Oleh:
ADIB ISLAM
NIM 215 360 008
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1
Lestari Sinta,”Prilaku Pedagang dalam Membuang Sampah Kabupaten Lampung
Tengah”(Skripsi S1 Fatkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBL, 2016), hlm.1.
2
Undang-Undang Nomor.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan.
3
Undang-Undang Republik IndonesiaNo.18 Tahun 2008,tentangPengelolaan Sampah.
2
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkrsinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan penanganan
sampah.4
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap
warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh karena
4
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan.
5
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI,
2011), hlm. 4
6
http://www.beritaonline.com/berita/baca/1t54e4bd8e5dc0a/kota-parepare-kota-niaga, diakses 4
Februari 2021.
3
itu, negara dan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban
untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia
dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup yang semakin menurun
telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan terutama yang berkaitan dengan sampah.7
7
Pasal 8 H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
8
Ibid.,hlm.4.
4
melakukan pengelolaan terhadap sampah. Dalam Peraturan Daerah Kota
Parepare Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan. Diatur
berbagai hal yang berkaitan dengan pengeloaan persampahan. Pengelolaan
sampah tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam mengelola dan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan prilaku terhadap sampah
sebelum dibuang, Sehingga keberhasilan pengelolaan sampah secara baik
dan benar akan terasa oleh masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
9
Prianto Agus Ragil,” Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Jombang
Kota Semarang :Analisis Sosio yuridis Pasal 28 Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah”(Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2011),hlm.3.
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pokok permasalahan
yang menjadi objek rumusan dalam penelitian ini adalah:
6
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan, pemahaman, dan gambaran mengenai pengelolaan
sampah berdasarkan peraturan daerah.
b) Bagi Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas penulisan ini di maksudkan agar dapat
memberikan pemahaman dan informasi untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah dalam
mewujudkan kebersihan kota parepare.
c) Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat melatih dan mengasah penulis
dalam mengkaji dan menganalisis teori-teori yang pernah di dapat di
bangku perkuliahan serta penulisan ini menjadi pengetahuan baru
guna menambah wawasan dan cakrawala dalam pengembangan
keilmuan, khususnya mengenai hukum lingkungan.
12
Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah
7
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.13
Menurut Peraturan Daerah Kota Parepare No. 11 tahun 2012,
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan
penanganan sampah.14
1.5.5 Kebersihan Lingkungan
1.5.6 Adapun data penelitian yang peneliti cari dan amati yakni data 3 (tiga)
tahun terakhir yaitu data pada tahun 2017 sampai tahun 2019.
1.6 Orisinalitas Penelitian
Sebuah karya haruslah mempehatikan keaslian (orisinalitas) karya
tersebut agar tidak dianggap melakukan plagiat karya orang lain. Orisinalitas
merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya akademik misalnya
dalam penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi.Untuk mempermudah peneliti
dalam melakukan penelitian maka, peneliti mengambil contoh sampel dari
penelitian yang pernah dilakukan sebelumya yang mirip dengan penelitian
yang dilakukan peneliti. Adapun penelitian yang di maksud adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosita Candrakirana mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2015 dengan judul
penelitian “ Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Bidang Pengelolaaan
Sampah Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental Governance”
13
Pasal 5 Ayat 3 Undang-Undang No. 18 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah
14
Peraturan Daerah Kota Parepare No. 11 tahun 2012, Pengelolaan sampah
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
8
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2016 dengan judul “ Penegakan Hukum Lingkungan
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Sampah Di Indonesia
(Analisis Kasus Perusahaan X).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosita Candrakirana
memang memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
yaitu penegakan hukum lingkungan dalam bidang pengelolaan sampah
sebagai perwujudan prinsip good environmental governance.Namun, ada
beberapa perbedaan antara penelitian yang pernah diteliti oleh Rosita
Candrakirana dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis salah satunya
yaitu metode yang digunakan dalam penelitian serta lokasi yang dilakukan
dalam penelitian ini.
Metode penelitian yang digunakan oleh Rosita Candrakirana lebih
banyak dilakukan pada Studi kepustakaan sementara peneliti sendiri
mengabungkan antara studi kepustakaan dengan wawancancara pada metode
penelitian ini.Serta, lokasi dan bahan hukum Peraturan Daerah yang
digunakan juga berbeda.Lokasi penelitian oleh Rosita Candrakiran yaitu di
Kota Surakarta dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan sampah. Sementara, peneliti sendiri melakukan
penelitian di Kota Parepare dan menggunakan Peraturan Daerah Kota
Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan pada
bahan hukum.
Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi
memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.Tapi, tidak semunya.Penelitian oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi
meneliti penegakan hukum lingkungan dalam kasus amdal.Sementara, peneliti
sendiri meneliti penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan sampah.
9
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Persampahan Terhadap Kebersihan Lingkungan Di Kota Parepare. Penelitian
ini ingin mengkaji bagaimana pengaturan hukum pengelolaan sampah di Kota
Parepare.kemudian Penegakan Hukum Lingkungan Bidang Pengelolaan
Sampah Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental Governance di
Kota Parepare.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Achmad Ali. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta, Yasrif
16
11
2. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang taat
terhadap suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan
seseorang menjadi rusak.
3. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang taat
terhadap suatu aturan benar-benar karena ia merasa aturan itu sesuai
dengan nilai-nilai intrinsic yang dianutnya.
Menurut Soerjono Soekanto mengemukakan empat kesadaran
hukum, yaitu:19
19
Soejono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2017) hlm. 25..
20
Ibid.
12
6. Pelembagaan peraturan-peraturan di dalam masyarakat sehingga tujuan
pembaharuan berhasil dicapai.
Ketaatan hukum itu memiliki hubungan erat dengan kesadaran
hukum menurut Soerjono Soekanto bahwa:21
13
pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan,
apabila pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim
tersebut malahan menganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.
1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada
undang-undang saja.
2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
14
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan” dan Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat” pada pasal
28 dikatakan setiap warga negara berhak akan lingkungan yang baik
dan sehat, penegakan hukum lingkungan merupakan instrumen untuk
menciptakan lingkungan yang baik dan sehat25.
25
Suwari Akhmaddhian ,” Peran Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Hutan Konservasi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 199 tentang Kehutanan (Studi di Kabupaten
Kuningan)”, Jurnal Dinamika Hukum Vol.13, No 3 (September 2013), 446-556.
26
Salim HS, Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014) hlm.
27
Nana Sudiana dan Hasmana Soewandita, “Pola Konservasi Sumber Daya Air di Daerah Aliran
Sungai Siak”, Jurnal Alami Vol. 12, No.1,(2007).Hlm 44-51.
15
(1) kerusakan lahan akibat penggundulan hutan, penebangan liar,
alih fungsi lahan untuk perkebunan dan tanaman industri,
penambangan minyak, industri dan permukiman; abrasi pinggir
sungai akibat laluintas pelayaran kapal-kapal
(2) besar dan cepat;
(3) pendangkalan sungai oleh tingginya erosi, abrasi dan sedimentasi;
(4) gangguan pola aliran air permukaan akibat alih fungsi lahan,
keberadaan pelabuhan, dermaga, dan logpond;
(5) penurunan kualitas air akibat buangan limbah cair industri,
domestik pembuangan air ballast kapal, dan buangan limbah
padat domestik.
a) Perundang-undangan,
b) Penentuan standar,
c) Pemberian izin,
d) Penerapan,
e) Penegakan hukum.
Menurut Mertokusumo, kalau dalam penegakan hukum,
yang diperhatikan hanya kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya
dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah
kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan. Oleh
karena itu dalam penegakan hukum lingkungan ketiga unsur tersebut
yaitu kepastian, kemanfaatan, dan keadilan harus
dikompromikan.Artinya ketiganya harus mendapat perhatian secara
proposional seimbang dalam penanganannya, meskipun di dalam
praktek tidak selalu mudah melakukannya.29
28
Salim HS, Hukum Pertambangan Di Indonesia, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014) hlm.
53
29
Mertokusumo, Konservasi Sumber Daya. Jakarta, Rajawali pers, hlm. 12
16
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam hubungan-hubungan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari subyeknya, penegakan
hukum dapat dilakukan oleh subyak yang luas dan dapat pula
diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua
subyek hukum dalam setiap hubungan hukum.menurut subyeknya
penegakan hukum dapat diartikan sebagai upaya aparatur penegak
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu
dan aparatur penegak hukum itu dapat menggunakan daya paksa
untuk dalam proses penegakan hukum30.
17
e) Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
32
Waluyo, loc.cit
18
permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbunan sampah,
kepedulian masyarakat (human behaviour) yang masih sangat rendah
serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final
disposal)33.
Agustus 2020.
19
Lingkungan Hidup yang diatur mengenai asas tanggung jawab negara,
asas partisipatif, asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas
otonomi daerah. Oleh karena itu pengelolaan sampah merupakan
wujud tanggungjawab negara melalui pemerintah dan pemerintah
daerah. Dimana dibutuhkan partisipasi masyakat untuk melakukan
pengelolaannya.Selain itu diperkuat dengan Pasal 63 Undang-Undang
Pengelolaan dan Perlindungan Lindungan Hidup yang mengatur
mengenai kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.Dimana berdasarkan
asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah
dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sampah.
20
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.Pasal tersebut
memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan
pelayanan publik dalam pengelolaan sampah.Hal itu membawa
konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang
berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah.
Meskipun pengelolaan sampah merupakan kewajiban pemerintah akan
tetapi hal tersebut juga dapat melibatkan dunia usaha dan masyarakat
yang bergerak dalam bidang persampahan.
34
Mulyanto, “ Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipengestu) Kelurahan Serengan dalam
Kajian Sosiologi Hukum” Jurnal Parental Vol.1, No. 2, (Maret 2013) :6
21
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dimana berdasarkan
asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah
dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sampah.
22
(3) memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
(4) memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang;
(5) memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
37
Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
23
2.2.3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaam
Sampah
38
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
24
5. Kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-
undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah dan pemerintah daerah
memegang peranan penting dalam melaksanakan UU No. 18 Tahun
2008. Sebagai pelaksanaannya, Pemerintah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP No.
81 Tahun 2012). Peraturan Pemerintah ini dibentuk dengan tujuan
untuk melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan,
menekan terjadinya kecelakaan dan bencana yang terkait dengan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga, serta mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.Tujuan tersebut tercantum di dalam Penjelasan peraturan
pemerintah tersebut.PP No. 81 Tahun 2012 juga memberikan landasan
bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di
daerah.Dengan lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, maka pemerintah
daerah berkewajiban untuk segera membentuk peraturan daerah terkait
dengan pengelolaan sampah.39
Sebelum lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, Menteri Dalam
Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Permendagri No.
33 Tahun 2010) yang menjadi landasan bagi pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah. Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010
menyebutkan bahwa Pemerintah daerah menyusun rencana
pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana
strategis dan rencana kerja tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang sekurang-kurangnya memuat ; (1) target pengurangan sampah;
(2) target penyediaan sarana dan prasana pengurangan dan penanganan
39
Dissa, Hekap, latar belakang uu no 18 tahun 2008. Scholar.unand.ac.id, diakses pada 23 Agustus
2020
25
sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat pembuangan
akhir; (3) pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan
partisipasi masyarakat; (4) kebutuhan penyediaan pembiayaan yang
ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat; dan (5) rencana
pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan
dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan
penanganan akhir sampah.40
Kewenangan Pemerintah Daerah untuk membuat suatu
peraturan daerah juga diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 23 Tahun 2014).
Pasal 17 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Daerah
berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
40
Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Sampah
26
2.3. Gambaran Umum Sampah
27
Dalam kamus lingkungan dinyatakan bahwa pengertian
43
Purwodarminto, W. S. Kamus Lingkungan. Jakarta Balai Pustaka,2014. Hlm 125
44
Azwar Muchtar. Sumber Sampah. Yogyakarta. PT Tiga Pertiwi, 2012. Hlm 49
28
Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya
orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis
sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
5. Sampah pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman dari binatang daerah
pertanian misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah
yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
29
2.4. GAMBARAN UMUM KEBERSIHAN LINGKUNGAN
45
http://www.turorialto.com/pendidikan/1136-pengertian-kebersihan-lingkungan.html. Diakses
tanggal 23 Agustus 2020
46
http://juaria-blogspotcom.blogspotcom/2011/05/kebersihan-menurut-ajaran-islam.html. Diakses
tanggal 23 Agustus 2020
47
Asy-Syerkh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, terjemah Fathul Muin, hal. 23
30
Kebersihan merupakan upaya manusia untuk memelihara
diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan noda dalam
rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan
nyaman. Menurut agama, kebersihan merupakan sebagian dari
iman. Oleh karena itu kebersihan sangat berarti dan sangat
bermanfaat bagi semua orang. Ini semua sesuai dengan hadits
Nabi Muhammad SAW. Kebersihan akan lebih menjamin
kebersihan seseorang dan menyehatkan, serta kebersihan tidaklah
sama dengan kemewahan. Kebersihan adalah usaha manusia
supaya lingkungan tetap sehat terawat secara berkelanjutan.
Semakin banyak kotoran yang menumpuk maka semakin tidak
baik pula untuk dilihat dan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit atau wabah penyakit di sekitarnya. Dalam hal ini umat
beragama dan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam
menciptakan lingkungan masyarakat yang bersih dan sehat.
Kondisi bersih sangatlah mendukung kenyamanan dan
ketentraman, sebaliknya apabila tempat yang kotor akan
menjadikan kondisi yang suram.48
1. Kebersihan rohani
Ajaran kebersihan mendasar adalah menyangkut kebersihan
rohani
2. Kebersihan badan
48
https://text-id.123dok.com/document/9ynlprdpq-kebersihan-lingkungan-tinjauan-pustaka.html.
Diakses 24 Agustus 2020
49
Arba”in Nawawi (Imam Nawawi), 2007) hlm. 51
31
Kebersihan badan dan jasmani merupakan hal yang tidak
terpisahkan dengan kebersihan rohani, karena setiap ibadah
harus dilakukan dalam keadaan bersih badan.
3. Kebersihan tempat
Ajaran kebersihan juga menyangkut kebersihan tempat
melaksanakan ibadah atau sarana peribadatan. Mesjid
sebagai tempat suci, dimana kaum Muslimin melakukan
ibadah harus dipelihara kesucian dan kebersihannya karena
ibadah shalat tidak sah jika dikerjakan ditempat yang tidak
bersih atau kotor.
4. Kebersihan pakaian
Kebersihan pakaian sangat penting, karena pakaian melekat
pada badan yang berfungsi menutup aurat, melindungi
badan dari kotoran dan penyakit serta memperindah badan,
maka ajaran Islam menyatukan antara kebersihan badan dan
kebersihan pakaian.
5. Kebersihan lingkungan
Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,
menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah. Agama
Islam menghendaki dari umatnya kebersihan yang
menyeluruh. Dengan kebersihan yang menyeluruh itu
diharapkan akan terwujud kehidupan manusia, individu dan
masyarakat yang selamat, sehat, bahagia dan sejahtera lahir
dan batin.
32
33
2.5. Kerangka Pikir
UUD 1945
UU No 18 Tahun 2008
UU No 32 Tahun 2009
UU No 23 Tahun 2014
Perda Kota Parepare No.11 Tahun 2012
34
BAB III
METODE PENELITIAN
36
beberapa daerah baik tingkat Kabupaten maupun kota seperti Peraturan
Daerah Kota Parepare Nomor 11 tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Persampahan. Serta buku-buku, hasil penelitian, artikel yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup dan hasil penemuan ilmiah.
B. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu bahan hukum
yang akan memberikan penjelasan atau memberikan pemahaman pada
bahan hukum primer, bahan hukum yang dimaksud yaitu penelitian
lapangan dari hasil wawancara dengan responden yang berkaitan dengan
penelitian ini.
C. Bahan Hukum Tersier (Penunjang).
Bahan hukum yang dimaksud adalah bahan hukum sebagai
penunjang dari bahan hukum sebelumnya baik bahan hukum primer
maupun bahan hukum sekunder seperti bahan dari internet, kamus, kamus
hukum, dan kamus besar Bahasa Indonesia.u
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah setelah semua data
yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini terkumpul (data
kepustakaan maupun data lapangan), maka dilakukan analisis data. Analisis
data yang diperoleh baik melalui studi kepustakaan maupun wawancara akan
diuraikan dan dijelaskan mengenai keadaan yang sebenarnya dan apa yang
terjadi didalamnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
MAJALAH/JURNAL/DUKOMEN/SKRIPSI/TESIS/DESERTASI
65
Ilmu Hukum, program Sarjana Ilmu Hukum, Semarang,
UNNES, 2011, tidak dipublikasi, hlm.2
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
68
WEB/INTERNET
Dissa, Hekap, latar belakang uu no 18 tahun 2008. Scholar.unand.ac.id,
69