Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) III KOMUNITAS

DESA JONGOK MELUEM KECAMATAN KEBAYAKAN


KABUPATEN ACEH TENGAH

Di Susun Oleh :

1. KONADI ARIMULOMI (Ketua) (NPM : 15010219)


2. IKE FITRIANI (W.Ketua) (NPM : 14010013)
3. PUJI HARTATI (Sekretaris) (NPM : 14010053)
4. HARTINA (Bendahara) (NPM : 14010016)
5. DEDISAH PUTRA (Anggota) (NPM : 14010015)
6. M. ERKO SAHADAT (Anggota) (NPM : 14010029)
7. ENI HASTUTI (Anggota) (NPM : 16010071)
8. EKA YULISMA (Anggota) (NPM : 16010072)
9. NIKMAH (Anggota) (NPM : 16010029)
10. AFRIDA (Anggota) (NPM : 16010043)
11. AMNA SULASTRI (Anggota) (NPM : 16010058)
12. JUNI AWAN (Anggota) (NPM : 16010091)
13. WIDYA ANRIZA (Anggota) (NPM : 16010114)
14. ZAINUDDIN (Anggota) (NPM : 16010048)
15. NOVI HIMAWAN (Anggota) (NPM : 16010066)
16. ISDA MINAWARNI (Anggota) (NPM : 16010061)
17. MAWADDAH (Anggota) (NPM : 16010058)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM
PRODI SI KESEHATAN MASYARAKAT
KABUPATEN BENER MERIAH
TAHUN 2016
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) III KOMUNITAS
DI DESA JONGOK MELUEM KECAMATAN KEBAYAKAN
KABUPATEN ACEH TENGAH
TAHUN 2017

Telah disetujui oleh tim penilaian dinyatakan diterima


sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan
Praktek Belajar Lapangan III

Kepala Desa Pembimbing I Pembimbing II


Jongok Meluem

(ISKANDAR) (AYU WULANDARI, SKM) (MAULINA IRIYANTI, SKM)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM
PRODI SI KESEHATAN MASYARAKAT
KABUPATEN BENER MERIAH

Ketua STIKes PNAD


Kabupaten Bener Meriah

(KHAIRUDDIN, SKM,M.Kes)
KATA PENGANTAR

Puji syukurkami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan hasil pelaksanaan Praktek Belajar

Lapangan (PBL) III Komunitas ini.

Didalam penyelesaian laporan ini kami banyak mendapatkan arahan dan bimbingan

baik moral maupun material dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu kami dalam penulisan laporan ini.

1. Ketua STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam.

2. Para Dosen dan Staf Akademik STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam.

3. Ibu Ayu Wulandari, SKM dan Ibu Maulina Iriyanti, SKMsebagai dosen

pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing kami

dalam Praktek Belajar Lapangan (PBL) III dan penulisan laporan ini.

4. Bapak Kepala Desa Jongok Meluem beserta ibu yang telah memberikan fasilitas

selama melaksanakan PBL III.

5. Seluruh Masyarakat yang telah membantu dalam memberikan data-data yang

dibutuhkan dalam laporan ini.

6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.


Akhirnya kami mengharapkan agar penulisan ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri

dan pembaca sekalian.

Redelong, 10 September 2017

Mahasiswa PBL III


Desa Jongok Meluem
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya

terhadap masalah “ sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L. Bloom

ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun

kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, prilaku dan pelayanan

kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bila mana keempat faktor

tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu

faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status kesehatan bergeser

dibawah optimal (Notoatmodjo, 2003).

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat

timbulnya penyakit. Oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi penyehatan

(sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehatan, baik secara

individual maupun secara berkelompok dalam masyarakat (Dainur, 1995).

Masalah sanitasi dasar (air bersih (sumur bor/PDAM), akses fasilitas sanitasi,

persampahan, drainase dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya menjadi

perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan hak

dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hak berpendapat, hak
mendapatkan pengobatan gratis, vaksinasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi menjadi

penting karena masyarakat membutuhkannya setiap melakukan aktivitasnya sehari-

hari (Idan, 2010).

Menurut WHO, lebih dari 2,6 miliar orang pada wilayah pedesaan dan

perkotaan tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar (Anonimous, 2008). Hampir

70% masyarakat masih menggunakan sumur bor, dan belum mendapatkan air bersih

yang hygienis. Dan diantara Negara-Negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal

dalam hal akses sanitasi, dimana posisinya berada dibawah filiphina dan kamboja.

Sementara malaysia memiliki 96% cakupan sanitasi (Anonimous, 2011).

Berdasarkan riskesda (2010), proporsi penduduk atau rumah tangga yang

aksesterhadap fasilitas sanitasi layak (dikatakan layak apabila sarana tersebut

memiliki atau bersama, penampungan air (bak) jenis persegi empat dan tidak terlalu

besar dan pembuangan akhir limbah tidak boleh langsung ke dasar tanah hars

melalui tangki septictangatau SPAL) sehingga air bisa d gunakan kembali setelah

dilakukan penyaringan. Provinsi sebesar 55,53%, dan akses terhadap fasilitas sanitasi

tidak layak sebesar 44,47%. Provinsi paling tinggi akses terhadap fasilitas tidak

layak adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (74,65%) dan terendah di DKI Jakarta

(17,17%). Sementara itu, menurut kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas sanitasi

layak diperkotaan hampir dua kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di pedesaan

(38,55%). Sedangkan akses terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang tidak layak

(28,55%) dan dipedesaan (61,45%).

Air Bersih (sumur bor) adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

keperluan sehari-hari masyarakat dalam melangsungkan hidup karena air merupakan


hal pokok dalam kehidupan kita (Madjid, 2009). Bagi rumah yang belum memiliki

Air Bersih (PDAM), sudah dipastikan mereka itu memanfaatkan sungai, sumur,

kolam atau tempat lainnya untuk mendapatkan Air Bersih. Dengan masih adanya

masyarakat disuatu wilayah yang belum mendapatkan Air Bersih, maka wilayah

tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan : penyakit

cacingan, kolera (muntaber), diare, tifus, disentri scistosomiasis dan masih banyak

penyakit lainnya. Selain itu dapat menyebabkan pencemaran lingkungan pada

sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar persentase yang belum

mendapatkan sumber Air Bersih dari PDAM maka ancaman penyakit itu makin

tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang

bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat. Semua orang akan

mendapatkan sumber Air Bersih yang memenuhi syarat dengan demikian

wilayahnya bebas dari ancaman penyakit-penyakit tersebut. Dengan mendapatkan

Air Bersih banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya Air

Bersih yang memenuhi syarat kesehatan (Animouse, 2010).

Menurut penelitian Junaidi (2002) ada hubungan yang signifikan antara

karakteristik kepala keluarga (pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan sikap)

dengan kepemilikan sumber Air Bersih di keluarga.

Berdasarkan penelitian Sutedjo (2003), menyatakan bahwa alasan masyarakat

tidak memiliki dan menggunakan sumber Air Bersih adalah tidak mempunyai biaya

untuk membangun bak yang nyaman dan praktis.


B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang kesehatan masyarsakat secara

menyeluruhdi Desa Jongok Meluem Kec. Kebayakan Kab. Aceh Tengah.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran umum yang meliputi tingkat

pendidikan,pekerjaan, tingkat sosial ekonomi, kebudayaan dan kebiasaan

masyarakat di Desa Jongok Meluem Kec. Kebayakan Kab. Aceh Tengah.

a. Untuk mengetahui cakupan pelayanan kesehatan masyarakat yang

meliputi promosi kesehatan, keadaan gizi masyarakat penyakit-penyakit

yang diderita selama 3 bulan terakhir.

b. Untuk mengetahui keadaan lingkungan yang meliputi sumber air

bersih,tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta

penggunaanjamban.

C. MANFAAT

1. Bagi mahasiswa

Membuat mahasiswa mengerti apa itu kesehatan lingkungan yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup kita. Untuk mengaplikasikan dan memperdalam

ilmu yang telah dipelajari di kampus dengan membandingkan teori yang didapat

dengan kenyataan dilapangan pada saat Praktek Belajar Lapangan (PBL) III.
2. Bagi masyarakat

Pentingnya kesehatan lingkungan yang melibatkan masyarakat di sekitar

kita untuk membuat lingkungan mereka tinggal tetap bersih, nyaman dan

terhindar dari serangan penyakit dengan melakukan perilaku yang baik dan benar

dalam mengelola lingkungannya serta sebagai peningkatan derajat kesehatan

masyarakat di Desa Jongok Meluem Kec. Kebayakan Kab. Aceh Tengah.


BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pengumpulan Data

1. Data Umum

a. Lokasi Praktek Belajar Lapangan (PBL-III)

Nama Desa : Jongok Meluem

Nama Kepala Desa : Iskandar

Alamat Kantor kepala desa : Jln. Panca Darma

Kec / Kab : Kebayakan / Aceh Tengah

Provinsi : NAD

b. Keadaan Geografi PBL III

Secara demografis, Kampung Jongok Meluem berbatasan langsung dengan

tujuh Kampung dan satu Kabupaten.

c. Luas wilayah Desa Jongok Meluem

Kampung Jongok Meluem merupakan salah satu Kampung dari 23

Kampung yang terletak di pemukiman Kebayakan Kecamatan Kebayakan

Kabupaten Aceh Tengah yang berjarak 0,2 Km dari pusat Kecamatan. Luas

wilayah Kampung Jongok Meluem 350 Ha, yang terbagi kedalam 3 dusun yaitu

dusun Meluem, dusun Blok, dusun Ayangan, dengan jumlah penduduk ± 932

jiwa yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai Petani,

Perkebukan dan Peternakan Tradisional.

Batas wilayah kampung :


a) Sebelah Utara : Kampung Paya Reje Tami Delem dan BenerMeriah.

b) Sebelah Selatan : Kampung Lot Kala, Bukit, Gunung Balohen, Kute Lot.

c) Sebelah Timur : Kampung Timangan Gading.

d) Sebelah Barat : Kampung Jongok Bathin.

2. Data Khusus

a. Data Kultural

1. Keadaan Penduduk

Tabel 2.1
Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

Jumlah Penduduk
No Dusun
L Persentase P Persentase L + P Persentase
1 Meluem 256 57,27 297 61,24 553 59,34
2 Blok 88 19,69 102 21,03 190 20,39
3 Ayangan 103 23,04 86 17,73 189 20,27
Jumlah 447 100% 485 100% 932 100%
Sumber : Data DesaJongok Meluem

Dari Tabel 2.1 diatas frekuensi Jumlah Penduduk di Desa Jongok Meluem

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat disimpulkan bahwa persentase

penduduk terbesar yaitu di Dusun Meluem dengan persentase keseluruhan 59,34%

dengan jumlah penduduk 553 Jiwa.


2. Data Penduduk berdasarkan kelompok umur

Tabel 2.2
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

Kelompok umur
0> >1 - >5 - >7 - >15 -
No Kampung Jumlah
12 <5 <7 <15 <56 >56
Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Jongok
1 60 47 123 190 356 156 932
Meluem
Sumber : Data DesaJongok Meluem

Dari Tabel 2.2 diatas frekuensi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di

DesaJongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat di

simpulkan bahwa penduduk terbesar yaitu pada umur>15 - <56 tahun jumlah

penduduk 932 jiwa.

3. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.3
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1 Strata 2 (Paska Sarjana) 3 0,32
2 D 4 / Strata 1 30 3,22
3 D 3 / Sarjana Muda 15 1,61
4 D1/D2 6 0,64
5 SLTA Sederajat 500 53,65
6 SLTP Sederajat 200 21,46
7 SD Sederajat 35 3,75
8 Tidak Sekolah 143 15,34
Jumlah 932 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem
Dari Tabel 2.3 diatas Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di DesaJongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

dapat di simpulkan bahwa jenjang Pendidikan tertinggi yaitu tamat SLTA/ Sederajat

dengan persentase 53,65 % dengan jumlah 500 0rang.

4. Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 2.4
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Jenis Ketenagaan Jumlah Persentase


1 Petani 180 62,72
2 Petani Penggarap - -
3 Pertukangan 30 10,45
4 Nelayan 7 2,44
5 Pedagang 14 4,88
6 Pengemudi/jasa 4 1,40
7 PNS 36 12,54
8 TNI/PORLI 7 2,44
9 Pensiunan 8 2,78
10 Industri Kecil 1 0,35
Jumlah 287 100 %
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.4 diatas distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan

di desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat di

simpulkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi yaitu Petani dengan persentase 62,72 %

dengan jumlah 180 orang.


5. Kebudayaan dan Kebiasaan

Mayoritas penduduk Jongok Meluem merupakan penduduk dengan

sebagian besar suku Gayo. Sehingga adat istiadat, kebudayaan dan kebiasaan

masih sangat kental seperti misalnya masih adanya Ta’ziah, Maulid Nabi,

Isra’ Mikrat, Nujulul Qur’an, Tahun Baru Islam, dan Gotong Royong.

Tabel 2.5
Kegiatan Sosial Masyarakat di Desa Jongok Meluem
Kecamatan Kebayakan KabupatenAceh Tengah

No Kegiatan Sosial Masyarakat Jumlah Persentase


1 Keluarga Prasejahtera 20 12,74
2 Keluarga Kaya 36 22,93
3 Keluarga Miskin 20 12,74
4 Pasangan Usia Subur dibawah 20 Tahun - -
5 Pasangan Usia Subur 20 - 29 Tahun 6 3,82
6 Pasangan Usia Subur 30 - 40 Tahun 46 29,3
7 Peserta KB Aktif 29 18,47
Jumlah 157 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.5 diatas distribusi Jenis Kegiatan Sosial Masyarakat di Desa

Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah sebagian telah

terpenuhi.

b. Data Kesehatan

1. Promosi Kesehatan

Untuk memberikan arah yang lebih besar dalam promosi kesehatan di

Desa Jongok Meluem telah didirikan sarana kesehatan baik milik

pemerintah maupun swadaya masyarakat sehingga sarana yang ada


dapat digunakan sebagai sarana untuk promosi kesehatan terpadu

yang meliputi :

a) Mempromosikan Kesehatan Lingkungan.

b) Mempromosikan tentang pentingnya imunisasi meliputi jenis

imunisasi, usia dan tata cara imunisasi.

c) Memberikan penyuluhan tentang Prilaku hidup bersih dan sehat.

d) Mempromosikan untuk penggunaan yodium yang baik dan benar.

e) Penyuluhan tentang kesehatan manula.

f) Peningkatan pengetahuan kader melalui stimulasi tentang

kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan bayi dan

balita serta lansia.

Tabel 2.6
Jenis Ketenagaan yang ada di Masyarakat
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aeh Tengah

No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan


1 Kader 5 Aktif
2 Guru UKS - -
3 Dukun Bayi - -
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.6 diatas distribusi Jenis Ketenagaan di Desa Jongok Meluem

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah yaitu Kader dengan jumlah 5 (lima)

orang dan semua kader berperan aktif.


2. Sarana Kesehatan

Kampung Jongok Meluem tidak memiliki Puskesmas, selain karena

seluruh Puskesmas berpusat di Kecamatan, jarak antara Kampung

Jongok Meluem dan Puskesmas hanya ± 1 Kilometer. Untuk

mengatasi persoalan kesehatan, warga Kampung Jongok Meluem

relatif menggunakan sarana Poskesdes yang ada di Kampung Jongok

Meluem. Kondisi ini mungkin berbeda di tempat lain, seperti daerah

Jawa yang memiliki sarana Puskesmas atau Pustu hingga ke desa-

desa.

Secara geografi, luas wilayah Kampung di Aceh Tengah, pada

umumnya relatif kecil. Jadi, untuk setiap Kampung/Desa di Aceh

Tengah, memiliki masing-masing pusat Pemeriksaan Kesehatan

seperti Posyandu dan Posbindu.

Tabel 2.7
Jenis Sarana yang ada di Masyarakat
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
KabupatenAceh Tengah

No Jenis Sarana Jumlah


1 SMK Negeri/Swasta -
2 SMP Negeri/Swasta 1
3 Madrasah Tsanawiyah Negeri/Swasta -
4 Sekolah Dasar Negeri/Swasta 1
5 MI Negeri/Swasta 1
6 TK Negeri/Swasta -
7 Pondok Pesantren -
Jumlah 3
Sumber : Data Desa Jongok Meluem
3. Keadaan gizi masyarakat

Masalah gizi terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam

kandungan (janin), lahir menjadi bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.

Timbulnya masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik secara

langsung mapun tidak langsung yang terkait dengan masalah

kemiskinan, pengangguran, sosial budaya bahkan politik. Untuk itu

keadaan gizi masyarakat merupakan cerminan tingkat kesejahteraan

rakyat pada umumnya.

Di Desa Jongok Meluem pemahaman masyarakat tentang pola gizi

yang baik dan seimbang sudah baik, namun berdasarkan hasil

kuisioner yang telah di lakukan, masih adanya masyarakat yang

kurang memahami cara penggunaan Air Bersih yang mengandung Zn.

B. Tabulasi Data

Tabel 2.8
Distribusi Frekuensi Sumber Air Bersih Desa
Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
KabupatenAceh Tengah

No Sumber Air Bersih Jumlah Persentase


1 PDAM 36 31,03
2 Sumur Gali 64 55,17
3 Sungai 4 3,45
4 Air Hujan 7 6,03
5 Lain-Lain 5 4,31
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.8 distribusi frekuensi sumber air bersih di Desa Jongok Meluem

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat disimpulkan bahwa sumber air
bersih tetinggi d desa Jongok Meluem berasal dari Sumur Gali dengan persentase

55,17%.

Tabel 2.9
Distribusi Frekuensi Kecukupan Sumber Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Kecukupan Air Jumlah Persentase


1 Cukup 74 63,8
2 Kurang Cukup 35 30,17
3 Tidak Mencukupi 7 6,03
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.9 distribusi frekuensi kecukupan Sumber Air di Jongok Meluem

untuk kebutuhan sehari-hari sudah mencukupi dengan persentase 63,8 %.

Tabel 2.10
Distribusi frekuensi Ketersediaan Jamban Rumah Tangga
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Ketersediaan Jamban Jumlah Persentase


1 Ada 75 64,65
2 Tidak Ada 41 35,35
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.10 diatas distribusi frekuensi ketersediaan Jamban Keluarga di

Desa Jongok Meluem di simpulkan yang memiliki Jamban Keluarga 64,65%.


Tabel 2.11
Distribusi Frekuensi Jenis Jamban yang dimiliki Masyarakat
Di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayanan
Kabupaten Aceh Tengah

No Jenis Jamban Jumlah Persentase


1 Cemplung 15 12,93
2 Leher Angsa 88 75,86
3 Jamban Empang 13 11,21
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.11 diatas distribusi frekuensi jamban yang di miliki Masyarakat di

Desa Jongok Meluem dengan jenis jamban Leher Angsa dengan persentase tertinggi

yaitu 75,86%.

Tabel 2.12
Distribusi Frekuensi Sarana Tempat Pembuangan Air Limbah di
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Sarana Air Limbah Jumlah Persentase


1 Belakang Rumah 47 40,52
2 Kebun 45 38,8
3 Selokan 14 12,07
4 Lain-lain 10 8,62
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari Tabel 2.12 diatas distribusi frekuensi tempat pembuangan air limbah di

Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat membuang air limbah di belakang

rumah dengan persentase 40,52%.


Tabel 2.13
Distribusi Frekuensi Cara Penanganan Sampah
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Cara Penanganan Sampah Jumlah Persentase


1 TPA 75 64,65
2 Sawah 12 10,36
3 Disungai 14 12,06
4 Dibakar 15 12,93
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.13 distribusi frekuensi cara penanganan sampah di desa Jongok

Meluem dapat disimpulkan bahwa masyarakat di desa Jongok Meluem sebagian besar

cara menangani sampah dengan cara di angkut oleh Kontaener dengan

persentase64,65%.

Tabel 2.14
Distribusi Frekuensi Penyakit yang dialami 3 (Tiga) bulan yang lalu
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Jenis Penyakit Jumlah Persentase


1 Diare 12 10,35
2 Influenza 22 18,97
3 Hipertensi 67 57,76
4 Lain-lain 15 12,93
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.14 di atas distribusi penyakit yang di alami 3 (tiga) bulan

kebelakang di Desa Jongok Meluem Kec. Kebayakan Kab. Aceh Tengah penyakit

tertinggi yaitu Hipertensi dengsn persentase 57,76%.


Tabel 2.15
Distribusi Frekuensi Berobat yang digunakan Masyarakat
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Fasilitas untuk Berobat Jumlah Persentase


1 Ke Puskesmas 45 38,79
2 Ke Bidan/Perawat 36 31,03
3 Ke Dukun 19 16,38
4 Lain-lain 15 12,93
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.15 diatas distribusi fasilitas untuk berobat di Desa Jongok Meluem

Kecanatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dengan fasilitas berobat tertinggi yaitu

ke Puskesmas dengan persentase 38,79%.

Tabel 2.16
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Pekarangan Warga
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Pekarangan dimanfaatkan Jumlah Persentase


1 Ya 84 72,41
2 Tidak 32 27,59
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.16 diatas distribusi pekarangan di Desa Jongok Meluem Kecamatan

Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan persentase 72,41%.


Tabel 2.17
Distribusi Frekuensi Penggunaan Pekarangan Warga
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Pekarangan digunakan untuk Jumlah Persentase


1 Menanam Sayur-sayuran 36 31,03
2 Beternak itik/ayam/sapi 43 37,06
3 Membuat Kolam Ikan 13 11,21
4 Apotik Hidup 6 5,17
5 Lain-lain/ Menanam Bunga 18 15,52
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.17 diatas distribusi frekuensi penggunaan pekarangan warga di desa

Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar di

mmanfaatkan untuk Beternak itik/ayam/sapi dengan perentase 37,06%.

Tabel 2.18
Distribusi Frekuensi Memenuhi Kebutuhan Gizi Keluarga
Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah

No Untuk memenuhi Kebutuhan Gizi Jumlah Persentase


1 Makanan yang di sajikan tidak perlu harus mahal 4 3,45
2 Makan tiga (3) kali sehari 110 94,83
3 Makanan yang di sajikan harus ada : ikan, daging, sayuran 2 1,72
4 Lain-lain - -
Jumlah 116 100%
Sumber : Data Desa Jongok Meluem

Dari tabel 2.18 di atas distribusi frekuensi memenuhi Gizi kelurga di desa

Jongok Meluem dengan wawancara sebagian besar dengan makan tiga (3) kali sehari.
C. Penentuan Masalah

Dari hasil tabulasi yang dilakukan dan pada Musyawarah Masyarakat Desa II yang

di lakukan di menasah Al-qautsar,kami sebagai mahasiswa/i PBL III menetapkan

beberapa masalah yaitu :

1. Untuk pengadaan air bersih ternyata masih belum mencukupi, khususnya di

Desa Jongok Meluem.

2. Belum terdapat saluran drainase.

3. Prilaku masayarkat secara umum sudah baik, namun pengetahuan masyarakat

khususnya ibu-ibu didesa Jongok Meluem masih kurang dalam penggunaan

air bersih di pengolahan makanan sehari-hari mereka.

4. Masih kurangnya Promosi Kesehatan yang di sampaikan oleh tenaga

kesehatan.

5. Jamban

Sesuai dengan hasil pengisian kuisioner yang telah dilakukan secara

langsung pada masyarakat, 75,86% diantaranya masyarakat menggunakan

jamban leher angsa dibelakang rumah atau di masing-masing rumah.

D. Penyusunan Prioritas Masalah

Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa II kami mahasiswa PBL III memaparkan

prioritas masalah kepada warga Desa Jongok Meluem yang segera di tangani adalah :

1. Penertiban kembali pemakaian air liar dengan dibentuknya badan hukum

pengairan desa.

2. Memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat Desa Jongok Meluem.


3. Memberikan konseling terhadap ibu-ibu rumah tangga Desa Jongok Meluem

cara penggunaan air bersih yang benar didalam pengolahan makanan sehari-

hari.

E. Perencanaan

Dari permasalahan di atas maka dapat dilakukan upaya dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan melalui pengerakan masyarakat diantaranya meliputi :

1. Cara-cara pemeliharaan kesehatan lingkungan.

2. Tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan.

3. Syarat-syarat lingkungan yang sehat.

F. Laporan Hasil Kegiatan

Hasil Musyawarah Masyarakat Desa III yang kami paparkan adalah penyelesaian

masalah yang kami dapatkan selama kegiatan di Desa Jongok Meluem ini, antara lain :

1. Memberikan solusi untuk masalah penertiban pengadaan air di Desa Jongok

Meluem, yang di respon dan akan direalisasikan oleh PPIP (Program

Penyelenggaraan Infrastruktur Pedesaan) pada akhir tahun ini.

2. Memberikan saran dan masukan kepada aparat Desa Jongok Meluem untuk

menertibkan kembali pemakaian air disetiap dusun dengan dibentuknyan

kembali badan pengairan desa.

3. Memberikan penyuluhan cara penggunaan air bersih yang benar serta

menjelaskan dengan memberikan contoh bagaimana cara pengolahan

makanan/masakan dengan air bersih.


4. Berdasarkan hasil kuisioner, tingginya penyakit di Desa Jongok Meluem

adalah Hipertensi, maka kami memberikan penyuluhan pencegahan penyakit

lain yang menyertai akibat Hipertensi. Kemudian memberikan penyuluhan

pola hidup sehat dan pola makan sehat pada warga, sehingga warga tersebut

dapat mengantisipasi penyakit Hipertensi pada kehidupan mereka sehari-hari.


BAB III

KEGIATAN TAMBAHAN

Kegiatan tambahan yang pertama di lakukan kelompok Mahasiswa PBL III

Komunitas di Desa Jongok Meluem yakni memberikan penyuluhan pada UKS tentang

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pengetahuan tentang cara Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) dengan baik dan benar pada anak SD Negeri 1 Kebayakan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

kesehatan di masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan

oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan

berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.

Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan

kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta

dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Tatanan PHBS ada lima yaitu :

a. Tatanan Rumah Tangga;

b. Tatanan Sekolah;

c. Tempat Umum;

d. Tempat Kerja; dan

e. Fasilitas Kesehatan.
MATERI PENYULUHAN

A. PHBS (Cuci Tangan Pakai Sabun) yang Baik dan Benar

1. Definisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang salah satunya adalah mencuci

tangan pakai sabun dengan baik dan benar yakni menggunakan air yang

mengalir sebagai salah satu upaya tindakan pencegahan penyakit menular pada

anak-anak usia sekolah yang masih memerlukan perhatian yang serius.

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi

perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Perilaku sehat dan

pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebeb penurunan tajam angka kematian dari

penyakit menular yang terjadi pada negara-negara kaya (maju) pada akhir abad

19 ini. Hal ini dilakuakan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik

membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang

mencukupi.

2. Tujuan

Diharapkan anak-anaksekolah mampu melakukan kebiasaan baik tersebut

terus menerus dan dapat menurunkan angka kesakitan atau tidak masuk ke

sekolah karena sakit, sehingga potensi kualitas belajar labih fokus. Anak usia

sekolah masih perlu mendapatkan perhatian dan pelajaran yang kontinyu

sehingga menjadi suatu kemandirian yang berlangsung terus menerus Cuci

Tangan yang Baik dan Benar sudah direkomendasikan oleh PBB dan Public

Private Partnership For Handwshing. Diharapkan dengan adanya Cuci Tangan


ini maka dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mempertinggi

kualitas hidup manusia.

Salah satu tujuan dari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah penurunan

angka kematian untuk anak-anak dimana lebih dari 5.000 anak balita penderita

diare meninggal setiap harinya diseluruh dunia sebagai akibat dari kurangnya

akses pada air bersih dan fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Penderita

dan biaya-biaya yang harus ditanggung karena sakit dapat dikurangi dengan

melakukan perubahan perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun,

yang menurut penelitian dapat mengurangi angka kematian yang terkait dengan

penyakit diare hingga hampir 50%. Disamping itu juga dimaksudkan sebagai

upaya peningkatan pembangunan fasilitas sanitasi disekolah. Menurut Unicef

kurangnya akses untuk air bersih mengakibatkan penurunan tingkat kehadiran

anak perempuan disekolah saat mereka memasuki masa puber, karena tidak

adanya fasilitas kesehatan yang memadai. Akses air bersih dan sanitasi

lingkungan merupakan dasar penting untuk kehidupan anak-anak diseluruh

dunia dilihat dari segi kesehatan, kelangsungan hidup, dan rasa penghargaan

terhadap diri mereka. Penyediaan air bersih dan perilaku sanitasi yang baik

disekolah juga menjadi salah satu cara untuk mencapai Tujuan Pembangunan

Milenium (Millenium Development Goals / MDGs).


3. Fakta yang Harus Diketahui Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

a. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

b. Mencuci Tangan Pakai Sabun bisa mencegah penyakit yang bisa

menyebabkan kematian jutaan anak-anak setiap tahunnya.

c. Waktu-waktu kritis CTPS adalah setelah beraktifitas.

d. Perilaku CTPS adalah intervensi kesehatan yang “cost-effective”.

e. Untuk meningkatkan CTPS memerlukan pendekatan pemasaran sosial yang

berfokus pada perilaku CTPS dan motivasi masing-masing yang

menyadarkan untuk mempraktekkan perilaku CTPS.

4. Praktek CTPS yang benar

Hanya membutuhkan sabun dan air mengalir. Air mengalir tidak harus dari

keran, bisa juga mengalir dari sebuah wadah berupa gayung, botol, kaleng,

ember tinggi, gentong atau jerigen. Untuk penggunaan jenis sabun dapat

menggunakan semua jenis sabun karena semua sebenarnya cukup efektif dalam

membunuh kuman penyebab penyakit. Untuk memperoleh hasil yang maksimal,

maka CTPS perlu dilakukan dengan cara yang baik dan benar, langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Basahi tangan dengan air yang mengalir;

b. Tangan yang basah disabuni minimal 15 detik;

c. Gosok-gosok bagian telapak tangan, jari-jari, bawah kuku sampai bersih;

d. Bilas kembali dengan air yang mengalir sampai bersih hingga tangan terasa

kesat/tidak licin lagi;


e. Matikan keran dengan siku, bukan dengan jari-jari tangan; dan

f. Keringkan dengan kain bersih baru dicuci, tissue atau kibas-kibas diudara.

5. Menurut kajian yang disusun oleh Curtis and Cairncross (2003)

Didapatkan hasil bahwa perilaku CTPS khususnya setelah kontak dengan

feses ketika ke jamban dan membantu anak ke jamban dapat menurunkan

insiden diare hingga 42-47%. Perilaku CTPS juga dikatakan dapat menurunkan

transmisi ISPA hingga lebih dari 30% ini diperoleh kajian yang dilakukan oleh

Rabie dan Curtis (2005). Di lain pihak, Unicef menyatakan bahwa CTPS dapat

menurunkan 50% insident flu burung. Praktek CTPS juga dapat mencegah

infeksi kulit, mata dan memudahkan kehidupan orang dengan HIV/AIDS

(ODHA). Beberapa kajian ini menunjukkan bahwa intervensi CTPS dianggap

sebagai pilihan perilaku yang efektif untuk pencegahan berbagai penyakit

menular.

6. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang ditetapakan pada

tanggal 15 Oktober

CTPS merupakan salah satu upaya untuk melibatkan masyarakat seluruh

dunia termasuk masyarakat Indonesia agar dapat memahami arti penting

perilaku CTPS dan secara aktif mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui ini masyarakat juga diberikan kesempatan untuk merasakan sensasi rasa

antara sebelum cuci tangan pakai sabun dan setelah pakai sabun, dan yang

terpenting adalah masyarakat dalam memahami secara jernih bahwa dengan


perilaku sederhana seperti CTPS, berbagai penyakit yang banyak merenggut

nyawa anak dan balita dapat dicegah. Melalui HCTPS ini juga dapat mengajak

masyarakat untuk memahami bahwa walaupun dengan kondisi kehidupan yang

sulit sekalipun, perilaku CTPS tetap dapat dilaksanakan dengan mudah dan

terjangkau dan ini menjadi perilaku pilihan masyarakat sendiri (action of

choice)untuk peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup mereka. Mari

bersama kita raih hidup sehat dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
LAPORAN HASIL PENYULUHAN

PHBS (MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN)

DI SD NEGERI 1 KEBAYAKAN

Kelompok telah mengadakan penyuluhan PHBS yang salah satunya adalah

mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar pada hari Kamis, 07 september

2017 jam 09.00 Wib bertempat di SDN 1 Kebayakan.

1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan

Materi penyuluhan telah dipersiapkan dengan baik oleh kelompok, pre

planning penyuluhan telah dibuat dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

Materi penyuluhan deperoleh dari sumber-sumber seperti internet dan buku

panduan PHBS dan disesuaikan dengan kebutuhan penyuluhan puskesmas.

Materi yang disampaikan pada saat penyuluhan sesuai dengan susun materi yang

ada pada lampiran pre planning.

b. Media dan alat yang memadai

Media yang digunakan adalah sabun, ember, air, serbet, sapu lidi, sapu ijuk

dan centong. Penyuluhan memuat materi tentang pengertian, tujuan, manfaat,

dan penatalaksaan cara mencuci tangan yang baik dan benar. Kalimat yang

digunakan disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak usia sekolah. Kelompok

menilai media dan alat yang dugunakan sudah cukup memadai dan sesuai

dengan tempat dilaksanakannya penyuluhan.


c. Setting tempat sesuai dengan kegiatan

Penyuluhan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kebayakan Desa

Jongok Meluem. Penyuluh dan moderator berada di depan peserta. Penyuluh,

moderator, pasilisator, dan murid sekolah berdiri dilapangan sekolah. Pasilisator

menyebar di antara para murid. Masalah yang di temui adalah sulitnya mengatur

anak-anak untuk tertib dan teratur, anak-anak ingin berada paling depan

penyuluh, tetapi dapat diatasi dengan partisipasi pasilisator kelompok.

2. Evaluasi proses

d. Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu yang telah dibuat.

Penyuluhan sekaligus demontrasi dilakukan pada SD Negeri 1 Kebayakan

pukul 09.00 Wib dan berlangsung selama 30 menit. Waktu yang direncanakan

sesuai dengan pelaksanaan, kelompok hadir disekolah 15 menit sebelum di mulai.

Kelompok diterima olek Wakasek dan mempersiapkan murid-murid diarea

lapangan sekolah dan penyuluhan dibuka oleh ketua kelompok yang berperan

sebagai moderator.

e. Peserta penyuluh mengikuti dengan aktif dan antusias menjawab pertanyaan dari

para pemateri.

Peserta penyuluhan semangat dalam praktek dan berdesakan ingin

mencoba cara mencuci tangan dengan baik dan benar setelah melihat peraggan.
3. Evaluasi hasil

Sebelum menutup acara penyuluhan pasilisator dan moderator melakukan

evaluasi terhadap tingkat penerimaan penyuluhan atas materi-materi yang telah

diberikan. Evaluasi dilakukan dengan cara mengulangi pertanyaan dari materi yang

telah diberikan. Penyuluhan diakhiri dengan memberikan kesempatan murid-murid

untuk melakukan demonstrasi cuci tangan yang baik dan benar secara sendiri-sendiri.
PRE PLANNING PROGRAM GOTONG ROYONG

A. Latar Belakang

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia

dan masa depan bangsa adalah kesehatan yang merupakan hak setiap manusia

(Depkes RI, 2005). Kesehatan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah faktor lingkungan yang mana didalamnya termasuk lingkungan perumahan

dan pemukiman. Berdasarkan data yang diperoleh di desa Jongok Meluem tidak

begitu banyak sampah yang menyebar di jalanan atau di got-got, tetapi di Desa

Jongok Meluem permasalahnnya adalah air sumur yang tidak memenuhi syarat.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mahasiswa/i PBL STIKes PNAD

Pante Raya Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah bersama masyarakat di

Desa Jongok Meluem membuat kesepakatan bersama dalam acara kerja bakti dalam

usaha menjaga lingkungan sekitar yang dilaksanakan di menasah Al-Qautsar Desa

Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengsn mengikuti gotong royong mahasiswa dan masyarakat mampu

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di Desa Jongok Meluem

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

2. Tujuan Khusus

Dengan melakukan gotong royong masal diharapkan mahasiswa dan masyarakat

Desa Jongok Meluem.


a. Membersihkan lingkungan di sekitar sehingga bersih dan bebas dari sampah.

b. Membersihkan got dan jalan di Desa Jongok Meluem.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Gotong royong masal.

2. Sasaran

Masayarakat yang ada di Desa Jongok Meluem.

3. Metode

Kerja bakti sosial.

4. Alat-alat

a. Sapu lidi

b. Cangkul

c. Parang

d. Sabit

e. Angkong

5. Waktu dan Tempat

Hari : Kamis

Jam : 08.00 Wib

Tempat : Desa Jongok Meluem


D. Uraian Tugas

Persiapan

a. Penanggung Jawab

Tugas : Pengkoordinir Acara

b. Observer

Tugas : mengajak masyarakat untuk melakukan gotong royong bersama.

E. Evaluasi Kegiatan

1. Evaluasi Kegiatan

a. 75% masyarakat hadir.

b. Tempat dan alat tersedia sesuai dengan kegiatan.

c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan kegiatan.

2. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah dilaksanakan.

b. Pelaksana berperan aktif selama gotong royong berlangsung.

c. Selama kegiatan masyarakat tidak ada yang meninggalkan tempat sebelum

gotong royong selesai.

3. Evaluasi Hasil

a. 75% masyarakat mengetahui pentingnya lingkungan sehat.

b. 75% masyarakat mengetahui bagaimana sarana pembangunan air yang baik.


PRE PLANNING PENYULUHAN HIPERTENSI

A. Pendahuluan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab meningkatnya resiko

penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad 20, penyakit jantung dan

pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara

berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%.

Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko

utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi, di samping

hiperkolesterollemia dan diabetes melitus. Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah

Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban

dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap.

Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka

yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya, ujarnya pada

Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung dan Pembuluh Darah. Harapan Kita

Jakarta. Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan

darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa

merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap 7

kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak

dan ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui

hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik

(Ruhyana. 2007).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana sistoliknya diatas 140 mmHg

dan tekanan darah diatoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg (Brunner & Suddart. 2002).

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka

sendiri mengetahui. Hipertensi dikenal sabagai pembunuh dalam selimut dan lain-lain.

Gejalanya hampir tidak terasa, sehingga penderita merasa tidak perlu datang ke dokter

(Bangun. 2008).

Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai tentang tekanan darah

normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doengoes. 2003).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan lansia diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuannya mengenai hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Lansia dapat menyebutkan pengertian hipertensi.

b. Lansia dapat menyebutkan penyebab hipertensi.

c. Lansia dapat menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.

d. Lansia dapat menyebutkan klasifikasi hipertensi.

e. Lansia dapat menyebutkan jenis-jenis hipertensi.

f. Lansia dapat mengetahui tentang cara pencegahan hipertensi.


g. Lansia dapat mengetahui tentang cara penatalaksanaan hipertensi.

C. Pelaksana Kegiatan

1. Sasaran

Masyarakat Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh

Tengah.

2. Metode

Diskusi dan Ceramah.

3. Tempat dan Waktu

Tanggal Pelaksanaan : 25 Agustus 2017

Tempat Pelaksanaan : Gedung Serba Guna Desa Jongok Meluem.

Jam Pelaksanaan : 09.00 WIB

D. Evaluasi

a. Apa pengertian hipertensi?

b. Apa penyebab hipertensi?

c. Apa tanda dan gejala hipertensi?

d. Apa klasifikasi hipertensi?

e. Sebutkan jenis-jenis hipertensi?

f. Sebutkan cara pencegahan hipertensi?

g. Sebutkan cara penatalaksanaan hipertensi?


TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Arif Mansjoer,

2001). Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana sistoliknya diatas 140

mmHg. Pada poplasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160

mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002). Hipertensi

adalah salah satu penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri

mengetahui. Hipertensi dikenal sabagai pembunuh dalam selimut dan lain-lain.

Gejalanya hampir tidak terasa, sehingga penderita merasa tidak perlu datang ke dokter

(Bangun. 2008).

B. Etiologi

Hipertensi esensial / primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain genetik, lingkungan, hiperaktivitas

susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam sintesisna, peningkatan

Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor resiko seperti obesitas, alkohol dan merokok.

Hipertensi sekunder/renal. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertiroidisme primer, syndrome

cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.


C. Patofisiologi

a. Hipertensi Primer

Adalah penyakit darah tinggi yang tidak langsung disebabkan oleh penyebab

yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana atau menurut istilah awam adalah

hipertensi yang penyababnya tidak atau belum diketahui. Mareka yang menderita

hipertensi primer, tidak menunjukkan gejala apa pun.

b. Hipertensi Sekunder

Adalah hipertensi yang telah diketahui penyababnya. Timbulnya penyakit

hipertensi sekunder sebagai akibat dan suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan

seseorang.

c. Manifestasi Klinik

Menurut World Health organisasi (WHO), organisasi kesehatan dunia

didalam peserikatan bangsa-bangsa (PBB), dalam bangun 2008, klasifikasi tekanan

darah tinggi sebagai berikut:

a. Tekanan darah normal, apabila sistolik kurang atau sama dengan 140 dan

diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah pembatas, apabila sistolik 141 – 149 dan diastolik 91 -94

mmHg.

c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi apabila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolic lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Klasifikasi Hipertensi berdasarkan The Sixth Report of The Join National Comite

on Prevention, Detection, Evaluationn & Treatment of High Blood Presure, 1997.


PRE PLANNING PENYULUHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

Judul Penyuluhan :

ANEMIA PADA IBU HAMIL

2. Identifikasi Masalah

Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit,

tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan fisiologik yang terjadi

adalah perubahan haemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel – sel

darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika terjadi

ketidakseimbangan faktor – faktor prokoaguasi dan hemostasis. (Sarwono.2009)

Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan

bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak menurun,

kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb

paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan 30 minggu. Pada

trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah

mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada pemeriksaan pertama. (Sarwono.2009)

Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di Negara

maju maupun di Negara berkembang.

Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap

kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan yang hati-

hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.


Berdasarkan data yang dimiliki posyandu “Menur” di Desa Kalak Ijo, Guwosari

Pajangan Bantul, persentase insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2012 mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 40% (persentase insidensi ibu hamil

dengan anemia tahun 2011 sebanyak 30%, tahun 2010 sebanyak 20%). Data menunjukan

bahwa ibu hamil yang mengalami anemia di daerah tersebut rata – rata adalah ibu hamil

yang bekerja di luar rumah dan kondisi sosial ekonominya cenderung tinggi. Letak geografis

di daerah tersebut juga tergolong dekat dengan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Bidan

Praktik Swasta, Posyandu. Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah

kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada kehamilan dan ibu hamil cenderung

tidak memperdulikan pentingnya tablet fe yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan

karena ibu hamil di daerah tersebut menganggap bahwa tablet fe hanya membuat merasa

mual jika diminum dan anggapan tersebut telah menjadi budaya pada ibu hamil di daerah

tersebut.

3. Pengantar

Hari/Tanggal : Jumat, 18 Mei 2012

Waktu : 09.00 WIB – 09.20 WIB

(20 menit)

empat : Aula TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal Kalak Ijo Guwosari Pajangan

Bantul, selaku tempat dilaksanakannya posyandu “Menur”.

asaran : Ibu hamil di Dusun Kalak Ijo, Guwosari, Pajangan, Bantul.

4. Tujuan
A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini peserta dapat menambah pengetahuan tentang anemia.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 20 menit, diharapkan ibu hamil dengan

anemia di Dusun Kalak Ijo Guwosari Pajangan Bantul dapat mengetahui tentang :

1. Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil

2. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia

3. Macam-macam anemia pada ibu hamil dan penyebabnya

4. Akibat anemia pada ibu hamil

5. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

6. Menjelaskan cara minum tablet zat besi yang benar

C. Materi

Terlampir

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Praktek dengan alat (tablet zat besi)

E. Media

1. Leaflet

2. Power Point
3. Laptop

4. LCD

5. Alat praktek (tablet zat besi)

F. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 3 menit Pembukaan Menjawab salam,

a. Mengucapkan salam dan terima mendengarkan dengan seksama

kasih atas kedatangan para peserta.

b. Memperkenalkan diri dan apersepsi.

2 7 menit Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mendengarkan dan

memperhatikan
a. Menyampaikan materi tentang

pengertian Anemia dan anemia pada

ibu hamil

b. Menyampaikan ciri-ciri ibu hamil

dengan anemia

c. Menjelaskan Macam-macam

anemia pada ibu hamil dan

penyebabnya

d. Menjelaskan Akibat anemia pada

ibu hamil

e. Menjelaskan Penatalaksanaan dan


pencegahan anemia pada ibu hamil.

f. Menjelaskan cara minum tablet zat

besi yang benar

3 10 Penutup Peserta memperhatikan dan

menit a. Memberikan kesempatan pada memberikan pertanyaan jika ada

peserta untuk bertanya jika terdapat yang belum jelas serta

hal-hal yang belum jelas. menjawab pertanyaan yang

b. Menyimpulkan atau merangkum diberikan kepada peserta saat

hasil penyuluhan evaluasi.

c. Mengevaluasi hasil kegiatan dan Menjawab salam

meminta salah satu dari peserta

untuk mengulangi cara meminum

tablet zat besi yang benar.

d. Memberi salam dan meminta maaf

bila ada kesalahan

10. Evaluasi

Pertanyaan lisan :

1. Apa yang dimaksud dengan anemia dan anemia pada ibu hamil ?
2. Apa saja ciri-ciri ibu hamil dengan anemia ?

3. Sebutkan macam-macam anemia pada ibu hamil dan penyebabnya ?

4. Apa akibat anemia pada ibu hamil ?

5. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil ?

6. Bagaimana cara minum tablet zat besi yang benar ?

11. Lampiran Materi

ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. Pengertian

Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah normal

(normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%). Pada wanita hamil dikatakan anemia apabila kadar

Hb nya di bawah 11 gr % dan anemia berat jika Hb dibawah 8 gr%. Cara mengetahui secara

pasti kadar Hb dengan dilakukan tes darah.

B. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia

Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-ciri

dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah. Ciri-ciri

tersebut antara lain :

a. Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.

b. Lemah

c. Letih

d. Lesu

e. Lunglai
f. Nafas terengah-engah

g. Nyeri dada

h. Ikterus

C. Macam-macam anemia pada ibu hamil

1. Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi

Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi

dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran

darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi

pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada

kehamilan berikutnya.

Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi (Scholl, 1998). Pada

gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya

rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin

ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg

jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara

jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan

diatas dikompensasi oleh penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi

besi.

Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua, maka

kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.

Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar,
kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut

dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh

berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat

tidak menderita anemia defisiensi besi ( Arisman, 2007 ).

2. Anemia karena perdarahan

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi

sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan,

anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan

mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan dan

mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah yang diganti

umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum

apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang

tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang

hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan

perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam,

terapi besi selama setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan

transfusi darah ( Sarwono, 2005 ).

3. Anemia karena radang/ keganasan

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu

dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan

neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan

eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis,

endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah
secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal

kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan

peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.

Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia. Beberapa

diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus

(inflammatory bowel disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa,

keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan

meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan

pielonfritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat

meningkatnya destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal (Cavenee dkk,2001).

4. Anemia aplastik karena kerusakan sumsum tulang

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu penyulit

yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai

trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (Marsh dll, 1999).

Pada sekitar sepertiga kasus, anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim,

leukemia, dan gangguan imunologis.

Kelainan fungsional mendasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk

yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini

diperantarai oleh proses imunologis (Young dan Maciejewski, 1999). Pada penyakit yang

parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen,

angka kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen (Suhemi, 2007).

5. Anemia hemolitik karena usia sel darah merah yang pendek


Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih

cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

a. Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel

sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria

b. Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan dapat beserta

obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.

Gejala utama adalah anemia dengan kelaina-kelainan gambaran darah, kelelahan,

kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan

oleh infeksi maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun,

pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang

berulang dapat membantu penderita ini.

6. Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama

kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12

karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang

pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin

dijumapai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah

penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadar

nonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12 transkobalamin. Wanita

yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)

intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak
memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada

alasan untuk menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran

bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara

bersamaan mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak

diobati).

7. Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit

Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai

dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit

sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang

bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan

bentuk sel menjadi seperti sabit.

Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,

ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke

organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,

menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin

kematian.

Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk

bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang

(lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh

darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah

merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh

darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan

rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.


D. AKIBAT ANEMIA PADA IBU HAMIL

Akibat anemia pada ibu hamil antara lain :

a. Abortus

b. Persalinan preterm/sebelum waktunya

c. Proses persalinan lama

d. Perdarahan setelah persalinan

e. Syok

f. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan

g. Payah jantung

h. Bayi lahir prematur

i. Bayi cacat bawaan

j. Kekurangan cadangan besi

k. Kematian janin

l. Kematian ibu

E. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian

suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada

minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1

tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah
persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia perlu diberi zat besi dan asam folat

secara IM dan disarankan untuk bersalin di rumah sakit.

Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi makanan-

makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung)

ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah

organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan

oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat terhindar dari.

Periksakan sedini mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia, agar langkah-langkah

antisipasi bisa segera dilakukan.

F. Cara meminum Tablet zat besi

1. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa mual

2. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jus jeruk

atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.

3. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapat

menghambat proses penyerapan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT CACINGAN

February 8, 2010 ~ rastiti

Pokok Bahasan : Penyakit Cacingan


Sasaran : Ibu PKK Denpasar Utara

Waktu : 45 menit

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Januari 2008

Tempat : Gedung Narigraha Denpasar

1. I. LATAR BELAKANG

Penelitian menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia mengidap cacingan. Meskipun

demikian, penyakit cacingan ini masih sering dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh

masyarakat tetapi juga pemerintah. Padahal, cacingan dapat mengakibatkan menurunnya

kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga dipandang sangat

merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.

Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Melihat berbagai akibat

yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja cacingan dapat dikategorikan sebagai salah

satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang

serius. Hal ini terutama karena sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau balita,

yang masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, keadaan lingkungan dan kebersihan

perseorangan juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ini. Berkaitan dengan hal itu,

diperlukan suatu upaya bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini.

Dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai

penyakit cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang serius, diharapkan dapat

menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya bagi balita atau anak – anak. Cacing
yang sering menyerang manusia adalah cacing kremi, cacing tambang, dan cacing gelang.

Banyaknya penyakit cacingan juga dapat menunjukkan keadaan sosial yang buruk.

1. II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang penyakit

cacingan dan hal-hal yang terkait lainnya.

1. III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIU)

1. Menjelaskan pengertian penyakit cacingan

2. Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit cacingan

3. Menjelaskan akibat penyakit cacingan

4. Menjelaskan cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia

5. Menjelaskan gejala penyakit cacingan

6. Menjelaskan pengobatan penyakit cacingan

7. Menjelaskan pencegahan penyakit cacingan

1. IV. GARIS BESAR MATERI

1. Pengertian penyakit cacingan

2. Penyebab terjadinya dan penularan penyakit cacingan

3. Akibat penyakit cacingan

4. Perjalanan cacing

5. Gejala penyakit cacingan

6. Pengobatan penyakit cacingan


7. Pencegahan penyakit cacingan

1. V. METODE

Ceramah dan tanya jawab

1. VI. MEDIA

Leaflet, flip chart, dan poster

1. VII. PROSES KEGIATAN

No. Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audien Waktu

1. Pendahuluan : 1. Membalas salam 5 menit

2. Mendengarkan dengan aktif


1. Menyampaikan salam
3. Mendengarkan dan memberi
2. Memperkenalkan diri
respon
3. kontrak waktu

4. Menjelaskan tujuan

5. Apersepsi

2. Penjelasan materi : 1. Mendengarkan, memperhatikan 25 menit

2. Menanyakan hal-hal yang belum


1. Pengertian penyakit
jelas
cacingan

2. Penyebab terjadinya

penyakit cacingan
3. Akibat penyakit

cacingan

4. Perjalanan cacing

5. Gejala penyakit

cacingan

6. Pengobatan penyakit

cacingan

7. Pencegahan penyakit

cacingan

3. Evaluasi Menjawab pertanyaan 10 menit

Memberikan pertanyaan lisan

4. Penutup 5 menit

1. Menyimpulkan hasil

penyuluhan

2. Memberikan salam

3. Aktif bersama dalam

menyimpulkan

4. Membalas salam

45 menit

1. VIII. PENGORGANISASIAN
Setting tempat : Gedung Narigraha

Penyaji : Ni Putu Rastiti

1. IX. RENCANA EVALUASI

Bentuk lisan :

1. Sebutkan penyebab terjadinya penyakit cacingan

2. Sebutkan akibat penyakit cacingan

3. Sebutkan gejala penyakit cacingan

4. Jelaskan mengenai pengobatan penyakit cacingan

5. Jelaskan mengenai pencegahan penyakit cacingan

MATERI

PENYAKIT CACINGAN

Pengertian Penyakit Cacingan

Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat

ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup

setelah telur) cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan

masuk ke dalam tubuh manusia. Larva (masa hidup setelah telur) cacing yang masuk ke
dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang sering menyerang

tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang dan cacing kremi.

Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Cacingan

– Kebersihan lingkungan

Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air

besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya

bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar

(menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut

manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap

tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia

tetap saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.

– Kebiasaan yang buruk

Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat

interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan

masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang – orang selalu

menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi.

Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di

seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang

yang tinggal serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi

– Makanan yang tercemar oleh larva cacing.


Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu

naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya

telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama

debu, telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di

pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak

yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah

yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan

air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang

mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku

lalu masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat

hinggap di makanan, juga bisa masuk melalui mulut.

– Tanah yang mengandung larva cacing

Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori – pori tubuh. Selain melalui

makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui

kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau

telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan

munculnya rasa gatal

Akibat Penyakit Cacingan

Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada kasus-

kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang

menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.


Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang

menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit

lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.

Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,

komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara

signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas ekonomi dan

pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar

keluar lewat hidung atau mulut.”

Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya

daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari

pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan kemampuan mental). Dalam

perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.

Perjalanan Cacing

Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk dari cacing

– caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang berukuran 20 hingga 40

centimeter, cacing betina mampu bertelur 200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang

adalah otak, hati, dan usus buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur

5.000 butir sehari dan senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi

cacing ini akan kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang

berukuran 1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap

darah.
– Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan berukuran

10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus,

cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang

dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi

tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila

tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus

dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu

mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui

dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan

broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk,

kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi

cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan

sampai menjadi cacing dewasa

– Cacing Tambang

Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus

halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 –

10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-

kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada

sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar

bersama tinja, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva

rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit,

larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh

darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan

masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform

menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.

– Cacing Cambuk

Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang

jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya

masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur

sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja,

telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah

yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh

manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus

sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens

dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap

bertelur sekitar 30 – 90 hari.

Gejala Penyakit Cacingan

Gejala Umum

Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah, muka pucat,

serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik yang tidak jelas dan

berulang,
Gejala Khusus

– Cacing Gelang

Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare,

akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami

kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk

seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.

– Cacing Cambuk

Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane

usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat

mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus

dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan

mual, muntah, dan perut kembung.

– Cacing Tambang

Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui

kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita.

Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.

– Cacing Kremi

Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah

dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan

gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang
tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan

yang bisa menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.

Pengobatan

Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun,

anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan

cacing.

Pencegahan

1. Menjaga Kebersihan Perorangan

2. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan

air dan sabun.

3. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva

cacing.

4. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu

pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.

5. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke

dalam air mendidih.

6. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka

7. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :

8. Memasak air untuk minum

9. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;

10. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
11. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila

melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;

12. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari

makanan tersebut;

1. Menjaga Kebersihan Lingkungan

2. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.

3. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.

4. tidak menyiram jalanan dengan air got

5. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.

6. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.

7. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan mahasiswa Praktek Belajar Lapangan (PBL) STIKes

PNAD selama 21 hari terhitung sejak tangga 21 Agustus 2017 sampai 11 September

2017 di Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

menyimpulkan :

1. Desa Jongok Meluem merupakan daerah dengan karektiristik perkarangan,

mayoritas penduduk bermata pencaharian adalah dengan ditanami sayur-

sayuran dan palawija, dengan tingkat pendidikan rata-rata tamatan Sekolah

Menengah Atas (SMA).


2. Fasilitas Kesehatan Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten

Aceh Tengah sudah cukup memadai seperti desa sudah memiliki polindes dan

bidan desa yang bekerja 24 jam, posyandu balita dan berjalan setiap bulannya,

jarak tempuh dari desa ke pusat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas mudah

di jangkau, rata-rata masyarakat sudah memiliki kendaraan roda 2 sebagai alat

transportasi.

3. Sumber-sumber informasi didapat melalui data-data dari quesioner yang

disebarkan ke rumah-rumah warga dengan sistem door to door (romah ke

rumah) dan dari profil Desa Jongok Meluem Kecamatan Kebayakan Kabupaten

Aceh Tengah.

4. Masyarakat Desa Jongok Meluem mempergunakan air minum yang bersumber

dari air sumur dan air hujan karena daerah Desa Jongok Meluem belum

mendapatkan aliran airdari PDAM sepenuhnya. Pada musim-musim tertentu air

yang dipergunakan masyarakat mengalami beberapa masalah seperti pada

musim penghujan air keruh dan kotor, pada musim panas sumber air tersebut

bersih.

5. Dalam hal pengolahan limbah rumah tangga terutama limbah cair masyarakat

Desa dibuang melalui sistem pembuangan air limbah sederhana.

B. Saran

Saran kepada aparatur pemereintah yang terkait.

1. Kepada Bapak Camat Kebayakan agar dapat membantu dan mendukung

(berkoordinasi) dengan PDAM / aparat terkait dalam pengadaan sarana air bersih

yang memenuhi standar kesehatan, agar nantinya kesulitan dalam pengadaan


sarana air bersih yang memenuhi standar kesehatan, agar nantinya kesulitan

masyarakat Desa Jongok Meluem dapat teratasi.

2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah agar dapat membantu dalam

pengendalian dan pengolahan limbah cair terutama pencegahan pencemaran

terhadap lingkungan dan sumber air minum yang ada, serta pemanfaatan SDM

yang ada khususnya dijajaran kesehatan.

3. Kepada Puskesmas wilayah Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

agar selalu memantau, memberikan pelayanan kesehatan dasr dan memberikan

info kesehatan secara continue sehingga meningkatkan kemandirian masyarakat

dan mampu mengatasi permasalahan yang ada melalui pembinaan-pembinaan

kemasyarakatan salah satunya pengembangan PHBS di tatanan Rumah Tangga,

surveilant berbasis masyarakat.

4. Kepada masyarakat desa Jongok Meluem, diharapkan masyarakat peduli dan

tanggap serta mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Mampu

memanfaatkan sumber daya yang ada baik dari Sumber Daya Masyarakat (SDM)

maupun Sumber Daya Alam (SDA).

5. Kepada STIKes PNAD agar dapat membuatkan buku penuntun / panduan

pelaksanaan PBL III (Komunitas), sehingga mempermudah mahasiswa

melaksanakan kegiatan-kegiatan di lapangan ke depan nantinya.

Anda mungkin juga menyukai