Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI


ANEKA KREASI DAUR ULANG PADA REMAJA
DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN SUNGAI BILU

Disusun Oleh:
Ketua:
Dr. Syaharuddin, S.Pd., M.A (0001037404)
Anggota:
Jumriani. M.Pd (0020109502)
Muhammad Ilmiyanor (1910128210029)
Wanda Aprila (1810128220022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN, 2020
LEMBAR PENGESAHAN

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI


ANEKA KREASI DAUR ULANG PADA REMAJA
DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN SUNGAI BILU

1. Program Studi : Pendidikan IPS


2. Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Alamat : Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin
Telpon : 0511-3304914
Fax : 0511-3304914
Email : pendidikan.ips@ulm.ac.id
3. Ketua Program Studi : Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd
4. Ketua Pelaksana : Dr. Syaharuddin, S.Pd., M.A
5. Anggota : Jumriani, M.Pd.
Muhammad Ilmiyanor
Wanda Aprilla
6. Biaya : Rp 4.000.000
(Empat Juta Rupiah)
7. Sumber Dana : DIPA (PNBP) FKIP ULM 2020
Banjarmasin, 09 Oktober 2020
Mengetahui,
Dekan FKIP, Ketua Pelaksana,

Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si. Dr. Syaharuddin, S.Pd., M.A


NIP. 19650808 199303 1 003 NIP. 19740301 200212 1 004

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

Prof. Dr. Ir. Danang Biyatmoko, M.Si


NIP. 19680507 199303 1 020

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Analisis Situasi ....................................................................................................... 1
B. Landasan Teori ....................................................................................................... 4
C. Identifikasi dan Rumusan Masalah................................................................... 17
D. Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 17
E. Manfaat Kegiatan ................................................................................................. 18
BAB II METODE KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT 20
A. Khalayak Sasaran ................................................................................................. 20
B. Metode Kegiatan .................................................................................................. 20
C. Jadwal Kegiatan ................................................................................................... 21
D. Organisasi Pelaksanaan ...................................................................................... 21
BAB III HASIL KEGIATAN 22
A. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ......................................................................... 22
B. Temuan Dan Hasil Evaluasi ............................................................................... 22
C. Pembahasan .......................................................................................................... 24
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 27
A. Simpulan ............................................................................................................... 27
B. Saran ...................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA 29
DOKUMENTASI 32
SURAT TUGAS 36
LETTER OF ACCEPTANCE Error! Bookmark not defined.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah merupakan dambaan

setiap masyarakat. Lingkungan yang bersih juga menciptakan suasana

yang nyaman dan menyenangkan. Jalan yang bersih, sungai yang bebas

dari sampah, dan udara yang segar merupakan keadaan lingkungan ideal

yang membuat masyarakat disekitarnya hidup dengan sehat (Mutiani,

2017). Dengan terciptanya lingkungan yang bersih maka membawa

masyarakat menjadi lebih semangat, kreatif, inovatif dan selalu ingin

berubah kepada kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian, kebersihan

lingkungan masih menjadi satu isu di tengah kehidupan masyarakat.

Masih ada sebagian orang yang membuang sampah sembarangan dan

tidak peduli pada keindahan lingkungan.

Sampah merupakan satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat

ini masih belum bisa ditangani dengan baik, terutama pada negara-negara

berkembang. Kemampuan mengelola sampah yang masih rendah dengan

ketidakseimbangan produksi sampah membuat sampah menjadi

menumpuk dimana-mana. Sampah yang tidak terurus dengan baik akan

menghasilkan kualitas lingkungan yang tidak baik pula, air yang

dihasilkan dari sampah menyebabkan pencemaran baik di tanah, air, dan

udara, meningkatkan perkembangan hama penyakit, menurunnya

1
2

kesehatan dan nilai estetika lingkungan karena pencemaran air, tanah dan

udara (Syaharuddin, 2018). Masalah sampah yang timbul di kota-kota besar

adalah karena sulitnya pengumpulan, pengangkutan, pembuangan,

pemanfaatan, dan pemusnahan sampah, baik sampah yang berasal dari

rumah tangga, pasar, industri maupun sampah kantor (Triana &

Sembiring, 2019).

Dewasa ini, masalah sampah patut menjadi perhatian serius bagi

masyarakat Indonesia, mengingat berbagai macam gangguan lingkungan

yang dapat ditimbulkan dari penumpukan sampah yang terus meningkat

dari hari ke hari seperti, pencemaran udara, perkembangan penyakit,

pencemaran tanah, pencemaran air, dan lain-lain. Terutama gangguan

yang disebabkan sampah-sampah anorganik seperti sampah plastik, karet,

kaleng yang tidak dapat membusuk dan terurai dari bumi dengan cepat

sehingga dibutuhkan teknik daur ulang untuk mereduksi volume sampah

jenis ini. Diperlukan waktu 1000 tahun agar sampah plastik dapat terurai

oleh tanah secara terdekomposisi atau sempurna.

Menurut data INSWA (Indonesia Solid Waste Association), pemakaian

plastik di Indonesia sendiri kini mencapai 3 juta ton per tahun, dan menurut

data dari dinas kebersihan setempat untuk tahun 2010, total sampah di Kota

Banjarmasin mencapai 2000 ton setiap harinya dimana 100 tonnya

merupakan sampah plastik. Sayangnya, sampah plastik seringkali

dipandang hanya sebagai sisa kegiatan manusia yang tidak bermanfaat dan
3

cenderung harus dibuang. Upaya 3M (mengurangi, menggunakan kembali,

dan mendaur ulang) belum terlalu disadari masyarakat dan menganggap

bahwa tanggung jawab kebersihan lingkungan berada ditangan

Pemerintah. Padahal, Sebagian besar sampah plastik yang dihasilkan dari

aktivitas masyarakat merupakan jenis plastik yang dapat didaur ulang

(Sutidja, 2001).

Sampah plastik, khususnya yang berbentuk botol memiliki potensi

yang besar untuk didaur ulang menjadi berbagai macam produk yang

dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sampah botol plastik itu sendiri.

Seperti yang telah dilakukan oleh Bob, seorang pengrajin botol plastik yang

berasal dari Jakarta dengan mendaur ulang sampah botol plastik menjadi

produk-produk kreatif, Bob dapat hasilkan omzet puluhan juta setiap

bulannya. Republika.Co.Id, Banjarmasin memaparkan bahwa sebanyak 50

bank sampah di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dinyatakan sudah

"mati suri" atau lama tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Kepala

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin Hamdi,

menyatakan, sangat menyayangkan hingga begitu banyak bank sampah di

daerahnya ini tidak beroperasi lagi. Dari 125 bank sampah yang ada di

daerah kita ini, sangat disayangkan sebanyak 50 bank sampah telah

berhenti beroperasi, ini menjadi perhatian kita bersama untuk

mengupayakannya bisa dikelola masyarakat lagi. Melihat peluang

peningkatan nilai ekonomi dari pemanfaatan sampah botol plastik ini,


4

didukung oleh volume sampah botol plastik yang dihasilkan masyarakat,

maka diperlukan pelatihan bagi warga di suatu daerah untuk mengelola

sampah menjadi aneka kreasi, sehingga bermanfaat dari segi sosial dan

ekonomi masyarakat (Triana & Sembiring, 2019).

Keberadaan remaja pada sebuah daerah dapat dijadikan sebagai

sarana untuk melakukan pengelolaan sampah plastik menjadi aneka kreasi.

Remaja secara potensial mempunyai sikap-sikap yang menunjukkan

kesadaran dan minat terhadap sains yang sangat tinggi. Oleh karena itu

suatu terobosan untuk mengoptimalkan kaderisasi daur ulang sampah

plastik oleh remaja merupakan peluang bagi tumbuhnya upaya untuk

mendorong pembinaan pengelolaan sampah plastik.

B. Landasan Teori

1. Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu

empowerment, yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan

itu sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan

kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung

(disadvantaged) (Adi, 2013). Pemberdayaan merupakan upaya untuk

membangun eksistensi seseorang dalam kehidupannya dengan memberi

dorongan agar memiliki kemampuan/keberdayaan. Pemahaman

pemberdayaan memberikan kekuatan kepada masyarakat yang mengalami


5

situasi ketidakberdayaan (Kurniawati, 2013). Ketidakberdayaan

dimaksudkan bukan hanya dari segi ekonomi saja, tapi juga

ketidakberdayaan menciptakan ide kreatif, ketidakberdayaan dalam

hubungan sosial, dan ketidakberdayaan dalam segi ekologi. Shardlow

(Purwaningsih, 2008) melihat bahwa:

Berbagai pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya


membahas bagaimana individu, kelompok maupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan
mereka. Sementara itu, Ife melihat pemberdayaan secara ringkas
sebagai upaya untuk meningkatkan daya (power) dari kelompok
yang kurang beruntung (disadvantaged). Seperti yang telah
Shardlow dan Ife kemukakan, pemberdayaan pada hakekatnya
adalah untuk meningkatkan kemampuan menuju kemandirian,
pemberdayaan menekankan pada pentingnya masyarakat untuk
mengorganisir diri mereka sendiri secara mandiri untuk
meningkatkan kemampuan. Lebih lanjut Ife berpendapat bahwa
“pemberdayaan adalah upaya menyediakan sumber daya,
peluang, pengetahuan, dan keterampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas mereka untuk menentukan masa depan
mereka sendiri dan untuk mengambil bagian dan mempengaruhi
kehidupan masyarakat”

Masyarakat yang dimaksud disini bukan berarti tidak memiliki

potensi dan pengetahuan, namun masyarakat belum memiliki

kemampuan, pengetahuan, peluang dan keterampilan untuk mengelola

potensi yang ada. Mereka belum mengetahui potensi-potensi yang ada

disekitar mereka atau belum mengetahui potensi-potensi yang ada pada

diri mereka sendiri.


6

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai tujuan maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian

pemberdayaan sebagai tujuan digunakan sebagai indikator keberhasilan

pemberdayaan sebagai sebuah proses (Karsidi, 2001).

Pemberdayaan bertujuan juga untuk meningkatkan kekuasaan orang-

orang yang lemah atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat

disebut sebagai tujuan, yakni pemberdayaan menunjuk pada keadaan yang

berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik fisik, ekonomi,

maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan

aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan

sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya

(Muslim, 2007). Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tujuan dari

pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-

orang lemah atau tidak beruntung.


7

Sebuah masyarakat yang telah menjalankan kegiatan pemberdayaan

haruslah memiliki tujuan yang signifikan, masyarakat sudah harus bisa

mengurusi dirinya sendiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain,

mampu membiayai dirinya sendiri sehingga masyarakat bisa terus

menerus terampil dalam kegiatan pemberdayaan, dan terakhir masyarakat

mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan

(Kurniawati, 2013).

c. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang

berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going) dan sepanjang

komunitas itu masih ingin melakukan perubahan dan perbaikan, dan tidak

hanya terpaku pada suatu program saja. Suatu program, pemberdayaan

dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang

biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Tahapan pemberdayaan

merupakan salah satu langkah dimana lembaga melakukan kegiatan

pemberdayaan terhadap komunitas atau masyarakat disekitarnya.

Tahapan pemberdayaan masyarakat yaitu:

1) Penyadaran. Pada tahapan ini dilakukan meliputi proses pengenalan

potensi diri dan lingkungan serta membantu komunitas untuk

merefleksikan dan memproyeksikan keadaan dirinya, baik dalam

berinteraksi dengan kekuatan-kekuatan domestik maupun kekuatan


8

global dalam bentuk informasi, teknologi, modal sosial, budaya dan

peluang politik.

2) Pengorganisasian. Tahapan ini merupakan tahapan dimana suatu

organisasi dan kelembagaan harus berawal dari prakarsa masyarakat

secara sukarela serta diadakannya suatu penguatan organisasi.

3) Kaderisasi. Pada tahapan ini suatu organisasi mempersiapkan kader

pengembangan keswadayaan lokal yang mengambil alih tugas

pendampingan setelah program berakhir. Kader-kader dipilih secara

partisipatif oleh masyarakat.

4) Dukungan Teknis. Pada tahapan ini diberikan pada proses produksi

yang mencakup dukungan untuk memperbaiki proses atau teknologi

yang sedang digunakan.

5) Pengelolaan Sistem Tahapan dimana organisasi membantu kliennya

dalam upaya memperlancar upaya masyarakat memperoleh

kebutuhan, baik secara individu maupun kelompok (Andayani,

Martono, & Muhamad, 2017).

d. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat merupakan tuntutan utama

pembangunan, ini terkait dengan teori sumber daya manusia yang

memandang mutu penduduk sebagai kunci utama pembangunan. Dalam

konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras


9

atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro

(Retnaningsih, 2015).

Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management crisis intervention. Tujuan

utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan

tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan

yang berpusat pada tugas. Pemberdayaan dalam aras mikro ini lebih

kepada membimbing dan melatih masyarakat untuk menjalankan tugas-

tugas kehidupan. Dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur

ulang sampah plastik di bank sampah poklili ini bertujuan juga untuk

membimbing dan melatih masyarakat agar dapat melakukan tugas-tugas

daur ulang secara mandiri.

Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan

memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dalam aras mezzo ini,

pemberdayaan masyarakat juga dilakukan dengan mengadakan seminar-

seminar pelatihan dan pendidikan di luar bank sampah poklili. Seminar

pelatihan dan pendidikan bertujuan agar masyarakat bisa lebih peduli

terhadap lingkungan terutama sampah. Selain meningkatkan rasa


10

kepedulian terhadap lingkungan, masyarakat juga dapat memberdayakan

diri sendiri dan bahkan juga masyarakat sekitar untuk meningkatkan

kreativitas dan perekonomian keluarga.

Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar,

karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih

luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,

lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah

beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang

klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-

situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang

tepat untuk bertindak. Menurut penulis melalui pendekatan tiga model

pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat berdayakan diri

sendiri untuk memenuhi kebutuhan sesuai rencana dan langkah yang

sudah direncanakan.

2. Daur Ulang Sampah Plastik

a. Pengertian Daur Ulang

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

volume sampah, empat (3R) prinsip yang dapat digunakan dalam

menangani masalah sampah antara lain sebagai berikut: a. Reduce

(mengurangi), yakni upayakan meminimalisir barang atau material yang

kita pergunakan. b. Reuse (menggunakan kembali), yakni pilihlah barang

yang bisa dipakai kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai
11

(disposable). c. Recycle (mendaur ulang), yaitu barang yang sudah tidak

berguna lagi bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai

tambah (Triana & Sembiring, 2019).

Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak

industri formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah

menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis. Pada

penelitian ini, penulis membahas mengenai Recycle atau mendaur ulang.

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi

bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya

dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi bahan baju yang baru,

mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan dan

emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang

baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang

terdiri atas pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan

pembuatan produk atau material bekas pakai dan komponen utama dalam

manajemen sampah modern (Sulistyorini, 2005).

Sampah padat dapat didaur ulang dengan memisahkan,

mengumpulkan, memproses, mendistribusi dan membuatnya menjadi

barang-barang yang dapat digunakan kembali. Sampah padat juga menjadi

bahan utama dalam proses daur ulang. Sampah dapat mencemari

lingkungan dan membahayakan kesehatan. Sampah juga menyebabkan

timbulnya banjir. Akan tetapi, melalui daur ulang, sampah dapat diolah
12

lagi menjadi barang yang berguna. Daur ulang sampah adalah proses

pengolahan kembali barang-barang yang tidak berguna menjadi barang

yang berguna (Suharto, 2005: 66).

Pendaurulangan sampah di masyarakat dapat dilakukan dalam

beberapa cara, antara lain pendaurulangan sampah secara manual dan

pendaurulangan dilakukan oleh pabrik. Sampah yang didaur ulang secara

manual biasanya berasal dari benda-benda, misalnya plastik, kertas,

karton, besi, tembaga, tulang, kaca, dan lain sebagainya. Pendaurulangan

yang dilakukan oleh pabrik juga memerlukan bahan baku yang berasal dari

plastik, kaca, besi, kertas, tembaga, tulang, tergantung dari hasil produksi

dari pabrik yang bersangkutan. Sampah memiliki jenis yang beragam,

pengolahan terhadap sampah juga bervariasi tergantung dari jenis sampah

tersebut (Yuniwati & Padulemba, 2012). Pengolahan sampah dapat

dilakukan secara manual dengan diolah langsung oleh manusia, dan juga

dapat diolah oleh pabrik. Sampah yang diolah secara manual biasanya

berbentuk kreasi dan produk yang diolah dengan ide-ide kreatif. Sampah

yang diolah oleh pabrik biasanya menjadi produk yang sama seperti barang

yang telah di daur ulang sebelumnya.

b. Manfaat Daur Ulang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manfaat adalah

guna, faedah, laba, untung. Arti memanfaatkan adalah “menjadikan ada

manfaatnya‟, sedangkan pemanfaatan adalah “proses, cara, perbuatan


13

memanfaatkan‟ (Damanhuri dan Padmi, 2008: 55). Dengan daur ulang,

sampah dapur dan sampah pasar dapat diolah menjadi pupuk. Sampah

plastik dapat dilebur dan dicetak ulang menjadi alat-alat rumah tangga.

Sampah kayu dapat dipakai sebagai bahan untuk membuat kerajinan

tangan. Sampah kayu juga dapat digunakan sebagai bahan bakar (Triana &

Sembiring, 2019).

Sampah logam atau besi dapat didaur ulang menjadi alat-alat

pertanian dan pertukangan. Sudah pasti daur ulang sampah sangat banyak

manfaatnya, karena dengan daur ulang sampah-sampah yang ada di

lingkungan dapat diminimalisir. Sampah terdiri dari berbagai macam jenis,

dan dapat dimanfaatkan kembali sehingga sampah barang-barang yang

tadinya hanya sampah dapat berubah menjadi barang berguna.

Pendaurulangan sampah sudah mempunyai nilai ekonomi yang cukup

tinggi di negara-negara maju (Mutiani, 2015). Banyak berdiri pabrik-pabrik

pendaur ulangan sampah, mereka menjadikan sampah tersebut sebagai

bahan baku atas produk benda-benda tertentu, hal ini jelas meningkatkan

nilai ekonomi dari benda yang bersangkutan. Pengelolaan sampah yang

baik memberikan dua manfaat penting yaitu: a. Mengurangi pencemaran

lingkungan b. Pemanfaatan sampah dapat meningkatkan nilai ekonomi

atas benda yang bersangkutan, sehingga menguntungkan masyarakat

tertentu yang mengelolanya.


14

c. Teknologi daur ulang sampah

Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada

beberapa pendekatan teknologi, diantaranya penanganan pendahuluan.

Penanganan pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil

pengolahan atau daur ulang yang lebih baik dan memudahkan

penanganan dilakukan. Penanganan pendahuluan yang umum dilakukan

saat ini adalah pengelompokan limbah sesuai jenisnya, pengurangan

volume dan pengurangan ukuran. Usaha penanganan pendahuluan ini

dilakukan dengan tujuan memudahkan dan mengefektifkan pengolahan

sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang (Sutidja, 2001).

Pada pengelolaan sampah, upaya daur ulang berhasil baik bila

dilakukan pemilahan dan pemisahan komponen sampah mulai dari

sumber sampai ke proses akhirnya. Upaya pemilahan sangat dianjurkan

dan hendaknya diprioritaskan sehingga termasuk yang paling penting

didahulukan. Persoalannya adalah bagaimana meningkatkan keterlibatan

masyarakat. Pemilahan yang dianjurkan adalah pola pemilahan yang

dilakukan mulai dari level sumber atau sifat awal yaitu belum tercemar

atau terkontaminasi dengan sampah lainnya (Sutidja, 2001).


15

3. Sampah Plastik

a. Pengertian Sampah Plastik

Sampah adalah suatu bahan atau benda yang bersifat padat, yang

sudah tidak dipakai lagi, atau harus dibuang, sebagai hasil dari aktivitas

manusia, yang bukan biologis, belum memiliki nilai ekonomis dan bersifat

padat (solid waste) (Zulkifli, 2014). Plastik merupakan bahan anorganik

buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi

lingkungan. Limbah dari plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara

alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan

kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Sampah

plastik merupakan salah satu jenis sampah rumah tangga yang punya

peran besar dalam perusakan lingkungan. Sampah plastik yang kita buang

akhirnya menumpuk di tempat pembuangan sampah atau terkubur di

dalam tanah. Akibatnya struktur dan kesuburan tanah terganggu, apalagi

kalau sampai mencemari aliran sungai.

Plastik yang dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai polimer banyak

dikenal sebagai material sintetik atau bahan kimia yang memiliki

karakteristik yang khas. Karakteristik plastik dianggap khas karena selain

bisa menjadi menjadi substansi bagi material lain, plastik juga mempunyai

karakter tersendiri sebagai material alternatif selain material yang sudah

ada. Polimer adalah material yang molekul-molekulnya berupa

pengulangan atau gabungan ikatan-ikatan kovalen pertikelnya yang lebih


16

kecil (Damanhuri & Padmi, 2011). Berdasarkan strukturnya polimer

diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: a) Plastik, yaitu polimer yang

strukturnya permanen b) Elastomer, yaitu polimer yang strukturnya elastis

c) Fibre, yaitu polimer yang strukturnya berupa serat Dari klasifikasi di

atas, dapat diketahui bahwa material plastik adalah salah satu jenis polimer

yang strukturnya permanen atau dengan kata lain bahwa istilah material

plastik merupakan sebuah istilah spesifik dan berbagai macam jenis

polimer.

b. Daur Ulang Sampah Plastik

Pemanfaatan limbah plastik dengan daur ulang umumnya dilakukan

oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah

plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam

bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan) limbah

harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi

(Permadi, 2011). Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan

limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan,

pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan

sebagainya. Daur ulang sampah yang dilakukan oleh industri/pabrik yaitu

melalui pemisahan limbah plastik, pemotongan limbah plastik, pencucian

limbah plastik yang telah dipotong sebelumnya, dan menghilangkan zat-

zat berbahaya pada plastik setelah limbah plastik dipotong. Selain daur

ulang yang dilakukan oleh industri atau pabrik, daur ulang sampah plastik
17

juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kembali barang-barang dari

limbah plastik. Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali

barang barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis

limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi menjadi barang

semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru

untuk meningkatkan kualitas (Bahar, 1986).

C. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan landasan teori di atas, dapat

disimpulkan bahwa diperlukan satu bentuk kegiatan sebagai kepedulian

atas menjaga lingkungan dengan melakukan pelatihan daur ulang sampah.

dipaparkan secara operasional sebagai berikut;

1. Bagaimana bentuk kegiatan pengelolaan sampah anorganik menjadi

aneka kreasi daur ulang pada remaja di Kampung Hijau Kelurahan

Sungai Bilu?

2. Bagaimana keterlibatan Program Studi Pendidikan IPS dalam

mengkampanyekan peduli lingkungan kepada remaja di Kampung

Hijau Kelurahan Sungai Bilu?

D. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, maka kegiatan ini

bertujuan untuk:
18

1. Mendeskripsikan bentuk kegiatan pengelolaan sampah anorganik

menjadi aneka kreasi daur ulang pada remaja di kampung hijau

Kelurahan Sungai Bilu.

2. Mendeskripsikan keterlibatan Program Studi Pendidikan IPS dalam

mengkampanyekan peduli lingkungan bagi remaja di Kelurahan Sungai

Bilu.

E. Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi

pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang pada

remaja di kampung hijau Kelurahan Sungai Bilu. Namun, secara rinci

dimaksudkan sebagaimana berikut:

A. Bagi masyarakat khususnya pada masyarakat di Kampung Hijau

Kelurahan Sungai Bilu tentang edukasi terhadap pengelolaan sampah

anorganik.

B. Bagi dosen Program Studi Pendidikan IPS

A. Sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan pengelolaan

sampah anorganik di sekitar lingkungan Kampung Hijau, Kelurahan

Sungai Bilu.

B. Peningkatan kerjasama antar instansi khususnya Bidang

Pengelolaan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota

Banjarmasin.
19

C. Sebagai sarana komunikasi antar institusi dan mahasiswa Program

Studi pendidikan IPS tentang kepedulian pengelolaan sampah.


BAB II
METODE KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

A. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dalam kegiatan pengabdian mencakup tiga

kelompok, yakni; Pengelola Program Studi Pendidikan IPS, mahasiswa

Program Studi Pendidikan IPS, dan remaja di Kampung Hijau Kelurahan

Sungai Bilu

B. Metode Kegiatan

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan bentuk

“Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang

Pada Remaja Di Kampung Hijau Kelurahan Sungai Bilu” dilakukan

dalam tiga bentuk kegiatan, yaitu; pertama, diskusi mengenai jenis-jenis

sampah dan pengelolaannya. Kedua, pelatihan pengelolaan sampah

anorganik. Ketiga, praktek pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka

kreasi.

20
21

C. Jadwal Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan di Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu.

Kegiatan dilaksanakan pada bulan September, 2020. Secara spesifik, berikut

rincian kegiatan:

No Hari/Tanggal Pukul Lokasi

Sekretariat Kelompok
1 Sabtu, 12 September 2020 09:00 s.d 12:00 Wita
Remaja Kampung Hijau

Sekretariat Kelompok
2 Sabtu, 19 September 2020 14:00 s.d 16:30 Wita
Remaja Kampung Hijau

Sekretariat Kelompok
3 Sabtu, 26 September 2020 16:00 – 17.30 Wita
Remaja Kampung Hijau

D. Organisasi Pelaksanaan

Ketua Pelaksana:
Nama Lengkap : Dr. Syaharuddin, M.A.
NIDN : 0001037404
Program Studi : Pendidikan IPS
Anggota:
Nama Lengkap : Jumriani, M.Pd
Muhammad Ilmiyanor
Wanda Aprilla
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengabdian “Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi

Aneka Kreasi Daur Ulang Pada Remaja Di Kampung Hijau Kelurahan

Sungai Bilu” dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali kegiatan. Adapun desain

pelaksanaan diawali dengan pemaparan materi, pelatihan pengolahan

aneka kreasi hingga pada praktek oleh remaja dalam mengolah sampah

plastik menjadi aneka kreasi. Pelatihan dilakukan dengan berkoordinasi

bersama dengan Mahasiswa Pendidikan IPS FKIP ULM. Hal ini

dimaksudkan agar Program Studi Pendidikan IPS melakukan pengabdian

pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi mengikutsertakan

mahasiswa.

B. Temuan Dan Hasil Evaluasi

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ““Pengelolaan Sampah

Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Pada Remaja Di Kampung

Hijau Kelurahan Sungai Bilu”” dilaksanakan dalam rentang waktu di

bulan September 2020. Kegiatan pengabdian pengelolaan sampah

anorganik diawali dengan adanya sosialisasi berupa penyampaian materi

tentang jenis-jenis sampah, dampak sampah bagi kehidupan masyarakat,

serta konsep pengelolaan sampah. Diskusi dan tanya jawab dilakukan

22
23

dengan para remaja terkait dengan materi yang disampaikan. Melalui hasil

diskusi, secara spesifik para remaja belum paham tentang pengelolaan

sampah anorganik menjadi aneka kreasi sehingga menjadi barang yang

berguna. Oleh sebab itu, tim pengabdian masyarakat mensosialisasikan

cara pengelolaan sampah dan juga menjelaskan tahapan membentuk bank

sampah. Hal ini dilaksanakan agar sampah di sekitar Kampung Hijau

menjadi bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis.

Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang

telah dilaksanakan, yaitu kegiatan pertama dilakukan dengan sosialisasi

pengelolaan sampah menjadi aneka kreasi melalui pemaparan materi.

Sosialisasi ini bisa berjalan dengan lancar yang ditandai dengan antusias

para remaja dalam diskusi pengelolaan sampah menjadi aneka kreasi daur

ulang. Pemahaman remaja yang berkaitan dengan kegiatan sosialisasi

pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka daur ulang dan penghasil

ekonomi bagi remaja di Kampung Hijau Kelurahan Sungai Bilu sudah

cukup baik. Kegiatan pengabdian ini membuka jalan pikiran atau ide para

remaja tentang pengelolaan sampah.

Kedua, kegiatan pengabdian dilakukan menerapkan metode

demonstrasi. Tim pengabdian memberikan contoh dan mempraktikkan

cara mengelola sampah anorganik menjadi aneka kreasi melalui

penayangan video. Selanjutnya para remaja mempraktikkan ulang cara

mengolah sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dengan


24

peralatan yang telah disediakan. Selanjutnya metode ketiga menerapkan

metode diskusi dilakukan agar masyarakat termasuk remaja lebih mengerti

dengan penjelasan yang telah disampaikan dan dapat diberikan

kesempatan kepada remaja untuk lebih aktif, serta memberikan

kesempatan untuk bertanya, saling bertukar pikiran dan pengalaman.

Setelah pelaksanaan pengabdian selesai, tim pengabdian mengadakan

evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman para remaja melalui

praktik membuat aneka kreasi dari sampah anorganik dengan

menggunakan peralatan yang telah tersedia.

C. Pembahasan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan untuk

meningkatkan ide pikiran dan meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang pentingnya pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi

oleh para remaja di Kampung Hijau Kelurahan Sungai Bilu. Pada dasarnya

produksi sampah semakin hari semakin meningkat. Untuk meminimalisir

keberadaan sampah diperlukan proses daur ulang, terutama sampah

anorganik. Sampah merupakan salah satu yang menyebabkan

permasalahan lingkungan yang memerlukan perhatian serius untuk

menanganinya.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut

derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada


25

konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah

dan selama proses alam tersebut berlangsung.

Sumber sampah terbanyak adalah yang berasal dari pemukiman,

komposisinya berupa 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya adalah

sampah anorganik. Sampah organik telah banyak dijadikan sebagai bahan

kompos dan biogas. Untuk sampah anorganik masih minim

pengolahannya. Sampah anorganik sangat sulit untuk didegradasi oleh

alam, sampah anorganik yang banyak dijumpai adalah jenis plastic

khususnya botol plastik (Putra dkk, 2010).

Banyak jenis minuman yang dikemas dalam bentuk botol plastik,

yang akhirnya botol plastik tersebut dibuang sebagai sampah. Plastik

bukanlah material yang sempurna, plastik juga memiliki kelemahan yang

cukup fatal dilihat dari sisi lingkungan yaitu hampir separuh jenis plastik

yang dihasilkan oleh industri tidak dapat terurai dengan mudahnya di

alam. Ada beberapa jenis plastik yang tidak bisa dilebur atau dihancurkan,

sehingga plastik yang tidak dapat dilebur tersebut akan dibuang dan

menumpuk menjadi gunungan sampah yang akan terus bertambah seiring

bertambahnya pemakaian. Lambat laun sampah plastik yang tidak dapat

dilebur atau dihancurkan tersebut akan menjadi limbah yang apabila

dibiarkan akan menjadi polusi bagi lingkungan (Sofiana, 2010).

Sampah rumah tangga khususnya sampah anorganik merupakan

masalah tersendiri karena sampah jenis ini sulit didegradasi. Permasalahan


26

tersebut dapat teratasi dengan adanya kegiatan mendaur ulang sampah

anorganik menjadi aneka kreasi kerajinan yang bernilai ekonomi, dan

membawa dampak positif terhadap lingkungan.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sampah anorganik adalah sampah yang berasal bukan dari makhluk

hidup. Sampah anorganik memerlukan waktu yang lama atau bahkan tidak

dapat terdegradasi secara alami. Salah satu pemanfaatan sampah

anorganik adalah dengan cara proses daur ulang (recycle). Daur ulang

merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak

dipakai agar dapat dipakai kembali. Beberapa limbah anorganik yang

dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, dan

kertas.

Penanganan sampah sebagai suatu produk yang tidak lagi

bermanfaat dan cenderung untuk dibuang begitu saja harus diubah.

Pengelolaan sampah memerlukan usaha dan kesadaran akan pemanfaatan

dan pengelolaan sampah yang baik dan tepat untuk dikembangkan di

setiap lingkungan masyarakat sehingga kualitas kesehatan, kualitas

lingkungan dapat ditingkatkan, serta sampah dapat menjadi sumberdaya

yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur

ulang merupakan satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi

27
daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah

anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang.

B. Saran

Pemerintah dan semua lapisan masyarakat sebaiknya memberi

perhatian yang khusus terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sampah

menjadi aneka kreasi dengan menerapkan prinsip 3D (dimulai dari hal

yang kecil, dimulai dari sekarang, dimulai dari diri sendiri) dalam

kehidupan sehari-hari dalam memperhatikan sampah untuk mengurangi

kerusakan bumi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arif, M. (2015). Model pembelajaran konstruktivisme pada materi

pengaruh perkembangan Iptek. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 16

(1).

Arthur, R. (2018). Evaluasi program diklat karya tulis ilmiah untuk

widyaiswara Pusbangtendik Kemdikbud. Jurnal Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan, 22 (1), 35-48.

Assapari, M. M. (2014). Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan perkembangannya di era globalisasi. Prasi, 9 (18).

Brotowidjoyo, M. D. (1985). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika

Presindo.

Bryson, J. M. (1999). Perencanaan Strategis Organisasi Sosial. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Depdiknas. (2001). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang

Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan.

Dunlosky, J., Rawson, K. A., Marsh, E. J., Nathan, M. J., & Willingham, D.

T. (2013). Improving students’ learning with effective learning

techniques: Promising directions from cognitive and educational

psychology. Psychological Science in the Public Interest, 14 (1), 4-58.

29
Engels, T. C., Ossenblok, T. L., & Spruyt, E. H. (2012). Changing publication

patterns in the social sciences and humanities, 2000–2009.

Scientometrics, 93 (2), 373-390.

Gertler, M. S., & Wolfe, D. A. (2006). Spaces of knowledge flows: Clusters

in a global context. Clusters and regional development: Critical reflections

and explorations, 218-235.

Goodchild, M. F., & Janelle, D. G. (2010). Toward critical spatial thinking in

the social sciences and humanities. GeoJournal, 75 (1), 3-13.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Kurniadi, F. (2017). Penulisan karya tulis ilmiah mahasiswa dengan media

aplikasi pengolah kata. Aksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, 1 (2) , 267-277.

Larivi? re, V., Gingras, Y., & Archambault, É. (2006). Canadian collaboration

networks: A comparative analysis of the natural sciences, social

sciences and the humanities. Scientometrics, 68 (3) , 519-533.

Maryadi. (2001). Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Mesman, J., Bongers, I. L., & Koot, H. M. (2001). Preschool developmental

pathways to preadolescent internalizing and externalizing problems.

The Journal of Child Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines, 42

(5), 679-689.

30
Olmos-Peñuela, J., Molas-Gallart, J., & Castro-Martínez, E. (2014). Informal

collaborations between social sciences and humanities researchers

and non-academic partners. Science and Public Policy, 41 (4), 493-506.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Soeparno. (2003). Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan Pelatihan Penulisan Bahan Kuliah

(Buku Pegangan Kuliah). Yogyakarta: Jurusan AP FIP UNY.

Suyanto. (2003). Teknik Penulisan Artikel ilmiah. Yogyakarta: Lembaga

Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.

Tanjung, B. N., & Ardial. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,

Skripsi, dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel

Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Tatang, M. A. (2006). Menulis Karya Ilmiah (Artikel). Makalah Pelatihan

Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru-Guru se- Indonesia. Yogyakarta.

Wardhani. (2007). Menulis Karya Ilmiah . Bandung : Nusa Media.

31
DOKUMENTASI

32
33
34
35
SURAT TUGAS

36
LETTER OF ACCEPTANCE

October 26th, 2020

Dear Authors,

On the behalf of the released our journal The Innovation of Social Studies Journal.
We are pleased to inform that your paper, entitled:

“Inorganic Waste Management Education Through The Creation


of Various Recycling Training in The Kampung Hijau”

Written by Syaharuddin, Jumriani, Muhammad Rezky Noor Handy, Muhammad


Ilmiyanor, and Wanda Aprila

Has been ACCEPTED and will be proceed to be published in The Innovation of


Social Studies Journal, Vol. 2, No. 2 on March 2020.

We congratulate for your achievement. The technical issues about the publication
will be informed later at https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis. Thank
you very much for participating in our journal.

Kindest Regards,
Chief of Editor

Bambang Subiyakto

37
The Innovation of Social Studies Journal
Vol. 2, (2), March 2021

Inorganic Waste Management Education Through The Creation of


Various Recycling Training in The Kampung Hijau
Syaharuddin
syahar@ulm.ac.id
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University
Jumriani
jumriani@ulm.ac.id
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University
Muhammad Rezky Noor Handy
rezky.handy@ulm.ac.id
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University
Muhammad Ilmiyanor
Ilmiynr1@gmail.com
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University
Wanda Aprilla
wanda.aprilla181012@gmail.com
Social Studies Education Department, FKIP Lambung Mangkurat University
Abstrak
Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang merupakan satu sarana untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah
anorganik. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka
kreasi daur ulang di Kampung Hijau Kelurahan Sungai Bilu. Metode yang digunakan yaitu,
penyampaian materi, diskusi dan praktek pengolahan sampah anorganik menjadi aneka kreasi. Hasil
kegiatan mendeskripsikan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang
merupakan satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pemerintah dan semua lapisan
masyarakat sebaiknya memberi perhatian yang khusus terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sampah
menjadi aneka kreasi dengan menerapkan prinsip 3D (dimulai dari hal yang kecil, dimulai dari
sekarang, dimulai dari diri sendiri) dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: Pelatihan, Daur Ulang, dan Sampah Anorganik.

Abstract
Training in managing inorganic waste into various recycled creations means increasing public
knowledge and empowering them in inorganic waste management. This article aims to describe
inorganic waste management into various recycled creations in Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu.
The method used is the delivery of material, discussion, and processing of inorganic waste into various
creations. The activity results describe the training in managing inorganic waste into various recycled
creations as a means to increase public knowledge. The government and all society levels should pay
special attention to the use and management of waste in various creations by applying the 3D principle
(starting from small things, starting from now, starting with oneself) in everyday life.
Keywords: Training, Recycling, and Inorganic Waste.

PRELIMINARY
A clean and free environment from garbage is the dream of every society. The clean
environment also creates a comfortable and pleasant atmosphere. Clean roads, rivers free of
garbage, and fresh air are ideal environmental conditions that make the surrounding community
live healthily (Apriyani, 2020). Creating a clean environment will bring people to be more
enthusiastic, creative, innovative, and always want to change for a better condition. Even so,

1
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
Syaharuddin, Jumriani, Muhammad Rezky Noor Handy, Muhammad Ilmiyanor, and Wanda
Aprilla

environmental cleanliness is still an issue in people's lives. There are still some people who
litter and do not care about the beauty of the environment.
Garbage is an environmental problem that has yet to be handled properly, especially in
developing countries. The ability to manage waste is still low, with an imbalance in waste
production, making waste pile up everywhere. Waste that is not properly managed will result
in poor environmental quality, water produced from garbage causes pollution in soil, water,
and air, increases the development of pests and diseases, decreases health and environmental,
aesthetic value due to water, soil and air pollution (Hartono, 2008)
The problem of waste that arises in big cities is collecting, transporting, disposing of,
utilizing, and destroying waste, both wastes originating from households, markets, industry,
and office waste. Today, the problem of waste should be a serious concern for the people of
Indonesia, given the various kinds of environmental disturbances that can be caused by the
accumulation of garbage, which continues to increase from day to days, such as air pollution,
disease progression, land pollution, water pollution, and others. The disturbance caused by
inorganic waste such as plastic, rubber, cans, which cannot decompose and decompose from
the earth quickly, so that recycling techniques are needed to reduce the volume of this type of
waste. It takes 1000 years for plastic waste decomposed by the soil in a decomposed or
complete manner.
According to INSWA (Indonesia Solid Waste Association), the use of plastic in Indonesia
alone has now reached 3 million tons per year. According to data from the local sanitation
office for 2010, the total waste in Banjarmasin City reached 2000 tons per day, of which 100
tons are plastic waste. . Unfortunately, plastic waste is often seen as a useless waste of human
activities. It tends to have to be thrown away. 3M's efforts (reduce, reuse, and recycle) have
not been fully realized by the community, and assume that the responsibility for environmental
hygiene is in the government's hands. Most of the plastic waste generated from community
activities is a type of plastic that can be recycled (Sutidja, 2001).
Plastic waste, especially those in the form of bottles, has a great potential to be recycled
into various kinds of products that can increase the economic value of plastic bottle waste itself.
Like what has been done by Bob, a plastic bottle craftsman from Jakarta, by recycling plastic
bottle waste into creative products, Bob can generate tens of millions of turnover every month.
Republika.Co.Id, Banjarmasin explained that as many as 50 waste banks in Banjarmasin City,
South Kalimantan, were declared "suspended animation" or had not operated properly for a
long time. Head of the Regional Environmental Agency (BLHD) of Banjarmasin City, Hamdi,
stated that he was very sorry that so many waste banks in his area were no longer operating.

2
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
The Innovation of Social Studies Journal
Vol. 2, (2), March 2021

Of the 125 waste banks in our area, it is unfortunate that as many as 50 waste banks have
stopped operating, this is our common concern to make efforts to be managed by the
community again. Seeing the opportunity to increase the economic value of the use of plastic
bottle waste, supported by the volume of plastic bottle waste produced by the community,
training is needed for residents in an area to manage waste into various creations, so that it is
beneficial from a social and economic perspective for the community (Triana & Sembiring,
2019).
The existence of teenagers in an area can be used to manage plastic waste into various
creations. Adolescents potentially have attitudes that show very high awareness and interest in
science. Therefore, a breakthrough to optimize the regeneration of plastic waste recycling by
youth is an opportunity to encourage the development of plastic waste management.
METHOD
This article was compiled from community service results for the Social Studies Education
Study Program in Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu. This activity is a concrete form of
community service for the Social Studies Education study program. The main thing behind this
dedication is related to the importance of inorganic waste management so that it provides
benefits for environmental quality and community life.
Kampung Hijau Kelurahan Sungai Bilu was chosen as a service place because the village
is part of a local government program known as the climate village. The identity of the climate
village is closely related to the quality of the environment. Therefore, taking part in the
government program of the Social Studies Education Study program to do inorganic waste
management services to support the creation of a Kampung Hijau as a climate village in
Banjarmasin City.
The implementation mechanism is carried out in three forms of activities: first, a
discussion about the types of waste and their management. Second, training in inorganic waste
management. Third, the practice of inorganic waste management becomes various creations.
The activity was carried out in September 2020. Specifically, here are the details of the activity:
Table 1.1
Service Implementation Schedule
No Day / Date Time Location
Saturday, 12 September Village Youth Group
1 09:00 to 12:00 Wita
2020 Secretariat
Saturday, 19 September Kampung Hijau Youth
2 14:00 to 16:30 Wita
2020 Group Secretariat

3
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
Syaharuddin, Jumriani, Muhammad Rezky Noor Handy, Muhammad Ilmiyanor, and Wanda
Aprilla

Saturday, 26 September Kampung Hijau Youth


3 16:00 - 17.30 Wita
2020 Group Secretariat
Source: Research Data, 2020
RESULTS AND DISCUSSION
Several efforts can be made to reduce the volume of waste, four (3R) principles that can
be used in dealing with waste problems are as follows: A) Reduce (reduce), which is trying to
minimize the goods or materials that we use. B) Reuse (reuse), i.e., choose items that can be
used again, avoid using disposable items(disposable). C) Recycle, namely items that are no
longer useful, can be recycled so that they are useful and have added value (Triana &
Sembiring, 2019).
Not all goods can be recycled, but nowadays, there are many formal industries and home
industries that use waste to be useful and have economic value. In this research, the writer
discusses Recycle. Recycling is the process of turning used materials into new materials to
prevent waste that can actually be useful, reducing new clothing materials, reducing energy
use, reducing pollution, land degradation, and greenhouse gas emissions compared to the
manufacturing process. New recycling stuff is one of the solid waste management strategies,
which consists of sorting, collecting, processing, distributing, and manufacturing used products
or materials and a major component in modern waste management (Sulistyorini, 2005).
Solid waste can be recycled by separating, collecting, processing, distributing, and
making it into reusable items. Solid waste is also the main ingredient in the recycling process.
Garbage can pollute the environment and endanger health. Garbage also causes flooding.
However, through recycling, waste can be processed again into useful items. Waste recycling
is reprocessing useless items into useful items (Suharto, 2005: 66).
Recycling waste in the community can be carried out in several ways, including manual
recycling of waste and recycling carried out by factories. Waste that is recycled manually
usually comes from objects, such as plastic, paper, cardboard, iron, copper, bone, glass, etc.
Recycling carried out by the factory also requires raw materials from plastic, glass, iron, paper,
copper, and bone, depending on the factory's production. Garbage has various types; the
processing of waste varies depending on the type of waste (Yuniwati & Padulemba, 2012).
Waste processing can be done manually by being processed directly by humans and processed
by factories. Waste that is processed manually is usually in the form of creations and products
processed with creative ideas. Waste that is processed by factories usually becomes the same
product as items that have been recycled before.

4
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
The Innovation of Social Studies Journal
Vol. 2, (2), March 2021

Metal or iron waste can be recycled into agricultural and woodworking tools. Waste
recycling certainly has many benefits because recycling waste in the environment can be
minimized. Garbage consists of various types and can be reused so that waste items that were
previously only garbage can turn into useful items. Recycling of waste already has a high
economic value in developed countries (Mutiani, 2015). There are many factories for recycling
waste. They make the waste raw material for certain products; this increases the objects'
economic value in question. Good waste management provides two important benefits, namely:
a. Reducing environmental pollution b. Utilization of waste can increase the object's economic
value in question, thus benefiting certain communities who manage it.
The utilization of plastic waste by recycling is generally carried out by industry. In
general, there are four requirements so that plastic waste can be processed by industry,
including waste must be in a certain form as needed (seeds, pellets, powders, fragments) the
waste must be homogeneous, not contaminated, and prevented from being oxidized (Permadi,
2011). To overcome this problem, before use, plastic waste is processed through simple steps,
namely separation, cutting, washing, and removal of substances such as iron and so on. Waste
recycling carried out by industries/factories is through separating plastic waste, cutting plastic
waste, washing previously cut plastic waste, and removing harmful substances from plastics
after plastic waste is cut. Besides recycling carried out by industry or factories, plastic waste
recycling can also be done by reusing items from plastic waste. The use of recycled plastics in
the remaking of plastic goods has grown rapidly. Almost all types of plastic waste (80%) can
be reprocessed into original goods even though there must be a disruption.
The implementation of community service activities was carried out. Namely, the first
activity was carried out by disseminating waste management into various creations through
material exposure. This socialization can run smoothly, which is indicated by the youth's
enthusiasm in discussing waste management into various recycling creations. Adolescents'
understanding of the socialization of inorganic waste management into various recycling and
economic production for youth in Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu, is good enough.
This service activity opens the way teenagers think or ideas about waste management.
Second, community service activities are carried out using the demonstration method.
The community service team provides examples and practices on managing inorganic waste
into various creations through video viewing. Furthermore, the teenagers practiced how to
process inorganic waste into various recycled creations using the equipment provided.
Furthermore, the third method of applying the discussion method is carried out so that the

5
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
Syaharuddin, Jumriani, Muhammad Rezky Noor Handy, Muhammad Ilmiyanor, and Wanda
Aprilla

community, including adolescents, understands better the explanations that have been
conveyed and can be given opportunities for youth to be more active and provide opportunities
to ask questions and exchange ideas, and experiences. After the community service
implementation is complete, the community service team conducts an evaluation to determine
the level of understanding of the teenagers through the practice of making various creations
from inorganic waste using available equipment.
This community service activity is carried out to increase ideas and increase public
awareness of the importance of managing inorganic waste into various creations by teenagers
in Kampung Hijau, Kelurahan Sungai Bilu. Waste production is increasing day by day.
Minimize the presence of waste, and a recycling process is needed, especially inorganic waste.
Garbage is one of the causes of environmental problems that require serious attention to deal
with it.
CONCLUSION
Inorganic waste is garbage that does not come from living things. Inorganic waste takes
a long time or cannot be degraded naturally. One of the uses of inorganic waste is by way of
the recycling process (recycle). Recycling is an effort to process goods or objects that are no
longer used to be reused. Some inorganic waste can be utilized through the recycling process,
for example, plastics, glass, and paper.
Waste handling as a product that is no longer useful and tends to be thrown away should
be changed. Waste management requires effort and awareness of proper and appropriate waste
utilization and management to be developed in every community environment. The quality of
health, environmental quality can be improved, and waste can become a resource that can be
used to improve community welfare.
REFERENCES
Apriyani, A., Putri, M. M., & Wibowo, S. Y. (2020). Pemanfaatan sampah plastik menjadi
ecobrick. Masyarakat Berdaya Dan Inovasi, 1(1), 48–50.
Artiningsih, N. K. A. (2008). Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga
(Studi kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang). Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Dunlosky, J., Rawson, K. A., Marsh, E. J., Nathan, M. J., & Willingham, D. T. (2013).
Improving students' learning with effective learning techniques: Promising directions
from cognitive and educational psychology. Psychological Science in the Public
Interest, 14 (1), 4-58.
Furnanda, R. (2012). Partisipasi ibu rumah tangga dalam mewujudkan program medan green
and clean (MdGC) melalui pengelolaan bank sampah di lingkungan II Kelurahan
Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012. Universitas
Sumatera Utara.
Hartono, R. (2008). Penanganan dan pengolahan sampah. Penebar Swadaya Grup.

6
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis
The Innovation of Social Studies Journal
Vol. 2, (2), March 2021

Mesman, J., Bongers, I. L., & Koot, H. M. (2001). Preschool developmental pathways to
preadolescent internalizing and externalizing problems. The Journal of Child
Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines, 42 (5), 679-689.
Prastiwi, K. W., & Widihastuti, Y. (2009). Recycle bottle. Tiara Aksa.
Sutidja. (2010). Kesehatan lingkungan dan perspektif Islam. Kencana Prenada Media Group.
Triana & Sembiring (2019). Manajemen pengolahan sampah: Pengolahan sampah, murah,
efektif, efisien dan cepat.
Wibowo, H. E. (2010). Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah permukiman di
Kampung Kamboja Kota Pontianak. Universitas Diponegoro.
Yuliati, I. (2011a). Aksesori dari kertas: Memanfaatkan kertas menjadi berbagai macam
aksesori cantik. Tiara Aksa.
Yuliati, I. (2011b). Modul pelatihan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Environmental
Services Program.

7
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/iis

Anda mungkin juga menyukai