Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SURVEILANS GIZI

INDIKATOR KEBERHASILAN DAN KEGIATAN PEMBINAAN GIZI


MASYARAKAT MENGENAI RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN
GARAM BERIODIUM

Disusun oleh :
Kelompok 8

Aulia Gusliana 172141008


Febrina Agustin 172141032
Sari Alia Putri 172141028
Selvi Drilia M. 172141001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, karena atas limpahan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam materi ini.
Selain itu penulisan makalah ini tidak terlepas pula dari tugas mata kuliah Surveilans
Gizi, dan kami berterimakasih kepada :
A. Dwi Wahyuni, SKM, MKM. Selaku dosen mata kuliah surveilans gizi
B. Teman-teman dan tim yang banyak membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pembimbing guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.

Jakarta, September 2016

Penyusun
Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persentase Rumah Tangga Menggunakan Garam Beriodium.................................6
2.2 Definisi Iodium......................................................................................................10
2.3 Cara Menguji Kandungan Iodium Dalam Garam..................................................13
2.4 Pedoman Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat Masyarakat ....................... 13
2.5 Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan ….............................................................. 23
2.6 Formulir Survei......................................................................................................24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium
merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
Masalah GAKY merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia yang mencakup 3 aspek, yaitu aspek perkembangan kecerdasan, aspek
perkembangan sosial dan aspek perkembangan ekonomi. Hasil Riskesdas tahun 2007,
secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga yang mengonsumsi garam
mengandung cukup yodium mencapai 62,3%, yang mengonsumsi garam kurang
mengandung yodium sebesar 23,7% dan yang tidak mengandung yodium sebesar 14,0%.
Berkaitan dengan itu Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
mengeluarkan Surat Edaran Nomor : JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009,
mengenai Percepatan Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium yang antara
lain menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar
meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam peningkatan garam beryodium
dan menghentikan suplementasi kapsul minyak yodium pada sasaran (WUS, ibu hamil,
ibu menyusui dan anak SD/MI). Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium di Daerah. Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menetapkan 4 sasaran pembangunan
kesehatan yaitu meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 (Proyeksi BPS, 2008)
menjadi 72, menurunkan angka kematian bayi dari 34 ( SDKI, 2007) menjadi 24 per
1000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu dari 228 (SDKI, 2007) menjadi
118 per 100 ribu kelahiran hidup dan menurunkan gizi kurang (termasuk gizi buruk) dari
18,4% (Riskesdas, 2007 ) menjadi kurang dari 15% dan menurunkan balita pendek dari
36,8% ( Riskesdas, 2007) menjadi kurang dari 32%.
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010 – 2014 Bidang Kesehatan, Kementerian
Kesehatan telah menetapkan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang
memuat indikator keluaran yang harus dicapai. Salah satu dari 8 indikator keluaran di
bidang Perbaikan Gizi yang harus dicapai pada tahun 2014 yaitu 90 % rumah tangga
mengonsumsi garam beryodium dengan kadungan yodium cukup. Oleh karena itu
4
program penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatkan konsumsi garam
beryodium.
Untuk meningkatkan konsumsi garam beryodium tersebut perlu disusun
Pedomam Pemantauan Garam Beryodium di Rumah Tangga sebagai acuan para
pengelola program di pusat maupun daerah. Pedoman ini ini digunakan untuk menilai
keberhasilan program, perencanaan dan menetapkan kebijakan dalam rangka
penanggulangan GAKY melalui konsumsi garam beryodium dengan kadungan yodium
cukup .

1.2 RUMUSAN MASALAH

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN GARAM BERIODIUM


Prevalensi hipotiroid di Indonesia belum diketahui secara pasti. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 melakukan pemeriksaan kadar TSH sebagai salah satu
penunjang diagnostik gangguan tiroid. Dari pemeriksaan TSH tersebut didapatkan 2,7%
laki-laki dan 2,2% perempuan memiliki kadar TSH tinggi yang menunjukkan kecurigaan
adanya hipotiroid.
Kecukupan konsumsi asupan iodium di masyarakat dapat dinilai melalui pengukuran
Urinary Iodine Excretion (UIE) atau Ekskresi lodium dalam Urin (EIU) setelah urin
dikumpulkan selama 24 jam. Kadar UIE ini merupakan indikator biokimia non invasive
yang menggambarkan konsumsi iodium harian karena 90% asupan iodium akan
dikeluarkan kembali melalui urin. Distribusi kadar EIU dapat digunakan untuk menilai
asupan iodium dan status iodium populasi. Nilai normal median EIU menurut kriteria
WHO adalah 100-199 gg/L, sehingga daerah dengan nilai median kurang dari 100 gg/l
menunjukkan bahwa daerah tersebut kekurangan iodium (WHO, 2007).

Kondisi Asupan lodium dan Status (gizi) lodium pada Populasi


Berdasarkan Nilai Median EIU (gg/L)

6
Kondisi Asupan lodium pada Ibu Hamil Berdasarkan Nilai Median Ell-J (gg/L)

Gambar 1 : Nilai Median Ekskresi lodium Urin pada Kelompok Populasi Rentan (Anak,
WUS, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui) Menurut Tempat Tinggal Tahun 2013

Data diatas menunjukan kecenderungan nilai median EIU (gg/L) dari sampel urin
sesaat pada kelompok populasi rentan menurut tempat tinggal. Nilai median EIU pada
anak umur 6-12 tahun sebesar 215 pg/L, pada WUS 187 gg/L, ibu hamil 163 gg/L dan
ibu menyusui 164 ug/L, masing-masing lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan.
Nilai ini menunjukkan bahwa asupan iodium di Indonesia sudah cukup untuk kelompok
populasi rentan. Nilai Median EIU terendah (151 gg/L) ditemukan pada ibu hamil di
perdesaan, yang menggambarkan asupan lodium pada ibu hamil di daerah perdesaan
tergolong cukup namun harus tetap waspada karena berada pada level terendah dari nilai
normal Median EIU pada ibuhamil.

7
Gambar 2 : Proporsi Kelompok Populasi Rentan Berdasarkan Nilai Ekskresi lodium
Urin Tahun 2013

Masalah GAKI di masyarakat dapat dikatakan sudah terkendali jika proporsi


penduduk dengan Ell-klOO ug/L dibawah 50%, Ell-k50 ug/L di bawah 20% dan cakupan
garam beriodium 90% diikuti dengan tercapainya indikator manajemen. Kekurangan
maupun kelebihan asupan iodium dapat menimbulkan akibat buruk bagi fungsi tiroid.
Konsumsi lodium yang terlalu banyak akan menimbulkan hipertiroid atau disebut
Iodine-Induced Hyperthyroidism (IIH). Gambar 2 menggambarkan risiko kekurangan
iodium pada 4 kelompok populasi rentan berada di bawah 50% sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada masalah kekurangan iodium pada populasi rentan (anak, WUS (Wanita
Usia Subur), ibu hamil dan ibu menyusui). Namun hasil Riskesdas 2013 juga
menunjukkan terdapat 30,4% anak usia 6-12 tahun, 24,9% wanita usia subur, 21,3% ibu
hamil dan 18,1% ibu menyusui yang berisiko kelebihan iodium.

8
Gambar 3

Gambar 4

Pada gambar 3&4 target proporsi rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium
pada tahun 2014 adalah sebesar 90%. Secara nasional cakupan rumah tangga dengan
konsumsi garam beriodium telah mencapai target yaitu 91%, namun masih terdapat 6
provinsi yang belum mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Aceh, Bali, dan Banten, dengan cakupan terendah di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu hanya sebesar 54, 7%.

9
Gambar 5. Proporsi Kecukupan Kadar lodium dalam Garam Rumah Tangga, 2013

Kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30-80 ppm dalam bentuk Kl03.
Dalam Riskesdas 2013, kadar iodium (K103) dalam garam rumah tangga diukur dengan
metode titrasi dan hasilnya didapatkan nilai rata-rata 34,1 ppm. Gambar 5 menunjukkan
bahwa 50,8% atau separuh dari garam rumah tangga yang beredar di Indonesia
mempunyai kadar iodium yang kurang, 43,2% punya kadar iodium yang cukup, 5%
berlebih, dan 1% yang tidak beriodium. Jadi meskipun cakupan rumah tangga dengan
konsumsi garam beriodium cukup tinggi namun kurang dari setengahnya yang kadar
garamnya memenuhi standar.

Asupan Yodium Per Hari Berdasarkan Usia


Kebutuhan iodium sesuai umur setiap hari berbeda-beda, sebagai berikut:
· 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
· 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
· 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
· 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
· 200 mikrogram untuk ibu hamil

2.2 DEFINISI YODIUM


Yodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Yodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon
tiroid.  Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk
mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan.

10
Jumlah Yodium yang terdapat dalam makanan  sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian
kecil secara kovalen mengikat asam amino. Yodium diserap sangat cepat oleh usus dan
oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid.  Saluran ekskresi
utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator
utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status
iodium) yang rendah (25 – 20  mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody,
1999).
Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi
Iodida yang mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ ekstraseluler.
Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami
peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin. Struktur
cincin hidrofenil dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan
berbentuk hormon dari kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) (Linder,
1992).  Iodium adalah suatu bagian integral dari hormon tridothyronine tiroid (T3)
dan thyroxin (T4). Hormon tiroid kebanyakan menggunakan, jika tidak semua, efeknya
melalui pengendalian sintesis protein. Efek-efek tersebut adalah efek kalorigenik,
kardoivaskular,metabolsme,dan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh
pituitary (Sauberlich, 1999).
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk
terikat-plasma dengan protein pembawa. Protein pengikat thyroxine merupakan
pembawa hormon tiroid utama yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin
,terikat prealbumin (Sauberlich, 1999).
Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor
oleh hipotalamus yang kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan
T4 dari tiroglobulin dan membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui Tiroid
Stimulating Hormon (TSH).  Kadar T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3,  tetapi
T3 lebih potensial dan “turn overnya” lebih cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4
dengan jalan deiodinasi dalam jaringan non-tiroid.  Sebagian besar  dari kedua bentuk
terikat pada protein plasma, terutama thyroid-binding-globulin (TBG), tetapi hormon
yang bebas aktivitasnya pada sel-sel target.  Dalam sel-sel target dalam hati, banyak dari
hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan kembali kalau
memang dibutuhkan (Linder, 1992).

11
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian
iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid
disekresikan sekitar  80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon
tiroid.  Selanjutya T3 dan T4  mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan
lainnya.  Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu,
kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang
lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.  

SUMBER YODIUM
Yodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda
tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan yodium   pada buah dan
sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan yodium pada jaringan hewan serta produk
susu tergantung pada kandungan yodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut
merupakan sumber yodium alamiah. (Picauly, 2002).
Menurut Sunita (2010), laut merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu,
makanan laut berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber
iodium yang baik. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak iodium sehingga
tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak iodium. Semakin jauh
tanah itu dari pantai semakin sedikit pula kandungan iodiumnya, sehingga tanaman yang
tumbuh di daerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit sekali atau
tidak engandung iodium. Salah satu cara penanggulangan kekurangan iodium ialah
melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium. Fortifikasi garam dengan iodium sudah
diwajibkan di Indonesia.
Garam beryodium adalah garam natrium Clorida yang diproduksi melalui proses
Yodisasi yang memenuhi Standart Nasional indonesia (SNI), mengandung yodium antara
30-80 ppm untuk konsumsi manusia atau ternak, pengasinan, ikan dan bahan penolong
industri pangan kecuali untuk pemboran minyak, Chlor Alkali Plan (CAP) dan industri
kertas pulp (Depkes RI, 2000).
Selain makanan laut dan garam beryodium sumber pangan yang mengandung yodium
lain nya adalah susu sapi dan olahannya, telur, kentang, bayam, bawang, pisang, kacang
tanah, dan strawberry.

Anjuran asupan yodium setiap hari di dalam makanan menurut Arisman (2004) :
a) Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.

12
b) Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
c) Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
d) Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
e) Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui.

MANFAAT YODIUM
Yodium menjadi salah satu komponen penting dari hormon-hormon yang
dihasilkan kelenjar tiroid. Hormon-hormon ini sangat dibutuhkan oleh tubuh dan
membantu kontrol produksi energi serta fungsi-fungsi sel di seluruh jaringan tubuh
manusia. Komposisi yodium dalam kelenjar tiroid sangat presisi, tidak boleh lebih atau
kurang. Kelebihan atau kekurangan yodium dalam kelenjar tiroid bisa melambatkan
kerja tiroid dalam memproduksi hormon.
Penggunaan yodium selain untuk pencegahan dan perawatan penyakit gondok meliputi :
 Perawatan penyakit kulit yang disebabkan jamur
 Obat steril pembunuh kuman pada luka luar
 Mencegah kanker payudara
 Penyakit mata
 Diabetes
 Penyakit jantung
 Stroke
 Tablet pencegah radiasi (dalam kombinasi yodium potasium)
 Proses penjernihan air minum

2.3 CARA MENGUJI KANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM


A. Menguji Kandungan Yodium (Iodine) Secara Tradisional
- Kupas dan parut singkong yang masih segar.
- Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tersebut, tanpa dicampur air, ke dalam
tempat yang kering dan bersih.
- Kemudian tambahkan 4-6 sendok teh penuh (menggunung) garam yang hendak kita
uji.
- Lalu tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, kemudian biarkan
selama beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut
mengandung yodium.

13
B. Menguji Yodium (Iodine) Dengan Iodina Test
- Siapkan garam yang bertuliskan Garam Beryodium.
- Siapkan cairan uji Iodina.
- Ambil 1/2 sendok teh garam yang akan diuji tersebut dan letakkan di piring kering
dan bersih.
- Teteskan cairan uji Iodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut.
- Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna. Kalau garam tetap
berwarna putih, maka berarti garam tersebut tidak mengandung yodium (0 ppm).
- Namun apabila berubah menjadi ungu, maka berarti garam itu mengandung yodium
sesuai persyaratan (30 ppm).

2.4 PEDOMAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI MASYARAKAT


Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di Rumah Tangga meliputi beberapa
tahapan sebagai berikut :
1. Pemilihan Klaster
Pemilihan klaster dilakukan oleh Pengelola Program Gizi kabupaten/kota, dengan
langkah sebagai berikut:
a. Buat daftar seluruh desa yang ada di kabupaten/kota sesuai dengan daftar yang
ada di kabupaten/kota.
b. Beri nomor urut untuk desa yang sudah didaftar secara kumulatif. Contoh:
Misalnya Kecamatan A ada 10 desa, maka beri nomor urut desa 1-10.
Kecamatan B ada 15 desa beri nomor urut 11-25 dan seterusnya.
c. Hitung interval dengan cara membagi jumlah seluruh desa dengan 30 klaster.
Contoh: Di Kabupaten A ada 400 desa, jumlah klaster (desa) yang diperlukan
untuk sampel adalah 30. Maka, intervalnya adalah 400:30 = 13,3. Angka ini
digunakan untuk memilih desa sampel dengan cara meloncat sebanyak 13,3
desa.
d. Tentukan desa sebagai titik awal untuk memilih sampel desa secara acak dan
sistematis, dilakukan dengan cara:
i. Buatlah gulungan kertas yang diberi nomor sesuai dengan jumlah interval.
Dalam hal ini dari nomor 1 sampai nomor 13
ii. Masukkan ke dalam wadah, kemudian dikocok sampai keluar 1 gulungan
kertas (seperti pada undian)

14
iii. Nomor yang keluar adalah sebagai nomor desa awal dilanjutkan dengan
memilih desa-desa berikutnya. Contoh: Keluar nomor 7, berarti desa nomor
urut 7 menjadi desa pertama dalam sampel klaster
iv. Pilih desa berikutnya dengan cara menambahkan nomor awal (7) dengan
13,3 (interval) seperti berikut:
 Desa kedua adalah : desa nomor 7+13,3 = 20,3 dibulatkan menjadi desa
nomor urut 20
 Desa ketiga adalah : desa 20,3+13,3 = 33,6 dibulatkan menjadi 34
 Desa keempat adalah: desa 33,6+13,3 = 46,9 dibulatkan menjadi 47
 Desa kelima adalah: desa 46,9+13,3 = 60,2 dibulatkan menjadi 60
 Dan seterusnya sehingga didapat 30 desa yang diperlukan menjadi
sampel klaster
Catatan: cara pembulatan bila angka desimal 0,5 atau lebih dibulatkan
keatas, bila kurang dari 0,5 dibulatkan ke bawah.
e. Informasikan hasil penentuan klaster kepada TPG Puskesmas yang desanya
terpilih sebagai klaster. Contoh pemilihan desa sebagai klaster terpilih seperti
pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh Pemilihan Sampel Desa (Klaster)

No. Urut
Langkah Desa (Klaster)
Kecamatan Nama Desa Desa
ke Terpilih
(Klaster)
1. Sindang Sari
Sindang 1
Barang
Sindang Laya 2
Sindang Laut 3
Sindang Reret 4
Sindang Sari 5
Sindang Maju 6 30 Sindang Maju
Sindang Rame 7 1 Sindang Rame
Sindang Haur 8
2. Kuala
Kuala Hati 9
Kuala Sari 10
Kuala Barito 11
15
Kuala Hulu 12
Kuala Tani 13
Kuala Hilir 14

30.
Kriuk Sari 340 25 Kriuk Sari
Kriuk Wati 341
Kriuk Krupuk 342
Kriuk Djoko 343
Kriuk Titin 344
Kriuk Abas 345
Kriuk Itje 346
Kriuk Andry 347
Kriuk Basuki 348

38. Pawitan
Pawitan Kulon 393 29 Pawitan Kulon
Pawitan Pusat 394
Pawitan 395
Wetan
Pawitan Hilir 396
Pawitan 397
Tengah
Pawitan Timur 398
Pawitan Kaler 399
Pawitan Legi 400

2. Pemilihan Titik Pusat Klaster


Pemilihan titik pusat klaster dilakukan oleh TPG Puskesmas, dengan langkah
sebagai berikut:
a. Buat daftar titik pusat klaster di masing-masing desa yang terpilih pada butir
2.1 (Pemilihan Klaster) di atas. Titik pusat klaster dapat berupa: kantor RW,
kantor kelurahan, balai pengobatan, puskesmas, sekolah, tempat ibadah, dll.
Tempat-tempat seperti bandara, pelabuhan, stasiun, pasar, dll jangan dipilih
sebagai titik pusat klaster.
b. Beri nomor untuk setiap titik pusat klaster dari 1 sampai dengan nomor
sejumlah titik pusat klaster yang teridentifikasi, seperti pada contoh pada
Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Titik Pusat Klaster

16
Titik Pusat Klaster Nomor urut

Kantor RW 01 1
Kantor RW 02 2
Masjid Nurul Huda 3
Pura 4
Balai Pengobatan ”Melati” 5
Puskesmas Melati 6
SDN 01 Pagi 7
SMPN1 8
Gereja Santa Ursula 9

c. Penentuan titik pusat kluster dilakukan dengan cara :


 Buat gulungan kertas yang diberi nomor 1 sampai sejumlah titik pusat
klaster. Misalnya ada 9 titik pusat klaster, maka nomor yang dituliskan
pada gulungan kertas adalah nomor 1 sampai 9.
 Masukkan gulungan kertas tersebut ke dalam wadah, kemudian kocok
sampai keluar 1 gulungan kertas (seperti pada undian)
 Nomor yang keluar adalah sebagai nomor titik pusat klaster yang terpilih.
Contoh: Keluar nomor 5, berarti titik pusat klaster nomor 5 (Balai
Pengobatan ”Melati”) menjadi titik pusat untuk penentuan sampel rumah
tangga ( Lihat Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Penentuan Titik Pusat Klaster


Titik Pusat Klaster Nomor Keterangan
urut
Kantor RW 01 1
Kantor RW 02 2
Masjid Nurul Huda 3
Pura 4
Balai Pengobatan 5 Titik Pusat
”Melati” Klaster Terpilih
Puskesmas Melati 6
SDN 01 Pagi 7
SMPN1 8
Gereja Santa Ursula 9

3. Pemilihan 10 Sampel Rumah Tangga


Pemilihan 10 sampel rumah tangga dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

17
a. Tentukan rumah tangga sebagai sampel pertama, yaitu rumah yang berada di
depan titik pusat klaster terpilih.
b. Rumah tangga sampel kedua, dipilih dengan bergerak melingkar searah jarum
jam, sampai didapat 10 rumah (Gambar 1).
Gambar.1
Contoh Pengambilan 10 Sampel Rumah Tangga di Desa Sindang Maju

Desa Sindang Maju


8
9
7
10
1
6
TP 2

5
3
4

Keterangan:
TP adalah Titik Pusat Klaster terpilih di Desa Sindang Maju, yaitu Balai
Pengobatan “”Melati” yaitu nomor urut 5 pada daftar penentuan titik pusat
klaster

c. Jika kelompok rumah tangga berjajar mengikuti alur jalan atau sungai, maka
pengambilan sampel dimulai dari titik pusat klaster ke kanan sebanyak 5
(lima) rumah dan ke kiri sebanyak 5 (lima) rumah (lihat Gambar 2.).

Gambar 2.
Pengambilan 10 Sampel Rumah Tangga di Desa Kriuk Sari

Desa Kriuk Sari

Mengikuti alur jalan/sungai

Sungai …….

9
10 7 TP
1 2 4 5
3
8 6

18
4. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan cara wawancara, pengamatan dan pengujian garam
beryodium.
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada ibu rumah tangga atau yang mengetahui tentang
penggunaan garam sehari-hari di rumah tangga (pembantu rumah tangga,
nenek, anak atau bapak, kerabat). Wawancara meliputi identitas lokasi,
identitas rumah tangga dan pertanyaan terkait garam (Formulir 1).

b. Pengujian Garam:
 Petugas meminta izin kepada ibu untuk mengambil garam yang biasa
digunakan memasak sehari hari.
 Petugas mengambil ½ sendok teh garam setelah garam diaduk secara
merata
 Taruh garam di piring kecil (sebaiknya piring berwarna putih/bukan
transparan).
 Petugas meneteskan 2 – 3 tetes yodium tes pada garam
 Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada garam seperti pada
Tabel 4.

Tabel 4. Perubahan warna garam setelah ditetesi yodium tes


No Warna garam Artinya
.
1. Ungu Garam mengandung cukup yodium
2. Tidak berwarna Garam tidak mengandung yodium

c. Cara pengisian formulir:


Sebaiknya, sebelum mengisi Formulir 1 untuk pengumpulan data di setiap klaster,
dilakukan pemeriksaan terhadap garam terlebih dahulu. Cara pengisian Formuli 1
seperti pada Tabel 5 di bawah ini

Tabel 5. Cara pengisian Formulir 1


No Judul Kolom Cara Pengisian:
.

19
1 Kolom 1 Nomor Urut Diisi secara berurutan sesuai urutan
Rumah kunjungan dari nomor 1 s.d. 10 di
Tangga setiap klaster.

2 Kolom 2 Nama Ditulis nama responden yang


Responden diwawancara

3 Kolom 3 Status Isi hubungan dengan Kepala RT:


Responden  Isteri
 Pembantu
 Nenek
 Anak/Bapak
 Kerabat

4 Kolom 4, dan Hasil Contreng pada kolom yang sesuai


5 Pemeriksaan dengan hasil pengamatan test yodium,
Yodium bila :
dalam garam  Ungu, contreng kolom (4)
 Tidak berwarna, contreng kolom
(5)

5 Kolom 6, 7 Jenis garam  Garam bata, contreng kolom (6)


dan 8  Garam halus, contreng kolom (7)
 Garam krosok, contreng kolom (8)

6 Kolom 9, 10 Tempat  Botol, adalah tempat dari kaca,


dan 11 penyimpanan melamin atau botol plastik yang
garam tertutup, contreng kolom (9)
 Plastik adalah tempat yang terbuka
atau hanya bungkusnya, contreng
kolom (10)
 Lainnya adalah tempat
penyimpanan bukan botol atau
20
plastik, contreng kolom (11)

7 Kolom 12, 13 Lokasi  Atas/para-para, contreng kolom


dan 14 Penyimpanan (12)
 Di bawah/samping perapian
tungku/kompor, contreng kolom
(13)
 Lainnya, contreng kolom (14)

8 Kolom 15 Merek dagang Tulis sesuai dengan jawaban


responden atau hasil pengamatan.
Contoh Merk : Segi Tiga Biru, Kapal
layar, Kuda Terbang.
Ada merek, tulis merek
Tidak ada merek
Lupa

Jika ada lebih dari 1 merek, tulis yang


paling sering digunakan

9 Kolom 16, 17, Tempat Jika jawaban :


18 dan 19 membeli  Toko, contreng kolom (16)
 Warung, contreng kolom (17)
 Pasar, contreng (18)
 Pedagang keliling, contreng kolom
(19)

10 Kolom 20, 21 Rumah tangga  Contreng kolom 20 jika kolom 4


dan 22 ada ibu hamil. dicontreng;
 Contreng kolom 21 jika kolom 5
Kolom-kolom dicontreng
ini hanya diisi  Contreng kolom 22 jika kolom 6
bila ada ibu dicontreng.
hamil di
dalam rumah

21
tangga.

5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan oleh kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
a. Tingkat Kabupaten/Kota
 Pindahkan angka-angka dari Formulir 1 (pengisian data tingkat desa) yang
berada pada baris jumlah (baris terbawah), ke dalam Formulir tingkat
kabupaten (Formulir 2), mulai dari klaster nomor 1 sampai dengan klaster
nomor 30 sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 30 klaster.
 Jumlahkan tiap kolom (kecuali kolom ’merk’), dan isikan pada baris
jumlah paling bawah
 Lakukan perhitungan persentase sbb:
a) Rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium dan tidak
beryodium
b) Rumah tangga yang menggunakan garam bata, krosok dan garam
halus.
c) Rumah tangga yang menyimpan garam di botol, plastik dan lainnya
d) Rumah tangga yang menggunakan merek garam beryodium
e) Rumah tangga yang menggunakan merk garam beryodium tertentu
caranya sbb:
1. Buat daftar semua merk garam beryodium yang berbeda dari
jawaban yang diberikan responden
2. Lakukan tally untuk menghitung jumlah RT yang menggunakan
merk garam beryodium
3. Hitung persentase 10 merek garam beryodium yang paling banyak
digunakan
f) Rumah tangga yang meletakkan wadah garam di atas atau di bawah
para-para
g) Ibu hamil yang mengonsumsi garam yang tidak beryodium
 Hasil penjumlahan dari formulir tingkar desa (Formulir 1) salin ke
dalam Formulir 2 (Formulir rekapituilasi 30 klaster di tingkat
kabupaten/kota).

22
 Kirimkan Formulir 2 ke Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan
KIA Kemenkes RI dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
 Pengiriman dari kabupaten/kota dapat dilakukan melalui faximili , e-
mail dengan alamat:

Subdit Bina Kewaspadaan Gizi


Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Lt. 7 Blok A Kav. 4-9 , Jakarta Selatan 12950
Faximili : (021) 5210176
Email: info@gizi.net
cc: gizi_mikro@yahoo.co.id

2.5 MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan
surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga surveilans gizi di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan surveilans gizi dari
Puskesmas/Kecamatan, rumah sakit dan masyarakat/media kemudian melaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

2.5

FORMULIR SURVEI

23
BAB III

24
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
walaupun dalam jumlah yang relative kecil.  Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan
efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan.
Garam beryodium adalah garam yang telah diIodisasi sesuai dengan SNI dan
mengandung yodium sebanyak 30ppm untuk konsumsi manusia atau ternak dan industri
pangan.

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
25
Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Palembang :
Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi Di Kabupaten/Kota.
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-survailens-gizi-di-
kab_kota-2010.pdf diakses pada tanggal 17 september 2016
Kemenkes RI. 2011. Konsumsi Garam Beryodium untuk Semua.
http://gizi.depkes.go.id/konsumsi-garam-beryodium-untuk-semua diakses pada tanggal
10 september 2016
Kemenkes RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat.
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/bk%20rencana%20kerja%20gizi
%20FINAL.pdf diakses pada tanggal 17 september 2016
Kemenkes RI. 2015. Infodatin:Situasi dan Analisis Peyakit Tyroid.
www.depkes.go.id>infodatintyroid diakses pada tanggal 12 September 2016
Picauly, Intje. 2002. Iodium  dan  Gangguan  Akibat  Kekurangan  Iodium
(GAKI). http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/intje_picauly.htm di akses pada tanggal
12 September 2016

26

Anda mungkin juga menyukai