SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial (S.Sos) Pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
Oleh :
OPI SAPUTRA
C1B3 15 069
Bergegaslah menjalankan amal saleh, sebab akan terjadi berbagai fitnah bagaikan
potongan-potongan malam yang gelap gulita. Disaat itu orang yang pada pagi
harinya beriman kemudian sore harinya menjadi kafir, dan pada sore hari dia
masih beriman kemudian pada paginya harinya menjadi kafir, dia jual agamanya
dengan harta benda (kemewahan) dunia. (HR. Muslim)
Berbuat baiklah terhadap sesama umat manusia, Karen kebaikan akan kembali
pada orang yang melakukanya, dan buah dari kesabaran adalah keberhasilan serta
kesuksesan
(Opi saputra)
Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk kedua orang tua, dan keluarga yang telah
mendukung proses perkuliahan saya, selain itu karya ini tidak lain
dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khsususnya tempat saya
belajar banyak ilmu yakni pada jurusan ilmu kesejahteraan sosial Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Stambuk : C1B315069
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Disahkan Oleh :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
Nim : C1B315069
seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam dunia akademik. Apabila dikemudian hari terbukti
OPI SAPUTRA
C1B315069
v
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan dan penulis kirimkan kepada
Rasulullah SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Tidak lain Skripsi ini
sarjana strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Skripsi ini. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dan kasih sayang. Senantiasa memberikan semangat dan do’a serta bantuan
2. Untuk kedua Kakek dan Nenek yang telah merawat saya hingga menjadi
vi
3. Untuk paman, Adik dan tante yang telah membantu proses perkuliahan saya
4. Bapak Dr. Muhammad Zamrun F. S.Si, M.Si, M.Sc selaku Rektor Universitas
5. Bapak Dr. La Tarifu, S.Pd, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
6. Ibu Megawati Asrul Tawulo, S.Sos, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu
diberikan
7. Bapak Dr. H. Sulsalman Moita, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak
Sarpin, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya
8. Ibu Aryuni Salpiana Jabar, S.P, M.Si dan Bapak Iwan Patta, S.Sos, M.Si
10. Bapak Marhalim Selaku Kepala Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo
penelitian ini
vii
12. Special terimakasih kepada Isman Soleman, Ilwan, Marwan, Ishar dan Hapai
14. Spesial Thanks kepada Yusran, S.Pd yang telah memberikan banyak
16. Saudari saya Asrani yang telah memberikan banyak bantuan keilmuan
17. Teman teman seperjuangan saya dari Moramo Yusman Cakra, Riskal, Rian
Saputra S.Pd, Alfrianto, I Putu Satya wahyu Anggara, Wahyu Aji Saputra,
Safitri, Muh. Arif Tanzil, Sasmin, Muh. Ali Badarudin, Moh. Harry
Oktavia Syamsir, Isman Soleman, Egi Saputra, La Jeri, Muh. Irfan, Sri
viii
kebersamaanya selama ini, bagi yang belum menyusun semoga cepat dan
19. Teman teman kelas IPA I Angkatan 20I5 kalian tetap yang terbaik
Konawe Utara yang telah memberikan nuansa kehidupan dan keluarga baru
21. Asrama Pondok Ikra di Lr. Maleo khususnya kamar No 6 dan gubuk di Lr.
Kancil yang telah menjadi saksi sejarah perjuangan untuk mendapatkan gelar
sarjana
22. Arif tanzil, La jeri, Egi Saputra, Sasmin, Isman Soleman, Rifal Diansyah,
berkunjung dikamar
24. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu
ix
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT selalu memudahkan
segala urusan kita semua dan membalas semua kebaikan semua pihak yang
telah membantu dalam Penysusunan skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari kata
wabarakatuh.
Penulis
Opi Saputra
CIB3I5069
x
DAFTAR ISI
xi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................33
4.1.1. Sejarah Desa Ranooha Raya.................................................... 33
4.1.2. Kondisi Geografis ................................................................... 34
4.1.3. Kondisi Demografis ................................................................ 35
4.1.4. Kondisi Sosial Budaya ............................................................39
4.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kemiskinan
Kultural dan Struktural pada Keluarga Nelayan Di Desa Ranooha
Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan .......... 40
4.2.1. Faktor Kultural........................................................................ 40
4.2.2. Faktor Struktural .................................................................... 48
4.3. Strategi Keluarga Nelayan Dalam Menyelesaikan Kemiskinan
di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan …………………………………….............. 55
4.3.1. Strategi Internal .......................................................................56
4.3.2. Strategi Eksternal .................................................................... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 70
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 70
5.2. Saran ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..72
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bagan Kerangka Pikir ..................................................... 28
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................... 35
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur .................. 36
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............... 37
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 37
Tabel 4.5. Jenis Alat Tangkap Ikan ................................................. 38
Tabel 4.6. Jenis Armada Penangkapan Ikan .................................... 38
Tabel 4.7. Jenis Budidaya Perikanan Laut ...................................... 39
xiii
ABSTRAK
xiv
menyelesaikan kemiskinan terbagi dalam dua cara yaitu strategi internal melalui
pemberdayaan anggota keluarga nelayan, upaya peningkatkan sumber daya
manusia, meminjam modal, kerja sampingan dan strategi eksternal melalui
pemanfaatan program anggaran dana desa, pelatihan-pelatihan dan melalui
pengelolaan dana bumdes.
xv
Keywords: Conditions, Poverty, Family, Fishermen
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Selain itu
dunia, yang terdiri dari 5 pulau besar dan 30 kepulauan kecil, jumlah keseluruhan
tercatat ada sekitar 17.504 pulau, 8.651 pulau sudah bernama, 8.853 pulau belum
kesejahteraan bagi rakyat dan kebanggaan bagi bangsa dan negara. Kekayaan
sumber daya laut dan posisinya yang strategis di antara dua benua dan dua
samudera bukan hanya kekuatan ekonomi yang dahsyat, tetapi juga potensial
sosial budaya, politik, dan ekosistem negara bangsa Indonesia. Dari berbagai hasil
penelitian, nilai ekonomis kekayaan sumber daya alam laut Indonesia melebihi
mencapai tujuh kali APBN Indonesia saat ini, bahkan ada yang menyebutkan
yang memiliki sumber daya alam yang potensial, tentunya banyak masyarakat
hidupnya di wilayah laut, yang kita kenal dengan profesi nelayan. Menurut
1
Suyitno dalam (Apriyanto, 2016) nelayan adalah orang atau individu yang aktif
dalam melakukan penangkapan ikan dan binatang air lainnya. Nelayan merupakan
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitian ini, yang
digunakan.
Perbedaan dari penelitian di atas bahwa penelitian yang di tulis oleh Syahma
keluarga nelayan, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan kali ini,
Sumber daya laut yang melimpah ruah sebenarnya secara potensial dapat
nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak keluarga nelayan yang
potret sebagaian besar nelayan Indonesia yang masih bergelut dalam kemiskinan
peningkatan sejalan dengan penerapan teknologi tepat guna dan pasar yang
2
kondisi alam, dibuktikan dengan pendapatan nelayan meningkat ketika musim
ikan. Musim sepi ikan menyebabkan intensitas melaut nelayan berkurang, Dewi
dan Rustariyuni dalam Pradana dkk, (2014). Akibatnya, hal itu dapat
mereka hanya mengandalkan hasil laut yang didapatkan. Hal ini dapat terjadi di
Ironis sekali ketika mengetahui sebagian besar wilayah Indonesia yang berupa
peraiaran memiliki kekayaan sumber daya alam dan nelayan sebagai salah satu
mata pencaharian vital yang seharusnya dapat memanfaatkan hasil laut untuk
Desa Ranooha Raya merupakan salah satu Desa pesisir yang berada di
khususnya bagi para keluarga yang berprofesi sebagai nelayan, kekayaan sumber
pesisir yang dimilikinya, tentu akan sangat menguntungkan bagi para warga yang
berprofesi sebagai nelayan yang bertempat tinggal di Desa Ranooha Raya. Dari
pengamatan awal yang dilakukan peneliti, bahwa di Desa Ranooha Raya memiliki
potensi sumber daya laut yang memadai, yang dapat dimanfaatkan untuk
3
meningkatkan kesejahteraan hidup bagi nelayan, para nelayan juga sudah
mengelolah hasil laut yang didapatkan dengan sedemikian rupa sesuai dengan
kemampuan mereka, selain itu telah ada program-program dari pemerintah seperti
diantaranya bantuan pengadaan pukat, mesin, dan kapal, namun yang masih
yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan
dapat teridentifikasi dari adanya pola perilaku kehidupan keluarga nelayan disana
yakni adanya kebiasaan-kebiasaan pola hidup dari para nelayan sendiri yang telah
selain itu pula bentuk kemiskinan keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya lainya
juga berasal dari system yang kurang adil dari pemerintah sehingga menyebabkan
keluarga nelayan disana menjadi tidak berdaya dalam hal ini kemiskinan
struktural, Dari data yang ada jumlah penduduk kepala keluarga miskin yang ada
4
1.2 Rumusan Masalah
yaitu :
Berdasarkan fokus masalah yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari
Selatan
1. Manfaat teoritis
5
2. Manfaat praktis
1. Bagi masyarakat
2. Bagi pemerintah
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.
dapat dilihat dari empat indikator yaitu: (1) Rasa aman (security), (2)
Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
dilihat dari segi materi, segi fisik, segi mental dan segi spiritual. Dengan
8
“Catera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam
berasal dari kata “Socious” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama.
mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal
individu dengan lingkungan sosial mereka. Menurut James Midgley dalam (Adi,
2015) melihat kesejahateraan sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan
manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan
baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial
9
(Fahrudin, 2012) tentang kesejahteraan sosial pasal (1) ayat (1) yang berbunyi “
kesejahteraan sosial ialah kondisi terpenuhinya aspek material, spiritual dan sosial
bagi warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
penduduk dan keberfungsian yang lebih baik dari tata sosial. Romanyshyn dalam
yang meliputi semua bentuk intervensi sosial yang mempunyai perhatian utama
keseluruhan.
orang miskin dan orang orang kurang beruntung lainya. (Fahrudin, 2012).
melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Meskipun sebagian besar konsepsi
10
mengenai kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, kemiskinan
sini sering dikaitkan dengan standar atau garis kemiskinan (Poverty line) yang
berbeda-beda dari satu negara ke negara lainya, bahkan dari satu komunitas ke
11
masyarakat. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan
(Suharto, 2009)
papan).
korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan
terpencil)
fasilitas umum).
12
6. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai
dan berkisanambungan.
dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan
masyarakat).
situasi kolektif masyarakat. Kemiskinan yang bersifat massal dan parah pada
1. Faktor individual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik dan
13
3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan.
Faktor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “kemiskinan kultural”
4. Faktor struktural. Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi David Cox dalam
pertumbuhan perkotaan).
14
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian
Menurut Yeremias dalam Peribadi, (2017) bahwa pada tingkat unit analisis
yakni :
perkiraan Banfield.
masa depan dan kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada. Perspektif
4. Dari sudut pandang Karl Max, kemiskinan yang mengemuka sebagai akibat
dari ulah kaum kapitalis dalam masyarakat melalui proses eksploitasi dan super
eksploitasi.
15
Untuk menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya
16
kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi
keterbelakangannya.
gejala kurang pangan dan gizi pada anak balita dan ibu menyusui dengan
pemberian materi pangan yang sesuai berharga murah atau gratis; (2)
17
suatu strategi yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
Strategi Sosio Budaya (SB), yaitu suatu strategi yang diarahkan untuk
dilaksanakan diantaranya :
kemiskinan.
miskin kepada sumber permodalan usaha mikro dan kecil, listrik perdesaan,
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan+
+Telaah+Dan+Beberapa+Strategi+Penanggulangannya.pdf)
18
Salah satu strategi khusus pemerintah dalam penanggulangan
(https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/integrasi-
program-program-kemiskinan-dapat-menurunkan-dua-persen-tingkat-
kemiskinan/)
19
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah
atau adopsi. Yang mengiakat suami dan istri adalah perkawinan, yang
2. para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan
3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling
berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak
1. keluarga luas utrolokal, berdasarkan adapt utrolokal, terdiri dari keluarga inti
perempuan
2. keluarga luas viriolokal, berdasakan adapt viriolokal, terdiri dari satu keluarga
20
Sedangkan menurut khairuddin dalam (Prijatna,2012) merumuskan
a. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah,
b. Hubungan sosial diantara angota keluarga relatif tetap dan berdasarkan atas
c. Hubungan antar angota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa
tanggung jawab.
d. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindingi anak dalam rangka
membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
21
b. Ciri-ciri Khusus Keluarga
adalah:
1. Kebersamaan
2. Dasar-dasar emosional
3. Pengaruh perkembangan
7. Aturan kemasyarakatan
1. Fungsi biologis
2. Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Keagamaan
5. Fungsi Sosial
penangkap ikan di laut. Sedangkan menurut Kusnadi dalam (Rosni, 2017) secara
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
22
dan laut. Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
Departemen Kelautan dan Perikanan dalam (Rosni, 2017) nelayan adalah orang
ikan ke dalam perahu atau kapal motor, mengangkut ikan dari perahu atau kapal
yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara
pesisir yakni :
berkepribadian.
23
Menurut Kusnadi dalam Waruwu, (2017) mengatakan bahwa kondisi
penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar.
dapat di bagi menjadi tiga jika dilihat dari segi kepemilikan modal, yaitu:
1. Nelayan juragan, nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat
2. Nelayan pekerja, nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi
menjalankan usaha penangkapan ikan di laut, nelayan ini disebut juga nelayan
penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Juragan dalam hal ini
operasi penangkapan ikan, dan bahan makanan untuk dapur keluarga yang
produksi
3 . Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya
mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkapan
24
ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan
miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada musim paceklik.
nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal
di Desa-Desa pantai atau pesisir. Ciri-ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari
1. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya
2. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat
tenaga kerja yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau
sederhana.
25
Nelayan musiman yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif
sebagai nelayan.
atau masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang mendiami suatu wilayah
Sejumlah faktor itu diantaranya faktor kultural dan Faktor struktural. Faktor
kultural juga cukup mempengaruhi etos kerja para nelayan, misalnya gaya hidup
boros, pemanfaatan waktu yang yang tidak efektif, cepat puas dengan hasil yang
dicapai hari ini, tidak punya tabungan dan masih mempercayai hal yang tabuh dan
26
besarnya pendapatan yang diterima oleh nelayan yang nantinya dipergunakan
masyarakat pesisir menjadi bertambah ialah, etos kerja para nelayan, lemahnya
masyarakat pesisir.
oleh empat faktor, yaitu Faktor individual, Faktor sosial, Faktor kultural
27
Kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi
kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air
minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki
sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin. Fahrudin (2012).
Bagan 2.1
28
Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
menyebabkan menyebabkan
Kemiskinan Kultural Kemiskinan struktural
- Rendahnya etos - Kebijakan
kerja atau budaya pembangunan yang
malas tidak memihak pada
- Gaya hidup yang masyarakat nelayan
boros kecil
- Pola pemenuhan - Mekanisme pasar
kebutuhan ekonomi yang tidak
yang masih mendukung
tradisional
Strategi Keluarga
Nelayan dalam
mengatasi kemiskinan
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
29
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, menurut Bogdan
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurutnya pendekatan ini
metode tersebut cara pengambilan datanya lebih mudah serta data yang di
hasilkan merupakan data yang bersifat alamiah dan deskriptip yang langsung di
ambil dari kata-kata lisan atau tulisan dari perilaku orang yang diamati. Dan
alasan lainya karena metode penelitian kualitatif sejalan dengan judul penelitian
3.2 LokasiPenelitian
karena di Desa Ranooha Raya memiliki potensi wilayah laut yang cukup,
para nelayan juga sudah mengolah hasil laut yang ada serta sudah banyak
30
Informan penelitian ini adalah masyarakat Desa Ranooha Raya yang
yakni Kepala Desa Ranooha Raya dan Sekdes Ranooha Raya jadi total informan
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data
kualitatif, sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer, data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang
terkait dengan penelitian seperti buku-buku, arsip, foto, data dan sumber
informasi lainya.
1. Observasi
31
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
2. Wawancara
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
3. Dokumentasi
dokumen, surat-surat, foto, laporan, buku catatan harian yang ada di lokasi
penelitian.
1. Peneliti mengumpulkan seluruh data yang di peroleh, baik dari hasil observasi,
2. Kemudian peneliti akan memilah dan memilih hasil data yang paling akurat
32
3. Kemudian setelah itu,peneliti melakukan pengolahan data, pengolahan data
yang dituliskan.
33
BAB IV
Desa Ranooha Raya dulunya merupakan bagian dari Desa Moramo yang
merupakan bagian dari dusun 5 dengan nama Bororo, pada tahun 2004 bersama
masyarakat yang ada di dusun 5 Bororo mengajukan diri kepada pemerintah Desa
Moramo untuk memisahkan diri dari Desa Moramo. Sejak tahun 2004 itu
mendiami wilayah pesisir tersebut sejak mulai tahun 1930an dengan nama
kampung bugis, setelah ditetapkan Desa persiapan sejak tahun 2004 dengan nama
Desa Ranooha Raya dengan pelaksana tugas kepala Desa sementara yang
menjabat atas nama Ir. Muhammad Aris, dan barulah pada tahun 2011 Desa
Ranooha Raya menjadi Desa depinitip yang terpilih sebagai kepala Desa
dilanjutkan kepemimpinan Bapak Ir. Muhammad Aris selama dua tahun. Pada
Ranooha raya adalah ibu Asnawati, dengan masa jabatan 2012- 2017, pada akhir
masa jabatan yakni pada tahun 2017 diadakanlah kembali pemilihan kepala Desa
yang menjadi partisipan dalam pemilihan kepala Desa yakni, ibu Hasnawati, Ir.
Muhammad Aris dan Marhalim. yang terpilih menjabat sebagai kepala Desa yakni
34
Menurut sejarahnya nama Ranooha Raya sendiri berasal dari kata bahasa
Tolaki Rano yang memiliki makna (kubangan,lumpur) karena pada waktu itu
banyak kerbau yang tinggal dikubangan lumpur, dan kata bahasa Raya dalam
Desa Ranooha Raya adalah salah satu Desa pesisir yang berada di
wilayahnya dikelilingi lautan dan gunung serta kondisi tekstur dataranya berupa
dengan tekstur Podzolid hitam kuning, tingkat keasaman (PH) 5-6, Liat
perairan gelombang besar terjadi pada saat musim angin Barat s/d Timur
35
dengan ketinggian gelombang 1 s/d 2 meter, sedangkan pada saat musim
Utara s/d Selatan ketinggian gelombang 0,5 s/d 1 meter dengan titik
Raya).
adalah kelapa
Desa Ranooha Raya terbagi atas 3 (Tiga) Dusun dan 6 (enam) RT dengan
luas wilayah 4,95 Km² dengan jumlah penduduk 645, yang terdiri laki-laki 332
36
b. Jumlah penduduk menurut golongan umur
1 0-4 44 31 75 11.628
2 5-9 32 36 68 10.543
3 10-14 38 30 68 10.543
4 15-19 31 40 71 11.008
5 20-24 25 28 53 8.217
6 25-29 31 27 58 8.992
7 30-34 34 24 58 8.992
8 35-39 19 25 44 6.823
9 40-44 19 13 32 4.962
10 45-49 19 16 35 5.426
11 50-54 20 14 34 5.271
12 55-59 11 14 25 3.875
13 60> 9 15 24 3.720
31
JUMLAH 332 645 100
3
golongan umur yang paling banyak jumlahnya adalah usia 0-14 tahun dengan
jumlah 211 jiwa, kemudian disusul usia 15-29 tahun dengan jumlah 182 jiwa, usia
37
30-44 tahun sebanyak 134 jiwa, usia 40-59 tahun sebanyak 94 jiwa dan usia 60
tahun ke atas sebanyak 24 jiwa, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah usia
kelahiran di Desa Ranooha Raya cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kelahiran penduduk usia 0-14 tahun dengan persentase 11,008%, dapat
38
jiwa, pensiunan 2 jiwa dan jasa lainya sebanyak 4 jiwa, dengan demikian
Desa Ranooha Raya memiliki tingkat pendidikan yang rendah hal ini dapat dilihat
dari tingginya angka jumlah penduduk di Desa Ranooha Raya yang tidak tamat
sekolah dasar yakni sebanyak 252 jiwa, disusul penduduk yang tamat SD 68 jiwa,
tamat SMP sebanyak 71 jiwa, tamat SMA 53 jiwa dan sarjana sebanyak 4 jiwa.
tangkap ikan, dari tabel yang telah dituliskan dapat diketahui bahwa jenis
39
sebanyak 1710 unit, pancing rawai, 4275 unit, bubu 7 ikan unit dan alat
tangkap lainya.
perikanan laut yang ada di Desa Ranooha Raya yakni berupa karamba
jaring tancap (KJT) 2 unit, karamba jaring apung (KJA) 7 unit serta
Konawe Selatan di dominisai oleh suku bugis bajo, kondisi sosial budaya
yang ada di Desa Ranooha Raya masih sangat kental dengan adat istiadat,
hal ini dapat dilihat dari adanya tradisi buang pinag di laut yang tujuanya
40
adalah untuk menghormati para leluhur orang-orang terdahulu, hal
tersebut masih dilakukan dari para kalangan orang tua saja, namun seiring
Ranooha Raya sudah mulai hilang karena disebabkan dari para generasi
muda yang tidak melestarikanya. Dan selain itu adanya anggapan orang-
Potensi sumber daya laut yang dimiliki Desa Ranooha Raya seharusnya
kesejahteraan keluarga nelayan yang ada di Desa tersebut, namun kenyataan yang
ada sampai saat ini keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya masih
disebabkan karena dua hal yakni faktor kultural dan faktor struktural.
disebabkan oleh kebiasaan hidup, pola dan sikap dari seseorang yang telah
menjadi budaya sehingga menyebabkan seseorang masih menjadi miskin. Hal ini
41
erat kaitanya dengan kehidupan dari para keluarga nelayan yang ada di Desa
Ranooha Raya, factor penyebab kemiskinan kultural tersebut dapat terlihat dari :
pemenuhan kebutuhan sosial dari para keluarga nelayan. Namun yang menjadi
persoalan, para nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya tidak banyak melakukan
aktifitas apa-apa untuk mengganti kegiatan melaut selama musim tidak baik.
Tidak ada sesuatu yang dikerjakan mereka memiliki sikap malas dan etos kerja
yang rendah mereka hanya ketergantungan dan berpangku tangan pada hasil laut
yang ada, Hal ini dapat diketahui dari pernyataan ibu Niar (60) tahun
“ Kalau datang ombak besar. Ndak pergimi lagi melaut jadi terhentimi
pekerjaan, ikan tidak banyak didapat, jadi kita hanya tunggu-tunggu saja
nda ada yang dibikin sampai musim ombak selesai baru turun lagi
melaut”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).
bajo kalau musim ombak mereka tidak lagi melaut, padahal masih ada upaya-
upaya yang dapat dilakukan walaupun musim ombak datang, namun akan tetapi
mereka tidak memiliki etos kerja yang tinggi, bahkan hanya menunggu saja
sampai ombak selesai, hal tersebut telah menjadi kebiasaan dari keluarga nelayan
disana secara turun temurun yang kemudian menjadi budaya. Hal yang sama juga
“kalau lagi musim, tidak melaut lagi, nda ada yang dibuat begini-begini
saja”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).
42
Berdasarkan keterangan yang telah di jelaskan di atas dapat dipahami
bahwa keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya tidak banyak berbuat
apa-apa jika musim sedang tidak baik, sehingga dapat dikatakan mereka memiliki
etos kerja yang kurang dan memiliki sipat malas untuk berbuat sesuatu selain dari
pada melaut, Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh bapak (Basir 37 tahun)
ia mengatakan bahwa
“kalau lagi tidak melaut tidak ada kegiatan yang dibikin hanya mengharap
dari laut saja” (wawancara tanggal 22 Oktober 2018).
nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya memiliki kebiasaan yang tidak baik,
yakni apabila musim ombak datang mereka hanya pasrah dengan keadaan, malas
untuk berbuat sesuatu tanpa melakukan upaya yang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidup padahal hasil laut tersebut tidak menentu dan tidak memilki etos
kerja yang tinggi. Sikap dan perilaku dari para keluarga nelayan yang cenderung
mengharap hasil laut tanpa memiliki etos kerja yang tinggi serta kebiasaan dari
para keluarga nelayan yang hanya duduk berpangku tangan (malas) ketika musim
ombak dan tidak melakukan upaya yang lain untuk memenuhi kebutuhan sosial
telah menjadi sebuah budaya secara turun temurun di kalangan para keluarga
dalam kemiskinan.
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, apa yang didapatkan pada hari itu
juga maka akan habis juga pada hari itu, artinya keadaan ekonomi dari para
43
keluarga nelayan berupa system ekonomi self sufficient (pemenuhan ekonomi diri
yang cukup).
Terkait dengan hal itu, meskipun para nelayan hanya mampu untuk
kebiasaan hidup boros, mereka tidak mampu menyimpan uang penghasilan yang
didapatkan, hal ini terjadi karena mereka tidak mampu menyeimbangkan mana
langsung habis sekaligus, hal ini sebagaimana yang diungkapkan ibu Irma (29
“Penghasilan yang biasa didapatkan seharinya itu biasa dapat seratus sampai
dua ratus ribu rupiah, tapi karena banyak kebutuhan yang mau dibeli,
akhirnya uangnya juga cepat habis”. (wawancara tanggal 6 November 2018)
didapatkan dari hasil menangkap ikan di laut seharinya bisa mencapai seratus ribu
sampai dengan dua ratus ribu rupiah, namun karena banyaknya kebutuhan yang
harus dipenuhi penghasilan yang didapatkan langsung juga habis tanpa di kelolah
terlebih dahulu, hal yang sama juga diungkapakan oleh ibu Darma (32 tahun) ia
mengatakan bahwa
“Kalau dapat uang seratus atau dua ratus ribu, hanya bahan bakarnya saja,
uang belanjanya juga sehari-hari, makanya uang biasa langsung habis”
(wawancara tanggal 6 November 2018).
44
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penghasilan yang
didapatkan dari hasil melaut hanya digunakan untuk membeli bahan-bahan bakar
dan kebutuhan sehari-hari sehingga uang yang didapatkan habis seketika itu juga,
“Kita disini serba dibeli jadi kalau dapat uang seratus cepat dia habis”
(wawancara tanggal 22 Oktober 2018)
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pola hidup keluarga nelayan
di Desa Ranooha Raya terbilang cukup boros, seharusnya para keluarga nelayan
jika memperoleh penghasilan dari hasil melaut harus dikelola terlebih dahulu
boros ini diugkapkan juga oleh sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin dalam
“Orang bajo itu berapa hari ini yang didapat, habis juga hari ini, bisa
dikatakan boros” (wawancara tanggal 22 oktober 2018).
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa para keluarga nelayan yang
di Desa Ranooha Raya memiliki sifat dan gaya hidup yang boros. Karena
kebiasaan gaya hidup yang boros itulah menyebabkan keluarga nelayan yang ada
di Desa Ranooha Raya, hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Desa
“Manajemen SDM dari para keluarga nelayan tidak ada, makanya mereka
tidak bisa mengelola baik keuangan, sehingga mereka itu masih dalam
kemiskinan. Dan juga nelayan disini kalau sudah musim ombak datang
para laki-lakinya kebanyakan duduk duduk saja, lihat saja itu dari jam jam
9 sampe sore ndak ada inisiatif untuk cari kegiatan lain”
( wawancara tanggal 13 Oktober 2018)
45
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa keluarga nelayan yang ada
mampu mengatur keuangan dengan baik bahkan perilaku hidup mereka boros.
Kebiasaan hidup broros tersebut telah menjadi budaya secara turun temurun
masih tradisional hal ini dapat diketahui dari masih tradisionalnya alat-alat
Salah satu hal yang menentukan banyaknya hasil tangkapan bagi para
keluarga nelayan adalah alat tangkap yang digunakan, jika alat tangkap ikan serba
moderen maka hasil tangkapan juga akan banyak yang didapatkan namun
sebaliknya jika alat tangkap yang digunakan masih tradisional atau dalam hal ini
seadanya saja maka hasil tangkapan juga akan berkurang. Penggunaan alat
keadaan yang terjadi pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya, kebanyakan
alat tangkap yang digunakan masih tradisional hal ini dapat terlihat dari alat alat
Alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan masih tradisional dan
46
Raya tidak signifikan dalam memperoleh hasil melaut, yang mengakibatkan
penghasilan nelayan menjadi tidak menentu, karena alat tangkap yang digunakan
Desa tersebut alat tangkapnya masih tradisional hal ini berdampak pada
penghasilan yang mereka peroleh. Seperti yang diterangkan oleh bapak Cahril (43
“Alat tangkap nelayan disini masih kuno makanya tdak banyak ikan yang
bisa didapat, penghasilan jadi kurang”. (wawancara tanggal 23 Oktober
2018).
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa karena alat tangkap yang
dapat dipungkiri bahwa alat tangkap yang digunakan memiliki dampak yang besar
bagi hasil tangkapan yang diperoleh, sehingga hal tersebut mempengaruhi dari
penghasilan yang didapatkan dari para nelayan, pendapat yang sama juga
“Penghasilan kurang bagus karena musim selain itu juga alat tangkap yang
belum canggih” (wawancara tanggal 23 Oktober 2018)
yang tidak menentu alat tangkap yang masih tradisional juga dapat
ekonomi yang masih tradisional yakni dalam hal ini alat tangkap yang
47
Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan merupakan pola
pemenuhan hidup yang telah berlangsung sejak dari dulu tanpa ada
Kabupaten Konawe Selatan dapat dilihat dari kebiasaan para nelayan jika musim
ombak, mereka tidak turun melaut dan tidak melakukan upaya-upaya yang lain
(malas), mereka hanya berpangku tangan pada hasil laut yang tidak pasti serta
tidak memiliki etos kerja yang tinggi , padahal penghasilan dari melaut tergantung
dengan musim. Hal ini sejalan apa yang dikatakan oleh Paonganan dkk, (2014)
adalah tidak adanya etos kerja dari para nelayan, kebiasaan tersebut telah berlaku
secara temurun yang telah menjelma menjadi budaya hingga akhirnya membuat
keluarga nelayan disana masih berada dalam kemiskinan, selain itu kebiasaan
yang lainya adalah gaya hidup yang boros dari para keluarga nelayan, yang tidak
bisa mengontrol keungan dengan cara menyimpanya, apa yang mereka dapatkan
hari ini maka hari ini juga habis, sehingga menyebabkan mereka mengalami
kemiskinan yakni kemiskinan kultural. Hal ini sejalan apa yang dikatakan
nelayan diantaranya disebabkan oleh budaya atau kebiasaan hidup nelayan yang
48
suka boros, ketika masa panen ikan dimana pendapatan mereka banyak maka
salah satu penyebab kemiskinan kultural, yang akhirnya berdampak pada hasil
pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya. Hal ini sejalan apa yang
dengan banyaknya tangkapan maka akan terlihat juga besarnya pendapatan yang
suatu sistem atau struktur yang tidak adil yang menyebabkan seseorang menjadi
miskin. Terkait dengan hal itu kemiskinan struktural yang terjadi pada keluarga
49
Salah satu yang menyebabkan kemiskinan struktural pada keluarga
pada masyarakat nelayan kecil. Hal ini terjadi pada keluarga nelayan yang ada di
Desa Ranooha Raya aturan kebijakan dari pemerintah yang tidak berpihak pada
Dahulu salain dari melaut, nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya untuk
kayu bakau untuk dijadikan kayu bakar lalu kemudian dijual dan menangkap ikan
lobster yang dimana kegiatan itu mampu menambah penghasilan dari para
keluarga nelayan tersebut, namun sekarang ini aktifitas tersebut sudah tidak lagi
tentang larangan untuk tidak menebang pohon kayu bakau sembarangan serta
larangan untuk tidak menangkap ikan lobster. Hal ini berdasarkan keterangan dari
“Dulu kita masih bisa tebang pohon bakau mau dijadikan kayu bakar habis
itu dijualmi sama juga dengan lobster, tapi sekarang sudah dilarangmi
pemerintah nanti ditangkap”. (Wawancara tangga l4 Oktober 2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa pohon bakau dan ikan
lobster merupakan penghasilan tambahan dari para keluarga nelayan yang ada di
Desa Ranooha Raya, namun hal tersebut sudah tidak dapat dilakukan lagi karena
50
pemerintah sudah mematikan penghasilan dari para keluarga nelayan. Hal yang
sama juga disampaikan oleh sekdes Ranooha Raya bapak Fajrin ia menyatakan
bahwa
“Kalu boleh jujur penghasilan dari menangkap ikan lobster itu dalam satu
minggu bisa mencapai sepuluh juta rupiah, penghasilan ini sangat bisa
membantu nelayan disini, tapi sekarang sudah dilarang pemerintah.”
(wawancara tanggal 22 Oktober 2018).
aturan itu baik juga untuk menjaga kelestarian wilayah ekosistem laut,
permasalahan itu artinya harus ada kebijakan dan solusi permasalahan dari
aturan itu. Sehingga para keluarga nelayan tidak bisa berbuat banyak
pemerintah yang ada mereka harus mengurus surat surat izin yang dimulai
dari syahbandar, kemudian izin KKP, siup, iupnya dan sebagainya padahal
ketat sperti itu membuat keluarga nelayan menjadi tidak berdaya. Hal ini
menuturkan bahwa
51
syahbandar, mana kamu hadapi angkatan laut, izin siupnya, iupnya”.
(wawancara tanggal 13 Oktober 2018).
dari pemerintah yang tidak sedikit merugikan nelayan. Aturan yang dibuat
tidak berdaya.Selain aturan yang dibuat pemerintah yang kerap kali tidak
memihak pada keluarga nelayan, para keluarga nelayan yang ada di Desa
merata, hal tersebut seperti yang di ungkapkan bapak Saka (30 tahun) ia
mengatakan bahwa
“ Ada juga bantuan yang diberikan tapi tidak merata, biasa ada yang dobol
biasa juga nda dapat sama sekali kalau diharap dari pemerintah sampe anu
tidak jadi-jadi”. (wawancara tanggal 14 Oktober 2018).
“Disini bantuan, sebagian ada yang dapat sebagian tidak, kadang juga ada
dalam satu rumah berapa kali dia dapat, dan juga kalau dikasih bantuan
mereka lihat dari bentuk fisik rumahnya padahal samaji juga”. (wawancara
tanggal 14 Oktober 2018)
52
Ranooha Raya tidak dibagikan secara merata dan kurang adil dan hanya
melihat dari bentuk fisik bangunanya saja. Selain itu pula bantuan-bantuan
untuk nelayan dari pemerintah hingga saat ini masih kurang dilakukan.
sistem yang tidak adil dan tidak berpihak pada rakyat khususnya pada para
kemsikinan dan hal itulah yang terjadi pada para keluarga nelayan yang
Selatan
sistem mekanisme pasar yang tidak mendukung, yakni adanya sistem hasil
pemasaran hasil yang sering kali lebih menguntungkan pedagang perantara. Hal
ini terjadi karena keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya tidak memiliki tempat
53
Ranooha Raya mengalami kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraanya hingga
menyebabkan mereka masih berada dalam kemiskinan, mengapa demikian, hal ini
terjadi karena rentenir yang membeli ikan hasil tangkapan para nelayan di Desa
Ranooha Raya selalu memberikan harga yang tidak wajar atau bukan harga yang
yang banyak, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Amin (32 tahun)
ia mengatakan bahwa
“Kalau kita jual di rentenir untung rugi kita, kalau rentenir saling
pengertian bagusji, biasa juga kita dapat rentenir yang tidak sesuai
pembelianya cari untungnya kelewatan” (wawancara tanggal 6 November
2018)
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa rentenir dalam membeli
hasil tangkapan nelayan sering kali menawarkan harga yang tidak sesuai, dan
mencari untung yang banyak, hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Muhlis
memberikan harga yang yang terlalu rendah diluar harga penawaran yang
akibatnya nelayan hanya pasrah, karena hanya kepada rentenir saja tempat
54
rentenir lebih banyak kerugian yang didaptakan dibanding keuntungan hal
ini juga diperkuat dengan pernyataan ibu Darma (32 tahun) ia mengatakan
bahwa
“Kalau menjual ikan sama rentenir begitu-begituji harga yang dikasih, kita
rugi”(wawancara tanggal 6 November 2018).
sesuai kepada para nelayan. Dengan keadaan seperti itu membuat pendapatan
hari yang harus dipenuhi oleh para keluarga nelayan. Mekanisme pasar yang tidak
mendukung, sistem hasil pemasaran hasil yang kerap kali lebih menguntungkan
sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan
55
membuat nelayan menjadi tidak berdaya bahkan ssecara tidak langsung larangan
yaitu adanya larangan untuk menangkap lobster dan pemanfaatan pohon bakau
untuk dijadikan kayu baka kemudian dijual, penghasilan dari kedua hal tersebut
cukup membantu keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya, namun
hilang selain dari melaut. Selain itu pula adanya ketidakadilan dari pemerintah
Hal ini sesuai apa yang dikatakan Paonganan dkk, (2014) salah satu yang
yang tidak mendukung juga membuat nelayan mengalami ketidak berdayaan, hal
tersebut terjadi akibat dari system pemasaran hasil yang sering kali lebih
membuat para keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan
Moramo Kabupaten Konawe Selatan mengalami kerugian yang tidak sedikit, hal
ini terjadi karena para rentenir sering menawarkan harga jual ikan yang tidak
sesuai dengan harga pasar yang sesungguhnya. Akibat system pemasaran hasil
nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe
56
Selatan tidak meningkat, dan bahkan merugikan para keluarga nelayan, namun
yang terjadi nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya hanya pasrah dengan
keadaan seperti itu karena dimana lagi mereka mau menjual hasil tangkapan
mereka kalau bukan sama para pedagang perantara tengkulak atau rentenir yang
ada. Hal ini sejalan apa yang di katakan oleh Retnowati, (2011) dalam
yang tidak transparan, yang lebih banyak dikuasai oleh para tengkulak,
menyebabkan nelayan tidak ada pilihan. Kondisi ini juga merupakan penyebab
Salah satu bentuk strategi yang dialakukan oleh para keluarga nelayan di
anggota keluarga, strategi ini dilakukan agar para anggota keluarga yang lainya
juga dapat membantu perekonomian. Cara yang dilakukan nelayan disana adalah
dengan membagi pola pekerjaan yang dilakukan antara suami dan istri, para suami
57
merekalah yang bertugas mencari ikan diilaut sedangkan para istri bertugas untuk
istri nelayan juga melakkukan usaha-usaha seperti membuat usaha kue, warung
dan sebagainya, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Sodoria (42)
tahun
“ Hasil tangkapan ikan dari melaut, kitami yang pergi jual ikanya,
biasanya kita pergi jual itu dikampung-kampung sebelah, bantu-bantu
juga suami. (Wawancara tanggal l Desember 2018).
tangkapan ikan yang didapatkan dari hasil melaut yang biasanya dilakukan
oleh para suami, akan dijual oleh kaum ibu-ibu dengan cara berkeliling
Hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa, jika suami dari para ibu
nelayan telah datang dari akitifitas melaut maka yang bertugas untuk menjual
hasil tangkapan adalah ibu-ibu nelayan. Cara cara inilah yang dilakukan keluraga
terjadi. Strategi yang lainya yang dilakukan oleh keluarga nelayan terkait dengan
58
pemberdayaan anggota keluarga nelayan dalam mengatasi kemiskinan juga di
sampaikan oleh Sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin ia mengatakan bahwa
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu strategi yang
yakni, terdapatnya usaha-usaha yang dilakukan dari para istri nelayan seperti
usaha menjual kue, dan usaha warung yang mampu menambah penghasilan
ekonomi.
menjualnya, dan para istri nelayan juga memiliki usaha-usaha yang lain. Sehingga
yang ada. Hal ini juga disampaikan oleh ibu Armina (40) tahun
“ Untuk bantu suami saya biasa bikin kue-kue, pergi jual-jual ikan, kalau
tidak bantu suami apa kita mau bikin kasian, kalau suami pergi melaut
hanya dapat satu atau dua tusuk itupun hanya untuk beli-beli bensin solar,
tidak mencukupi, jadi kita ini ibu rumah tangga harus membantu kepada
suami, apapun pekerjaan cari kalandueka, jual-jual ikan kah, yang penting
bisa menghasilkan uang dan halal” (wawancara tanggal 1 Desember
2018).
59
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa hasil tangkapan para
suami nelayan belum mampu mencukupi kebutuhan hidup, sehingga dari hal itu
para ibu-ibu nelayan melakukan inisiatip untuk membantu para suami dengan
cara menjual ikan atau membuat usaha-usaha penjualan kue demi membantu
peran yang dilakukan istri-istri nelayan merupakan suatu cara atau strategi
keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo Kabupaten
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yakni hanya tamatan sekolah dasar
bahkan ada yang tidak tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang rendah juga
sangat mempengaruhi pola pikir dan skill dalam setiap individu sehingga dapat
kehidupan dengan baik, dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tentunya
akan menambah kualitas sumber daya manusia yang baik pula serta dapat
akan membuat kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi terbatas dan
60
memberikan pola pikir yang kurang baik serta akan sulit untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak dan mendapatkan pendapatan yang baik. Hal ini seperti
yang dilakukan oleh keluarga nelayan di desa Ranooha Raya, yakni dengan cara
bukan hanya sebatas SMP atau SMA tetapi juga ke universitas negri yang ada, hal
ini berdasarkan keterangan dari sekretaris Desa Ranooha Raya bapak Fajrin
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa para keluarga nelayan
lagi. Hal tersebut bertujuan agar kelak anak-anak mereka mampu memberikan
kualitas sumber daya manusia yang baik di Desa Ranooha Raya. Terkait dengan
peningkatan sumber daya manusia, pemerintah setempat dalam hal ini Kepala
Desa Ranooha Raya telah mengupayakan agar anak-anak dari para keluarga
nelayan tetap bersekolah yakni dengan cara menjadikan mobil pribadinya sebagai
61
mobil Bus sekolah, hal ini berdasarkan dari keterangan wawancara yang di
“ Sumber daya manusia (SDM) nelayan disini kurang, karena itu saya
sudah mengusahakan agar anak-anak nelayan disini tetap sekolah, karena
jauh tempat sekolahnya mereka, makanya saya jadikan mobil pribadi saya
jadi bus sekolah, untuk mengantar dan menjemput anak-anak sekolah
disini” (wawancara tanggal 13 Oktober 2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa dalam rangka untuk
Kepala Desa telah mengusahakan agar anak-anak nelayan tetap sekolah yakni
dengan cara menjadikan mobil pribadinya sebagai bus sekolah, hal ini dilakukan
tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan
oleh keluarga nelayan juga di sampaikan oleh bapak Ambo Sakka (44)
“ Usaha apa saja yang dapat dilakukan yang penting halal, agar anak-anak
bisa sekolah ke perguruan tinggi, karena dengan pendidikan anak-anak
dapat meningkatkan sumber daya manusianya mereka”. (wawancara
tanggal 1 Desember 2018)
dengan segala bentuk usaha-usaha yang ada, asalkan anak anak mereka dapat
62
disana diharapkan mereka mampu memanajemen penghasilan yang didapatkan
c. Peminjaman Modal
Konawe Selatan banyak terkendala di bagian modal, karena tanpa modal maka
nelayan tidak dapat turun melaut, modal sejatinya digunakan untuk membeli
bahan-bahan bakar seperti bensin, solar dan segala keperluan melaut lainya,
nelayan, hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh bapak Muhlis (42 tahun) ia
mengatakan bahwa
“kalau mau melaut itu harus ada modal untuk beli-beli bahan bakar kapal,
kalu ndak punya modal tidak bisa kita turun melaut” (wawancara tanggal 6
November 2018).
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa modal digunakan untuk
nelayan tidak dapat melaut. Jika keluarga nelayan tidak melaut maka akan
modal juga membuat nelayan tidak bisa berbuat banyak dan menyebabkan mereka
para keluarga nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya Kecamatan Moramo
63
untuk dapat melaut agar supaya penghasilan keberlangsungan pemenuhan
kebutuhan ekonomi tetap terjaga, hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh ibu
“Biasa kalau sudah habis uang, terpaksa kita pergi pinjam dulu uang sama
orang yang sering kasi modal, suapaya bisa beli bahan-bahan melaut,
untuk tambah-tambah penghasilan”(wawancara tanggal 6 November
2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa, jika para nelayan
kekurangan uang maka mereka akan meminjam uang ke orang-orang yang biasa
memberikan pinjaman modal, hal itu dilakukan agar para nelayan tetap bisa
Bank yang ada, hal ini seperti di nyatakan oleh ibu Nur (45)
ada tempat lain lagi untuk mengambil uang, selain itu peminjaman modal yang
dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya juga dilakukan di Bank
hal ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Bapak Rusli (58) tahun
“kalau modal sudah habis, peminjaman uang untu modal kita pergi pinjam
di Bank” (wawancara tanggal 1 Desember 2018).
64
utamanya masalah kemiskinan, mereka harus melakukan peminjaman modal agar
d. Kerja sampingan
Upaya lain yang dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya
kemiskinan adalah dengan melakukan kerja sampingan, namun akan tetapi kerja
sampingan yag dilakukan oleh keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya hanya
orang- orang tertentu saja, yaitu hanya para nelayan saja yang memiliki
keterampilan kerja selain dari melaut, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh
“ Upaya-upaya lain yang dilakukan nelayan selain dari melaut itu, mereka
melakukan kerja sampingan sebagai cara untuk menambah penghasilan,
itupun hanya nelayan yang punya keterampilan saja, seperti jadi tukang
batu, buat-buat kapal, jadi tukang kayu. (wawancara tanggal 30
November 2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk cara
melakukan kerja sampingan, namun perihal kerja sampingan ini hanya dilakukan
oleh keluarga nelayan yang memiliki keterampilan saja, hal ini juga sama yag di
“ Saya selain bekerja sebagai nelayan saya juga punya keterampilan kerja,
kebetulan saya juga ini tukang kayu, itumi yang saya kerja kalau tidak
melaut atau lagi musim, tapi itupun kalau ada orang yang butuh baru saya
kerja, tapi tidak semua nelayan juga disini punya kerja sampingan”
(wawancara tanggal 1 Desember 2018)
65
Dari hasil wawancara di atas dapat di pahami bahwa tidak semua keluarga
memiliki kerja sampingan, hal ini terjadi karena hanya nelayan yang memiliki
keterampilan kerja saja yang mempunyai kerja sampingan. Tetapi terlepas dari itu
kemiskinan yang terjadi pada keluarga nelayan di Desa Ranooha Raya Kecamatan
Desa Ranooha Raya hanya dapat melakukan penangkapan ikan dilaut jika musim
sedang baik, sebaliknya jika musim tidak baik para nelayan tidak dapat melaut,
sehingga untuk mengatasi hal itu pemerintah setempat telah melakukan upaya
66
usulan dari masyarakat setempat, pengadaan karamba tersebut dipertimbangkan
karena dapat mampu memberikan penghasilan lebih bagi para nelayan. Hal ini
seperti apa yang dijelaskan oleh Kepala Desa Ranooha Raya bapak Marhalim
“ Program anggran dana desa tahun ini akan dianggarkan pada pengadaaan
karamba pada masing-masing anggota keluarga, pengadaan karamba itu
merupakan usulan dari masyarakat, selain itu karamba juga mampu
memberikan penghasilan bagi nelayan, dan harapanya kedepan bisa
meringankan kemiskinan nelayan disini. (wawancara tanggal l3 Oktober
2018).
dalam hal ini desa Ranooha Raya melalui anggaran dana desa akan membuat
diharapkan mampu menambah penghasilan dari para nelayan yang ada di Desa
Ranooha Raya, dan hal tersebut merupakan salah satu bentuk strategi pemerintah
Desa Ranooha Raya dalam membantu keluarga nelayan, yakni akan melalui
Pengadaan karamba melalui program anggran dana desa ini sangat di sambut baik
67
oleh masyarakat nelayan di sana hal ini seperti yang diungkapkan oleh ibu
“ Saya dengar-dengar ini akan ada bantuan karamba, dari pemerintah desa,
itu sudah cukup baik supaya ada tambahan penghasilan juga kasian”.
(wawancara tanggal l4 Oktober 2018).
karamba melalui program anggaran dana desa bagi para nelayan sangat
diharapkan oleh nelayan disana. Hal yang sama juga di sampaikan oleh bapak
kemiskinan nelayan merupakan salah satu strategi eksternal yang dilakukan oleh
ada dalam masyarakat nelayan kecil. Dengan adanya program anggaran dana desa
program anggaran dana desa lainya juga yang akan dilaksanakan di Desa Ranooha
Raya dalam rangka membantu masyarakat nelayan kecil disana juga dijelaskan
“ Melalui program anggaran dana desa, ada beberapa program yang akan
dilakukan untuk membantu nelayan disini, seperti program pemberdayaan,
pengadaan rumah, alat tangkap, pemberian modal usaha, sebagian juga ke
program fisik, diharapkan adanya program tersebut insha allah dapat
membantu nelayan” (wawancara tanggal 1 Desember 2018)
68
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa melalui pemanfaatan
program anggaran dana desa, akan ada beberapa program yang akan dilakukan
modal usaha, dan pembangunan fisik, yang dimana tujuan pemanfaatan program
dilakuan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, hal ini sebagaiaman penjelasan yang
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa upaya lain yang sudah
diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Hal tersebut merupakan salah satu
Konawe Selatan.
69
Selain pelatihan-pelatihan dan pemanfaatan program anggran dana desa,
bentuk lainya juga dalam membantu nelayan di Desa Ranooha Raya adalah
melalui Bumdes (badan usaha milik desa) hal ini seperti yang dinyatakan Sekdes
“Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah Desa Ranooha Raya, untuk
membantu nelayan disini, adalah memanfaatkan Bumdes, namun untuk
sekarang ini bumdesnya belum berjalan dengan baik” (wawancara tanggal
30 November 2018).
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk
Bumdes, namun hal itu belum berjalan dengan baik, pendapat yang sama juga
masyarakat nelayan yang ada di Desa Ranooha Raya, adalah suatu bentuk
ungkapkan oleh Friedlander dalam (Fahrudin, 2012) dalam bukunya edisi kelima
70
kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi kesejahteraan penduduk dan
keberfungsian yang lebih baik dari tata sosial. Dalam arti yang lebih sempit,
program untuk membantu orang-orang miskin dan orang orang kurang beruntung
BAB V
71
5.1. Kesimpulan
Selatan yakni berupa kemiskinan kultural yang disebabkan oleh kurangnya etos
kerja atau budaya malas, gaya hidup yang boros dan pola pemenuhan kebutuhan
ekonomi yang masih tradisional selin itu bentuk kemiskinan lainya yaitu
memihak pada masyarakat nelayan kecil dan mekanismie pasar yang tidak
mendukung.
kemiskinan terbagi dalam dua cara yakni melalui strategi internal dan strategi
5.2. Saran
72
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kondisi
Kabupaten Konawe Selatan, maka saran yang akan diberikan peneliti yakni :
sesuai
baik
3. Jangan terlalu mengharapkan hasil laut yang belum pasti, akan tetapi
DAFTAR PUSTAKA
73
Adi, Isbandi Rukminto. 2015. Kesejahteraan Sosial ,pekerjaan sosial,
pembangunan sosial, dan kajian pembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo
persada.
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika
Aditama.
Artikel Jurnal
74
Syahma, Asmita. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Nelayan Tangkap Desa Galesong Kota Kecamatan Galesong Kabupeten
Takalar. Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makasar.
Waruwu, fictor one saman. 2017. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Nelayan
Buruh Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kota
Medan. Skripsi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Medan Area
Medan.
Website.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132316484/penelitian/Kemiskinan+
+Telaah+Dan+Beberapa+Strategi+Penanggulangannya.pdf).Di akses
tanggal 30 september 2018)
(https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/integrasi-
program-program-kemiskinan-dapat-menurunkan-dua-persen-tingkat-
kemiskinan/)
Di akses tanggal 30 September 2018)
Undang-undang
75
Lampiran
76
2
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan terakhir :
1. Di Keluarga nelayan ini apakah kira kira sudah sejahtera atau belum
sejahtera ?
4. Jika tidak ada kegiatan pekerjaan yang lain selama tidak melaut apa
jika ada ?
nelayan ?
8. Apa harapan bapak/ibu kedepanya terkait dengan kondisi keadaan
sekarang ?
14. Hasil tangkapan ikan yang didapatkan apakah dijual sendiri atau dijual
sama penadah/rentenir ?
rentenir/penadah ?
19. Pak/bu, apakah di dalam rumah tangga ini sudah menerapkan hidup
nelayan
PERTANYAAN UNTUK APARAT DESA