Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat

rahmat dan kurnia-Nya sehingga laporan pelaksanaan pengalaman belajar (PBL I)

dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan ini kami

menyadari, masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna

perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca secara umum.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu

kelancaran pelaksanaan kegiatan pengalaman belajar lapangan (PBL), tertuama

kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan

Bakti Husada Kuningan.


2. Bapak Abdal Rohim, S.Kp., M.H selaku Ketua STIKes Kuningan.
3. Ibu Nissa Noor Annashr, S.KM., M.KM selaku Ketua Prodi Kesehatan

Masyarakat STIKes Kuningan.


4. Ibu Icca Stella Amalia, S.KM., M.PH selaku Dosen Pembimbing
5. Bapak Hari Sucipta, SKM selaku Staf Pebimbing Lapangan
6. Ibu Windy, Amd. Keb selaku Bidan Desan
7. Bapak Dede Herdiana selaku Kepala Desa Padahurip serta jajarannya
8. Bapak Asep Saepudin selaku Kepala Dusun Cipicung, Bapak Iman

Sulman selaku Kepala Dusun Babakan, Bapak Nana selaku Kepala Dusun

Tajur.
9. Ibu Een selaku Tuan Rumah selama kami tinggal di Desa Padahurip.
10. Seluruh kepala Rumah Tangga (RT) Desa Padahurip.
11. Seluruh masyarakat Desa Padahurip.
12. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan baik isi dan

penyajiannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semsua pihak yang

berkepentingan.

Kuningan, 29 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia. Apabila interaksi unsur-unsur antar keduanya seimbang maka akan
menimbulkan keharmonisan dalam lingkungan hidup termasuk kesehatan
lingkungannya. Menurut Soemirat (2011) berpendapat bahwa Definisi kesehatan
lingkungan yang didapat dari Lampiran I Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan nomor Kep-124/12/1997 tertanggal 29 desember 1997
sebagai berikut (20): “Kesehatan lingkungan merupakan kondisi dari berbagai
media lingkungan (air, udara, tanah, makanan, manusia, vektor penyakit, material)
yang tercermin dalam sifat fisik, biologis, dan kimia dari kualitas parameter-
parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat”.

Adapun menurut HAKLI (Himpunan ahli kesehatan lingkungan


Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antar manusia dan lingkungannya
untuk mendukung tercapai kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia
(Triwibowo,dkk, 2013). Interaksi antara manusia dan lingkungan tidak selalu
berjalan lancar sehingga dapat menimbulakn masalah pada kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, setiap individu harus selalu memelihara dan memperbaiki
kesehatan lingkungannya.

Salah satu masalah yang terdapat dalam lingkungan adalah masalah


sampah, sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyaarakat amerika membuat
batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang. Sampah berasal dari kegiatan manusia, dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah erat kaitanya dengan kesehatan
masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen), dan juga binatang
serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu,
sampah harus dikelola dengan baik dari mulai proses penimbunan sampah,
penyimpanan sampah, pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali,
pengangkutan, dan pembuangan sehingga dampak yang ditimbulkan bisa
diminimalisir sekecil mungkin dan tidak mengganggu atau mengancam kesehatan
masyarakat. Azwar (1996) dalam Pinem, M (2016) mengatakan untuk daerah
pedesaan, pembuangan sampah ini lebih sulit lagi karena tidak satu desa di
Indonesia yang mempunyai mekanisme ataupun sistem pengolahan sampah.
Kebanyakan sampah didaerah pedesaan dibuang dipekarangan, dibakar atau
ditimbun, juga banyak tidak ditangani sewajarnya dan sering menjadi sumber
pencemaran lingkungan”.

Menurut Azwar (1990) sanitasi lingkungan berupa saluran pembuangan air


limbah juga mendapat perhatian khusus. Sanitasi bagi kepentingan saluran air
limbah menjadi bagian dari kesehatan lingkungan. Dalam pengelolaan air limbah
digunakan dua cara yaitu: a) Sistem riol, yakni suatu jaringan pembuangan air
limbah yang dimulai dari daerah perumahan, masuk kedaerah permukiman yang
kemudian dialirkan ketempat pembuangan akhir air limbah yang biasanya
merupakan kali atau laut. b) Septic tank, merupakan suatu unit penampungan dan
penyaluran air limbah didalam tanah yang dibuat permanen. Dalam hal ini septic
tank baiknya berupa bak penampungan yang terbuat dari lapisan kerikil tanah liat
dan dtengahnya sialirkan saluran pipa Air

Masalah kesehatan lingkungan lainnya adalah pengelolaan air limbah.


Menurut Purwana (2013) Semua air bekas yang dipakai masyarakat termasukdari
kamar mandi, dapur, tempat mencuci, menjadi air limbah yang harus dibuang
secara saniter. Pembuangan air limbah secara saniter sangat penting untuk
mencegah timbulnya resiko kesehatan baru. Mengingat banyaknya
keanekaragaman pencemar yang berpotensi masuk kedalam air limbah. Air
limbah mengandung buangan dari jamban atau tempat sampah dapat juga
memfasilitasi kontak langsung masyarakat dengan kuman patogen penyebab
penyakit. Khususnya dapat terjadi jika manusia memanfaatkan sungai atau badan
air lain yang menjadi tempat penyaluran air limbah rumah tangga dan lain-lain
untuk keperluan sehari-hari.

Menurut data Riskesdas tahun 2013 tentang proporsi Rumah Tangga (RT)
menurut pengelolaan sampah diketahui bahwa sampah diolah dengan cara
diangkut sebesar 24,9 %, ditimbun 3,9%, diolah menjadi kompos 0,9%, dibakar
50,1%, dibuang ke kali atau laut atau parit 10,4% dan dibuang sembarangan 9,7%.
Adapaun diprovinsi jawa barat terdapat 48,0% rumah tangga yang melakukan
pengolahan sampah dengan cara dibakar, dan menurut data sekunder yang
diperoleh dari hasil Survey Dasar Kesehatan Masyarakat (SDKM) tahun
2018program studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan menyatakan bahwa
desa Padahurip merupakan salah satu desa di kecamatan Selajambe yang masih
memiliki masalah tekait sampah.

Untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan harus diawali


dengan merubah perilaku individu dalam lingkungan tersebut. Menurut Purwanto
(1998) Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada
dalam diri manusia. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan,
namun tidak semua manusia menyadari apa yang dibutuhkan oleh lingkunganya,
sehingga manusia membutuhkan dukungan dari pihak diataranya adalah
mahasiswa kesehatan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka kami melaksanakan kegiatan Survey Dasar

Kesehatan Masyarakat (SDKM), dengan menggunakan metode wawancara dan

observasi secara langsung terhadap masyarakat di Desa Padahurip untuk dapat

melakukan analisis terhadap data hasil SDKM guna menentukan identifikasi

masalah, menentukan prioritas masalah, mementukan alternatif pemecahan

masalah sesuai dengan kondisi di masyarakat.


1.2. Tujuan

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di Desa Padahurip Kecamatan

Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019.


b. Menentukan prioritas masalah yang ada di Desa Padahurip Kecamatan

Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019.


c. Mengidentifikasi penyebab masalah yang ada di Desa Padahurip

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019.


d. Menentukan prioritas penyebab masalah yang ada di Desa Padahurip

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan 2019.


e. Menetukan alternatif solusi penyelesaian masalah yang ada di Desa

Padahurip Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan 2019.

1.3. Manfaat

Kegiatan PBL I ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Desa Padahurip


a. Mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan yang ada di Desa

Padahurip Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019

sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku bagi masyarakat


b. Dari informasi tersebut, masyarakat dapat lebih menyadari akan

pentingnya kesehatan di lingkungan sekitar.


c. Masyarakat mengetahui ukuran berat badan, tinggi badan, tekanan

darah, Lingkar Lengan Atas (LILA), dan lingkar perut yang dapat

menggambarkan kondisi dasar kesehatan masyarakat.


2. Pemerintah Desa Padahurip mendapatkan data hasil survey dasar

kesehatan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam

menyusun APBDes yang sesuai dengan kondisi masyarakat, dan

pembuatan profil desa.


3. . Bagi UPTD Puskesmas Selajambe
a. Menciptakan kerja sama untuk mengetahui kondisi kesehatan

masyarakat dilapangan.
b. Dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa dalam membantu

menyelesaikan proses pendataan terhadap kondisi kesehatan

masyarakat dilapangan selama praktek berlangsung


4. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Mengenalkan eksistensi Program Studi Kesehatan Masyarakat

STIKes Kuningan kepada masyarakat.


b. Menjadi bahan masukan dalam pengembangan kegiatan pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat.


5. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pemecahan

masalah yang terdapat di lapangan.

b. Menambah pengalaman serta wawasan untuk aktif dan interaktif

dengan masyarakat Desa Padahurip, Kecamatan Selajambe,

Kabupaten Kuningan melalui Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD).

c. Meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam melakukan

penelitian dan penulisan laporan Pengalaman Belajar Lapangan

(PBL I).

d. Meningkatkan softskill mahasiswa dalam berinteraksi dan

bersosialisasi dengan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai