Di Susun Oleh :
(KHAIRUDDIN, SKM,M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji syukurkami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan hasil pelaksanaan Praktek Belajar
Didalam penyelesaian laporan ini kami banyak mendapatkan arahan dan bimbingan
baik moral maupun material dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu kami dalam penulisan laporan ini.
2. Para Dosen dan Staf Akademik STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam.
3. Ibu Ayu Wulandari, SKM dan Ibu Maulina Iriyanti, SKMsebagai dosen
pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing kami
dalam Praktek Belajar Lapangan (PBL) III dan penulisan laporan ini.
4. Bapak Kepala Desa Jongok Meluem beserta ibu yang telah memberikan fasilitas
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bila mana keempat faktor
tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu
faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat
(sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehatan, baik secara
Masalah sanitasi dasar (air bersih (sumur bor/PDAM), akses fasilitas sanitasi,
perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan hak
dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hak berpendapat, hak
mendapatkan pengobatan gratis, vaksinasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi menjadi
Menurut WHO, lebih dari 2,6 miliar orang pada wilayah pedesaan dan
perkotaan tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar (Anonimous, 2008). Hampir
70% masyarakat masih menggunakan sumur bor, dan belum mendapatkan air bersih
dalam hal akses sanitasi, dimana posisinya berada dibawah filiphina dan kamboja.
memiliki atau bersama, penampungan air (bak) jenis persegi empat dan tidak terlalu
besar dan pembuangan akhir limbah tidak boleh langsung ke dasar tanah hars
melalui tangki septictangatau SPAL) sehingga air bisa d gunakan kembali setelah
dilakukan penyaringan. Provinsi sebesar 55,53%, dan akses terhadap fasilitas sanitasi
tidak layak sebesar 44,47%. Provinsi paling tinggi akses terhadap fasilitas tidak
layak adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (74,65%) dan terendah di DKI Jakarta
(17,17%). Sementara itu, menurut kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas sanitasi
layak diperkotaan hampir dua kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di pedesaan
(38,55%). Sedangkan akses terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang tidak layak
Air Bersih (sumur bor) adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk
Air Bersih (PDAM), sudah dipastikan mereka itu memanfaatkan sungai, sumur,
kolam atau tempat lainnya untuk mendapatkan Air Bersih. Dengan masih adanya
masyarakat disuatu wilayah yang belum mendapatkan Air Bersih, maka wilayah
cacingan, kolera (muntaber), diare, tifus, disentri scistosomiasis dan masih banyak
sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar persentase yang belum
mendapatkan sumber Air Bersih dari PDAM maka ancaman penyakit itu makin
tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang
bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat. Semua orang akan
Air Bersih banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya Air
tidak memiliki dan menggunakan sumber Air Bersih adalah tidak mempunyai biaya
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
penggunaanjamban.
C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
ilmu yang telah dipelajari di kampus dengan membandingkan teori yang didapat
dengan kenyataan dilapangan pada saat Praktek Belajar Lapangan (PBL) III.
2. Bagi masyarakat
kita untuk membuat lingkungan mereka tinggal tetap bersih, nyaman dan
terhindar dari serangan penyakit dengan melakukan perilaku yang baik dan benar
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
Provinsi : NAD
Kabupaten Aceh Tengah yang berjarak 0,2 Km dari pusat Kecamatan. Luas
wilayah Kampung Jongok Meluem 350 Ha, yang terbagi kedalam 3 dusun yaitu
dusun Meluem, dusun Blok, dusun Ayangan, dengan jumlah penduduk ± 932
b) Sebelah Selatan : Kampung Lot Kala, Bukit, Gunung Balohen, Kute Lot.
2. Data Khusus
a. Data Kultural
1. Keadaan Penduduk
Tabel 2.1
Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah
Jumlah Penduduk
No Dusun
L Persentase P Persentase L + P Persentase
1 Meluem 256 57,27 297 61,24 553 59,34
2 Blok 88 19,69 102 21,03 190 20,39
3 Ayangan 103 23,04 86 17,73 189 20,27
Jumlah 447 100% 485 100% 932 100%
Sumber : Data DesaJongok Meluem
Dari Tabel 2.1 diatas frekuensi Jumlah Penduduk di Desa Jongok Meluem
Tabel 2.2
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Kelompok umur
0> >1 - >5 - >7 - >15 -
No Kampung Jumlah
12 <5 <7 <15 <56 >56
Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Jongok
1 60 47 123 190 356 156 932
Meluem
Sumber : Data DesaJongok Meluem
Dari Tabel 2.2 diatas frekuensi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di
simpulkan bahwa penduduk terbesar yaitu pada umur>15 - <56 tahun jumlah
Tabel 2.3
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
dapat di simpulkan bahwa jenjang Pendidikan tertinggi yaitu tamat SLTA/ Sederajat
Tabel 2.4
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari tabel 2.4 diatas distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan
simpulkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi yaitu Petani dengan persentase 62,72 %
sebagian besar suku Gayo. Sehingga adat istiadat, kebudayaan dan kebiasaan
masih sangat kental seperti misalnya masih adanya Ta’ziah, Maulid Nabi,
Isra’ Mikrat, Nujulul Qur’an, Tahun Baru Islam, dan Gotong Royong.
Tabel 2.5
Kegiatan Sosial Masyarakat di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan KabupatenAceh Tengah
Dari Tabel 2.5 diatas distribusi Jenis Kegiatan Sosial Masyarakat di Desa
terpenuhi.
b. Data Kesehatan
1. Promosi Kesehatan
yang meliputi :
Tabel 2.6
Jenis Ketenagaan yang ada di Masyarakat
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aeh Tengah
Dari Tabel 2.6 diatas distribusi Jenis Ketenagaan di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah yaitu Kader dengan jumlah 5 (lima)
desa.
Tabel 2.7
Jenis Sarana yang ada di Masyarakat
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
KabupatenAceh Tengah
Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam
kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
B. Tabulasi Data
Tabel 2.8
Distribusi Frekuensi Sumber Air Bersih Desa
Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
KabupatenAceh Tengah
Dari tabel 2.8 distribusi frekuensi sumber air bersih di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat disimpulkan bahwa sumber air
bersih tetinggi d desa Jongok Meluem berasal dari Sumur Gali dengan persentase
55,17%.
Tabel 2.9
Distribusi Frekuensi Kecukupan Sumber Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari Tabel 2.9 distribusi frekuensi kecukupan Sumber Air di Jongok Meluem
Tabel 2.10
Distribusi frekuensi Ketersediaan Jamban Rumah Tangga
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari Tabel 2.11 diatas distribusi frekuensi jamban yang di miliki Masyarakat di
Desa Jongok Meluem dengan jenis jamban Leher Angsa dengan persentase tertinggi
yaitu 75,86%.
Tabel 2.12
Distribusi Frekuensi Sarana Tempat Pembuangan Air Limbah di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari Tabel 2.12 diatas distribusi frekuensi tempat pembuangan air limbah di
Dari tabel 2.13 distribusi frekuensi cara penanganan sampah di desa Jongok
Meluem dapat disimpulkan bahwa masyarakat di desa Jongok Meluem sebagian besar
persentase64,65%.
Tabel 2.14
Distribusi Frekuensi Penyakit yang dialami 3 (Tiga) bulan yang lalu
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari tabel 2.14 di atas distribusi penyakit yang di alami 3 (tiga) bulan
kebelakang di Desa Jongok Meluem Kec. Kebayakan Kab. Aceh Tengah penyakit
Dari tabel 2.15 diatas distribusi fasilitas untuk berobat di Desa Jongok Meluem
Kecanatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dengan fasilitas berobat tertinggi yaitu
Tabel 2.16
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pekarangan Warga
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari tabel 2.16 diatas distribusi pekarangan di Desa Jongok Meluem Kecamatan
Dari tabel 2.17 diatas distribusi frekuensi penggunaan pekarangan warga di desa
Tabel 2.18
Distribusi Frekuensi Memenuhi Kebutuhan Gizi Keluarga
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah
Dari tabel 2.18 di atas distribusi frekuensi memenuhi Gizi kelurga di desa
Jongok Meluem dengan wawancara sebagian besar dengan makan tiga (3) kali sehari.
C. Penentuan Masalah
Dari hasil tabulasi yang dilakukan dan pada Musyawarah Masyarakat Desa II yang
kesehatan.
5. Jamban
Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa II kami mahasiswa PBL III memaparkan
prioritas masalah kepada warga Desa Jongok Meluem yang segera di tangani adalah :
pengairan desa.
cara penggunaan air bersih yang benar didalam pengolahan makanan sehari-
hari.
E. Perencanaan
Dari permasalahan di atas maka dapat dilakukan upaya dalam rangka meningkatkan
Hasil Musyawarah Masyarakat Desa III yang kami paparkan adalah penyelesaian
masalah yang kami dapatkan selama kegiatan di Desa Jongok Meluem ini, antara lain :
2. Memberikan saran dan masukan kepada aparat Desa Jongok Meluem untuk
pola hidup sehat dan pola makan sehat pada warga, sehingga warga tersebut
KEGIATAN TAMBAHAN
Komunitas di Desa Jongok Meluem yakni memberikan penyuluhan pada UKS tentang
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pengetahuan tentang cara Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) dengan baik dan benar pada anak SD Negeri 1 Kebayakan.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
kesehatan di masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan
oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan
kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta
dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Tatanan Sekolah;
c. Tempat Umum;
e. Fasilitas Kesehatan.
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang salah satunya adalah mencuci
tangan pakai sabun dengan baik dan benar yakni menggunakan air yang
mengalir sebagai salah satu upaya tindakan pencegahan penyakit menular pada
perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Perilaku sehat dan
pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebeb penurunan tajam angka kematian dari
penyakit menular yang terjadi pada negara-negara kaya (maju) pada akhir abad
19 ini. Hal ini dilakuakan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang
mencukupi.
2. Tujuan
terus menerus dan dapat menurunkan angka kesakitan atau tidak masuk ke
sekolah karena sakit, sehingga potensi kualitas belajar labih fokus. Anak usia
Tangan yang Baik dan Benar sudah direkomendasikan oleh PBB dan Public
Salah satu tujuan dari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah penurunan
angka kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5.000 anak balita penderita
diare meninggal setiap harinya diseluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya
akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderita
dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit dapat dikurangi dengan
yang menurut penelitian dapat mengurangi angka kematian yang terkait dengan
penyakit diare hingga hampir 50%. Disamping itu juga dimaksudkan sebagai
anak perempuan disekolah saat mereka memasuki masa puber, karena tidak
adanya fasilitas kesehatan yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi
dunia dilihat dari segi kesehatan, kelangsungan hidup, dan rasa penghargaan
terhadap diri mereka. Penyediaan air bersih dan perilaku sanitasi yang baik
disekolah juga menjadi salah satu cara untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Hanya membutuhkan sabun dan air mengalir. Air mengalir tidak harus dari
keran, bisa juga mengalir dari sebuah wadah berupa gayung, botol, kaleng,
ember tinggi, gentong atau jerigen. Untuk penggunaan jenis sabun dapat
menggunakan semua jenis sabun karena semua sebenarnya cukup efektif dalam
maka CTPS perlu dilakukan dengan cara yang baik dan benar, langkah-
d. Bilas kembali dengan air yang mengalir sampai bersih hingga tangan terasa
f. Keringkan dengan kain bersih baru dicuci, tissue atau kibas-kibas diudara.
insiden diare hingga 42-47%. Perilaku CTPS juga dikatakan dapat menurunkan
transmisi ISPA hingga lebih dari 30% ini diperoleh kajian yang dilakukan oleh
Rabie dan Curtis (2005). Di lain pihak, Unicef menyatakan bahwa CTPS dapat
menurunkan 50% insident flu burung. Praktek CTPS juga dapat mencegah
menular.
6. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang ditetapakan pada
tanggal 15 Oktober
Melalui ini masyarakat juga diberikan kesempatan untuk merasakan sensasi rasa
antara sebelum cuci tangan pakai sabun dan setelah pakai sabun, dan yang
nyawa anak dan balita dapat dicegah. Melalui HCTPS ini juga dapat mengajak
sulit sekalipun, perilaku CTPS tetap dapat dilaksanakan dengan mudah dan
bersama kita raih hidup sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
DI SD NEGERI 1 KEBAYAKAN
mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar pada hari Kamis, 07 september
1. Evaluasi Struktur
Materi yang disampaikan pada saat penyuluhan sesuai dengan susun materi yang
Media yang digunakan adalah sabun, ember, air, serbet, sapu lidi, sapu ijuk
dan penatalaksaan cara mencuci tangan yang baik dan benar. Kalimat yang
menilai media dan alat yang dugunakan sudah cukup memadai dan sesuai
menyebar di antara para murid. Masalah yang di temui adalah sulitnya mengatur
anak-anak untuk tertib dan teratur, anak-anak ingin berada paling depan
2. Evaluasi proses
d. Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu yang telah dibuat.
pukul 09.00 Wib dan berlangsung selama 30 menit. Waktu yang direncanakan
lapangan sekolah dan penyuluhan dibuka oleh ketua kelompok yang berperan
sebagai moderator.
e. Peserta penyuluh mengikuti dengan aktif dan antusias menjawab pertanyaan dari
para pemateri.
mencoba cara mencuci tangan dengan baik dan benar setelah melihat peraggan.
3. Evaluasi hasil
diberikan. Evaluasi dilakukan dengan cara mengulangi pertanyaan dari materi yang
untuk melakukan demonstrasi cuci tangan yang baik dan benar secara sendiri-sendiri.
PRE PLANNING PROGRAM GOTONG ROYONG
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia
dan masa depan bangsa adalah kesehatan yang merupakan hak setiap manusia
(Depkes RI, 2005). Kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
dan pemukiman. Berdasarkan data yang diperoleh di desa Jongok Meluem tidak
begitu banyak sampah yang menyebar di jalanan atau di got-got, tetapi di Desa
Jongok Meluem permasalahnnya adalah air sumur yang tidak memenuhi syarat.
Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah bersama masyarakat di
Desa Jongok Meluem membuat kesepakatan bersama dalam acara kerja bakti dalam
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
2. Sasaran
3. Metode
4. Alat-alat
a. Sapu lidi
b. Cangkul
c. Parang
d. Sabit
e. Angkong
Hari : Kamis
Persiapan
a. Penanggung Jawab
b. Observer
E. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Kegiatan
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
A. Pendahuluan
penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad 20, penyakit jantung dan
pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara
kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%.
Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko
hiperkolesterollemia dan diabetes melitus. Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban
dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap.
Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung dan Pembuluh Darah. Harapan Kita
Jakarta. Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa
merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap 7
kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak
dan ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui
hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik
(Ruhyana. 2007).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana sistoliknya diatas 140 mmHg
dan tekanan darah diatoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka
sendiri mengetahui. Hipertensi dikenal sabagai pembunuh dalam selimut dan lain-lain.
Gejalanya hampir tidak terasa, sehingga penderita merasa tidak perlu datang ke dokter
(Bangun. 2008).
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Pelaksana Kegiatan
1. Sasaran
Tengah.
2. Metode
D. Evaluasi
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Arif Mansjoer,
2001). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana sistoliknya diatas 140
mmHg. Pada poplasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160
mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002). Hipertensi
adalah salah satu penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri
Gejalanya hampir tidak terasa, sehingga penderita merasa tidak perlu datang ke dokter
(Bangun. 2008).
B. Etiologi
susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam sintesisna, peningkatan
Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor resiko seperti obesitas, alkohol dan merokok.
a. Hipertensi Primer
Adalah penyakit darah tinggi yang tidak langsung disebabkan oleh penyebab
yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana atau menurut istilah awam adalah
hipertensi yang penyababnya tidak atau belum diketahui. Mareka yang menderita
b. Hipertensi Sekunder
hipertensi sekunder sebagai akibat dan suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan
seseorang.
c. Manifestasi Klinik
a. Tekanan darah normal, apabila sistolik kurang atau sama dengan 140 dan
b. Tekanan darah pembatas, apabila sistolik 141 – 149 dan diastolik 91 -94
mmHg.
c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi apabila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolic lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan The Sixth Report of The Join National Comite
Judul Penyuluhan :
2. Identifikasi Masalah
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit,
tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan fisiologik yang terjadi
adalah perubahan haemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel – sel
kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb
paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan 30 minggu. Pada
trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah
mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada pemeriksaan pertama. (Sarwono.2009)
Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap
kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan yang hati-
Pajangan Bantul, persentase insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2012 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 40% (persentase insidensi ibu hamil
dengan anemia tahun 2011 sebanyak 30%, tahun 2010 sebanyak 20%). Data menunjukan
bahwa ibu hamil yang mengalami anemia di daerah tersebut rata – rata adalah ibu hamil
yang bekerja di luar rumah dan kondisi sosial ekonominya cenderung tinggi. Letak geografis
di daerah tersebut juga tergolong dekat dengan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Bidan
Praktik Swasta, Posyandu. Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah
kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada kehamilan dan ibu hamil cenderung
tidak memperdulikan pentingnya tablet fe yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan
karena ibu hamil di daerah tersebut menganggap bahwa tablet fe hanya membuat merasa
mual jika diminum dan anggapan tersebut telah menjadi budaya pada ibu hamil di daerah
tersebut.
3. Pengantar
(20 menit)
4. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta dapat menambah pengetahuan tentang anemia.
B. Tujuan Khusus
anemia di Dusun Kalak Ijo Guwosari Pajangan Bantul dapat mengetahui tentang :
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Power Point
3. Laptop
4. LCD
F. Kegiatan Pembelajaran
memperhatikan
a. Menyampaikan materi tentang
ibu hamil
dengan anemia
c. Menjelaskan Macam-macam
penyebabnya
ibu hamil
10. Evaluasi
Pertanyaan lisan :
1. Apa yang dimaksud dengan anemia dan anemia pada ibu hamil ?
2. Apa saja ciri-ciri ibu hamil dengan anemia ?
A. Pengertian
Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah normal
(normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%). Pada wanita hamil dikatakan anemia apabila kadar
Hb nya di bawah 11 gr % dan anemia berat jika Hb dibawah 8 gr%. Cara mengetahui secara
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-ciri
dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah. Ciri-ciri
b. Lemah
c. Letih
d. Lesu
e. Lunglai
f. Nafas terengah-engah
g. Nyeri dada
h. Ikterus
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi
dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran
darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi
pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada
kehamilan berikutnya.
Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi (Scholl, 1998). Pada
gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya
rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin
ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg
jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara
jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan
diatas dikompensasi oleh penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi
besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua, maka
Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar,
kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut
dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh
berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat
Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi
sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan,
anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan
mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan dan
umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum
apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang
tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang
hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan
perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam,
terapi besi selama setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu
dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan
neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan
eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis,
endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah
secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal
kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan
keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan
meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan
pielonfritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat
Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu penyulit
trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (Marsh dll, 1999).
Pada sekitar sepertiga kasus, anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim,
yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini
diperantarai oleh proses imunologis (Young dan Maciejewski, 1999). Pada penyakit yang
parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen,
a. Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel
b. Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan dapat beserta
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun,
pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang
kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12
karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang
pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin
dijumapai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah
penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadar
yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)
intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak
memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada
alasan untuk menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran
bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara
bersamaan mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak
diobati).
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai
dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit
sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang
bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,
ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke
organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin
kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk
bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang
darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah
merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh
darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan
a. Abortus
e. Syok
g. Payah jantung
k. Kematian janin
l. Kematian ibu
suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada
minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1
tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah
persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia perlu diberi zat besi dan asam folat
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan yang
makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung)
ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah
organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan
oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat terhindar dari.
1. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa mual
2. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jus jeruk
3. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapat
Waktu : 45 menit
1. I. LATAR BELAKANG
demikian, penyakit cacingan ini masih sering dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh
merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.
Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Melihat berbagai akibat
yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja cacingan dapat dikategorikan sebagai salah
satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang
serius. Hal ini terutama karena sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau balita,
yang masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, keadaan lingkungan dan kebersihan
perseorangan juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Berkaitan dengan hal itu,
diperlukan suatu upaya bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini.
Dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai
penyakit cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang serius, diharapkan dapat
menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya bagi balita atau anak – anak. Cacing
yang sering menyerang manusia adalah cacing kremi, cacing tambang, dan cacing gelang.
Banyaknya penyakit cacingan juga dapat menunjukkan keadaan sosial yang buruk.
4. Perjalanan cacing
1. V. METODE
1. VI. MEDIA
4. Menjelaskan tujuan
5. Apersepsi
2. Penyebab terjadinya
penyakit cacingan
3. Akibat penyakit
cacingan
4. Perjalanan cacing
5. Gejala penyakit
cacingan
6. Pengobatan penyakit
cacingan
7. Pencegahan penyakit
cacingan
4. Penutup 5 menit
1. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
2. Memberikan salam
menyimpulkan
4. Membalas salam
45 menit
1. VIII. PENGORGANISASIAN
Setting tempat : Gedung Narigraha
Bentuk lisan :
MATERI
PENYAKIT CACINGAN
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat
ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup
setelah telur) cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan
masuk ke dalam tubuh manusia. Larva (masa hidup setelah telur) cacing yang masuk ke
dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang sering menyerang
tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang dan cacing kremi.
– Kebersihan lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air
besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya
bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar
(menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut
manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap
tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia
tetap saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat
interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan
masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang – orang selalu
menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi.
Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di
seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang
yang tinggal serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi
naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya
telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama
debu, telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di
pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak
yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah
yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan
air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang
mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku
lalu masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori – pori tubuh. Selain melalui
makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui
kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau
telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada kasus-
kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara
signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas ekonomi dan
pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya
daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari
pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan kemampuan mental). Dalam
perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.
Perjalanan Cacing
Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk dari cacing
– caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang berukuran 20 hingga 40
centimeter, cacing betina mampu bertelur 200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang
adalah otak, hati, dan usus buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur
5.000 butir sehari dan senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi
cacing ini akan kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang
berukuran 1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap
darah.
– Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan berukuran
10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus,
cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang
dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi
tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila
tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus
dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui
dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan
broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk,
kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi
cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan
– Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus
halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 –
10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-
kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada
sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar
bersama tinja, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit,
larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh
darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan
masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform
– Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang
jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya
masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja,
telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah
yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh
manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus
sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens
dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap
Gejala Umum
Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah, muka pucat,
serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik yang tidak jelas dan
berulang,
Gejala Khusus
– Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare,
akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami
kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk
– Cacing Cambuk
usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat
dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan
– Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui
kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita.
Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
– Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah
dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan
gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang
tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan
Pengobatan
Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun,
anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan
cacing.
Pencegahan
2. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan
3. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva
cacing.
4. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu
pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
5. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke
10. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
11. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila
12. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari
makanan tersebut;
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
PNAD selama 21 hari terhitung sejak tangga 21 Agustus 2017 sampai 11 September
menyimpulkan :
Aceh Tengah sudah cukup memadai seperti desa sudah memiliki polindes dan
bidan desa yang bekerja 24 jam, posyandu balita dan berjalan setiap bulannya,
jarak tempuh dari desa ke pusat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas mudah
transportasi.
rumah) dan dari profil Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten
Aceh Tengah.
dari air sumur dan air hujan karena daerah Desa Jongok Meluem belum
musim penghujan air keruh dan kotor, pada musim panas sumber air tersebut
bersih.
5. Dalam hal pengolahan limbah rumah tangga terutama limbah cair masyarakat
B. Saran
(berkoordinasi) dengan PDAM / aparat terkait dalam pengadaan sarana air bersih
2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah agar dapat membantu dalam
terhadap lingkungan dan sumber air minum yang ada, serta pemanfaatan SDM
memanfaatkan sumber daya yang ada baik dari Sumber Daya Masyarakat (SDM)