Disusun Oleh;
Kelompok 2
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan karuniaNya
kami dapat menyelesikan laporan dengan baik melaui dosen pembimbing. Laporan ini
disusun guna melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Praktek Akhir
Semester Managemen Resiko bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
jurusan Kesehatan Lingkungan dalam meningkatkan peran serta mahasiswa.
Dalam penyusunan laporan ini , kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan
ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karenaNya, kami ingin menyampaikan ucapan terimah kasih antara lain kepada:
Penyusunan laporan ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
kekurangan didalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat di harapkan, dan semoga
laporan yang kami selesaikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah
pengetahuan bagi kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I.....................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................2
A. Latar Belakang................................................................................2
B. Tujuan.............................................................................................4
C. Ruang Lingkup................................................................................4
BAB II.......................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
A. Permukiman...................................................................................6
B. Sanitasi Pemukiman.......................................................................7
C. MCK (Mandi Cuci Kakus)................................................................8
Manfaat dan Fungsi Jamban.................................................................11
Pengolahan Limbah (Tanki Septik)........................................................11
BAB III.................................................................................................15
METODOLOGI....................................................................................15
BAB IV.................................................................................................16
HASIL PEMBAHASAN........................................................................16
BAB V..................................................................................................18
KESIMPULAN.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku masyarakat Indonesia sehat adalah perilaku proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta partisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia (Notoatmodjo,
2003).Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat
mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan yaitu keadaan
pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara
bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar
dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup,
dan perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).
Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang
mencakup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota
keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah
sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran
air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Jamban sehat berfungsi untuk
membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan sarana pembuangan air besar, hubungannya
yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan yakni fasilitas dan jenis
penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi lingkungan tempat
pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana
yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data
tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan
masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%),
China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal
(1,3%),Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)(WHO, 2010).
Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik
untuk mendukung komitmen nasional dalam pencapaian target kesepakatan
2
pembangunan negara-negara di dunia yang tertuangdalam Millenium Development
Goals (MDG’s). Salah satu target MDG’s terkait sanitasi yakni terjadinya
peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan sebesar
separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses pada tahun 2015.
Kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN 2010-2014) yang juga selaras dengan target MDG’s, menyasar terwujudnya
kondisi sanitasi yang bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada tahun
2014. Berdasarkan laporan MDGs, di Indonesia tahun 2010 akses sanitasi layak
hanya mencapai 51,19% (target MDGs sebesar 62,41%) dan sanitasi daerah pedesaan
sebesar 33,96% (target MDGs sebesar 55,55%) (Kementerian PPN, 2010).
Hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan
fasilitas buang air besar. Rerata nasional perilaku buang air besar di jamban adalah
(82,6%). Lima Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang berperilaku
benar dalam buang air besar, diantaranya DKI Jakarta (98,9%), DI Yogyakarta
(94,2%), Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan timur (93,7%), dan Bali (91,1%).
Sedangkan lima provinsi terendah diantaranya Sumatera Barat (29,0%), Papua
(29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%).
Jawa tengah menduduki urutan ke 15 dengan penduduk berperilaku buang air besar
di jamban yakni 82,7% dari beberapa provinsi yang ada di Indonesia (Kemenkes,
2014).
Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah
tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%,
plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar 7,2%, dan
cemplung/cubluk/lubang dengan lantaisebesar 3,7%.Berdasarkan tempat
pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas 2013, sebesar 66% rumah
tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir
tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat Saluran Pembuangan Akhir Limbah
(SPAL) sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%,
lubang tanah sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7% (Depkes
RI,2013).
3
B. Tujuan
Sebagai upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat agar tumbuh
kesadarannya untuk memiliki jamban dan memberikan pengalaman langsung dalam
pelaksanaan penelitian, penulisan hasil penelitian dan menambah wawasan serta
bekal pengetahuan dalam bekerja di
masyarakat.
Dapat menjadi bahan informasi tentang karakteristik pemilik rumah yang
berhubungan dengan perilaku buang air besar (BABS) sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam upaya pembangunan sarana jamban keluarga dimasa
yang akan datang.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan ini yakni: perilaku Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) , hubungan antara pendidikan pemilik rumah dengan perilaku Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) di wilayah, hubungan antara pendapatan pemilik rumah
dengan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS),
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan
perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan tempat,
khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan
higenis lainnya.(1) Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan
sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga,
sekolah, rumah ibadat, dan lembaga-lembaga lain. (2) Jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.(1)
Data WHO menyebutkan lebih dari 2,6 milyar orang pada wilayah pedesaan dan
perkotaan kini tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar. 70% masyarakat masih
Indonesia masih tertinggal dalam hal akses sanitasi, dimana posisinya berada di bawah
terhadap fasilitas sanitasi yang layak sebanyak 60,91%. (5) Penyediaan sarana
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan
mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak
5
penyakit, seperti: diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain
itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta
estetika. Namun di sisi lain, tampaknya perilaku buang air besar masih merupakan suatu
kesehatan masyarakat.(6) Hal ini sesuai dengan teori perilaku kesehatan oleh Lowrance
Green (1980) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
faktor pemudah (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor
penguat (reinforcing factor). Dengan adanya ke tiga faktor tersebut sangat dapat
perilaku memanfaatkan jamban sehat.(10) Penelitian yang dilakukan oleh Endang Fitriani
Jamban sehat adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran
sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. (3) bagi keluarga yang tidak
memiliki jamban sudah pasti membuang kotoran tersebut ke sungai, hutan, ladang, kebun
A. Permukiman
fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, juga lingkungan dari
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan
6
berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan sebagai
salah satunya adalah permukiman kumuh. Kawasan kumuh sering dijumpai di kota-
kota besar di dunia. Secara umum, kawasan kumuh merupakan suatu kawasan
dengan tingkat kepadatan populasi yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.
kota, namun juga berada di dekat pusat kota. Kehidupan masyarakat yang hidup di
fasilitas kota. Hal ini terjadi karena mereka tinggal di wilayah kota yang
1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan yang
cukup.
B. Sanitasi Pemukiman
Menurut pedoman penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Lampiran
Untuk sarana sanitasi individual dan komunal minimal dalam bentuk MCK
7
C. MCK (Mandi Cuci Kakus)
Mandi Cuci Kakus adalah salah satu sarana fasilitas umum yang digunakan
bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air di
lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk cukup padat dan tingkat
Mandi Cuci Umum (MCK) komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan
bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
8
Menurut Anonimus (2008), jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan
para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga lokasinya harus
masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus
melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini
100m dari rumah penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK
adalah 3 ha.
mereka.
9
2. Komponen MCK (Mandi, Cuci, Kakus) Umum
laki laki dan perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu
roda (defabel).
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m 2(1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak
licin dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%.
Pintu, ukuran: lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi
roda (defabel) digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda. Bak
mandi / bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi
atap dan plafond yang bebas dari material asbes (Anonimus, 2008).
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1%. Tempat
menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran
10
sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m (Anonimus, 2008).
3. Jamban
lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang sama
Septic tank (tangki septik) adalah suatu bak berbentuk empat persegi
panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan menerima atau
menampung kotoran dan air penggelontor yang berasal dari toilet glontor,
termasuk juga segala buangan limbah rumah tangga. Periode tinggal (detention
time) di dalam tangki adalah 1-3 hari. Zat padat akan diendapkan pada bagian
tangki dan akan dicernakan secara anaerobik (digested anaerobically) dan suatu
sekali. Jika ditinjau dari kesehatan, efluen yang berasal dari tangki
11
peresapan (soakaways) atau bidang peresapan (leaching/ drain
fields).
sebagai berikut :
1987) = 40 liter/orang/tahun
12
selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kehidupan sehari-
Pemandian Umum.
air tanah yaitu sumber air bersih yang berasal dan air tanah,
harus terbuat dan bahan kedap air selebar minimal 1,20 m dan pipa
berupa sumur gali, yaitu sekeliling sumur harus terbuat dari lantai
rapat air selebar minimal 1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari
konstruksi yang aman, kuat dan kedap air sampai ketinggian ke atas
bersih juga bisa berasal dari air hujan dimana bagi daerah yang
air hujan serta berasal dari sumber mata air yang dilengkapi dengan
13
5. Fasilitas Pelengkap
peresapan tersendiri.
harus berasal dari sumber PLN dan dari golongan tarif sosial agar
14
BAB III
METODOLOGI
15
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Ukuran Jamban Sehat
Bagaimana jamban dapat dikatakan sehat?
Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain : Tidak
mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber
air minum. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher
angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air untuk
membersihkannya.
Syarat jamban bersih
16
3 Tali Bambu M 2
4 Paku 3cm Kg 0.25
5 Tukang sendiri - Oh 1
Diatas merupakan rumah jamban tanpa atap, dengan rangka dari kayu dinding dari
plastik;karung beras; atau gledek bambu; dan tanpa atap.
Kelebihan : Bahan sangat murah; dapat dengan mudah dibangun oleh masyarakat; tidak
mempunyai keterampilan tinggi; langkah awal dapat ditingkatkan menjadi rumah jamban
yang lebih baik kemudian hari.
Kekurangan : Perlu sering diperbaiki dan dipelihara, dapat rusak oleh angin kencang dan
kurang nyaman selama hujan.
17
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah bagi masyarakat yang belum menerapkan jamban
sehat, seperti buang air disembarang tempat( WC Terbang) masyarakat juga harus
memikirkan dampak dan efek dari kegiatan mereka tersebut, menginginkan lingkungan
yang sehat juga harus memikirkan kebutuhan udara yang kita hirup . Untuk memiliki
rumah yang sehat, kita juga harus membuat jamban khusus bagi rumah kita masing masing,
agar terhindar dari penyakit yang disebabkan karna jamban kita tidak sehat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryunani,2010, ilmu Kesehatan Anak, jakarta: CV. Trans Info Media.
Surowiyono, Tutu TW.2004. Merawat Dan Memperbaiki Rumah anda ;jakarta: Restu
Agung.
19