%

Jumlah tindakan medis/keperawatan yang dilakukan - kejadian kesalahan prosedur


X100%
Jumlah sampel

Target: 100%

5. PenguranganTerjadinya Risiko Infeksi terkait pelayanan di Puskesmas


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan. Pusat dari eliminasi infeksi ini merupakan infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygine) yang tepat.
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Janapria wajib menjaga
kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun dan air
mengalir atau bila tidak memungkinkan dengan menggunakan cairan antiseptic, pada 5
keadaan :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontakdengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptic
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Langkah lain yang diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi di Puskesmas Janapria adalah
dengan cara Menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat melakukan tindakan medis
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan medis yang bertujuan mencegah terjadinya infeksi
silang antara pasien dan petugas . Adapun Alat pelindung diri yang digunakan terdiri dari
masker, hand schoon, apron, jas lab dan sepatu tertutup pada bagian depannya.
Pengukuran terjadinya resiko infeksi di puskesmas dilakukan dengan cara menghitung
jumlah petugas yang melakukan cuci tangan pakai sabun 7 langkah pada 5 keadaan tersebut
dibagi jumlah sampel dikali 100%.

Jumlah petugas yang melakukan CTPS pada 5 keadaan


X100%

Jumlah sampel

Target : 100 %
[Type text]

6. Pengurangan resiko Pasien jatuh


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Puskesmas harus mengidentifikasi tempat-tempat ataupun fasilitas yang dapat memberikan
risiko jatuh pada pasien dan membuat rencana perbaikan atau meminimalisir dampak dari
risiko yang ditimbulkan.
Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Janapria di lakukan pengkajian terhadap
kemungkinan risiko jatuh dengan cara :
a. Memberi tanda pasien yang memiliki risiko jatuh.
b. Menempatkan pasien yang memiliki risiko sering jatuh dekat dengan kamar mandi
c. Kamar mandi pasien dilengkapi dengan pegangan tangan.
d. Memberikan informasi atau himbauan kepada keluarga pasien yang berisiko jatuh agar
selalu ditemani keluarganya terutama saat sedang berjalan.
e. Mengusahakan agar lantai tidak licin yang dapat memicu penyebab pasien jatuh.
Pengukuran indikator terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara
menghitung jumlah pasien yang dirawat pada kurun waktu tertentu dikurangi jumlah
kejadian pasien jatuh dibagi jumlah pasien yang dirawat pada kurun waktu tertentu dikali
100%

Jumlah pasien yang dirawat – kejadian pasien jatuh


X100%
Jumlah seluruh pasien yang dirawat %

Target : 100%

B. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak seharusnya terjadi. Insiden
keselamatan pasien terdiri dari:

1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)


Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah Suatu insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC)
Kejadian tidak cidera adalah suatu kejadian akibat Penanganan klinis yang tidak sesuai
tetapi kadang tidak menimbulkan cidera
3. Kejadian nyaris cidera (KNC)
Kejadian Nyaris Cidera adalah Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien
[Type text]

menerima suatu obat kontraindikasi tetap tidak timbul reaksi obat), karena “pencegahan”
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau “peringanan” (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya.
4. Kondisi berpotensi Menyebabkan Cedera (KPC)
Kondisi berpotensi Cidera adalah suatu keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan klinis,
misalnya tempat tidur yang tidak dilengkapi pengaman, lantai yang licin, yang dapat
berpotensi menyebabkan pasien cidera dan jatuh.
5. Sentinel Event
Segala kejadian tidak diharapkan (KTD) yang berakibat pada kematian atau kehilangan
fungsi secara permanen baik sebagian maupun seluruh, yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit dari pasien, dan juga terjadinya kesalahan pembedahan (salah sisi,
salah prosedur atau salah pasien). Setiap sentinel event akan dilakukan analisa akar
masalah (Root Cause Analysis)
6. Kesalahan Pengobatan (Medication Error)
Medication error adalah setiap kejadian terkait pengobatan yang dapat dicegah, yang
membahayakan atau berpotensi membahayakan pasien dan terjadi ketika pasien dalam
proses pengobatan oleh petugas kesehatan.
Yang termasuk Medication error antara lain: Salah pasien, Salah obat, Salah dosis, Salah
waktu pemberian , Salah rute/cara pemberian

C. LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


1. Petugas Puskesmas yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan pasien
wajib segera melapor ke dokter untuk diberikan penanganan pertama.
2. Setelah ditindak lanjuti, petugas tersebut segera buat laporan insidennya dengan
mencatat pada buku register KTD/KNC/KPC dan melaporan insiden tersebut kepada
koordinator unit pelayanan sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan (paling lambat
1 x 24 jam setelah kejadian).
3. Atasan langsung (koordinator/ supervisor) yang menerima laporan melakukan
penilaian katagori resiko., apakah termasuk KNC/KTD/KPC.
4. Koordinator masing-masing layanan klinis melaporkan ke Tim monitoring mutu klinis
untuk kemudian dilakukan analisi sederhana.
5. Tim mutu klinis melaporkan hasil analis kepada kepala Puskesmas untuk
ditindaklanjuti.
6. Bersama pihak manajemen, tim mutu klinis merencanakan rekomendasi “perbaikan
dan pembelajaran “ kepada unit kerja terkait.
[Type text]

BAB VII
ANALISA DAN TINDAK LANJUT

A. ANALISA
Data yang diperoleh dari hasil monitoring indikator mutu, serta dari catatan buku register
KNC/KPC/KTD dikumpulkan oleh tim monitoring mutu klinis Puskesmas Dasan lekong.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk statistik sederhana dan trends serta dianalisa
sesuai dengan penyebab dan alternatif perbaikannya. Setiap penyimpangan dari standar yang
ditetapkan dilaporkan ke kepala puskesmas. Laporan tersebut dapat dibuat secara terpisah
maupun secara keseluruhan.
Tim mutu juga memimpin suatu pertemuan dengan pihak manajemen Puskesmas maupun
unit layanan terkait dengan indikator mutu atau hasil survey, observasi, review dan audit di
mana ditemukan penyimpangan atau insiden pada keselamatan pasien yang ditetapkan
sebelumnya, guna menyusun suatu Rencana Perbaikan (Strategic Improvement Plan).

B. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut perbaikan dapat berupa :
1. Disusunnya suatu kebijakan dan/atau prosedur baru, lengkap beserta sosialisasi yang
cukup mengenai kebijakan dan/atau prosedur baru tersebut
2. Direvisinya suatu kebijakan dan/atau prosedur lengkap beserta sosialisasi yang cukup
mengenai revisi dari kebijakan dan/atau prosedur tersebut
3. Disusunnya suatu program kerja baik itu pelatihan peningkatan kompetensi petugas,
Peningkatan komunikasi efektif dengan pasien, pemenuhan sarana dan prasarana yang
dapat menimbulkan risiko pada keselamatan pasien.
4. Dilakukan monitoring secara terus menerus dengan interval waktu yang ditetapkan
sebelumnya.
[Type text]

BAB VIII
PENUTUP

Demikian pedoman peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien ini dibuat
diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan aman
serta dapat dilaksanakan oleh seluruh staf di Puskesmas Janapria . Pedoman ini akan dievaluasi
secara berkala guna meningkatkan kinerja bagian Pelayanan klinis.

Janapria , 30 Agustus 2017


Mengetahui;
Kepala Puskesmas Janapria Ketua Tim PMKP

H. Jemurudin, S.Kep, Ners dr. I Putu Sutrajana


NIP.196902212000121002 NIP. 19780116 201001 1 014

Anda mungkin juga menyukai