Disusun Oleh:
Kelompok 9
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas dari mata kuliah Pengelolaan Sanitasi
Lingkungan di Pemukiman Lahan Basah dengan judul “Survey Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dan Penyakit Menular pada Rumah Tangga Pemukiman Lahan Basah di Lorong
Jambu, 36 Ilir, Kecamatan Gandus, Palembang”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 6
2.1. Lahan Basah ............................................................................................................ 6
2.2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ............................................................ 7
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 11
3.1. Waktu Penelitian................................................................................................... 11
3.2. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 11
3.3. Sasaran Penelitian .............................................................................................. 11
3.4. Metode Penelitian............................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ............................................................ 11
4.1. Kasus Penyakit di Pemukiman Lahan Basah .......................................................... 11
4.2. Pengetahuan Masyarakat Tentang STBM............................................................... 12
4.3. Gambaran Pelaksanaan STBM ............................................................................... 15
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 21
5.2. Saran .................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 22
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah-rumah yang berdiri di lahan basah bisa saja belum mengolah limbah cairnya
dan dibuang begitu saja di perairan di bawah rumahnya dalam bentuk feses,urine, dan air
limbah rummah tangga yang bias berdampak ke depannya. Jika kotoran manusia dibuang
begitu saja maka bias saja menjadi agen suatu penyakit dan jika limbah rumah tangga
dibuang begitu maka akan berdampak pada pencemaran air dan tanah yang ada di lahan
basah dan bisa membawa penyakit serta membuat flora dan fauna di sekitar menjadi mati.
Program STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) kemudian dirasa perlu untuk
diterapkan di masyarakat. Penerapan STBM di masyarakat ternyata baru dilaksanakan
oleh sebagian masyarakat yang menjadi tempat penerapan STBM ini yang telah
4
dilaksanakan sejak tahun 2010 dan perlu menjadi perhatian kita semua. Dengan
mengambil sampel populasi di lokasi pemukiman lahan basah daerah Lorong Jambu
Kelurahan 36 Ilir Kecamatan Gandus Palembang dirasa cocok untuk melakukan survey
STBM ini, mengingat wilayah pemukiman ini dikelilingi kawasan rawa dan terletak di
pinggiran anak sungai musi, keadaan sanitasinya yang masih kurang dan pengetahuan
masyarakat akan STBM kurang.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah STBM telah dilaksanakan di Sumatera Selatan?
1.2.2. Bagaimana pelaksanaan program STBM di masyarakat?
1.2.3. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai program ini?
1.2.4. Apakah masyarakat telah menerapkan program STBM ini?
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
Konvensi Ramsar 1971 menakrifkan lahan basah yang penting secara internasional
sebagai berikut (Dugan, 1990): Lahan basah adalah wilayah rawa, lahan gambut, dan air,
baik alami maupun buatan, bersifat tetap atau sementara, berair ladung (stagnant, static) atau
mengalir yang bersifat tawar, payau, atau asin, mencakup wilayah air marin yang didalamnya
pada waktu surut tidak lebih daripada enam meter.
Secara sederhana, lahan basah dapat diartikan sebagai lahan dimana air bertemu
dengan tanah. Contohnya bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah
dataran banjir, sawah, dan terumbu karang. Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap
zona iklim, dari daerah kutub sampai daerah tropis.
6
Sabuk meander (Meander belts)
Rawa gambut dan marshes (Peal swamps and marshes)
Dataran banjir
Total lahan basah di Indonesia adalah 396.462 km2, yang sebagian besar menyebar di
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Rawa gambut dan marshes adalah yang terluas (168.951
km2). Lahan basah lainnya yang cukup luas adalah dataran alluvial (155,330 km2), rawa
pasang surut (40,060 km2), dan dataran banjir (30,194 km2). Rawa musiman (21,100 km2)
hanya terdapat di daerah Papua.
Lahan basah sangat penting bagi ekosistem dunia. Bahkan, penduduk di beberapa bagian
dunia sangat bergantung pada lahan ini. Bila diibaratkan, keberadaan lahan basah seperti
sistem pembuluh darah yang menghubungkan seluruh bentang alam. Tanpa basah, dunia
akan sangat kekurangan air. Lahan basah juga dapat diibaratkan sebagai spons raksasa yang
dapat menyerap dan menyimpan air dari hujan yang sangat lebat, kemudian melepaskannya
secara perlahan-perlahan ke lingkungan sekitarnya. Karena itulah, keberadaan lahan basah
dapat mengurangi risiko terjadinya banjir. Peran penting yang dimiliki lahan basah membuat
tanggal 2 Februari diperingati sebagai Hari Lahan Basah Sedunia.
7
mulai mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total
bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan
Pemasaran Sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes, 2008).
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang
tempat (ODF).
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang
aman di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci
tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan
dengan benar.
4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
Untuk mencapai outcome tersebut, STBM memiliki 6 strategi nasional yang pada bulan
September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008.
Strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang terkait dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi
total berbasis masyarakat. Pada tahun 2014, naungan hukum pelaksanaan STBM diperkuat
dengan dikeluarkannya Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Dengan demikian, secara otomatis Kepmenkes No.852/Menkes/SK/IX/2008
telah tidak berlaku lagi sejak terbitnya Permenkes ini.
8
Dalam Permenkes No. 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3
komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain, yaitu:
Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada, maka proses pencapaian 5
Pilar STBM tidak maksimal. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total. Adapun 5
Pilar STBM terdiri atas:
9
Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga dengan
kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka pindah
ke tempat tertutup dan terpusat.
Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini
dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas
terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan dalam hal
memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat serta mencegah
penyakit berbasis lingkungan.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Rumah 1 3 1 - - -
Rumah 2 - - - - -
11
Rumah 3 - - - - 1
Rumah 4 6 - - - -
Rumah 5 1 - - - -
Rumah 6 - - - - -
Rumah 7 1 1 - - -
Rumah 8 - - - - -
Rumah 9 - - - - -
Rumah 10 - - - - -
Total 11 2 - - 1
12
10 11
2
2 0 0 1
0
Diare DBD TBC Pneumonia Lainnya
Berdasarkan grafik diatas, dari 10 rumah tangga di daerah Lorong Jambu rata-rata
responden menderita penyakit Diare, yaitu sebanyak 11 kasus. Hal ini menandakan bahwa
dengan sanitasi lingkungan yang buruk di daerah pemukiman lahan basah tersebut rentan
sekali untuk terkena wabah penyakit Diare.
12
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan tentang STBM
Indikator
Pengetahuan
Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5
Respond STBM
No.
en
B TB B TB B TB B TB B TB B TB
Rumah
1.
1
- - - - - -
Rumah
2.
2
- - - - - -
Rumah
3.
3
- - - - - -
Rumah
4.
4
- - - - - -
Rumah
5.
5
- - - - - -
Rumah
6.
6
- - - - - -
Rumah
7.
7
- - - - - -
Rumah
8.
8
- - - - - -
Rumah
9.
9
- - - - - -
Rumah
10.
10
- - - - - -
13
TOTAL 1 9 8 2 9 1 10 0 6 4 0 10
12
10
0
Pengetahuan Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5
STBM
14
4.3. Gambaran Pelaksanaan STBM
Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data, didapatkan hasil sebagai
berikut:
15
YA TIDAK
41%
59%
Grafik 3. Persentase Kategori Baik dan Tidak Baik Pada Penerapan Stop Buang Air
Besar Sembarangan
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 10 rumah tangga rata-rata sudah cukup baik
dalam menerapkan pilar 1 STBM yaitu dengan sudah memiliki jamban sendiri sehingga tidak
lagi buang air besar sembarangan (di tempat umum). Rata-rata responden sudah memiliki
jamban yang sehat dalam artian sudah memiliki kloset dengan konstruksi yang kuat, setiap
anggota keluarga menggunakan wc dan terdapat akses untuk membersihkan dubur (rata-rata
menggunakan air). Kondisi jamban juga sudah cukup masuk dalam kategori baik, dalam
artian tersedia pintu di jamban, pencahayaan yang cukup baik, ventilasi yang cukup. Tetapi
terdapat beberapa responden yang masih belum baik dalam menjaga kebersihan jambannya,
masih terdapat kotoran yang terlihat di jamban dan sampah yang berserakan di jamban.
1 Tersedia air mengalir di dalam rumah untuk cuci tangan 7 70% 3 30%
16
Jumlah 26 86,7 4 13,3
YA TIDAK
13%
87%
Grafik 4. Persentase Kategori Baik dan Tidak Baik Pada Penerapan Cuci Tangan
Pakai Sabun
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dari 10 rumah tangga di kawasan Lorong Jambu 36
Ilir rata-rata sudah baik dalam menerapkan pilar 2 STBM yaitu dengan sudah memiliki akses
mencuci tangan seperti air yang mengalir, sabun, dan perlengkapan lainnya. Dengan ini
masyarakat bisa terhindar dari paparan penyakit menular melalui tangan dan meningkatkan
derajat kesehatan mereka.
Jumlah 38 95% 2 5%
17
5% YA TIDAK
95%
Grafik 5. Persentase Kategori Baik dan Tidak Baik Dalam Penerapan Pengelolaan
Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 10 rumah tangga di kawasan Lorong Jambu 36
Ilir rata-rata mengelola air sebelum air tersebut dikonsumsi. Rata-rata responden
pengelolaannya dengan cara merebus air. Setelah direbus, air dimasukkan kedalam wadah
yang tertutup rapat sehingga tidak ada cela untuk mikroorganisme patogen masuk. Begitupun
dengan pengelolaan makanan. Rata-rata responden menggunakan wadah yang tertutup dan
bersih. Hal ini menunjukkan responden sudah menerapkan dengan baik pengelolaan air
minum dan makanan rumah tangga.
Ya Tidak
No Kriteria
N % N %
18
YA TIDAK
15%
85%
Grafik 6. Persentase Kategori Baik dan Tidak Baik Penerapan Pengamanan Sampah
Rumah Tangga
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 10 rumah tangga di kawasan Lorong Jambu 36
Ilir rata-rata belum melakukan pengelolaan sampah yang baik. Setelah diamati, rata-rata
lingkungan di sekitar rumah responden sudah cukup baik, tidak ada sampah yang berserakan.
Namun, rata-rata responden tidak menerapkan pengelolaan pada sampah yang akan dibuang.
Mereka langsung membuang sampah ke tempat penampungan sementara yang kemudian
akan diangkut ke tempat pembuangan umum.
19
YA TIDAK
15%
85%
Grafik 7. Persentase Kategori Baik dan Tidak Baik Penerapan Pengelolaan Limbah
Cair Rumah Tangga
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 10 rumah tangga di kawasan Lorong Jambu 36
Ilir rata-rata tidak melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang. Rata-rata responden
langsung membuang limbah (kebanyakan limbah air cuci dan mandi) ke rawa-rawa yang
berada dibawah rumah mereka. Hal tersebut tetntunya bisa menyebabkan pencemaran air
rawa dan dapat menjadi sumber vektor penyakit menular.
20
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
5.2. Saran
1. Masyarakat di Pemukiman lahan basah perlu meningkatkan pengelolan sanitasi yang
berkelanjutan. Aktifitas penduduk di permukiman diiringi dengan peningkatan
kebutuhan air baik domestik maupun non domestik.
2. Sumber daya yang memadai harus dikelola untuk dapat memenuhi kebutuhan air
secara kuantitas , kualitas dan kontinuitas.
3. Limbah yang berada disekitar pemukiman dapat dikelola dengan rancangan yang
tepat sehingga mengurangi pencemaran di sekitar tempat tinggal. Sehingga kawasan
resapan air yang merupakan kawasan budidaya terbatas dapat dikendalikan.
Pengolahan air limbah berbasis daur ulang, menjadi salah satu cara dalam mengolah
air limbah. Hal ini dapat memberikan manfaat meningkatkan akses sanitasi dengan
sistem desentralisasi dan pemeliharaan yang mudah serta dapat mengurangi beban
infrastruktur secara terpusat. Manfaat yang utama adalah dalam penghematan air,
selama musim kemarau
21
DAFTAR PUSTAKA
Agnika, Natalia T. 2018. Hari Lahan Basah Sedunia: Menjaga Kesehatan Lahan Basah
demi Kesejahteraan Bersama. Dalam website World Wide Fund for Nature (WWF)
Indonesia. Diakses melalui https://www.wwf.or.id/?63843/Hari-Lahan-Basah-Sedunia-
Menjaga-Kesehatan-Lahan-Basah-demi-Kesejahteraan-Bersama pada 22 Maret 2019.
Fatonah, Nurul Siti. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat Pilar Pertama (Stop BABS) di Desa Purwosari Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak Tahun 2015. Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Diakses melalui https://lib.unnes.ac.id/28128/1/6411411249.pdf pada 23 Maret 2019.
Harianto, Sugeng P, dan Dewi, Bainah S. 2017. Buku Ajar Biologi Konservasi:
Biodiversitas Fauna di Kawasan Budidaya Lahan Basah. Lampung: Universitas
Lampung. Diakses melalui
http://repository.lppm.unila.ac.id/4352/1/biologi%20konservasi%20gabung.pdf pada
23 Maret 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. 5 Pilar Kurangi Penyakit Berbasis
Lingkungan. Diakses melalui http://www.depkes.go.id/article/print/17032100003/5-
pilar-kurangi-penyakit-berbasis-lingkungan.html pada 23 Maret 2019.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Lahan Basah: Terra Incognita. Dalam Repro: Ilmu
Tanah Universitas Gadjah Mada. Diakses melalui
http://www.soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1997-Lahan-basah.pdf pada 22 Maret
2019.
Poniman, Aris, Nurwadjedi, & Suwahyuono. 2006. Penyediaan Informasi Spasial Lahan
Basah untuk Mendukung Pembangunan Nasional. Dalam Forum Geografi, Vol 20, No.
2, Desember 2006: 120-1134. Jakarta: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (BAKOSURTANAL) Diakses melalui
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/257/Aris%20Poniman.pdf?se
quence=1&isAllowed=y pada 23 Maret 2019.
http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about
22
LAMPIRAN
23
Gambar 7. Sampah berserakan Gambar 8. Foto Bersama Warga
di sekitar rumah responden
24