PUSKESMAS JANAPRIA
LOMBOK TENGAH
2017
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang berkesinambungan
dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan masyarakat yang
semakin kritis, mutu pelayanan puskesmas tidak haya disorot dari aspek klinis medisnya saja,
melainkan juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek pemberian pelayannya. Peningkatan
mutu adalah program yang disusun secara obyektif dan sistematik untuk memantau dan menilai
mutu serta keajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang yang ada untuk memecahkan
masalah demi meningkatkan mutu layanan.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada beserta
karyawan Puskesmas Janapria berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan
layanan yang peduli terhadap keselamatan pasien, pengunjung serta karyawan yang bekerja di
Puskesmas Janapria. Meskipun tidak pernah dilaporkan secara tertulis namun angka kejadian
kesalahan kesalahan pada saat peberian layanan kepada pasien berupa KNC (Kejadian Nyaris
Cedera), kondisi potensial cedera (KPC), Kejadian yang tidak di inginkan (KTD) tidak dapat kita
pungkiri sering terjadi di layanan Puskesmas Janapria. Oleh karena itu, perlu disusun pedoman
peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
kegiatan program.
Program peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib
direncanakan, dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi serta ditindaklanjuti di seluruh unit kerja
Puskesmas Janapria. Yang berkewajiban terhadap pelaksanaan program ini mulai dari
perencanaan hingga tidak lanjutnya adalah tim mutu layanan klinis dan keselamatan pasien yang
dibentuk melalui Surat keputusan Kepala Puskesmas.
Prioritas peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas Janapria
mencakup seluruh unit pelayanan mulai dari ruangan pendaftaran dan rekam medis, ruangan
pemeriksaan umum, ruangan farmasi, ruangan kesehatan gigi dan mulut, ruangan kesehatan anak
dan imunisasi, ruangan promosi kesehatan, laboratorium, ruangan rawat inap, ruangan gawat
darurat, ruangan kesehatan ibu dan KB dan ruangan persalinan.
B. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui tingkat mutu pelayanan di Puskesmas Janapria melalui aktivitas kendali
mutu dan Keselamatan Pasien sehingga mutu pelayanan yang diberikan semakin meningkat
dengan indikator tercapainya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan di Puskesmas
Janapria
C. TUJUAN KHUSUS
[Type text]
D. SASARAN
Sasaran peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas Janapria
adalah :
1. Petugas pemberi layanan
2. Semua unit layanan yaitu Ruangan Pendaftaran dan Rekam medis, Ruangan kesehatan
anak dan imunisasi, Ruangan kesehatan Ibu dan KB, Ruangan pemeriksaan umum,
Ruangan kesehatan gigi dan mulut, Ruangan farmasi, Klinik Gizi, klinik sanitasi,
Ruangan Rawat inap, Ruangan gawat darurat, Ruangan persalinan dan laboratorium.
[Type text]
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus melibatkan
setiap orang yang berada dalam Puskesmas itu untuk meningkatkan pelayanan yang terus
menerus dimana mereka akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada
pelanggan/Pasien. Kegiatan Peningkatan mutu di Puskesmas Janapria didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut :
BAB III
TIM KERJA TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
(PMKP)
2. Sekertaris
a. Melaksanakan notulen pada kegiatan rapat tim.
b. Membantu mengumpulkan data hasil pemantauan, mengolah data dan
mendokumentasikan hasil monitoring tim peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien.
c. Membuat laporan kegiatan tim mutu.
3. Anggota
a. Bersama anggota tim merencanakan kegiatan peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien.
b. Bersama anggota tim melaksanakan pengukuran/monitoring pelaksanaan indikator
mutu, analisa dan rencana tindak lanjut indikator mutu layanan klinis.
c. Bersama semua tim kendali mutu klinis melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
serta membuat rencana perbaikan.
[Type text]
BAB IV
INDIKATOR MUTU LAYANAN KLINIS
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan
menggunakan instrument. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan–persyaratan
berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk. Mutu layanan adalah derajat
kesempurnaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan kesehatan yang menggunakan sumber daya yang tersedia, wajar,
efisien dan efektif serta memberikan keamanan dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum,
sosial dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat.
Puskesmas Janapria mengambil indikator peningkatan mutu layanan klinis di semua unit
pelayanan dengan mengukur beberapa indikator sesuai dengan kebutuhan. Indikator yang
dicantumkan di bawah ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kehadiran
dokter di ruangan pemeriksaan umum selama satu bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan pemeriksaan umum setiap bulan.
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku monitoring
indikator mutu klinis setiap minggu I dan III setiap hari selasa dan kamis setiap bulan
sebanyak 7 orang.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan kesehatan anak setiap akhir bulan
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
c. Tidak terjadinya pasien jatuh dari tempat tidur target 100%
Diukur dengan cara menghitung pasien yang yang jatuh dari tempat tidur dibagi jumlah
pasien UGD dalam satu bulan dikali 100%
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist pasien jatuh di ruangan
gawat darurat setiap akhir bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist monitoring indikator
mutu klinis kejadian plebitis pasien di Rawat Inap selama satu bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan pemberian
obat pasien di Rawat Inap setiap akhir bulan.
[Type text]
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku monitoring indikator mutu
klinis setiap minggu I dan III setiap hari senin dan kamis setiap bulan sebanyak 5 pasien.
Indikator yang dinilai adalah setiap kejadian infeksi yang terjadi ≤ 7 hari sejak
pemasangan IUD/Implant
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist infeksi pasca pemasangan
IUD/implant setiap akhir bulan
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku kehadiran dokter di
ruangan kesehatan gigi dan mulut setiap akhir bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di ruangan kesehatan gigi dan mulut setiap akhir bulan.
[Type text]
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan.
7. Ruangan Farmasi
Indikator yang dinilai :
a. Waktu tunggu penyiapan obat jadi : < 20 menit untuk racikan, < 10 menit untuk obat
jadi target ≥ 80%
Penyiapan sediaan farmasi seperti obat membutuhkan prosedur yang standar dan tidak
bisa sekenanya hanya agar lebih cepat, oleh karena itu dibutuhkan waktu untuk penyiapan
mulai dari penerimaan resep hingga pelabelan sebelum penyerahan obat ke pasien.
Penyiapan obat ini juga berkaitan dengan tenaga/ sumber daya yang tersedia di
puskesmas.
Indikator pelayanan diukur dengan cara menghitung jumlah pasien yag diresepkan obat
racikan dibagi dengan jumlah pasien yang mendapat obat yang disurvei dikali 100%.
Begitu juga dengan yang mendapatkan obat non racikan, cara mengukur indicator adalah
dengan menghitung jumlah pasien yang diresepkan obat non racikan dibagi jumlah
sampel pasien yang mendapat obat dikali 100%
Pelaksanaan monitoring dengan melihat buku waktu tunggu penyiapan obat racikan dan
obat jadi, yang dilakukan pada minggu I dan III setiap hari senin dan kamis setiap bulan
dengan jumlah sampel 30 resep untuk obat jadi, dan 15 resep untuk obat racikan.
[Type text]
Pelaksanaan monitoring kepuasan pelanggan dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan selama satu bulan di ruangan farmasi.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan pemberian obat
pasien di ruangan persalinan setiap akhir bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kesalahan identifikasi
pasien di Loket setiap akhir bulan.
9. KliniK gizi
Indikator yang dinilai :
a. Kepatuhan menulis hasil konseling pada RM target 100%
Dengan terdokumentasinya hasil konseling di Rekam Medis akan memudahkan
petugas/dokter untuk memantau sejauh mana kepatuhan pasien terhadap hasil
konseling, tidak dilakukannya pengulangan konseling kepada pasien, sehingga tercipta
pelayanan yang efektif dan efisien. Indikator mutu ini diukur dengan menghitung
jumlah pasien konseling yang rekam medisnya tertulis hasil konseling dibagi dengan
jumlah pasien konseling dalam 1 bulan dikali 100%.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kepatuhan petugas
menulis hasil konseling di rekam medis pasien, setiap minggu ke I dan III setiap hari
senin dan kamis sebanyak 7 pasien.
b. Waktu pendistribusian makanan pasien rawat inap < 15 menit, target > 80%
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah pasien yang pendistribusian makanan
< 15 menit, dibagi jumlah seluruh pasien yang didistribusikan makanan dikali 100.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist kepatuhan petugas
menulis hasil konseling di rekam medis pasien, setiap minggu ke I dan III setiap hari
senin dan kamis sebanyak 7 orang.
b. Kunjungan ulang pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi dengan kasus yang sama, target
≤ 5%
Indikator ini diukur dengan cara jumlah kunjungan ulang pasien yang dirujuk ke klinik
sanitasi dengan kasus yang sama dibagi jumlah pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi
dikali 100%.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat buku register pasien konseling
setiap akhir bulan.
11. Laboratorium
Indikator yang dinilai yaitu
a. Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium < 60 menit, target ≥ 80 %
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang penting untuk menunjang
diagnosis atau mengontrol keberadaan suatu jenis penyakit. Untuk menjawab
tantangan akan pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan akurat maka pelayanan
laboratorium perlu untuk meningkatkan mutu layanan. Salah satu indikator yang bisa
dinilai untuk peningkatan mutu layanan di laboratorium adalah waktu tunggu.
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung jenis pemeriksaan yang
diinginkan indikator dari pemeriksaan di laboratorium diukur dengan cara menghitung
jumlah pasien yang mendapat hasil pemeriksaan < 60 menit dibagi jumlah pasien
yang disurvei di laboratorium dikali 100%.
Dihitung dari jumlah pasien puas yang berkunjung : jumlah pasien yang berkunjung di
laboratorium yang memasukkan koin kepuasan x 100%
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.
Monitoring dilakukan dengan melihat buku monitoring jumlah kematian ibu bersalin
setiap akhir bulan.
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist atau buku kepuasan
pelanggan setiap akhir bulan.
Diukur dengan cara menghitung pasien yang yang jatuh dari tempat tidur dibagi
jumlah pasien UGD dalam satu bulan dikali 100%
Monitoring terhadap indikator ini adalah dengan melihat ceklist pasien jatuh di ruangan
gawat darurat setiap akhir bulan.
[Type text]
BAB V
INDIKATOR PERILAKU PEMBERI LAYANAN KLINIS
Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada, tetapi juga
perilaku dalam pemberian pelayanan. Tenaga klinis perlu melakukan evaluasi terhadap perilaku
dalam pemberian pelayanan dalam melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan
maupun perilaku pemberi layanan yang mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
1. Mengenakan pakaian dinas (jam kerja) atau seragam (jaga/ piket) dan jas lab pada
saat melayani pasien. Target 90%. Tujuan penilaian indikator ini adalah untuk
meningkatkan kepercayaan pasien terhadap pemberi layanan. Indikator ini diukur
dengan cara menghitung jumlah petugas yang mengenakan pakaian dinas dibagi
dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel diambil pada
minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.
2. Mengenakan name tag/ papan nama/ identitas yang dapat dilihat oleh pasien saat
memberikan layanan. Target 80%. Hal ini dinilai bertujuan agar pasien paham dan
mengerti dengan siapa mereka dilayani, juga dapat digunakan sebagai telusur jika ada
laporan/ komplain mengenai staf atau pegawai dari pasien.
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah petugas yang mengenakan name
tag dibagi dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil pada minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.
3. Datang piket tepat waktu sesuai jadwal dan kesepakatan. Target 80%. Untuk piket
jaga pagi petugas harus datang jam 08.00 WITA, piket siang harus datang jam 14.00
dan jaga malam harus datang jam 20.00 wita.
Indikator ini diukur dengan cara menghitung jumlah petugas yang datang piket tepat
waktu dibagi dengan jumlah petugas piket dalam satu bulan dikali 100 %. Sampel
diambil pada minggu ke I dan III setiap hari senin dan kamis.
Pelaksanaan monitoring penilaian perilaku pemberi layanan klinis dilakukan setiap hari
senin dan kamis tiap minggu I dan III dengan melihat ceklist atau buku monitoring indikator
pemberi layanan klinis pada petugas yang melakukan piket pagi, siang dan malam dirawat inap,
UGD dan KIA.
[Type text]
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien adalah bebas dari cedera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Program keselamatan pasien adalah
untuk menjamin keselamatan pasien di puskesmas melalui pencegahan terjadinya kesalahan
dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien jatuh, pasien
dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa dicegah, kegagalan
profilaksis.
Patient Safety (keselamatan pasien) puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Di Puskesmas terdapat banyak macam obat, tindakan medis, bahan-bahan berbahaya,
alat kesehatan dan sarana lainnya yang jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan risiko
insiden terhadap pasien. Tenaga klinis wajib berperan aktif mulai dari identifikasi permasalahan
mutu layanan klinis, melakukan analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan
menindaklanjuti usaha perbaikan terhadap mutu layanan klinis untuk menjamin keselamatan
pasien.
Target: 100%
Target: 100%
Target : 100%
mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung tindakan medis/keperawatan
yang dilakukan dikurangi dengan kejadian kesalahan prosedur dibagi jumlah sampel dikali
100%
Target: 100%
Jumlah sampel
Target : 100 %
[Type text]
Target : 100%
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak seharusnya terjadi. Insiden
keselamatan pasien terdiri dari:
menerima suatu obat kontraindikasi tetap tidak timbul reaksi obat), karena “pencegahan”
(suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan), atau “peringanan” (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya.
4. Kondisi berpotensi Menyebabkan Cedera (KPC)
Kondisi berpotensi Cidera adalah suatu keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan klinis,
misalnya tempat tidur yang tidak dilengkapi pengaman, lantai yang licin, yang dapat
berpotensi menyebabkan pasien cidera dan jatuh.
5. Sentinel Event
Segala kejadian tidak diharapkan (KTD) yang berakibat pada kematian atau kehilangan
fungsi secara permanen baik sebagian maupun seluruh, yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit dari pasien, dan juga terjadinya kesalahan pembedahan (salah sisi,
salah prosedur atau salah pasien). Setiap sentinel event akan dilakukan analisa akar
masalah (Root Cause Analysis)
6. Kesalahan Pengobatan (Medication Error)
Medication error adalah setiap kejadian terkait pengobatan yang dapat dicegah, yang
membahayakan atau berpotensi membahayakan pasien dan terjadi ketika pasien dalam
proses pengobatan oleh petugas kesehatan.
Yang termasuk Medication error antara lain: Salah pasien, Salah obat, Salah dosis, Salah
waktu pemberian , Salah rute/cara pemberian
BAB VII
ANALISA DAN TINDAK LANJUT
A. ANALISA
Data yang diperoleh dari hasil monitoring indikator mutu, serta dari catatan buku register
KNC/KPC/KTD dikumpulkan oleh tim monitoring mutu klinis Puskesmas Dasan lekong.
Data-data tersebut disajikan dalam bentuk statistik sederhana dan trends serta dianalisa
sesuai dengan penyebab dan alternatif perbaikannya. Setiap penyimpangan dari standar yang
ditetapkan dilaporkan ke kepala puskesmas. Laporan tersebut dapat dibuat secara terpisah
maupun secara keseluruhan.
Tim mutu juga memimpin suatu pertemuan dengan pihak manajemen Puskesmas maupun
unit layanan terkait dengan indikator mutu atau hasil survey, observasi, review dan audit di
mana ditemukan penyimpangan atau insiden pada keselamatan pasien yang ditetapkan
sebelumnya, guna menyusun suatu Rencana Perbaikan (Strategic Improvement Plan).
B. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut perbaikan dapat berupa :
1. Disusunnya suatu kebijakan dan/atau prosedur baru, lengkap beserta sosialisasi yang
cukup mengenai kebijakan dan/atau prosedur baru tersebut
2. Direvisinya suatu kebijakan dan/atau prosedur lengkap beserta sosialisasi yang cukup
mengenai revisi dari kebijakan dan/atau prosedur tersebut
3. Disusunnya suatu program kerja baik itu pelatihan peningkatan kompetensi petugas,
Peningkatan komunikasi efektif dengan pasien, pemenuhan sarana dan prasarana yang
dapat menimbulkan risiko pada keselamatan pasien.
4. Dilakukan monitoring secara terus menerus dengan interval waktu yang ditetapkan
sebelumnya.
[Type text]
BAB VIII
PENUTUP
Demikian pedoman peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien ini dibuat
diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan aman
serta dapat dilaksanakan oleh seluruh staf di Puskesmas Janapria . Pedoman ini akan dievaluasi
secara berkala guna meningkatkan kinerja bagian Pelayanan klinis.