A. HAMZAH KURNIAWAN
E51109256
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Antropologi
FISIP UNHAS
JURUSAN : ANTROPOLOGI
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Jurusan Antropologi
Fisip Unhas
Telah diterima oleh panitia ujian skripsi Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, pada hari Jumat, tanggal 17
bulan oktober tahun 2013 dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
(S1).
Panitia Ujian
Department of nthropology
Faculty of Social and PoliticalSciences
UniversitasHasanuddin
Thesis, Juny 2013
A. HamzahKurniawan
"Persistence and Resistance Community to existence Gold Mining in
BontoKatute, Sinjai"
JurusanAntropologi
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik
UniversitasHasanuddin
Skripsi, Mei 2013
A. Hamzah Kurniawan
“Persistensi dan Resistensi Masyarakat terhadap Eksistensi Pertambangan
Emas di Desa Bonto Katute, Kabupaten Sinjai”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa faktor dan bentuk dari
persistensi dan resistensi masyarakat desa Bonto Katute terhadap eksistensi
penambangan emas yang sudah memasuki tahap eksplorasi
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
mengumpulkan bahan keterangan atau data secara sistematik mengenai cara
hidup, alasan serta berbagai bentuk aktivitas (respon) masyarakat yang berkaitan
dengan eksistensi penambangan emas di Desa Bonto Katute.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah ditetapkan izin eksplorasi
penambangan secara umum masyarakat Desa Bonto Katute terbagi manjadi dua
kelompok yakni masyarakat yang menerima kemudian mendukung (persistensi)
dan masyarakat yang menolak (resistensi) terhadap eksplorasi penambangan
emas. Mereka yang mendukung penambangan adalah seluruh aparatur Desa
beserta keluarga dekatnya. Dengan berbagai alasan seperti, karena kegitan ini
masih sebatas eksplorasi, dan karna ini sudah merupakan perintah dari pemerintah
daerah. Sementara mereka yang menolak terbagi menjadi dua yakni warga dan
terlibat secara aktif (diskusi, kampanye dan aksi), dan yang menolak dalam posisi
passif (menolak berkomentar karena takut). alasan mereka menolak
penambangnpun berfaritif, mulai dari faktor ekonomi, sosial, dan nilai-nilai
budaya yang kelak akan mengalami degradasi.
Segala puji senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
salawat dan taslim tidak lupa penulis kirimkan kepada junjungan nabi besar
nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Persistensi
Bonto Katute Kabupaten Sinjai” ini dapat terselesaikan dengan baik yang
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. Banyak kendala yang
dihadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan baik itu tenaga,
moril dan materi dari berbagai pihak sehingga Syukur Alhamdulillah skripsi ini
dapat terselesaikan.
ini terkhusus kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. H Abdul Karim,
dan Ibunda saya Dra, Hj. Siti Ramlah Kantao. Terima kasih atas segala kasih
langkah ini, yang tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, kiranya amanah yang
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Hamka Naping MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
hingga selesainya penulisan skripsi ini penulis ucapkan banyak terima kasih.
FISIP UNHAS
6. Kepala Desa Bonto Katute beserta warga Desa Bonto Katute yang telah
2009, yang telah banyak memberikan cerita dan semangat dalam penyelesaian
10. Tidak terlupakan buat semua orang yang tidak sempat penulis sampaikan yang
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik penulis
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
ABSTRACT iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang 1
1.2 . Rumusan Masalah 5
1.3 . Tujuan Penelitian 5
1.4 . Manfaat Penelitian 5
1.5 . Metode Penelitian
1.5.1. Tipe Penelitian 6
1.5.2. Penentuan Lokasi Penelitian 7
1.5.3. Teknik Pemilihan Informan 8
1.5.4. Teknik Pengumpulan Data 11
1.6. Analisis Data 14
1.7. Defenisi dan Batasan Operasional 15
1.8.1. Sistematika Penulisan 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persistensi Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Alam 17
2.2. Resistensi Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Alam 19
2.3. Eksistensi Penambangan Emas 23
2.3.1. Definisi Tambang 24
2.3.2. Tahapan Tambang 25
2.3.3. Penggolongan Hasil Tambang 26
2.4. Masyarakat Sekitar Pengelolaan Sumber dayaAlam 28
2.5. Penelitian Terdahulu 31
2.6. Kerangka Konseptual 34
BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Letak dan Kondisi Geografis Desa Bonto Katute 36
3.2. Kondisi Demografi Desa Bonto Katute 37
3.2.1. Kondisi Pendidikan Masyarakat 38
3.2.2. Kondisi Perkonomian Masyarakat 43
3.2.3. Kesehatan Masyarakat 44
3.2.4. Pranata Sosial 45
3.3. Rencana Penambangan Emas Desa Bonto Katute 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Masuknya Penmbangan Emas 54
4.2. Persistensi Terhadap Penambangan 75
4.2.1. Faktor-faktor Persistensi 78
4.2.2. Bentuk-bentuk Persistensi 80
4.3. Persistensi Terhadap Penambangan 82
4.3.1. Faktor-faktor Resistensi 83
4.3.2. Bentuk-bentuk Resistensi 88
BAB V. DAFTAR PUSTAKA
5.1. Kesimpulan 105
5.2. Saran 107
DAFTAR PUSTAKA xi
LAMPIRAN xii
\
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
berbagai hal dalam kehidupan manusia seperti misalnya tingkah laku manusia
dalam bermasyarakat, pola makan, kesehatan, laju kematian, tingkat fertilitas dan
lain-lain. Keadaan alam dan tanah juga berhubungan erat dengan sistem mata
berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi
(Fauzi, 2004). Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang menyebabkan
negara kita dijajah selama berabad-abad oleh Negara Belanda dan juga selama
Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah mineral emas dan
perak, yang termasuk dalam golongan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
(non renewable). Sektor pertambangan merupakan salah satu andalan untuk
sumberdaya alam menjadi modal nyata ekonomi bagi negara dan selanjutnya
nilai kualitas insan bangsa untuk menghadapi hari depannya secara mandiri.
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat
negatif dari usaha pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi hingga
apa yang akan terjadi setelah penambangan selesai tidak akan bisa terpisahkan
dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar dan oleh karenanya itu dalam
akan ditimbulkan dari proses penambangan tersebut, maka dari itu diperlukan
kontrol yang kuat dari seluruh steakeholder (perusahaan, pemerintah dan seluruh
dengan maksud agar lingkungan dan sumber daya alam tersebut tetap terpelihara
seperti yang telah dipesankan oleh Ir. Soekarno, Mantan Presiden Republik
Indonesia dalam pidato Tri Sakti 1963 yang menganjurkan agar kekayaan alam
Negara ini tetap tersimpan di perut bumi, hingga Saat putra-putri bangsa
Selain itu sejak era reformasi dengan adanya otonomi daerah, pemberian
Melalui otonomi tersebut juga diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam
menentukan setiap kegiatannya tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat dan
dengan jelas telah memberikan pengaruh yang sangat berbeda dibandingkan di era
daerahnya, dengan pertimbangan bahwa pemerintah daerah akan jauh lebih tahu
semua pihak swasta atau industri yang ingin berinfestasi didaerahnya, dan dalam
Kabupaten Sinjai yang sejak tahun 2008 lalu. Izin eksplorasi terhadap wilayah ini
diperpanjang pada November 2010 berlaku sampai November 2013 (SK Bupati
Sinjai No: 402 Tahun 2010), yang sejak awal kegitan eksplorasi ini sudah
menuai protes dari warga setempat yg tidak setuju kalau lahan garapannya
dijadikan sebagai tempat penelitian eksploitasi, sebab lokasi yang kelak dijadikan
tempat pertambangan tersebut dianggap oleh warga sekitar sebagai hutan adat,
tanah nenek moyang yang diberikan secara turun temurun dan dimanfaatkan
sebagai sumber mata pencaharian warga sekitar, yang oleh pemerintah setempat
sudah ditetapkan sebagai hutan lindung sejak bulan agustus 1995 silam, tanpa
kecamatan Sinjai borong seperti sikap persistensi dan resistensi terhdap sesuatu
yang baru.
telah dilakukan sejak bulan november 2008 ini telah memberikan beberapa
dampak atau pengaruh padah polah tingkah laku masyarakat dalam kehidupan
sosialnya yang disebabkan oleh pemahaman dan kepentingan yang berbeda dan
sesuatu yang baru dalam lingkungannya. inilah yang menjadi alasan penulis
tertarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan tugas akhir
(skripsi) sebagai syarat gelar S1 (Strata Satu) pada Jurusan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dengan mengangkat judul “Persistensi dan
untuk:
dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang
berbeda.
karena penulis sendiri sudah banyak mengenal daerah tersebut. Dan dari
untuk menyelesaikannya.
saat itu dihentikan. Tetapi jika data yang didapatkan tidak cukup
kategori yakni:
penambangan emas:
1. Warga Desa Bonto Katute atas nama Salim (43 tahun), sebagai
SD (sekolah dasar).
Rakyat, yang saat ini bekerja sebagi ibu rumah tangga dan
sekarang.
4. Aco (40 tahun) adalah seorang pamong desa, atau yang paling
Katute
sekarang
b. Informan dari sebagian masyarakatDesa Bonto Katute yang
penambangan emas.
1. Warga Desa Bonto Katute atas nama Rudi (40 tahun), pernah
Selatan
sekarang bekerja sebagai seorang petani. Dan selain itu saat ini
Katute.
6. Saleh (24 tahun), adalah warga asli Desa Bonto Katute yang
Desa Bonto Katute selama 3 (tiga) tahun, dan saat ini menjadi
Bonto Katute.
A. Studi Kepustakaan
a. Harian Fajar
b. Tribun Timur
www. makassar.tribunnews.com
c. AMAN Sulawesi Selatan
sulsel.blogspot.com/
Kabupaten Sinjai.
B. Pengamatan (observation)
prilaku sosial, dan untuk lebih meyakinkan lagi peneliti turut serta
Seperti pada kegiatan kerja bakti yang rutin dilakukan tiapa minggu
ini.
mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, pertanyaan apa yang belum
baru, dan kesalahan apa yang perlu diperbaiki, serta data yang mana yang
tidak diperlukan.
informsi yang spesifik termasuk (1) proses pemilihan data atas dasar
dikatakan oleh Bungin (2008) yakni untuk mencari ciri, karakter, sifat,
model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, dan hal-hal yang
bertahan.
4. Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup
2011)
perut bumi diproses dan dipisahkan dari material yng tidak diperlukan.
sistematika penulisan.
kepercayaan
TINJAUAN PUSTAKA
melakukan sesuatu dengan cara terus menerus, namun dalam persistensi ini
penolakan merupakan tujuan utama dari sikap persistensi, hal ini banyak dan
menggapai suatu ambisi, dan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan pemanfaatan
dan pengaturan sumberdaya alam tidak dapat terlepaskan dari konsep siapa berhak
atas sumber daya tersebut (Purwanto, 2007), dalam hal ini berdasarkan
kewenangan yang tadinya didominasi oleh pemerintah pusat, sebagian besar telah
harus memiliki sumber keuangan yang cukup, yang oleh pemerinta setempat
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan porsi yang lebih besar dibandingkan Dana
telah terjadi banjir bandang dan tanah longsor yang menelan korban jiwa 214
orang dan korban hilang mencapai 45 orang dikabupaten sinjai. Sedangkan jumlah
Selatan), ini adalah salah satu akibat dari ketidak sigapan pemerintah dalam
Kedua tugas berat itu adalah penegakan dan pelaksanaan pembangunan. Kedua
tugas berat itu, haruslah diletakkan pada titik keseimbangan dan keserasian yang
elemen-elemen alam milik bumi Indonesia. Contohnya saja negara kita memiliki
beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengurusi hal-hal tersebut
seperti, PAM (Perusahaan Air Minum), Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas),
Pertamina, PLN (Perusahaan Listrik Negara), dan lain sebagainya. Ini semua
bersumber dariinstrumen hukum yang kuat dan jelas dapat pula telihat pada UUD
1945 pasal 33ayat 3 yakni kuasaan negara yang luas terhadap bumi, air, udara dan
segala yang terkandung didalamnya sesuai dengan asas konstitusional, tentu pula
merefleksikan adanya tanggung jawab yang sangat besar pula. Kekuasaan negara
merugikan alam dan lingkungan, serta bertanggung jawab atas hal-hal yang
alam.
hal yang umum dan dapat ditemukan dalam setiap babak sejarah.Resistensi sendiri
merupakan sebuah fenomena yang merujuk kepada situasi sosial dimana pihak-
sebagai sebuah proses yang telah banyak mengubah berbagai aspek dalam
Michael Hardt dan A. Negri (2004) dalam bukunya yang berjudul War
bentuk yang berbeda-beda sepanjang sejarah dan hal ini terjadi secara garis besar
karena adanya perubahan didalam masyarakat. Secara spesifik, perubahan bentuk
resistensi ini konvergen dengan perubahan dalam struktur buruh dan bentuk
organisasi produksi masyarakat, karena pada dasarnya struktur buruh dan bentuk
dari masyarakat sendiri. Bagaimana struktur buruh dan bentuk organisasi produksi
kelas-kelas sosial didalam masyarakat yang sering kali dikategorikan dengan kelas
masyarakat.
Resistensi juga dapat dilihat sebagai materialisasi atau perwujudan yang paling
aktual dari hasrat untuk menolak dominasi pengetahuan atau kekuasaan. Menurut
Scott definisi resistensi adalah setiap semua tindakan para anggota kelas
tuntutan (misalnya sewa, pajak) yang dikenakan pada kelas itu oleh kelas-kelas
yang lebih atas (misalnya tuan tanah, negara, pemilik mesin, pemberi pinjaman
Bentuk resistensi sangat beragam dan dapat dilihat adalah suatu bentuk
terselubung dari eksploitasi adalah lebih umum daripada melawan secara terang-
menjadi dua kategori yaitu resistensi yang disebabkan oleh penyebab secara
langsung dan penyebab tidak langsung. Resistensi rakyat karena penyebab secara
langsung seperti penindasan, ancaman, tekanan, paksaan yang dilakukan oleh tuan
tanah, pemerintah, pemilik modal atau pihak lain. Resistensi yang secara tidak
bahwa pada dasarnya resistensi muncul sebagai usaha untuk mencapai demokrasi
yang secara nyata memberikan kebebasan dan equality (Hardt & Negri: 2004).
Keberagaman yang ada dalam pihak-pihak yang turut serta dalam protes WTO di
Seatte, Amerika Serikat tahun 1990 menjelaskan bahwa seluruh kelompok ini
mmemiliki tujuan yang sama yaitu demokrasi beserta freedom dan equality. Hal
fitur networks-nya, menyediakan jaringan resistensi yang luas dan tak terbatas dan
dengan demikian tidak membuat usang kesempatan untuk melakukan revolusi
bagi kaum resistensi namun justru semakin memberikan kesempatan baru bagi
demokrasi secara murni seperti yang pernah dikemukakan oleh Hardt &
absolute democratic organizations and is also the most powerful weapon against
model untuk organisasi demokratis mutlak dan juga senjata yang paling ampuh
antara satu sama lain selama setiap kelompok masih berada dalam basis yang
ke waktu dan perubahan ini sejalan dengan perubahan yang ada dalam struktur
karena resistensi-resistensi yang muncul selama ini pada dasarnya sama yaitu
untuk mewujudkan demokrasi yang murni dan nyata dengan kebebasan dan
kesetaraan yang dimana nilai-nilai ini dipromosikan oleh ideologi liberalisme.
jangkauan yang sangat luas dan tidak terbatas untuk memobilisasi masyarakat.
Tentu saja hal ini mengindikasikan prospek solidaritas yang sangat tinggi, namun
hal ini akan tetap terjaga apabila seluruh kelompok resistensi disini memiliki
tujuan yang sama untuk demokrasi, kebebasan dan kesetaraan dimana dengan
demikian, tidak adanya keinginan untuk menguasai satu sama lain. Sejauh ini,
fakta bahwa globalisasi memiliki prospek solidaritas yang tinggi dapat dilihat
melalui protes WTO di Seattle, Amerika Serikat pada tahun 1999 dimana seluruh
diambil.
Abidin (2007) sebagai mana yang dikutip yusuf (2011) mengemukakan bahwa
eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada, ini sesuai
dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari,
melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
potensinya.
Lebih jelas Graham dalam yusuf (2011) mengemukakan bahwa eksistensi
merupakan istilah yang diturunkan dari kosakata latin existere yang berarti lebih
demikian berarti kemunculan, sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada
maka dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi
diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam
bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh
2011).
geologi umum atau fisika, di daratan perairan dan dari udara, segala
galian.
jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi indonesia. Dari
sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu:
(1) bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal,
antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair,
bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-
bahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah); (2)
bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin,
bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik,
zirkom); dan (3) bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan
batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai
dua macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha
yang ditunjuk secara langsung oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP)
maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat
secara manual. Kegiatan penambangan oleh badan usaha biasanya dilakukan
diharapkan lebih banyak dengan alokasi waktu yang lebih efisien, sedangkan
kemampuan regenerasi secara biologis maka suatu saat akan habis. Selain itu
Sebagai basis dari teori ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih secara optimal
mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Aplikasi dari teori ini
faktor produksi yang tepat dengan kendala waktu dan stok (deposit).
Sedangkan bagi pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini negara harus
akan mengekstrak sekarang atau pada masa yang akan datang. Jadi sebagai
masyarakat.
sebagaimana dikutip dalam Sulto (2011), yang dicirikan sebagai masyarakat yang
memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain.
homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin
yang berbeda dari desa satu dan desa yang lainnya. Untuk memahami memahami
mengenai kondisi social, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu
sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya
sosial. Selain itu untuk dapat mengetahui atau memahami tentang kondisi social
yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah- masalah social, pertama kita harus
berikut:
seperti :
a. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
pertentangan.
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan
seperti :
pihak lawannya.
Sumbawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
persepsi negatif terhadap perusahaan lebih banyak dari yang bersikap positif,
dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala likert dan
untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat
studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining
dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang
Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi). Penelitian ini dilakukan dengan metode
secara sendiri akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain. Dengan
berubahnya pemanfaatan sumberdaya alam tersebut sangat berpengaruh terhadap
menguntungkan.
yang setuju karena merasakan dampak positif, atau tidak merasa dirugikan dengan
negatif yang mereka rasakan seperti hilangnya lahan perkebunan dan pertanian,
Selain itu didalam penelitian ini juga membahas beberapa jalur atau langkah yang
ditempuh masyarakat katobengke dalam melakukan resistensiterhadap stereotype
masa kesultanan yang terus menerus diproduksi hingga era 1980, seperti melalui
dapat menyamaratakan stratifikasi sosial masyarakat buton yang ada, selain itu
Sumber daya alam merupakan salah satu faktor yang jika dikembangkan
akan mnunjang pembangunan disuatu daerah, dan oleh karenanya itu diperlukan
kontrol yang kuat dari seluruh steakeholder (perusahaan, pemerintah dan seluruh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan swasta atau pihak
baru.
Sumberdaya Alam
Perusahaan Pertambangan
_________AKTIFITAS PERTMBANGAN________
SIKAP MASYARAKAT
PERSISTENSI RESISTENSI
Gambar 1.
Kerangkap Konsep
BAB III
borong, Kabupaten Sinjai, dengan jarak sekitar 60 km dari pusat kota Sinjai
dan kiranya dapat ditempuh dalam waktu ±4 jam oleh karna akses medan
yang terjal dan jalan yang masih dalam tahap pengerasan. dan dari segi
betang alam, Desa Bonto Katute ini berada pada ketinggian 1000 M dari
2012).
Bonto Katute adalah hulu dari 3 Sungai besar (Sungai Aparang, Sungai
lindung di Desa Bonto Katute, Desa Barambang, Desa Polewali, dan Desa
Palangka. Jika di eksploitasi, maka luas lahan hijau Sinjai akan merosot
adalah daerah rawan bencana, pada 21 Juni 2006 telah terjadi banjir bandang
dan tanah longsor yang menelan korban jiwa 214 orang dan korban hilang
Bonto Katute ini hidup dengan rukun dan damai dalam bingkai kekeluargaan
yang kuat dan dengan budaya gotong royongnya yang tinggi, dengan sektor
pertanian dan perkebunan aren yang menjadi sumber mata pencaharian yang
dominan digeluti oleh warga masyarakatnya dan dari sisi demografi Desa
Borong dengan jumlah penduduk 2.746 jiwa (laki-laki 1447 dan perempuan
1299), dimana terdiri dari 576 Rumah Tangga, Luas (km) : 15,63 km, jarak
desa dari ibu kota kabupaten : 63,5 km, dengan Ketinggian ±1000dari air laut
Saat ini Desa Bonto Katute dipimpin oleh kepala desa yaitu ibu
(36 Tahun) sejak 2011 lalu untuk bersama kembali melanjutkan pembangunan
Agama.
Anak Usia Dini) telah berdiri di desa ini untuk membiasakan anak didik
selanjutnya untuk tingkat sekolah dasar di Desa Bonto Katute ini pun
selain itu masih banyak ilmu pengetahuan lainnya yang diwajibkan kepada
kreatifitas siswa.
Gambar 2.
PAUD dan TPK Buah Katute Sinjai Borong.
Anak usia Sekolah Dasar (kurang lebih 6-12 tahun) merupakan masa
pembentukan sikap, watak, dan cara berpikir. Anak pada masa ini
Gambar 3.
SD Negeri 250 Maroanging Sinjai Borong.
Peran seorang guru dalam proses belajar mengajar pun sangatlah
pola pikirnya . Karena itu, guru harus selalu memperhatikan sikap dan
(tujuh belas) orang PNS (Pegawai Negri Sipil) yang 15 ( lima belas)
yang meliputi bahan pengajaran, alat dan bahan, metode dan evaluasi
(Sudjoko, 1983).
skala produksi barang dan jasa. Dalam aktivitas ekonomi masyarakat Desa
masyarakatnya.
Mata pencaharian meliputi segala upaya yang bernilai ekonomi, yang
mendesak dan harus segera dipenui dan berlangsung secara terus menerus
selama manusia tersebut masih hidup. Dari aktifitas ini munculah aktifitas
yang dinamakan mata pencaharian. Hal ini pulalah yang dikemukan oleh
mendapatkan makanan ini tidak dilakukan satu kali saja.tetapi secara terus
menerus, selama manusia itu masih hidup, akibat dari kebutuhan hidup
terdapat sekitar 975 orang yang bekerja pada sektor perkebunan, 561
orang adalah petani (sawah), 212 orang beternak, 100 orang buruh kasar
dipasarkan sebab akses menuju pasar tempat jual beli atau sekedar
(Desa-Bihulo) dan harus melalui medan yang sulit (terjal dan bebatuan),
hal ini terjadi karena khusus untuk Desa Bonto Katute belum terdapat
pasar.
kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu
melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka
hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334
harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun
(2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999)
balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).
Bonto Katute.
Gambar 4.
Pustu Bonto Katute.
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang terdapat
medan yang sulit, selain itu kesadaran masyarakat akan pengobatan secara
medis oleh tenaga ahli dan berpendidikan (dokter, perawat dan bidan),
tidak sedikit dari mereka yang masih bergantung pada metode pengobatan
suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas-
bahwa dalam sebuah pranata sosial terdapat 2 (dua) hal yang utama, yakni
.2. Pranata sosial terdiri dari adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan,
warga.
dan cara dan alat yang masih tradisional yang diperolehnya secara
turun temurun.
untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya
biaya.
1. Pertimbangan Ekonomis
a. Nilai (value) dari endapan per ton, hasil survey penelitian dari
ini masih sangat sedikit. Didalam satu ton material, terdapat sekitar
dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang
- Struktur Geologi
Sinjai sendiri baru memiliki 24% ruang terbuka hijau (Disbunhut Kab.
Polewali, dan Desa Palangka. Jika di eksploitasi, maka luas lahan hijau
c. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah
d. Kondisi geometrik jalan yang terdiri dari beberapa parameter antara lain
superelevasi, cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat
angkut.
Gambar 5
Lokasi TMMD ke 90 Desa Bonto Katute.
Kegiatan TMMD ini kembali dilaksanakan di Kabupaten Sinjai
ini yang sebelumnya juga telah dilakukan tiga tahun lalu di di Desa
- Topografi
- Struktur geologi
- Penyebaran batuan
air pori.
Dalam rencana penambangan ada satu hal yang sangat penting yakni
beroperasi. Jika ada perencanaan suatu proyek pertambangan atau kegiatan usaha
lainnya eksplorasi penambangan yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
wajib dan harus dilakukan adalah mengkaji AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), atau oleh karena proses penambangan di Desa Bonto Katute ini
dikatakan bahwa salah satu pihak yang terlibat dalam penyusunan AMDAL
adalah masyarakat yang berkepentingan dan yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL, dimana AMDAL berfungsi sebagai alat bantu
informasi bagi masyarakat atas dampak yang akan ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan industry pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA).
BAB IV
masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan
dirasakan oleh masyarakat, seperti tragedi di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB)
pada 24 Desember 2011 lalu, karena masyarakat menolak izin eksplorasi tambang
emas yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan, sebab masyarakat itu sendiri
adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan suatu kegiatan usaha yang
Seperti yang ada dalam artikel VOA (Voice of America) 2012, dijelaskan
bahwa banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah
masyarakat menjadi pegawai tambang, atau dilibatkan sebagai sub kontraktor dan
terjadi di Desa Bonto Katute kabupaten Sinjai, berdasarkan ulasan Bupati Sinjai
kepada Fajar, 29 Oktober 2012 lalu, bahwaAda Tiga syarat yang harus dipenuhi
investor jika ingin melanjutkan dari tahap Eksplorasi ketahap Eksploitasi. Tiga
syarat tersebut adalah jaminan warga berhak dalam kepemilikan saham, ganti rugi
lahan yang rasional, dan didahului dengan negosiasi, serta memprioritaskan warga
Selain itu dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Sinjai No. 402 (Poin: 32,
Huruf g) tahun 2010 tentang perpanjangan izin eksplorasi juga dikatakan bahwa
PT. Galena Sumber Energi dikeluarkan pada Bulan November 2008, kemudian
Surat Keputusan (SK) Bupati Sinjai No: 402 Tahun 2010, yang sejak awal
Sinjai dan beberapa pihak pemerintah dan legislatif daerah di Kabupaten Sinjai,
namun tidak sedikit pula sebagian dari masyrakat dan pihak birokrasi daerah yang
menerima dan mendukung aktifitas penambangan emas yang kini sudah
bumi (emas) sebenarnya sudah ada sejak lama, pada masa gerilia sekitar 1960,
pada pemerintahan sukarno, seperti yang pernah diungkapkan oleh salim (43
tahun) bahwa:
“kabar bahwa disini ada kandungan emasnya sudah ada sejak masa
gerombolan, waktu itu orang tuaku yang jadi kepala Desa disini, tapi
sampai sekarang tidak adapi hasilnya” (wawancara 12 april 2013)
diungkapkan oleh Masri (36 tahun) sebagai mantan kepala desa dua periode sejak
2001 silam yang kemudian dilanjutkan oleh ibu Darmawati (33 tahun) yang tidak
lain adalah istri dari pak Masri itu sendiri, beliau menginformasikan bahwa:
“para peneliti yang datang juga nda terlalu lama disini, hanya ambil
batu-batuji baru pulang karna diusir sama masyarakat, nanti yang dari
korea ini yang lama, tiga bulanki disini baru pulang minggu lalu, nanti
bulan enam inipi baru datang gare lagi”
Beranjak dari keterangan pak Masri diatas dapat terlihat jelas ada
perbedaan dari respon masyarakat terhadap kehadiran tim peneliti dari korea bila
berasumsi bahwa ada cara atau metode yang mungkin digunakan oleh peneliti dari
korea sehingga masyarakat bisa “menerima” kehadirannya para peneliti yang
merupakan bagian dari rentetan peristiwa atau tahapan dari sejarah penambangan
di Desa Bonto Katute, yang pada awal masuknya kedaerah ini dengan melalui
jalur independen yakni tanpa didampingi oleh pemerintah setempatdalam hal ini
seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat Desa Bonto Katute Haseng
(40 tahun) pada AMAN Sulawesi Selatan bahwa mereka masyarakat adat
mulai dari pengkalaiman tanah adat kami menjadi menjadi hutan lindung
Selatan 2012).
masyarakat lokal, bahkan kebijakan itu sama sekali tak tersosialisasi pada seluruh
2011, rentang waktu yang sangat jauh tentunya. (AMAN Sulawesi Selatan 2012).
Hal ini pulalah yang mengakibatkan perubahan kondisi sosial dalam masyarakat
terhadap nilai-nilai budaya yang ada terhadap perkembangan wilayah sosial yang
kearah yang lebih kompleks baik dalam waktu yang singkat (revolusi) atau
dengan memakan waktu yang cukup lama (evolusi) ini dapat terjadi malalui
beberapa faktor baik dari dalam derah (internal) maupun dari luar masyarakat
(eksternal) itu sendiri, perubahan kondisi ini dapat jelas terlihat dilihat pada
fenomena sosial yang ada dalam Masyarakat Desa Bonto Katute pasca ditetapkan
nya izin eksplorasi penambangan dapat terlihat pada pola interaksi masyarakat itu
dan nilai-nilai budaya yang telah ada sebelumnya, hingga menuju pada
perkambangan wilayah selanjutnya yang tidak terlepas dari dampak atau pengaruh
masyarakat Desa Bonto Katute ini hidup dengan rukun dan damai dalam
yang sangat tinggi, seperti yang dikatakan oleh Rusdi (27 tahun):
generasi, hal yang serupa juga sempat diungkapkan oleh Ramah (38
tahun) :
“ dari ujung jalan sini sampai ujung jalan sana keluargajeka semua,
bahkan sama ibu desa juga keluargaja”(wawancara, 29 maret 2013)
kegiatan yang sering atau rutin mereka lakasanakan.Hal ini juga terbukti
dengan pengakuan ibu desa yang menjabat sebagai kepala Desa Bonto
memperbaiki jalanan.
Gambar 6.
kegiatan kerjabakti
Gambar diatas mejelaskan bagai mana antosias masyarakat saat
opor dan saling bercanda satu sama lain, tua muda ikut bersama
walaupun sebenarnya sebagian dari mereka saat itu dalam kondisi yang
was-was, hal ini dikarna oleh adanya sebuah rencana pemerintah yang
melahirkan dua kubuh yakni masyarakat yang pro atau menerima adanya
mengungkapkan bahwa:
sebuah lanjutan dari rentetan masalah yang bermula dari kasus sengketa
lahan agraris yang menimpa masyarakat adat di Desa Bonto Katute yang
peninggalan masa lalu, seperti kuburan tua, batas hutan larangan (hutan
jumlah dana 167 juta rupiah yang diambil dari anggaran APBN 2005.
lokasi perkebunan dan rumah mereka diklaim secara sepihak oleh dinas
jelasan nasib tanah mereka dan efek traumatik dari program GNRHLini
(42 tahun) mantan kepala dusun yang pada saat itu masih menjabat
sebagai kepala dusun didusun batulempangang memberikan tanggapan
serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat. Pada bulan
tidak di ketahui oleh masyaraka Bonto Katute lagi hal ini membuat
masyarakat geram.
untuk mengelola sumber daya alam yang ada di wilayah adat adalah hak
asasi yang di bawa sejak lahir oleh Masyarakat Adat. Atas dasar inilah
Lembaga Suadaya Masyarakat menganggap seluruh Masyarakat Adat
berhak atas berbagai sumber daya alam yang ada di wilayahnya yang
merupakan hak bawaan yang di jamin oleh UUD 1945 sejak masyarakat
komunitas adat harus diatur secara bersama-sama oleh warga adat dan
yang diatur dalam undang-undang. Pasal 28I ayat 3: Identitas budaya dan
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan Ayat
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
rakyat. Hal ini menunjukan bahwa tujuan utama dari pengelolaan SDA
adalah untuk kesejahteraan rakyat, oleh karena itu hak untuk Berdaulat
dipenuhi oleh Negara dan dijamin oleh konstitusi sebagai hak untuk
mengelola SDA yang dimiliki oleh masyarakat adat dengan kata lain
apapun SDA yang ada di wilayah adat, merupakan hak bagi komunitas
lingkungan yang baik. Dampak yang diartikan dari benturan antara dua
proyek yang bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada, tetapi
dapat terlihat bahwa dari semua tahap yang mesti dilalui dalam proses
hingga luas daerah yang memiliki kandungan mineral bumi yang akan
pencemaran pada tanah, udara, dan hidrologi air. Di Indonesia dapat kita
No: 402 Tahun 2010 ini juga dapat terlihat pada bentuk fisik lainnya,
kode Khusus.
Gambar 7.
Galian Eksplorasi Pertambangan
Galian dengan kode TO1201 ini terletak di tengah hutan yang
“Galian disitu sudah lamami, waktu bulan puasa ada orang korea
Bekas galian untk eksplorasi masih tetap ada, para peneliti yang
tersebut, maka dari itu diperlukan kontrol yang kuat dari seluruh
maksud agar lingkungan dan sumber daya alam tersebut tetap terpelihara
keberadaan dan kemampuan dalam mendukung berlanjutnya
lingkungan)
surat keputusan Menteri terkait. Ini bisa kita lihat dengan banyaknya
saat ini telah membuktikan dengan jelas bahwa hasilnya bagi masyarakat
tanah dan udara, perubahan sosial budaya, rusaknya tatanan adat, dan
ini.
emas illegal yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, dimana orang sudah
sejak adanya eksplorasi tambang mulai dari konflik antarwarga yang pro
dan kontra atas eksplorasi dan pengklaiman lahan mereka menjadi Hutan
merusak tiga hulu sungai besar yakni Bihulo, Barihangeng, dan Aparang.
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kepentingan
rakyat dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu kegiatan dalam
dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah, penurunan kualitas air atau
penurunan permukaan air tanah, timbulnya debu dan kebisingan. Jaga dapat
memanfaatkan lahan semi produktif menjadi lebih produktif, hal ini jugalah yang
diDesa Bonto Katute ini adalah untuk mengetahu kandungan alam yang ada
didaerahnya, meski ada beberapa kalangan masyarakat sinjai yang tidak menerima
harus bisa memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Sinjai. Investor
prioritas kepada masyarakat setempat untuk menjadi tenaga kerja. Lahan yang
diambil untuk diekploitasi pun katanya, tidak akan diserobot begitu saja akan ada
ganti rugi itu selain itu warga akan dipekerjakan pada perusahaan tambang
nantinya.
tambang Bonto Katute sudah dalam tahap analisa. Adapun terkait permintaan
warga agar izin dicabut juga sedang dipelajari, dan jika memang dianggap
para investor yang ingin melakukan eksplorasi. Menurut Arman (25 tahun) salah
daerah dianggap tetap ngotot memberikan peluang bagi investor untuk melakukan
terjadi sampai saat ini, dalam tahap eksplorasi telah mengundang berbagai
menolak tambang bahkan jika tahap eksplorasi terus berlanjut ketahap eksploitasi
mencapai tahap eksploitasi, maka harus bisa memberi manfaat yang besar bagi
menambahkan bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi investor jika ingin
melanjutkan dari tahap Eksplorasi ketahap Eksploitasi. Tiga syarat tersebut adalah
jaminan warga berhak dalam kepemilikan saham, ganti rugi lahan yang rasional,
kerja.
(Bupati Sinjai) juga menyayangkan jika munculnya penolakan warga karena ada
oknum tertentu yang melakukan provokasi. Pasalnya, kata dia, sejak awal
pemberian izin eksplorasi sudah ada perhitungan matang dari pemerintah daerah
bukan hal yang baru lagi, sebut saja Freeport di Timika, penambangan
emas yang ada di Bombana, dan lain sebagainya yang tersebar diseluruh
seperti yang kita liat sekarang, setiap penambangan yang ada disetiap daerah
“kita tidak boleh melihat yang buruk2nya saja, kita hanya jalankan
perintah, dan kalau seumpanya hasil surveynya orang korea ini
bilang ada emasnya, disitu lagi orang baru tawar menawar”
(wawancara 12 april 2013)
Suatu cara pandang atau pikiran yang positif dengan
Desa Bonto Katute ini sangatlah patuh dan cenderung tidak ingin
mengambil resiko.
Mengenai respon atau tangapan dari masyarakat lokal terhadap
masyarakat yang persisten, mendukung, atau dalam kata lain tidak menolak
Kabupaten Sinjai, seperti tanggapan salah satu warga desa saat dimintai
bahwa:
Dari pengakuan ibu Mare diatas dapat dilihat bahwa peran ibu mare
memang ada benarnya bahwa kondisi yang ada dilapangan memang sedikit
berbeda dengan isu yang telah beredar dalam masyarakat pada umumnya.
4.2.2. Bentuk-bentuk Persistensi Terhadap Penambangan
rakyat, dan tentunya dengan sokongan aparatur negara seperti Polisi dan
TNI. Seperti pengakuan warga desa, saat dimintai tanggapan mengenai alas
yang ingin dicapai oleh mereka yang mendukung akan aktifitas eksplorasi
bertahan, selain power dari para masyrakat yang memiliki pengaruh dalam
Katute, bahwa:
“nda ada sekalimi yang bisa kita harapkan disini de’ kalau bukan
usahata sendiri nda makanmi orang, tidak adami beraspembagian,
habismi juga lokasi yang mau na kerja suamiku”
Campur tangan aparatur negara seperti TNI (Tentara Negara
“dulu saya sering kesana tapi setelah banyak tentara yang masuk
menjaga disana, nda pernahma kesana lagi. Bahaya karna nakira
irang profokator belah, padahal mauji orang jalan”
Setelah aparat pemerintah dari kodim 1424 meramaikan Desa Bonto Katute
korban terus menerus terjadi dinegeri ini, kuatnya penetrasi modal untuk
bahwa mereka tak punya apa-pun dikampungnya selain tenaga dan pikirannya
(AMAN 2012). Selain itu jika melihat sejarah yang pernah ada pada 21 Juni
2006, saat itu telah terjadi banjir bandang dan tanah longsor yang menelan korban
jiwa 214 orang dan korban hilang mencapai 45 orang. Sedangkan jumlah
pengungsi per Tanggal 26 Juni 2006 mencapai 6.400 orang (BNPB Sulawesi
Selatan). Jika eksploitasi tambang tersebut tetap dipaksakan maka tidak menutup
kemungkinan akan memicu kejadian serupa dengan eskalasi yang lebih besar. Hal
ini juga lah yang dilihat oleh warga yang menolak proses penambangan itu terus
dilanjutkan.
tiba-tiba munculnya surat panggilan dari kejaksaan Negeri Sinjai untuk 11 orang
Tata Batas Hutan dari Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
ditanggapi.
dan Lahan) dengan jumlah dana 167 juta rupiah yang diambil dari
penanaman dilakukan oleh orang dari luar kampung mereka dan tanpa
inilah yang menjadi titik balik perlawan warga secara frontal, sebagai
hidup ini justru dianggap sebagai dosa besar oleh pemerintah daerah
40 Ha.
dengan tuduhan merambah hutan lindung, dan mendapat surat panggilan dari
2012.
Selain itu Larangan mengelola hutan yang telah diklaim sebagai hutan
lindung sejak 1995, yang baru diketahui warga beberapa tahun setelah
penetapan, terbukti dengan ketidak tahuan warga sekitar kalau lahan, bahkan
rumah yang mereka tinggali bersama keluarga sejak lamapun masuk dalam
daerah kawasan hutan lindung, seperti yang diungkapkan saleh (24 tahun)
bahwa:
“itupi baru kutau kalaw dikasi jadiki lahanku ini dalam kawasan,
termasukmi juga rumahku, masuk tommi disitu, dikawasang”
(wawancara,14 april 2012)
Bertani membuat gula merah dari air aren secara tradisional dengan
alat tradisional pula merupakan suatu keaklian dengan kearifan khusus yang
dihentikan.
merupakan hal yang umum dan dapat ditemukan dalam setiap babak sejarah.
memberikan dampak pada system social masyarakat daerah ini, seperti yang
diungkapkan oleh Rudi (40 tahun) warga Bonto Katute, yang juga merupakan
“dan lokasi yang dijadikan sebagai kawasan itu adalah lahan yang
sebenarnya adalah tanah milik rakyat, tempat mereka
tinggal”(wawancara 13 april 2013)
yang dilakukan oleh PT. Galena Energy. Selain itu Rudi (42 tahun) juga
mengemukan bahwa :
demonstrasi dan melalu jalur diplomasi sampai saat ini belum membuahkan
hasil.
4.3.2.1. Membentu Komonitas Penolak Tambang
perkawinan, kerja bakti, aqikah, dan pada saat ada anggota masyarakat
yang meninggal.
Gambar 7.
Posko Penolakan Tambang
Secara umum ada dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan
sebuah posko sebagai wadah fisik untuk menfasilitasi seluruh warga yang
menolak penambangan.
a. Kondisi Geografis
sosial.
Gambar 8.
Perkampungan Desa Bonto Katut
Keberadaan Desa terpencil dan sangat sulit terjangkau oleh karna
jarak, dan kondisi medan jalan yang masih sangat jauh dari kelayakan
yang bisa ditempuh dengan jalan kaki, kuda dan kendaraan roda dua
b. Kesamaan Ideologi
pemerintah kabupaten sinjai, dan sampai saat ini mereka masih rutin
atau teras rumah bagi para pendatang yang ingin sekedar melihat
kondisi Desa, atau dengan sengaja diundang oleh warga Desa ini.
Gambar 9
Acara Silahturahmi Antar Warga
4.4.2.2.Aksi Demonstrasi
diungkapkan oleh Arman (25 tahun) salah satu pengunjuk rasa kepada
September 2012)
Gambar 10.
Aksi Demonstrasi Penolakan Tambang
sangat besar, seperti yang diungkapkan oleh Rudi (42 tahun) bahwa:
hutan lindung sejak 1995, yang baru diketahui warga beberapa tahun
“itupi baru kutau kalaw dikasi jadiki lahanku ini dalam kawasan,
termasukmi juga rumahku, masuk tommi disitu, dikawasang”
(wawancara,14 april 2012)
Katute tersebut.
Gambar 11.
Aksi Demonstrasi Front Gertak
menindak lanjuti hal ini dan menerima desakan dari para demonstran.
Gambar 12.
Dialog Terbuka Di Kantor DPRD Kabupaten Sinjai
3. 14 Februari 2012 sebuah aksi demonstrasi bersama masyarakat Desa
Gambar 13.
Aksi Demonstrasi oleh Mahasiswa Sinjai
Aksi ini merupakan klimaks dari dari tindakan yang provokatif
oleh pemerintah Desa Bonto Katute dan Camat Sinjai Borong yang
Bonto Katute
Katute.
Gambar 14.
Aksi Demonstrasi Di Pusat Kota Kabupaten Sinjai
5. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Tolak
Gambar 15.
Aksi Demonstrasi Di jalan A.P Petta Rani Makassar
tempat.
Sinjai.
Arifin. Ketua Komisi III DPRD ini mengatakan Pansus akan menjadi
atau cukup PENJA (Panitia Kerja) saja yang dibentuk. Legislator dari
permintaan warga agar izin dicabut juga sedang dipelajari. Belia Jika
antara lain seperti Kepala Desa Bonto Katute, BPD Bonto Katute,
dan setelah pertemuan itu pada Tanggal 24 Januari 2012, PT. Galena
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang di lakukan di Desa Bonto Katute Kecamatan Sinjai
Katute.
pada tahap eksplorasi (SK Bupati Sinjai No: 402 Tahun 2010), dan
mengetahui kanduangan alam yang ada didaerah melalui ekplorasi tidaklah
merugikan masyarakat sama sekali, dan oleh karena eksplorasi ini adalah
dipatuhi.
lagi di izinkan untuk masuk dalam kawasan hutan lindung tersebut yang
Desa Bonto Katute ini yang berawal dari pengklaiman wilayah adat
beberapa LSM.
5. Meski telah ditetapkan sebagai hutan lindung, dan sebelas temannya telah
2. SARAN
bertanggung jawab .
Amri Marzali, 2006, Ilmu Antropologi Terapan bagi Indonesia yang sedang
Membangun. Jurnal antropologi, UI. Jakarta.
Harold hotelling the journal of political economy, volume 39, issue 2 (april, 1931)
137-175
Kaplan, David dan Albert A. Manners. 1999. Teori Budaya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Michael Hardt and Antonio Negri War and Democracy in the Age of
Empire, Penguin Press, 2004)
Syaefudin yusuf, eksistensi pancasila dalam konteks modern dan global pasca
reformasi makalah 2011 stmik amikom yogyakarta
William Hustrulid and Mark Kuchta, “Open Pit Mine Planning & Design”, Vol I
, A.A. Balkema/ Rotterdam/Brockfield, 1995.Design”, Vol I, A.A. Balkema/
Rotterdam/Brockfield, 1995
B. Situs Internet
http://adat.fwi.or.id/id/database.html?idkom=161
http://anthropology.fisip.ui.ac.id/httpdocs/authors.htm
http://anthropology.ui.ac.id/jurnal.html
http://geospasial.bnpb.go.id/2010/03/20/peta-indeks-rawan-bencana-provinsi-
sulawesi-selatan/
http://journal.ui.ac.id/jai
http://jurnal-celebes.blogspot.com/
http://makassar.tribunnews.com/2012/09/03/tokoh-masyarakat-sinjai-tolak-ada-
pertambangan-di-bonto-katute
http://pembebasan-pusat.blogspot.com/2012/11/tanggapan-terhadap-pernyataan-
bupati.html
http://prasetijo.wordpress.com/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi/
http://prasetijo.wordpress.com/2008/09/03/perubahan-bentuk-produksi-orang-
rimba-strategi-adaptasi/
http://regional.kompas.com/read/2012/09/26/15393448/Warga.Sinjai.Demo.Tuntu
t.Tambang.Besi.Ditutup
http://varianwisatabudayasundakecil.blogspot.com/p/varian-tenun-
ikat.html?zx=f075efcd21f3a4f
http://www.bimkes.org/masalahkesehatan/001
http://www.mongabay.co.id/2012/04/23/walhi-penambangan-rusak-kawasan-
hutan/
http://www.sinjaikab.go.id/v1/berita-277-bidang-pertambangan.html
http://www.sinjaikab.go.id/v1/berita-368-kabupaten-sinjai-dalam-angka-
2012.html
http://www.unila.ac.id/articles/sains--teknologi/penelitian-strategis-adaptif-untuk-
kebijakan-pembangunan.html\
https://jurnalbumi.wordpress.com/tag/antropologi-ui/