SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh :
Fransiska Wahyu Purna Utami
3501406057
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosiologi Dan Antropologi
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari : Jum’at
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Ketika mengetahui bahwa saya telah membuat kesalahan atau karya saya
tidak sempurna, dan ketika dikritik pedas, maka sebagai penghibur bagi diri
sendiri saya akan berkata beratus – ratus kali kepada diri sendiri, saya telah
bekerja keras, dan tidak ada orang lain yang melampaui saya”
(Charles Darwin)
PERSEMBAHAN:
v
PRAKATA
vi
yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.
7. Ibu Suatmi, selaku Ketua pengelola Rusunawa Pekunden (PPRSP) yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian .
8. Seluruh infoman yang telah memberikan bantuan dalam memperoleh
data.
10. Semua pihak terkait yang telah mambantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penyusun menjadi
catatan amalan baik serta mendapat pahala yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Pada akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
vii
SARI
viii
baik bahkan warga cenderung bersikap apatis terhadap kebijakan tersebut karena
upaya pemerintah ini hanya sekedar memberikan kebutuhan papan saja sedangkan
ke empat program yang lain belum terrealisasi sehingga belum mampu
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan atau kualitas
kehidupan penghuninya, (2) Kendala dalam peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat penghuni Rusunawa Pekunden berasal dari faktor internal dimana
datang dari dalam diri si miskin itu sendiri seperti rendahnya pendidikan, dan
adanya hambatan budaya.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Upaya Pemerintah dalam peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat penghuni Rusunawa Pekunden pada dasarnya
sudah direalisasikan oleh pemerintah hanya saja kenyataan dilapangan yaitu di
Rusunawa Pekunden sering tidak sama dengan program yang dicanangkan
pemerintah, ketidak sesuaian tersebut menjadi salah satu aspek yang tidak
berjalannya program peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. 2) Kendala dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
penghuni Rusunawa Pekunden adalah berasal dari dalam diri si miskin itu sendiri
seperti rendahnya pendidikan, apatis, fartalistik dan mentalitas malas.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) bagi penghuni
sebaiknya dibuat pengelola bersama dalam kebersihan, keindahan, keamanan dan
ketertiban. (2) bagi Pemerintah kota Semarang sebaiknya menyusun kebijakan
khusus untuk penghuni Rusunawa, misalnya pendampingan dan pembinaan
kesehatan, keterampilan kerja, keagamaan dan ekonomi.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
PRAKATA ................................................................................................. vi
SARI ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL..................................................................................... ...... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... . xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. .. xiv
x
C. Peran Rusunawa Pekunden Dalam Meningkatkan Kualitas
Kehidupan Penghuninya .......................................................... 107
BAB V PENUTUP .................................................................................... 111
A. Kesimpulan ............................................................................ 111
B. Saran ....................................................................................... 113
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tidak dibekali dengan ketrampilan dan pendidikan yang cukup, ini belum
ditambah dengan masyarakat kota sendiri (baik yang terdata maupun yang
kumuh. Salah satu ciri khas dari masyarakat miskin adalah tingkat
1
2
jenis pekerjaan tidak tetap atau tidak layak karena tingkat pendidikan dan
keterampilan rendah.
Manurut hasil survei BPS yang dilakukan pada Maret 2009, Indonesia
kemiskinan pada bulan Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta (15,42 %).
Berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode
tinggal di perkotaan.
Pada masa lalu, dimana penduduk masih jarang dan tanah yang di
pergunakan untuk tempat tinggal masih cukup luas, masalah tempat tinggal
tetapi pada masa sekarang, terutama di kota – kota besar, akibat terjadinya
tidak layak huni. Antara lain seperti rumah pada sekitar bantaran sungai,
pinggiran rel kreta api, belakang toko, lorong – lorong, dan juga disekitar
demikian besar akan perumahan dalam keadaan tanah yang terbatas, adalah
telah membangun beberapa rumah susun sederhana sewa atau disebut juga
Rusunawa Pekunden.
Semarang supaya tercipta tata kota yang bersih, rapi dan indah.
sepanjang jalan Kampung Kali Semarang, dan juga daerah - daerah yang
dengan harapan agar mereka dapat memiliki kualitas hidup yang lebih
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat
1. Manfaat Teoritis
rumah susun sederhana sewa Pekunden kota Semarang itu sendiri dan
2. Manfaat Praktis
E. Batasan Istilah
Kualitas hidup adalah tingkat baik buruknya sesuatu atau kadar atau
2. Masyarakat Miskin
sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal istilah “Society” yang berasal dari
Secara harfiah miskin adalah kondisi yang tidak berharta benda, serba
A. Kajian Pustaka
1. Masyarakat Kota
oleh cara pandang dan disiplin ilmu yang ditekuni oleh masing-masing ahli
(pasar sebagai ciri kota). Selain itu kota juga berfungsi sebagai tempat
tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi dari pada daerah lain. Kota
(yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri
pengertian “kota”, terletak pada sifat serta ciri kehidupan yang berbeda
9
10
pertanian.
meningkatnya jumlah dan luasan lahan terbangun. Hal itu seiring dengan
lahan di dalam kota. Semakin dekat dengan pusat kota, maka harga lahan
a. Potensi sosial. Di kota – kota besar terdapat badan – badan atau yayasan
lain – lain yang banyak memasukkan uang bagi kota yang dapat
perkotaan.
urbanisasi karena faktor ekonomi, ini terlihat dari penelitian yang dilakukan
oleh AT. Sugeng Priyanto (1998:23) mengenai unit sosial di kota Semarang
desa untuk mencari penghidupan lain dikota. dan (b) Faktor-faktor yang ada
dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap dikota(Pull
banyak dikota dan lebih mudah didapat, Kota dianggap mempunyai tingkat
menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat
yang layak di kota, tetapi mau tidak mau mereka harus bermukim. Mereka
orang yang di kenalnya, sehingga suatu rumah dapat dihuni oleh lebih dari
satu keluarga atau berjejal – jejalan dalan satu rumah. Bagi yang tidak
dan kumuh, antara lain seperti rumah pada bantaran sungai, bantaran rel
kereta api, serta di sekitar jaringan listrik tegangan tinggi dan ekstra tinggi.
1984:129).
yang sangat penting. Di dalam setiap rencana kota dapat dilihat bahwa tata
Kondisi fasilitas hunian atau perumahan penduduk yang tidak memadai atau
(Panudju, 1990:16).
terdiri dari berbagai komponen yaitu pertama, ialah lahan atau tanah yang
mempengaruhi harga dari satuan rumah yang dibangun atas lahan itu.
Misalnya apabila tanah yang sangat lembek atau merupakan lembah akan
mahal. Yang kedua, ialah prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran
drainase, saluran air kotor, saluran air bersih serta jaringan listrik dan telpon,
keempat, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial (kadang disebut fasilitas
oleh kegiatan lain seperti pabrik yang pada umumnya dapat memberikan
cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang
16
syarat seperti yang diuraikan di atas. Untuk kota – kota besar dan menengah
kawasan-kawasan kota yang tertata rapi yang dulu diperuntukkan bagi orang
orang – orang pribumi. Kawasan ini sejak awal mempunyai jalan – jalan
yang sempit, tata bangunan yang tidak teratur dan prasarana lingkungan
yang tidak baik. Kondisi kawasan ini semakin diperburuk pula dengan
dikota ini, sehingga kawasan yang tidak tertata ini akhirnya menjadi
kawasan kumuh.
17
pada kampung pribumi pada zaman kolonial, tetapi juga pada bagian
perluasan kota. Dari penelitian yang dilakukan oleh Aldwin Surya tentang
penduduk asli atau para migran tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) dan tidak mengikuti pada pola kota, dan karena miskin mereka
bangunan menjadi tidak teratur dan jalan – jalan sempit. Pada saat mereka
jalan – jalan ini menjadi sulit karena ruang – ruang untuk bangunan
prasarana itu tidak ada. Hal ini membuat kawasan ini menjadi benar-benar
buruk dan jauh dari standar perencanaan kota yang berlaku. Disamping
padat dan tata bangunan yang tidak teratur kondisi rumah juga tidak
sumber air dari sungai, tidak mempunyai WC, atau membuang kotoran atau
Dilain pihak pada kawasan lain dari kota tumbuh pula bangunan –
bangunan yang mewah dan super mewah lengkap dengan fasilitas umum
seluruhnya dapat dipasok oleh Perum Perumnas, oleh karena itu pemerintah
sederhana.
Untuk dekade 90-an, tumbuh pula gejala baru yaitu rumah susun
tujuannya agar para eksekutif ini karena situasi pekerjaan menghendaki agar
tetap tinggal dipusat kota, sedangkan lahan dipusat kota tidak ada lagi
kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota, Jalan kehidupan yang
sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar
ciri: a). Netral Afektif yaitu Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya. b). Orientasi
orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu
setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu
sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan
penduduknya.
2. Kemiskinan Diperkotaan
rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. (Suparlan
1993: 3).
tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Hal ini disebabkan
(1990: 159), golongan miskin adalah golongan yang rawan pangan yang
pada umumnya, sebagai akibat ketiadaan fasilitas baik fisik maupun psikis,
sehingga mereka selalu tertinggal dan tidak dapat menikmati hasil – hasil
1984:54).
tingkat kehidupan yang rendah, baik pada segi materi dan non- materi.
ekonomi serta nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat secara umum
seperti ketekunan, kerja keras, dan sebagainya terkikis dan tergantikan oleh
sikap – sikap negatif yang khas miskin seperti pasrah pada nasib, menunggu
bantuan, tidak ada kreativitas, dan semacamnya. Lambat laun dengan sikap
bertambah dengan pesat akibat tingkat kelahiran dan tingkat urbanisasi yang
besar – besaran yang tidak dibekali persiapan baik itu pendidikan dan
– tempat liar dan kumuh, berdesak – desakan yang semuanya itu kurang
permasalahanya. Hal ini di sebabkan pada kedudukan kota itu sendiri yang
besar untuk menampung berbagai macam tenaga kerja, dari yang kasar
sampai yang halus, dari yang bersih sampai yang kotor, dari yang bermoral
terhadap sesamanya.
Hal ini terjadi sebagai hasil interaksi dan adaptasi dengan problematika
organisasi pada tingkat lokal selain keluarga, dan disisi lain hanya sedikit
kerja serta partai politik serta didapatnya kenyataan bahwa anak – anak
harus mandiri pada usia yang relatif muda, memperlihatkan perasaan tidak
dari 40,1 persen menjadi 11,3 persen, jumlah orang miskin meningkat
kembali dengan tajam, terutama saat krisis ekonomi. Studi yang dilakukan
miskin di Indonesia pada akhir tahun 1999 mencapai 129,6 juta atau sekitar
perkotaan (4,72%). Akan tetapi selama dua tahun terakhir ini secara
absolute jumlah orang miskin meningkat sekitar 140% atau 10,4 juta jiwa di
wilayah perkotaan, sedangkan dipedesaan sekitar 105 % atau 16,6 juta jiwa
( Tjiptoherijanto, 2002).
Manurut hasil survei BPS yang dilakukan pada Maret 2007 Indonesia
kemiskinan pada tahun 2006 yang mencapai 39,30 juta (17,75 %).
jumlah yang besar dan harus segera ditangani agar tidak semakin parah
sejak tahun 2000 jumlah penduduk miskin terus meningkat tiap tahunnya
atau sekitar 17% dari seluruh penduduk kota Semarang. Sedangkan menurut
data LKPJ Pemkot Semarang 2007 dalam Majalah Donatur PKPU edisi juni
– juli 2007, Semarang memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar
23,52 % penduduk kota Semarang). Selain itu kota Semarang juga memiliki
besar pula penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau semakin
disebabkan distribusi pemilikan modal per provinsi yang kurang atau bahkan
yaitu 64% dikuasai DKI, 8% dikuasai Jawa Timur (6% di antaranya berada
Timur), 6% berada di Jawa – Barat 5,5% berada di Jawa Tengah dan Daerah
3. Pembangunan Rusunawa
sebagai visi, teori, proses yang diyakini oleh rakyat dihampir semua negara,
mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki
rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur”.
kalangan atas.
melakukan sosialisasi.
pembangunan ini mulai digalakkan tahun 1988 dan ini bisa dimiliki dengan
sistem tunai atau angsuran sesuai persyaratan yang berlaku dengan tempo
tetapi apabila masyarakat kalangan sosial bawah dan atas dana nya tidak
mencukupi untuk membeli satuan unit rumah susun, bisa memakai dengan
sistem sewa.
renewal) dan juga untuk mencegah pertumbuhan kota besar yang cenderung
kota yang mempunyai kondisi sudah tidak lagi memenuhi syarat – syarat
Pada awalnya rumah susun sederhana dapat di huni secara milik, tetapi
hanya dapat dihuni dengan cara sewa sehingga disebut rumah susun
PERMEN/2008.
dapat disewa secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
tahun 1985, bahwa tujuan dari pembangunan rumah susun sederhana sewa
kepastian hukum dalam manfaatnya; (b) meningkatkan daya guna dan hasil
diperkotaan, (b) untuk mendukung konsep tata ruang dan untuk peremajaan
rumah susun, yang antara lain: (1) Lahan kota yang terbatas menyebabkan
kawasan perumahan kumuh dengan kepadatan penduduk lebih dari 400 jiwa
per Ha, sulit untuk ditata secara layak dan sehat melalui perbaikan
pindah kan dirumah yang lebih layak. (3) lahan kota semarang yang terbatas,
Nomer 4 Tahun 1988 tentang rumah susun, penghuni rumah susun wajib
Undang – Undang nomer 16 tahun 1985. Bentuk pedoman teknis antara lain:
beban mati, beban bergerak, angin, banjir, gempa dan lain – lain.
B. Landasan Teori
yang siap pakai untuk menangani masalah – masalah uang dihadapi oleh
berbagai dimensinya.
memiliki kondisi :
keuntungan
hanya untuk masa kini dan tidak memperhitungkan masa depan, cepet puas,
menganggap kemiskinan sebagai nasib serta sikap masa bodoh, pasrah dan
adalah tata hidup yang mengandung sistem kaidah serta sistem nilai yang
dan tidak mungkin dirubah, karena itu manusia dan masyarakat harus
menyesuaikan diri pada kemiskinan itu, agar tidak merasa resah jiwanya dan
manusia dan masyarakat menyerah pada nasib dan sikap tidak perlu, bahkan
nasib.
– anak. Anak – anak sudah bisa menyerap nilai – nilai dasar dan sikap
sebagai berikut :
umumnya.
tidak terampil.
tidak hidup sesuai dengan nilai – nilai tersebut, akibat kurang mampu
putus asa, serta keterasingan. Miskin budaya merupakan salah satu sifat
kebudayaan kemiskinan.
dalam dunia perdagangan bebas, negara kapitalis tahap pre welfare state
fenomena yang kompleks dan eksklusif. Akibat derita uang dialami oleh
orang – orang miskin begitu panjang dan relatif abadi, mereka seolah – olah
selalu dalam ketakutan, kekawatiran, serta pesimis akan hari esok yang akan
dilaluinya.
kehidupan yang ada, mereka juga merasa rendah diri dan putus asa.
C. Kerangka Berfikir
dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau grafis. Dalam penelitian ini
Keterangan :
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, karena hal ini
merupakan tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas, sebagai tempat
Dan juga rumah memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai
dimana bangunan gedung atau rumah bertingkat yang di bangun dalam suatu
fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan –satuan
yang masing – masing dapat di sewakan secara terpisah terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, tanah bersama.
pemukiman atau rumah berupa Rusunawa ini, dimana ditujukan bagi konsumen
ditinjau dari nilai lahan kota Semarang yang cukup tinggi. Dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
peneltian ini data hasil penelitian berupa data deskriptif yang tidak dihitung
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek secara holistik,
sehingga dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan
yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
mereka yang diteliti dan dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik
dan rumit. Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yaitu
2007:6).
40
41
B. Lokasi Penelitian
Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang. Pemilihan lokasi ini atas dasar
dan Rusunawa ini dibangun pemerintah untuk masyarakat miskin yang tempat
tinggalnya kumuh.
C. Fokus Penelitian
dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi studi bidang
42
persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus
penelitian ini sangat penting sekali, karena adanya fokus penelitian maka
seorang penulis dapat membatasi studi. Selain itu, dengan penetapan fokus
yang jelas dan mantap, maka penulis dapat membuat keputusan yang tepat
mencari data.
Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi fokus penelitian ini
D. Sumber Penelitian
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian
ini jenis datanya di bagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,
1) Data primer atau dalam penelitian kualitatif digolongkan menjadi data utama
43
informan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan informan adalah Kepala
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah buku
adalah:
1. Informan
informasi (Koentjaraningrat,1981:163).
Rusunawa Pekunden.
2. Dokumen
tambahan juga diperoleh dari sumber tertulis yaitu buku-buku atau literatur
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Arsip dan dokumen meliputi data
ada dalam penelitian ini. Dokumen yang diperlukan mengenai atau berkaitan
3. Dokumentasi
dan pada saat aktifitas kehidupan penghuni Rusunawa. Dengan foto-foto yang
dalam penelitian.
45
1) Teknik Observasi
yang artinya peneliti hanya mengamati langsung proses pertunjukan tanpa ikut
Tengah.
Pekunden. Beberapa tempat dan kegiatan yang diamati antara lain: kehidupan
sosialnya.
46
pemusatan data.
2) Wawancara
dan orang yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
kehidupan penghuninya.
3) Dokumentasi
atau mengutip suatu dokumen atau catatan yang sudah ada yaitu untuk
data yang diperlukan, yaitu data yang diperoleh dari kegiatan observasi, hasil
wawancara, data monografi dan foto yang dihasilkan oleh peneliti tentang
validitas data.
F. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen, adalah upaya yang
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
data yang dilakukan secara terus- menerus. Data yang diperoleh dikoding,
G. Validitas Data
sesuatu di luar data sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong 2002:
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai
(2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
pemerintahan,
berkaitan.
Kota Semarang) ini menggunakan validitas data dengan cara yang pertama,
yaitu peneliti akan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara dan validasi data dengan cara yang kelima, yaitu membandingkan
dengan diberi nama rumah susun sederhana sewa Sekapur Sirih, tetapi
jalur besar yaitu jalan Pandanaran, jalur Thamrin dan jalur Pemuda. Jarak
0,5 Km sedangkan dari pusat pemerintahan kota Semarang 0,5 Km dan dari
ditempuh dengan mudah, karena dapat dengan berjalan kaki ataupun dengan
angkutan umum.
dan luas bangunan 2.550,80 m2. Dan menurut monografi dari kelurahan
pekunden luas seluruh kelurahan Pekunden adalah 0,8 Km, dengan batas –
50
51
dan jarak antara kecamatan dan pusat pemerintahan dekat maka dalam
meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan serta
rumah sehat, layak dengan sarana dan fasilitas yang memadai serta
kehidupannya.
PRPB sebesar Rp 212.000.000,- dan APBD oleh DPU Cipta Karya Jawa
kali di bangun di kota Semarang dan ini sebagai rumah susun percontohan
bagi daerah atau kota – kota lainnya. Pada tanggal 19-9-1991 peletakan batu
Dari tahun 1991 sampai sekarang Rusunawa Pekunden baru satu kali
perbaikan yaitu pada tahun 2006 berupa pengecetan dan sedikit sekali
perbaikan.
53
3. Administrasi
Harianti.
dengan ketua Paguyuban Ibu Suatmi M.S. Paguyuban ini memiliki tugas
Tabel 3
Jumlah Unit Hunian Menurut Type Luasan Hunian di Rusunawa Pekunden
LANTAI 2 LANTAI 3 LANTAI 4 JUMLAH
BLOK
27 54 81 27 54 81 27 54 81 27 54 81
Blok A 3 1 2 4 3 - 3 3 - 10 7 2
Blok B 2 - 1 2 - 1 2 - 1 6 - 3
Blok C 6 - - 6 - - 6 - - 18 - -
Blok D 4 1 - 4 1 - 4 1 - 12 3 -
Blok E 9 - - 9 - - 9 - - 27 - -
JUMLAH 73 10 5
blok yaitu Blok A disisi timur, blok B disisi Utara, blok C disisi tengah,
blok D disisi selatan dan blok E disisi barat. Rusunawa Pekunden ini terdiri
186 petak unit. Dimana jumlah unit huni sebanyak 88 unit rumah, yang luas
bangunannya terdiri dari tiga type unit hunian yaitu type A luas bangunan
sesuai dengan kondisi atau luasan rumah yang dimiliki sebelum digusur dan
Masing – masing blok dihubungkan satu sama lainnya dengan selasar pada
teras bagi unit hunian yang terletak langsung berhadapan yang letaknya
Listrik PLN
Kamar Mandi / WC
Dapur
Disamping itu terdapat juga fasilitas umum atau bersama yang berupa:
− Selasar : - : 227,20 m2
− Jemuran : - : 296,16 m2
− Sumur : 1 buah
sejumlah hunian kondisi yang sudah parah berada di hunian rumah blok B
pendapatan untuk perbaikan merasa tidak mau dengan alasan bahwa mereka
selama ini membayar uang sewa per bulan ke Sub Dinas Perumahan kota
karena kayunya sudah rapuh akibat terpaan angin dan hujan, yang
menyebabkan kecelakaan.
58
pelebaran jalan.
kerja bagi penghuni rumah susun yang memerlukan pekerjaan dan lainnya
Tabel 4
04 107 21
05 151 38
06 110 29
kompensasi atau uang ganti rugi yang terkecil adalah Rp. 570.400,- dan
yang terbesar 17.440.500,-. Dan rincian tarif sewa yang diberlakukan untuk
daerah kampung kali. Dalam hal pengaturan tarif sewa yang tidak
adalah :
7. Pendidikan
a) Pendidikan Umum :
• TK : 3 gedung
• SMP : 2 gedung
• SMA : 1 gedung
b) Pendidikan Khusus :
nilai – nilai dan gagasan vital yang berlaku sehingga setiap anggota
pikir yang luas dan maju. Dibawah ini merupakan tabel 5 tentang
Tabel 5
Pendidikan Penghuni Rusunawa Pekunden
7 D1 2 0,5
8 D2 3 0,8
9 D3 1 0,2
10 Sarjana - -
ditingkat SD dan SMA hanya ada beberapa saja yang melanjutkan ketingkat
ototnya seperti tukang kuli panggul, pemulung, tukang becak, kuli skop,
kuli bangunan dan lain – lain ini dikarena mereka minim sekali akan
kehidupan anak – anaknya pada masa modern ini, terlebih untuk mencari
pekerjaan yang lebih baik agar mampu meningkatkan hidup dan dengan
untuk rela berhutang sana sini demi pembayaran sekolah anak – anaknya
64
dan juga ada pula anak yang ingin sekali sekolah tetapi karena orang tuanya
agar dapat sekolah kejenjang D2, seperti yang dituturkan oleh ibu Ekwan
“ di rumah susun disini dalam hal pendidikan rata – rata hanya tingkat
SD sampai SMP, tetapi ada pula yang sampai sekolah akademik
mbak, kalau seperti keluarga saya, anak tidak mungkin akan nuntut
orang tua mbak. Ya karena saya selalu terbuka sama anak – anak apa
lagi sama anakku yang sudah besar – besar jadi mereka sudah paham
kondisi sebenarnya orang tuanya gimana, soalnya keluarga saya
keluarga besar dimana anak saya 5 simbah lanang wedok ikut saya
bagaimana untuk menyekolahkan anak ketingkat pendidikan yang
tinggi mbak kalau penghasilan suami sebagai supir hanya cukup buat
makan sehari – hari, kalau berhutang paling hanya tetangga cuman
bisa minjemi uang paling besar 20 ribu 30 ribuan”
tinggi. Walaupun harus memutar otak untuk membiayai sekolah anak – anak
mereka, meminjam uang oleh orang lain ataupun tetangga dan juga rela
kendaraan asalkan anak bisa sekolah. Bagi mereka yang terpenting adalah
bahwa anak – anak mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung. Seperti
akan muluk – muluk hanya sampai tingkat SMP saja sudah bersyukur
asalkan bisa baca tulis sudah lebih dari cukup” .
Ini juga diberkuat oleh wawancara dengan mbak Susi (19 tahun)
mengatakan bahwa :
“Saya sejak kecil saya sudah tidak mengenal figur bapak mbak, dari
kelas 2 SD saya sudah ditinggal bapak saya, jadi yang jadi tulang
punggung keluarga saya ibu sama kakak saya nomer 1, sebenarnya
orang tua saya menginginkan saya untuk tidak lanjutin sekolah beliau
menyuruh saya kerja saja, tapi karena ALLAH memberi ku jalan dan
mengabulkan doa ku saya bisa kuliah D3 di Stekom ini karena saya
kuliah paruh waktu dan bisa bayar kuliah dengan kerja di pizza hut
ditambah lagi dulu saya masuk kuliah dapat uang beasiswa dari
donatur contenery”
sebagian menamatkan sekolah pada tingkat SMP saja, dan hanya beberapa
hanya terbelenggu oleh keadaan untuk memenuhi kebutuhan pangan hari itu
66
tidak diutamakan, sebab hal yang paling pokok dan utama adalah mencari
warga penghuni Rusunawa Pekunden memiliki ciri hidup yang pasrah oleh
keadaan, bersikap menerima nasib yang ada tanpa berpikir untuk termotivasi
hari esok dan juga tidak berminat pada pendidikan formal yang berdimensi
masa depan yang penting mereka bisa bekerja untuk makan keyang hari itu
juga.
pada tahun 1991 kampung Pekunden ini tergolong kampung yang kumuh
sama seperti kerajinan pembuatan tas dan sablon, rambut wix, tetapi kondisi
KUR dan juga PMPN mandiri yang sekala jenjangnya berkala. Tetapi
5. Usaha untuk menciptakan kehidupan sosial yang sejahtera dan adil yang
bersih, dan sarana sosial, agar bisa meningkatkan kualitas hidup si miskin
akan terus berlanjut atau berhenti, tergantung pada tekad dan komitmen
Rusunawa Pekuden
susun susun sederhana sewa Pekunden kota Semarang pada dasarnya sudah
internal dimana datang dari dalam diri si miskin itu sendiri seperti yang
malas, tidak produktif, ketergantungan pada orang lain, apatis, fatalistik dan
yang berasal dari daerah Pati, Gabus, Purwodadi, Tegal, Blora, Wonogiri
dan lain – lain, mereka dulunya bukanlah masyarakat yang malas dan
kumuh, berdesak – desak yang sudah tentu kesemuanya itu kurang layak
tempati. Hal ini wajar karena keberadaan mereka dikota tidak ditopang oleh
yang mereka alami begitu kuatnya dan dianggap sudah menjadi nasib apalagi tidak
71
mungkin dirubah, maka agar mereka tidak merasa resah jiwanya dan frustasi secara
selanjutnya melalui garis keluarga. Oleh karena itu kemiskinan akan melahirkan
kebudayaan sendiri, yang sangat erat kaitannya dengan corak – corak struktur
kultural).
Pekunden, mereka tidak mempunyai rasa memiliki bahkan terhadap dirinya sendiri
mereka tidak mau untuk mengubah dirinya yang lebih baik dari sebelumnya karena
nilai – nilai agama yang pasif dan fatalistik. Daktrin takdir bahwa Tuhan telah
status sosial, kecerdasan. Dengan doktrin inilah mereka merasa bahwa kendatipun
kerja keras mereka tetap merasa tidak akan mampu keluar dari kondisi kemiskinan,
A. Kesimpulan
atau modal usaha, usaha pendidikan baik formal maupun non-formal untuk
sosial yang sejahtera dan adil yang mencakup antara lain kesehatan jasmani
dan rohani, penyediaan air bersih, dan sarana sosial, agar bisa meningkatkan
berasal dari dalam diri si miskin itu sendiri seperti apatis, pasrah pada nasib,
B. Saran
72
73
Handayani, Ari. 2006. Pola Interaksi Dan Perilaku Sosial Masyarakat Kota Studi
Kasus Di Rumah Susun Bandarjo Semarang. Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan Sosiologi Dan Antropologi: UNNES Semarang.
Hardiyanto, Hendry. 2008. Fungsi Lembaga Filantopi Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) Jawa Tengah Dalam Membantu Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Semarang. Skripsi S1 Jurusan
Pendidikan Sosiologi dan Antropologi: UNNES Semarang.
M.J, Nas. 1979. Kota Di Dunia Ketiga. Jakarta : Bharito Karya Aksara.
Nasir. 1983. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
74
75
Peraturan Daerah Kota Semarang No. 6 Tahun 2008 Tentang Hak Milik Rumah
Susun dan Retribusi Pemakaian Rumah Susun.
Peraturan Mentri Negara Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2006 Tentang Rumah
Susun Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Tim Penyusun Kamus Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke
Empat. Jakarta: Balai Pustaka.
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun sebagai persyaratan untuk
mencapai gelar sarjana (Strata I). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik
bidang keahlian atau bidang studinya, oleh karena itu berkenan meluangkan
Tujuan utama yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian ini antara lain
adalah:
panduan yang tepat agar nantinya dapat tetap fokus pada masalah utama yang
ingin dicapai oleh peneliti. Panduan utama wawancara dapat menjadi pedoman
77
78
PEDOMAN OBSERVASI
penelitian untuk menambah atau melengkapi data, sehingga peneliti ini diperlukan
PEDOMAN WAWANCARA
penelitian kualitatif, oleh karena itu untuk memperoleh kelengkapan dan ketelitian
A. Lokasi Penelitian
B. Identitas Subyek
1. Nama : Jumaroh
Umur : 38 Tahun
80
Pendidikan : SMP
2. Nama : Markonah
Umur : 44 Tahun
Pendidikan : SD
3. Nama : Slamet
Umur : 48 tahun
4. Nama : Mahmud
Umur : 53 Tahun
Pendidikan : SD
C. Daftar Pertanyaan
Pekunden?
10. Apakah ada kerjasama yang terbentuk antara anda dan penghuni
Semarang?
seperti apa?
82
Semarang?
Rusunawa Pekunden?
D. Identitas Informan
Pekerjaan : Guru Tk
Umur : 51 Tahun
Pendidikan : SPG
2. Nama : Sudiono
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PLN
Umur : 42 tahun
Pendidikan : Diploma
E. Daftar Pertanyaan
Pekunden?
84
dikota Semarang?
12. Peraturan apa saja yang terdapat dalam Rusunawa Pekunden kota
Semarang?
13. Sejauh ini apakah penghuni cenderung menaati peraturan itu atau