Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN MENAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS KRAMATMULYA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN


UPTD PUSKESMAS KRAMATMULYA
TAHUN 2022
DAPTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. BATASAN OPERASIONAL
BAB II
RUANG LINGKUP
A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RISIKO
BAB III
TATALAKSANA
A. TETAPKAN KONTEKS
B. IDENTIFIKASI RISIKO
C. ANALISIS RISIKO
D. EVALUASI RISIKO
E. KELOLA RISIKO
BAB IV
PELAPORAN
A. MEKANISME PELAPORAN
B. BENTUK PELAPORAN
BAB V
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan pasien di
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan pasien di Puskesmas
yaitu keselamatan pasien itu sendiri, keselamatan petugas kesehatannya, keselamatan
bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak kepada keselamatan pasien dan
petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak kepada pencemaran lingkungan, serta
keselamatan keberlangsungan kemajuan Puskesmas itu sendiri. Kelima asfek inilah yang
nantinya menjadi penentu dalam peningkatan mutu Puskesmas khususnya dalam
penanganan manjemen risiko di Puskesmas

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang berlaku di Puskesmas
Kramatmulya
2. Memastikan system manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses identifikasi,
analisa dan pengelolaan risiko dapat member manfaat bagi peningkatan mutu dan
keselamatan di Puskesmas Kramatmulya
3. Membangun system monitoring dan komunikasi yang efektif diantara petugas
sehingga pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan berkesinambungan.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Risiko : peluang /probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan
berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan
menurunkan mutu pelayanan
2. Manajmen risiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan mengelompokan
risiko (granding) dan mengendalikan/mengelola risiko tersebut baik secara proaktif
risiko yang mungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar
memberikan dampak negative terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan
dampak negative seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di Puskesmas
3. Insiden Keselamatan Pasien.(IPK), setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian
Tidak Cidera (KTC),dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang tidak diharapkan cidera pada
pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC), adalah Insiden yang berpotensi menimbulkan cidera
pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada
pasien
6. Kejadian Tidak Cidera (KTC),adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera
pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetapi ternyata tidak menimbulkan cidera
pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cidera (KPC), adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cidera tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan kematian atau cidera fisik/psikologis serius, atau kecacatan pada
pasien. Termasuk didalam kejadian Sintinel antara lain : kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidak berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau
kondisi medis dasar pasien ; bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar
fungsi tubuh yang tidak berhubungan dengan penyakit dasar pasien : pembedahan
yang salah lokasi/ salah prosedur/salah pasien : penculikan bayi atau bayi yang dibawa
pulang oleh orang tua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistim untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola /
mengendalikan insidensecara berkesinambungan
10. Risiko Sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian /tindakan dilakukan.
11. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi
terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan
derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko
tersebut.
12. Penilai Risiko adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah menghadiri
pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang
terlatih.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO


Paduan ini mencakup seluruh manajemen resiko yang ada di Puskesmas Kramatmulya
yang meliputi:
1. Manajemen resiko lingkungan:
 Keamanan lingkungan fisik(bangunan):
 Pemantauan keamanan aliran air
 Pemantauan keamanan aliran listrik
 Pemantauan keamanan gas oksigen dan gas elpiji
 Pemantauan keamanan jendela dan pintu
 Indentifikasi risiko lingkungan yang berdampak pada pasein, petugas
dan lingkungan sekitar Puskesmas:
 Pemantauan keamanan pembuangan limbah
2. Manajemen resiko layanan klinis:
 Resiko yang berhubungan dengan pasein / pengunjung Puskesmas
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
 Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang
digunakan dalam memberikan pelayanan klinis
3. Manajemen resiko program kesehatan masyarakat:
 Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan resiko,
Puskesmas Kramatmulya mengatur kewenangan dan tanggung jawab manajemen
Puskesmas:
1. Tingkat Puskesmas oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasein di
Puskesmas.
2. Tingkat unit / poli oleh penanggung jawab masing-masing unit / poli/ program

Uraian tanggung jawab manajemen resiko:


a. Tanggung jawab Kepala Puskesmas:
 Menetapakan kebijakan mengenai manajemen resiko di Puskesmas
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi dan memastikan sistem manajemen resiko berjalan dengan
baik dan berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan penggelolaan pengendalian
resiko serta menindak lanjuti sesuai arahan dan kebijakan Puskesmas
termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan
pasien sesuai tingkat resiko.
b. Tanggung jawab Manajemen Resiko (Tim.PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Puskesmas
 Membentuk Tim Penilai Resiko
 Menerima daftar resiko yang diberikan oleh penanggung jawab unit /
poli, menganalisa, evaluasi serta menindak lanjutinya
 Menerima serta menganalisa temuan resiko yang berasal dari luar
(external)
 Memantau serta mendorong semua petugas untuk melaksanakan
manajemen resiko
 Melaporkan hasil temuan kepada Pimpinan Puskesmas dan melakukan
diskusi serta menindak lanjuti hasil diskusi
c. Tanggung jawab penangung jawab unit / poli
 Menerima laporan temuan – temuaan resiko di ada di unit / poli
 Membuat daftar dan penilaian resiko
 Menganalisa sesuai tingkat kejadian apakah cukup diselesaikan di
tingkat unit
 Mendorong rekan – rekan kerja untuk melakukan manjemen resiko
 Melaporkan semua daftar resiko, resiko yang sudah diselesaikan di
tingkat unit / poli serta melakukan diskusi kepada Tim manajemen
resiko untuk langkah – langkah ke depannnya
d. Tanggung jawab petugas pemberi layanan Klinis
 Memberikan informasi kepada penangunggung jawab unit/ poli setiap
bahaya, resiko serta kejadian yang ada di unit/ poli
 Melaksanakan panduan manajemen resiko yang telah ditetapkan
 Mencatat dan mendokumentasi apabila terjadi insiden resiko klinis
 Ikut serta dalam mengupayakan langkah-langkah pengendalian resiko
BAB III
TATA LAKSANA

Manajemen resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan. Resiko


mungkin terpapar kepada pasein, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus
berubah dan harus diidentifikasi.
Program manjemen resiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisi resiko
4. Evaluasi resiko
5. Kelola resiko
A. TETAPKAN KONTEKS
Tujuan, sasaran, strategi,ruang lingkup,kegiatan pada tahap ini harus disusun dalam
bentuk pedoman manjemen resiko Puskesmas.

B. IDENTIFIKASI RESIKO
Risiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:
 Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/poli
 Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau
lembaga penelitian
 Pemeriksaan atau audit eksternal

Daftar resiko berdasarkan ruang lingkupnya:

1. Area lingkungan

NO RESIKO
1 Sarana - Kerusakan bangunan atau sarana dan prasaran
- Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air
tidak lancar, sampah medis tidak tersedia,
toilet rusak
2 Keamanan lingkungan - Tersengat listrik
- Terpapar dengan bahan berbahaya
- Tertimpa benda jatuh
- Tersiram air panas
- Terpeleset
- Pencurian
- Terjadi bencana gempa bumi
- Terjadi kebakaran
3 Limbah - Sistem pembuangan limbah yang belum
standar
- Paparan limbah pada lingkungan

2. Area layanan klinis


Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Puskesmas dan jejaring
Puskesmas seperti Poskesdes dan Pustu.
No Unit / Poli Resiko
1 Loket Pendaftaran dan - Pasien menunggu lama
Rekam Medis - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
- Kesalahan pengambialan rekam medis
- Kegagalan memperoleh inform concent
- Kesalahan pelabelan rekam medis
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam rekam
medis
- Kehilangan / kesalhan penyimpanan rekam
medik

2 PELAYANAN MTBS - Kesalahan mengidentifikasi pasien / salah


orang
- Kesalahan dalam melakukan pengkajian
/anamnesa
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Kesalahan diagnosis
3 BP UMUM - Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Kesalahan dalam diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian resep
- Kesalahan dalam terapi
- Kesalahan dalam edukasi
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
4 Ruang Tindakan (IGD) - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien
- Kesalahan pemberian obat / injeksi
- Monitoring tindakan yang kurang baik
5 PELAYANAN - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
IMUNISASI - Kesalahan dalam pengkajian (tanda –tanda
vital)
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis dan dosis vaksin
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Kesalahan dalam penyimpanan vaksin
6 POLI KONSULTASI GIZI - Kesalahan dalam pengkajian status gizi
- Kesalahan dalam pemberian diet
- Paket makanan tambahan tertukar
- PMT yang kadarluarsa
- Penyimpanan PMT yang tidak baik dimakan
tikus atau kena rayap
7 FARMASI - Penulisan resep yang tidak baik
- Riwayat alergi obat yang tidak
teridentifikasi
- Kesalahan identifikasi pasein dalam
pemberian obat
- Kegagalan memantau efek samping obat
- Kesalahan dosis / formula obat
- Kesal;ahan edukasi cara minum obat
8 LABORATORIUM - Kegagalan pengambialn sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau tertukar
- Sampel rusak atau hilang

- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri


- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum
9 KIA-KB - Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnosa

10 POLI GIGI - Kesalahan tindakan yang menimbulkan


perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak steril
- Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan dosis obat
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Alat kompresor tiba-tiba rusak sehingga
tindakan ditunda

Poli Batuk / TB - Terpapar dengan pasein yang dikunjungi


- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan dosis dalam pemberian FDC
- Kesalahan dosis saat memberikan inj.
Streptomycin

3. Area pelaksanaan program


Area pelaksanaan program adalah upaya kesehatan masyarakat essensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Tempat pelaksanaannya bisa di
dalam gedung Puskesmas induk, Posyandu Balita, Pos Penimbangan, Pos
UKK, POSYANDU REMAJA, POSBINDU,UKS /UKGS, dan kelompok
sasaran lainnya.
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial

No Jenis Kegiatan Resiko


1 Pelayanan promosi - Kecelakaan lalu lintas saat petugas melakukan
kesehatan (UKS /UKGS) kunjungan
- Tergigit saat melakukan pemeriksaan gigi anak
sekolah
- Cedera mulut pada anak sekolah karena
memberontak saat dilakukan tindakan
pemeriksaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan BIAS
- Salah memberikan vaksin saat kegiatan BIAS

2 Pelayanan kesehatan - Kecelakaan lalu lintas saat petugas


lingkungan melakukan kunjungan
- Terpeleset saat mengambil sample air

3 Pelayanan KIA – KB – - Kecelakaan lalu lintas saat petugas


DTKB melakukan kunjungan
- Tidak menggunakan alat steril saat
melakukan pertolongan persalinan di rumah
pasein
- Kesalahan tindakan yg menimbulkan
perlukaan
- Tertusuk jarum saat kegiatan
- Salah memberikan vaksin TT
- Salah mengidentifikasi pasein
- Komunikasi yang tidak efektif saat
melakukan konseling
- Kesalahan cara penimbangan
- Insiden balita terjatuh saat proses
penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
- Kesalahan menyampaikan edukasi
4 Pelayanan Gizi - Insiden balita jatuh saat penimbangan
- Kesalahn cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
- Kesalahan memberikan dosis Vit.A pada
kelompok umur
- Kesalahan memberikan informasi
- PMT yang tertukar
5 PERKESMAS - Salah alamat saat berkun jung
- Terpapar infeksi dengan pasein yang
dikunjungi
- Kecelakaan lalu lintas saat berkunjung
- Salah pemberian obat
6 Pencegahan dan 1) Pelayanan Imunisasi
Pengendalian Penyakit - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden tertususk jarum

2) Pelayanan HIV / AIDS


- Tidak menggunakan teknik PI dan APD
- Ceceran limbah medis

3) Diare
- Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Salah menentukan derajat dehidrasi
4) TBC
- Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
5) Surveilans
- Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
- Salah diagnosa
- Salah memberikan terapi
- Tidak menggunakan APD
6) DBD
- Mesin fogging mati saat penyemporatan di
dalam ruagan
- Petugas terpapar racun
- Ada penghuni di rumah saat penyemprotan
- Petugas terperangkap karena perubahan angin
- Kebakaran karena mesin fogging terkena kain
horden, berdekatan dengan gas elpiji,,atau
balon yang ada gas hidrogennya
- Salah memberikan penjelasan penggunaan
ABATE
- Keracunan saat mengemas ABATE
7) ISPA
- Tertular karena tidak menggunakan masker
saat pemeriksaan
- Salah diagnosa dan terapi
8) Pelayanan PTM
- Kesalahan mengidentifikasi pasein
- Kesalahan diagnosa dan terapi
- Pasein lansia terjatuh

2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

No Jenis Kegiatan Resiko


1 Pelayanan UKGM - Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
- Tergigit anak saat pemeriksaan gigi
2 Pelayanan Kesehatan jiwa - Mendapat perilaku kekerasaan dari pasein
- Tertusuk jarum
- Salah minum obat
- Petugas merasa terancam secara psikologis
3 Pelayanan kesehatan indera - Salah diagnosa
- Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
4 Pelayanan kesehatan lansia - Pasein lansia terjatuh
- Salah diagnosa atau terapi
- Tertusuk jarum saat pemeriksaan
- Ceceran limbah medis

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya


(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-
jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:
C. ANALISIS RISIKO
Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikanrisiko / insiden tersebut
termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko /
insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi
sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih
mendalam dengan metode RCA (root causeanalysis – reaktif / responsive) atau
HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif)

D. EVALUASI RISIKO

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor
dan grading yang didapat dalam analisis.
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan
meliputi prosesberikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa
terjadi danmenentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan
melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan
untuk mengatasi risiko.
E. KELOLA RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pengelolaan risiko insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga
ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul
dari insiden yang sudah terjadi.
D.1. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka
tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui
tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:
 Observasi
 Telaah dokumen
 Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana :
a. penyebab langsung:
 Individu
 Peralatan
 Peralatan
 lingkungan tempat kerja
 prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung:
 individu
 tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai