Anda di halaman 1dari 15

Makalah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi

MASALAH GIZI PADA BALITA (GAKY)


DAN MASALAH GIZI PADA REMJA (STUNTING)

Dosen Pembimbing
Dewita, SST, M.Keb

Disusun Oleh:
ALFI WARDAH NPM P00324222002
AURORA HUDA SABENA NPM P00324222006
SYAFINA ALDINI NPM P00324222007
SITI MUNAWARAH NPM P00324222041

TINGKAT 2
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN LANGSA
POLTEKKES KEMENKES ACEH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Gizi
Pada Balita (GAKI) dan Masalah Gizi Pada Remaja (Stunting)” tepat pada
waktunya. Makalah ini kami ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada buk Dewita, SST, M. Keb
sebagai dosen pengampu mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Langsa, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
.......................................................................................
.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Gaky Pada Balita..........................................................................................3
B. Stunting Pada Remaja..................................................................................9
BAB III. PENUTUP.............................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status kurang lebihnya gizi merupakan salah satu masalah masalah
yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
karena kondisi kurang lebihnya gizi dalam jangka lama dapat mempengaruhi
pertumbuhan balita, gangguan sistem imun, dan risiko terkena penyakit
infeksi meningkat serta risiko terjadinya kematian pada balita, contohnya
GAKY dan stunting.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan spektrum luas dari
gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental dengan
gambaran yang sangat bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh kembang
manusia akibat kekurangan yodium. Spektrum GAKY meluas pada semua
kelompok umur, mulai dari janin dalam kandungan, bayi neonatal, anak dan
remaja, kelompok dewasa termasuk Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil
dan menyusui, serta kelompok lanjut usia.
Stunting merupakan kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu,
ditandai dengan tubuh pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis.
Stunting banyak dijumpai pada remaja juga, karena banyak sekali remaja
yang kekurangan gizi atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan GAKY pada balita dan stunting pada
remaja?
2. Bagaimana prevalensi pada GAKY pada balita dan stunting pada
remaja?
3. Bagaimana penyebab GAKY pada balita dan stunting pada remaja?
4. Bagaimana Patofisiologi GAKY pada balita dan stunting pada remaja
5. Apa saja klasifikasi GAKY pada balita dan stunting pada remaja?
6. Apa tanda dan gejala GAKY pada balita dan stunting pada remaja?
7. Bagaimana pencegahan GAKY pada balita dan stunting pada remaja?
8. Bagaimana penanganan GAKY pada balita dan stunting pada remaja?
9. Apa saja kebutuhan gizi (AKG) GAKY pada balita dan stunting pada
remaja?
10. Bagaimana menu seimbang GAKY pada balita dan stunting pada
remaja?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan GAKY pada balita dan
stunting pada remaja;
2. Untuk mengetahui revalensi pada GAKY pada balita dan stunting pada
remaja;
3. Untuk mengetahui penyebab GAKY pada balita dan stunting pada
remaja;
4. Untuk mengetahui Patofisiologi GAKY pada balita dan stunting pada
remaja
5. Untuk mengetahui klasifikasi GAKY pada balita dan stunting pada
remaja;
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala GAKY pada balita dan stunting
pada remaja;
7. Untuk mengetahui pencegahan GAKY pada balita dan stunting pada
remaja;
8. Untuk mengetahui penanganan GAKY pada balita dan stunting pada
remaja;
9. Untuk mengetahui kebutuhan gizi (AKG) GAKY pada balita dan
stunting pada remaja;
10. Untuk mengetahui menu seimbang GAKY pada balita dan stunting
pada remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. GAKY Pada Balita


1. Definisi GAKY
Menurut Kemkes 2022, GAKY adalah Ketidakcukupan yodium
yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang akan
menghasilkan masalah kesehatan pada balita, yodium merupakan bahan
baku esensial sintesis hormon tiroid yang berperan dalam stabilitas
metabolisme dan fungsi organ tubuh. Yodium juga penting untuk
replikasi sel khususnya sel otak sejak dalam uterus hingga 2 tahun
pertama kehidupan.
2. Prevalensi GAKY
Menurut Kemkes 2020, DI Indonesia, hasil survei nasional tahun
1998, prevalensi GAKI yang diukur dengan indikator Total Goiter Rate
(TGR) anak sekolah adalah 9,8% dan meningkat menjadi 11,1% pada
tahun 2003. Survei nasional evaluasi GAKI pada tahun 2003
menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten adalah endemik ringan, 13,1%
kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat.
3. Penyebab GAKY
GAKY disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor konsumsi makanan sumber iodium, yaitu makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung yodium.
b. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
timbulnya kasus- kasus baru GAKI. Faktor lingkungan yang
terpenting adalah goitrogenik terutama kelompok thiosianat yang
terapat pada ubi kayu, jagung, rebung, ubi jalar dan buncis.
Konsumsi zat goitrogenik, akan menghambat penyerapan yodium
dalam tubuh. Konsumsi makanan yang mengandung goitrogenik
dalam frekuensi sering akan menyebabkan terjadinya GAKY.
c. Faktor kelebihan yodium, unsur kelumit dan status gizi pada
umumnya.
d. Faktor pengetahuan tentang garam yodium yaitu pengetahuan
mengenai pengertian, manfaat, cara penggunaan, cara
penyimpanan dan akibat kekurangan yodium.
e. Faktor genetik
(Endo Dardjito, 2010)
4. Patofisiologi GAKY
Menurut kemkes 2022, Yodium dari makanan mudah diserap
melalui usus dalam bentuk iodida. Dari sirkulasi, ia terkonsentrasi di
kelenjar tiroid melalui simporter natrium-iodida yang bergantung pada
energi. Dalam sel folikel kelenjar tiroid, 4 atom yodium dimasukkan ke
dalam setiap molekul tiroksin (T4) dan 3 atom ke dalam setiap molekul
triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini penting untuk
perkembangan saraf, perkembangan dan pertumbuhan serta untuk
mengatur laju metabolisme, panas tubuh, dan energi.
Ketika asupan yodium dari makanan tidak mencukupi untuk
sintesis hormon tiroid, kadar T4 serum awalnya turun dan sejumlah
proses terjadi untuk mengembalikan produksi hormon tiroid yang
memadai. Kelenjar pituitari merasakan rendahnya tingkat sirkulasi T4
dan melepaskan lebih banyak hormon perangsang tiroid (TSH). TSH
merangsang pertumbuhan dan aktivitas metabolisme sel folikel tiroid.
TSH merangsang setiap sel untuk meningkatkan pengambilan yodium
serta sintesis dan sekresi hormon tiroid. Peningkatan kadar TSH dan
penurunan simpanan yodium dalam tiroid menyebabkan peningkatan
produksi T3 dibandingkan produksi T4 . T 3 20-100 kali lebih aktif
secara biologis dibandingkan T 4 dan membutuhkan lebih sedikit atom
yodium untuk biosintesis. Peningkatan produksi T3 menghasilkan
pemeliharaan tingkat normal bioaktivitas hormon tiroid meskipun
terjadi penurunan T4 karena kekurangan yodium.
Proses ini cenderung menghemat simpanan yodium dan
membantu menjaga fungsi tiroid normal. Selain itu, hormon tiroid
mengalami deiodinasi di hati, dan yodium dilepaskan kembali ke
sirkulasi untuk diambil kembali dan digunakan kembali oleh kelenjar
tiroid. Bahkan dalam keadaan seperti ini, yodium hilang secara pasif
melalui urin, dengan tambahan kehilangan kecil (10%) dari sekresi
empedu ke dalam usus.
5. Klasifikasi GAKY
Terdapat daerah endemik GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium) adalah penduduknya mengalami pembesaran gondok, dengan
klasifikasi sebagai berikut : berat TGR ≥ 30%, sedang TGR 20-29,9%,
ringan TGR 5- 19,9%, non-endemik < 5% (esaunggul.com).
Menurut kemkes 2022, keparahan GAKY dikaji berdasar kan
klasifikasi .secara umum gondok pada balita yang terlihat akan lebih
mudah dipastikan gondok yang baru teraba .hasil pengamatan di tanazia
membuktikan bahwa ukuran tiroid hasil perabaan ternyata lebih
(terlalu) besar. Namun demikian angka kejadian gondok pada balita
42.2%.
6. Tanda Dan Gejala GAKY
Adapun tanda dan gejala GAKY pada balita menurut
alodokter.com adalah sebagai berikut:
a. Benjolan di leher
b. Rambut rontok
c. Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas
d. Cepat kelelahan atau jarang bermain
e. Merasa kedinginan
f. Kulit menjadi kering dan pecah-pecah
g. Gangguan irama jantung
7. Pencegahan GAKY
Dalam menyelesaikan masalah GAKY, selama ini pemerintah
telah melaksanakan berbagai program penanggulangan. Pemerintah
mendistribusikan kapsul yodium bagi wanita usia subur dan anak
sekolah di daerah endemik GAKY sebagai wujud implementasi
program jangka pendek. Program penanggulangan GAKY jangka
panjang ditempuh dengan fortifikasi garam konsumsi, dimana program
ini disebut program iodisasi garam dan garam yang sudah difortifikasi
disebut garam beryodium. Garam merupakan media paling baik untuk
mengikat yodium dan garam merupakan bahan makanan yang
dikonsumsi semua orang setiap hari sehingga menjamin masukan
yodium sesuai dengan yang diharapkan.
Garam beryodium merupakan salah satu bentuk pencegahan
defisiensi yodium yang mudah diterapkan. Namun perlu diperhatikan
penggunaannya untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari garam
beryodium. Penggunaan yang dianjurkan yaitu untuk menambahkan
garam meja beryodium setelah memasak untuk mencegah kehilangan
akibat suhu panas, serta menyimpan dalam ruangan tertutup, suhu
ruangan, dan jauh dari sinar matahari. Perhatikan juga konsumsi
seimbang makanan beryodium dan bahan pangan penghambat
penyerapan Yodium seperti singkong. Penggunaan dan konsumsi yang
baik dan benar diharapkan dapat mencegah terjadinya defisiensi yodium
(Kemenkes, 2022).
8. Penanganan GAKY
Penanganan GAKY dapat dilakukan dengan cara pemberian
suplemen yodium sesuai kebutuhan yang dianjurkan dan secara
kontinu. Penganekaragaman makanan berperan dalam memenuhi
kebutuhan yodium dan memperbaiki gangguan yang disebabkan
kurangnya yodium. Memperbanyak makanan berupa ikan laut dan
rumput laut yang mengandung kaya yodium, sayur dan sereal yang
diproduksi dari tanah dengan yodium cukup serta unggas, daging dan
susu yang hidup di tanah yang cukup yodium dan asupan kaya yodium
(Afifah Aulia, 2022)
9. Kebutuhan Gizi (AKG) pada GAKY
AKG yang cukup pada GAKY, perbanyak makan makanan
yang banyak mengandum yidium, seperti umput laut, ikan kod dan
tuna, susu dan produk-produknya, telur, Udang, daging ayam dan sapi
dan makanan lainnya.
10. Menu seimbang
Zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak, serat) maupun zat
gizi mikro (vitamin C, magnesium, zat besi/Fe, mangan, zink). Dapat di
tingkatkan asupan 3 zat gizi makro dari 5 termasuk dalam kategori
cukup (energi 55,7%; karbohidrat 38,6%; lemak 38,6%). Sedangkan
untuk asupan protein sebanyak 62,50% subjek dan serat sebanyak
98,90% subjek termasuk dalam kategori kurang. Penggolongan asupan
subjek mengacu pada angka kecukupan gizi (AKG), asupan dalam
kategori kurang jika 110% dari AKG maka termasuk kategori berlebih
(Teddi wahyu, dtt 2021).

B. Stunting Pada Remaja


1. Definisi Stunting
Menurut Kemkes 2023, stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari
pertama kehidupan. Stunting pada remaja terjadi karena masalah gizi
saat balita atau pra-sekolah. Malnutrisi yang terjadi pada masa balita
yang mengindikasikan stunting, akan berakibat pada pertumbuhan dan
perkembangan remaja terhambat.
2. Prevalensia Stunting
Menurut kemkes 2021, prevalensi Stunting yang cukup tinggi
juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Pal et al (2017) di
India bahwa prevalensi Stunting pada remaja adalah 53,57%, kemudian
penelitian Maehera et al (2019) di Indonesia prevalensi Stunting adalah
46% pada remaja (medianeliti.com)
3. Penyebab Stunting
Ada beberapa macam penyebab terjadinya stunting pada remaja,
antara lain sebagai berikut:
a. Kurang Gizi dalam Waktu Lama
b. Pola Makan
c. Anemia
Stunting disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi
selama kandungan maupun masa balita. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, serta masa
nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti pelayanan antenatal,
pelayanan postnatal dan rendahnya akses makanan bergizi, rendahnya
akses sanitasi dan air bersih juga merupakan penyebab stunting.
4. Patofisiologi Stunting
Patofisiologi stunting pada remaja merupakan bentuk kegagalan
pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang
berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan
ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up
growth) yang memadai.
5. Tanda dan Gejala Stunting
Adapun tanda dan gejala stunting yang timbul pada remaja adalah
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan tulang yang tertunda
b. Berat badan rendah apabila dibandingkan dengan remaja
seusianya
c. Berbadan lebih pendek dari remaja seusianya
d. Proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih
muda/kecil untuk seusianya
e. Lemas, sering pingsan
(Kemkes, 2023)
6. Pencegahan Stunting
Pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Remaja dapat melakukan pencegahan dengan mengkonsumsi tablet
tambah darah (TTD) sebanyak 1 tablet per minggu, melakukan aktivitas
fisik minimal 30 menit sehari serta menerapkan pola makan sesuai
pedoman gizi seimbang. Olahraga aktivitas fisik secara rutin
(halodoc.com).
7. Penanganan Stunting
Salah satu langkah awal cegah stunting adalah memastikan
kebutuhan nutrisi harianmu terpenuhi. Tidak salah untuk diet, asalkan
diet yang benar. Pada dasarnya, diet bukan tidak makan, tapi mengatur
pola makan. Untuk itu agar langsing, namun sehat, GenBest harus tetap
konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
8. Kebutuhan Gizi (AKG)
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada remaja
sebesar 32%, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Bahkan,
Data SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada
rematri (usia 10-19 tahun) sebesar 30%. Rematri yang menderita
anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko melahirkan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) dan stunting.
Asupan total zat besi pada anak perempuan usia 10–12 tahun
yang menderita anemia hanya sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah
daripada kebutuhan perhari sebesar 20 mg/hari sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) 2013 (indonesiabaik.id).
9. Menu Seimbang
Adapun menu seimbang pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Sarapan: satu mangkuk sereal gandum yang diberi susu dan
pisang.
b. Makan siang: roti lapis isi daging, keju, dan tomat.
c. Makanan selingan: 3 potong roti panggang ditambah ¼ mangkuk
selai buah dan 40 gram buah-buahan kering.
d. Makan malam: sepiring nasi, ayam panggang, dan tumis sayuran.
(gooddoctor.co.id).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Kemkes 2022, GAKY adalah Ketidakcukupan yodium yang
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang akan menghasilkan
masalah kesehatan pada balita, yodium merupakan bahan baku esensial
sintesis hormon tiroid yang berperan dalam stabilitas metabolisme dan fungsi
organ tubuh. Yodium juga penting untuk replikasi sel khususnya sel otak
sejak dalam uterus hingga 2 tahun pertama kehidupan.
Garam beryodium merupakan salah satu bentuk pencegahan defisiensi
yodium yang mudah diterapkan. Namun perlu diperhatikan penggunaannya
untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari garam beryodium.
Penggunaan yang dianjurkan yaitu untuk menambahkan garam meja
beryodium setelah memasak untuk mencegah kehilangan akibat suhu panas,
serta menyimpan dalam ruangan tertutup, suhu ruangan, dan jauh dari sinar
matahari. Perhatikan juga konsumsi seimbang makanan beryodium dan bahan
pangan penghambat penyerapan Yodium seperti singkong. Penggunaan dan
konsumsi yang baik dan benar diharapkan dapat mencegah terjadinya
defisiensi yodium (Kemenkes, 2022).
Menurut Kemkes 2023, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama
kehidupan. Stunting pada remaja terjadi karena masalah gizi saat balita atau
pra-sekolah. Malnutrisi yang terjadi pada masa balita yang mengindikasikan
stunting, akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan remaja
terhambat.
Pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Remaja
dapat melakukan pencegahan dengan mengkonsumsi tablet tambah darah
(TTD) sebanyak 1 tablet per minggu, melakukan aktivitas fisik minimal 30
menit sehari serta menerapkan pola makan sesuai pedoman gizi seimbang.
Olahraga aktivitas fisik secara rutin (halodoc.com).
B. Saran
1. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi sumber referensi, sumber bahan
bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan GAKY
pada balita dan stunting pada remaja.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanaan
GAKY pada balita dan stunting pada remaja dan mahasiswa mampu
menganalisa keadaan pada remaja dan balita jika mengalami GAKY
atau stunting dan mengerti Tindakan segera yang harus dilakukan.
3. Bagi Masyarakat / Klien
Klien dapat menerima pelayanan Kesehatan yang memuaskan
dari tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai