Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN LAHAN BASAH

LINGKUNGAN LAHAN BASAH

Dosen:
Arif Sholahuddin S.Pd.,M.Si
Drs. Muhammad Kusasi, M.Pd

Oleh:
Kelompok 1
Aliyya Khairunnisa Adzahra 1810120220010
Norlaila 1810120120030
Rismalia Meitiyanah 1810120120008

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
BANJARMASIN
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan pembuatan laporan makalah ini dengan judul “Lingkungan
Lahan Basah”. Tidak lupa pula shalawat serta salam kita tujukan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat, dan pengikut
beliau hingga akhir zaman.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga pembuatan makalah ini
berjalan dengan lancar. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna karena


keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif, guna
perbaikan dan kesempurnaan laporan makalah ini demi mendukung perbaikan
mutu pendidikan. Atas bantuan, petunjuk, bimbingan, dan fasilitas serta bahan-
bahan masukan dalam pembuatan laporan makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih.

Banjarmasin, 10 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4

A. Latar Belakang................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah............................................................................... 5

C. Tujuan................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 7

A. Pengertian Lingkungan....................................................................... 7

B. Pengertian Lahan Basah..................................................................... 7

C. Karakteristik Lahan Basah.................................................................. 9

D. Jens Lahan Basah yang terdapat di Indonesia.................................... 10

E. Daerah Tangkapan Air........................................................................ 11

F. Hubungan Daerah Tangkapan Air dengan Lahan Basah.................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 13

A. Kesimpulan......................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh


dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu
sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang
dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa
(termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah
dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin.

Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman


hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Di atas lahan
basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi (masyarakat tetumbuhan), seperti
hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-lain.
(MacKenzie, W.H. and J.R. Moran, 2004.)

Lahan basah adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki
kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya
mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir,
limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di
perairan tawar, payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun
buatan.

Lahan basah memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia.


Ekosistemnya menyediakan air bersih, keanekaragaman hayati, pangan, berbagai
material, mengendalikan banjir, menyimpan cadangan air tanah, dan mitigasi
perubahan iklim.

Ekosistem lahan basah terbentuk akibat adanya genangan air yang terjadi
secara terus menerus, baik permanen maupun musiman. Kemudian biota yang ada
di areal tersebut beradaptasi terhadap kondisi yang basah. Keadaan alam dan biota
tersebut membentuk sebuah ekosistem khas disebut lahan basah. (Paul A. Keddy.
2010)
Lahan jenis ini juga menjadi habitat sejumlah besar tumbuhan dan satwa,
relatif lebih banyak dibanding jenis ekosistem lain. Hal ini membuat Badan
Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) menggagas
sebuah konvensi yang dikenal Konvensi Ramsar. Menurut Konvensi Ramsar,
pengertian lahan basah adalah“Area rawa, lahan gambut atau air, baik alami atau
buatan, permanen atau sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar,
payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi
enam meter.”

Lingkungan lahan-basah adalah unggulan Universitas Lambung Mangkurat


(ULM), perguruan tinggi yang berdiri tanggal 21 September 1958. Terletak di
Banjarmasin dan Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Dalam makalah ini lahan-basah dan lingkungannya akan menjadi pokok


pembahasan. Tujuan makalah ini adalah untuk mengenalkan lahan basah dalam
tataran atau konsep pengetahuan dasar. Melalui makalah ini, pembaca diharapkan
mudah memahami lahan basah dan lingkungannya serta dapat mengembangkan
lebih jauh pengetahuan atau wawasan tentang lingkungan lahan basah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan?


2. Apa yang dimaksud dengan lahan basah ?
3. Bagaimana sifat dan karakteristik yang terdapat pada lahan basah ?
4. Apa saja jenis lahan basah yang terdapat di Indonesia ?
5. Apa yang dimaksud dengan daerah tangkapan air ?
6. Bagaimana daerah tangkapan air dan lahan basah memiliki hubungan satu
sama lain ?
C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Memahami pengertian lingkungan


2. Memahami pengertian lahan basah
3. Mengidentifikasi karakteristik lahan basah
4. Mengetahui jenis lahan basah yang terdapat di Indonesia
5. Memahami konsep daerah tangkapan air
6. Menghubungkan keterkaitan antara daerah tangkapan air dan lahan basah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya,
yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain dan dapat mempengaruhi hidupnya.
(N.H.T Siahaan, 2004)
Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup.Segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia
baik langsung maupun tidak langsung juga merupakan pengertian
lingkungan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005)

Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1) daerah tempat


suatu makhluk hidup berada. 2) keadaan atau kondisi yang melingkupi
suatu makhluk hidup. dan 3) keseluruhan keadaan yang meliputi suatu
makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup.( Bahrudin Supardi,2009)

B. Pengertian Lahan Basah


1. Definisi Umum
Lahan basah adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan
perairan tetap atau sementara dengan air tergenang atau mengalir baik
tawar, payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut dengan
kedalaman tidak lebih dari 6 m pada waktu surut. (Triana, 2012).
Lahan basah merupakan daerah peralihan antara sistem perairan
dan daratan yang dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa
liar. (Rohadi dan Harianto, 2011)
Lahan basah adalah ekosistem yang dibanjiri oleh air, baik secara
permanen atau musiman, dimana berlakunya proses bebas oksigen.
(Keddy, P.A. 2010)
Lahan basah juga dianggap sebagai ekosistem yang paling beragam
secara biologis dari semua ekosistem, yang berfungsi sebagai rumah
bagi beragam kehidupan tanaman dan hewan. (Elsevier Academic
Press. 2018)
2. Konvensi Ramsar
Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi
dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Nama resmi
konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International
Importance, especially as Waterfowl Habitat. Konvensi Ramsar
diratifikasi pemerintah Indonesia pada tahun 1991 melalui Keputusan
Presiden RI No. 48 tahun 1991.
Istilah “Lahan Basah”, sebagai terjemahan “wetland” baru dikenal
di Indonesia sekitar tahun 1990. Sebelumnya masyarakat Indonesia
menyebut kawasan lahan basah berdasarkan bentuk/nama fisik
masing-masing tipe seperti: rawa, danau, sawah, tambak, dan
sebagainya. Disamping itu, berbagai departemen sektoral juga
mendefinisikan lahan basah berdasarkan sektor wilayah pekerjaan
masing-masing.
Pengertian fisik lahan basah yang digunakan untuk menyamakan
persepsi semua pihak mulai dikenal secara baku sejak diratifikasinya
Konvensi Ramsar tahun 1991 yaitu:
“Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; tetap
atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir; tawar,
payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya
tidak lebih dari enam meter pada waktu surut.”
“Areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or
artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing,
fresh brackish or salt, including areas of marine water the depth of
which at low tide does not exceed six meters.”
Pengertian di atas menunjukkan bahwa cakupan lahan basah di
wilayah pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, dataran
lumpur dan dataran pasir, mangrove, wilayah pasang surut, maupun
estuari; sedang di daratan cakupan lahan basah meliputi rawa baik air
tawar maupun gambut, danau, sungai, dan lahan basah buatan seperti
kolam, tambak, sawah, embung, dan waduk. Untuk tujuan pengelolaan
lahan basah dibawah kerangka kerjasama Internasional, Konvensi
Ramsar, mengeluarkan system pengelompokan tipe-tipe lahan basah
menjadi 3 (tipe) utama yaitu :
1. Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain
terumbu karang dan estuari.
2. Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan
danau.
3. Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan
kolam pengolahan limbah.

C. Karakteristik Lahan Basah


Lahan-basah didefinisikan pada pasal 1 ayat 1 Konvensi Ramsar,
definisinya secara lengkap adalah sebagai berikut, “Lahan-basah
mencakup wilayah payau, rawa, gambut, atau perairan, baik alami maupun
buatan, permanen atau sementara, dengan air yang mengalir atau diam
(menggenang), tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah dengan air laut
yang kedalamannya pada saat pasang rendah (surut) tidak melebihi enam
meter”.
Terdapat 3 kategori lahan-basah berdasarkan pada letaknya secara
umum dan kaitannya dengan aktivitas manusia, yaitu lahan basah laut,
lahan-basah daratan, dan lahan-basah buatan.
Menurut Konvensi Ramsar, ekosistem lahan basah diklasifikasikan
menjadi lima kawasan, yaitu:
1) Kawasan laut (marine): meliputi kelompok lahan basah yang berair
asin, pesisir dan laguna (coastal wetlands including coastal lagoons),
termasuk pantai berbatu (rocky shores), terumbu karang (coral reefs)
dan padang lamun (seagrass beds);
2) Kawasan muara (estuarine): meliputi muara sungai, delta (deltas),
rawa pasang surut yang berair payau (tidal marshes) dan hutan bakau
(mangrove swamps);
3) Kawasan rawa (palustrin): meliputi daerah yang bersifat rawa (berair
tergenang atau lembab), misalnya hutan rawa air tawar, hutan rawa
gambut dan rawa rumput (“marshy”-marshes, swamps and bogs);
4) Kawasan danau (lakustrin): meliputi semua lahan basah yang
berhubungan dengan danau (wetlands associated with lakes) dan
biasanya berair tawar;
5) Kawasan sungai (riverin): meliputi lahan basah yang terdapat di
sepanjang sungai atau perairan yang mengalir (wetlands along rivers
and streams).

D. Jenis Lahan Basah yang terdapat di Indonesia


Indonesia adalah negara kepulauan terluas di dunia. Indonesia
adalah satu di antara sekian banyak negara di dunia yang memiliki lahan-
basah. Indikatornya adalah garis pantai yang membentang panjang, sungai
yang berjumlah banyak, serta danau luas dan sempit yang tersebar tidak
hanya di pulau-pulau besar, tetapi juga di pulau-pulau kecil. Indonesia
memiliki berbagai jenis lahan basah.
Beberapa jenis lahan basah yang terdapat di Indonesia adalah :
1. Lahan Rawa
Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi
terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta
mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis. Di
Indonesia, rawa - rawa biasanya terdapat di hutan.
2. Lahan Gambut
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi
sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu,
kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama
terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris
sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia
dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin,
mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa
daerah Banjar.
3. Area Pesisir Pantai
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut;
ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. (Dahuri et al, 2001)
4. Sungai dan Delta
Delta sungai atau kuala (bahasa Inggris: river delta) adalah
endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantai,
atau danau.
5. Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah
hutan yang tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-
teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar
muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur
yang dibawanya dari hulu.
E. Daerah Tangkapan Air
Daerah Tangkapan Air adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh titik tertinggi dari pembatas topografi berupa punggung-
punggung bukit atau gunung yang menampung dan menyimpan air
hujan yang jatuh di atasnya dan mengalirkannya melalui aliran
permukaan, anak sungai, dan sungai ke danau dan/atau ke laut.
Daerah Aliran Sungai sebagai suatu wilayah daratan yang
secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang
menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan
tersebut dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA) atau Water
Catchment Area yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur
utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi)
dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaatan sumber daya alam.
(Arini, 2005)
F. Hubungan Daerah Tangkapan Air dengan Lahan Basah
Daerah Tangkapan Air dan Daerah Aliran Sungai
mempengaruhi kondisi suatu lahan basah, karena kadar air yang
berasal dari lahan basah sebagian bermula dari DAS. DAS adalah
satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir.
Oleh karena itu pengelolaan DAS juga berpengaruh dengan kondisi
lahan. Seperti :
a) Pengelolaan konservasi tanah
b) Pengelolaan sumberdaya air, dan
c) Pengelolaan vegetasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan ini yaitu:
1. Lahan Basah adalah daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan
perairan tetap atau sementara dengan air tergenang atau mengalir baik
tawar, payau, atau asin termasuk wilayah perairan laut dengan
kedalaman tidak lebih dari 6 m pada waktu surut.
2. Kondisi lahan basah dapat dipengaruhi oleh daerah tangkapan air.
3. Indonesia merupakan salah satu tempat dengan lahan basah terbanyak
dan beberapa contoh lahan basah di Indonesia adalah lahan gambut,
rawa, pesisir, delta sungai dan area mangrove.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini pastilah ada kekurangan dikarenakan
keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis. Maka, penulis mengharapkan agar
pembaca dapat memakluminya dan memberikan masukan demi perbaikan
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arini, D. (2005). Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh
Untuk Model Hidrologi Answers dalam Memprediksi Erosi dan Sedimentasi
(Studi Kasus: Cipopokol Sub Das Cisadane Hulu, Kabupaten Bogor). . Bogor:
IPB.
Dahuri, R. e. (2001). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisirdan Lautan Secara
Terpadu. Bogor: Pradnya Paramita.
Keddy, P. A. (2010). Wetland Ecology: Principles and Conservation. Cambridge
Univeristy.
Press, E. A. (2018). Wetland and Stream Rapid Assessments : development, validation,
and application.
Rohadi, D. d. (2011). Keanekaragaman Jenis Burung di Rawa Universitas Lampung.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Siahaan, N. (2004). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Supardi, B. (2009). Berbakti Untuk Bumi. Bandung: Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Triana. (2011). Laporan Kegiatan Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia. Forests for
Water and Wetlands.

Anda mungkin juga menyukai