Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I
Jalan AL-lukman Nomor 3 Karangpucung Telepon (0280) 6265808
Email : pkm_karangpucung1@yahoo.co.id
KARANGPUCUNG
Kode Pos 53255

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I


Nomor: 445.4 / KPC1/SK/
Tahun 2020

TENTANG
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I,

Menimbang : a. bahwa tugas Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah


membantu Kepala Puskesmas untuk menjaga dan meningkatkan
mutu pelayanan medis Puskesmas melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi berkoordinasi dengen Tim Manajemen
Mutu guna mengendalikan infeksi nosokomial di Puskesmas;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut pada huruf a dan b,
perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Karangpucung I tentang Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I


TENTANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.

Kesatu : Pembentukan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang


nama-namanya sebagaimana tercantum dalam lampiran I keputusan ini.
Kedua : Kebijakan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
sebagaimana tercantum dalam lampiran II keputusan ini.

Ketiga : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam melaksanakan


tugasnya bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatan kepada
Kepala Puskesmas.

Keempat : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkan keputusan ini dibebankan
pada Anggaran Operasional BLUD UPTD Puskesmas Karangpucung I.

Kelima : Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
keputusan ini, akan ditinjau dan diadakan perubahan seperlunya.

Ditetapkan di : Karangpucung
pada tanggal : 4 Agustus 2020
KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I,

AGUS SUHARTO
LAMPIRAN I : SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
KARANGPUCUNG I
NOMOR : 445.4 / KPC1/SK/
TENTANG : TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

SUSUNAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I

Ketua : drg. Farid Al Hakim


Sekretaris : Ragil Abi Pamuji, A.Md. Kep
Anggota :
- Nurmiyati, S. Kep. Ners
- Zaenal Aripin, AMK
- Roliyati, A.Md. KG
- Endah Fitriana P, A.Md. Keb
- Neni Eka Septikawati, A.Md. Keb

Ditetapkan di : Karangpucung
pada tanggal : 4 Agustus 2020
KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I,

AGUS SUHARTO
LAMPIRAN II : SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
KARANGPUCUNG I
NOMOR : 445.4 / KPC1/SK/
TENTANG : TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan SK Kepala
Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial PPI Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Kepala Puskesmas,
yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
3. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
5. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveilans, kinerja
tim dan menentukan tindak lanjut.
6. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala Puskesmas,
managemen, staf medis, staf penunjang medis dan umum.
7. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada bulan
berikutnya.
8. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI UPTD PUSKESMAS


KARANGPUCUNG I
1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi.
2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan.
3. Pencegahan Infeksi Pada Pemasangan Alat Kesehatan.
4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik.
5. Surveilans.

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI


1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular
pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, setiap petugas harus menerapkan
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di puskesmas
yang meliputi: kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pengelolaan
limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, kebersihan pernapasan/ etika batuk dan bersin, dan praktik menyuntik yang
aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan
standar pada kasus-kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet,
udara (airborne), common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor
(lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di UPTD Puskesmas Karangpucung I
selengkapnnya diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala UPTD
Puskesmas Karangpucung I.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan/ Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan
tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau
handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan
invasive yang berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien,
setelah kontak dengan lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir.
Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptik
berbasis alkohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 12 langkah selama 40-60 detik,
dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 8
langkah selama 20-30 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi
WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survei terhadap
seluruh petugas puskesmas setiap bulan.
g. Apabila hasil survei kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi
standar dilakukan sosialisasi/ training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrier
untuk melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko menularkan
penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles
plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun
pelindung, apron, pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius
yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali,
dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur.

3. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien


a. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi
penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah dan barang-
barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/ prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b. Precleaning/ prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV,
HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic sampai seluruh
permukaan alat terendam.
c. Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih
dan mengeringkan.
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan
atau memakai desinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi
dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan
tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimiawi atau radiasi.
f. Seluruh dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.

4. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD
Puskesmas Karangpucung I.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih,
mempertahankan ventilasi udara yang baik.

5. Pengelolaan Limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan risiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labelling,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.

6. Penatalaksanaan Linen
a. Pusksesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong/ wadah
yang tidak rusak saat dingkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.

7. Perlindungan Kesehatan Petugas


a. Karyawan UPTD Puskesmas Karangpucung I diwajibkan menerapkan prinsip-
prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasi transisi sesuai
dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan UPTD Puskesmas Karangpucung I terutama karyawan medis dan
paramedis, berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan,
kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan UPTD Puskesmas Karangpucung I yang merawat pasien menular
melalui udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur
bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.

8. Penempatan Pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien,
pengunjung dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang
immunosuppressed dari infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasien
infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara/ airbone maupun melalui kontak
harus dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi
langsung atau tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasien
dengan diagnosa yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/ transfer,
karena belum ada jalur khusus pasien infeksius.

9. Kebersihan pernapasan/ etika batuk dan bersin


a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan
mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.

10. Praktik menyuntik yang aman


a. Semua petugas medis dan paramedis UPTD Puskesmas Karangpucung I wajib
melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena
jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan Transmisi Kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila
keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan
populasi pasien. Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat
tidur). Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport Pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien
keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal ke pasien lain atau
lingkungan.
c. Penggunaan APD Petugas
1. Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang
pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (fese,
cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan
cuci tangan.
2. Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang
diruang pasien, cairan diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka.
Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien
dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai
untuk pasien lain.

2. Kewaspadaan Transmisi Droplet


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila keduanya
tidak mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan
pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penangan khusus terhadap
udara dan ventilasi.
b. Transport Pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika
batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat kontak
erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki
ruang rawat pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak
jauh.

3. Kewaspadaan Transmisi Udara


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai tekanan negatif, pertukaran
udara 6-12 X/jam sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di
Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) dengan jarak >1
meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum menempatkan pasien
bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport Pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk mencegah menyebarnya
droplet nuclei.
c. Penggunaan APD Petugas
Kenakan masker respirator (N95/ Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk
ruang pasien atau suspek TB Paru. Orang yang rentan seharusnya tidak bpleh
masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacari air kecuali
petugas yang telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan
masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit campak atau cacar
air tidak perlu memakai masker. Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan
timbul aerosol maka APD yang digunakan adalah masker bedah, gaun, google
dan sarung tangan.
d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC “Guideline for
Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM RANGKA PPI


1. Semua anggota Tim PPI UPTD Puskesmas Karangpucung I wajib memiliki sertifikat
Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar.
2. Semua pegawai baru UPTD Puskesmas Karangpucung I baik tenaga medis maupun
non medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru baik orientasi umum
maupun khusus yang salah satu materinya adalah pelatihan tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Semua pegawai UPTD Puskesmas Karangpucung I wajib mengikuti pelatihan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang belum pernah
pelatihan) secara bertahap yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Puskesmas,
pasien dan keluarga serta pengunjung lainnya.

G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN ALAT


KESEHATAN
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan
kateter (CAUTI/ Catheter Assosiated Urinary Tract Infection)
a. Pemasangan kateter dikerjakan d=oleh petugas yang memahami dan terampil
alam teknik pemasangan secara aseptik dan perawatan kateter sesuai prosedur.
b. Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan tertentu.
c. Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan indikasi.
2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
a. Pemasangan infus dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil dalam
teknik pemasangan secara aseptik dan perawataninfus sesuai prosedur.
b. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi.
c. Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

H. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS DAN


TERAPEUTIK
1. Puskesmas membatasi penggunaan beberapa antibiotika tertentu yang dicadangkan
untuk menghadapi kasus infeksi nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim
dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemakaian obat-obatan
lainnya seperti kortikosteroid, imunosupresif dll.

I. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk mengurangi risiko
dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan
dan pengunjung termasuk mengembangkan program surveilans infeksi yang relevan,
yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi dengan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang
berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan CAUTI dan
phlebitis.
2. Surveilans HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis,
analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari data HAIs yang penting untuk
digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveilans target yang meliputi surveilans
proses dan surveilans hasil.
4. Surveilans dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang dibuat oleh Tim PPI
yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan,
kemudian evaluasi bersama untuk mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada bulan berikutnya.

J. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI


1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan
yang sesuai dengan prinspi PPI dan aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit Farmasi.

K. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut
kontruksi bangun, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan
linen sesuai prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan penanggung jawab
pemeliharaan sarana dan prasarana puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara secara berkala
untuk mengurangi resiko infeksi selama pembangunan / renovasi.

L. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


1. Karyawan UPTD Puskesmas Karangpucung I diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip
PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan
indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian
Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
3. Karyawan UPTD Puskesmas Krangpucung I yang tidak memiliki kartu BPJS atau
asuransi kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di
UPTD Puskesmas Karangpucung I baik rawat jalan, maupun rawat inap sesuai
kebijakan Kepala Puskesmas.
M. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB nosokomial.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas.
3. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan
mikrobiologik.
4. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila
diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat di ruang
isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.

N. KEBIJAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN MAKANAN


Kegiatan pelayanan makanan harus memperhatikan standar hygiene dan prosedur yang
aman sesuai rekomendasi Tim PPI guna mencegah penularan infeksi.

Ditetapkan di : Karangpucung
pada tanggal : 4 Agustus 2020
KEPALA UPTD PUSKESMAS KARANGPUCUNG I,

AGUS SUHARTO

Anda mungkin juga menyukai