Anda di halaman 1dari 41

EFEKTIVITAS PROGRAM STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

(STOP BABS) DI KECAMATAN SUNGAI PANDAN


KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
(Studi Kasus Desa Hambuku Pasar dan Desa Hambuku Hulu)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Administrasi Publik

OLEH:

RUSMILA
NPM 17. 19. 05493

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (S T I A)


AMUNTAI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam selalu tercurah

keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para

sahabat beliau. Syukur alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah yang diberikan

Allah SWT sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“EFEKTIVITAS PROGRAM STOP BUANG AIR BESAR

SEMBARANGAN (STOP BABS) DI KECAMATAN SUNGAI PANDAN

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA (Studi Kasus Desa Hambuku Pasar,

Hambuku Hulu)”.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Akhmad Riduan,.S.Sos ,M.AP selaku Dosen Pembimbing 1 yang

telah banyak membantu , memberikan pengarahan , bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

2. Bapak M. Arsyad S.Pd.I, M.AP selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

banyak membantu, memberikan pengarahan, bimbingan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

Dalam proses penyusunan proposal skripsi ini, banyak sekali sumbangan

pemikiran dan pemberian data-data yang penulis dapatkan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

ii
saran serta tanggapan yang sifatnya membangun akan penulis terima demi

kesempurnaan proposal skripsi ini. Akhirnya sekali lagi penulis sampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, waktu dan bantuan

dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

Amuntai, Maret 2021

Penulis

iii
1

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 8
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................ 11
B. Tinjauan Teoritis ............................................................................... 12
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ............................................................................... 27
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 27
C. Tipe Penelitian .................................................................................. 27
D. Data dan Sumber Data ....................................................................... 28
E. Desain Operasional Penelitian ........................................................... 28
F. Teknik Mengumpulkan Data ............................................................. 31
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 32
H. Uji Kredibilitas Data ........................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA
2

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kepala Keluarga Yang mendapatkan WC gratis Desa Hambuku
Pasar tahun 2019 ................................................................................3
Tabel 1.2 Data Kepala Keluarga Yang mendapatkan WC gratis Desa Hambuku
hulu tahun 2019 ................................................................................ 4
Tabel 1.3 Data Kepala Yang sudah dan Belum Memiliki WC di Desa Hambuku
Pasar ..................................................................................................6
Tabel 1.4 Data Kepala Yang sudah dan Belum Memiliki WC di Desa Hambuku
Pasar ..................................................................................................7
Tabel 3.1 tabel Informan ....................................................................................30
Tabel 3.2 Desain Operasional Penelitian ............................................................31
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi dan terjamin kesehatan suatu

masyarakat, maka tinggi pula kesejahteraannya. Kesehatan juga

merupakan hak asasi manusia, dimana setiap masyarakat berhak

mendapatkan perhatian mengenai kesehatannya, baik kesehatan

masyarakatnya maupun kesehatan lingkungannya. Di indonesia, kesehatan

merupakan salah satu permasalahan yang selalu dihadapi setiap harinya.

Mulai dari kesehatan masyarakat sampai kesehatan lingkungan bahkan

sarana dan prasarana penunjang kesehatan. Permasalahan mengenai

kesehatan berkaitan erat dengan permasalahan lainnya seperti kemiskinan

dan pendidikan. Dan karena keterkaitan masalah kesehatan dengan

permasalahan lainnya inilah, maka terbentuk sebuah “rantai setan”, yaitu

kondisi dimana semua permasalahan yang ada saling berkaitan dan

untukmenyelesaikannya harus dari semua bidang.

Kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan kesehatan

lingkungannya. Karena lingkungan yang sehat dapat menunjang kesehatan

masyarakatnya begitupun sebaliknya, ketika masyarakat sudah peduli akan

kesehatannya, maka mereka akan peduli juga dengan lingkungannya

dengan baik.

1
2

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya

pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko

lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dari aspek

kimia, biologi, maupun sosial. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang

berperan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

disamping faktor kualitas pelayanan kesehatan dan perilaku hidup bersih

dan sehat masyarakat

Mengingat betapa pentingnya kesehatan tersebut setiap daerah

mengemban dan berupaya mengatasi permasalahan kesehatan di daerah

masing-masing, termasuk daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara, melalui

Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STop Babs)

diharapkan dapat meningkatkan kesehatan didaerah tersebut.

. Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan,yang selanjutnya

disingkat Gerakan Stop BABS adalah kebijakan Pemerintah Daerah untuk

mewujudkan perubahan perilaku yang hygiene dan saniter dalam

mendapatkan akses terhadap sanitasi layak dengan pendekatan Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang melibatkan masyarakat dan

seluruh pemangku kepentingan Sanitasi yang buruk secara terus menerus

akan menyebabkan kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti

Diare, Thypoid, Penyakit Kulit, Hepatitis A dan lain sebagainya,

sedangkan dari aspek kerugian ekonomi dari dampak buruknya sanitasi.


3

Program ini merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan

sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan

perubahan perilaku yang bertujuan untuk mewujudkan perilaku

masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pilar

pertama dari Lima Pilar STBM adalah Stop Buang Air Besar

Sembarangan, dimana Stop Buang Air Besar Sembarangan merupakan

wujud pemberdayaan masyarakat desa dengan kemandirian mampu

merubah perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat yang buang air

besar di sembarangan tempat menjadi buang air besar di jamban yang

sehat, hal ini merupakan bentuk komitmen tinggi masyarakat dalam upaya

pencegahan penyakit berbasis lingkungan.

Pada tahun 2019 Kecamatan Sungai Pandan adalah salah satu

penerima bantuan WC gratis yang berasal dari Program Dinas

Permukiman dan Lingkungan Hidup guna meningkatkan kualitas sanitasi

masyarakat termasuk Desa Hambuku Pasar dan Desa Hambuku Hulu.

Adapun rincian penerima bantuan WC gratis di Desa Hambuku Pasar

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Data Kepala Keluarga Yang mendapatkan WC gratis Desa
Hambuku Pasar tahun 2019

NO. RT Jumlah Penerima Wc Gratis (Kepala Keluarga)


(1) (2) (3)
1. RT1 15
2. RT2 8
4

(1) (2) (3)


3. RT3 9
4. RT4 6
5. RT5 5
6 RT6 6
JUMLAH 37
Sumber : Data dari Kantor Kepala Desa Hambuku Pasar Tahun 2021

Dari data diatas Jumlah penerima bantuan WC gratis dari Dinas

Perkim LH di Desa Hambuku Pasar sebanyak 37 Kepala keluarga dari 284

Kepala keluarga yang ada di Desa Hambuku Pasar. Sedangkan untuk Desa

Hambuku Hulu adalah Sebagai berikut :

Tabel 1.2
Data Kepala Keluarga Yang mendapatkan WC gratis Desa
Hambuku Hulu tahun 2019

NO. RT Jumlah Penerima Wc Gratis (Kepala Keluarga)


(1) (2) (3)
1. RT1 10
2. RT2 12
3. RT3 9
4. RT4 8
5. RT5 10
JUMLAH 49
Sumber : Kantor Kepala Desa Hambuku Hulu, tahun 2021

Dari data diatas Jumlah penerima bantuan WC gratis dari Dinas

Perkim LH di Desa Hambuku Pasar sebanyak 49 Kepala keluarga dari 306

Kepala keluarga yang ada di Desa Hambuku Hulu.


5

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan observasi awal

tentang Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan di Kecamatan

Sungai Pandan, hasil observasinya sebagai berikut :

1. Kecamatan Sungai Pandan adalah salah satu daerah di Hulu Sungai

Utara yang di lalui oleh Sungai Negara. Mayoritas rumah penduduk

adalah rumah panggung yang dibangun di atas sungai dengan fasilitas

MCK (Mandi Cuci Kakus) seadanya yang tidak memenuhi standar

SNI (Standar Nasional Indonesia). Setiap rumah tangga hanya

memiliki WC (Water Closet) cemplung/cubluk dimana

pembuangannya langsung ke aliran sungai, atau kebiasaan buruk

lainnya adalah membuat jamban apung di atas aliran sungai.

2. Sarana dan prasarana tidak berfungsi, Untuk menunjang program

tentang Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan di daerah

Kabupaten Hulu Sungai Utara khususnya pada desa Hambuku Pasar,

Hambuku Hulu Kecamatan Sungai Pandan maka dibangunlah Jamban

Sehat (WC) untuk membiasakan masyarakat hidup sehat namun

nyatanya masih banyak msyarakat yang tidak menggunakan sarana

dan prasarana tersebut dengan alasan telah terbiasa menggunakan

jamban tradisional di sungai.

3. Dari data yang ada Desa Hambuku Pasar memiliki jumlah 284 KK

dan Desa Hambuku Hulu memiliki 306 Kepala Keluarga. Namun

ditemukan kenyataan masih banyak masyarakat yang tidak memiliki


6

sanitasi MCK/WC yang baik Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 1.3
Data Kepala Yang sudah dan Belum Memiliki WC di Desa
Hambuku Pasar

NO. RT Jumlah KK Memiliki WC Tidak memiliki


WC
(1) (2) (3) (4) (5)
1. RT1 53 30 14
2. RT2 51 32 12
3. RT3 43 35 2
4. RT4 48 33 2
5. RT5 39 25 8
6 RT6 50 28 9
JUMLAH 284 148 47
Sumber : Data dari Kantor Kepala Desa Hambuku Pasar Tahun 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Jumlah Kepala keluarga

di Desa Hambuku Pasar berjumlah 284 KK yang terdiri atas 6 Rukun

Tetangga, 148 KK sudah mempunyai WC dan masih terdapat 47

Kepala Keluarga yang belum memiliki WC.

Kemudian data dari Desa Hambuku Hulu dapat dilihat dari table

berikut :

Tabel 1.4
Data Kepala Yang sudah dan Belum Memiliki WC di Desa
Hambuku Hulu

NO. RT Jumlah KK Memiliki WC Tidak memiliki


WC
(1) (2) (3) (4) (5)
1. RT1 65 42 23
7

2. RT2 59 31 28
3. RT3 62 45 17
4. RT4 64 44 20
5. RT5 56 48 8
JUMLAH 306 210 96
Sumber : Data dari Kantor Kepala Desa Hambuku Hulu Tahun 2020

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Jumlah Kepala keluarga

di Desa Hambuku Pasar berjumlah 306 KK yang terdiri atas 5 Rukun

Tetangga, 210 KK sudah mempunyai WC dan masih terdapat 96

Kepala Keluarga yang belum memiliki WC.

4. Kurangnya sosialisasi, masyarakat penerima program tentang Gerakan

Stop Buang Air Besar Sembarangan belum sepenuhnya sadar bahwa

mereka sedang dibantu untuk dapat mengakses kebutuhan dasar akan

kesehatan. Hal ini juga diindikasikan karena kurangnya sosialisasi dan

ketegasan pendamping program tersebut baik aspek Dinas maupun

pemerintah desa itu sendiri. Sehingga selama program berjalan belum

ada perubahan yang signifikan terhadap pola perilaku dan kualitas

kehidupan penerima manfaat program tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti yang akan dituangkan dalam sebuah penelitian dengan judul

“Efektivitas Program Stop BABS di Kecamatan Sungai Pandan

Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa Hambuku Pasar,

Dan Desa Hambuku Hulu”.


8

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah dalam menganalisa hasil penelitian. maka

penelitian ini akan dipersempit sehingga fokus penelitian ini hanya meliputi

pada indikator yang ada dalam instrument penelitian efektivitas program

menurut Sutrisno (2007: 125-126) Yang mencakup sebagai berikut:

1. Pemahaman program

2. Tepat sesaran

3. Tepat waktu

4. Tercapainya tujuan

5. Perubahan nyata

C. Rumusan Masalah

Sejalan dengan batasan masalah dan agar penelitian ini lebih terarah serta

tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dikemukakan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas Program Stop BABS di Kecamatan Sungai

Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa Hambuku

Pasar, dan Desa Hambuku Hulu)?

2. Faktor apa yang menghambat efektivitas Program Stop BABS di

Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus

Desa Hambuku Pasar, dan Desa Hambuku Hulu)?

3. Apa saja upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor yang

menghambat Program Stop Babs di Kecamatan Sungai Pandan


9

Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa Hambuku Pasar, dan

Desa Hambuku Hulu)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas Program Stop BABS di Kecamatan

Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa

Hambuku Pasar, dan Desa Hambuku Hulu.

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat efektivitas Program Stop

BABS di Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara

(Studi Kasus Desa Hambuku Pasar, dan Desa Hambuku Hulu).

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor yang

menghambat efektivitas Program Stop BABS di Kecamatan Sungai

Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa Hambuku

Pasar, dan Desa Hambuku Hulu)

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penilitian ini antara lain:

1. Dari segi teoritis

Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu administrasi negara

khususnya tentang kebijakan publik serta sebagai sumbangan

pemikiran bagi peneliti yang akan melakukan penilitian lebih lanjut.

2. Dari segi praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi maupun

sebagai bahan masukkan dalam rangka mengambil kebijakan dan

pengembangan program-program penanggulangan selanjutnya. Para


10

peneliti mahasiswa yang berminat mengkaji ulang tema yang sama

dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber

informasi. Selain itu, diharapkan dapat membantu menambahkan

referensi untuk dijadikan acuan pembelajaran dalam memberikan

informasi kepada mahasiswa dan mendapatkan konstribusi terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan

kebijakan publik atau implementasinya.


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Penelitian terdahulu

1. Syamsul Arifin, 2018. Dalam penelitian yang berjudul “Kajian

Efektivitas Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Berdasarkan

Karakteristik Lingkungan Dan Evaluasi Program Di Kabupaten

Banjar”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Salah satu program

Pemerintah yang memiliki daya ungkit yang signifikan adalah Program

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). STBM terbukti efektif

dalam upaya mempercepat akses terhadap sanitasi yang layak.

Suksesnya STBM hanya akan terjadi apabila masyarakat terpicu untuk

mau, berdaya dan melakukan praktik-praktik hidup bersih dan sehat.

Hambatan hambatan dalam pelaksanaan program diantaranya penilaian

efektivitas berdasarkan kriteria tingkat ketercapaian misi akhir

organisasi dengan menganalisis faktor-faktor yang menghambat dan

mengoptimasikan faktorfaktor pendukung, penilaian efektivitas

berdasarkan kriteria berfungsinya semua unsur dalam organisasi yang

menjadi syarat bagi pencapai tujuan, penilaian efektivitas berdasarkan

kriteria perilaku manusia secara individual maupun kelompok. Tujuan

Penelitian ini untuk menganalisis keterkaitan efektivitas program

STBM berdasarkan karakteristik lingkungan dan evaluasi program di

Kabupaten Banjar.

11
12

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional deskripsi

kuantitatif dan kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan efektivitas

program STBM berdasarkan akses sanitasi (jamban keluarga)

disebabkan oleh ketersediaan air bersih dan kebiasaan atau tradisi,

efektivitas program STBM berdasarkan akses air bersih disebabkan

oleh ketersediaan air bersih dan kemampuan secara ekonomi,

sedangkan efektivitas Program STBM disebabkan oleh keadaan

musim. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi Program

STBM dikatakan baik atau tidak baik dipengaruhi oleh kunjungan

petugas baik dari pusat, Provinsi maupun Kabupaten ke Kecamatan

atau ke desa yang mendapatkan Program STBM.

2. Intan Elisyah Harahap, 2020. Dalam penelitian yang berjudul

“Evaluasi Program Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Di

Puskesmas Awal Terusan Kabupaten Ogan Komering Ilir”. Hasil

penelitian menunjukan bahwa Salah satu program pemerintah untuk

mencapai Suistanable Development Goals(SDGs)ke-6 adalah stop

Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dinas kesehatan kabupaten

Ogan Komering Ilirpada tahun 2019 melaporkan 74,3% masyarakat

masih BABS di wilayah kerja Puskesmas Awal Terusan.Penelitian ini

bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program

stop BABS. Metodeyang digunakan dalam penilaian ini kualitatif

deskriptif berdasarkan model CIPP (Context, Input, Process, Product).


13

Informan dalam penelitian ini sebanyak 18 orang yang dipilih dengan

metode purposive dengan mempertimbangkan asas kesesuaian dan

kecukupan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

mendalam, observasi dan telaah dokumen. Uji validitas yang dilakukan

menggunakan triangulasi sumber, teori dan metode. Analisis data

dilakukan secara content analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pada komponen context,pendapatan ekonomimasyarakat rendah,

memiliki karakteristik wilayah perairan dan budaya turun temurun

terhadap kebiasaan BABS yang berdampak pada pelaksanaan

program.Komponen input, sudah sesuai dengan standar yang

digunakan untuk terlaksananya program di tingkat

puskesmas.Komponen process,pada pasca pemicuan, petugas

puskesmas tidak melakukan monitoring dan pengawasan secara

berkala kepada masyarakat. Komponen product belum mencapai hasil

yang diharapkan.

B. Tinjauan Teoritis

1. Efektivitas

a. Pengertian

Setiap tujuan atau sasaran yang telah di tentukan sebelumnya

dapat di capai, maka pada saat itulah efektivitas telah terwujudkan.

Sebab, apabila sasaran atau tujuan telah di capai sesuai dengan yang di

rencanakan sebelumnya adalah efektif, dan apabila sasaran tujuan itu


14

tidak tercapai dan tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan,

berarti pekerjaan yang telah di lakukan tidak efektif.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan

suatu hal yang di lakukan untuk mencapai suatu tujuan yang di

harapkan. Dengan sasaran yang hendak di capai itulah maka tujuan

sebelumnya yang telah di tentukan akan mencapai suatu keberhasilan

sesuai dengan apa yang menjadi keinginan.

Dalam kamus bahasa indonesia (2010:503) sebutkan bahwa

“efektif berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna (tentang

usaha atau tindakan )”.

Sedangkan menurut Emerson dalam buku pengantar studi ilmu

administrasi dan manajemen yang di tulis Soewarno Hadayaningrat

(2009:158) menyebutkan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah di tentukan

sebelumnya.Menurut Campel yang dikutip Ricard M, Steers (2008:45)

untuk mengukur efektivitas kerja ada beberapa variabel yang bisa

digunakan yaitu:

1) Kesiagaan

Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa

organisasi mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus dengan baik

jika diminta.

2) Semangat kerja

Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai


15

tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat

kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan kerja sama dan

perasaan memiliki.

3) Motivasi

Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam

berarahkan sasaran dalam pekerjaan, ini bukan perasaan senang

yang relative terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana

halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela

bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan

4) Kepuasan kerja

Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran

pekerjaannya dalam organisasi, tingkat rasa puas individu bahwa

mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka.

5) Waktu menyelesaikan tugas

Waktu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang

sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan

suatu organisasi sudah dijalankan dengan sebaik baiknya oleh

anggota organisasi.

Efektivitas menurut Gibson (Dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan

2005 : 141) mengatakan hal yang berbeda bahwa efektivitas dapat

pula diukur melalui :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Sebuah program dapat dikatakan efektif salah satunya adalah


16

dengan adanya kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh program

tersebut. Hal ini dimaksudkan agar implementor dalam pelaksanaan

tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat

tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang

dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh

seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi tersebut

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

Analisis dan perumusan kebijakan yang mantap berkaitan dengan

tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

artinya, kebijakan harus menjembatani antara tujuan-tujuan dengan

usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang

Perencanaan adalah memutuskan sekarang apa yang hendak

dikerjakan oleh organisasi sehingga perencanaan kebijakan yang

dilakukan secara matang sangatlah penting untuk dilakukan. Selain

itu kebijakan tersebut nantinya akan menjadi pedoman bagi

implementor kebijakan terkait dengan apa yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan program. Perencanaan yang matang akan

berimplikasi positif terhadap tujuan yang hendak dicapai.

5. Penyusunan program yang tepat


17

Selain dilakukannya perencanaan yang baik suatu kebijakan perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab

apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman untuk

bertindak dan bekerja

6. Tersedianya sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana merupakan aspek terpenting

dalam sebuah pencapaian tujuan program. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia sangat mempengaruhi produktifitas kerja

7. Sistem pengawasan dan pengendalian

Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan sebuah kebijakan ataupun

program, diperlukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan

evaluasi dilakukan agar tidak terjadinya penyimpangan dan

kesalahan dalam pelaksanaan program. Selain itu monitoring

bertujuan agar pelaksanaan program tersebut berjalan secara efektif

atau sesuai dengan tujuan program

Hal ini sesuai dengan pendapat Mahmudi (2005: 92) yang

mendefinisikan efektivitas adalah merupakan hubungan antara output

dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau

kegiatan. Jadi dalam hal ini yang dimaksud dengan output disini

adalah hasil dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Target

sasaran atau tujuannya adalah untuk memberdayakan 18 masyarakat

yang diharapkan setelah mampu bermandiri akhirnya dapat


18

mengurangi tingkat kemiskinan.Dapat dikatakan efektif apabila

program ini hasilnya adalah mampu mengurangi jumlah tingkat

kemiskinan masyarakat yang ada sehingga sesuai dengan tujuan awal

yang telah ditetapkan.

Tingkat efektivitas dapat dilihat dan dinilai dari hasil yang

telah dicapai.apabila output atau hasil yang dicapai sesuai atau

mencapai target sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, maka hal

itu dapat dikatakan efektif. Namun sebaliknya dapat dikatakan tidak

efektif apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan target sasaran

yang telah ditentukan.

Untuk mengukur efektivitas program, menurut Sutrisno


(2007:125-126) mengidentifikasi hasil studi para ahli mengenai ukuran
efektivitas program didalam sebuah organisasi, yaitu :

1. Pemahaman program : dilihat sejauh mana masyarakat dapat


memahami kegiatan program.
2. Tepat sasaran : dilihat dari apa yang dikehendaki tercapai atau
menjadi kenyataan.
3. Tepat waktu : dilihat melalui penggunaan waktu untuk pelaksanaan
program yang telah direncanakan tersebut apakah telah sesuai
dengan yang diharapkan sebelumnya.
4. Tercapainya tujuan : diukur melalui pencapaian tujuan kegiatan
yang telah dijalankan.
5. Perubahan nyata : diukur melalui sejauhmana kegiatan tersebut
memberikan suatu efek atau dampak serta perubahan nyata bagi
masyarakat di tempat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

kegiatan yang akan di kerjakan dan dilaksanakan haruslah sesuai

dengan rencana yang ada, dan sesuai dengan prosedur yang berlaku,

agar segera apa yang menjadi tujuan dapat di capai secara efesien

dan seefektif mungkin untuk mencapai hasil yang di harapkan.


19

b. Faktor-Faktor Penghambat Efektivitas

Faktor- faktor penghambat Efektivitas (Sondang P. Siagian,


2010:60)
1) Faktor waktu
Faktor waktu disini maksudnya adalah ketepatan waktu dan
kecepatan waktu dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya
pelayanan yang diberikan.
2) Faktor kecermatan
Kecermatan disini adalah faktor ketelitian dan pemberian
pelayanan kepada pelanggan, pelanggan akan cenderung
memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi kepada pemberi
pelayanan, apabila terjadi banyak kesalahan dalam proses
pelayanan.
3) Faktor gaya pemberian pelayanan
Cara dan kebiasaan pemberi pelayanan dalam memberikan jasa
kepada pelanggan, bisa saja si pelanggan merasa tidak sesuai
dengan gaya pelanggan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

2. Program Deklarasi Stop BABS

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salahsatu

program Nasional di bidang sanitasi yang bersih lintas sektoral.

Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri

Kesehatan RI.STBMmerupakan pendekatan untuk mengubah perilaku

higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan

metode pemicuan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian

Kesehatan 2010 –2014 ditetapkan pembangunan kesehatan. Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM

adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.Salah

satunya adalah program pengendalian penyakit dan penyehatan

lingkungan menular dengan salah satu indikator utama pencapaian


20

sasaran pada tahun 2014 adalah jumlah desa yang melaksanakan

SanitasiTotal Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak 20.000 desa.

Peran pemerintah lewat Puskesmas adalah memfasilitasi dalam bentuk

Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, Advokasi dan

Sosialisasi,Kampanye, Monitoring, Evaluasi,Serta Pembelajaran.

STBM sendiri merupakan suatu strategi dengan 5 pilar yang

dikembangkan dan meliputi lima aspek penting yaitu:

1) Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)Suatu kondisi ketika

setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan

perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi

menyebarkan penyakit.

2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) CTPS merupakan perilaku cuci

tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-

RT) PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan,

penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan

makanan yang aman di rumah tangga.

4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga Pengamanan sampah yang

aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-

ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang

tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

5) Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Proses pengamanan

limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk


21

menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi

menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Secara khusus,

strategi STBM bukan dibuat untuk menyebarluaskan informasi

semata,tetapi dengan dorongan dan dukungan

terusmenerus,sehingga tercipta kesadaran terhadap sanitasi

baiksecara sikap maupun gaya hidup.

Dibaginya pelaksanaan STBM di bawah naungan lima pilar

akan mempermudah upaya mencapai tujuan akhir STBM, tidak hanya

untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik tetapi

juga merubah dan mempertahankan keberlanjutan praktik-praktik

budaya hidup bersih dan sehat. Sehingga dalam jangka panjang dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh

sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya

masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan STBM terbagi dalam

4 tahapan, yaitu persiapan, pemicuan, tindaklanjut dukungan, serta

pemantauan dan stimulasi perhatian yang dilakukan setelah deklarasi.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip program stop BABs :

1) Tanpa subsidi.

Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau

pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya. Penyediaan

sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya

individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar,


22

maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan anggota

masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.

2) Masyarakat sebagai pemimpin

Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari

masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya

membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada

masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higienis dan

sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi

dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak

diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya

akan tercipta natural-natural leader di masyarakat.

3) Tidak menggurui/memaksa

STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan

cara menggurui dan memaksa mereka untuk mempraktikkan

budaya higienis dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka

membuat/ membeli jamban atau produk-produk STBM.

4) Totalitas seluruh komponen masyarakat

Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa

permasalahan-perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan

pemeliharaan. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara

kolektif adalah kunci keberhasilan STBM.Sanitasi masyarakat

adalah tahap perkembangan perubahan perilaku dari kebiasaan

awal yang masih buang air besar sembarangan, tidak berperilaku


23

cuci tangan dengan benar, tidak mengelola sampah dan limbah cair

rumah tangga berubah mempraktikkan perilaku higienis dan saniter

dengan budaya sehari-hari hidup bersih dan sehat.

Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan

perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai

sanitasi total untuk seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

Indonesia.STBM dapat dikatakan berhasil apabila ketika masyakat

secara keseluruhan sudah berperilaku higienis dan saniter maka

dikatakan komunitas tersebut mencapai kondisi Desa/KelurahanSTBM

dimana kondisi komunitas tersebut dengan kondisi sebagai berikut:

1.100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status

Desa/Kelurahan SBS (sudah terverifikasi oleh tim verifikasi dari

puskesmas setempat), karena dizaman modern masih ada sangat banyak

orang-orang maupun komunitas yang masih tempat terbukadan

kebiasaan ini masih sangat sulit untuk dihilangkan.

Terutama untuk BABS biasanya dilakukan di kebun, semak-semak,

hutan, sawah, sungai maupun di tempat-tempatmasyarakat secara

kolektif membuat jamban yang dibuat tanpa ada lubang septik langsung

dibuang ke tempat terbuka seperti sungai, rawa dll). Kebiasaan BABS

ini terjadi karena tidak adanya pengamanan tinja yang memenuhi


24

syarat-syarat kesehatan, sehingga menimbulkan dampak yang

merugikan bagi kesehatan baik untuk individu yang melakukan praktik

BABS maupun komunitas lingkungan tempat hidupnya. Oleh karena itu

diharapkan dengan adanya program Stop Buang Air Besar

Sembarangan(Open Defecation Free) masyarakat diharapkan dapat

membuat Jamban/Wc yang sehat dan layak sesuai kriteria-kriteria

STBM.

Adapun Jamban/Wc yang sehat dan layak sesuai kriteria-kriteria

STBM sesuai dengan adalah :

1) Bangunan atas jamban dinding dan atap harus berfungsi untuk

melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

WC cubluk dengan fentilasi udara.

2) Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, Tempat jongkok

(kloset) terbuat dari bahan yang kuat,tidak licin dan mempunyai

saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air

Limbah (SPAL).

3) WC siram/leher angsa yang tersambung ke pipa pembuangan

limbah (sewer) Cubluk dengan slab atau papan yang menutup

seluruh lubang.

4) Jarak pembuangan tinja ke sumur gali > 10 meter.e.Tidak

menimbulkan bau, tidak boleh mengotori tanah permukaan

disekeliling jamban dan tidak boleh mengotori air permukaan


25

disekitarnyaa.Tidak ada tinja manusia terlihat disekitar rumah,

kebun dan sungai.

Kondisi masyarakat seperti ini perlu diubah melalui sebuah

kegiatan perubahan perilaku secara kolektif dengan pendekatan STBM,

yang bisa dilakukan dengan cara:

1) Diadakan pemicuan ke masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga

kesehatan atau masyarakat yang sudah terlatih menjadi fasilitator

STBM.

2) Dari pemicuan tersebut diharapkan munculnya natural leader atau

komite yang dibentuk oleh komunitas masyarakat tersebut.

Adapun hukum ditetapkannya dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor: 852/Menkes/SK/IX/2008 tanggal 8 September 2008

tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

telah empat tahun bergulir kemudian dibentuk Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan sebagai program kerja Sanitasi

Setiap Puskesmas yang wajib dilaksanakan. Oleh karena itu (Open

Defecation Free) yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi

ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar

sembarangan.

C. Kerangka pemikiran

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi dan terjamin kesehatan suatu


26

masyarakat, maka tinggi pula kesejahteraannya, Peraturan Pemerintah Nomor

66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan

lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan

dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang

baik dari aspek kimia, biologi, maupun sosial, hal ini pun kemudian tertuang

pada Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 4 Tahun 2016

Tentang Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan ( STop BABS)

diharapkan dapat meningkatkan kesehatan didaerah tersebut.

Namun pada daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara khususnya pada desa

Hambuku Hulu, dan Hambuku Pasar Kecamatan Sungai Pandan masih

terdapat beberapa hambatan, hasil observasinya, Masyrakat masih ada yang

belum memiliki WC dan melakukan BAB di Sungai. Sarana dan Prasarana

Tidak Berfungs dan Kurangnya sosialisasi

Untuk mengukur efektivitas program, menurut sutrisno (2007:125-


126) mengidentifikasi hasil studi para ahli mengenai ukuran efektivitas
program didalam sebuah organisasi, yaitu :
1. Pemahaman program : dilihat sejauh mana masyarakat dapat memahami
kegiatan program.
2. Tepat sasaran : dilihat dari apa yang dikehendaki tercapai atau menjadi
kenyataan.
3. Tepat waktu : dilihat melalui penggunaan waktu untuk pelaksanaan
program yang telah direncanakan tersebut apakah telah sesuai dengan yang
diharapkan sebelumnya.
4. Tercapainya tujuan : diukur melalui pencapaian tujuan kegiatan yang telah
dijalankan.
5. Perubahan nyata : diukur melalui sejauhmana kegiatan tersebut
memberikan suatu efek atau dampak serta perubahan nyata bagi
masyarakat di tempat.

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


27

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Gerakan Stop
Buang Air Besar Sembarangan ( STop BABS)

o
Desa Hambuku Hulu, Hambuku Raya dan Hambuku Pasar
Kecamatan Sungai Pandan

Efektivitas menurut Fenomena Masalah :


Sutrisno (2007: 125-126). Yang
mencakup sebagai berikut: 1. Sarana dan Prasarana
1. Pemahaman program yang menunjang program
2. Tepat sesaran tidak berfungsi
3. Tepat waktu
2. Kurangnya sosialisasi
4. Tercapainya tujuan
kepada masyarakat
5. Perubahan nyata

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas Program Stop Babs di


Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa
Hambuku Hulu, Dan Hambuku Pasar)

Efektivitas Program Stop Babs di Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten


Hulu Sungai Utara (Studi Kasus Desa Hambuku Pasar Dan Hambuku Hulu)
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini pada des Hambuku Hulu, Hambuku

Raya dan Hambuku Pasar Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu

Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan

adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini

diharapkan peneliti mampu menghasilkan data yang bersifat deskriptif

untuk mengungkapkan proses terjadinya di lapangan.Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud

mendeskripsikan dan menguraikan mengenai efektivitas Program

Deklarasi Stop BABS (Studi Kasus Desa Hambuku Hulu, Hambuku Raya

Dan Hambuku Pasar Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai

Utara.

C. Tipe Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian deskiptif-

kualitatif di mana yaitu memberikan gambaran atau menyajikan data

sesuai dengan keadaan objek yang sebenarnya dengan harapan

mendapatkan gambaran yang menyeluruh sesuai dengan tujuan penelitian

yang hendak dicapai. Dengan kata lain penelitian kualitatif menghasilkan

28
29

penelitian deskiptif berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan dari orang-

orang dan perilaku yang akan dicermati.

D. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui

observasi dan wawancara langsung dilapangan yang bersumber dari jumlah

keseluruhan informasi yang terdapat dari lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui study pustaka

(library research ) untuk mengumpulkan data-data melalui buku-buku,

peraturan-peraturan, serta dokumen-dokumen yang ada relevansinya

dengan penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara

dalam mengumpulkan datanya, maka sumber data disebut responden,

orang yang merespon atau menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian,

baik pertanyaan tertulis maupun lisan.

Penelitian menggunakan teknik observasi maka sumber data disebut

informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi tentang latar belakang penelitian,

serta orang yang benar – benar mengetahui permasalahan yang

diteliti.Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


30

Tabel 3.1

Informan penelitian

No Jabatan Jumlah
Kepala Dinas Kesehatan
1 1 Orang
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Pegawai Dinas Kesehatan 1 Orang
2
Kabupaten Hulu Sungai Utara
3 Kepala Desa Hambuku Hulu 1 Orang

5 Kepala Desa Hambuku Pasar 1 Orang

6 Aparat Desa Hambuku Hulu 2 Orang

8 Aparat Desa Hambuku Pasar 2 Orang

9 Masyarakat Desa Hambuku Hulu 4 Orang

11 Masyarakat Desa Hambuku Pasar 4 Orang

Total Informan 16 Orang

Sumber : Diolah Penulis, 2021

E. Desain Operasional Penelitian

Desain Operasional Penelitian adalah alat bantu yang digunakan

oleh peneliti untuk melakukan informasi tentang variabel yang sedang

diteliti. Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan

penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan

tidaknya, tergantung pada alat tersebut :


31

Tabel 3.2
Desain Operasional Penelitian

VARIABEL RUANG LINGKUP INDIKATOR


1. Pemahaman a. Pemahaman setelah
Program mendapatkan informasi

2. Tepat sasaran a. Kepuasan pesrta


b. keikutsertaan seluruh
anggota dalam program
Efektivitas Program
3. Tepat waktu a. Ketepatan waktu dalam
menurut Sutrisno
(2007:125-126) memberikan pelayanan
4. Tercapainya a. Pencapaian tujuan
tujuan program
5. Perubahan nyata a. Perubahan budaya
masyarakat
b. Menggunakan Tempat
BAB yang diberikan
Sumber : Diolah peneliti

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2013:226) menyatakan bahwa, observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja


berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan disering
dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-
benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat
jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas;
2. Wawancara
Menurut Sahya Sanggara (2015: 113) Wawancara adalah teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada
responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara
32

dapat dilakukan, baik secara langsung, maupun tidak langsung


dengan sumber data. Wawancara langsung diadakan tanpa perantara,
baik tentang dirinya maupun tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengannya untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Wawancara tidak langsung dilakukan terhadap seseorang yang
dimintai keterangan tentang orang lain.
3. Dokumentasi
Sahya Anggara (2015: 121) Dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang tidak langsung pada subjek penelitian, tetapi
melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya
berupa pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data,
bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan
dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan
terhadap sesuatu yang diselidiki.

G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan penelitian ini data akan dianalisis secara deskriptif

data yang dihimpun, baik yang bersifat data primer maupun data sekunder

disusun dan dianalisis dengan rujukan konsep teori dan lebih lanjut

diinterfrasikan untuk menarik kesimpulan akhir secara logis sebagai hasil

dari penelitian.

H. Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan:

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan

pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan

semakin terbentuk raport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),


33

semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi

yang disembunyikan lagi.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu

salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan,

maka peneliti dapat memberikan deproposal penelitian data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber

untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi

waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil


34

penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan

pengumpulan data;

4. Menggunakan bahan referensi

Yang dimaksud bahan referensi di sini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contoh,

data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu

keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data

dalam penelitian kualitatif (kamera, handycam, alat rekam suara)

sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah

ditemukan oleh peneliti;

5. Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para

pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin

kredibel/dipercaya. Tetapi apabila data yang ditemukan peneliti

dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data

maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, apabila

perbedaannya tajam maka peneliti harus mengubah temuannya dan

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.


1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan


Lingkungan

Anonim, Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 4 Tahun 2016
Tentang Gerakan Stop Buang Air Besar Sembarangan ( STop Babs)

Anggara, sahya,2014. Kebijakan Pubilik. Bandung : CV Pustaka Setia.

Agustino, leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.

Dian Wijayanto, SPi, MM, MSE,2013. Pengantar Manajemen. PT Gramedia


Pustaka Utama Jakarta

Dwiyanto, Agus 2008, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta

Ernie Tisnawati Sule, 2006. Pengantar Manajemen. Kencana, Jakarta, 2006

Irham Fahmi, SE, Msi, 2014. Manajemen Resiko (Teori, Kasus dan Solusi).
Alfabeta

Keban, Yeremias T, 2008, Enam Dmensi Strategis Administrasi Publik, Gava


Media. Yogyakarta

Kumorotomo, Abu Wahyudi, 2001. Etika Administrasi Negara. Rajawali Pers.


Jakarta.

Manullang, M. 2006. Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press
Pasalong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik Alfabeta. Bandung

Priansa Donni Juni. 2015. Manajemen Perkantoran, Efektif, Efisien, dan


Profesional. Kategori Buku Ekonomi, Manajemen,Bisnis Manajemen.
Alfabeta Bandung

Sedianingsih, Mustikawati Farida, Soetanto Nieke, 2008. Teori dan Praktek


Administrasi Kesekretariatan, Jakarta : Kencana

Silalahi, Ulbert. 2002. Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung : Sinar Baru
Algensindo

Sutrisno, Edy. 2007. Budaya Organisasi. Jakarta :Kencana Prenada Media Group

Soetrisno & Renaldi, Brisma. 2006. Manajemen Perkantoran Modern, Jakarta :


Lembaga Administrasi Negara-Republik Indonesia
2

Sugiyono. 2014, Metode Penelitian Kualitatif Bandung : Alfabeta Bandung.

Syamsir Torang, 2016. Organisasi dan Manajemen. Alfabeta Bandung

Tangkilisan. Hasel Nogi S.2005 . Manajemen Publik Jakarta: PT Grasindo

Terry George. R.. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen. Original Segel Penerbit

Tim Penyusun, 2019. Pedoman Penyusunan Skripsi STIA Amuntai.

Anda mungkin juga menyukai