Anda di halaman 1dari 102

KONDISI KEMISKINAN KELUARGA NELAYAN

( Studi Di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial (S.Sos) Pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo

Oleh :
OPI SAPUTRA
C1B3 15 069

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya


sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(QS Alam Nasrah ayat 5-6)

Bergegaslah menjalankan amal saleh, sebab akan terjadi berbagai fitnah bagaikan
potongan-potongan malam yang gelap gulita. Disaat itu orang yang pada pagi
harinya beriman kemudian sore harinya menjadi kafir, dan pada sore hari dia
masih beriman kemudian pada paginya harinya menjadi kafir, dia jual agamanya
dengan harta benda (kemewahan) dunia. (HR. Muslim)

Berbuat baiklah terhadap sesama umat manusia, Karen kebaikan akan kembali
pada orang yang melakukanya, dan buah dari kesabaran adalah keberhasilan serta
kesuksesan
(Opi saputra)

Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk kedua orang tua, dan keluarga yang telah
mendukung proses perkuliahan saya, selain itu karya ini tidak lain
dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khsususnya tempat saya
belajar banyak ilmu yakni pada jurusan ilmu kesejahteraan sosial Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Selesai Diseminarkan Dan Dipertahankan Dihadapan Panitia Ujian


Skripsi Pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo Pada Tanggal 28 Desember 2018

Judul : Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan (Studi Di Desa Ranooha


Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

Nama : Opi Saputra

Stambuk : C1B315069

Jurusan : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Kendari, Desember 2018

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.H.Sulsalman Moita, S.Sos,M.Si Sarpin, S.Sos,M.Si


NIP. 19711003 199702 1 002 NIP. 19691201 200501 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Megawati A. Tawulo, S.Sos., M.Si


NIP. 19731019 200003 2 001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

KONDISI KEMISKINAN KELUARGA NELAYAN


(Studi Di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan)

Disusun Oleh :

Nama : OPI SAPUTRA


Stambuk : C1B3 15 069

Telah diujiankan dan dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) Jurusan
Ilmu Kesejahteraan Sosial, pada hari Jum’at, 28 Desember 2018 dan hasilnya
dinyatakan memenuhi syarat dan Lulus.

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : Dr. Bahtiar, M.Si (…………………….)

Sekretaris : Sarpin, S.Sos, M.Si (…………………….)

Anggota : 1. Dr.H. Sulsalman Moita, S.Sos, M.Si (…………………….)

2. Dr. Muh. Rusli, M.Si (…………………….)

3. Drs. Syaifudin S. Kasim, M.Si (…………………….)

Disahkan Oleh :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo

Dr. La Tarifu, S.Pd., M.Si


NIP. 19711231 200604 1 002
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : OPI SAPUTRA

Nim : C1B315069

Tempat Tanggal Lahir : Amohola, 26 April 1997

Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan

(Studi Di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat beserta

seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam dunia akademik. Apabila dikemudian hari terbukti

terdapat pelanggaran kaidah-kaidah akademik pada skripsi saya, maka saya

bersedia menanggung sanksi-sanksi yang dijatuhkan karena kesalahan tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, Desember 2018

Yang membuat pernyataan,

OPI SAPUTRA
C1B315069

v
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan

Studi di Desa Ranooha Raya Kecamatn Moramo Kabupaten Konawe

Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan dan penulis kirimkan kepada

Rasulullah SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Tidak lain Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program

sarjana strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi

Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Halu Oleo.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Skripsi ini. Untuk itu,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah berkontribusi memberikan bantuan, sumbangan pikiran,

waktu, tenaga serta do’anya terkhusus kepada :

1. Untuk Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Sahruddin dan Ibunda

Sunartin yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh keikhlasan

dan kasih sayang. Senantiasa memberikan semangat dan do’a serta bantuan

moril dan materil kepada penulis dalam menjalani proses perkuliahan.

2. Untuk kedua Kakek dan Nenek yang telah merawat saya hingga menjadi

sampai saat sekarang ini

vi
3. Untuk paman, Adik dan tante yang telah membantu proses perkuliahan saya

dari awal hingga akhir

4. Bapak Dr. Muhammad Zamrun F. S.Si, M.Si, M.Sc selaku Rektor Universitas

Halu Oleo Kendari

5. Bapak Dr. La Tarifu, S.Pd, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Halu Oleo Kendari

6. Ibu Megawati Asrul Tawulo, S.Sos, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu

Oleo Kendari, terimakasih banyak Bu atas dukungan dan kelancaran yang

diberikan

7. Bapak Dr. H. Sulsalman Moita, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak

Sarpin, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan, masukan, bimbingan serta motivasi dalam

penyusunan Hasil Penelitian ini, kedua beliau tersebut memberikan konribusi

yang cukup besar dalam penyusunan Skripsi ini.

8. Ibu Aryuni Salpiana Jabar, S.P, M.Si dan Bapak Iwan Patta, S.Sos, M.Si

sebagai penasehat Akademik

9. Para Dosen dan Staf jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

10. Bapak Marhalim Selaku Kepala Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan dan aparat pemerintahanya

11. Seluruh informan penelitian warga nelayan Desa Ranooha Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan Raya yang telah membantu jalanya

penelitian ini

vii
12. Special terimakasih kepada Isman Soleman, Ilwan, Marwan, Ishar dan Hapai

yang telah membantu jalanya penelitian ini

13. Bapak Herman, S.Pd yang telah memberikan banyak motivasi

14. Spesial Thanks kepada Yusran, S.Pd yang telah memberikan banyak

sumbangsi dalam proses penyelesaian penyusunan skripsi

15. Rudini, S.Hi tempat nebeng selama akhir-akhir masa perkuliahan

16. Saudari saya Asrani yang telah memberikan banyak bantuan keilmuan

17. Teman teman seperjuangan saya dari Moramo Yusman Cakra, Riskal, Rian

Saputra S.Pd, Alfrianto, I Putu Satya wahyu Anggara, Wahyu Aji Saputra,

Reno Reski, M. Rifal, M. Richal, Erpin dan Alm. Damran

18. Teman seperjuangan leting Ilmu Kesejahteraan Sosial 0I5, Risdayanti

Safitri, Muh. Arif Tanzil, Sasmin, Muh. Ali Badarudin, Moh. Harry

Darmawan, Nurfazila, Rismayanti, Ertin Juliana, Retno Puji Astuti, Anita

Purnamawati, Angeline Nadia Wilcha, Mutmainnah Sahra, Salnisif, Dhian

Anandha Agus, Sri Murtia Ningsih, Nuning Fatimatuzahra, Ulfa Rahkend

Damara, Fera Sutantri, Marwah Rainatu Jannah, Irma Lestari, Sirdahlia

Oktavia Syamsir, Isman Soleman, Egi Saputra, La Jeri, Muh. Irfan, Sri

Wahyunifa, Wa Ati, Bodrus, Hasmim, Sasmita, Muzliadi, Nuraini, Nurmala,

Sarman, Andri, Sefty Surahmawati, Suhartin, Sukma Wati, Asmawati, Indra

Mayunita, Hatifa, Sukardin, Noviana, Adhan Adriansyah, Reski,

Rifaldiansayah, M.Basri, Mazlan, Ardhana basma, Nurul Iwan Asri, Khiroto

Alam Achmad, Lukman Simal, Umar, Nabil M. Prasad, terimakasih atas

viii
kebersamaanya selama ini, bagi yang belum menyusun semoga cepat dan

dimudahkan urusanya, kalian luar biasa.

19. Teman teman kelas IPA I Angkatan 20I5 kalian tetap yang terbaik

20. Teman-teman KKN Desa Tapunggaya Kecamatan Molawe Kabupaten

Konawe Utara yang telah memberikan nuansa kehidupan dan keluarga baru

21. Asrama Pondok Ikra di Lr. Maleo khususnya kamar No 6 dan gubuk di Lr.

Kancil yang telah menjadi saksi sejarah perjuangan untuk mendapatkan gelar

sarjana

22. Arif tanzil, La jeri, Egi Saputra, Sasmin, Isman Soleman, Rifal Diansyah,

Moh. Harry Darmawan S, Muh. Ali Badaruddin, Mazlan yang selalu

berkunjung dikamar

23. Risdayanti safitry, Ertin Juliana, Rismayanti, Angeline Nadia Wilcha,

Salnisif, Nurfazila, Retno Puji Astuti, Sri murtia Ningsih, Nuning

Fatimatuzahra yang selalu antusias bikin acara-acara

24. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu

ix
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT selalu memudahkan

segala urusan kita semua dan membalas semua kebaikan semua pihak yang

telah membantu dalam Penysusunan skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna olehnya karena itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan

saran dan kritik dari berbagai pihak. Wasalamu alaikum Warahmatullahi

wabarakatuh.

Kendari, Desember 2018

Penulis

Opi Saputra
CIB3I5069

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i


MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN……………….………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…….….. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
ABSTRAK ……………………………………………………………….. xiv
ABSTRACK……………………………………………………………...... xv

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1


1.1. Latar Belakang Masalah……..…………………………………
1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………...
4
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………
5
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………..
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………………….7
2.1. Konsep Kesejahteraan dan Kesejahteraan Sosial.......……........ 7
2.2. Konsep Kemiskinan………..…………………………….......... 10
2.3. Konsep Keluarga ........................................................................19
2.4. Konsep Nelayan.......................................................................... 22
2.5. Kerangka Pikir ........................................................................... 26
BAB III. METEDOLOGI PENELITIAN ……………………………... 29
3.1. Jenis Penelitian Data ………………………………………….. 29
3.2. Lokasi Penelitian ……………………………...................…….29
3.3. Informan Penelitian ………………………..………….............30
3.4. Jenis dan Sumber Data ...............................................................30
3.5. Teknik Pengumpulan Data …………………………….............30
3.6. Teknik Analisis Data …………………………………………..31

xi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................33
4.1.1. Sejarah Desa Ranooha Raya.................................................... 33
4.1.2. Kondisi Geografis ................................................................... 34
4.1.3. Kondisi Demografis ................................................................ 35
4.1.4. Kondisi Sosial Budaya ............................................................39
4.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kemiskinan
Kultural dan Struktural pada Keluarga Nelayan Di Desa Ranooha
Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......... 40
4.2.1. Faktor Kultural........................................................................ 40
4.2.2. Faktor Struktural .................................................................... 48
4.3. Strategi Keluarga Nelayan Dalam Menyelesaikan Kemiskinan
di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan …………………………………….............. 55
4.3.1. Strategi Internal .......................................................................56
4.3.2. Strategi Eksternal .................................................................... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 70
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 70
5.2. Saran ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..72
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
74

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bagan Kerangka Pikir ..................................................... 28
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................... 35
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur .................. 36
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............... 37
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 37
Tabel 4.5. Jenis Alat Tangkap Ikan ................................................. 38
Tabel 4.6. Jenis Armada Penangkapan Ikan .................................... 38
Tabel 4.7. Jenis Budidaya Perikanan Laut ...................................... 39

xiii
ABSTRAK

Opi Saputra (C1B315069) Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan, (Studi


di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan)
dibimbing oleh : Dr. H. Sulsalman Moita, S.Sos, M.Si (Pembimbing I) dan
Sarpin, S.Sos, M.Si (Pembimbing II)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural pada keluarga nelayan
nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan,
dan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan keluarga nelayan di
Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dalam
menyelesaikan kemiskinan.
Adapun metode penelitian yang digunakan yakni menggunakan metode
penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
menghasilkan data deskriptip dari kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang
yang dapat di amati, teknik penelitian yang digunakan yaitu dengan cara
wawancara, observasi, dan dokumentasi, adapun informan penelitian ini adalah
masyarakat Desa Ranooha Raya yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 23
informan dan di tambah 2 informan yakni Kepala Desa Ranooha Raya dan
Sekretaris Desa Ranooha Raya sehingga total informan semuanya berjumlah 25
orang, sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder
adapun teknik analisis data yakni peneliti Peneliti mengumpulkan seluruh data
yang di peroleh, baik dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi,
kemudian peneliti akan memilah dan memilih hasil data yang paling akurat
mengenai fokus penelitian yang terkait. Kemudian setelah itu, peneliti melakukan
pengolahan data, pengolahan data dimaksudkan untuk mencari temuan yang
berkaitan dengan rumusan masalah yang dituliskan. Setelah peneliti melakukan
pengolahan data untuk menjawab rumusan masalah, maka langkah selanjutnya
adalah menuliskan atau menguraikanya ke dalam bentuk laporan dengan kaidah-
kaidah bahasa yang ada.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh, bahwa faktor penyebab
kemiskinan kutural keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan yakni kurangnya etos kerja atau budaya malas, gaya
hidup yang boros dan pola pemenuhan kebutuhan ekonomi yang masih
tradisional, adapun faktor penyebab kemiskinan struktural di Desa Ranooha Raya
Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan yakni disebabkan oleh kebijakan
pembangunan yang tidak memihak pada masyarakat nelayan kecil dan mekanisme
pasar yang tidak mendukung. Sedangkan strategi yang dilakukan keluarga nelayan
di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dalam

xiv
menyelesaikan kemiskinan terbagi dalam dua cara yaitu strategi internal melalui
pemberdayaan anggota keluarga nelayan, upaya peningkatkan sumber daya
manusia, meminjam modal, kerja sampingan dan strategi eksternal melalui
pemanfaatan program anggaran dana desa, pelatihan-pelatihan dan melalui
pengelolaan dana bumdes.

Kata kunci : Kondisi, Kemiskinan, Keluarga, Nelayan


ABSTRACT

Opi Saputra (CIB3I5069) Conditions for Poverty of Fishermen


Families, (Study in Ranooha Raya Village, Moramo District, Konawe Selatan
District) guided by: Dr. H. Sulsalman Moita, S.Sos, M.Sc (Advisor I) and
Sarpin, S.Sos, M.Sc (Advisor II).
This study aims to determine what factors led to cultural poverty and
structural poverty in fisherman fishermen families in Ranooha Raya Village,
Moramo District, South Konawe District, and to find out how the strategy of
fishermen families in Ranooha Raya Village, Moramo District, Konawe Selatan
District in resolving poverty .
The research method used is using qualitative research methods,
qualitative research methods are research methods that produce descriptive data
from written or oral words of people's behavior that can be observed, the
research techniques used are interview, observation, and documentation, As for
the informants of this study were the people of Ranooha Raya Village who worked
as fishermen as many as 23 informants and added 2 informants namely Ranooha
Raya Village Chief and Secretary of Ranooha Raya Village so that the total
informants were 25 people, the data sources in this study were primary data and
data secondary as for data analysis techniques, the researcher researchers
collected all the data obtained, both from the results of observations, interviews,
and documentation, then the researcher will sort and select the most accurate
data about the focus of the related research. Then after that, the researcher
conducts data processing, data processing is intended to find findings related to
the formulation of the problem written. After the researcher has processed the
data to answer the problem statement, the next step is to write or describe it in the
form of a report with the existing language rules.
From the results of the research conducted, the causal factors of poverty
in fishermen families in Ranooha Raya Village, Moramo District, Konawe
Selatan, namely reducing work ethic or lazy culture, wasteful lifestyles and
traditional patterns of fulfilling economic needs, as well as the causes of
economic poverty in Ranooha Village Raya Subdistrict Moramo, Konawe Selatan
Regency is located on the right. While the strategy carried out by fishermen
families in Ranooha Raya Village, Moramo District, Konawe Selatan District in
solving poverty was divided into two ways, namely internal strategy through
empowering fishermen family members, efforts to increase human resources,
capital, side work and external strategies through village fund assistance
programs training and training through bumdes funds.

xv
Keywords: Conditions, Poverty, Family, Fishermen

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hasil verifikasi dari Depdagri tahun 2006 Indonesia merupakan negara

kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Selain itu

Indonesia juga merupakan negara kepulauan (archipe-lagic state) terbesar di

dunia, yang terdiri dari 5 pulau besar dan 30 kepulauan kecil, jumlah keseluruhan

tercatat ada sekitar 17.504 pulau, 8.651 pulau sudah bernama, 8.853 pulau belum

bernama, dan 9.842 pulau yang sudah diverifikasi. (www.wikipedia.com).

Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan

alam berlimpah seharusnya menjadi kekuatan utama untuk menghadirkan

kesejahteraan bagi rakyat dan kebanggaan bagi bangsa dan negara. Kekayaan

sumber daya laut dan posisinya yang strategis di antara dua benua dan dua

samudera bukan hanya kekuatan ekonomi yang dahsyat, tetapi juga potensial

sosial budaya, politik, dan ekosistem negara bangsa Indonesia. Dari berbagai hasil

penelitian, nilai ekonomis kekayaan sumber daya alam laut Indonesia melebihi

potensi kekayaan di daratan. Data juga menyebutkan, kekayaan laut Indonesia

mencapai tujuh kali APBN Indonesia saat ini, bahkan ada yang menyebutkan

kekayaan laut Indonesia tidak akan pernah habis. (Limbong, 2015).

Sebagai negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke

yang memiliki sumber daya alam yang potensial, tentunya banyak masyarakat

atau keluarga yang hidup di sekitaran pesisir pantai yang menggantungkan

hidupnya di wilayah laut, yang kita kenal dengan profesi nelayan. Menurut

1
Suyitno dalam (Apriyanto, 2016) nelayan adalah orang atau individu yang aktif

dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Nelayan merupakan

kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari

aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini, yang

ditulis oleh Syahma (2016) dalam skripsinya mengenai analisis yang

mempengaruhi pendapatan nelayan tangkap Di Desa Galesong Kota Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar Mengatakan, bahwa yang mempengaruhi

pendapatan nelayan tangkap di Desa tersebut yakni, pendidikan terakhir, jumlah

tanggungan keluarga, pengalaman, lama melaut dan ukuran mesin yang

digunakan.

Perbedaan dari penelitian di atas bahwa penelitian yang di tulis oleh Syahma

(2016) membahas tentang masalah yang mempengaruhi pendapatan bagi para

keluarga nelayan, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan kali ini,

peneliti akan melihat mengenai kondisi kemiskinan keluarga nelayan.

Sumber daya laut yang melimpah ruah sebenarnya secara potensial dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga

nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak keluarga nelayan yang

kondisi kesejahteraanya tidak memungkinkan. Ironisme ini sangat nyata pada

potret sebagaian besar nelayan Indonesia yang masih bergelut dalam kemiskinan

permanen padahal produksi perikanan (sumber daya laut) terus mengalami

peningkatan sejalan dengan penerapan teknologi tepat guna dan pasar yang

semakin terbuka, Limbong (2015). Kehidupan nelayan sangat tergantung pada

2
kondisi alam, dibuktikan dengan pendapatan nelayan meningkat ketika musim

ikan. Musim sepi ikan menyebabkan intensitas melaut nelayan berkurang, Dewi

dan Rustariyuni dalam Pradana dkk, (2014). Akibatnya, hal itu dapat

mempengaruhi kondisi kesejahteraan khususnya keluarga nelayan tersebut karena

mereka hanya mengandalkan hasil laut yang didapatkan. Hal ini dapat terjadi di

kalangan keluarga nelayan pada umumnya yang berada di wilayah Indonesia.

Ironis sekali ketika mengetahui sebagian besar wilayah Indonesia yang berupa

peraiaran memiliki kekayaan sumber daya alam dan nelayan sebagai salah satu

mata pencaharian vital yang seharusnya dapat memanfaatkan hasil laut untuk

kesejahteraan hidupnya dan masyarakat lain, justru keadaanya terpuruk.

Paonganan dkk (2014).

Desa Ranooha Raya merupakan salah satu Desa pesisir yang berada di

wilayah Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa wilayah pesisir memiliki

sumber daya laut potensial yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat

khususnya bagi para keluarga yang berprofesi sebagai nelayan, kekayaan sumber

daya laut tersebut memungkinkan setiap nelayan dapat memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya, tak terkecuali di Desa Ranooha Raya keuntungan wilayah

pesisir yang dimilikinya, tentu akan sangat menguntungkan bagi para warga yang

berprofesi sebagai nelayan yang bertempat tinggal di Desa Ranooha Raya. Dari

pengamatan awal yang dilakukan peneliti, bahwa di Desa Ranooha Raya memiliki

potensi sumber daya laut yang memadai, yang dapat dimanfaatkan untuk

3
meningkatkan kesejahteraan hidup bagi nelayan, para nelayan juga sudah

mengelolah hasil laut yang didapatkan dengan sedemikian rupa sesuai dengan

kemampuan mereka, selain itu telah ada program-program dari pemerintah seperti

penggunaan anggaran dana Desa yang diperuntukkan untuk masyarakat disana

diantaranya bantuan pengadaan pukat, mesin, dan kapal, namun yang masih

menjadi permasalahan adalah kebanyakan masyarakat nelayan yang berada di

Desa tersebut masih berada dalam kemiskinan. Kemiskinan keluarga nelayan

yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

dapat teridentifikasi dari adanya pola perilaku kehidupan keluarga nelayan disana

yakni adanya kebiasaan-kebiasaan pola hidup dari para nelayan sendiri yang telah

menyebabkan mereka mengalami kemiskinan dalam hal ini kemiskinan kultural,

selain itu pula bentuk kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya lainya

juga berasal dari system yang kurang adil dari pemerintah sehingga menyebabkan

keluarga nelayan disana menjadi tidak berdaya dalam hal ini kemiskinan

struktural, Dari data yang ada jumlah penduduk kepala keluarga miskin yang ada

di Desa Ranooha Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan berjumlah 77

anggota kepala keluarga dari 171 kepala keluarga yang ada.

Berdasarkan uraian yang telah dituliskan diatas maka penulis melakukan

penelitian dengan judul. Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan (Studi di Desa

Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan)

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah

yaitu :

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kemiskinan kultural dan

kemiskinan struktural pada kelurga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan ?

2. Bagaimana Strategi keluarga nelayan dalam menyelesaikan kemiskinan di

Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari

penelitian ini yakni :

1. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan

kultural dan kemiskinan struktural keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

2. Untuk mengetahui strategi keluarga nelayan dalam menyelesaikan

kemiskinan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe

Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, wawasan dan

referensi yang terkait mengenai masalah kondisi kemiskinan keluarga nelayan

serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam jurusan ilmu

kesejahteraan sosial (Kessos).

5
2. Manfaat praktis

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan, dapat mampu memberikan kesadaran

bagi masyarakat keluarga nelayan untuk berbenah diri, terkait dengan

kondisi kemiskinan keluarga nelayan khsusnya di Desa Ranooha Raya

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.

2. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan informasi

kepada pemerintah Desa mengenai kondisi kemiskinan keluarga

nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan.

Dari hasil penelitian ini pemerintah setempat dapat mengambil bahan

rujukan kemudian ditindak lanjuti untuk proses selanjutnya.

Pemerintah setempat dapat membuat kebijakan untuk mengatasi

masalah kemiskinan bagi keluarga nelayan yang ada di Desa tersebut.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi bagi

peneliti selanjutnya khususnya penelitian yang terkait dengan

masalah kemiskinan keluarga nelayan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kesejahteraan Dan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat

memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian,

tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat

menunjang kualitas hidupnya sehingga hidupnya bebas dari kemiskinan,

kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman

tentram, baik lahir maupun batin. (Fahrudin, 2012). Menurut Prabawa

dalam (Rosni, 2017) kesejahteraan sering diartikan secara luas yaitu

sebagai kemakmuran, kebahagiaan, dan kualitas hidup manusia baik pada

tingkat individu atau kelompok keluarga dan masyarakat. Keadaan

sejahtera dapat ditunjukkan oleh kemampuan mengupayakan sumber daya

keluarga untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang dianggap

pentig dalam kehidupan berkeluarga. Dengan demikian kesejahteraan

adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan baik barang maupun jasa dalam

memenuhi kebutuhan keluarga.

Menurut Rambe dalam (Rosni, 2017) mengatakan bahwa

kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,

material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan

ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga Negara untuk

mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan

7
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun dalam (Rosni, 2017) dapat

dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang

dapat dilihat dari empat indikator yaitu: (1) Rasa aman (security), (2)

kesejahteraan (welfare), (3) kebebasan (freedom), dan (4) jati diri

(identity). Indikator tersebut merupskan hal yang digunakan untuk melihat

tingkat kesejahetraan yang mana terciptanya rasa aman, kesejahteraan,

kebebasan dan jati diri seseorang dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut Kolle dalam Bintarto (Rosni, 2017), kesejahteraan dapat diukur

dari beberapa aspek kehidupan: 1) Dengan melihat kualitas hidup dari

segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pagan dan sebagainya.; 2)

Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,

lingkungan alam, dan sebagainya; 3) Dengan melihat kualitas hidup dari

segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan

sebagainya; 4) Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti

moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya. Indikator

kesejahteraan diatas menjelaskan bahwa untuk mengukur kesejahteraan

dilihat dari segi materi, segi fisik, segi mental dan segi spiritual. Dengan

demikian bahwa kesejahteraan bukan saja dilihat dari keseluruhan

kebutuhan tanpa terganggunya kebutuhan yang lain.

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini

mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “Catera” yang berarti

payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti

8
“Catera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran

sehingga hidupnya tentram baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial

berasal dari kata “Socious” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama.

Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana

orang dapat memenuhi kebutuhanya dan dapat berelasi dengan

lingkunganya secara baik. (Fahrudin, 2012).

Banyak pengertian kesejahteraan sosial yang dirumuskan, baik oleh para

pakar pekerjaan sosial maupun lembaga lembaga sosial lainya. Menurut

Friedlander dalam (Fahrudin, 2012) kesejahteraan sosial dalah system yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang

dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna

mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal

dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan

dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan

masyarakatnya. Sedangkan menurut perserikatan Bangsa-bangsa masih dalam

(Fahrudin, 2012) kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang

terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-

individu dengan lingkungan sosial mereka. Menurut James Midgley dalam (Adi,

2015) melihat kesejahateraan sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan

manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan

baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial

dapat di maksimalkan. Menurut undang-undang No 11 tahun 2009 dalam

9
(Fahrudin, 2012) tentang kesejahteraan sosial pasal (1) ayat (1) yang berbunyi “

kesejahteraan sosial ialah kondisi terpenuhinya aspek material, spiritual dan sosial

bagi warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Kemudian Friedlander dalam (Fahrudin, 2012) dalam bukunya edisi

kelima yang terbit dalam tahun 1980 mendefinisikan kesejahteraan sosial

mencakup undang-undang, program-program, manfaat-manfaat dan pelayanan-

pelayanan yang menjamin atau memperkuat pembekalan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi kesejahteraan

penduduk dan keberfungsian yang lebih baik dari tata sosial. Romanyshyn dalam

(Fahrudin, 2012) menggunakan definisi yang luas tentang kesejahteraan sosial

yang meliputi semua bentuk intervensi sosial yang mempunyai perhatian utama

dan langsung dengan peningkatan kesejahteraan individu dan masyarakat secara

keseluruhan.

Dalam arti yang lebih sempit, kesejahteraan sosial diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan atau program-program untuk membantu orang-orang miskin

atau orang-orang yang kurang beruntung lainya. Dengan demikian program-

program kesejahteraan sosial berarti program-program untuk membantu orang-

orang miskin dan orang orang kurang beruntung lainya. (Fahrudin, 2012).

2.2. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan memiliki banyak definisi. Sebagian orang memahami istilah

kemiskinan dari perspektif subyektif dan komparatif, sementara yang lainya

melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Meskipun sebagian besar konsepsi

10
mengenai kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, kemiskinan

sejatinya menyangkut pula dimensi material, sosial, kultural institusional, dan

struktural. (Suharto, 2009).

Menurut Piven, Cloward dan Swanson dalam Suharto (2009) menunjukan

bahwa kemiskinan menyangkut dengan kekurangan materi, rendahnya

penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial.

1. Kekurangan materi. Kemiskinan menggambarkan adanya kelangkaan materi

atau barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti

makanan, pakaian, dan perumahan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami

sebagai situasi kesulitan yang dihadapi orang dalam memperoleh barang-

barang yang bersifat kebutuhan dasar.

2. Kekurangan penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di

sini sering dikaitkan dengan standar atau garis kemiskinan (Poverty line) yang

berbeda-beda dari satu negara ke negara lainya, bahkan dari satu komunitas ke

komunitas lainya dalam satu negara. Bank dunia, misalnya, menetapkan

bahwa seseorang dianggap miskin jika ia memiliki pendapatan kurang dari $2

per hari. Adapun pusat statistik (BPS) di indonesia menetapkan garis

kemiskinan berdasarkan “pengeluaran” yang merupakan perkiraan untuk

menggambarkan pendapatan seseorang untuk memenuhi sejumlah kebutuhan

minimum yang diukur berdasarkan asupan kalori (2.100 kalori) yang

diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup.

3. Kesulitan memenuhi kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial (Social

exclusion), ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

11
masyarakat. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan

pelayanan sosial dan rendahnya aksesibilitas lembaga-lembaga pelayanan

sosial, seperti lembaga pendidikan, kesehatan dan informasi.

Dengan demikian, kemiskinan pada hakikatnya menunjuk pada situasi

kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami seseorang, baik akibat

ketidakmampuanya memenuhi kebutuhan hidup, maupun akibat ketidakmampuan

negara atau masyarakat memberikan perlindungan sosial kepada warganya.

(Suharto, 2009)

Berdasarkan studi SMERU dalam (Suharto, 2009) menunjukan sembilan

kriteria yang menandai kemiskinan:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan

papan).

2. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

3. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan

terpencil)

4. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia (buta hurup, rendahnya, pendidikan

dan keterampilan, sakit-sakitan) dan keterbatasan sumber alam (tanah tidak

subur, lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik, air).

5. Kerentanan terhadap guncangan yang bersifat individual (rendahnya

pendapatan dan aset) maupun massal (rendahnya modal sosial, ketiadaan

fasilitas umum).

12
6. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai

dan berkisanambungan.

7. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, ar bersih dan transportasi).

8. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan

dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan

masyarakat).

9. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

2.2.1. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan dapat menunjuk pada kondisi individu, kelompok, maupun

situasi kolektif masyarakat. Kemiskinan yang bersifat massal dan parah pada

umumnya terdapat di negara berkembang. Namun, terdapat bukti bahwa

kemiskinan juga hadir di negara-negara maju. (Suharto, 2009).

Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor, secara konseptual, kemiskinan

bisa diakibatkan oleh empat faktor, yaitu :

1. Faktor individual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik dan

psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh perilaku, pilihan, atau

kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupanya.

2. Faktor sosial. Kondisi kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang

menjadi miskin misalnya, deskriminasi berdasarkan usia, gender, etnis yang

menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah

kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan

kemiskinan antar generasi.

13
3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan.

Faktor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “kemiskinan kultural”

“budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan

hidup atau mentalitas.

4. Faktor struktural. Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak

sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau

sekelompok orang menjadi miskin.

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi David Cox dalam

Suharto (2009) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi yakni :

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi melahirkan negara

pemenang dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju.

Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh

persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem

(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan

(kemiskinan akibat peminggiran perdesaan dalam proses pembangunan),

kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan

pertumbuhan perkotaan).

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan

kelompok minoritas akibat kondisi sosial yang tidak menguntungkan mereka,

seperti bias jender, diskriminasi, atau eksploitasi ekonomi.

14
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian

lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana

alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

Menurut Yeremias dalam Peribadi, (2017) bahwa pada tingkat unit analisis

terdapat empat kerangka teori yang berpengaruh mengenai kemiskinan

yakni :

1. Kemiskinan dilihat sebagai produk kegagalan individu dan sikap yang

menghambat niat untuk memperbaiki nasib. Perspektif ini diambil dari

perkiraan Banfield.

2. Kemiskinan merupakan akibat adanya kebudayaan kemiskinan yang meliputi

sistem kepercayaan fatalistik, kurang mampu mengendalikan diri, berorientasi

pada masa sekarang, tidak mampu menunda kenikmatan, gagal merencanakan

masa depan dan kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada. Perspektif

ini didasarkan atas karya Oscar Lewis.

3. Pemiskinan merupakan akibat dari kurang tersedianya kesempatan (Lack of

opportunity) untuk maju dan menjadi miskin, karena kurang memiliki

keterampilan dan pendidikan. pemikiran tersebut didasarkan atas karya

Campbell dan Burkhead.

4. Dari sudut pandang Karl Max, kemiskinan yang mengemuka sebagai akibat

dari ulah kaum kapitalis dalam masyarakat melalui proses eksploitasi dan super

eksploitasi.

2.2.2. Strategi Pengentasan Kemiskinan

15
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya

yang memadukan berbagai kebijakan dan program pembangunan yang

tersebar di berbagai sektor. Kebijakan pengentasan kemiskinan menurut

Gunawan Sumodiningrat (1998) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua),

yaitu kebijakan tidak langsung, dan kebijakan yang langsung. Kebijakan

tak langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan

situasi ekonomi, sosial dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk;

(3) melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok

masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Sedangkan kebijakan

yang langsung mencakup: (1). pengembangan data dasar (base data)

dalam penentuan kelompok sasaran (targeting); (2). penyediaan

kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan);

(3). penciptaan kesempatan kerja; (4). program pembangunan

wilayah; dan (5). pelayanan perkreditan.

Untuk menanggulangi masalah kemiskinan harus dipilih strategi

yang dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam

perekonomian nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang

meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan,

pemberdayaan sumber daya manusia (Sumodiningrat, 1998). Program

yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan masyarakat melalui

pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program

ini harus diwujudkan dalam langkah- langkah strategis yang

diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat miskin

16
kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi

masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses

pembangunan, sehingga mereka mampu mengatasi kondisi

keterbelakangannya.

Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat

miskin. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan

masyarakat harus terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua,

pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan

pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan

pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan

penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu didampingi oleh

pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator, dan

dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya

kemandirian (Soegijoko, 1997).

Di samping beberapa strategi di atas, Tri Pranadji (2003)

memberikan beberapa alternatif strategi yang bisa dipertimbangkan

untuk pemberdayaan masyarakat miskin, antara lain adalah: (1) Strategi

Charitas (SC), yaitu suatu strategi yang diarahkan langsung untuk

menutupi gejala ketidakberdayaan masyarakat, seperti mengatasi

gejala kurang pangan dan gizi pada anak balita dan ibu menyusui dengan

pemberian materi pangan yang sesuai berharga murah atau gratis; (2)

Strategi Produksi (SP), yaitu suatu strategi yang diarahkan untuk

memproduksi bahan pangan sendiri (3) Strategi Ekonomi (SE), yaitu

17
suatu strategi yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi

berbasis sumberdaya setempat di suatu wilayah; (4) Strategi Perbaikan

Agroekosistem (SPA), yaitu suatu strategi yang diarahkan untuk

memperbaiki kondisi agroekosistem yang rusak dan tidak sehat; (5)

Strategi Sosio Budaya (SB), yaitu suatu strategi yang diarahkan untuk

memperbaiki tatanan masyarakat berpenghasilan rendah secara khusus

dan masyarakat luas dalam arti lebih umum.

Beberapa langkah konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai

upaya untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengurangan

pengangguran, dijabarkan dalam berbagai program yang diharapkan

menjadi instrumen utama kegiatan tersebut. Berbagai program yang

dilaksanakan diantaranya :

1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MANDIRI)

merupakan ekspansi dan integrasi program-program penanggulangan

kemiskinan.

2. Program Keluarga Harapan (PKH), berupa bantuan khusus untuk

Pendidikan dan Kesehatan;

3. Program pemerintah lain yang bertujuan meningkatkan akses masyarakat

miskin kepada sumber permodalan usaha mikro dan kecil, listrik perdesaan,

sertifikasi tanah, kredit mikro, dan lain-lain.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan+

+Telaah+Dan+Beberapa+Strategi+Penanggulangannya.pdf)

18
Salah satu strategi khusus pemerintah dalam penanggulangan

kemiskinan pada 2018 adalah dengan integrasi program kemiskinan, yaitu

dengan pelaksanaan perlindungan sosial didasarkan pada pendekatan

siklus hidup (life-cycle), penerima bantuan menerima manfaat lengkap

karena bersifat single targeting framework untuk intervensi kemiskinan

secara holistik, dan mendorong pengembangan pelayanan satu pintu dan

implementasi bantuan sosial non-tunai.

(https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/integrasi-

program-program-kemiskinan-dapat-menurunkan-dua-persen-tingkat-

kemiskinan/)

2.3. Konsep Keluarga

Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus

merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam

hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan

sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan

berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.

Menurut Prijatna, (2012) Keluarga mempunyai 4 karakteristik yang

memberi kejelasan tentang konsep keluarga

19
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah

atau adopsi. Yang mengiakat suami dan istri adalah perkawinan, yang

mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya)

dan kadang-karang adopsi.

2. para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah

dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu

rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan

satu atau dua anak saja

3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling

berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak

laki-laki dan anak perempuan

4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar

berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

Menurut Koentjaraningrat dalam (Prijatna, 2012) membedakan 3

macam keluarga luas berdasarkan bentuknya :

1. keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti

senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak

perempuan

2. keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga

inti senior dengan keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki

3. Keluarga luas uxorilokal, berdasarkan adapt uxorilokal, terdiri dari satu

keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga batih/inti anak-anak perempuan.

20
Sedangkan menurut khairuddin dalam (Prijatna,2012) merumuskan

inti sari pengertian keluarga sebagai berikut:

a. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah,

ibu, dan anak.

b. Hubungan sosial diantara angota keluarga relatif tetap dan berdasarkan atas

ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi.

c. Hubungan antar angota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa

tanggung jawab.

d. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindingi anak dalam rangka

sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

2.3.1. Ciri-ciri Keluarga


a. Ciri-ciri umum keluarga
Menurut Mac Iver dan Page yang dikutip Khairuddin dalam (Prijatna, 2012)

ciri-ciri umum keluarga adalah sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok

yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi

yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin terpisah terhadap kelompok keluarga.

21
b. Ciri-ciri Khusus Keluarga

Menurut Khairuddin dalam (Prijatna, 2012) cirri-ciri khusus keluarga

adalah:

1. Kebersamaan

2. Dasar-dasar emosional

3. Pengaruh perkembangan

4. Ukuran yang terbatas

5. Posisi inti dalam struktur sosial

6. Tanggung jawab para anggota

7. Aturan kemasyarakatan

2.3.2. Fungsi Keluarga

Menurut Prijatna (2012) Macam-macam fungsi keluarga adalah

1. Fungsi biologis

2. Fungsi Pemeliharaan

3. Fungsi Ekonomi

4. Fungsi Keagamaan

5. Fungsi Sosial

2.4. Konsep Nelayan

Menurut W.J.S.Purwodarminto dalam (Retnowati, 2011). Secara umum

nelayan diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya menangkap ikan,

penangkap ikan di laut. Sedangkan menurut Kusnadi dalam (Rosni, 2017) secara

geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan

berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat

22
dan laut. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan

ataupun budi daya.

Menurut undang-undang No 31 tahun 2004 dalam (Rosni, 2017) nelayan

adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Menurut

Departemen Kelautan dan Perikanan dalam (Rosni, 2017) nelayan adalah orang

yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan di laut. Orang yang

melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan

ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal

motor, tidak dikategorikan sebagai nelayan. Sedangkan menurut Imron dalam

(Rosni, 2017) mengatakan bahwa nelayan adalah suatu kelompok masyarakat

yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara

melakukan penangkapan ataupun budi daya.

Menurut Redefield dalam (Satria, 2015) memberikan empat ciri masyarakat

pesisir yakni :

1. Mempunyai identitas yang khas (Distinctiveness)

2. Terdiri atas sejumlah penduduk dengan jumlah yang cukup terbatas

(Smallness) sehingga masih saling mengenal sebagai individu yang

berkepribadian.

3. Bersifat seragam dengan diferensiasi terbatas (homogeinity).

4. Kebutuhan hidup penduduknya sangat terbatas sehingga semua dapat dipenuhi

sendiri tanpa bergantung pada pasaran luar.

23
Menurut Kusnadi dalam Waruwu, (2017) mengatakan bahwa kondisi

masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya

ditandai oleh adanya beberapa ciri seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial

budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar

penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar.

2.4.1. Pengelompokan Nelayan

Menurut Wahyuningsih dkk dalam Waruwu, (2017) masyarakat nelayan

dapat di bagi menjadi tiga jika dilihat dari segi kepemilikan modal, yaitu:

1. Nelayan juragan, nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat

penangkapan ikan yang mampu mengubah para nelayan pekerja sebagai

pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut.

2. Nelayan pekerja, nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi

memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu

menjalankan usaha penangkapan ikan di laut, nelayan ini disebut juga nelayan

penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Juragan dalam hal ini

berkewajiban menyediakan bahan makanan dan bahan bakar untuk keperluan

operasi penangkapan ikan, dan bahan makanan untuk dapur keluarga yang

ditinggalkan selama berlayar. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan

tertentu berbeda-beda antara juragan yang lainnya setelah dikurangi biaya

produksi

3 . Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya

mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkapan

24
ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan

miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada musim paceklik.

Menurut Sastrawijaya dalam (Apriyanto, 2016) mengatakan komunitas

nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal

di Desa-Desa pantai atau pesisir. Ciri-ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari

berbagai segi sebagai berikut:

1. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya

berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir atau merekayang menjadikan

perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

2. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.

Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat

mengatasi keadaan yang menuntuk pengeluaran biaya besar dan pengarahan

tenaga kerja yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau

tanggul penahan gelombang disekitar pantai.

3. Dari segi keterampilan, meski pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat

namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan yang

sederhana.

Menurut Marbun dan Krishnayanti dalam Rosni, (2017) berdasarkan

sumber pendapatannya nelayan dapat dibagi menjadi: 1. Nelayan tetap atau

nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatannya seluruhnya berasal dari

perikanan. 2. Nelayan sambilan utama yakni nelayan yang sebagian besar

pendapatannya berasal dari perikanan. 3. Nelayan sambilan sambilan tambahan

yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan. 4.

25
Nelayan musiman yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif

sebagai nelayan.

Sehingga definisi nelayan secara umum dapat di simpulkan bahwa nelayan

atau masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang mendiami suatu wilayah

pesisir dan sumber kehidupan perekonomianya tergantung pada pemanfaatan

sumber daya laut dan pesisir.

2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Nelayan

Menurut Kusnadi dalam Tahawila, (2014) bahwa banyak faktor yang

menyebabkan mayoritas nelayan di Indonesia masih terlilit derita kemiskinan.

Sejumlah faktor itu diantaranya faktor kultural dan Faktor struktural. Faktor

kultural juga cukup mempengaruhi etos kerja para nelayan, misalnya gaya hidup

boros, pemanfaatan waktu yang yang tidak efektif, cepat puas dengan hasil yang

dicapai hari ini, tidak punya tabungan dan masih mempercayai hal yang tabuh dan

pantang dalam proses melakukan penangkapan ikan.

Faktor struktural saat ini merupakan penyebab dominan dari kemiskinan

nelayan,yakni kebijakan dan program pemerintah yang tidak kondusif yang

mendukung upaya pengentasan nelayan nelayan dari jeratan kemiskinan. Nelayan

tradisional tidak mempunyai modal untuk mengembangkan usahanya karena

ketidakadaan modal, sedangkan pemerintah belum banyak membantu dalam hal

penyediaan modal. Ketersediaan bekal melaut BBM, beras,dan alat tangkap

lainnya masih sangat sulit diperoleh para nelayan.

Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan sangat ditentukan oleh hasil

tangkapannya. Seiring dengan banyaknya tangkapan maka akan terlihat juga

26
besarnya pendapatan yang diterima oleh nelayan yang nantinya dipergunakan

untuk konsumsi keluarga, dengan demikian tingkat kesejahteraan keluarga

nelayan sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima. (Sujarno dalam

Apriyanto, 2016). Menurut Paonganan dkk (2014) yang membuat kemiskinan

masyarakat pesisir menjadi bertambah ialah, etos kerja para nelayan, lemahnya

tingkat pendidikan, kurangnya aksebilitas terhadap informasi dan tekhnologi yang

masuk, kurangnya biaya untuk modal semakin membuat masyarakat pesisir

menjadi lemah ditambah kebijakan dari pemerintah tidak memihak kepada

masyarakat pesisir.

2.5. Kerangka Pikir

Menurut Piven, Cloward dan Swanson dalam (Suharto, 2009)

menunjukan bahwa kemiskinan menyangkut dengan materi, rendahnya

penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. kemiskinan bisa diakibatkan

oleh empat faktor, yaitu Faktor individual, Faktor sosial, Faktor kultural

dan Faktor struktural. Menurut W.J.S.Purwodarminto dalam (Retnowati,

2011). Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus

merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Secara umum nelayan

diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya menangkap ikan,

penangkap ikan di laut. Sedangkan menurut Kusnadi dalam (Rosni, 2017)

secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi

antara wilayah darat dan laut.

27
Kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi

kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air

minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki

pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran

sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin. Fahrudin (2012).

Menurut Kusnadi dalam Tahawila, (2014) bahwa banyak faktor yang

menyebabkan mayoritas nelayan di Indonesia masih terlilit derita kemiskinan.

Sejumlah faktor itu diantaranya faktor kultural dan Faktor struktural

Berikut skema bagan kerangka pikir dalam penelitian ini.

Bagan 2.1

Kondisi Kemiskinan Keluarga Nelayan


Di Desa Ranooha Raya Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan

28
Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
menyebabkan menyebabkan
Kemiskinan Kultural Kemiskinan struktural
- Rendahnya etos - Kebijakan
kerja atau budaya pembangunan yang
malas tidak memihak pada
- Gaya hidup yang masyarakat nelayan
boros kecil
- Pola pemenuhan - Mekanisme pasar
kebutuhan ekonomi yang tidak
yang masih mendukung
tradisional

Strategi Keluarga
Nelayan dalam
mengatasi kemiskinan

Strategi Internal Strategi Eksternal


(penyelesaian kemiskinan (penyelesaian kemiskinan
kultural) struktural)

- Memberdayakan anggota - Melalui pemanfaatan


keluarga program-program
- Peningkatkan sumber daya anggaran dana Desa
- Melalui Pelatihan-
manusia
pelatihan dan
- Meminjam modal pengelolaan dana
- Kerja sampingan Bumdes

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

29
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, menurut Bogdan

Taylor dalam Upe, (2016) metedologi penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurutnya pendekatan ini

diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh (holistic). Sedangkan

menurut Sugiyono (2014) metode penelitian kualitatif sering disebut penelitian

naturalistik, karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang alamiah.

Alasan memilih jenis penelitian kualitatif, karena dengan menggunakan

metode tersebut cara pengambilan datanya lebih mudah serta data yang di

hasilkan merupakan data yang bersifat alamiah dan deskriptip yang langsung di

ambil dari kata-kata lisan atau tulisan dari perilaku orang yang diamati. Dan

alasan lainya karena metode penelitian kualitatif sejalan dengan judul penelitian

yang akan diteliti.

3.2 LokasiPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Alasan memilih lokasi penelitian ini

karena di Desa Ranooha Raya memiliki potensi wilayah laut yang cukup,

para nelayan juga sudah mengolah hasil laut yang ada serta sudah banyak

program-program pemerintah yang dilakukan disana, namun

masyarakatnya masih berada dalam kemiskininan.

3.3 Informan Penelitian

30
Informan penelitian ini adalah masyarakat Desa Ranooha Raya yang

berprofesi sebagai nelayan, yakni sebanyak 23 informan di tambah 2 informan

yakni Kepala Desa Ranooha Raya dan Sekdes Ranooha Raya jadi total informan

keseluruhanya adalah sebanyak 25 informan

Adapun teknik pengambilan sampel (informan) yakni secara

sengaja (purposive sampling). Di mana yang menjadi informan dapat

memberikan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data

kualitatif, sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data primer, data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

lokasi penelitian, yang diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi maupun

wawancara langsung terhadap informan.

2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang

terkait dengan penelitian seperti buku-buku, arsip, foto, data dan sumber

informasi lainya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu cara peneiliti untuk mengumpulkan

data. Adapun tekhnik pengumpulan data yang akan dilakukan yakni :

1. Observasi

31
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati atau melakukan pengamatan terhadap objek penelitian yang akan

diteliti. Dengan melakukan observasi peneliti akan mendapatkan data khususnya

yang terkait dengan peristiwa, perilaku serta ekspresi-ekspresi yang menyangkut

kondisi kemiskinan keluarga nelayan yang berada di Desa Ranooha Raya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data/informasi melalui Tanya

jawab secara langsung kepada informan.Wawancara yang akan digunakan adalah

wawancara mendalam (indepth interview), wawancara mendalam adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa gambar, dokumen-

dokumen, surat-surat, foto, laporan, buku catatan harian yang ada di lokasi

penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini yakni :

1. Peneliti mengumpulkan seluruh data yang di peroleh, baik dari hasil observasi,

wawancara, maupun dokumentasi.

2. Kemudian peneliti akan memilah dan memilih hasil data yang paling akurat

mengenai fokus penelitian yang terkait.

32
3. Kemudian setelah itu,peneliti melakukan pengolahan data, pengolahan data

dimaksudkan untuk mencari temuan yang berkaitan dengan rumusan masalah

yang dituliskan.

4. Setelah peneliti melakukan pengolahan data untuk menjawab rumusan

masalah, maka langkah selanjutnya adalah menuliskan atau menguraikanya ke

dalam bentuk laporan dengan kaidah-kaidah bahasa yang ada.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Ranooha Raya

Desa Ranooha Raya dulunya merupakan bagian dari Desa Moramo yang

merupakan bagian dari dusun 5 dengan nama Bororo, pada tahun 2004 bersama

masyarakat yang ada di dusun 5 Bororo mengajukan diri kepada pemerintah Desa

Moramo untuk memisahkan diri dari Desa Moramo. Sejak tahun 2004 itu

ditetapkanlah Desa persiapan, masyarakat di dusun 5 Bororo sendiri sudah mulai

mendiami wilayah pesisir tersebut sejak mulai tahun 1930an dengan nama

kampung bugis, setelah ditetapkan Desa persiapan sejak tahun 2004 dengan nama

Desa Ranooha Raya dengan pelaksana tugas kepala Desa sementara yang

menjabat atas nama Ir. Muhammad Aris, dan barulah pada tahun 2011 Desa

Ranooha Raya menjadi Desa depinitip yang terpilih sebagai kepala Desa

dilanjutkan kepemimpinan Bapak Ir. Muhammad Aris selama dua tahun. Pada

tahun 2012 diadakanlah pemlihan kepala Desa yang diselenggarakan oleh

pemerintah Kabupaten Konawe Selatan, yang terpilih sebagai kepala Desa

Ranooha raya adalah ibu Asnawati, dengan masa jabatan 2012- 2017, pada akhir

masa jabatan yakni pada tahun 2017 diadakanlah kembali pemilihan kepala Desa

yang menjadi partisipan dalam pemilihan kepala Desa yakni, ibu Hasnawati, Ir.

Muhammad Aris dan Marhalim. yang terpilih menjabat sebagai kepala Desa yakni

Bapak Marhalim hingga sampai saat sekarang ini.

34
Menurut sejarahnya nama Ranooha Raya sendiri berasal dari kata bahasa

Tolaki Rano yang memiliki makna (kubangan,lumpur) karena pada waktu itu

banyak kerbau yang tinggal dikubangan lumpur, dan kata bahasa Raya dalam

KBBI memilki makna (besar,banyak), sehingga Ranooha Raya sendiri memilki

makna kubangan yang banyak.

4.1.2. Kondisi Geografis

Desa Ranooha Raya adalah salah satu Desa pesisir yang berada di

wilayah Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan yang keadaan

wilayahnya dikelilingi lautan dan gunung serta kondisi tekstur dataranya berupa

dataran rendah . Desa Ranooha Raya memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Moramo Utara

Sebelah selatan berbatasan dengan Lakomea

Sebelah timur berbatasan dengan Laut Stering

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Morarmo

Letak Geografis Desa

- Ketinggian tempat dari permukaan laut : 2m DPL

- Jarak dari ibukota Kecamatan : 9 Km

- Jarak dari ibukota Kabupaten : 120 Km

- Jarak dari ibukota Provinsi : 56 Km

Berdasarkan data yang ada, Desa Ranooha raya memiliki tanah

dengan tekstur Podzolid hitam kuning, tingkat keasaman (PH) 5-6, Liat

berpasir dengan drainase rata-rata kurang baik. Sedangkan untuk kondisi

perairan gelombang besar terjadi pada saat musim angin Barat s/d Timur

35
dengan ketinggian gelombang 1 s/d 2 meter, sedangkan pada saat musim

Utara s/d Selatan ketinggian gelombang 0,5 s/d 1 meter dengan titik

kordinat 04:14’02’ . 122:65’35’ (Kasi Pemerintahan Desa Ranooha

Raya).

Desa Ranooha Raya pada umumnya dihuni mayoritas masyarakat

suku Bugis Bajo serta suku minoritas lainnya, sedangkan mata

pencaharian masyarakat mayoritas nelayan dengan komoditi unggulan

Perikanan Tangkap dan Budidaya. Dan petani dengan komoditi unggulan

adalah kelapa

4.1.3. Kondisi Demografis

Desa Ranooha Raya terbagi atas 3 (Tiga) Dusun dan 6 (enam) RT dengan

luas wilayah 4,95 Km² dengan jumlah penduduk 645, yang terdiri laki-laki 332

jiwa dan perempuan 313 jiwa dengan 171 KK.

a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin

No Kondisi Demografis Jumlah Persentase %


1 Laki-laki 332 51.472
2 Perempuan 313 48.528
JUMLAH 645 100
Jumlah
Sumber Data: Kantor Desa Ranooha Raya 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-

laki dan jumlah penduduk perempuan di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan dapat dikatakan hampir seimbang.

36
b. Jumlah penduduk menurut golongan umur

Tabel 4.2. Jumlah penduduk menurut golongan umur

No Klasifikasi umur L P Jumlah Persentase %

1 0-4 44 31 75 11.628

2 5-9 32 36 68 10.543

3 10-14 38 30 68 10.543

4 15-19 31 40 71 11.008

5 20-24 25 28 53 8.217

6 25-29 31 27 58 8.992

7 30-34 34 24 58 8.992

8 35-39 19 25 44 6.823

9 40-44 19 13 32 4.962

10 45-49 19 16 35 5.426

11 50-54 20 14 34 5.271

12 55-59 11 14 25 3.875

13 60> 9 15 24 3.720

31
JUMLAH 332 645 100
3

Sumber Data: Kantor Desa Ranooha Raya 2018


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut

golongan umur yang paling banyak jumlahnya adalah usia 0-14 tahun dengan

jumlah 211 jiwa, kemudian disusul usia 15-29 tahun dengan jumlah 182 jiwa, usia

37
30-44 tahun sebanyak 134 jiwa, usia 40-59 tahun sebanyak 94 jiwa dan usia 60

tahun ke atas sebanyak 24 jiwa, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah usia

produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia dibawah produktif.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah persentase angka

kelahiran di Desa Ranooha Raya cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari tingginya

angka kelahiran penduduk usia 0-14 tahun dengan persentase 11,008%, dapat

dikatakan bahwa keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya tidak melaksanakan

program keluarga berencana dengan baik.

c. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Tabel 4.3 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase %


1 Petani 45 19.911
2 Pegawai Negri Sipil 4 1.770
3 Tni/Polri 1 0.442
4 Pedagang 15 6.638
5 Pertukangan 13 5.752
6 Nelayan 142 62.832
7 Pensiunan 2 0.885
8 Jasa Lainnya 4 1.770
Jumlah 226 100
Sumber Data: Kantor Desa Ranooha Raya 2018

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian yang

paling dominan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan adalah mata pencaharian nelayan dengan jumlah 142

jiwa, kemudian disusul mata pencaharaian petani sebanyak 45 jiwa,

pedagang sebanyak 15 jiwa, pertukangan 13 jiwa, pegawai negri sipil 4

38
jiwa, pensiunan 2 jiwa dan jasa lainya sebanyak 4 jiwa, dengan demikian

mata pencaharain yang paling dominan adalah mata pencaharian nelayan.

d. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.4 .Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan L P Jumlah Persentase %


1 Tida 131 121 252 56.25
2 k
Tam 38 30 68 15.18
3 at
Tam 31 40 71 15.85
4 at
Tam 25 28 53 11.83
5 at
Sar 2 2 4 0.89
jan
JUM 227 221 448 100
LAH
Sumber Data : Kantor Desa Ranooha Raya 2018
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk di

Desa Ranooha Raya memiliki tingkat pendidikan yang rendah hal ini dapat dilihat

dari tingginya angka jumlah penduduk di Desa Ranooha Raya yang tidak tamat

sekolah dasar yakni sebanyak 252 jiwa, disusul penduduk yang tamat SD 68 jiwa,

tamat SMP sebanyak 71 jiwa, tamat SMA 53 jiwa dan sarjana sebanyak 4 jiwa.

e. Jenis alat tangkap ikan

Tabel 4.5. Jenis Alat Tangkap Ikan

No Jenis Alat Tangkap Unit


1 Jaring Insang/Pukat 1710
2 Pancing Rawai 4275
3 Bubu 7
Sumber Data: Kantor Desa Ranooha Raya 2018
Desa Ranooha Raya umumnya bermata pencaharian sebagai

nelayan, para nelayan dalam melaut dilengkapi dengan berbagai alat

tangkap ikan, dari tabel yang telah dituliskan dapat diketahui bahwa jenis

alat tangkap ikan di Desa Ranooha Raya berupa jaring insang/pukat

39
sebanyak 1710 unit, pancing rawai, 4275 unit, bubu 7 ikan unit dan alat

tangkap lainya.

f. Jenis armada penangkapan

Tabel 4.6. Jenis Armada Penangkapan Ikan


No Jenis Armada Unit
1 Penangkapan
Perahu Tanpa Motor 4
2 Katinting 25
Sumber Data: Kantor Desa Ranooha Raya 2018
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis armada

penangkapan ikan di Desa Ranooha Raya yakni berupa perahu tanpa

motor 4 dan katinting sebanyak 25 unit.

g. Jenis Budidaya Perikanan Laut

Tabel 4.7. Jenis Budidaya Perikanan Laut


No Jenis Budidaya Unit
1 Karamba Jaring Tancap (KJT) 2
Perikanan
2 Karamba Jaring Apung (KJA) 7
3 Budidaya Tambak 29
Sumber Data: Desa Ranooha Raya 2018
8
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis budidaya

perikanan laut yang ada di Desa Ranooha Raya yakni berupa karamba

jaring tancap (KJT) 2 unit, karamba jaring apung (KJA) 7 unit serta

budidaya tambak sebanyak 29 unit.

4.1.4. Kondisi Sosial Budaya

Penduduk Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan di dominisai oleh suku bugis bajo, kondisi sosial budaya

yang ada di Desa Ranooha Raya masih sangat kental dengan adat istiadat,

hal ini dapat dilihat dari adanya tradisi buang pinag di laut yang tujuanya

40
adalah untuk menghormati para leluhur orang-orang terdahulu, hal

tersebut masih dilakukan dari para kalangan orang tua saja, namun seiring

berkembangnya waktu tradisi buang pinang dilaut yang ada di Desa

Ranooha Raya sudah mulai hilang karena disebabkan dari para generasi

muda yang tidak melestarikanya. Dan selain itu adanya anggapan orang-

orang setempat bahwa tradisi buang pinang di laut adalah merupakan

bentuk kesyirikan. Sekarang kondisi sosial budaya yang ada di Desa

Ranooha Raya lebih berorientasi pada acara keagamaan.

4.2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan kultural dan


struktural pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan

Potensi sumber daya laut yang dimiliki Desa Ranooha Raya seharusnya

dapat menjadi sesuatu yang berharga dalam meningkatkan taraf hidup

kesejahteraan keluarga nelayan yang ada di Desa tersebut, namun kenyataan yang

ada sampai saat ini keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya masih

berada dalam kemiskinan, kemiskinan yag terjadi pada keluarga nelayan

disebabkan karena dua hal yakni faktor kultural dan faktor struktural.

4.2.1. Faktor Kultural (Budaya)

Kemiskinan kultural atau budaya kemiskinan merupakan kemiskinan yang

disebabkan oleh kebiasaan hidup, pola dan sikap dari seseorang yang telah

menjadi budaya sehingga menyebabkan seseorang masih menjadi miskin. Hal ini

41
erat kaitanya dengan kehidupan dari para keluarga nelayan yang ada di Desa

Ranooha Raya, factor penyebab kemiskinan kultural tersebut dapat terlihat dari :

a. Rendahnya Etos Kerja atau Budaya Malas

Ketika musim sedang tidak baik, pendapatan dan penghasilan dari

nelayan menjadi berkurang hingga akhirnya berdampak pada kesulitan

pemenuhan kebutuhan sosial dari para keluarga nelayan. Namun yang menjadi

persoalan, para nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya tidak banyak melakukan

aktifitas apa-apa untuk mengganti kegiatan melaut selama musim tidak baik.

Tidak ada sesuatu yang dikerjakan mereka memiliki sikap malas dan etos kerja

yang rendah mereka hanya ketergantungan dan berpangku tangan pada hasil laut

yang ada, Hal ini dapat diketahui dari pernyataan ibu Niar (60) tahun

“ Kalau datang ombak besar. Ndak pergimi lagi melaut jadi terhentimi
pekerjaan, ikan tidak banyak didapat, jadi kita hanya tunggu-tunggu saja
nda ada yang dibikin sampai musim ombak selesai baru turun lagi
melaut”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa kebiasaan nelayan suku

bajo kalau musim ombak mereka tidak lagi melaut, padahal masih ada upaya-

upaya yang dapat dilakukan walaupun musim ombak datang, namun akan tetapi

mereka tidak memiliki etos kerja yang tinggi, bahkan hanya menunggu saja

sampai ombak selesai, hal tersebut telah menjadi kebiasaan dari keluarga nelayan

disana secara turun temurun yang kemudian menjadi budaya. Hal yang sama juga

diterangkan oleh bapak Yusuf (24 tahun)

“kalau lagi musim, tidak melaut lagi, nda ada yang dibuat begini-begini
saja”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).

42
Berdasarkan keterangan yang telah di jelaskan di atas dapat dipahami

bahwa keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya tidak banyak berbuat

apa-apa jika musim sedang tidak baik, sehingga dapat dikatakan mereka memiliki

etos kerja yang kurang dan memiliki sipat malas untuk berbuat sesuatu selain dari

pada melaut, Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh bapak (Basir 37 tahun)

ia mengatakan bahwa

“kalau lagi tidak melaut tidak ada kegiatan yang dibikin hanya mengharap
dari laut saja” (wawancara tanggal 22 Oktober 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa para keluarga

nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya memiliki kebiasaan yang tidak baik,

yakni apabila musim ombak datang mereka hanya pasrah dengan keadaan, malas

untuk berbuat sesuatu tanpa melakukan upaya yang lain untuk memenuhi

kebutuhan hidup padahal hasil laut tersebut tidak menentu dan tidak memilki etos

kerja yang tinggi. Sikap dan perilaku dari para keluarga nelayan yang cenderung

mengharap hasil laut tanpa memiliki etos kerja yang tinggi serta kebiasaan dari

para keluarga nelayan yang hanya duduk berpangku tangan (malas) ketika musim

ombak dan tidak melakukan upaya yang lain untuk memenuhi kebutuhan sosial

telah menjadi sebuah budaya secara turun temurun di kalangan para keluarga

nelayan di Desa Ranooha Raya, sehingga mengakibatkan mereka masih berada

dalam kemiskinan.

b. Gaya Hidup Yang Boros

Pemenuhan kebutuhan ekonomi dari para keluarga nelayan hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, apa yang didapatkan pada hari itu

juga maka akan habis juga pada hari itu, artinya keadaan ekonomi dari para

43
keluarga nelayan berupa system ekonomi self sufficient (pemenuhan ekonomi diri

yang cukup).

Terkait dengan hal itu, meskipun para nelayan hanya mampu untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja, tetatpi para keluarga nelayan di Desa

Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan memiliki

kebiasaan hidup boros, mereka tidak mampu menyimpan uang penghasilan yang

didapatkan, hal ini terjadi karena mereka tidak mampu menyeimbangkan mana

kebutuhan-kebutuhan dasar penting yang harus diutamakan, banyaknya

kebutuahan-kebutuhan lainya juga membuat para keluarga nelayan tidak bisa

menyimpan penghasilan yang didapatkan sehingga penghasilan yang diperoleh

langsung habis sekaligus, hal ini sebagaimana yang diungkapkan ibu Irma (29

tahun) ia mengatakan bahwa.

“Penghasilan yang biasa didapatkan seharinya itu biasa dapat seratus sampai
dua ratus ribu rupiah, tapi karena banyak kebutuhan yang mau dibeli,
akhirnya uangnya juga cepat habis”. (wawancara tanggal 6 November 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa penghasilan yang

didapatkan dari hasil menangkap ikan di laut seharinya bisa mencapai seratus ribu

sampai dengan dua ratus ribu rupiah, namun karena banyaknya kebutuhan yang

harus dipenuhi penghasilan yang didapatkan langsung juga habis tanpa di kelolah

terlebih dahulu, hal yang sama juga diungkapakan oleh ibu Darma (32 tahun) ia

mengatakan bahwa

“Kalau dapat uang seratus atau dua ratus ribu, hanya bahan bakarnya saja,
uang belanjanya juga sehari-hari, makanya uang biasa langsung habis”
(wawancara tanggal 6 November 2018).

44
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penghasilan yang

didapatkan dari hasil melaut hanya digunakan untuk membeli bahan-bahan bakar

dan kebutuhan sehari-hari sehingga uang yang didapatkan habis seketika itu juga,

Pendapat lainya juga di ungkapkan ibu (Basir 35 tahun) ia mengatakan bahwa

“Kita disini serba dibeli jadi kalau dapat uang seratus cepat dia habis”
(wawancara tanggal 22 Oktober 2018)

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pola hidup keluarga nelayan

di Desa Ranooha Raya terbilang cukup boros, seharusnya para keluarga nelayan

jika memperoleh penghasilan dari hasil melaut harus dikelola terlebih dahulu

dengan baik-baik agar penghasilan yang didapatkan tidak langsung habis

melainkan dapat menyimpanya untuk kebutuhan-kebutuhan lainya. Perilaku hidup

boros ini diugkapkan juga oleh sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin dalam

kutipan hasil wawancara yang dilakukan ia mengatakan bahwa

“Orang bajo itu berapa hari ini yang didapat, habis juga hari ini, bisa
dikatakan boros” (wawancara tanggal 22 oktober 2018).

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa para keluarga nelayan yang

di Desa Ranooha Raya memiliki sifat dan gaya hidup yang boros. Karena

kebiasaan gaya hidup yang boros itulah menyebabkan keluarga nelayan yang ada

di Desa Ranooha Raya, hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Desa

Ranooha Raya Bapak Marhalim Kades Ranooha Raya, ia mengatakan bahwa

“Manajemen SDM dari para keluarga nelayan tidak ada, makanya mereka
tidak bisa mengelola baik keuangan, sehingga mereka itu masih dalam
kemiskinan. Dan juga nelayan disini kalau sudah musim ombak datang
para laki-lakinya kebanyakan duduk duduk saja, lihat saja itu dari jam jam
9 sampe sore ndak ada inisiatif untuk cari kegiatan lain”
( wawancara tanggal 13 Oktober 2018)

45
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa keluarga nelayan yang ada

di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, tidak

memiliki kemampuan memanajemen penghasilan yang didapatkan, mereka tidak

mampu mengatur keuangan dengan baik bahkan perilaku hidup mereka boros.

Kebiasaan hidup broros tersebut telah menjadi budaya secara turun temurun

sehingga menyebabkan mereka masih dalam kemiskinan.

c. Pola Pemenuhan Ekonomi Mata Pencaharian Yang masih Tradisional

Salah satu yang membuat keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya

mengalami ketidakmeniningkatan ekonomi sehingga menyebabkan mereka masih

berada dalam kemiskinan yakni karena pemenuhan kebutuhan ekonomi yang

masih tradisional hal ini dapat diketahui dari masih tradisionalnya alat-alat

tangkap yang digunakan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya.

Salah satu hal yang menentukan banyaknya hasil tangkapan bagi para

keluarga nelayan adalah alat tangkap yang digunakan, jika alat tangkap ikan serba

moderen maka hasil tangkapan juga akan banyak yang didapatkan namun

sebaliknya jika alat tangkap yang digunakan masih tradisional atau dalam hal ini

seadanya saja maka hasil tangkapan juga akan berkurang. Penggunaan alat

tangkap ikan juga dapat mempengaruhi penghasilan yang didapatkan, begitulah

keadaan yang terjadi pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya, kebanyakan

alat tangkap yang digunakan masih tradisional hal ini dapat terlihat dari alat alat

yang mereka gunakan sehingga belum mampu menunjang penghasilan.

Alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan masih tradisional dan

belum moderen membuat hasil tangkapan keluarga nelayan di Desa Ranooha

46
Raya tidak signifikan dalam memperoleh hasil melaut, yang mengakibatkan

penghasilan nelayan menjadi tidak menentu, karena alat tangkap yang digunakan

masih tradisional. Menurut nelayan di Desa Ranooha Raya kebanyakan nelayan di

Desa tersebut alat tangkapnya masih tradisional hal ini berdampak pada

penghasilan yang mereka peroleh. Seperti yang diterangkan oleh bapak Cahril (43

tahun) ia mengatakan bahwa

“Alat tangkap nelayan disini masih kuno makanya tdak banyak ikan yang
bisa didapat, penghasilan jadi kurang”. (wawancara tanggal 23 Oktober
2018).

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa karena alat tangkap yang

digunakan masih tradisional menyebabkan pendapatan ikan menjadi berkurang

sehingga dapat mempengaruhi penghasilan dari para keluarga nelayan. Tidak

dapat dipungkiri bahwa alat tangkap yang digunakan memiliki dampak yang besar

bagi hasil tangkapan yang diperoleh, sehingga hal tersebut mempengaruhi dari

penghasilan yang didapatkan dari para nelayan, pendapat yang sama juga

ungkapkan oleh bapak Basir (37 tahun)

“Penghasilan kurang bagus karena musim selain itu juga alat tangkap yang
belum canggih” (wawancara tanggal 23 Oktober 2018)

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa selain dari musim

yang tidak menentu alat tangkap yang masih tradisional juga dapat

mempengaruhi penghasilan dari para nelayan. Alat tangkap yang masih

tradisional dan belum canggih membuat hasil tangkapan nelayan menjadi

berkurang dan juga penghasilan tidak meningkat, pemenuhan kebutuhan

ekonomi yang masih tradisional yakni dalam hal ini alat tangkap yang

digunakan masih tradisonal di kalangan keluarga nelayan di Desa Ranooha

47
Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan merupakan pola

pemenuhan hidup yang telah berlangsung sejak dari dulu tanpa ada

kemajuan, akibat dari hal itu menyebabkan kehidupan keluarga nelayan di

Desa Ranooha Raya tidak mengalami perubahan hidup.

Menurut Suharto, (2009) mengatakan bahwa kemiskinan kultural ialah

kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Budaya kemiskinan

yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas.

Kemiskinan kultural keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari kebiasaan para nelayan jika musim

ombak, mereka tidak turun melaut dan tidak melakukan upaya-upaya yang lain

(malas), mereka hanya berpangku tangan pada hasil laut yang tidak pasti serta

tidak memiliki etos kerja yang tinggi , padahal penghasilan dari melaut tergantung

dengan musim. Hal ini sejalan apa yang dikatakan oleh Paonganan dkk, (2014)

yang membuat kemiskinan masyarakat pesisir menjadi bertambah salah satunya

adalah tidak adanya etos kerja dari para nelayan, kebiasaan tersebut telah berlaku

secara temurun yang telah menjelma menjadi budaya hingga akhirnya membuat

keluarga nelayan disana masih berada dalam kemiskinan, selain itu kebiasaan

yang lainya adalah gaya hidup yang boros dari para keluarga nelayan, yang tidak

bisa mengontrol keungan dengan cara menyimpanya, apa yang mereka dapatkan

hari ini maka hari ini juga habis, sehingga menyebabkan mereka mengalami

kemiskinan yakni kemiskinan kultural. Hal ini sejalan apa yang dikatakan

Kusnadi dalam Retnowati, (2011) ia mengatakan bahwa kemiskinan yang di alami

nelayan diantaranya disebabkan oleh budaya atau kebiasaan hidup nelayan yang

48
suka boros, ketika masa panen ikan dimana pendapatan mereka banyak maka

biasanya langsung dihabiskan, kurang kesadaran untuk menabung atau berhemat.

Selain itu pula pola pemenuhan kebutuhan ekonomi yang masih

tradisional seperti penggunaan alat tangkap yang masih tradisional merupakan

salah satu penyebab kemiskinan kultural, yang akhirnya berdampak pada hasil

tangkap yang di hasilkan teknologi penangkapan yang masih tradisional membuat

hasil tangkapan nelayan di Desa Ranooha Raya menjadi berkurang dan

berdampak pada penghasilan yang didapatkan, akibat hasil tangkapan yang

kurang pendapatan juga akan berkurang dan memengaruhi tingkat kesejahteraan

pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya. Hal ini sejalan apa yang

diungkapkan oleh Sujarno dalam Apriyanto, (2016), ia mengatakan tingkat

kesejahteraan keluarga nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Seiring

dengan banyaknya tangkapan maka akan terlihat juga besarnya pendapatan yang

diterima oleh nelayan yang nantinya dipergunakan untuk konsumsi keluarga,

dengan demikian tingkat kesejahteraan keluarga nelayan sangat ditentukan oleh

pendapatan yang diterima.

4.2.2. Faktor Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebakan oleh

suatu sistem atau struktur yang tidak adil yang menyebabkan seseorang menjadi

miskin. Terkait dengan hal itu kemiskinan struktural yang terjadi pada keluarga

nelayan di Desa Ranooha Raya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

a. Kebijakan Pembangunan yang tidak memihak pada masyarakat nelayan


kecil

49
Salah satu yang menyebabkan kemiskinan struktural pada keluarga

nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

yakni karena adanya kebijakan pembangunan pemerintah yang tidak memihak

pada masyarakat nelayan kecil. Hal ini terjadi pada keluarga nelayan yang ada di

Desa Ranooha Raya aturan kebijakan dari pemerintah yang tidak berpihak pada

nelayan kecil menyebabkan penghasilan keluarga nelayan selain dari aktifitas

melaut menjadi terhenti.

Dahulu salain dari melaut, nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya untuk

menunjang kehidupan, mereka melakukan aktifitas lain seperti menebang pohon

kayu bakau untuk dijadikan kayu bakar lalu kemudian dijual dan menangkap ikan

lobster yang dimana kegiatan itu mampu menambah penghasilan dari para

keluarga nelayan tersebut, namun sekarang ini aktifitas tersebut sudah tidak lagi

dilakukan karena berbenturan dengan undang-undang yang dibuat pemerintah

tentang larangan untuk tidak menebang pohon kayu bakau sembarangan serta

larangan untuk tidak menangkap ikan lobster. Hal ini berdasarkan keterangan dari

ibu Sodoria (42 tahun) mengatakan bahwa

“Dulu kita masih bisa tebang pohon bakau mau dijadikan kayu bakar habis
itu dijualmi sama juga dengan lobster, tapi sekarang sudah dilarangmi
pemerintah nanti ditangkap”. (Wawancara tangga l4 Oktober 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa pohon bakau dan ikan

lobster merupakan penghasilan tambahan dari para keluarga nelayan yang ada di

Desa Ranooha Raya, namun hal tersebut sudah tidak dapat dilakukan lagi karena

sudah dilarang oleh pemerintah. Adanya larangan dari pemerintah terkait

penebangan pohon bakau dan penangkapan lobster secara tidak langsung

50
pemerintah sudah mematikan penghasilan dari para keluarga nelayan. Hal yang

sama juga disampaikan oleh sekdes Ranooha Raya bapak Fajrin ia menyatakan

bahwa

“Kalu boleh jujur penghasilan dari menangkap ikan lobster itu dalam satu
minggu bisa mencapai sepuluh juta rupiah, penghasilan ini sangat bisa
membantu nelayan disini, tapi sekarang sudah dilarang pemerintah.”
(wawancara tanggal 22 Oktober 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa menangkap ikan

lobster untuk dijual dapat menambah penghasilan bagi para keluarga

nelayan, namun yang terjadi hal tersebut sudah dilarang pemerintah

sehingga mematikan penghasilan bagi para keluarga nelayan, memang

aturan itu baik juga untuk menjaga kelestarian wilayah ekosistem laut,

namun pemerintah tidak mencarikan solusi yang tepat terkait dengan

permasalahan itu artinya harus ada kebijakan dan solusi permasalahan dari

aturan itu. Sehingga para keluarga nelayan tidak bisa berbuat banyak

untuk menambah penghasilan. Selain pelarangan kedua hal di atas,

penangkapan ikan juga sangat ketat dengan peraturan peraturan

pemerintah yang ada mereka harus mengurus surat surat izin yang dimulai

dari syahbandar, kemudian izin KKP, siup, iupnya dan sebagainya padahal

secara tidak langusng peraturan peraturan pemerintah yang dibuat dengan

ketat sperti itu membuat keluarga nelayan menjadi tidak berdaya. Hal ini

berdasarkan keterangan Pak Marhalim (Kades Ranooha Raya) ia

menuturkan bahwa

“Terlalu banyak aturan pemerintah untuk diperikanan tidak sama dengan


daratan, kalau dilaut tidak semudah itu, semua harus urus ijin KKP di

51
syahbandar, mana kamu hadapi angkatan laut, izin siupnya, iupnya”.
(wawancara tanggal 13 Oktober 2018).

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa

penangkapan ikan di wilayah laut memiliki banyak peraturan-peraturan

dari pemerintah yang tidak sedikit merugikan nelayan. Aturan yang dibuat

pemerintah dengan peraturan seperti itu dapat membuat nelayan menjadi

tidak berdaya.Selain aturan yang dibuat pemerintah yang kerap kali tidak

memihak pada keluarga nelayan, para keluarga nelayan yang ada di Desa

Ranooha Raya juga sering mengalami ketidak adilan dalam mendapatkan

bantuan-bantuan yang di berikan pemerintah setempat, seperti bantuan

pukat dan sebagainya, pemerintah terkadang tidak membagikanya secara

merata, hal tersebut seperti yang di ungkapkan bapak Saka (30 tahun) ia

mengatakan bahwa

“ Ada juga bantuan yang diberikan tapi tidak merata, biasa ada yang dobol
biasa juga nda dapat sama sekali kalau diharap dari pemerintah sampe anu
tidak jadi-jadi”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).

Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipahami bahwa bantuan-

bantuan yang ada dari pemerintah setempat dalam pembagianya seringkali

dibagikan secara tidak merata kepada keluarga nelayan. pendapat yang

sama juga diungkapkan oleh ibu Sodoria (42 tahun)

“Disini bantuan, sebagian ada yang dapat sebagian tidak, kadang juga ada
dalam satu rumah berapa kali dia dapat, dan juga kalau dikasih bantuan
mereka lihat dari bentuk fisik rumahnya padahal samaji juga”. (wawancara
tanggal 14 Oktober 2018)

Dari keterangan wawancara di atas dapat diketahui bahwa bantuan

yang diberikan pemerintah setempat terhadap keluarga nelayan di Desa

52
Ranooha Raya tidak dibagikan secara merata dan kurang adil dan hanya

melihat dari bentuk fisik bangunanya saja. Selain itu pula bantuan-bantuan

untuk nelayan dari pemerintah hingga saat ini masih kurang dilakukan.

Sistem peraturan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada

rakyat membuat banyak merugikan masyarakat, khususnya pada

masyarakat nelayan kecil, aturan-aturan yang dibuat pemerintah secara

tidak langsung memberikan ketidakberdayaan dari para keluarga nelayan,

sistem yang tidak adil dan tidak berpihak pada rakyat khususnya pada para

nelayan dari pemerintah juga menjadi sebab seseorang terkekang dalam

kemsikinan dan hal itulah yang terjadi pada para keluarga nelayan yang

ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe

Selatan

b. Mekanisme pasar yang tidak mendukung (system pemasaran hasil yang


lebih menguntungkan pedagang perantara)

Salah satu penyebab kemiskinan struktural keluarga nelayan di Desa

Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan adalah karena

sistem mekanisme pasar yang tidak mendukung, yakni adanya sistem hasil

pemasaran hasil yang sering kali lebih menguntungkan pedagang perantara. Hal

ini terjadi karena keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya tidak memiliki tempat

penjuaan ikan, sehingga mereka terpaksa menjualnya kepada pedagang perantara

(rentenir, tengkulak) walaupun kadang system mekanisme pasar penjualan yang

diberikan tidak sesuai dengan harga pasar.

Sistem hasil pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan

pedagang perantara merupakan salah satu yang menyebabkan nelayan di Desa

53
Ranooha Raya mengalami kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraanya hingga

menyebabkan mereka masih berada dalam kemiskinan, mengapa demikian, hal ini

terjadi karena rentenir yang membeli ikan hasil tangkapan para nelayan di Desa

Ranooha Raya selalu memberikan harga yang tidak wajar atau bukan harga yang

sesungguhnya, sehingga menyebabkan keluarga nelayan mengalami kerugian

yang banyak, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Amin (32 tahun)

ia mengatakan bahwa

“Kalau kita jual di rentenir untung rugi kita, kalau rentenir saling
pengertian bagusji, biasa juga kita dapat rentenir yang tidak sesuai
pembelianya cari untungnya kelewatan” (wawancara tanggal 6 November
2018)
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa rentenir dalam membeli

hasil tangkapan nelayan sering kali menawarkan harga yang tidak sesuai, dan

mencari untung yang banyak, hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Muhlis

(45 tahun) ia mengatakan bahwa

“Rentenir sering banyak madarekenya (bicaranya), biasa harga yang


diberikan terlalu rendah, terlalu banyak penawaran dari harga kesepakatan,
tapi mau tidak mau dimana lagi kita mau jual selain sama dia” (wawacara
tanggal 6 November 2018)

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa para rentenir selalu

memberikan harga yang yang terlalu rendah diluar harga penawaran yang

sesungguhnya, terlalu banyak penawaran yang diberikan kepada nelayan

akibatnya nelayan hanya pasrah, karena hanya kepada rentenir saja tempat

mereka menjual hasil tangkapan mereka, padahal penawaran hasil

tangkapan ikan yang terlau rendah menyebabkan nelayan mengalami

kerugian sehingga pendapatanpun juga tidak meningkat, penjualan kepada

54
rentenir lebih banyak kerugian yang didaptakan dibanding keuntungan hal

ini juga diperkuat dengan pernyataan ibu Darma (32 tahun) ia mengatakan

bahwa

“Kalau menjual ikan sama rentenir begitu-begituji harga yang dikasih, kita
rugi”(wawancara tanggal 6 November 2018).

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa penjualan ikan kepada

rentenir membuat nelayan banyak mengalami kerugian bahkan lebih

menguntungkan rentenir, karena mereka selalu memberikan harga yang tidak

sesuai kepada para nelayan. Dengan keadaan seperti itu membuat pendapatan

penghasilan keluarga nelayan menjadi tidak meningkat, pemenuhan kebutuhan

sosialpun juga menjadi terhambat padahal banyak kebutuhan kebutuhan sehari-

hari yang harus dipenuhi oleh para keluarga nelayan. Mekanisme pasar yang tidak

mendukung, sistem hasil pemasaran hasil yang kerap kali lebih menguntungkan

pedagang perantara menyebabkan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya

mengalami banyak kerugian serta berdampak pada kesulitan pemenuhan

kesejahteraan keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Kecamtan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan, akibatnya menyebabkan keluarga nelayan disana

masih berada dalam kemiskinan.

Menurut Suharto, (2009) kemiskinan struktural menunjuk pada struktur atau

sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Terkait dengan kemiskinan

struktural keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan moramo

Kabupaten Konawe Selatan, ini berkaitan dengan kebijakan aturan-aturan

pemerintah yang tidak memihak pada nelayan kecil, larangan-larangan tersebut

55
membuat nelayan menjadi tidak berdaya bahkan ssecara tidak langsung larangan

tersebut mematikan penghasilan, salah satu bentuk ketidak berpihakan pemerintah

yaitu adanya larangan untuk menangkap lobster dan pemanfaatan pohon bakau

untuk dijadikan kayu baka kemudian dijual, penghasilan dari kedua hal tersebut

cukup membantu keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya, namun

karena adanya aturan yang melarang membuat penghasilan nelayan menjadi

hilang selain dari melaut. Selain itu pula adanya ketidakadilan dari pemerintah

setempat dalam memberikan bantuan-bantuan kepada keluarga nelayan, ketidak

berpihakan pemerintah membuat keluarga nelayan disana menjadi tidak berdaya.

Hal ini sesuai apa yang dikatakan Paonganan dkk, (2014) salah satu yang

membuat kemiskinan masyarakat pesisir menjadi bertambah ialah, kebijakan dari

pemerintah tidak memihak kepada masyarakat pesisir.

Selain ketidak berpihakan pemerintah terhadap nelayan, mekanisme pasar

yang tidak mendukung juga membuat nelayan mengalami ketidak berdayaan, hal

tersebut terjadi akibat dari system pemasaran hasil yang sering kali lebih

menguntungkan pedagang perantara dan merugikan para nelayan. Sistem hasil

pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang sering kali

membuat para keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan mengalami kerugian yang tidak sedikit, hal

ini terjadi karena para rentenir sering menawarkan harga jual ikan yang tidak

sesuai dengan harga pasar yang sesungguhnya. Akibat system pemasaran hasil

perikanan yang lebih menguntungkan pedagang membuat penghasilan keluarga

nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe

56
Selatan tidak meningkat, dan bahkan merugikan para keluarga nelayan, namun

yang terjadi nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya hanya pasrah dengan

keadaan seperti itu karena dimana lagi mereka mau menjual hasil tangkapan

mereka kalau bukan sama para pedagang perantara tengkulak atau rentenir yang

ada. Hal ini sejalan apa yang di katakan oleh Retnowati, (2011) dalam

penelitianya ia mengatakan sistem perdagangan ikan di tempat pelelangan ikan

yang tidak transparan, yang lebih banyak dikuasai oleh para tengkulak,

menyebabkan nelayan tidak ada pilihan. Kondisi ini juga merupakan penyebab

bertambahnya derita nelayan.

4.3. Strategi Keluarga Nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo


Kabupaten Konawe Selatan Dalam Menyelesaikan Kemiskinan

4.3.1. Strategi Internal (penyelesaian kemiskinan kultural)

Strategi internal merupakan upaya yang dilakukan oleh keluarga nelayan

sendiri untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang ada, adapun strategi

internal yang dilakukan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan yakni :

a. Pemberdayaan Anggota Keluarga (melalui usaha-usaha dan pembagian


peran yang dilakukan istri nelayan)

Salah satu bentuk strategi yang dialakukan oleh para keluarga nelayan di

Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dalam

mengatasi masalah kemiskinan yakni adalah dengan cara memberdayakan

anggota keluarga, strategi ini dilakukan agar para anggota keluarga yang lainya

juga dapat membantu perekonomian. Cara yang dilakukan nelayan disana adalah

dengan membagi pola pekerjaan yang dilakukan antara suami dan istri, para suami

57
merekalah yang bertugas mencari ikan diilaut sedangkan para istri bertugas untuk

menjual hasil tangkapan ikan yang didapatkan dengan cara berkeliling

dikampung-kampung untuk menjual hasil tangkapan yang didapatkan dan para

istri nelayan juga melakkukan usaha-usaha seperti membuat usaha kue, warung

dan sebagainya, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Sodoria (42)

tahun

“ Hasil tangkapan ikan dari melaut, kitami yang pergi jual ikanya,
biasanya kita pergi jual itu dikampung-kampung sebelah, bantu-bantu
juga suami. (Wawancara tanggal l Desember 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa hasil

tangkapan ikan yang didapatkan dari hasil melaut yang biasanya dilakukan

oleh para suami, akan dijual oleh kaum ibu-ibu dengan cara berkeliling

dikampung-kampung, hal ini dilakukan tidak lain karena untuk memenuhi

tuntutan kebutuhan ekonomi. Strategi inilah yang dilakukan oleh para

keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya dalam upaya

menyelesaikan kemiskinan. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh

ibu Nur (45) tahun

“ Saya pergi jual-jual ikan di kampung-kampung dengan cara junjung,


untuk menambah penghasilan” (wawancara tanggal 1 Desember 2018)

Hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa, jika suami dari para ibu

nelayan telah datang dari akitifitas melaut maka yang bertugas untuk menjual

hasil tangkapan adalah ibu-ibu nelayan. Cara cara inilah yang dilakukan keluraga

nelayan di Desa Ranooha Raya dalam rangka meminimalisir kemiskinan yang

terjadi. Strategi yang lainya yang dilakukan oleh keluarga nelayan terkait dengan

58
pemberdayaan anggota keluarga nelayan dalam mengatasi kemiskinan juga di

sampaikan oleh Sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin ia mengatakan bahwa

“ Cara keluarga nelayan disini kalau untuk mengatasi kemiskinan itu,


selain dari hasil laut ibu-ibunya juga itu punya usaha, seperti jual kue-
kue, jualan ikan, punya usaha warung, dengan hal seperti itu mampu
menambah kebutuhan ekonomi dari nelayan disini”. (wawancara tanggal
1 Desember 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu strategi yang

dilakukan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya dalam mengatasi kemiskinan

yakni, terdapatnya usaha-usaha yang dilakukan dari para istri nelayan seperti

usaha menjual kue, dan usaha warung yang mampu menambah penghasilan

ekonomi.

Strategi yang dilakukan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya melalui

Pemberdayaan anggota keluarga merupakan suatu cara yang bertujuan untuk

meminimalisir kemiskinan yang ada, mereka saling membantu dengan tugas

masing-masing, suami mencari ikan dilaut sedangkan istri bertugas untuk

menjualnya, dan para istri nelayan juga memiliki usaha-usaha yang lain. Sehingga

dalam anggota keluarga nelayan sudah memilki peran masing-masing dalam

pemenuhan kebutuhan ekonomi dan dapat mampu meminimalisir kemiskinan

yang ada. Hal ini juga disampaikan oleh ibu Armina (40) tahun

“ Untuk bantu suami saya biasa bikin kue-kue, pergi jual-jual ikan, kalau
tidak bantu suami apa kita mau bikin kasian, kalau suami pergi melaut
hanya dapat satu atau dua tusuk itupun hanya untuk beli-beli bensin solar,
tidak mencukupi, jadi kita ini ibu rumah tangga harus membantu kepada
suami, apapun pekerjaan cari kalandueka, jual-jual ikan kah, yang penting
bisa menghasilkan uang dan halal” (wawancara tanggal 1 Desember
2018).

59
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa hasil tangkapan para

suami nelayan belum mampu mencukupi kebutuhan hidup, sehingga dari hal itu

para ibu-ibu nelayan melakukan inisiatip untuk membantu para suami dengan

cara menjual ikan atau membuat usaha-usaha penjualan kue demi membantu

perekonomian yang ada. Pemberdayaan anggota keluarga melalui pembagian

peran yang dilakukan istri-istri nelayan merupakan suatu cara atau strategi

keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan dalam menyelesaikan kemiskinan.

b. Peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Strategi internal lainya yang dilakukan keluarga nelayan di Desa Ranooha

Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, dalam menyelesaikan

kemiskinan adalah dengan cara meningkatkan sumber daya manusia, mengingat

sebelumnya bahwa rata-rata pendidikan keluarga nelayan disana memilki tingkat

pendidikan yang rendah.

Secara umum keluarga nelayan yang berada di Desa Ranooha Raya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah yakni hanya tamatan sekolah dasar

bahkan ada yang tidak tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang rendah juga

sangat mempengaruhi pola pikir dan skill dalam setiap individu sehingga dapat

menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelolah

kehidupan dengan baik, dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tentunya

akan menambah kualitas sumber daya manusia yang baik pula serta dapat

meningkatkan taraf hidup seseorang, namun sebaliknya pendidikan yang rendah

akan membuat kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi terbatas dan

60
memberikan pola pikir yang kurang baik serta akan sulit untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak dan mendapatkan pendapatan yang baik. Hal ini seperti

yang diungkapkan ibu Farida (30 tahun) ia mengatakan bahwa

“ Rata-rata nelayan disini kebanyakan hanya sampe SD ji bahkan tidak


tamat SD, karena dulu jauh tempat sekolah, sehingga banyak yang putus
sekolah”. (wawancara tanggal 22 Oktober 2018)

Strategi yang dilakukan terkait dengan peningkatan sumber daya manusia

yang dilakukan oleh keluarga nelayan di desa Ranooha Raya, yakni dengan cara

menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi

bukan hanya sebatas SMP atau SMA tetapi juga ke universitas negri yang ada, hal

ini berdasarkan keterangan dari sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin

“ Keluarga nelayan disini sudah banyak yang sadar akan pentingnya


pendidikan, sudah banyak anak-anak mereka yang lanjut diperguruan
tinggi, hal ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia
keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya ini”. (wawancara tanggal 2
Desember 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa para keluarga nelayan

di Desa Ranooha Raya telah melakukan upaya untuk mengentaskan kemiskinan

yang dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia, mereka

menyekolahkan anak-anaknya melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

lagi. Hal tersebut bertujuan agar kelak anak-anak mereka mampu memberikan

kualitas sumber daya manusia yang baik di Desa Ranooha Raya. Terkait dengan

peningkatan sumber daya manusia, pemerintah setempat dalam hal ini Kepala

Desa Ranooha Raya telah mengupayakan agar anak-anak dari para keluarga

nelayan tetap bersekolah yakni dengan cara menjadikan mobil pribadinya sebagai

61
mobil Bus sekolah, hal ini berdasarkan dari keterangan wawancara yang di

berikan Kepala Desa Ranooha Raya bapak Marhalim

“ Sumber daya manusia (SDM) nelayan disini kurang, karena itu saya
sudah mengusahakan agar anak-anak nelayan disini tetap sekolah, karena
jauh tempat sekolahnya mereka, makanya saya jadikan mobil pribadi saya
jadi bus sekolah, untuk mengantar dan menjemput anak-anak sekolah
disini” (wawancara tanggal 13 Oktober 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa dalam rangka untuk

meningkatkan sumber daya manusia keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya,

Kepala Desa telah mengusahakan agar anak-anak nelayan tetap sekolah yakni

dengan cara menjadikan mobil pribadinya sebagai bus sekolah, hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia keluarga nelayan

disana. Tingginya antusias untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan

oleh keluarga nelayan juga di sampaikan oleh bapak Ambo Sakka (44)

“ Usaha apa saja yang dapat dilakukan yang penting halal, agar anak-anak
bisa sekolah ke perguruan tinggi, karena dengan pendidikan anak-anak
dapat meningkatkan sumber daya manusianya mereka”. (wawancara
tanggal 1 Desember 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa, tingginya antusias

dari para keluarga nelayan untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dilakukan

dengan segala bentuk usaha-usaha yang ada, asalkan anak anak mereka dapat

melanjutkan pendidikanya ke perguruan tinggi, ini membuktikan bahwa para

keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya sangat serius untuk meningkatkan

sumber daya manusia nelayan disana. Meningkatkan sumber daya manusia

merupakan salah satu cara keluarga nelayan disana untuk menyelesaikan

kemiskinan, dengan meningkatnya sumber daya manusia dari keluarga nelayan

62
disana diharapkan mereka mampu memanajemen penghasilan yang didapatkan

dan memiliki pola pikir dan hidup yang baik.

c. Peminjaman Modal

Keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan banyak terkendala di bagian modal, karena tanpa modal maka

nelayan tidak dapat turun melaut, modal sejatinya digunakan untuk membeli

bahan-bahan bakar seperti bensin, solar dan segala keperluan melaut lainya,

akibatnya hal tersebut mempengaruhi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi

nelayan, hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh bapak Muhlis (42 tahun) ia

mengatakan bahwa

“kalau mau melaut itu harus ada modal untuk beli-beli bahan bakar kapal,
kalu ndak punya modal tidak bisa kita turun melaut” (wawancara tanggal 6
November 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa modal digunakan untuk

membeli bahan-bahan bakar kapal, keterbatasan modal juga membuat para

nelayan tidak dapat melaut. Jika keluarga nelayan tidak melaut maka akan

berdampak pada penghasilan yang didapatkan sehingga untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari pun akan menjadi terhambat, keterbatasan modal yang

dimiliki sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga nelayan disana keterbatasan

modal juga membuat nelayan tidak bisa berbuat banyak dan menyebabkan mereka

berada dalam lingkaran kemiskinan.

Untuk mengatasi hal tersebut sebagai dari upaya meneyelesaikan kemiskinan,

para keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan melakukanya dengan cara meminjam modal demi

63
untuk dapat melaut agar supaya penghasilan keberlangsungan pemenuhan

kebutuhan ekonomi tetap terjaga, hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh ibu

Darma (32) tahun

“Biasa kalau sudah habis uang, terpaksa kita pergi pinjam dulu uang sama
orang yang sering kasi modal, suapaya bisa beli bahan-bahan melaut,
untuk tambah-tambah penghasilan”(wawancara tanggal 6 November
2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa, jika para nelayan

kekurangan uang maka mereka akan meminjam uang ke orang-orang yang biasa

memberikan pinjaman modal, hal itu dilakukan agar para nelayan tetap bisa

melaut untuk menambah penghasilan, selain meminjam modal kepada orang-

orang, para nelayan juga melakukan peminjaman modal di koperasi-koperasi dan

Bank yang ada, hal ini seperti di nyatakan oleh ibu Nur (45)

“ Kalau sudah kehabisan modal, kita ambilmi uang harian di koperasi,


siapa yang mau kasih kita uang, (wawancara tanggal 1 Desember 2018)

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa peminjaman modal yang

dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya juga dilakukan di

koperasi-koperasi yang ada, peminjaman modal tersebut dilakukan karena tidak

ada tempat lain lagi untuk mengambil uang, selain itu peminjaman modal yang

dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya juga dilakukan di Bank

hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Rusli (58) tahun

“kalau modal sudah habis, peminjaman uang untu modal kita pergi pinjam
di Bank” (wawancara tanggal 1 Desember 2018).

Peminjaman modal tersebut merupakan cara keluarga nelayan yang ada di

Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan untuk

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada keluarga nelayan yang

64
utamanya masalah kemiskinan, mereka harus melakukan peminjaman modal agar

mereka tetap dapat melaut, demi penghidupan ekonomi yang baik.

d. Kerja sampingan

Upaya lain yang dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan untuk menyelesaikan

kemiskinan adalah dengan melakukan kerja sampingan, namun akan tetapi kerja

sampingan yag dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya hanya

orang- orang tertentu saja, yaitu hanya para nelayan saja yang memiliki

keterampilan kerja selain dari melaut, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

Sekretaris Desa Ranooha Raya bapak fajrin

“ Upaya-upaya lain yang dilakukan nelayan selain dari melaut itu, mereka
melakukan kerja sampingan sebagai cara untuk menambah penghasilan,
itupun hanya nelayan yang punya keterampilan saja, seperti jadi tukang
batu, buat-buat kapal, jadi tukang kayu. (wawancara tanggal 30
November 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk cara

yang dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan untuk menyelesaikan kemiskinan yakni dengan

melakukan kerja sampingan, namun perihal kerja sampingan ini hanya dilakukan

oleh keluarga nelayan yang memiliki keterampilan saja, hal ini juga sama yag di

ungkapkan oleh bapak Ambo Sakka (44) tahun

“ Saya selain bekerja sebagai nelayan saya juga punya keterampilan kerja,
kebetulan saya juga ini tukang kayu, itumi yang saya kerja kalau tidak
melaut atau lagi musim, tapi itupun kalau ada orang yang butuh baru saya
kerja, tapi tidak semua nelayan juga disini punya kerja sampingan”
(wawancara tanggal 1 Desember 2018)

65
Dari hasil wawancara di atas dapat di pahami bahwa tidak semua keluarga

nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

memiliki kerja sampingan, hal ini terjadi karena hanya nelayan yang memiliki

keterampilan kerja saja yang mempunyai kerja sampingan. Tetapi terlepas dari itu

kerja sampingan merupakan sebuah usaha yang dilakukan keluarga nelayan di

desa Ranooha Raya untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang ada.

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan

4.3.2. Strategi Eksternal (penyelesaian kemiskinan struktural)

Strategi eksternal merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pemerintah

setempat yakni pemerintah Desa Ranooha Raya untuk menyelesaikan masalah

kemiskinan yang terjadi pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan

Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Adapun strategi yang dilakukan yakni :

a. Melalui pemanfaatan program-program Anggaran Dana Desa

Salah satu strategi eksternal yang dilakukan oleh pemerintah Desa

Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dalam

menyelesaikan masalah kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya

adalah dengan melalui pemanfaatan anggaran dana desa. Keluarga nelayan di

Desa Ranooha Raya hanya dapat melakukan penangkapan ikan dilaut jika musim

sedang baik, sebaliknya jika musim tidak baik para nelayan tidak dapat melaut,

sehingga untuk mengatasi hal itu pemerintah setempat telah melakukan upaya

untuk memberikan solusi melalui pemanfaatan anggaran dana desa.

Salah satu bentuk pemanfaatan program anggaran dana desa untuk

membantu nelayan tersebut yakni adanya pengadaan karamba yang merupakan

66
usulan dari masyarakat setempat, pengadaan karamba tersebut dipertimbangkan

karena dapat mampu memberikan penghasilan lebih bagi para nelayan. Hal ini

seperti apa yang dijelaskan oleh Kepala Desa Ranooha Raya bapak Marhalim

“ Program anggran dana desa tahun ini akan dianggarkan pada pengadaaan
karamba pada masing-masing anggota keluarga, pengadaan karamba itu
merupakan usulan dari masyarakat, selain itu karamba juga mampu
memberikan penghasilan bagi nelayan, dan harapanya kedepan bisa
meringankan kemiskinan nelayan disini. (wawancara tanggal l3 Oktober
2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemerintah setempat

dalam hal ini desa Ranooha Raya melalui anggaran dana desa akan membuat

pengadaaan karamba bagi para keluarga nelayan, pengadaan karamba tersebut

merupakan usulan dari masyarakat setempat, karena dengan adanya karamba

diharapkan mampu menambah penghasilan dari para nelayan yang ada di Desa

Ranooha Raya, dan hal tersebut merupakan salah satu bentuk strategi pemerintah

untuk menyelesaikan kemiskinan nelayan kecil. Pendapat yang sama juga

disampaikan sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin

“ Upaya pemerintah di Desa Ranooha Raya ini dalam membantu


nelayan yaitu melalui program anggaran dana desa, rencananya tahun
ini akan di alokasikan pengadaan karamba, yang nantinya diharapkan
dapat mengatasi kemiskinan pada nelayan disini ” (wawancara tanggal
22 Oktober 20l8).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa upaya pemerintah

Desa Ranooha Raya dalam membantu keluarga nelayan, yakni akan melalui

pemanfaatan program anggaran dana desa yang akan di alokasikan untuk

pengadaan karamba, yang harapan kedepanya dapat mengatasi kemiskinan.

Pengadaan karamba melalui program anggran dana desa ini sangat di sambut baik

67
oleh masyarakat nelayan di sana hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu

Sodoria (42) tahun

“ Saya dengar-dengar ini akan ada bantuan karamba, dari pemerintah desa,
itu sudah cukup baik supaya ada tambahan penghasilan juga kasian”.
(wawancara tanggal l4 Oktober 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa pengadaan bantuan

karamba melalui program anggaran dana desa bagi para nelayan sangat

diharapkan oleh nelayan disana. Hal yang sama juga di sampaikan oleh bapak

Cahril (43) tahun

“Mudah-mudahan bantaun karamba secepatnya datang, karena


bantuannya katanya bukan perorangan tapi perkeluarga, jadi bagusmi juga
kita kalau kita kelolah untuk menambah penghasilan”. (wawancara 22
Oktober 2018).

Program anggaran dana desa yang di alokasikan untuk mengatasi masalah

kemiskinan nelayan merupakan salah satu strategi eksternal yang dilakukan oleh

pemerintah Desa Ranooha Raya dalam menyelesaikan masalah kemiskinan yang

ada dalam masyarakat nelayan kecil. Dengan adanya program anggaran dana desa

tersebut diharapkan mampu menyelesaikan kemiskinan yang ada pada nelayan.

Selain pengadaan karamba dari program anggaran dan desa, pemanpaatan

program anggaran dana desa lainya juga yang akan dilaksanakan di Desa Ranooha

Raya dalam rangka membantu masyarakat nelayan kecil disana juga dijelaskan

oleh Kasi Pemerintahan Desa Ranooha Raya bapak Aksanudin

“ Melalui program anggaran dana desa, ada beberapa program yang akan
dilakukan untuk membantu nelayan disini, seperti program pemberdayaan,
pengadaan rumah, alat tangkap, pemberian modal usaha, sebagian juga ke
program fisik, diharapkan adanya program tersebut insha allah dapat
membantu nelayan” (wawancara tanggal 1 Desember 2018)

68
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa melalui pemanfaatan

program anggaran dana desa, akan ada beberapa program yang akan dilakukan

untuk membantu keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan, diantara program-program tersebut yakni program

pemberdayaan, pengadaan alat tangkap, pengadaan rumah, pemberian bantuan

modal usaha, dan pembangunan fisik, yang dimana tujuan pemanfaatan program

anggaran dana desa tersebut diperuntukan untuk membantu mengatasi masalah

kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan.

b. Melalui pelatihan-pelatihan dan pengeloaan dana Bumdes

Selain pemanfaatan program anggaran dana desa untuk membantu

nelayan, terdapat juga pelatihan-pelatihan yang dilakukan, pelatihan tersebut

dilakuan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, hal ini sebagaiaman penjelasan yang

diberikan oleh bapak Rusli (58)

“ Pelatihan pelatihan untuk nelayan sudah pernah dilakukan, pelatihan


tersebut dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan sekaligus
mengukuhkan pembentukan koperasi untuk nelayan” (wawancara tanggal
1 Desember 2018)

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa upaya lain yang sudah

pernah dilakukan untuk membantu nelayan yakni pelatihan-pelatihan yang

diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Hal tersebut merupakan salah satu

cara atau strategi yang dilakukan pemerintah untuk membantu menyelesaikan

kemiskinan nelayan kecil di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten

Konawe Selatan.

69
Selain pelatihan-pelatihan dan pemanfaatan program anggran dana desa,

bentuk lainya juga dalam membantu nelayan di Desa Ranooha Raya adalah

melalui Bumdes (badan usaha milik desa) hal ini seperti yang dinyatakan Sekdes

Ranooha Raya bapak Fajrin

“Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah Desa Ranooha Raya, untuk
membantu nelayan disini, adalah memanfaatkan Bumdes, namun untuk
sekarang ini bumdesnya belum berjalan dengan baik” (wawancara tanggal
30 November 2018).

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk

upaya yang dilakukan pemerintah Desa Ranooha Raya untuk membantu

menyelesaikan kemiskinan keluarga nelayan yakni dengan memanfaatkan

Bumdes, namun hal itu belum berjalan dengan baik, pendapat yang sama juga

diungkapkan ketua Bumdes bapak Rusli (58)

“ Dengan adanya Bumdes, kebutuhan masyarakat mudah-mudahan dapat


dilayani, tapi sekarang ini belum efektif karena adanya kepengurusan
baru” (wawancara tanggal 1 Desember 2018)

Program-program anggaran dana desa yang diperuntukan untuk membantu

masyarakat nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya, adalah suatu bentuk

intervensi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyelesaikan kemiskinan

khususnya pada keluarga nelayan, hal itu bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan dari para nelayan yang ada, program-program tersebut merupakan

bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan sosial sebagaimana yang di

ungkapkan oleh Friedlander dalam (Fahrudin, 2012) dalam bukunya edisi kelima

yang terbit dalam tahun 1980 mendefinisikan kesejahteraan sosial mencakup

undang-undang, program-program, manfaat-manfaat dan pelayanan-pelayanan

yang menjamin atau memperkuat pembekalan untuk memenuhi kebutuhan-

70
kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi kesejahteraan penduduk dan

keberfungsian yang lebih baik dari tata sosial. Dalam arti yang lebih sempit,

kesejahteraan sosial diartikan sebagai kegiatan-kegiatan atau program-program

untuk membantu orang-orang miskin atau orang-orang yang kurang beruntung

lainya. Dengan demikian program-program kesejahteraan sosial berarti program-

program untuk membantu orang-orang miskin dan orang orang kurang beruntung

lainya. (Fahrudin, 2012).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

71
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kondisi

kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan dapat disimpulkan, bahwa bentuk kemiskinan

keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe

Selatan yakni berupa kemiskinan kultural yang disebabkan oleh kurangnya etos

kerja atau budaya malas, gaya hidup yang boros dan pola pemenuhan kebutuhan

ekonomi yang masih tradisional selin itu bentuk kemiskinan lainya yaitu

kemiskinan struktural yang disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang tidak

memihak pada masyarakat nelayan kecil dan mekanismie pasar yang tidak

mendukung.

Adapun strategi yang dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha

Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan dalam menyelesaikan

kemiskinan terbagi dalam dua cara yakni melalui strategi internal dan strategi

eksternal, strategi internal yaitu dengan melakukan pemberdayaan anggota

keluarga nelayan, upaya peningkatkan sumber daya manusia, peminjaman modal,

dan kerja sampingan sedangkan strategi eksternal dilakukakan melalui

pemanfaatan program aggaran dana desa, pelatihan pelatihan dan pengelolaan

dana bumdes untuk keluarga nelayan.

5.2. Saran

72
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kondisi

kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo

Kabupaten Konawe Selatan, maka saran yang akan diberikan peneliti yakni :

a. Kepada pemerintah setempat

Saran yang diberikan kepada pemerintah setempat, sebaiknya pemerintah

melakukan hal-hal sebagi berikut :

1. Melakukan pemberdayaan keluarga nelayan berupa pelatihan, dan

keterampilan kerja, hal tersebut dilakukan agar para keluarga nelayan

dapat mampu melakukan upaya-upaya sehingga membuat keluarga

nelayan bisa menjadi lebih produktif lagi.

2. Mengupayakan bantuan modal usaha bagi para keluarga nelayan

3. Mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan nelayan

4. Mendirikan koperasi bagi nelayan

5. Mencarikan pasaran hasil tangkapan nelayan dengan harga yang lebih

sesuai

b. Saran kepada keluarga nelayan

Saran peneliti terhadap keluarga nelayan yakni:

1. Utamakan pendidikan agar tercipta kualitas sumber daya manusia yang

baik

2. Hindari gaya hidup yang konsumtif dan perilaku hidup boros

3. Jangan terlalu mengharapkan hasil laut yang belum pasti, akan tetapi

sebaiknya melakukan upaya-upaya yang dapat menambah penghasilan

DAFTAR PUSTAKA

73
Adi, Isbandi Rukminto. 2015. Kesejahteraan Sosial ,pekerjaan sosial,
pembangunan sosial, dan kajian pembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo
persada.
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika
Aditama.

Limbong, Bernhard. 2015. Poros Maritim. Jakarta: Marghareta Pustaka.

Paonganan, dkk. 2014. Perspektif Menuju Masa Depan Martim Indonesia.


Jakarta Selatan: Indonesia Maritime Institute.

Prijatna, Hendra. 2012. Modul Sosiologi Keluarga. Bandung : Universitas Bale


Bandung (UNIBBA)

Peribadi. 2017. Prahara Kehidupan Sosial Kaum Agraris. Kendari: Sekarlangit


Press

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Dan RdanD .Bandung:


Alfabeta,CV.

Suharto, Edi, 2009. Kemiskinan dan Perlidungan Sosial di Indonesia. Bandung:


Alfabeta.

Satria. Arif. 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta : Yayasan


Pustaka Obor Indonesia dan Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Upe, Ambo. 2016. Metode Penelitian Sosial. Mokoau-kendari: Literacy Institute

Artikel Jurnal

Apriyanto, Tomy. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Nelayan di Nagari Sungai Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan. Diploma Thesis, Universitas Andalas.

Pradana Putra Agung, dkk. 2014.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kesejahteraan Keluarga Nelayan Buruh Desa Puger Wetan Kecamatan
Puger Kabupaten Jember. Jurnal artikel ilmiah mahasiwa.Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember.

Retnowati, Endang. 2011. Nelayan indonesia dalam pusaran kemiskinan


struktural (perspektif sosial, ekonomi dan hukum). Volume XVI No. 3

Rosni. 2017. Analisis tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan di Desa dahari


selebar kecamatan talawi kabupaten batubara. Vol 9 No. 1 .

74
Syahma, Asmita. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Nelayan Tangkap Desa Galesong Kota Kecamatan Galesong Kabupeten
Takalar. Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makasar.

Tahawila, Amrin. 2014. Studi Akar Kemiskinan Nelayan di Kelurahan Baiya


Kecamatan Tawaeli Kota Palu. e-Jurnal Katalogis, Volume 2 Nomor 7,
Juli20 hlm 101-110 ISSN: 2302-2019

Waruwu, fictor one saman. 2017. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Nelayan
Buruh Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota
Medan. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Medan Area
Medan.

Website.

www.wikipedia.com. Diakses tanggal 09 september 2018

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan+
+Telaah+Dan+Beberapa+Strategi+Penanggulangannya.pdf).Di akses
tanggal 30 september 2018)

(https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/integrasi-
program-program-kemiskinan-dapat-menurunkan-dua-persen-tingkat-
kemiskinan/)
Di akses tanggal 30 September 2018)

Undang-undang

UU No 31 Tahun 2004 Tentang Nelayan.

UU No 11 Pasal (1) Ayat (1) Tentang Kesejahteraan Sosial

75
Lampiran

76
2
PEDOMAN WAWANCARA

KONDISI KEMISKINAN KELUARGA NELAYAN

(Studi Di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan)

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Agama :

Pendidikan terakhir :

PERTANYAAN UNTUK INFORMAN KELUARGA NELAYAN

1. Di Keluarga nelayan ini apakah kira kira sudah sejahtera atau belum

sejahtera ?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kenapa belum sejahtera kalau

sudah sejahtera mengapa kalau belum sejahtera mengapa ?

3. Kegiatan pekerjaan apa yang dilakukan selama tidak melaut ?

4. Jika tidak ada kegiatan pekerjaan yang lain selama tidak melaut apa

yang dilakukan untuk memenuhi penghasilan?

5. Keterampilan kerja apa yang dimiliki selain dari menjadi nelayan ?

6. Adakah larangan pemerintah terkait dengan penangkapan ikan dilaut

Bagaimana bentuk larangan pemerintah terhadap penangkapan ikan

jika ada ?

7. Program-program apa saja yang pernah diberikan pemerintah kepada

nelayan ?
8. Apa harapan bapak/ibu kedepanya terkait dengan kondisi keadaan

sekarang ?

9. Apakah dalam melaut harus membutuhkan modal ?

10. Apakah modal mempengaruhi terhadap kegiatan modal ?

11. Apakah bapak/ibu hanya menggantungkan hidup atau mengharap dari

hasil laut saja?

12. Bagaimana bentuk pencemaran laut disini ?

13. Berapa penghasilan yang bapak ibu dapatkan ?

14. Hasil tangkapan ikan yang didapatkan apakah dijual sendiri atau dijual

sama penadah/rentenir ?

15. Apakah mengalami kerugian atau keuntungan kalau menjual sama

rentenir/penadah ?

16. Pak/bu apakah alat tangkap disini masih tradisional ?

17. Apa yang menyebabkan alat tangkapnya masih tradisional ?

18. Apa yang dilakukan bapak/ibu untuk mengatasi kemiskinan (buat

usaha,usaha menjual ikan yang didapatkan suami dsb

19. Pak/bu, apakah di dalam rumah tangga ini sudah menerapkan hidup

hemat dan tidak boros ?

20. Apakah disini pernah ada pelatihan-pelatihan yang diberikan untuk

nelayan
PERTANYAAN UNTUK APARAT DESA

1. Bagaimana kedaan para keluarga nelayan di desa Ranooha Raya

Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesejahteraan keluaga nelayan

di desa Ranooha Raya?

3. Apa yang dilakukan pemerintah desa untuk membantu keluarga

nelayan di Ranooha Raya?

4. Kendala apa yang dihadapi pemerintah dalam memberikan bantuan

kepada keluarga nelayan di desa Ranooha Raya?

5. Apa yang diharapkan pemerintah setempat terkait dengan keadaan

keluarga nelayan di desa Ranooha Raya?

6. Bagaimana bentuk pengimplementasian Anggaran Dana desa terhadap

nelayan di Desa Ranooha Raya ?

Anda mungkin juga menyukai