Anda di halaman 1dari 23

SETAN: Sedotan Tandur dari Tulang Ikan dan Rumput Laut

sebagai Upaya Mengurangi Sampah Sedotan Plastik di Surabaya


Sub Tema: Lingkungan

Diajukan Untuk Mengikuti

Lomba LKTI TIUPPSS UKPI

2020

Nama Tim:

Sulthan Fathi Nur Alauddin

Hamriyana Hamzah

Zaroh Ulfa Nur Aini

Universitas Airlangga

Surabaya

2020

ii
sahan Proposal Karya Tulis Ilmiah
1 Judul Karya : SETAN: Sedotan Tandur dari Tulang Ikan dan Rumput
Laut sebagai Upaya Mengurangi S Laut sebagai Upaya Mengurangi Sampah Sedotan Plastik di
hdkjdhwkerhwkerhkejhwkjhfje di Surabaya
2 Ketua Kelompok
a. Nama : Sulthan Fathi Nur Alauddin
b. NIM : 081911133070
c. Asal Instansi : Universitas Airlangga
d. Alamat Rumah/Nomor Telepon : Situbondo/082301271901
e. Alamat Email : fathisulthan375@gmail.com
3 Anggota Kelompok : 2 Orang
4 Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Habiburrochman, SE., M.Si., Ak.
b. NIP : 197401062005011001
c. Alamat Rumah/Nomor Telepon : Jl. Karang Menjangan 2/24 Surabaya/08121675880

Mengetahui, Surabaya, 7 Februari 2020

Dosen Pendamping Hormat kami,

Ketua Kelompok

Habiburrochman, SE., M.Si., Ak Sulthan Fathi Nur Alauddin

NIP 197401062005011001 NIM 081911133070

i
Lembar Orisionalitas

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul “SETAN: Sedotan Tandur dari Tulang Ikan dan Rumput Laut
sebagai Upaya Mengurangi Sampah Sedotan Plastik di Surabaya” ini tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “SETAN: Sedotan Tandur dari Tulang Ikan dan
Rumput Laut sebagai Upaya Mengurangi Sampah Sedotan Plastik di Surabaya” ini kami
susun dengan mengacu pada beberapa sumber literatur. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari bahwa karya tulis ilmiah yang kami susun ini tak pernah lepas dari kekurangan.
Dengan itu, kami sangat mengharapkan masukan dari berbagai sumber, sebagai acuan dalam
penyempurnaan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, kamiberharap semoga karya
ini dapat bermanfaat, bagi kami khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

Surabaya, 29 Februari 2020

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………... i
LEMBAR ORISINALITAS …………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………... 4
2.1 Perkembangan Sedotan Plastik ……………………………………………………… 4
2.2 Edible Straw …………………………………………………………………………. 5
2.3 Keunggulan Bibit Sawi ……………………………………………………………… 5
2.4 Masalah Gizi Akibat Kurang Mengonsumsi Sayur dan Buah ………………………. 6
BAB III METODE PENULISAN ………………………………………………………. 8
3.1 Studi Literatur ……………………………………………………………………….. 8
3.2 Metode Analisa Data ………………………………………………………………… 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………... 9
4.1 Proses Pembuatan Sedotan Tandur ………………………………………………….. 9
4.2 Keunggulan Tanaman Sawi …………………………………………………………. 12
4.3 Keuntungan Penggunaan Sedotan Tandur …………………………………………... 12
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………… 14
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 14
5.2 Saran ………………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 15
BIODATA DIRI ………………………………………………………………………… 16

iv
SETAN: SEDOTAN TANDUR DARI TULANG IKAN DAN RUMPUT LAUT
SEBAGAI UPAYA MENGURANGI SAMPAH SEDOTAN PLASTIK DI SURABAYA

Sulthan Fathi Nur Alauddin; Hamriyana Hamzah; Zaroh Ulfa Nur Aini
Universitas Airlangga

ABSTRAK
Penggunaan plastik sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga, jumlah sampah plastik juga semakin meningkat setiap
tahun. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya
menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik. Penggunaan
plastik yang sering ditemui yaitu sedotan plastik, diperkirakan pemakaian sedotan plastik di
Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang. Sampah plastik pada umumnya dapat
didaur ulang namun tidak dengan sedotan karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang,
maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil. Hal ini berdampak pada
peningkatan sedotan plastik karena tidak adanya tindakan daur ulang. Selain masalah sampah
juga terdapat masalah gizi pada anak di Indonesia yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi
sayuran dan buah. Data dari riset Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan
Masyarakat tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 97,7% untuk anak Indonesia yang
berusia di bawah lima tahun kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah. Oleh karena itu,
penulis menawarkan sebuah inovasi berupa sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut
yang aman untuk dikonsumsi (edible straw) serta dapat mudah terurai untuk meminimalisir
masalah sampah sedotan plastik. Selain itu juga sedotan tandur dapat ditanam sehingga
menghasilkan tanaman berupa sayuran sawi untuk membantu dalam menggalakkan konsumsi
sayuran dikalangan masyarakat. Metode penulisan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi literatur dari berbagai sumber untuk
mengumpulkan data dan bahan penulisan yang dibutuhkan. Melalui inovasi tersebut
diharapkan dapat membantu dalam meminimalisir masalah sampah sedotan plastik yang
semakin buruk dan masalah gizi pada anak di Indonesia.

Kata Kunci : Plastik, Sedotan Tandur, Tanam

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zaman modern saat ini dengan budaya masyarakat yang ingin serba instan,
membuat penggunaan plastik menjadi hal biasa dilakukan masyarakat Indonesia bahkan
dunia dalam kehidupan sehari-hari. Sifatnya yang ringan, kuat, dan praktis membuat
plastik sering digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck
dari University of Georgia, pada tahun 2010 terdapat 275 juta ton sampah plastik yang
dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari
laut. Indonesia sendiri memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya
menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-
1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. Dengan angka
tersebut maka Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke
laut terbesar kedua di dunia setelah negara China.
Penggunaan plastik sangat sering dijumpai setiap kali berbelanja ke mana pun
seperti di toko, pasar, mall dan tempat di mana dilakukan transaksi jual beli. Salah satu
jenis plastik yang juga sering dijumpai yaitu sedotan plastik yang selalu dibutuhkan
ketika kita makan dan minum. Ketika mengonsumsi minuman yang disajikan di dalam
gelas masyarakat sering menggunakan sedotan plastik pun selalu ada. Pemakaian sedotan
plastik masyarakan Indosesia merupakan peringkat tertinggi di dunia. Data yang
dikumpulkan oleh Divers Clean Action pada tahun 2018 memperkirakan pemakaian
sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang. Sedotan itu berasal dari
restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw).
Penggunaan plastik yang tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan, karena dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan
pada tubuh manusia (karsinogenik). Selain itu, penggunaan plastik ini pada akhirnya akan
menjadi sampah yang tidak mudah terurai dalam jangka waktu yang singkat. Hal ini
dikarenakan sampah plastik termasuk pada sampah anorganik yang tidak dapat
mengalami pembusukan secara alami sebagaimana sampah organik. Sehingga materi ini
akan terus terkumpul selama beribu tahun di tanah tanpa adanya proses penguraian oleh
bakteri dekomposer.
Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik tidaklah bijak jika dibakar karena akan
menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia,

1
meskipun jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari tanah dan air
tanah. Plastik dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Terdapat penelitian
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A. Oleh karena
itu pemakaian plastik yang jumlahnya sangat besar tentu akan berdampak signifikan
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan karena plastik mempunyai sifat sulit
terdegradasi (non-biodegradable), plastik diperkirakan membutuhkan 100 sampai 500
tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Dengan demikian,
pemakaian plastik baik plastik yang masih baru maupun sampah plastik harus sesuai
dengan persyaratan yang berlaku agar tidak berbahaya terhadap kesehatan dan
lingkungan.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
sekitar 70% sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh para pelaku
daur ulang, namun tidak dengan sedotan karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang,
maka tidak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil. Hal ini menyebabkan
sampah sedotan plastik akan semakin menumpuk dan tentu akan memberikan dampak
buruk bagi lingkungan.
Selain masalah sampah plastik yang semakin buruk di Indonesia, juga terdapat
masalah mengenai gizi anak yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi sayur dan buah di
kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini didukung dengan penelitian riset Pusat Penelitian
dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat (2014), yaitu sebanyak 97,7% untuk
anak Indonesia berusia di bawah lima tahun yang kurang mengonsumsi sayur dan
buah. Kelompok anak usia balita (0-59 bulan) memang menjadi proporsi penduduk yang
paling sedikit mengonsumsi sayur (86,2%). Selain itu, riset menyebutkan bahwa remaja
termasuk kelompok umur tertinggi yang kurang mengonsumsi sayur dan buah dengan
memiliki persentasenya mencapai 98,4%. Jika ditotal bersama kelompok orang dewasa
sebesar 97,1% penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Hasil penelitian
yang serupa ditunjukkan oleh riset lembaga lain, menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada 2013, persentase kurang mengonsumsi sayuran di semua umur
mencapai 93,5%.
Sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut penulis menawarkan sebuah
inovasi yaitu sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut yang aman dikonsumsi
(edible straw) serta dapat mudah terurai untuk meminimalisir masalah sampah sedotan
plastik, dapat ditanam dan menghasilkan tanaman berupa sayuran sawi untuk membantu
dalam menggalakkan konsumsi sayuran dikalangan masyarakat.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut?
2. Bagaimana proses perlakuan bibit sawi yang terdapat pada sedotan tandur?
3. Apakah keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sedotan tandur dari tulang ikan
dan rumput laut?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut.
2. Untuk mengetahui proses perlakuan bibit sawi yang terdapat pada sedotan tandur.
3. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sedotan tandur dari
tulang ikan dan rumput laut.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui karya ilmiah ini, yaitu :
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan keilmuan dan pendidikan yang berkaitan tentang inovasi
sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut sebagai solusi dari permasalahan
sampah sedotan plastik.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh pengetahuan tentang sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput
laut untuk mengurangi sampah sedotan plastik selain itu juga bisa ditanam dan
menghasilkan tanaman sawi yang bermanfaat bagi kesehatan dan pemenuhan
kebutuhan gizi.
3. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi salah satu referensi solusi dalam mengatasi masalah sampah
sedotan plastik yang semakin banyak dan sekaligus membantu dalam menggalakkan
konsumsi sayur di kalangan masyarakat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Sedotan Plastik


Sedotan adalah sebuah tabung yang dimaksudkan untuk mentransfer minuman
dari wadah ke mulut peminum, dengan penerapan kekuatan mengisap. Sedotan yang
paling awal berbentuk cekungan batang rumput dan benar-benar terbuat dari rumput /
jerami. Sebuah tabung plastik tipis (seperti polypropylene dan polystyrene) atau bahan
lain, lurus atau dengan engsel seperti akordeon, itu digunakan oleh salah satu ujung di
mulut dan lain di akhir minum. Tindakan itu mengurangi tekanan udara di mulut
(Chintya, 2017).
Sedotan pertama dibuat oleh Sumeria, dan digunakan untuk minum bir (untuk
menghindari produk sampingan padat fermentasi). Argentina dan tetangga mereka
menggunakan perangkat metalik serupa disebut bombilla yang bertindak baik sebagai
jerami dan saringan untuk teman minum teh. Sedotan modern dipatenkan pada 1888 oleh
Marvin C. Stone. Karakteristik sedotan plastik :
 Lentur/fleksibel  Dapat meleleh jika terkena api
 Ringan  Tahan air
 Tembus cahaya  Tahan benturan
 Mudah dibentuk
Saat ini setiap tahunnya, limbah yang dibuang ke lautan Indonesia semakin
meningkat. Limbah yang saat ini paling berbahaya bagi lingkungan adalah limbah
plastik. Hingga 2018 lalu, Indonesia masih dinilai sebagai penghasil limbah plastik
terbanyak kedua di dunia. Penyebabnya adalah penggunaan plastik sekali pakai yang
sudah menjadi gaya hidup serta kebiasaan. Sedotan plastik, adalah hal yang perlu
mendapatkan perhatian utama, karena masih banyak dipakai. Ukurannya yang kecil
membuat sedotan plastik kurang diperhatikan, padahal memiliki dampak yang besar.
Justru ukurannya yang kecil membuatnya sulit untuk diproses (Nathania dkk, 2019).
Menurut Divers Clean Action, LSM yang beranggotakan komunitas muda yang
memusatkan perhatian pada isu-isu sampah laut di Indonesia, sedikitnya 93 juta sedotan
plastik perhari yang dihasilkan masyarakat (Intan, 2018). Indonesia menduduki peringkat
ke 4 dalam menghasilkan sampah sedotan plastik. Hal ini menjadi sangat serius karena
sampah yang dihasilkan melalui sedotan plastik susah untuk di daur ulang sehingga

4
sangat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem terutama laut (Fatia dan Yogi,
2019).

2.2 Edible Straw


Edible straw atau sedotan yang dapat dimakan ini bentuknya seperti sedotan biasa
berbahan plastik. Bedanya, sedotan ini dapat dimakan. Sedotan ini dibuat daru bahan
rumput laut, sama seperti bahan pembuat agar-agar. Sedotan ini dibuat warna-warni dan
memiliki rasa. Ada yang berwarna netral seperti jerami, ada yang berwarna ceria seperti
permen. Ada yang rasa buah-buahan, caramel, dan tentu saja yang tawar tanpa rasa.
Sedotan ini memang dibuat beraneka warna dan rasa (Supriyani, 2019).

2.3 Keunggulan Bibit Sawi


Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk family Brassicaceae, daunnya
panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro vitamin A dan
asam askorbat yang tinggi. Sawi adalah kelompok tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
daun atau batangnya sebagai bahan pangan atau sayuran baik segar maupun diolah.
Sayur sawi memiliki berbagai manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh dengan nutrisi
yang beragam. Tingginya anti oksidan di dalam sayur sawi sangat bagus untuk
menghindarkan anda dari penyakit flu.
Tumbuhan sawi tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter
diatas permukaan laut. Biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 mdpl.
Tanah yang cocok ditanami sawi hijau adalah tanah yang gembur, mengandung humus
dan subur. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2001). Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih
dan sawi hijau. Kebutuhan benih sawi adalah 650g/ha, bila benih hasil pananaman
sendiri maka tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur di atas 70 hari dan
penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Edi dan Julista, 2010).
Lebih dari 400 jenis buah-buahan dan berbagai varietas sayuran yang dihasilkan
di Indonesia merupakan panyumbang cukup besar terhadap keanekaragaman dan
kecukupan gizi rakyat. Sawi termasuk jenis sayuran daun yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi di Indonesia maupun beberapa negara di dunia. Pengembangan budidaya
sawi mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani,
5
peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, dan
meningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor (Rukmana, 1994).
Tanaman sawi yang dikonsumsi secara langsung sebagai lalapan meupun
dimasak terlebih dahulu dapat menguntungkan bagi kesehatan tubuh karena mengandung
vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan. Adapun kandungan yang terdapat pada
sawi hijau adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan
Vitamin C. Beberapa khasiat dari mengkonsumsi sawi yaitu menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan saat terkena batuk, menghilangkan pusing dikepala, sebagai bahan
pembersih darah, dan membantu fungsi ginjal bagi penderita penyakit ginjal.
Teknik menanam tanaman sawi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
hidroponik. Hidroponik ini merupakan budidaya menanam dengan memanfaatkan air dan
tanpa menggunakan media tanah dengan menekan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman.Teknik ini dapat menjadi solusi dalam menanam sawi dengan lahan yang
tidak luas. Cara yang tepat ialah memanfaatkan halaman rumah untuk membuat
hidroponik sawi. Bertanam sayur sawi dengan menggunakan cara hidroponik dapat
memudahkan anda dalam memelihara dan merawat tanaman. Selain itu tanaman yang
menggunakan cara hidroponik umumnya tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Serta cenderung memiliki produktifitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam menggunakan cara konvensional.
Teknik tanam tanpa menggunakan tanah ini memiliki banyak keuntungan
diantaranya yaitu :
1. Dapat memaksimalkan lahan yang terbatas,
2. Tidak tidak membuat kotor tempat,
3. Dapat panen dengan hasil yang bagus bahkan lebih bagus di bandingkan dengan
tanaman yang menggunakan tanah.

2.4 Masalah Gizi Akibat Kurang Mengkonsumsi Sayuran dan Buah


Menurut penelitian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes),
masyarakat Indonesia masih sangat kurang dalam hal konsumsi buah dan sayur per
harinya. Penelitian bahkan mengatakan, sebanyak 93,5% masyarakat Indonesia kurang
konsumsi sayur dan buah. Kementerian Kesehatan menganjurkan agar setiap orang
mengkonsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah per hari.
Data dari studi Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 yang dicantumkan dalam
Panduan Hari Gizi Nasional Kementerian Kesehatan 2017 juga menyebutkan bahwa
6
konsumsi sayur dan buah masyarakat masih tergolong rendah, yaitu 57,1 gram per hari
dan 33,5 gram per orang per hari. Dengan kata lain, asupan sayur dan buah per tahun
hanya mencapai 20,5 kilogram per kapita per tahun dan 12 kilogram per kapita per tahun.
Seperti diketahui, konsumsi sayuran dan buah yang rendah dapat mengacu pada
berbagai masalah kesehatan. Sebagian besar penyakit akibat kurang mengkonsumsi sayur
dan buah adalah degeneratif seperti obesitas, kardiovaskular, dan diabetes.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brigham and Women Hospital dan
Harvard Medical School menemukan penambahan satu porsi sayuran dan buah setiap
kali makan per hari dapat mencegah kematian akibat penyakit jantung hingga 3,5 juta
hanya dalam waktu dua tahun.
Manfaat lain dari konsumsi sayur dan buah adalah untuk kecerdasan anak.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Eastern Finland mendapati anak-anak yang
mengonsumsi buah, sayuran, ikan, dan gandum utuh dalam tiga tahun pertama sekolah
punya kemampuan otak lebih baik.
Namun manfaat konsumsi sayur dan buah tersebut tidak cukup menggerakkan
masyarakat untuk menambah porsi asupan sayur dan buah. Akibatnya, data Global
Nutrition Report (GNR) menempatkan Indonesia dalam 17 negara yang memiliki tiga
masalah gizi pada balita, yaitu stunting atau kurang gizi, wasting atau penurunan berat
badan, dan overweight atau kelebihan berat badan.
Salah satu faktor penting yang memengaruhi konsumsi sayur dan buah yaitu
ketersediaan sayur dan buah di rumah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Svastisalee
et al., tahun 2012 yang mengungkapkan bahwa ketersediaan sayur dan buah terutama di
rumah dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam mencapai tingkat konsumsi sayur
dan buah. Tingginya ketersediaan dan keterjangkauan sayur dan buah terutama di rumah
dapat meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak usia sekolah. Penelitian lainnya
juga menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur yang baik lebih banyak pada siswa
yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik atau sering di rumah.

7
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Studi Literatur


Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu dengan studi literatur.
Penelitian kualitatif adalah metode untuk mengekplorasi dan memahami makna bahwa
sejumlah indivisu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan (Creswell, 2010).
3.2 Metode Analisa Data
Data dan informasi yang diperoleh dari studi literatur digunakan untuk
menganalisis permasalahan yang akan dibahas. Kemudian inovasi yang dilakukan
disesuaikan antara permasalahan yang akan dengan berbagai data yang diperoleh
sehingga dapat menemukan inovasi yang sesuai. Pelaporan hasil analisis perlu dilakukan
setelah ditemukan kesesuaian inovasi sebagai alternatif penyelesaian permasalahan.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Proses Pembuatan Sedotan Tandur
Hadirnya beberapa sedotan ramah lingkungan antara lain, sedotan yang dapat
dimakan dan mudah terurai (edible straw), sedotan stainless steel, sedotan kaca, sedotan
akrilik, sedotan silikon, sedotan bambu, dan sedotan jerami menjadi jawaban dari
permasalahan sampah sedotan yang menumpuk. Edible straw yang telah beredar
memiliki bahan utama dari beras, tepung tapioca dan rumput laut. Penggunaan bahan
edible sebagai bahan baku pembuatan edible straw akan mampu mengurangi dampak
pencemaran lingkungan (Rohmah, Windarwati, & Luketsi, 2019). Selain bahan
pembuatan edible straw yang berasal dari tepung tapioka, rumput laut, dan pati jagung,
terdapat pula sedotan berbahan dasar gelatin. Diharapkan sedotan dari gelatin tersebut
dapat membantu Indonesia bebas dari sampah sedotan plastik dan menjaga
keseimbangan ekosistem lautan. Terlebih lagi keunggulan dari bahan gelatin ialah tidak
berbau dan tidak berasa, sehingga tidak akan memberikan efek terhadap minuman
(Tanujaya & Steven, 2019).
Seiring dengan berkembangnya industri fillet nila, maka angka permintaan ikan
nila di pasaran pun meningkat. Sisa tulang dan ikan dari proses produksi industri fillet
nila dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan edible straw. Macam-macam ikan
yang dapat digunakan kulitnya untuk produksi gelatin antara lain: tuna, hiu, kurisi,
salmon, pari, mas, ikan sturgeon, baung, kakap, kakap merah, rohu, nila, patin, beloso,
catla, gelik dan ikan kod. Sedangkan ikan yang telah diteliti dan dapat dimanfaatkan
tulangnya untuk produksi gelatin yaitu ikan mackerel, kakap merah, kurisi, nila, patin,
lele, kerapu, blue whiting (sejenis ikan kod), beloso, dan ikan gelik. Duri ikan dan kulit
ikan memiliki tahap ekstraksi gelatin yang berbeda-beda. Secara umum proses ektraksi
dilakukan dengan dua tahap yaitu pretreatment dan ekstraksi utama. Pre-treatment dapat
dilakukan dengan asam, basa, asam lemah atau kombinasi asam basa. Sedangkan
ekstraksi utama bisa dilakukan dengan menggunakan basa, air atau kombinasinya. Air
merupakan pengekstrak paling aman namun kemampuan ekstraksinya masih rendah.
Oleh sebab itu, beberapa peneliti menggunakan air panas atau air destilata panas. Selain
dengan memaksimalkan fungsi pelarut, optimasi ekstraksi juga dikembangkan dengan
menggunakan model statistik matematik dan secara enzimatik. Teknik ekstraksi selain

9
memengaruhi hasil ekstraksi juga dapat memengaruhi karakteristik fisik-kimia gelatin
(Atma, 2016).
Sedotan edible akan lebih kuat jika ditambahkan dengan karagenan yang berasal
dari rumput laut. Menurut Mulyadi (2015), pembuatan leather (olahan dasar pembuatan
edible straw) pada umumnya dilakukan penambahan gelatin ataupun karagenan sebagai
bahan pembentuk gelnya dan memberi sifat keplastisitasan produk leather. Kekuatan gel
yang telah terbentuk juga disebabkan adanya interaksi antara asam dan protein yang
terkandung dalam bahan pembuatan sedotan. Asam bersifat memperkuat ikatan dalam
struktur gel yang terbentuk. Serta pada suatu penelitian yang dilakukan di Ponorogo
dihasilkan bahwa jika semakin besar penambahan sorbitol, maka semakin besar pula kuat
tarik yang dihasilkan dan jika semakin besar penambahan karagenan, maka semakin
besar pula kuat tarik yang dihasilkan. Peningkatan kuat tarik berkaitan dengan
kemampuan karagenan dalam mengikat air dan membentuk gel. Selanjutnya, dihasilkan
kuat tarik terbesar terdapat pada penambahan karagenan 6% dengan nilai rerata kuat tarik
sebesar 43,90 N. (Rohmah, Windarwati, & Luketsi, 2019).
Dari jenis rumput laut yang tersebar di perairan pantai terdapat 23 jenis yang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu jenis rumput laut yang cukup potensial dan
banyak dijumpai di perairan Indonesia adalah Eucheuma spinosum (termasuk alga
merah) yang dapat menghasilkan karagenan. Karagenan adalah campuran yang kompleks
dari beberapa polisakarida. Keadaan basa sangat diperlukan dalam proses ekstraksi
rumput laut menjadi karaginan untuk meningkatkan daya larut karaginan dalam air dan
mencegah terjadinya reaksi hidrolisis ikatan glikosidik pada molekul karaginan yang
menyebabkan karaginan kehilangan sifat-sifat fisiknya, seperti kelarutannya dalam air.
Kkeadaan basa yang diijinkan dalam proses ekstraksi adalah pH 8 – 10, sehingga pada
penelitian ini menggunakan pH air ekstraksi = 8 sebagai variabel tetap (Hudha,
Sepdwiyanti, & Sari , 2012).
Proses pembuatan gelatin dari tulang ikan nila dimulai dengan degreasing, yakni
tulang ikan dibersihkan dengan cara direndam dalam air mendidih selama kurang lebih
30 menit sambil diaduk, dengan beberapa kali pergantian air, kemudian ditiriskan dan
dijemur. Selanjutnya dilakukan proses demineralisasi, yakni tulang ikan yang telah
dibersihkan direndam dalam larutan HCl 5% dalam beaker glass selama 48 jam sampai
terbentuk ossein. Ossein dicuci dengan menggunakan air sampai pHnya netral (6-7),
ditiriskan, dan dipotong kecil - kecil (3 – 5cm) untuk memperluas permukaan. Ekstraksi
dilakukan dengan soklet, yakni ossein dimasukkan ke dalam aquades dan diekstraksi
10
pada suhu kurang lebih 90 derajat Celcius selama waktu tertentu (2,3,4 jam), lalu
disaring dengan kain saring. Tahapan terakhir, dilakukan pengeringan dengan oven pada
suhu kurang lebih 50 derajat Celcius selama 24 jam.
Setelah mendapatkan ekstraksi gelatin, bahan-bahan yang terdiri dari karagenan
5,7% gelatin 28,3% air 61,3% dan pewarna makanan 4,7%. Selanjutnya, dibuat larutan
karagenan dengan 100 ml aquades, kemudian dilakukan proses homogenasi selama 15
menit. Larutan karagenan yang sudah dihomogenasi akan dipanaskan hingga suhu 60C.
Hasil dari pemanasan tersebut, ditambahkan dengan serbuk gelatin yang sudah
diekstraksi sebelumnya. Larutan yang sudah ditambahkan dengan serbuk gelatin perlu
dihomogenasi lagi selama 15 menit, lalu dilakukan pencetakan pollyblend pada cetakan
sedotan. Cetakan sedotan tandur berbeda dengan cetakan sedotan yang biasanya, karena
pada sedotan tandur ini akan diberi sedikit ruang di ujung bawah sedotan untuk tempat
meletakkan bibit yang telah berdomansi. Sehingga, nantinya hasil dari sedotan tandur
akan lebih tebal dari edible straw lain. Serta terdapat sedikit lubang pada sisi bawah
sedotan sebagai jalan untuk memasukkan bibit sawi. Sedotan yang sudah dicetak akan
dikeringkan dalam suhu 45C selama 48 jam. Sedotan tandur yang sudah mengering
akan diisikan dengan bibit sawi yang sudah berdomansi. Tahap terakhir setelah pengisian
bibit akan ditambahkan pollyblend pada ujung sedotan yang masih terbuka, kemudian
dilakukan pengeringan lagi selama dua hari pada suhu 45C. Bagian yang berisi bibit
sawi tidak dapat dimakan, untuk mencegah tertelannya bibit sawi maka sedotan tandur
memiliki tanda garis batas yang boleh dimakan.

Degreasing Menimbang Pelarutan Serbuk


Demineralisasi Ekstraksi Gelatin
Tulang Ikan Nila bahan karagenan

Pengeringan Pencetakan Penambahan


Homogenasi Homogenasi
selama 48 jam Pollyblend Serbuk Gelatin

Penambahan
Pengeringan Sedotan tandur
Pengisian bibit Pollyblend pada
selama 48 jam siap dipakai
ujung sedotan

Proses Pembuatan Sedotan Tandur

11
4.2 Proses Perlakuan Bibit Tanaman Sawi
Bibit Sawi memiliki ciri-ciri bentuk bulat kecil, kulit bibit berwarna coklat
kehitaman, sedikit keras bila dipencet dan permukaan bibit licin mengkilat. Bibit sawi
yang dimasukkan pada sedotan tandur, nantinya akan berdormansi. Pada bagian sedotan
tandur yang tidak bisa dimakan jika nantinya dibuang sembarangan maka sedotan
tersebut akan terurai bersama tanah. Sehingga, bibit sawi langsung bertemu dengan tanah
yang berada di lapisan paling atas. Lapisan topsoil ini mengandung banyak unsur hara
yang mendukung pertumbuhan bibit sawi. Namun, bibit sawi yang berada pada lapisan
topsoil akan terancam pertumbuhannya karena dapat terbawa oleh angin ataupun air.
Bibit sawi memiliki peluang kecil untuk tumbuh bebas tanpa perlakuan, tetapi tidak
menutup kemungkinan.
Bibit sawi yang memang ingin dibantu pertumbuhannya ataupun sengaja
dibudidaya harus direndam air terlebih dahulu hingga 10 menit. Selanjutnya, lakukan
persemaian benih atau bisa juga menanam benih sawi secara langsung di lahan dengan
cara menabur benih sawi setelah itu tutup dengan abu dapur atau bisa juga dengan daun
pisang, jerami, dan lain-lain. Kemudian, olah tanah untuk menjadikan tekstur tanah
menjadi gembur, sehingga perakaran dapat mudah untuk masuk ke dalam tanah serta
agar perakaran tanaman lebih mudah untuk menyerap unsur hara. Setelah bibit sawi
berumur sekitar 2 minggu atau setelah keluar 3-4 helai daun, bibit sawi diambil untuk
dipindah tanam pada bedengan. Kemudian lakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari
untuk menjaga kelembaban lahan.
Selain dengan media tanah, bibit dapat ditanam dengan cara hidroponik. Tahap-
tahap penanaman dengan cara hidroponik tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh
para petani. Pertama-tama, semailah biji sawi di media yang terpisah dengan media
tanam. Sebaiknya media ini memiliki jenis yang mendekati media pembesaran (becek
atau banyak air). Media yang digunakan bisa dengan menggunakan rockwool atau yang
alami seperti kapas, sabut kelapa yang dibasahi dan dijaga kelembabannya sedemikian
rupa sampai biji itu tumbuh. Tambahkan nutrisi tambahan yang biasa digunakan sebagai
nutrisi hidroponik (Budidaya Kita, 2016).

4.3 Keuntungan Penggunaan Sedotan Tandur


Hadirnya inovasi ini diharapkan lingkungan menjadi lebih bersih, sebab limbah
sedotan plastik menjadi berkurang karena tergantikan dengan sedotan tandur yang dapat
dibeli dengan harga terjangkau. Mengingat produksi ikan fillet nila yang limbahnya
12
dapat digunakan sebagai bahan dasar sedotan tandur. Serta melimpahnya produksi
rumput laut di Indonesia. Selain itu, adanya bagian yang tidak bisa dimakan pada sedotan
ini, diharapkan mampu memberi kontribusi dalam peningkatan gizi masyarakat lewat
konsumsi sayur sawi. Tanaman sawi memiliki kelebihan yaitu, dapat tumbuh subur
diberbagai cuaca baik di tempat yang memiliki cuaca panas maupun dingin, sehingga
dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada bidang pendidikan,
sedotan tandur ini dapat menjadi sarana pendidikan anak untuk belajar menanam dan
membudidayakan tanaman sawi. Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sawi,
sebaiknya sebelum ditanam direndam terlebih dahulu pada air hangat dalam waktu 10
menit.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pencarian data hingga analisis dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan sedotan tandur memerlukan ekstrak gelatin dan ekstrak karagenan sebagai
penguat. Dengan formulasi bahan karagenan 5,7% gelatin 28,3% air 61,3% dan
pewarna makanan 4,7%. Sedotan tandur melalui dua proses pengeringan. Pengeringan
pertama untuk menambahkan bibit sawi dan pengeringan kedua untuk menutup lubang
di ujung sedotan (jalan masuk bibit sawi).
2. Bibit sawi tanpa perlakuan memiliki peluang rendah untuk tumbuh dan berkembang.
Perlakuan yang tepat yaitu dengan merendam bibit sawi di dalam air hingga 10 menit
untuk memecah masa dormansi. Selanjutnya, lakukan penyemaian dan pemantauan
pertumbuhan.
3. Sedotan tandur dari tulang ikan dan rumput laut yang aman untuk dikonsumsi (edible
straw) serta dapat mudah terurai untuk meminimalisir masalah sampah sedotan plastik.
Selain itu juga sedotan tandur dapat ditanam sehingga menghasilkan tanaman berupa
sayuran sawi untuk membantu dalam menggalakkan konsumsi sayuran dikalangan
masyarakat
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah:
1. Saran bagi pemerintah
a. Merencanakan strategi efektif mengenai penanggulangan masalah jumlah sampah
plastik yang semakin banyak dan masalah kurangnya konsumsi sayur di Indonesia.
b. Menyusun program berkelanjutan untuk menggantikan sampah plastik dengan bahan
lain yang bisa dipakai berkali-kali.
2. Saran bagi masyarakat
a. Mendukung upaya pemerintah dalam program untuk penanggulangan masalah
jumlah sampah plastik yang semakin banyak dan masalah rendahnya minat anak-
anak Indonesia terhadap sayur.
b. Menjaga dan meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya mereduksi penggunaan
sampah plastik dan pentingnya gemar makan sayur.

3. Saran bagi akademisi

14
a. Melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut agar menemukan solusi efektif
seputar penanganan masalah sampah plastik dan penanganan masalah rendahnya
minat sayur pada anak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Atma, Y. (2016). PEMANFAATAN LIMBAH IKAN SEBAGAI SUMBER ALTERNATIF PRODUKSI GELATIN
DAN PEPTIDA BIOAKTIF: REVIEW. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, 1-6.

Budidaya Kita. (2016). Panduan Lengkap Cara Menanam Sawi Hemat Tempat. Budidayakita.com.

Chintya, V. (2017). EKSPLORASI MATERIAL LIMBAH SEDOTAN PLASTIK. Bandung: e-Proceeding of Art
& Design : Vol.4, No.3 Desember 2017.

Hudha, M. I., Sepdwiyanti, R., & Sari , S. D. (2012). EKSTRAKSI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
(Eucheuma Spinosum) DENGAN VARIASI SUHU PELARUT DAN WAKTU OPERASI . Berkala
Ilmiah Teknik Kimia , 17-20.

Rohmah, D. U., Windarwati, S., & Luketsi, W. P. (2019, September 20). PENGARUH PENAMBAHAN
KARAGENAN DAN SORBITOL PADA KUAT TARIK EDIBLE STRAW DARI NANAS SUBGRADE.
AGROINDUSTRIAL TECHNOLOGY JOURNAL, hal. 70-77.

Tanujaya, A. T., & Steven. (2019). TARI LATIN UNTUK MANTANMU (SEDOTAN DARI GELATIN SOLUSI
PENYELAMATAN PENYU). B I M F I Volume 6 No.1.

16
BIODATA DIRI

Nama : Sulthan Fathi Nur Alauddin

Instansi : Universitas Airlangga

NIM : 081911133070

Fakultas : Sains dan Teknologi

Nama : Zaroh Ulfa Nur Aini

Instansi : Universitas Airlangga

NIM : 101811133022

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Nama : Hamriyana Hamzah

Instansi : Universitas Airlangga

NIM : 101811133040

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

17

Anda mungkin juga menyukai