DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2019
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP)
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) UNIT II
PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
KPHP LASALIMU
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PERIODE 2020-2029
PASARWAJO, 2019
DAFTAR ISI
Tabel 2.1. Luas Kawasan Hutan KPHP Unit II Lasalimu berdasarkan Fungsi dan
12
Sebaran Administrasi
Tabel 2.2. Tingkat Aksesibilitas pada kawasan KPHP Lasalimu…………………............... 14
Tabel 2.3. Batas Wilayah Kabupaten Buton Menurut Kecamatan Tahun 2015............ 15
Tabel 2.4. Luas Kawasan Hutan Kabupaten Buton berdasarkan Fungsi Tahun 2015.... 16
Tabel 2.5. Kondisi Ketinggian Tempat Wilayah KPHP Unit II Lasalimu....................... 17
Tabel 2.6. Kelerengan Wilayah KPHP Unit II Lasalimu............................................ 18
Tabel 2.7. Kondisi Geologi dan Bahan Penyusunnya Di KPHP Unit II Lasalimu.......... 19
Tabel 2.8. Jenis Tanah di wilayah KPHP Unit II Lasalimu........................................ 20
Tabel 2.9. Data Curah Hujan dan hari hujan di Wilayah KPHP Unit II Lasalimu......... 23
Tabel 2.10. Nama Daerah Aliran Sungai Pada KPHP Unit II Lasalimu........................ 25
Tabel 2.11. Luas Lahan berdasarkan Tingkat Kekritisan dan Fungsi Hutan................ 26
Tabel 2.12. Arahan Pembagian Blok pada KPHP Unit II Lasalimu............................... 28
Tabel 2.13. Data Jumlah dan Volume Pohon berdasarkan Kelas Diameter ....................... 30
Tabel 2.14. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu pada KPHP Unit II Lasalimu........................ 31
Tabel 2.15. Daftar Jenis Flora dan Fauna Langka di Kawasan KPHP Unit II Lasalimu ....... 31
Tabel 2.16. Potensi Energi dan Sumberdaya Air di Wilayah KPHP Unit II Lasalimu............33
Tabel 2.17. Sebaran Obyek Wisata didalam dan disekitar wilayah KPHP Unit II
33
Lasalimu.............................................................................................
Tabel 2.18. Luas, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga serta Tingkat
Pendidikan Penduduk menurut Desa di sekitar Wilayah KPHP Unit II 35
Lasalimu.............................................................................................
Tabel 2.19. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas .............................................. 36
Tabel 2.20. Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi 36
yang ditamatkan dan jenis kegiatan selama seminggu yang lalu ...................
Tabel 2.21. Rincian Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan di WiL KPHP Unit II 39
Lasalimu............................................................................................
Tabel 2.22. Arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)............................. 40
Tabel 2.23. Arahan Rencana Kehutanan Tingkat Propinsi Sulawesi Tenggara.............. 41
Tabel 4.1. Faktor Internal pada KPHP Unit II Lasalimu ............................................ 54
Tabel 4.2. Faktor Eksternal pada KPHP Unit II Lasalimu........................................... 55
Tabel 4.3. Potensi Lokasi Jasa Lingkungan Tempat Destinasi................................... 61
Tabel 5.1. Rencana Kegiatan dan Inventarisasi Hutan Berkala ...................................... 71
Tabel 5.2. Rekapitulasi Program Kegiatan Inventarisasi Berkala.................................... 73
Tabel 5.3. Panjang Batas Luar Dalam Rangka Kegiatan Rekonstruksi ............................ 75
Tabel 5.4. Panjang Batas Luar Dalam Rangka Kegiatan Rekonstruksi ............................ 75
Tabel 5.5. Rencana Kegiatan Dan Analisis Biaya Penatan Batas Luar tahun pertama...... 76
Tabel 5.6. Rencana Kegiatan Dan Analisis Biaya Penataan Batas Luar tahun 76
kedua...............
Tabel 5.7. Panjang Batas Blok KPHP Unit II Lasalimu................................................ 78
Tabel 5.8. Rencana Kegiatan dan Analisis Biaya Penataan Batas .............................. 79
Tabel 5.9. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu Pada KPHP Unit II Lasalimu .................. 80
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu
merupakan salah satu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dari 3 (tiga) KPH yang rencananya
akan dibangun di Kabupaten Buton. Pembangunan KPH di Kabupaten Buton mengacu pada
Undang-undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengamanatkan pengelolaan
hutan dilaksanakan sampai pada tingkat unit pengelola, yaitu kesatuan pengelolaan hutan
terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari.KPH di Sulawesi Tenggara ditetapkan melalui SK Menhut. No. 338/Menhut-VII/2009
sebanyak 15 KPHP dan 10 KPHL. Diantara 15 KPHP yang ditetapkan tersebut salah satunya
adalah KPHP Unit II. Secara kelembagaan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu ditetapkan
oleh pemerintah setempat dengan penetapan peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara
Nomor 80 tahun 2017 tentang Pembentukan, kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi
serta tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Serta telah dikukuhkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 95
Tahun 2018 tanggal 29-01-2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat
Administrator dan Pejabat Pengawas Lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, telah
beroperasi ditingkat tapak salah satu diantara KPH tersebut adalah KPHP Unit II Pada UPTD
KPHP Lasalimu Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di wilayah Kabupaten Buton.
Wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu terjadi perubahan luas dengan
penjelasan sebagai berikut :
c. Melalui penyesuaian data spasial dalam proses tumpang susun/overlay dengan Peta
Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi Tenggara sesuai SK. Menteri No.465/Menhut-II/2011
tentang Perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan dan perubahan antar fungsi
kawasan dan terakhir dengan terbitnya Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan
Provinsi Sulawesi Tenggara sampai dengan tahun 2016 Skala 1 : 250.000, Lampiran
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.SK.6028/Menhut-PKTL/KUH
/PLA.2/II/2017 tanggal 7 November 2017, sehingga luas KPHP Unit II Pada UPTD KPHP
Lasalimu Menjadi ± 48.282 Ha yang terbagi kedalam 3 (tiga) fungsi yaitu Hutan
Lindung (HL) ± 6.634 ha atau 13,74%; Hutan Produksi Terbatas (HPT) ± 19.474 ha atau
40,33% dan Hutan Produksi Tetap (HP) ± 22.174 ha atau 45,93%.
Nilai strategis lainnya adalah keberadaan 24 (dua puluh empat) Daerah Aliran sungai
(DAS) yang membelah beberapa wilayah pada 5 (lima) kecamatan dan menjadi sumber
penghidupan untuk konsumsi air rumah tangga dan mengaliri areal persawahan serta
digunakan pada lahan kebun masyarakat. Kondisi DAS ini sangat dipengaruhi oleh penutupan
hutan pada areal KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu. Menyikapi Kondisi wilayah KPHP Unit
II pada UPTD KPHP Lasalimu Provinsi Sulawesi Tenggara yang tersebar pada 5 (lima)
kecamatan dan wilayah pengembangan Kabupaten Buton serta nilai strategis yang dimilikinya,
menjadikan kawasan ini rawan akan konflik kepentingan dan perubahan peruntukannya
sehingga perlu dilakukan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHP Unit IIPada UPTD KPHP Lasalimu.
RPHJPini nantinya akan menjadi dokumen perencanaan induk dengan jangka waktu 10
(sepuluh) tahun mencakup kurun waktu tahun 2020– 2029. Rencana ini disusun sebagai acuan
rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek maupun rencana mikro pengelolaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit II pada UPTD KPHP
Lasalimu tahun 2020 – 2029 ditetapkan dengan maksud memberikan arahan dan menjadi acuan
bagi pengelola KPH dan seluruh stakeholder kehutanan dalam mewujudkan pengelolaan hutan
berdasarkan azas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan
keterpaduan. Selain itu, perencanaan ini juga dimaksudkan agar pengelolaan hutan dapat
berjalan efektif dan efisien.
Tujuan dari pengelolaan KPHP Unit II pada UPTD KPHP Lasalimu dengan luas 48.282 ha
pada tahun 2029 adalah:
1. Terwujudnya pemantapan dan optimalisasi kawasan KPHP Unit II pada UPTD KPHP
Lasalimu;
2. Terciptanya konsistensi pengelolaan hutan sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan
sumberdaya hutan;
3. Tercapainya koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan kawasan KPHP Unit II pada
UPTD KPHP Lasalimu;
4. Terpenuhinya kapasitas sumberdaya manusia (SDM) baik itu pihak pengelola maupun
masyarakat sekitar;
5. Terjalinnya akses dan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan;
6. Terwujudnya pengembangan sumberdaya hutan berbasis ekonomi kerakyatan dengan
pola Hutan Kemasyarakatan dan Kemitraan;
1.3. SASARAN
Sasaran dokumen RPHJP KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu periode 2020 – 2029
(10 tahun) adalah ;
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP
Lasalimu mencakup beberapa item, dimana antar item tersebut saling mendukung guna
tercapainya pengelolaan hutan yang lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun
item tersebut antara lain :
1. Inventarisasi potensi secara berkala dan tata kelola hutan seluas 48.282 ha terhadap 7
(tujuh) Blok .
2. Pengembangan Agrosilvopastura.
3. Pemberdayaan Masyarakatseluas 11.888,21 ha.
4. Rehabilitasi Hutan.
5. Pengembangan dan investasi bioenergi.
6. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.
7. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin.
8. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
9. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.
10. Penyediaan pendanaan.
11. Pengembangan data base .
12. Rasionalisasi wilayah kelola.
13. Review rencana pengelolaan.
14. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang
sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
1. Arahan Pencadangan KPH adalah suatu kebijakan yang diwujudkan melalui surat
keputusan dan peta pencadangan KPH, yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan a.n. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
berdasarkan Hasil pengkajian Rancang Bangun KPH dengan memperhatikan kriteria dan
standar pembentukan KPH.
2. Agrosilvopastural adalah tanaman, padang rumput/makanan ternak dan pohon,
pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara
bersamaan dan sekaligus memelihara hewan ternak.
3. Blok adalah pengaturan ruang dalam wilayah kelola KPH berdasarkan aspek-aspek
ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
4. Blok Pemberdayaan Masyarakat merupakan blok yang telah ada upaya
pemberdayaan masyarakat (HKM, HD, HTR) dan yang akan difungsikan sebagai areal
yang direncanakan untuk upaya pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi
kawasan yang telah dihasilkan dari proses tata hutan;
5. Blok Inti merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan.
6. Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan
untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan
pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi HL.
7. Blok Perlindungan merupakan blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan
perlindungan lainnya serta direncanakan untuk tidak dimanfaatkan.
8. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK merupakan blok yang
telah ada ijin pemanfaatan kawasan hutan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan
difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan kawasan, jasa
lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang dihasilkan dari proses
inventarisasi.
9. Core Business KPHP Unit II Lasalimu adalah Usaha pengembangan Agrosilvopastura,
Pemanfatan HHBK, Pengembangan hasil hutan kayu berupa jati dan Silvofishery,
ekowisata modern dengan tetap mengedepankan kelestarian hutan dan konservasi alam.
10. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daratan yang merupakan suatu kesatuan
ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melintasi daerah tersebut, yang berfungsi
untuk menampung dan menyimpan air hujan ataupun air yang berasal dari sumber
lainnya, serta mengalirkan air termaksud ke laut melalui badan-badan sungai
11. Degradasi hutan adalah penurunan luasan dan kualitas sumberdaya hutan, yang
berakibat pada penurunan potensi, nilai manfaat, dan fungsi hutan yang bersangkutan.
12. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu yang
telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya digunakan sebagai
umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
13. Ekosistem Mangrove adalah kesatuan antara mangrove, hewan dan organisme lain
yang saling berinteraksi antara sesama dan lingkungannya.
14. Hutan adalah kesatuan ekosistem pada suatu hamparan lahan yang berisikan
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan dengan alam
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP UNIT II
PADA UPTD KPHP LASALIMU PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020 - 2029 6
lingkungannya, dimana antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
15. Hutan Lindung (HL) adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi utama sebagai
pendukung kelestarian ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sebagai pendukung
bagi upaya optimalisasi fungsi sumberdaya buatan yang ada pada bagian hilir DAS.
16. Hutan Produksi (HP) adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok memproduksi
Hasil hutan.
17. Hasil hutan adalah aneka produk berupa barang dan atau jasa yang diperoleh atau
berasal dari sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan dan atau diperdagangkan.
18. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
19. Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas
hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan
baku industri hasil hutan.
20. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang
dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan
produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya
hutan.
21. Jejaring adalah sistem komunikasi yang dikembangkan dan memungkinkan semua
stakeholder untuk saling berinteraksi (bertukar informasi) secara langsung ataupun tidak
langsung, dengan menggunakan beragam media (multi-media), dalam kedudukan yang
setara atas dasar saling membutuhkan dan saling ketergantungan.
22. Kehutanan adalah sistem pengurusan hutan, kawasan hutan, dan Hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu.
23. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
24. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya yang diharapkan dapat mendukung dan atau menjamin
pengelolaan sumberdaya hutan secara efisien dan lestari .
25. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang
luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung.
26. Kesatuan pengelolaan Hutan produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang
luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.
27. Kriteria dan standar pembentukan KPHP adalah ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan.
28. Komoditas andalan kehutanan adalah produk kehutanan yang dapat dikelola dan lebih
dikembangkan menjadi kekuatan utama untuk mendukung pertumbuhan wilayah, yang
dicirikan oleh daya serap tenaga kerja yang relatif tinggi, kontribusi terhadap pendapatan
daerah yang relatif besar, serta daya mengangkat atau daya dorong terhadap
pertumbuhan sektor non kehutanan yang relatif kuat.
29. Komoditas komersial kehutanan adalah hasil-hasil hutan yang memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif untuk diusahakan atau dimanfaatkan sebagai
Secara geografis, wilayah KPHP Unit II pada UPTD KPHP Lasalimu membentang dari
arah utara ke selatan berada pada 5˚08’00” Lintang Selatan (LS) hingga 5˚26’00” Lintang
Selatan (LS) dan dari 122˚52’15” Bujur Timur (BT) hingga 123˚15’00” Bujur Timur (BT).
Berdasarkan wilayah administrasi KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu teletak di
Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara yang tersebar pada 5 (lima) wilayah
administrasi kecamatan dan 48 desa/kelurahan di Kabupaten Buton. Adapun sebaran wilayah
KPHP Lasalimu disajikan pada Lampiran 15.
Gambar 2.1. Sebaran Wilayah Pengelolaan KPHP Unit II LasalimuBerdasarkan Batas AdministrasiTahun 2017
Luas wilayah pengelolaan KPHP Unit II pada UPTD KPHP Lasalimu± 48.282 Ha,
berdasarkan fungsinya, Hutan Lindung (HL) seluas ± 6.634 ha (13.74%), Hutan Produksi
Terbatas (HPT) seluas ±19.474 Ha (40.33%) dan Hutan Produksi (HP) seluas ±22.174 ha
(45.93%). Berdasarkan wilayah administrasi, kawasan hutan lindung terluas berada di
wilayah Kecamatan Pasarwajo yang mencapai 3.045,58 ha atau 45,91% dari luas
keseluruhan hutan lindung.
Gambar 2.2. Sebaran Wilayah KPHP Lasalimu Berdasar Fungsi Hutan dan Batas Administrasi Tahun 2017
Aksesibilitas wilayah administrasi dan wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu
adalah sebagai berikut :
a. Dari ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara – Kendari pelabuhan laut ke Bau-bau di
tempuh transportasi laut menggunakan kapal motor dengan waktu tempuh 3 jam;
juga dapat ditempuh melalui transportasi pesawat udara, dari bandara Halu oleo
Kendari ke Kota Bau-bau dalam waktu 30 menit.
b. Dapat juga ditempuh jalan darat roda 2 dan 4 ditempuh waktu 2 jam dari Kota
Kendari ke Amolengo Pelabuhan Kapal Perri ke Kampung Bajo ditempuh waktu 1
jam. Selanjutnya dari Kampung Bajo ke Kota Bau-bau jalan darat roda 2 dan 4
ditempuh dalam waktu 4 jam.
c. Dari Kota Bau-bau ke Pasarwajo ibukota Kabupaten Buton menggunakan jalan darat
roda 2 maupun roda 4, ditempuh dalam waktu 1 ½ jam;
d. Melakukan perjalanan dari Kabupaten Buton-Pasarwajo ke wilayah kerja KPHP
Lasalimu, yakni KecamatanLasalimu; Lasalimu Selatan; Wolowa; Siotapina dan
Kapontori, melalui jalan darat roda 2 dan roda 4. Kondisi jalan baik, beraspal sudah
terhubung dari semua wilayah kecamatan.
e. Dari Pasarwajo ke Desa Suandala jalan darat roda 2 dan 4 ditempuh waktu 3 jam
melalui jalan poros:
Alternatif 1. Pasar wajo - kota Bau-bau memutar ke utara melewati kawasan hutan
CA. Lambusango ditempuh waktu 3 jam (kondisi jalan baik);
Alternatif 2. Dari Pasarwajo ke wilayah Kecamatan Lasalimu memutar ke selatan
jalan darat roda 2 dan 4 ditempuh dalam waktu 2 jam (kondisi jalan tahap
perbaikan).
Wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu merupakan kawasan yang strategis
dan dapat diakses dari berbagai titik wilayah administrasi. Kondisi aksesbilitias ke kawasan
KPHP Lasalimu cukup beragam dengan tingkat kesulitan yang berjenjang mulai dari yang
sulit sedang hingga tinggi.Kondisi jalan pada beberapa titik yang merupakan akses menuju
kawasan KPHP Lasalimu adalah jalan setapak yang dapat dilalui oleh masyarakat baik
dengan berjalan kaki mapun menggunakan roda dua melalui pemukiman dan kebun
masyarakat. Keberadaan sungai terutama sungai besar yang melintas dalam kawasan cukup
membantu dalam mengakses kawasan dengan menggunakan perahu. Selain itu, kawasan ini
juga dapat diakses melalui jalur laut dilanjutkan dengan menyusuri sungai yang berhulu di
dalam kawasan. Gambaran kondisi aksesbilitas KPHP Lasalimu dapat dilihat pada tabel 2.2.
dan gambar 2.3. berikut.
Berdasarkan data analisis SIG tahun 2017 yang tertera pada tabel 2.2.menunjukkan
tingkat aksesibilitas menuju kawasan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu tergolong
rendah mencapai 40,56% yang terbagi menjadi dua meliputi jalan sebanyak 4,46% dan
lewat sungai 36,10%. Jalur yang melalui sungai sangat memudahkan masyarakat untuk
mengakses karena kondisi sungai dengan debit yang tinggi terutama pada musim penghujan
dan lebar sungai yang memungkinkan masyarakat menggunakan perahu. Melalui jalur
sungai, masyarakat dapat mengakses hutan produksi tetap seluas 10.207,53 ha dan ini
merupakan luasan yang paling besar yang dapat diakses masyarakat. Persentase tingkat
akses tertinggi kedua adalah aksesbilitas sedang yaitu sebanyak 23,23% dimana luasan
wilayah dengan akses melalui jalan dan sungai yang tertinggi mencapai 20,75% dan yang
paling luas diakses adalah hutan produksi seluas 7.893,13 ha. Gambaran tingkat aksesibilitas
kawasan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimuberada pada jazirah tenggara Pulau
Sulawesi yaitu di Pulau Buton Bagian Selatan yang membentang dari arah timur ke barat
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. SebelahutaraberbatasandenganTelukLawele
2. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda
4. Sebelah barat berbatasan dengan Wilayah KPHP Unit I Pada UPTD KPHP Kapontori dan
Kawasan Suaka Alam (Suaka Margasatwa Hutan Lambusango)
Tabel 2.3. Batas Wilayah Kabupaten Buton Menurut Kecamatan Tahun 2015
N Batas
Kecamatan
o Utara Timur Selatan Barat
1 Lasalimu Kab. Buton Utara Laut Banda Kec. Lasalimu Selatan Kec. Kapontori
2 Lasalimu Selatan Kec. Lasalimu Laut Flores Kec. Siotapina Kec. Lasalimu
3 Siotapina Kec. Lasalimu Selatan Laut Flores Kec. Wolowa Kec. Lasalimu Seltan
4 Pasarwajo Kec. Kapontori Laut Banda & Kec. Kec. Sampolawa Kec. Sorawolio
Siotapina
5 Wolowa Kec. Kapontori Kec. Siontapina Laut Banda Kec. pasarwajo
6 Wabula Ibukota Kab. Buton Kec. Pasar Laut Banda Kab. Laut Banda Kec. Lapandewa
wajo Wakatobi
7 Kapontori Kab. Muna Kec. Lasalimu & Laut Kec. Pasarwajo & Kec. Selat Buton
Banda Bungi
BUTON KAB. BUTON UTARA KAB. WAKATOBI KAB. BUTON SELTAN KOTA BAUBAU
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka Tahun 2016
KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimumerupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kawasan hutan yang berada di wilayah Kabupaten Buton. Setelah mengalami
pemekaran, luas kawasan hutan untuk wilayah Kabupaten Buton adalah 95.007,76 ha .
Rincian pembagian luasan berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada tabel 2.4. KPHP Unit II
Kawasan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu yang terletak di bagian selatan Pulau
Buton berada pada ketinggian yang bervariasi antara 0 – 700 meter (m) di atas permukaan
laut (dpl). Secara keseluruhan wilayah terluas berada pada ketinggian 100 – 200 m dpl yang
mencapai 15.008,52 ha atau 31,08% meliputi hutan lindung seluas 416, 11 ha, hutan
produksi seluas 8.469,99 ha dan hutan produksi tetap seluas 6.122,42 ha. Wilayah dengan
Berdasarkan tabel 2.5 terlihat bahwa secara keseluruhan kawasan hutan produksi
tersebar pada wilayah dengan ketinggian 0 – 500 m dpl, kawasan hutan produksi tetap
tersebar pada wilayah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl sedangkan kawasan hutan lindung
tersebar diseluruh klasifikasi ketinggian yaitu 0 – 700 m dpl. Adapun peta ketinggian dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Selain ketinggian tempat yang bervariasi, wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP
Lasalimu juga memiliki kelerengan yang bervariasi dari wilayah dengan kelerengan datar,
Berdasarkan tabel 2.7, terlihat bahwa pada wilayah hutan lindung, formasi
sampolakosa mendominasi dengan luasan adalah 1.579,92 ha atau 23,81% dari luas
keseluruhan wilayah hutan lindung. Wilayah hutan produksi terbatas dan hutan produksi
didominasi oleh formasi tondo masing-masing dengan luasan13.252,57 ha atau 68,05% dari
luas keseluruhan wilayah hutan produksi terbatas dan 12.665,42 ha atau 57,11% dari luas
Berdasarkan tabel 2.8. menunjukkan bahwa Jenis tanah di wilayah KPHP Lasalimu
didominasi jenis podsolik merah kuning dengan luas 25.281,15 Ha atau 52,36% berada di
semua kawasan hutan baik hutan lindung, hutan produksi maupun hutan produksi terbatas.
Jenis tanah podsolik merah kuning termasuk tanah yang tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan kapur. Lahan kering podsolik merah kuning biasanya didominasi oleh
bahan induk yang miskin unsur hara (Partohardjono et,al 1994) pH masam sehingga
Gambar 2.7. Peta Sebaran Jenis Tanah pada Wilayah KPHP Lasalimu
Kondisi iklim dan keadaan monografi suatu wilayah memepengaruhi komposisi dan
jenis vegetasi penyusun kawasan hutan wilayah tersebut. Mengacu pada system klasifikasi
Schmidt-Ferguson yang didasarkan pada nilai Quatient (Q) yang diperoleh dengan
membandingkan antara jumlah bulan kering (BK) dengan jumlah bulan basah (BB) dikali 100
persen (BB = CH > 100 mm/bulan; BK = CH < 60 mm/bulan), bahwa di wilayah KPHP
Lasalimu tergolong tipe iklim C (agak basah). Peta tipe iklim dapat dilihat pada gambar 2. 8.
Pengelolaan KPHP Lasalimu juga perlu memperhatikan tipe iklim yang ada di wilayah
tersebut. Kondisi iklim juga sangat mempengaruhi curah hujan dalam wilayah tersebut.
Berikut data curah hujan di wilayah KPHP Lasalimu yang diperoleh dari empat stasiun
Meteorologi yaitu Stasiun meteorologi Waha, Wakorumba, Karing-karing dan Pasarwajo
Tabel 2.9. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Wilayah KPHP Lasalimu
KLASIFIKASI INTENSITAS CURAH HUJAN RATA-RATA CURAH PRESENTASE STASIUN
NO. CURAH HUJAN CURAH HUJAN TAHUNAN HUJAN PERHARI LUAS (HA) (%) PENAKAR
(MM) (MM/TAHUN) (MM/HARI)
1 SANGAT RENDAH 0 - 1250 1183,31 3,24 1805,36 3,74 Waha
2 RENDAH 1250 - 1750 1467,37 4,02 2170,75 4,50 Wakorumba
1467,37 4,02 29,75 0,06 Pasarwajo
3 SEDANG 1567,32 4,29 3177,28 6,58 Karing-Karing
4 TINGGI 2250 - 2750 2354,63 6,45 41099,08 85,12 Pasarwajo
JUMLAH 48282,22 100,00
Berdasarkan data curah hujan pada tabel 2.9 menunjukkan pada wiayah KPHP
Lasalimu dapat diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi curah hujan yaitu klasifikasi sangat
rendah, rendah, sedang dan tinggi. Secara keseluruhan klasifikasi curah hujan tinggi
mendominasi wilayah KPHP Lasalimu dengan luasan wilayah mencapai 41.099,08 ha atau
85,12%. Tiga klasifikasi yang lain tersebar merata pada sisa luasan wilayah antara 1.805,36
– 3.177,28 ha atau 3,74% - 6,58%. Peta curah hujan pada wilayah KPHP Lasalimu dapat
dilihat pada gambar 2.9.
Kabupaten Buton memiliki beberapa sungai besar yang terdapat di beberapa wilayah
kecamatan seperti : Sungai Sampolawa di wilayah Kecamatan Sampolawa; Sungai Winto dan
Tondo di wilayah Kecamatan Pasarwajo; Sungai Malaoge, Tokulo dan Sungai Wolowa
terdapat di wilayah Kecamatan Lasalimu. Sungai-sungai tersebut ada yang melalui ataupun
berhulu dari wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu.
Tabel 2.10. Nama Daerah Aliran Sungai Pada Wilayah KPHP Lasalimu
LUAS BERDASARKAN FUNGSI HUTAN (HA) PRESENTASE
NO. NAMA UNIT DAS TOTAL
HL HPT HP (%)
1 BALO-BALO 204,79 2641,45 620,13 3466,37 7,18
2 BONELALO 33,08 33,08 0,07
3 BUNGI 613,07 613,07 1,27
4 KANAWA 8,37 206,47 214,84 0,44
5 KANAWA SELATAN 438,62 438,62 0,91
6 LAWELE 268,52 3658,11 916,51 4843,14 10,03
7 MALAOGE 899,83 2569,09 4698,04 8166,96 16,92
8 MATALEO 160,78 80,64 241,42 0,50
9 MATANAEO 552,09 552,09 1,14
10 MATANAUWE 131,87 131,87 0,27
11 MONAPA 42,04 493,44 535,48 1,11
12 ROKIRO 226,39 134,11 477,55 838,05 1,74
13 SUANDALA 225,30 174,44 1031,34 1431,08 2,96
14 TAKULO 312,74 415,25 1615,60 2343,59 4,85
15 TONDO 7623,92 4352,92 11976,84 24,81
16 TORUKU 98,05 98,05 0,20
17 UMALA WONCO 237,73 322,33 560,06 1,16
18 UMALAWASA 160,46 553,40 713,86 1,48
19 WAKOKO 372,74 372,74 0,77
20 WANDOKE 239,29 916,08 1155,37 2,39
21 WASAGA 315,60 315,60 0,65
22 WASUAMBA 158,35 195,90 354,25 0,73
23 WINTO 2628,55 2257,21 3822,21 8707,97 18,04
24 WONCO 177,74 0,08 177,82 0,37
JUMLAH 6634,10 19473,66 22174,46 48282,22 100,00
Sumber : BPDAS-HL Sampara Tahun 2016
Umumnya daerah yang tidak kritis berada disepanjang pesisir pantai yang merupakan
kawasan hutan mangrove yang juga berfungsi sebagai hutan lindung kecuali di Tanjung
Kossalamatumba Kecamatan Lasalimu Selatan yang merupakan kawasan hutan produksi
masuk dalam kategori agak kritis dan sebagian lagi berada pada Kecamatan Kapontori yang
membelah Sungai Lawele dan Sebagian kecil di Kecamatan Pasarwajo. Wilayah yang agak
kritis tersebar pada semua wilayah kecamatan dan sebagian besar merupakan kawasan
hutan produksi seluas 19.423,47 ha disusul kawasan hutan lindung seluas 4.321,87 ha dan
luasan terkecil adalah kawasan hutan produksi terbatas seluas 19.410,55 ha. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar tanah di wilayah KPHP Lasalimu merupakan
tanah miskin kandungan unsur hara dengan solum yang tipis sehingga rentan dengan
Gambar 2.11. Peta Sebaran Tingkat Kekritisan Lahan pada KPHP Lasalimu
6. Pembagian Blok
Pembagian blok pada kawasan merupakan bagian dari penataan hutan dimana
kegiatannya mencakup pengelompokkan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem
dan potensi yang terkandung di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh manfaat
sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. Pelaksanaan pembagian blok didasarkan
pada Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 Tentang Norma, Standar Prosedur dan Kriteria
Pengelolaan Hutan pada Kesatuan KPHL dan KPHP, pasal 6 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa “Pembagian blok harus memperhatikan karateristik biofisik lapangan, kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam dan keberadaan hak-hak atau ijin
usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan.” Selain itu pula, pembagian blok perlu
mempertimbangkan peta arahan pemanfaatan oleh RKTN dan RKTP Sulawesi Tenggara serta
fungsi kawasan hutan pada KPHP Lasalimu. Berdasarkan hasil inventarisasi baik biofisik
maupun sosial ekonomi budaya pada kawasan KPHP Lasalimu dan wilayah adminstrasi
sekitarnya serta mempertimbangkan arahan RKTN dan RKTP Sulawesi Tenggara, maka
wilayah KPHP Lasalimu dibagi ke dalam enam blok tata hutan dengan rincian yang
ditunjukkan oleh Tabel 2.12.
Gambar 2.12. Peta Sebaran Arahan Pembagian Blok pada KPHP Lasalimu
Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2.12 luasan arahan blok untuk kegiatan utamanya
yaitu kegiatan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (HHK-HA) sebesar 20.229 ha
atau 41,90%. Kegiatan pemberdayaan masyarakat menduduki urutan kedua sebesar 11.888
ha atau 24,62%. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dikhususkan pada kawasan hutan
produksi seluas 10.041 ha dan hutan produksi terbatas seluas 1.847 ha yang tersebar pada
lima kecamatan. Adapun peta sebaran untuk arahan blok dapat dilihat pada gambar 2.14.
Kondisi penutupan lahan KPHP Lasalimu berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat
tahun 2016 dan hasil inventarisasi lapangan diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya
merupakan hutan lahan kering sekunder dengan komposisi 70,90%. Wilayah dengan
penutupan hutan lahan kering sekunder tersebar di semua wilayah kecamatan dengan
cakupan wilayah meliputi hutan lindung seluas 2.971,72 ha,hutan produksi seluas 16.787,28
ha dan hutan produksi terbatas seluas 14.474,18 ha. Hutan lahan kering primer merupakan
kawasan dengan luasan tertinggi kedua meliputi kawasan hutan lindung, hutan produksi dan
hutan produksi terbatas mencapai 5.908,96 ha atau 12,24%. Kawasan lindung yang
mengalami okupasi paling besar areal pertambangan seluas 1.523,81 ha. Penutupan lahan
pada KPHP Lasalimu dapat dilihat pada tabel 2.13 dan peta sebarannya dapat dilihat pada
gambar 2.15.
Kawasan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu merupakan kawasan yang masuk
dalam zona peralihan dimana pada zona ini tipe vegetasi penyusunnya dipengaruhi oleh
vegetasi Asia dan Australia dan tergolong dalam jenis hutan hujan tropis. Mengacu pada
bentang alam, kawasan hutan pada kawasan KPHP Lasalimu tergolong dalam hutan dataran
Berdasarkan data pada tabel 2.14, dapat dilihat bahwa pada kawasan KPHP Lasalimu
terdapat satu jenis kayu yang merupakan kayu yang dilindungi yaitu jenis gito-gito
(Diospyros pilosonthere Blanco). Jenis gito-gito merupakan jenis endemic Pulau Sulawesi.
Terdapat empat Jenis kayu indah dua yang menghuni kawasan KPHP Lasalimu. Keempat
jenis itu adalah kayu kokon/ulin (Eusideroxylon zwageri), mangga hutan/membacang
(Mangifera foetida Lour), uris/cempaka (Koordersiodendron pinnatum Merr) dan
angsana/sonokembang (Pterosepermum indicus Wild) dan selebihnya merupakan jenis kayu
yang masuk dalam pengelompokkan kayu meranti, rimba campuran dan rimba campuran
lainnya.Berdasarkan kelas diameter jenis pohon berkayu pada kawsan KPHP Lasalimu
terdapat 950 pohon dengan total volume adalah 1.824,90 m3 yang masing-masing terbagi
pada kelas diameter 20 – 29 cm, 30 – 39 cm, 40 – 49 cm, 50 – 59 cm dan diameter 60 up.
Data potensi jumlah dan volume pohon dapat dilihat pada tabel 2.15.
Tabel 2.13. Data Jumlah dan Volume Pohon berdasar Kelas Diameter KPHP Lasalimu
Kelas Diameter Jumlah Pohon Volume
No.
(cm) 1 2 3 4 5 Total (m3)
1 20 – 29 2 12 74 97 89 274 167,15
2 30 – 39 19 82 96 94 291 330,65
3 40 – 49 1 12 50 86 51 200 368,31
4 50 - 59 2 23 32 20 77 223,94
5 60 Up 1 9 23 56 19 108 734,85
Total 950 1.824,90
Sumber : Hasil Inventarisasi Biogeofisik Tahun 2017
Keterengan : 1 = Kayu dilindungi 4 = Rimba Campuran
2 = Kayu Indah Dua 5 = Rimba Campuran Lainnya
3 = Meranti
Berdasarkan tabel 2.13 menunjukkan bahwa jumlah pohon yang mendominasi adalah
pohon dengan diameter 30 – 39 cm mencapai 291 pohon terdiri dari kayu indah Dua,
meranti, rimba campuran dan rimba campuran lainnya. Sedangkan volume pohon terbesar
adalah kelompok diameter 60 up dengan volume keseluruhan mencapai 734,85 m 3.
Besaran volume tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah pohon penyusunnnya tetapi juga
dipengaruhi oleh tinggi dan diameter pohon penyusunnya. Secara keseluruhan besaran
volume untuk pohon dengan diameter 50 cm keatas adalah 958,79 m3. Pohon dengan
diameter di atas 50 cm merupakan pohon yang layak tebang.
Potensi pada kawasan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu tidak hanya kayu,
hingga saat ini produksi hasil hutan bukan kayu yang menjadi andalan Kabupaten Buton
adalah rotan. Beberapa jenis rotan adalah rotan batang, rotan lambang dan rotan tohiti.
Jumlah produksi rotan mencapai 2 ton/ha dengan sentra produksi rotan terdapat di
Kecamatan Kapontori, Pasarwajo dan Lasalimu.Selain rotan, madu hutan, aren dan beberapa
jenis tanaman hias termasuk anggrek masih tersedia dan potensial untuk dikembangkan.
Tabel 2.16 menunjukkan beberapa jenis hasil hutan yang terdapat di kawasan KPHP
Lasalimu dan potensial untuk dikembangkan.
Tabel 2.14. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu pada KPHP Lasalimu
No. Hasil Hutan Non Kayu Jenis Pemanfaatan
1. Rotan Batang dan umbi
2. Aren Buah, nira, daun, pelepah, ijuk
3. Lebah hutan Madu
4. Anggrek Bunga
Sumber : Hasil Inventarisasi di Wilayah KPHP Lasalimu,2017.
Tabel. 2.15. Daftar jenis Flora dan Fauna Langka di Kawasan KPHP Lasalimu
No Nama Indonesia/Lokal Nama Ilmiah Status Ket
1. Kalapi Calapium celebica Flora
2. Angsana Pterospermum indicus Flora
3. Babi Rusa Wild
Babyrousa babirusa P, App I, Fauna
4. Anoa Bubalus depressicornis EN
5. Kera hitam Sulawesi
6. Kuskus Phalanger ursinus App I Fauna
7. Burung Rangkong/Allo Bucerotidae App II Fauna
8 Sulawesi
Elang Sulawesi Nisatus lanceolatus Nt, App II Fauna
Sumber : Hasil Inventarisasi di Wilayah KPHP Lasalimu,2017.
Keterangan : P = dilindungi oleh UU Indonesia
App I dan II = Appendix I Dan II (CITES)
EN = Endangered species
Nt = near threatened (kriteria keterancaman punah dari IUCN
Wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu yang berada pada zona peralihan
memiliki landscape yang eksotik dengan jumlah vegetasi mencapai 140 jenis dimana tiga
diantaranya merupakan vegetasi langka. Wilayah yang tidak hanya mencakup hutan dataran
rendah tetapi juga mencakup wilayah pesisir. Selain vegetasi, di dalam kawasan ini juga
masih dijumpai beberapa fauna yang merupakan fauna endemik dan masuk dalam kategori
fauna yang dilindungi. Keberadaan hutan dengan sejumlah vegetasi penyusunnya menjadi
sangat mempengaruhi debit air yang melintas ataupun yang berhulu di kawasan KPHP
Lasalimu. Selain mempengaruhi debit air sungai, vegetasi ini membantu penyerapan karbon
dan menjadi habitat serta sumber pakan bagi beberapa fauna. Keberadaan hutan dan semua
penyusun di dalamnya berpotensi untuk jasa lingkungan dan wisata alam.
1. Potensi Jasa Lingkungan Penyedia Air dan Energi
Sungai-sungai yang terdapat di WilayahKPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu
memiliki pola yang hampir seragam yaitu pola pararel dan sub paralel. Beberapa sungai yang
melintas ataupun yang berhulu di kawasan berperan penting dalam penyediaan air bagi
masyarakat di wilayah Kabupaten Buton khususnya masyarakat sekitar kawasan. Selain
sebagai penyedia air bersih, keberadaan sungai-sungai tersebut juga membantu pemenuhan
air pada lahan-lahan persawahan dan kebun-kebun masyarakat. Sumber air lainnya adalah
berasal dari mata air yang digunakan masyarakat dalam pemenuhan air bersih melalui
pipanisasi. Selain sebagai penyedia air beberapa diantaranya berpotensi untuk
dikembangkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) baik mikrohidro maupun
minihidro. Tabel 2.16. menyajikan data potensi energi dan sumberdaya air di wilayah KPHP
Lasalimu.
Wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu yang terdiri dari lima kecamatan dan
48 desa/kelurahan di Kabupaten Buton. Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka Tahun
2017 pada masing-masing kecamatan, jumlah keseluruhan penduduk pada 46desa tersebut
adalah 46.406 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun rata-rata I,06%. Jumlah
rumah tangga adalah 10.622 dan rata-rata kepadatan penduduk tiap desa/kelurahan adalah
136 jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi berada pada Desa Kumbewaha Kecamatan
Siotapina dengan jumlah penduduk 2.622 jiwa sedangkan desa dengan jumlah penduduk
terendah adalah Desa Lapodi Kecamatan Pasarwajo dengan jumlah penduduk 263 jiwa.
Adapun desa dengan tingkat kepadatan tertinggi yang mencapai 496,2 jiwa/km2 adalah
Desa Winning dan tingkat kepadatan terendah yang hanya mencapai 1.93 jiwa/km2 adalah
Desa Lapodi. Data jumlah penduduk, rumah tangga dan tingkat kepadatan tiap desa di
sekitar wilayah KPHP Lasalimu ditunjukkan oleh Tabel 2.18.
B. Mata Pencaharian
Masyarakat produktif dengan usia 15 tahun ke atas yang bermukim di sekitar wilayah
KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu umumnya mempunyai mata pencaharian yang
bergerak di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Data Kabupaten Buton
dalam Angka Tahun 2017 diketahui ada 53.950 jiwa atau 52,25% bergerak dalam keempat
bidang tersebut yang tersebar pada tujuh wilayah administrasi. Walaupun Kabupaten Buton
Tabel 2.19. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang
lalu Menurut Lapangan PekerjaanUtamadanJenisKelamin di KabupatenButon, 2015.
Jenis Kelamin
LapanganPekerjaanUtama Laki-laki Perempuan Total
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Pertanian,Kehutanan,Perburuan dan perikanan 32.165 21.785 53.950
Pertambangan dan Penggalian 2.875 1.499 4.374
Industri Pengolahan 1.902 4.847 6.749
Listrik, gas dan air 306 157 463
Bangunan 6.776 0 6.776
Perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel 4.823 9.596 14.419
Angkutan, pergudangan, dan komunikasi 4.441 0 4.441
Keuangan, asuransi, usaha dan jasa perusahaan 471 0 471
Jasa Kemasyarakatan, sosial dan perseorangan 6.259 5.349 11.608
Jumlah 60.018 43.233 103.251
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2017
Tabel 2.20. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Buton,
2015
Angkatan Kerja Bukan
Pendidikan Tertinggi yang
Bekerja Pengangguran Jumlah Angkatan
Ditamatkan
Terbuka Kerja
Tidak/Belum Pernah Sekolah 6.264 0 6.264 5.257
Tidak/Belum Tamat SD 21.824 226 22.050 10.513
SD 28.854 161 29.015 12.983
SMP Sederajat 16.875 305 17.180 17.516
SMA Sedereajat 16.517 1.032 17.549 7.288
Sekolah kejuruan 3.993 0 3.993 1.874
Diploma 2.898 213 3.111 275
Universitas 6.627 107 6.733 0
Jumlah 103.251 2.044 105295 55.706
Sumber : Kabupaten Buton Dalam Angka, 2017.
Tabel 2.20 menunjukkan bahwa penduduk usia produktif yang bekerja sebagian besar
merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan rendah meliputi
yang tidak/belum pernah sekolah hingga yang hanya tamat SMP. Hasil kumulatif usia
Pulau Buton dikenal sebagai daerah penghasil aspal yang pengelolaannya telah
berlangsung lama dan hingga saat ini masih ada perusahaan yang melakukan eksplorasi
aspal di Pulau Buton. Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi aspaladalah PT.
Sultra Raya Tambang dimana wilayah izin pengelolaan berada pada Wilayah KPHP Unit II
Lasalimu yang luasnya mencapai 992,73 ha berdasarkan SK No. 665/Menhut-II/2013
2.5. Posisi KPHP Lasalimu dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah
Tabel 2.23. Arahan Rencana Kehutanan Tingkat Propinsi Sulawesi Tenggara pada KPHP
Lasalimu
LUAS BERDASARKAN FUNGSI HUTAN (HA)
NO. ARAHAN RKTP (%)
HL HPT HP JUMLAH
1 KAWASAN NON KEHUTANAN 212,18 502,38 3548,25 4262,81 8,83
2 KAWASAN PERLINDUNGAN HA 5794,54 0,08 14,74 5809,36 12,03
3 KAWASAN REHABILITASI 360,32 3126,11 5715,39 9201,82 19,06
4 PH SKALA BESAR 27,53 15569,88 10133,34 25730,75 53,29
5 PH SKALA KECIL 239,52 275,20 2762,76 3277,48 6,79
JUMLAH 6634,09 19473,65 22174,48 48282,22 100,00
Sumber : BPKH Wilayah XXII Kendari Tahun 2017.
Berdasarkan Tabel 2.23 terlihat bahwa arahan RKTP Sulawesi Tenggara pada
kawasan KPHP Lasalimu didominasi oleh arahan pengusahaan hutan skala besar yang
Gambar 2.15. Peta Sebaran Arahan RKTP pada areal KPHP Lasalimu
Gambar 2.16. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Prop Sulawesi Tenggara Tahun 2014 – 2034
1. Belum mantapnya penataan batas kawasan, baik itu batas antar kawasan dalam
wilayah KPHP maupun batas kawasan KPHP dengan lahan masyarakat
2. Tidak adanya data yang pasti tentang jumlah dan potensi yang ada di wilayah KPHP
Lasalimu
3. Belum adanya pendanaan yang pasti dalam pengelolaan KPHP Lasalimu.
4. Belum adanya lokasi perkantoran sebagai pusat aktivitas dan pusat informasi dari KPHP
Lasalimu.
5. Belum terbentuknya organisasi pengelola pada KPHP Lasalimu sehingga menghambat
kegiatan dan komunikasi dengan pemerintah daerah setempat dan stakeholder lainnya.
6. Belum adanya network dengan stakeholder
7. Tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah pada masyarakat sekitar kawasan
mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap alam.
3.1. Visi
Pengelolaan hutan khususnya KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu dengan luas
±48.282 ha membutuhkan perencanaan yang matang dan berkualitas. Perencanaan tersebut
merupakan tahapan penting untuk mewujudkan tujuan dari pengelolaan hutan yang lestari. Salah
satu tahapan proses perencanaan adalah visi. Visi adalah model mental yang dapat diwujudkan
melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan oleh pengelola dan seluruh stakeholder. Visi KPHP
Lasalimu disusun dengan mengacu pada visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) dan visi Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Visi ini nantinya yang dapat mengilhami dan memotivasi pengelola dan seluruh stakeholder
untuk bekerjasama mewujudkan kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun visi
KPHP Lasalimu Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :
3.2. Misi
Keberhasilan visi tersebut di atas perlu ditunjang oleh misi yang mengandung maksud,
bisnis, dan nilai-nilai agar perencanaan pengelolaan lebih efisien dan efektif. Adapun misi KPHP
Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu Provinsi Sulawesi Tenggara adalah :
1. Melakukan pemantapan kawasan secara lengkap dan akurat dengan melibatkan seluruh
pihak yang berkepentingan sehingga dapat diakui semua pihak.
2. Membentuk lembaga pengelola KPHP Lasalimu yang dilengkapi dengan sarana prasarana
dan sumberdaya manusia yang berkompeten.
3. Meningkatkan pengelolaan kawasan untuk memperkuat kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat.
4. Membangun jaringan kerjasama dengan stakeholder dalam pengelolaan kawasan yang
melibatkan masyarakat.
5. Menciptakan inovasi dalam pengembangan industri kehutanan, jasa lingkungan serta
wisata alam dan budaya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHP UNIT II PADA UPTD KPHP LASALIMU PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020 - 2029 46
6. Menyelenggarakan kegiatan perlindungan, konservasi serta rehabilitasi hutan dan lahan
dalam rangka mempertahankan daya dukung Daerah Aliran Sungai.
7. Mengoptimalkan daya dukung daerah aliran sungai untuk mendukung ketahanan pangan
nasional.
8. Merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan hutan Wallacea sebagai bentuk konservasi
keanekaragaman hayati.
Tujuan dari KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu adalah untuk :
1. Tertatanya lokasi kawasan KPH, pengakuan dan legalitas dari hasil kegiatan penataan
kawasan hutan yang berdasarkan hukum dan diakui semua pihak.
2. Tersedianya data base potensi sumberdaya hutan dan kawasan dalam wilayah KPHP
Lasalimu Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Terselenggaranya pengelolaan hutan di tingkat tapak sesuai dengan fungsinya secara
serbaguna dan berkelanjutan yang berkolaborasi dengan seluruh stakeholder.
4. Terciptanya kondisi optimalisasi fungsi ekologi, ekonomi dan sosial kawasan KPHP Lasalimu
untuk pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
5. Terbinanya kemampuan dan kompetensi sumberdaya manusia untuk mendukung
ketahanan pangan nasional.
6. Terselenggaranya pemanfaatan hutan yang berwawasan lingkungan di kawasan hutan
lindung dan kawasan budidaya.
7. Terwujudnya pemanfaatan hutan secara tertib dan berkepastian hukum untuk
meminimalkan konflik tenurial di lapangan.
4.1. Analisis
A. Analisis Kawasan
Hasil skoring untuk penentuan peruntukkan lahan diketahui dengan menjumlahkan nilai
pada setiap kriteria yang mencakup kemiringan lahan, jenis tanah menurut kepekaan erosi, dan
rata-rata intensitas hujan dari wilayah KPHP Lasalimu adalah sebagai berikut :
a. Secara umum kawasan di KPHP Lasalimu didominasi kemiringan >40% yang mencapai
80,11% dari luas keseluruhan dan berdasarkan criteria lahan diberi nilai 100. Jenis
tanahnya didominasi oleh podsolik yaitu 52,07% yang tersebar meluas di kawasan Hutan
Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT).
b. Berdasarkan kepekaan erosinya, jenis tanah podsolik atau ultisol termasuk dalam kategori
tanah peka terhadap erosi dan memiliki nilai 60. Jenis tanah podsolik adalah jenis tanah
yang klasifikasinya dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Tanah ini bersifat
masam dengan kejenuhan basa rendah dan umumnya berkembang dari bahan induk tua.
c. Curah hujan harian data yang diperoleh dari empat stasiun meteorologi, intensitas
hujannya didominasi oleh klasfikasi tinggi yaitu 6,45 mm.hari. Hal ini berarti termasuk
dalam kelas satu dengan nilai 10, sehingga jika diakumulasikan nilai dari kawasan KPHP
Lasalimu adalah 170. Berdasarkan nilai tersebut, dimungkinkan dilakukan budidaya secara
ekonomis, mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga dan tidak merugikan
lingkungan hidup.
d. Kawasan dengan kemiringan 15 – 40% dapat diperuntukkan untuk budidaya tanaman
tahunan seperti hutan produksi tetap, hutan tanaman industri, atau kombinasi tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan.Kawasan dengan kemiringan 8 – 15% dapat
dikembangkan tanaman tahunan dengan menintegrasikan pola penanaman tanaman
semusim di antara tanaman inti sedangkan kawasan pada kemiringan kurang dari 8%
dapat difungsikan untuk tanaman pangan sekaligus dapat mendukung program nasional
ketahanan pangan khususnya di daerah.
Wilayah KPHP Lasalimu dengan luas ± 48.282 ha meliputi 6.634 ha Hutan Lindung (HL),
19.474 ha Hutan Produksi (HP) dan 22.174 ha Hutan Produksi Terbatas (HPT) kaya akan potensi
sumberdaya alam. Potensi yang dimiliki tidak hanya potensi sumberdaya hutan tetapi juga
potensi kawasan hutannya. Potensi sumberdaya hutan berupa hasil hutan kayu, non kayu dan
jasa lingkungan belum semuanya dikelola dan belum adanya data yang akurat untuk mengetahui
nilai dari sumberdaya tersebut. Manfaat sumberdaya hutan dapat dipahami jika telah dilakukan
penilaian dan diketahui hasilnya. Penilaian terhadap manfaat komoditi dan jasa sangat membantu
di dalam mengambil keputusan untuk perencanaan pemanfaatan komoditi dan jasa sumberdaya
hutan. Analisis ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan – kemungkinan yang
dapat dilakukan untuk pengembangan ke depan dalam rangka kemandirian pengelolaan dan
memperkuat perekonomian daerah dan nasional.
Nilai hutan tidak hanya dilihat dari nilai ekonomi tetapi juga dari nilai ekologis yang nilainya
jauh lebih besar. Analsis ekonomi terdiri dari identifikasi dan justifikasi kepentingan pemerintah
dan masyarakat terhadap keberadaan KPHP Lasalimu.
Keberadaan KPHP Lasalimu diharapkan dapat memberikan keuntungan yang dapat
dirasakan masyarakat yang meliputi :
1) Adanya perluasan lapangan kerja,
2) Peningkatan pendapatan masyarakat yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat,
3) Terpenuhinya kebutuhan masyarakat terutama pangan dan air bersih,
4) Pertumbuhan perekonomian daerah dan
Keberadaan KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu akan membantu mengurangi laju
deforestasi dan degradasi lingkungan melalui Kegiatan penanaman baik itu pada hutan alam,
hutan tanaman maupun areal pemberdayaan akan menambah areal yang berhutan dengan
penataan yang teratur. Manfaat lingkungan lainnya adalah terciptanya optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya hutan, perlindungan tata air, plasma nutfah dan keanekaragaman hayati terutama
jenis endemik maupun jenis yang terancam punah. Penurunan laju deforestasi dan peningkatan
penutupan kawasan akan meningkatkan jumlah penyerapan karbon bebas di udara dan
peningkatan jumlah oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Setiap pohon mampu
menghasilkan O2 sebesar 1,2 kg/hari sedangkan kebutuhan manusia akan oksigen adalah ½
C. Analisis Kelembagaan
Kelembagaan yang terbentuk nantinya diharapkan dapat menemukan solusi yang dihadapi
oleh masyarakat dan dapat membangun pola dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat dan
stakeholder. Kelembagaan juga diharapkan dapat menentukan prioritas program yang akan
dilakukan berdasarkan kondisi sosial masyarakat dan bentang alam geografis wilayah KPHP
Lasalimu. Penentuan prioritas program tentunya tidak terlepas dari koordinasi yang dibangun
atas dasar kebersamaan dan manfaat bersama untuk menciptakan pengelolaan hutan yang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHP UNIT II PADA UPTD KPHP LASALIMU PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020 - 2029 53
berkelanjutan. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas harus dibangun untuk meningkatkan
partisipasi aktif dari seluruh pihak terkait.
D. Analisis SWOT
1. Faktor Internal
Analisis faktor internal untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang
menjadi kekuatan (strenghts) dan kelemahan (Weaknesses). Adapun kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki KPHP Lasalimu adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Faktor Internal pada KPHP Lasalimu
Kekuatan/ Strenghts Kelemahan/Weaknesses
1. Pembangunan KPH merupakan prioritas 1. Belum terbentuknya lembaga
kebijakan/target yang dituangkan dalam RPJMN 2015 – dan atribut pengelola yang
2019 dan Rencana strategis Kementerian Lingkungan defenitif;
Hidup dan Kehutanan 2015 – 2019; 2. Belum tersedianya sumberdaya
2. Adanya perundangan yang terkait dengan manusia yang professional di
pembangunan KPH; bidangnya;
3. Adanya perda terkait pembentukan KPHP Lasalimu; 3. Lemahnya koordinasi dan
4. Adanya kawasan hutan yang cukup luas untuk kegiatan kerjasama dengan stakeholder
budidaya dan pemberdayaan masyarakat; terkait;
5. Potensi kayu dan non kayu yang produktif untuk 4. Tingginya egosektoral lintas
dikelola dan dikembangkan; instansi;
6. Potensi panas bumi yang mampu menghasilkan energy 5. Belum jelasnya tata batas baik
listrik; itu dalam kawasan maupun
7. Potensi hidrologis yang mampu menghasilkan tenaga batas luar kawasan;
listrik; 6. Belum adanya penataan petak
8. Adanya aksesbilitas menuju kawasan dan di dalam dalam kawasan;
kawasan; 7. Lemahnya promosi investasi di
9. Potensi sumber mata air dan sungai sebagai pemasok KPH;
kebutuhan air bersih rumah tangga dan industry; 8. Tingkat pendidikan SDM
10. Potensi jasa wisata alam dan wisata religi serta masyarakat sekitar sebagian
budaya; besar masih dalam taraf
11. Ketersediaan sumberdaya manusia di sekitar kawasan rendah;
9. Belum optimalnya pengelolaan
kawasan
Analisis faktor eksternal untuk mengdentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang
menjadi peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Adapun peluang dan ancaman yang
dimiliki KPHP Lasalimu adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel matrik analisis di atas, maka KPHP Lasalimu terdapat beberapa strategi
yang mendapat prioritas perhatian dalam rangka penyusunan program dan rencana kegiatan
dalam 10 (sepuluh) tahun kedepan hingga pada tahun 2029 terealisasi kegiatan sebagai berikut :
Analisis yang dilakukan pada wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu digunakan
untuk membuat proyeksi dalam rangka pengembangan dan pembangunan KPHP yang
berkelanjutan. Proyeksi sederhana untuk menilai sumberdaya hutan dapat dikuantifikasikan nilai
rupiahnya dengan taksiran yang mendekati nilai semestinya. Berdasarkan hasil inventarisasi
hutan yang dilakukan di lapangan diperoleh sebagai berikut :
1. Kelompok Jenis Kayu dilindungi antara lain jenis : Gito-gito (Diospyros pilosanthera
Blanco);
2. Kelompok jenis Indah Dua antara lain : Angsana/cendrana (Pterocarpus indicus
Wild); Kokon (Eusideroxylon zwageri T.et,b); Mangga Hutan (Mangifera foetida
Lour); Uris (Koordersiodendron pinnatum Merr);
3. Kelompok jenis Meranti antara lain: Kenari (Canarium spp); Kalapi (Calapia celebica
Kostrem); Karematu (Dehaasia coecia Bl); Kulupi (Pygeum parfiflorum T.et); Kuma
(Palaquium obovatum Engl);
4. Kelompok jenis Rimba campuran antara lain : Bayur (Pterospermum celebicum);
Betau (Calophyllum waworoentii Kds); Manggis Hutan (Garcinia spp); Jambu-jambu
(Kjellbergiodendron celebicum); Kase (Pometia pinnata Forst); Kolaka ( Parinari
corymbosa Miq); Kulipongko (Vitex coffasus Reinw);
5. Kelompok jenis rimba campuran lainnya antara lain : Bombone ( Parinarium
corymbosum Miq);
b. Data potensi tegakan untuk pohon dengan diameter di atas 50 cm adalah 958,79 m3
seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.18. Jika mengacu pada arahan blok tata hutan
pada KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu yang ditunjukkan oleh tabel 2.15 bahwa
ada peruntukkan untuk pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (HHK-HA) seluas
22.063,70 ha yang meliputi fungsi Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas
(HPT).
c. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jatah tebang tahunan/Annual alowble cutting
(AAC) pada areal tersebut adalah 15,34 m3/ha dengan panjang daur 35 tahun dapat
diketahui etat luasnya adalah 630,39 ha/tahun sehingga etat volumenya adalah 9.670,60
m3/tahun. Data tersebut dapat menggambarkan nilai yang diperoleh dari nilai kayu
setiap tahunnya adalah Rp. 11.604.715.414,47/ tahunnya jika harga jual perkubiknya
adalah Rp. 1.200.000,-.
a. Berdasarkan hasil kegiatan inventarisasi hutan data dan informasi hasil rekapitulasi
jenis pohon di wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu teridentifikasi sebanyak
7 (tujuh) jenis tumbuhan rotan berdasarkan nama daerah suku Buton antara lain
meliputi :
1. Rotan Darmasi (Calamus lijocaulis Becc);
2. Rotan Lambang (Calamus ornatus Blume);
3. Rotan Noko (Daemonorops robusta Warburg);
4. Rotan Batang (Calamus zollingeri Becc);
5. Rotan Hoa (Calamus didymocarpus Warb);
6. Rotan Tarumpu (Calamus muricartus);
7. Rotan Tohiti (Calamus inops Becc).
b. Wilayah Pasarwajo, Lasalimu dan Kapontori yang merupakan bagian dari kawasan
KPHP Unit II Lasalimu merupakan penghasil rotan dengan potensi rotan mencapai 2
ton/ha. Produksi tersebut jika dikalkulasikan dapat mencapai Rp. 3.000.000,-/ha
dengan harga jual Rp. 1.500,-/kg. Rotan dapat dibudidayakan pada lahan-lahan yang
a. Potensi hasil hutan non kayu lainnya madu hutan yang selama ini menjadi salah satu
mata pencaharian bagi beberapa masyarakat di wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP
Lasalimu. Hasil inventarisasi sosial diperoleh informasi bahwa masyarakat yang
berprofesi sebagai pencari madu dapat dapat memperoleh dua sarang dalam setiap
musim panen madu.
b. Petani dapat memanen lebah dan menghasilkan 10 liter madu dari setiap sarang yang
diperoleh dan dijual dengan harga kisaran Rp. 120.000,- perbotolnya dengan ukuran
500 ml. Sehingga pendapatan yang diperoleh petani dari madu setap musim panen
adalah Rp. 4.800.000,-. Musim panen madu dilakukan dua kali setahun sehingga total
pendapatan petani selama setahun adalah Rp. 9.600.000,- atau rata-rata sebulannya
sebesar Rp.800.000,-/petani. Hasil ini akan terus meningkat jika proses pemanenan
yang dilakukan dengan sistem iris sehingga pemanenan yang dilakukan akan
berkelanjutan.
Kawasan hutan lindung yang tersebar pada beberapa wilayah dapat member kontribusi
ekonomi tidak hanya masyarakat tetapi pihak pengelola dan PAD buat daerah. Misalnya kawasan
hutan lindung Mangrove terutama pada wilayah pesisir dapat dikembangkan budidaya dengan
pola silvofishery. Adapun Hutan Lindung (HL) mangrove dengan luas ± 1.003,72 Ha yang
berlokasi tersebar di Wilayah Kecamatan Lasalimu dan Lasalimu Selatan, areal kawasan pesisir
yang belum mengalami perubahan dapat dilakukan pembesaran kepiting bakau; udang, rumput
laut tanpa merusak tegakan mangrove. Sedangkan kawasan hutan lindung yang ada di wilayah
daratan untuk zona pemanfaatan dapat dilakukan budidaya madu dan rotan.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri LHK No.83/Menlhk/Setjen/KUM.1/10/2016 tentang
Perhutanan Sosial dan pedoman fasilitasi pembentukan dan tata cara kerja kelompok kerja
persepatan perhutanan sosial dari Ditjen. Perhutanan Sosial No.P.14/PSKL/SET/PSL.0/11/2016
dengan adanya program kegiatan Syvofishery. Prinsip keseimbangan (Principle of harmony)
menjadi dasar bagi terwujudnnya budidaya berkelanjutan (sustainable aquaculture).
Kesimbangan yang dimaksud adalah bahwa pengelolaan perikanan budidaya harus mampu
menjamin berjalannya siklus dan interaksi yang saling menguntungkan dalam sebuah ekosistem.
Adapun lebih jauh dalam rangka mewujudkan program perhutanan sosial dalam kawasan hutan
mangrove dengan penjelasan adalah sebagai berikut :
a. Prinsip utama dari blue economy tersebut diantaranya adalah : 1) kepedulian terhadap
lingkungan (pro-enviroment) karena memastikan bahwa pengelolaannya bersifat zero
waste; 2) menjamin keberlanjutan (sustainable); 3) menjamin adanya social
inclusiveness; 4) terciptanya pengembangan inovasi bisnis yang beragam ( multiple cash
flow).
b. Silvofishery sebagai sebuah konsep usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan
budidaya yaitu budidaya di tambak menjadi alternatif usaha yang prospektif dan sejalan
dengan prinsip blue economy. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan
sumberdaya hutan mangrove memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi
kawasan hutan tetap baik, disamping itu budidaya perairan payau dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi. Hal yang paling penting adalah bahwa konsep ini menawarkan
alternatif teknologi yang aplikatif berdasarkan prinsip keberlanjutan (sustainable)
c. Pengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya
perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang
dikenal dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah
perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk
saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan
ekonomis karena mempertimbangkan kepedulian terhadap ekologi (ecologycal
awareness).
Kawasan hutan yang dikelola KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu memiliki potensi –
potensi untuk pengembangan pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan pemungutan hasil
hutan bukan kayu (HHBK), adapun potensi tersebuat adalah sebagai berikut :
a. Pemanfaatan aliran air, adalah potensi hidrologi dimana beberapa wilayah DAS yang
berhulu atau melintas pada kawasan KPHP Lasalimu yang berpotensi untuk menghasilkan
energi listrik dan diantaranya sudah dimanfaatkan masyarakat. Beberapa sungai besar
yang sudah dimanfaatkan adalah sebagai berikut :
1. Sungai Winto Winning terdapat di Desa Winning Kecamatan Pasarwajo dengan debit
12,3 m3/detik dengan perkiraan kapasitas mencapai 1.600 KW, memutar turbin
mikrohidro;
2. Air Terjun Kalata yang ada di Desa Sukamaju Kecamatan Wolowa juga dimanfaatkan
oleh PLN setempat untuk memutar turbin pembangkit listrik tenaga minihidro.
b. Pemanfaatan air, keberadaaan hutan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
air untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan lahan-lahan pertanian dan
perkebunan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan air tidak hanya bagi masyarakat di
sekitar tetapi masyarakat yang berada jauh dengan menggunakan pipa. Debit air akan
mempengaruhi seberapa banyak jumlah yang akan terlayani. Mengacu pada standar
Departemen Pekerjaan Umum tentang perencanaan penyediaan air bersih adalah 100
liter/orang/hari sehingga kebutuhan air untuk penduduk yang berada disekitar kawasan
KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu yang berjumlah 46.406 jiwa adalah 3.248.420
liter perhari. Data kebutuhan air jika dinilai dengan menggunakan pendekatan harga
air komersil Rp. 25,-/ liter diperoleh nilai sebesar Rp. 81.210.500,-/hari atau Rp.
29.641.832.500,/tahun.
Tabel 4.3 Potensi Lokasi Jasa Lingkungan Tempat Destinasi Wisata di Wilayah KPHP Lasalimu
N
Nama Lokasi Wilayah Aksesibilitas Keterangan
o
1 Panorama bawah Desa Wabula 28 Km dari Pasarwajo Ibukota Terumbu karang dengan gua gua
laut; Pesta adat Kabupaten Buton, dapat bawah laut; Sarana Prasaran tempat
Pedaono Kuri; dicapai melalui laut dengan parkir; papan informasi; tempat
Cendramata kapal nelayan maupun jalan naungan gazebo; jalan arteri
kuliner kain tenun darat angkutan pedesaan
Khas Buton ditempuh dalam waktu 2 jam
2 Pantai Katembe Kec. Lakudo Dapat di akses melalui perahu Memiliki garis pantai sepanjang 1,4
dengan batu ka- ketinting maupun kapal feri km dengan bentangan pantai
rang milik ASDP dari Kota Baubau berpasir putih sepanjang 3 km;
ke pelabuhan Wamengkoli dan Sarana prasaran empat parkir, papan
dilanjutkan perjalanan darat ke informasi, sarana tempat pemandian
pantai Katembe ± 30 menit. umum belum dibuat
Dapat juga kapal speed boat ±
15 menit
3 Pantai Koguna Desa Mopalu, Pantai pasir putih dengan deretan
Kec. Lasalimu pohon pinus sekitar 50 meter
Selatan terdapat danau udang merah.
Terdapat batu berbelah berbentuk
tebing yang dasarnya dialiri sungai
dari mata air dalam goa goa tebing
4 Pulau Kec. Siompu & Dapat dicapai dengan speed Hamparan pantai berpasir putih,
Liwutongkidi Kadatua boat dari pelabuhan Baubau ± pesona bawah laut aneka ragam
dengan luas ± 15 menit terumbu karang dan biota laut, lokasi
1.000 m2 ber- untuk diving/menyelam
bentuk cincin ber-
gandeng dua
5 Perkampungan Kec. Wabula; Kawasan hutan lindung mangrove
Orang Bajo Desa Siotapina; sangat cocok untuk kegiatan
Lawele Mawasangka; Sylvofishery
Lasalimu
Selatan.
6 Goa Langalu Desa Umalange, Memiliki keunikan pintu gua dan 7
berstalaktit & Kec. Lasalimu pintu kecil atau celah. Diujung goa
berstalakmit Selatan terdapat kolam berair jernih
7 Pabrik Aspal RMA Desa Nambo Pabrik mengolah aspal alam atau asal
Kabungka & Kec. Pasarwajo buton menjadi aspal siap pakai atau
Pelabuhan Aspal Ready Mix Aspal (RMA)
Nambo
8 Gunung Siotapina, Di puncak gunung terdapat benteng
gunung tertinggi peninggalan Sultan Oputa Yikoo.
di Pulau Buton Setiap tahunnya warga
melaksanakan ritual adat
9 Air Terjun Desa Winning Dari Kota Kabupaten Buton- Panorama sungai yang jernih cocok
Winning Kec. Pasarwajo Pasar Wajo dapat ditempuh untuk pemandian umum dan wisata
Kabungka kendaraan roda 2 & 4 ke Desa air terjun, sarana tempat parkir,
Winning jarak 5-6 Km. Di gazebo, dan tempat istirahat perlu
Pusat PLTA dibangun
10 Air Terjun Suka Desa Suka Maju Dari ibukota Kabupaten Buton Panorama sungai yang jernih cocok
Maju Kec. Siotapina – Pasarwajo ditempuh untuk pemandian umum dan wisata
perjalanan jalan roda 2 & 4 air terjun, sarana tempat parkir,
gazebo, dan tempat istirahat perlu
dibangun
11 Air Terjun Kalata Kec. Wolowa Dari poros jalan Lasalimu – Panorama indah bebatuan dan
a. Wilayah KPHP Lasalimu menyimpan potensi wisata alam dan wisata religi/budaya yang
terdapat di dalam dan sekitar kawasan. Potensi ini dapat dikembangkan dan memberikan
kontribusi kepada masyarakat sekitar, penerimaan bagi lembaga KPHP Unit II Pada UPTD
KPHP Lasalimu serta menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Beberapa di antaranya
masuk dalam rencana pengembangan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
RTRW Kabupaten Buton antara lain sebagai berikut :
1. Potensi Budaya juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dengan
adanya festival budaya tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Buton.
2. Sarana dan prasarana mulai dibangun untuk menunjang kegiatan pariwisata
khususnya wisata alam di Kabupaten Buton.
b. Pemanfaatan air adalah potensi- potensi lokasi yang dimanfaatakan sebagai sumber irigasi
lahan pertanian persawahan dan pemanfaatan sumber kehidupan rumah tangga
masyarakat, Pemanfaatan air dapat dikembangkan menjadi Wisata Tirta dengan fasilitas
sebagai arung jeram dan canoing antara lain sebagai berikut :
6. Pantai Kaumbu terdapat di Desa Kaumbu Kecamatan Wolowa; Pantai Bungi terdapat
di Desa Sukamaju Kecamatan Wolowa; Pantai Pasir Hitam terdapat di Desa Sukamaju
Kecamatan Wolawa; Pantai Koguna Kecamatan Lasalimu Selatan, dapat
dikembangkan dengan sarana prasarana antara lain seperti :
a). Jenis Usaha penyediaan Wisata Petualang : Aktivitas out bond; Pengamatan
jembatan antar tajuk pohon (canopy trail); Kabel luncur (flying fox);
b). Jenis usaha penyediaan wisata tirta : Pemandian umum atau kolam renang;
Penyelaman; Snorkeling; Surfing; Boat / jet sky; Perahu layar
Jenis usaha pemanfaatan kawasan dapat berupa sarana aktivitas pembelajaran untuk
memahami berbagai aktivitas dan kehidupan flora fauna, koleksi dan penangkaran flora fauna
dan satwa liar. Kearifan lokal masyarakat Buton yang dikenal dengan Kaombo dalam undang-
undang Martabat Tujuh Kesultanan Buton masih terjaga lestari dalam menjaga alam lingkungan
sampai dengan sekarang tiap tahun dirayakan. Dengan hasil deliniasi lokasi seluas 426 ha atau
0,88% yang terdapat pada Blok HP-Khusus, adapun lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Gunung Siotapina adalah merupakan daerah puncak gunung dalam kawasan hutan tempat
yang suci dan mengandung unsur magis dalam upacara Tutura adalah bentuk
penghargaan masyarakat dalam menjaga kawasan hutan dan alam sekitar. Perjalanan
untuk mencapai gunung siotapina dapat ditempuh dari semua wilayah Kecamatan
Pasarwajo; Siotapina; Lasalimu dan jalan yang paling dekat melalui perjalanan pendakian di
wilayah Desa Wasuamba.
Adapun Gunung Siotapina termasuk dalam wilayah pengelolaan KPHP Unit II Pada UPTD
KPHP Lasalimu dengan luas areal lokasi seluas 426,34 ha ikut serta berperan dalam fasilitas
kawasan tempat pelaksanaan kegiatan tersebut dengan pengembangan sarana prasarana
antara lain sebagai berikut :
1. Pengembangan jalur pendakian berupa jalan setapak;
2. Tempat pemberhetian, bangunan peristirahatan atau pos pengamanan/pos jaga;
3. Papan informasi
Perhitungan mengenai cadangan karbon untuk hutan alam yang ada di wilayah KPHP Unit
II Pada UPTD KPHP Lasalimu belum pernah dilakukan. Berdasarkan informasi hasil inventarisasi
yang dilakukan oleh pendekatan dengan hasil penafsiran citra satelit tahun 2017 oleh BPKH XXII
Kendari, kondisi penutupan lahan hasil analisis di bagi menjadi 11 (sebelas) kelas dapat disajikan
pada Tabel 2.19 sebagai berikut :
a. Hutan Lahan Kering Primer (Hp/2001) pada fungsi Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi
Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 5.908,96 ha atau 12,24%,
b. Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs/2002) pada fungsi Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi
Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 34.233,18 Ha atau 70,90 %.
c. Hutan Mangrove Primer (Hmp/2004) pada fungsi Hutan Lindung (HL) seluas 1.003,72 ha
atau 2,08%
Dengan penutupan lahan hutan primer dan lahan kering sekunder yang cukup ini pada
fungsi Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan luas total ±
31.261,46 ha atau 65,00% ha mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang besar, sedangkan
dibandingkan dengan penutupan lahan dengan luas ± 7.269,20 ha atau 14,98% telah mengalami
perubahan akibat pemanfaatan kawasan menjadi Semak belukar tegakan telah terganggu
bahkan hilang. Kebakaran, ekstraksi kayu, pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam dan
kejadian atau aktivitas lainnya di kawasan hutan menyebabkan berkurangnya potesi biomassa
yang berimplikasi langsung terhadap kemampuannya menyimpan karbon.
Olehnya itu, untuk mengetahui potensi dan simpanan karbon yang terkandung di wilayah
KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu maka perlu dilakukan penelitian dan kajian yang lebih
mendalam.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan investasi di bidang pengelolaan hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman
tentunya membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Adapun kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Penyerapan tenaga kerja tentunya akan membantu pemerintah daerah dalam mengurangi
angka pengangguran. Jika diasumsikan setiap hektar dipekerjakan sebanyak 2 orang maka
untuk kawasan pengelolaan hasil hutan kayu hutan alam dapat menyerap tenaga kerja
sebanyak ± 40.459 jiwa. Sedangkan pada pengelolaan hasil kayu hutan tanaman dapat
menyerap tenaga kerja ± 10.338 jiwa sehingga total tenaga kerja yang terserap pada
kedua bidang pengelolaan hutan adalah ±50.797 jiwa atau ± 16.932 KK.
c. Pola Hutan Kemasyarakatan (HKm) sudah terbentuk pada beberapa wilayah misalnya
adalah sebagai berikut :
1. HKm Wawoleona (190 ha) di Lasalimu, HKm Wasambaa (315 ha) di Kecamatan
Lasalimu;
2. HKm Labuandiri (200 ha) di Kecamatan Siotapina;
3. HKm Kombewaha (180 ha) di Kecamatan Siotapina.
Jika rata-rata pengelola Hkm diberi lahan kelola sebesar 2 ha sehingga untuk tiap Hkm
yang terbentuk mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 360 – 630 KK.
1. Budidaya lebah madu dapat dilakukan pada areal pemberdayaan. Biaya investasi yang
dibutuhkan untuk budidaya lebah madu adalah Rp. 15.452.000,- dan biaya operasional
adalah Rp. 7.221.921,-Keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya lebah madu
adalah Rp. 4.778.079 dan akan balik modal setelah panen ketiga. Berbeda dengan
madu liar, budidaya lebah madu dapat dipanen setiap bulan.
3. Pengembangan ini dapat dilakukan secara kelompok dimana dalam satu kelompok
terdiri dari 10 – 15 KK dengan luas lahan 7 – 10 ha. Dalam satu ha dapat diintroduksi
sapi induk sebanyak 3 ekor yang terdiri dari 2 betina dan 1 jantan sehingga dalam satu
kelompok memiliki 21 – 30 ekor sapi. Sapi induk berumur 2 tahun 6 bulan dengan
bobot mencapai 200 – 250 kg. Sapi Bali dapat berkembangbiak dan menghasilkan
keturunan masa 1 tahun sampai 1 tahun 3 bulan sehingga dalam kurun waktu 2 tahun
3 bulan jumlah sapi adalah 5 ekor/ha, bobot lahir bayi sapi adalah 30 – 40 kg.
4. Sapi dapat dijual/dikonsumsi umumnya berumur 2 tahun dengan bobot mencapai 200
-250 kg dan harga jualnya untuk jantan berkisar 7 – 8 juta/ekor sedangkan betina,
berkisar 6 – 7 juta/ekor. Harga jual sapi meningkat dalam kurun waktu 6 bulan, saat
sapi berumur 2 tahun 6 bulan dengan bobot mencapai 250 – 270 kg/ekor. Harga jual
sapi umur 2,6 tahun dengan bobot 250 – 270 kg untuk jantan adalah 10 – 12
juta/ekor dan betina 8 juta. Masyarakat dapat menikmati hasil dari pengembangan sapi
pada tahun keempat kegiatan.
f. Beberapa kawasan yang termasuk dalam wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu
dapat dikembangkan komoditi untuk meningkatkan ketahanan pangan khususnya
Kabupaten Buton. Pengembangan komoditi pangan dapat diterapkan pada lahan
pemberdayaan dengan system agroforestry Komoditi pangan yang menjadi andalan
Kabupaten Buton adalah jagung dan ubi kayu. Komoditi ini merupakan bahan pangan lokal
masyarakat dan telah lama dibudidayakan masyarakat. Beberapa wlayah yang dapat
menjadi sentra budidaya jagung dan ubi kayu adalah Desa Togo mangura dan Desa
Winning.
Rencana kegiatan jangka panjang ini diselaraskan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
(RKTN) 2011 -2030, Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 –
2035, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Rencana Jangka
Menengah Kabupaten Buton. Rencana ini juga mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan
para pihak seperti aksesibilitas dan infrastruktur, tenaga kerja, penyelesaian konflik,
pendampingan masyarakat, pengelolaan database, rencana pendanaan, monitoring dan
evaluasi. Partisipasi para pihak sangat diperlukan dalam penyusunan rencana jangka
panjang dan rencana kerja tahunan sehingga semua pihak mampu bersinergi satu sama lain
untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi UPTD KPHP
Lasalimu.
Rencana pengelolaan hutan wilayah KPHP Lasalimu selama 10 (sepuluh) tahun
periode 2020–2029 diprediksi akan memerlukan alokasi angaran sebesar
Rp. 166.899.660.000,- (seratus enam puluh enam milyar delapan ratus
sembilan puluh sembilan juta enam ratus enam puluh ribu rupiah) mencakup
beberapa item, dimana antar item tersebut saling mendukung guna tercapainya pengelolaan
hutan yang lestari dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun item tersebut antara
lain :
1. Inventarisasi potensi secara berkala dan tata kelola hutan seluas 48.282 ha terhadap
7 (tujuh) Blok .
2. Pengembangan Agrosilvopastura (Tebu, Padi, Jagung dan sapi di wilayah Kecamatan
Lasalimu dan Kecamatan Pasarwajo)
3. Pemberdayaan Masyarakat seluas 11.888 ha.
4. Rehabilitasi Hutan.
5. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.
6. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin.
7. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
8. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.
9. Penyediaan pendanaan.
10. Pengembangan database.
11. Rasionalisasi wilayah kelola.
12. Review rencana pengelolaan.
13. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang
sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Inventarisasi berkala bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh data yang update
dan akurat pada unit pengelolaan dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan inventarisasi
berkala juga mengakomodir perubahan yang terjadi pada kondisi biofisik dan dinamika
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, dengan tujuan untuk memperoleh data
terkini pada masing-masing wilayah pengelolaan hutan, khususnya pada blok dan petak. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan arah
kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang dicapai. Metode
pelaksanaan inventarisasi hutan secara berkala mengacu pada pedoman inventarisasi hutan.
Hasil Inventarisasi akan memberikan gambaran tentang risalah kondisi unit pengelolaan
hutan secara bekala sebagai berikut:
a. Kondisi Awal
b. Kondisi 5 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan uraian peningkatan dan penurunan
serta permasalahannya
c. Kondisi 10 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan uraian peningkatan dan
penurunan serta permasalahannya .
JUMLAH 48.282
Perencanaan kegiatan rekonstruksi batas akan dilaksanakan pada tahap awal kegiatan
yakni tahun 2020. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan rekonstruksi batas luar
adalah pendekatan GIS dan survey awal terhadap batas-batas kawasan budidaya, batas
penduduk/non kawasan hutan dan batas kawasan yang termasuk dalam KPH lain. Adapun
batas-batas KPHP Lasalimu yang memisahkan dengan area luarnya dapat berupa: Kawasan
hutan yang termasuk KPH lain; Wilayah non kawasan hutan; Kawasan hutan dengan fungsi
lain.
Kegiatan rekonstruksi batas luar akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Kegiatan rekontrusi meliputi :
1) Batas antar Blok yang bukan merupakan batas fungsi kawasan hutan akan
dilaksanakan kegiatan penataan batas blok.
2) Batas antar Blok yang juga merupakan batas fungsi kawasan hutan akan dilaksanakan
kegiatan orientasi batas dan dilanjutkan dengan kegiatan rekonstruksi batas
berdasarkan hasil orientasi batas yang telah dilaksanakan, batas blok akan diberikan
berupa tanda yang bentuknya sama dengan pal batas fungsi kawasan hutan, yang
membedakan hanyalah penulisan kodefikasi blok (atau dilaksanakan berdasarkan
petunjuk teknis yang ada).
3) Batas Blok dengan APL yang juga merupakan batas antara kawasan hutan dengan APL
dilaksanakan sama dengan tata cara penataan batas fungsi seperti yang tertulis pada
nomor 2 di atas. Batas Luar wilayah KPH dengan KPH unit lainnya akan dilaksanakan
koordinasi antar KPH mengenai teknis pelaksanaan penataan batas luar antar KPH
tersebut.
Adapun jumlah panjang kegiatan penataan batas luar kawasan hutan KPHP Lasalimu
melalui rekontruksi sepanjang 410,62 km dilaksanakan kedalam 2 (dua) tahap terdiri atas
periode lima tahun tahun pertama sepanjang 232,17 km dan periode lima tahun kedua
sepanjang 178,45 km, sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut Panjang batas kegiatan
rekonstruksi.
Tabel 5.4. Panjang Batas Luar Dalam Rangka Kegitan Rekonstruksi KPHP Unit II Lasalimu Periode
Lima Tahun Kedua
No Jenis Kegiatan Penataan Batas Jenis Batas (Fungsi Hutan) Panjang (Km)
1. Blok Inti HL dengan APL 35,86
2 Blok Inti HL dengan Perairan laut 47,93
3 Blok Pemanfaatan, HL dengan APL 40,04
4 Blok Pemberdayaan Masyarakat HP dengan APL 54,62
Jumlah 178,45
Sumber : Analisis SIG 2017
Tabel 5.6. Rencana Kegiatan dan Analisis Biaya Penataan Batas Luar KPHP Lasalimu untuk Periode Lima Tahun Kedua
Rencana TAHUN PELAKSANAAN
Panjang Anggaran 2025 2026 2027 2028 2029 SUMB
NO. Jenis Batas ( Kegiatan) KET
(KM) (RP x Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya ANGG
P (Km) P (Km) P (Km) P (Km) P (Km)
1.000) (RP) (RP) (RP) (RP) (RP)
17,93 KPH, BPKH,
APBN/
1 Blok Inti Pada Hl Dgn Apl 35,86 268.932 134.466 17,93 134.466 - - - - - - APBD
DISHUT,
BPHP
179.721 KPH, BPKH,
APBN/
2 Blok Inti Pada Hl Dgn Perairan Laut 47,93 359.443 - - - - 23,96 23,96 179.721 - - APBD
DISHUT,
93 BPHP
KPH, BPKH,
Blok Pemanfaatan pada HL dengan APBN/
3 40,04 300.336 20,02 150.168 20,02 150.168 - - - - - DISHUT,
APL - APBD
BPHP
721 KPH, BPKH,
Blok Pemberdayaan Masy pada HP APBN/
4 54,62 409.652 27,31 204.826 27,31 204.826 - - - - - DISHUT,
dengan APL - APBD
BPHP
JUMLAH 178,45 1.338.363 65,26 489.460 65,26 489.460 23,96 179,721 23,96 179.721 -
Penataan batas blok pada wilayah KPHP Unit II Pada UPTD KPHP Lasalimu dilakukan
berdasarkan kesamaan karakter fisiografi, kesamaan fungsi pengelolaan dan kemudahan
aksesibilitas, sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan efisien. Pemasangan batas blok
KPHP II Lasalimu dilakukan berdasarkan batas fungsi dimana pal batas hanya dibuat satu
pal batas untuk batas blok, sedangkan batas blok yang berbatasan denga non kawasan
hutan (APL) tetap mengacu pada batas luar KPHP Lasalimu. Adapun Panjang batas dan
rencana penataan batas blok KPHP Lasalimu disajikan pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8.
1 Blok Pemanfaatan HHK-HA pada HP dengan Blok Pemanfaatan HHK-HT pada HP 28,72
2 Blok Pemanfaatan HHK-HA pada HP dengan Blok Pemberdayaan Masyarakat pada HP 41,90
3 Blok Pemanfaatan HHK-HT pada HP dengan Blok Pemberdayaan Masyarakat pada HP 36,48
4 Blok Pemnafaatan pada HL dengan Blok Inti pada HL 6,26
5 Blok Inti pada HL dengan Blok Pemanfaatan HHK-HT pada HP 9,88
6 Blok Inti pada HL dengan HSA SM.Lambusango 12,60
7 Blok Pemanfaatan HHK-HA pada HP dengan HSA SM. Lambusango 17,17
8 Blok Pemanfaatan HHK-HT pada HP dengan HSA SM. Lambusango 5,67
9 Blok Pemanfaatan pada HL dengan Blok Pemanfaatan Kawasan Jasling dan HHBK pada HP 2,35
10 Blok Pemberdayaan Masyarakat pada HP HSA SM. Lambusango 13,02
Jumlah 174,05
Sumber : Analisis SIG 2017
Wilayah tertentu merupakan wilayah yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi
pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatan serta akan dikelola sendiri oleh
KPH, sesuai dengan fungsi dan potensi yang dimilikinya. Areal yang diperuntukan sebagai
pemanfaatan wilayah tertentu pada KPHP Lasalimu direncanakan seluas 40.945 Ha atau
85% dari keseluruhan wilayahnya. Area tersebut adalah area atas Blok HL-Pemanfaatan
pada 4 (empat) wilayah kecamatan, HP-Pemanfaatan HHK-HA pada 5 (lima) wilayah
kecamatan, HP-Pemanfaatan HHK HT pada 4 (empat) wilayah kecamatan dan HP-
Pemanfaatan Kawasan, Jasling dan HHBK pada 2 (dua) wilayah kecamatan. Adapun sebaran
wilayah tertentu pada KPHP Lasalimu dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan secara spasial dapat
dilihat pada Gambar 5.1.
Tabel 5.9. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu Pada KPHP Lasalimu
LUAS BERDASARKAN KECAMATAN (Ha)
JUMLAH (Ha)
SIONTAPINA
KAPONTORI
PASARWAJO
LASALIMU
LASALIMU
WOLOWA
SELATAN
Pengelolaan pada wilayah tertentu akan disesuaikan dengan kondisi biofisik dan sosial
budaya masyarakat sekitar. Pelaksanaan kegiatan pada pengelolaan kawasan tertentu akan
dilakukan oleh pihak pengelola baik secara mandiri dan atau bermitra dengan masyarakat
atau stakeholder lainnya dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan
Sosial. Adapun rencana kegiatan pemanfaatan wilayah tertentu dapat dilihat pada Tabel
5.10.
Potensi KPHP Lasalimu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor.
P.31/Menlhk/Setjen/Kum.13/2016 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Produksi, sehingga dari hasil data dan informasi yang
dapat dikembangkan dan dikelola sendiri secara mandiri oleh pengelola maupun mitra
dengan pihak lain antara lain meliputi:
1. Potensi Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (HHK-HA) seluas 20.229 Ha, ditemukan 140 jenis
vegetasi terdiri atas 5 (lima) kelompok yaitu:
a. Rotan 7 (tujuh) jenis tumbuhan rotan muda dan dewasa antara lain : Rotan
Darmasi (Calamus lijocaulis Becc); Rotan Lambang (Calamus ornatus Blume);
Rotan Noko (Daemonorops robusta Warburg); Rotan Batang (Calamus zollingeri
Becc); Rotan Hoa (Calamus didymocarpus Warb); Rotan Tarumpu (Calamus
muricartus); Rotan Tohiti (Calamus inops Becc).
b. Getah damar kucing; Budidaya Lebah Madu; Budidaya tumbuhan liana Adas
Pulasari, Kalapari; Budidaya Melinjo; Budidaya Kulit kayu manis; Budidaya Gaharu.
c. Pohon aren; Anggrek ; Talas-talasan (Alocasia suhirmaniana); Pakis hutan; Bambu
dan Pandan hutan (Pandanus sp).
d. Jenis Fauna yang diketemukan baik tanda jejak yaitu berupa : Babi hutan (Sus
celebensis); Rusa/jonga (Cervus tinorensis); Monyet/ndoke buton (Macaca
brunnescens); Kus-kus (Phalanger celebensis); Bajing (Callasciurus); Ayam hutan
(Gallus gallus) dan Jenis reptil seperti Ular phiton/sanca (Phython reticulatus);
Tokek (Gecko gecko). Rangkong (Aceros cassidix), Raja Udang (Halcyon
coromanda); Merpati hutan (Ducula aenea); Betet (Tanignathus megalorynchos);
Pelatuk besi (Mulleripicus fulvus); Nuri (Tanignathus megalorynchos).
3. Ketahanan pangan potensi kawasan budidaya Hutan Lindung Mangrove dengan luas
1.003,72 ha sektor perikanan empang parit, tambak bandeng, udang dan kepiting
mangrove dengan pola Perhutanan Sosial.
a. Potensi Jasa Lingkungan penyedia air dan energi baik untuk kebutuhan rumah
tangga dan pembangunan pembangkit listrik (PLTA) mini hidro maupun mikrohido
antara lain: Sungai Winto Winning Kecamatan Pasarwajo; Sungai Tondo; Sungai
Rejosari Keamatan Lasalimu Selatan; 7 (tujuh) sumber mata air, 3 (tiga) mata air
turap dan 2 (dua) mata air selam Kecamatan Pasarwajo; 2 (dua) sumber mata air, 1
(satu) mata air diturap di Kecamatan Wolowa; 3 (tiga) sumber mata air di
Kecamatan Lasalimu Selatan; 4 (empat) sumber mata air, 1 (satu) air terjun
kecamatan Lasalimu; 5 (lima) sumber mata air, 1 (satu) mata air diturap di
Kecamatan Kapontori.
b. Potensi Wisata Alam : Air panas Toga Mangura di Kec. Lasalimu; Air Terjun
Waoleona di Kecamatan Lasalimu; Benteng Siotapina di Kecamatan Lasalimu; Makam
Sultan Oputa Yii Koo di Kecamatan Lasalimu;
6. Obyek wisata religi, upacara adat “Tutura” Gunung Siotapina yang merupakan gunung
tertinggi dan dikeramatkan oleh sebagian besar adat Buton di wilayah Kabupaten
Buton. Puncak gunung Siotapina merupakan yang berada pada wilayah kerja
pengelolaan KPHP Unit II Lasalimu adalah dahulunya merupakan benteng kesultanan
buton yang ke 21 dan 23, yang gigih melawan penjajahan kolonial Belanda. Sekarang
ditetapkan para tokoh adat Kaombo sebagai kawasan hutan adat yang dikeramatkan,
Untuk menjaga kelestarian hutan akan dikenakan denda adat bagi yang melanggar.
Setiap tahun setelah Idul Fitri dilaksanakan, masyarakat sekitar dan para tokoh adat
(Tontau; Pau dan Syara) merayakan upacara adat yang dikenal dengan Tutura yang
berlangsung beberapa hari untuk bermusyawarah. Perjalanan untuk mencapai gunung
siotapina dapat ditempuh dari semua wilayah Kecamatan Pasarwajo; Siotapina;
Lasalimu dan jalan yang paling dekat melalui perjalanan pendakian di wilayah Desa
Wasuamba.
7. Potensi pengembangan Tanaman Pangan dan Ternak (Silvopastura) dengan jenis
komoditi antara lain meliputi : Tebu; Padi; Jagung dan sapi di wilayah Kecamatan
Lasalimu; Kecamatan Pasarwajo
Tabel 5.10. Rencana Kegiatan Pemanfaatan Wilayah Tertentu pada KPHP Lasalimu
N
PROG/KEG LOKASI VOL. TARGET CAPAIAN INDIKATOR CAPAIAN
O
1. HL-Pemanfaatan Kec. Lasalimu; 2.255 Terwujud Pemanfaatan HHBK di wil Diperolehnya Income dari
Lasalimu Selatan; Ha KPHP Lasalimu dlm skala bisnis untuk pemanfaatan HHBK
Siotapina mendukung kemandirian KPH
Melakukan dan pemetaan Kec. Lasalimu; 1 paket Diperolehnya data dan informasi Dokumen dan peta sebaran
pot. serta sebaran HHBK Lasalimu Selatan; potensi serta peta sebaran HHBK HHBK di wilayah KPHP
pada wil. KPHP Lasalimu Siotapina pada wil KPHP Lasalimu Lasalimu
Menyusun Rencana Kec. Lasalimu; 1 paket Tersusun renc pemanfaatan dan Adanya 4 dok. Renc.
Pemanfaatan dan Lasalimu Selatan; pengembangan HHBK potensil di pemanfaat dan pengemb.
Pengembangan HHBK Siotapina KPHP Lasalimu untuk 4 Komoditi HHBK (untuk tiap-tiap
unggulan (Madu alam, Rotan, Ubi komoditi unggulan)
kayu dan Jagung)
Penyiapan Kelembagaan Seluruh wilayah 1 paket a. Ada kelembagaan pengelola & Ada Lembaga, sar pras serta
pengelolaa Pengemb. KHP pengemb. HHBK yang profesional SDM yg professional sesuai
Kawasan KPHP Lasalimu merupakan kawasan yang dikelilingi oleh enam wilayah
kecamatan dengan 49 desa/kelurahan yang memiliki jumlah rumah tangga 10.622 dan
sebagian besar mempunyai ketergantungan terhadap hutan. Pengelolaan hutan dapat
berkelanjutan jika dilaksanakan dengan mempertimbangkan 3 (tiga) fungsi hutan yaitu
fungsi ekologi, fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial
untuk melaksanakan fungsi sosial dalam pengelolaan hutan dilakukan pemberdayaan
masyarakat sekitar kawasan KPHP Lasalimu. Pencadangan areal pemberdayaan masyarakat
seluas 11.888 ha yang terdapat 237 petak terbagi atas fungsi hutan meliputi Hutan
Produksi (HP) seluas 10.041 ha dan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 1.847 ha,
dengan diakomodirnya luasan kawasan tersebut dimaksudkan untuk memberi ruang dan
mengakomodasi masyarakat di dalam pengelolaan hutan. Beberapa skema pengelolaan
yang dapat melibatkan masyarakat di dalam pengelolaan sekaligus sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat adalah pengelolaan hutan dalam bentuk antara lain seperti :
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Desa (HD), dan
Kemitraan Kehutanan.
Selain itu, upaya pemberdayaan juga dapat dilakukan oleh pemegang ijin usaha
pemanfaatan melalui danaCorporate Social Responsilbility (CSR). Skema pemberdayaan
masyarakat ini sekaligus mendukung target pemerintah dengan target realisasi sampai
tahun 2020 sebesar 5 juta hektar lahan hutan. Peningkatan kemandirian masyarakat di
dalam pengelolaan hutan dapat didukung dengan pengembangan kelembagaan ekonomi.
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggungjawab
kementerian kehutanan tetapi juga tanggungjawab pemerintah daerah dalam hal Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Buton seperti yang tertuang dalam PP 38/2007 tentang
Pembagian Urusan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Koordinasi lintas
lembaga perlu dibangun untuk menyatukan persepsi di antara pihak sehingga implementasi
kegiatan dapat berjalan lancar. Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suhirman, dkk (2012) pada empat wilayah provinsi diperoleh hasil bahwa biaya untuk
implementasi perhutanan sosial setiap hektarnya adalah Rp. 600.000,- meliputi biaya
pengorganisasian masyarakat dan biaya perijinan. Pengorganisasian masyarakat meliputi
Assessment, pembentukan kelompok, dan pendampingan sedangkan perijinan meliputi
pertemuan koordinasi multipihak, pengusulan perijinan, penyiapan bahan usulan
(administrasi, peta dll) dan fasilitasi proses verifikasi di daerah. Adapun sebaran
pemberdayaan masyarakat dapat dilhat pada tabel berikut.
Riset pengembangan HL-Pemanfaatan dan 1 4.000 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 APBN/A Dishut
potensi HHBK HP - Pemanfaatan pkt PBD BP2HP/KPH
Kawasan, Jasling Donor/ Perguruan
dan HHBK Mitra Tinggi
Konsultan
Membuka peluang HL-Pemanfaatan dan 1 350 175 - - - - 175 - - - - APBN/A KPH
investasi melalui HP - Pemanfaatan pkt PBD Donor/ Mitra
promosi dan kerjasama Kawasan, Jasling Donor/
dengan pihak ke tiga dan HHBK Mitra
untuk pengemb pot
HHBK
Monitoring dan Evaluasi HL-Pemanfaatan dan 1 100 - - - - - - - - - 100 APBN/A BPKH Kendari,
Kegiatan HP - Pemanfaatan pkt PBD Dis hut
Kawasan, Jasling Donor/ KPH
dan HHBK Mitra
JUMLAH 5.050 925 550 400 400 400 675 400 400 400 500
Areal KPHP Lasalimu yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan
akan dilakukan pembinaan dan pemantauan secara berkala dan berkesinambungan guna
terealisasinya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan yang ada di wilayah KPHP Lasalimu yaitu IPPKH Tambang Aspal atas nama PT.
Sultra Raya Tambang dengan luas konsesi 992,73 ha dan PT Yuman Jaya Tama dengan luas
konsesi 39,88 ha dengan kegiatan pembinaan dan pemantauan yang dilakukan berupa
pertemuan dan koordinasi rutin serta monitoring evaluasi kegiatan.
Pemantuan tidak hanya ditujukan pada kegiatan dilokasi perijinan tetapi juga kegiatan
perlindungan hutan dan pemberdayaan yang dilakukan pihak PT. Sultra Raya Tambang dan
PT. Yuman Jaya Tama terhadap masyarakat sekitar wilayah konsesi. Pembinaan dan
pemantauan juga dilakukan terhadap rencana reklamasi tambang untuk mempercepat
proses penghutanan kembali bagi kawasan yang telah dilakukan eksplorasi tambang.
Adapun Rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan Tabel 5.15 berikut.
Tabel 5.14. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutan pada Wilayah KPHP Lasalimu
NO PROG/KEG LOKASI TARGET CAPAIAN INDIKATOR CAPAIAN
1. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN IJIN PM Terlaksananya kegiatan pembinaan dan Ijin pemanfaatan hutan
PEMANFAATAN HUTAN pemantauan ijin pemanfaatan hutan terkontrol dan dapat
dievaluasi dengan baik
Menyusun Standar Operasional Prosedur Wil Ijin Adanya SOP yang jelas mengenai Dokumen SOP
(SOP) pengawasan dan evaluasi ijin pemanfat pengawasan dan evaluasi izin
pemanfaatan hutan IUPHHK-HT pemanfaatan hutan IUPHHK-HT
Melaksanakan pembinaan, pengendalian Wilayah Kegiatan THPB pada IUPHHK-HT Laporan pembinaan dan
dan evaluasi pelaks. THPB pada IUPHHK- Ijin terlaksana dengan baik evaluasi kegiatan THPB
HT (Perencanaan, Penanaman, pemanfat
Penebangan, Penatausahaan Hasil Hutan
Kau/PUHHK, Perlindungan Hutan dan
pembinaan Hutan) secara berkala
Mendorong dan mendampingi sertifikasi Wil Ijin Tersertifikasi PHPL pada ijin pemanfaatan Sertifikat PHPL
PHPL pada (IUPHHK-HT) mandatory dan pemanfat hasil hutan untuk mendukung pengelolaan mandatory atau
voluntary yang lestari voluntary
Sosialisasi regulasi pengelolaan hutan Wil Ijin Tersosialisasi kebijakan pengelolaan hutan Dokumen Laporan
pemanfat yang terupdate bagi pemegang IUPHHK- Sosialisasi
HT
Implementasi SIPUHH online di wilayah Wil Ijin Penggunaan SIPUHH online pengelolaan SIPUHH berfungsi
KPHP Lasalimu pemanfat IUPHHK-HT di wilayah KPHP Lasalimu optimal di KPHP
Lasalimu
2. PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN IJIN PM Terlaksana keg pembinaan dan Ijin penggunaan kws
PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN pemantauan izin peggunaan kwsn hutan hutan terkontrol dan
dapat dievaluasi dengan
baik
Menyusun Standar Operasional Prosedur Wil Ijin Ada SOP yang jelas mengenai Dokumen SOP
(SOP) pengawasan dan evaluasi ijin pengguna pengawasan dan evaluasi ijin penggunaan
penggunaan kawasan hutan kawasan kawasan hutan
hutan
Melaksanakan pembinaan, pengendalian Wil Izin Kegiatan THPB pada IUPHHK-HT Laporan pembinaan dan
dan evaluasi pelaksanaan izin penggunaan pemanfat terlaksana dengan baik evaluasi kegiatan THPB
kawasan hutan secara berkala
Memberikan pertimbangan teknis pada Wil ijin Terarah keg teknis ijin penggunaan Dokumen pertimbangan
pemegang ijin penggunaan kawasan hutan pengguna kawasan hutan pada wilayah yang teknis
kwsn htn dimohonkan
a. Kategori Agak Kritis seluas 43.156 ha sebagian besar berada pada fungsi Hutan
Lindung (HL) seluas 4.322 ha; Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 19.423 ha dan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) seluas 19.411 ha
b. Kategori areal yang kritis seluas 2.025 ha dan lahan sangat kritis mencapai 815 ha
sehingga total lahan yang akan direhabilitasi untuk tahap awal adalah 2.840 ha yang
sebagian besar berada pada Hutan Produksi (HP).
Rehabilitasi dilakukan dengan penanaman jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi
edapis areal tersebut dan mempunyai nilai ekonomi tinggi serta pasar. Sedangkan pada
Hutan Lindung (HL) akan direboisasi dengan tanaman yang sesuai dengan kondisi edapis
dan berfungsi ekologi guna mengembalikan fungsi ekologi kawasan secara optimal.
ANGGARAN
SUMB
TARGET/
VOLUME
SATUAN
ER
x 1 jt
PROGRAM/RENCANA 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
NO.
KEGIATAN KET.
ANGG
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA ARAN
VOL VOL VOL VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL VOL BIAYA
x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt
x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 PROGRAM : PENYELENGGARAAN REHABILITASI PADA AREAL DI LUAR IZIN
SASARAN BLOK : HL-INTI, HL-PEMANFAATAN, HP-PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, HP-JASLING, HHBK
KEGIATAN :
KPH, Dishut,
Pemetaan lahan dan Kement
a APBN/
kwsn htn yg 1 keg 350 - - - - 1 350 - - - - - - - - - - - - - - LHK,
. APBD
terdegradasi/kritis stakehold
mitra donor
Pembuatan
Tanaman Reboisasi
Tutupan Lahan
Belukar Rawa, KPH, Dishut,
Savana/Padang Kement
b APBN/
Rumput, Semak 500 Ha 7000 50 700 50 700 50 700 50 700 50 700. 50 700 50 700 50 700 50 700 50 700 LHK,
. APBD
Belukar, Tanah stakehold
Terbuka di Blok HL- mitra donor
Inti, HL-Pemanfaat
dan HP-Jasling,
HHBK
Pengkayaan
KPH, Dishut,
Tanaman Pionir yg
Kement
c cepat tumbuh pd APBN/
500 Ha 3500 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 LHK,
. areal yang kriteria APBD
kritis fungsi Hutan stakehold
Lindung (HL) mitra donor
Pengkayaan KPH, Dishut,
Tanaman Pionir yg
Kement
d cepat tumbuh pd APBN/
500 Ha 3500 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 50 350 LHK,
. areal yang kriteria APBD
kritis fungsi Hutan stakehold
Produksi (HP) mitra donor
Pembuatan KPH, Dishut,
Tanaman
Kement
e Rehabilitasi dengan APBN/
500 Ha 7000 50 700 50 700 50 700 50 700 50 700 50 700 50 700 50. 700 50 50 700 LHK,
. Pola Agroforestri 700.00 APBD
pada Kriteria Sangat stakehold
Kritis. mitra donor
Pembuatan
Tanaman Mangrove KPH, Dishut,
pada areal tutupan
Kement
berupa Hutan
f. 250 Ha 3500 25 350 25 350 25 350 25 350 25 350 25 350 25 350 25 350. 25 350 25 350 LHK,
Mangrove Sekunder
dan Tambak di Blok stakehold
HL-Inti dan HL- mitra donor
Pemanfaatan.
Pembuatan
Bangunan KPH, Dishut,
Konservasi Tanah Kement
g APBN/
(Check Dam/Dam 10 Unit 3500 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 1 350 LHK,
. APBD
Penahan/Dam stakehold
Pengendali/Embung) mitra donor
pada DAS Prioritas.
ANGGARAN
SUMB
TARGET/
VOLUME
SATUAN
ER
x 1 jt
PROGRAM/RENCANA 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
NO.
KEGIATAN KET.
ANGG
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA ARAN
VOL VOL VOL VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL BIAYA VOL VOL BIAYA
x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt
x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt x 1 Jt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KPH, Dishut,
Evaluasi APBN/A Kement LHK,
i. 2 kali 200 - - - - - - - - 1 100 - - - - - - - - 100.0 PBD stakehold
keberhasilan 1.00
0 mitra donor
JUMLAH 29,550 2,800 3,000 3,150 3,000 2,900 3,000 2,800 3,000 2,800 3,100
b. Reklamasi areal bekas tambang; Pengelola KPH dapat berperan aktif dalam pelaksanaan
kegiatan reklamasi pada areal bukaan tambang. Adanya jaminan dana untuk kegiatan
reklamasi, pemegang ijin akan mempunyai komitmen yang tinggi untuk mencapai
keberhasilan kegiatan reklamasi. Pengelola KPH dapat bekerja sama dengan pemegang
ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan reklamasi dengan anggaran sepenuhnya
ditangung oleh pemegang ijin.
Tabel 5.17. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutan pada Wilayah KPHP Lasalimu
N
PROG/KEG LOK TARGET CAPAIAN INDIKATOR CAPAIAN
O
1 PEMBINAAN DAN PM Terlaksana keg pembinaan Ijin pemanfaat hutan terkontrol
. PEMANTAUAN IJIN dan pemantauan ijin dan dapat dievaluasi dengan
PEMANFAATAN HUTAN pemanfaatan hutan baik
Menyusun Standar Operasional Wilayah Ijin Adanya SOP yang jelas Dokumen SOP
Prosedur (SOP) pengawasan dan pemanfatan mengenai pengawasan &
evaluasi ijin pemanfaatan hutan evaluasi izin pemanfaatan
IUPHHK-HT hutan IUPHHK-HT
Melaksanakan pembinaan, Wilayah Ijin Kegiatan THPB pada IUPHHK- Laporan pembinaan dan evaluasi
pengendalian dan evaluasi pemanfaat HT terlaksana dengan baik kegiatan THPB
pelaksanaan THPB pada
IUPHHK-HT (Perencanaan,
Penanaman, Penebangan,
Penatausahaan Hasil Hutan
Kau/PUHHK, Perlindungan Hutan
dan pembinaan Hutan) secara
berkala
Mendorong dan mendampingi Wilayah Ijin Tersertifikasi PHPL pada ijin Sertifikat PHPL mandatory atau
sertifikasi PHPL pada ijin pemanfatan pemanfaatan hasil hutan untuk voluntary
pemanfaatan hasil hutan kayu mendukung pengelolaan yang
(IUPHHK-HT) mandatory dan lestari
Sosialisasi regulasi pengelolaan Wilayah Ijin Tersosialisasi kebijakan Dokumen Laporan Sosialisasi
hutan pemanfatan pengelolaan hutan yang
terupdate bagi pemegang
IUPHHK-HT
Implementasi SIPUHH online di Wilayah Ijin Penggunaan SIPUHH online SIPUHH berfungsi optimal di KPHP
wilayah KPHP Unit II Lasalimu pemanfatan pengelolaan IUPHHK-HT di Lasalimu
wilayah KPHP Lasalimu
2 PEMBINAAN DAN PM Terlaksananya kegiatan Ijin penggunaan kawasa hutan
. PEMANTAUAN IJIN pembinaan dan terkontrol dan dapat dievaluasi
PENGGUNAAN KAWASAN pemantauan izin dengan baik
HUTAN peggunaan kawasan hutan
Menyusun Standar Operasional Wilayah Ijin Adanya SOP yang jelas Dokumen SOP
Prosedur (SOP) pengawasan dan penggunaan mengenai pengawasan dan
evaluasi ijin penggunaan kawasan hutan evaluasi ijin penggunaan
kawasan hutan kawasan hutan
Melaksanakan pembinaan, Wilayah Izin Kegiatan THPB pada IUPHHK- Laporan pembinaan dan evaluasi
pengendalian dan evaluasi pemanfatan HT terlaksana dengan baik kegiatan THPB
pelaksanaan izin penggunaan
kawasan hutan secara berkala
Memberikan pertimbangan teknis Wil ijin Terarah keg teknis ijin Dokumen pertimbangan teknis
pada pemegang ijin penggunaan pengguna kwsn penggunaan kawasan hutan
kawasan hutan hutan pada wilayah yang
dimohonkan
Memeberikan arahan kebijakan Wilayah ijin Terarah keg. penggunaan Laporan kegiatan minimal 2 kali/
kepada pemegang ijin penggunaan kawasan hutan di wil KPH tahun, sejak izin dikeluarkan
penggunaan kawasan hutan kawasan hutan sesuai dengan regulasi yang
ada
Tersosialisasi kebijakan ijin
penggunaan kawasan hutan
bagi pemegang pemegang izin
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumber daya alam terdiri dari tiga
fokus kegiatan, yaitu perlindungan hutan yang meliputi pengendalian kebakaran hutan dan
pengendalian kerusakan hutan akibat faktor biotik serta faktor sosial, pengelolaan kawasan
perlindungan sebagai kawasan konservasi, pengelolaan keanekaragaman hayati. Upaya ini
dilakukan baik secara internal maupun dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder
terkait lainnya.
Perlindungan kawasan konservasi merupakan upaya pihak KPHP Lasalimu
mewujudkan pengelolaan keanekaragaman hayati untuk mempercepat pemulihan jenis dan
populasi terutama species yang masuk dalam kategori langka dan terancam punah. Hal ini
disebabkan wilayah KPHP Lasalimu merupakan wilayah penyebaran species langka dan
terancam punah seperti species anoa dan kayu kalapi (dapat dilihat pada tabel 2.20).
Kegiatan ini juga merupakan kontribusi KPHP di dalam menekan laju penurunan
keanekaragaman hayati. Upaya lainnya adalah dengan peningkatan penelitian dan
pengembangan ilmu dan teknologi untuk mendukung konservasi. Selain yang berada di
dalam wilayah KPH, konservasi juga dapat dilakukan di wilayah perbatasan dengan
kebijakan insentif untuk mendukung konservasi di wilayah KPHP Lasalimu.
Kegiatan perlindungan dan konservasi alam diarahkan pada upaya : 1) Deliniasi areal
perlindungan setempat, 2) Upaya perlindungan dan pengawetan flora dan fauna 3) Upaya
Konservasi HCVF 4) Sosialisasi kebakaran hutan 5) Pemantauan titik api (hotspot) 6) Patroli
pengamanan hutan. 7) Inventariasi perambahan kawasan hutan 8) Pelatihan pemadaman
kebakaran hutan dan lahan 9) Pembentukan kelompok masyarakat pemadam kebakaran
hutan dan 10) Pembentukan kelompok masyarakat konservasi.
Tabel 5.19. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Perlindungan Hutan Dan Konservasi Lahan di KPHP
Lasalimu
NO PROG/KEG LOKASI TARGET CAPAIAN INDIKATOR CAPAIAN
1. Deliniasi Areal Seluruh wilayah Teridentifikasi kwsn Htn Laporan dan Peta Kawasan Hutan
Perlindungan Setempat KPHP Lasalimu Bernilai Konservasi Tinggi /High Bernilai Konservasi Tinggi /High
concervation Value Forest concervation Value Forest (HCVF)
(HCVF) di wil KPHP Lasalimu
2. Upaya Perlindungan dan Seluruh wilayah Ada SOP yang jelas mengenai 3 Dokumen SOP masing-masing SOP
Pengawetan Flora dan KPHP Lasalimu Penanggulangan Kebakaran Penanggulangan Kebakaran Hutan,
fauna kawasan KPHP Hutan, Penanggulangan SOP Penanggulangan Perambahan
Lasalimu Perambahan Hutan dan Hutan dan SOP Penaggulangan Hama
Penaggulangan Hama Penyakit Penyakit kawasan KPHP Lasalimu
kawasan KPHP Lasalimu
3. Upaya Konservasi HCVF Terjamin keamanan kawasan Regu pengamanan hutan bertugas
hutan di wilayah KPHP Lasalimu dengan baik
4. Sosialisasi Kebakaran Terlaksana pengamanan hutan Ada kelompok pencinta Alam & Kader
Hutan yang melibatkan masyarakat Konservasi binaan KPHP Lasalimu
khususnya pemuda
5. Pemantauan Titik Api Seluruh wilayah Terjamin keamanan kawasan Laporan pelaksanaan Patroli
(Hotspot) KPHP Lasalimu hutan di wilayah KPHP Lasalimu
6. Patroli Pengamanan Seluruh wilayah Terjamin keamanan kawasan Laporan pelaksanaan operasi
Hutan KPHP Lasalimu hutan di wilayah KPHP Lasalimu
7. Inventarisasi Wilayah-wilayah Meningkat kesadaran masy dan Terpasang 200 papan pengumuman
Perambahan Kawasan strategis tersosialisasinya informasi terkait informasi bahaya kebakaran,
Hutan pemasangan bahaya kebakaran, larangan larangan perambahan, penebangan
papan perambahan, penebangan liar, liar, serta perburuan satwa liar dan
pengumuman serta perburuan satwa liar dan atau dilindungi, pada wil KPHP
atau dilindungi, dan lain-lain Lasalimu
8 Pelatihan Pemadaman Seluruh wilayah Terjaminnya keamanan Laporan pelaksanaan Patroli
Kebakaran Hutan dan KPHP Lasalimu kawasan hutan di wilayah KPHP
Lahan Lasalimu
9 Pembentukan Kelompok Seluruh wilayah Terjaminnya keamanan Laporan pelaksanaan Patroli
Masy Pemadaman KPHP Lasalimu kawasan hutan di wilayah KPHP
Kebakaran Kawasan Lasalimu
Hutan
10 Pembentukan Kelompok Seluruh wilayah Terjaminnya keamanan Laporan pelaksanaan Patroli
Masyarakat Konservasi KPHP Lasalimu kawasan hutan di wilayah KPHP
Lasalimu
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Penyelenggaran koordinasi dan sikronisasi antar pemegang izin dilakukan secara rutin,
teratur dan berkesinambungan untuk menghindari terjadinya konflik dan tidak adanya
tumpang tindih dan saling klaim wilayah kelola. Kegiatan ini juga untuk menyelaraskan dan
Keberhasilan pengelolaan hutan di tingkat tapak tidak hanya ditentukan oleh pihak
pengelola KPH tetapi juga sangat ditentukan oleh partisipasi aktif dan sinergitas kegiatan
dengan instnasi stakeholder lainnya yang terkait. Sinergitas kegiatan akan berjalan lancar
dan tanpa konflik jika dilakukan dengan mengaktifkan koordinasi yang dilaksanakan secara
rutin, teratur dan berkesinambungan guna menekan ego sektoral di antara para pihak.
Koordinasi dan sinergi ini juga dimaksudkan untuk berbagi peran dan tanggung jawab serta
penigkatan partisipasi aktif dalam pelaksanaan berbagai kegiatan untuk kepentingan
pembangunan bangsa.
1. Koordinasi dan sinergi dalam perencanaan hutan yang meliputi pelaksanaan tata batas
kawasan hutan, inventarisasi hutan dan penataan hutan.
2. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pengelolaan hutan yang meliputi pembukaan
wilayah hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, pengolahan hasil
hutan, pemasaran hasil hutan dan jasa lingkungan.
3. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan pembinaan dan perlindungan hutan yang meliputi
rehabilitasi hutan, pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, serta
konservasi hutan.
4. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan
pelatihan serta penyuluhan kehutanan.
5. Koordinasi dan sinergi pelaksanaan evaluasi dan monitoring serta pengendalian dan
pengawasan.
Tabel 5.23. Rencana Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi stakeholder terkait denganKPHP Lasalimu
N INDIKATOR
PROG/KEG LOKASI TARGET CAPAIAN
O CAPAIAN
1. Koord & Sinergi dlm Seluruh wilayah KPHP Teridentifikasi stakeholder Terbangun sinergi dgn
perenc.hutan meliputi: Pelaks Lasalimu yang terkait langsung dengan stakeholder terkait dlm
Tata Batas kws htn, Invent KPHP lasalimu termasuk mendukung pengelola
hutan dan Penataan Hutan peran dan kewenangannya htn di wil KPHP
Lasalimu
2. Koord & sinergi Seluruh wilayah KPHP Adanya forum resmi yang 1 Forum Multipihak
Pelsk.pengelolaan htn meliputi : Lasalimu mengikat antara sesama Terbentuk
Pembukaan wil htn; stakeholder untuk
Pemanfaatan htn; Penggunaan mendukung pengelolaan
kws htn; Pengolahan hsl htn; hutan di KPHP Lasalimu
Pemasaran hsl htn dan jasa
lingkungan
3. Koord & Sinergi pelaks. Seluruh wilayah KPHP Adanya standar dan 1 dok Standar dan Mek
Pembinaan & perlind htn Lasalimu mekanisme koordinasi dan Koord dan sinergi
meliputi: Rehab hutan; sinergi antar instansi dan antar intar intansi dan
Pengamanan Htn & stakeholder lain secara Stakeholders lain
Pengendalian Kebakaran hutn bersama-sama
serta Konservasi
4. Koord & Sinergi Pelaks Pelatihan Seluruh wilayah KPHP Tereselenggaranya Koord dan Adanya integrasi
& Pengembangan; diklat sera Lasalimu sinergi antar intar intansi dan program dengan setiap
Penyuluhan Kehutanan Stakeholders dengan baik stakeholder terkait,
5. Koordinasi & Sinergi Pelaks. Seluruh wilayah KPHP Tercipta prog bersama yang Adanya program
Evaluasi dan Monitoring serta Lasalimu inovatif san solutif dalam bersama dengan
Pengendalian pengawasan pengelolaan hutan di KPHP stakeholder
Sumber: Hasil Analisis, 2017
1. Koordinasi & Sinergi Seluruh wilayah Ha 750 150 - 150 50 - 50 - 50 - APBN/APBD BPHP
dlm perenc.hutan KPHP Lasalimu Donor/ Mitra Dinas
meliputi: Pelaksanaan Kehutanan
Tata Batas kws htn, KPH
Inventarisasi hutan Pemegang ijin
dan Penataan Hutan
2. Koord & sinergi Seluruh wilayah Ha 500 100 - 100 50 - 50 - 50 - APBN/APBD BPHP
Pelsk.pengelolaan htn KPHP Lasalimu Donor/ Mitra Dinas
meliputi : Pembukaan Kehutanan
wil htn; Pemanfaatan KPH
htn; Penggunaan kws Stakeholder
htn; Pengolahan hsl terkait
htn; Pemasaran hsl
htn dan jasa
lingkungan
3. Koordinasi & Sinergi Seluruh wilayah 1 pkt 250 50 - 50 50 - 50 - 50 - APBN/APBD Dinas
pelaks. Pembinaan & KPHP Lasalimu Donor/ Mitra Kehutanan
perlindungan htn KPH
meliputi: Rehabilitasi Stakeholder
hutan; Pengamanan terkait
Htn & Pengendalian
Kebakaran hutn serta
Konservasi
4. Koordinasi & Sinergi Seluruh wilayah 1 pkt 300 - 100 - 100 - 100 - - - - APBN/APBD BPHP
Pelaksanaan Pelatihan KPHP Lasalimu keg Donor/ Mitra Dinas
& Pengembangan; Kehutanan
Pendidikan & KPH
Pelatihan sera Stakeholder
Penyuluhan terkait
Kehutanan
5. Koordinasi & Sinergi Seluruh wilayah 1 pkt 500 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 APBN/APBD BPHP
Pelaks. Evaluasi dan KPHP Lasalimu keg Donor/ Mitra Dinas
Monitoring serta Kehutanan
Pengendalian KPH
pengawasan
JUMLAH 2.300 350 150 350 150 200 150 200 50 200 50
KEPALA UPTD
KEPALA SEKSI
KEPALA SEKSI
PERLINDUNGAN, KONSERVASI SUMBER DAYA
PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN
ALAM EKOSISTEM DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
UNIT VI MUNA
Lembaga pengelola di tingkat tapak akan berfungsi dengan baik jika dilengkapi oleh
tenaga sumberdaya manusia yang berkompeten dan handal di bidangnya. Penyediaan
sumberdaya manusia yang meliputi tenaga manajerial, teknis maupun non teknis dan tenaga
pendukung dimana kuantitasnya akan disesuai dengan kebutuhan di tiap lembaga pengelola.
Kualitas sumberdaya manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang
berjenjang dan berkesinambungan sehingga dapat berperan secara optimal di lapangan.
Identifikasi dan pengusulan kebutuhan pegawai perlu dilakukan analisis kebutuhan
untuk mengetahui seberapa banyak tenaga yang akan ditempatkan dan kompetensi apa saja
yang dibutuhkan. Selain itu, untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada, perlu dilakukan
mitra kerja dengan masyarakat setempat dalam bentuk kontrak kerja.
Kondisi jumlah personil yang pada KPHP Lasalimu dengan berlakunya UU.23 tahun
2014, pasca pengalihan personil pegawai Dinas Kehutanan Kabupaten ke Pemerintah
Provinsi dengan status PNS temasuk Polisi Kehutanan, kondisi saat ini hingga kekurangan
SDM yang masih dibutuhkan oleh lembaga KPHP Lasalimu disajikan pada Tabel 5.25 berikut.
Untuk memenuhi tenaga SDM pada KPHP Lasalimu dapat dilaksanakan melalui
penataan personel yang ada di lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya
pada UTP-UPT yang ada pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara dimana UPT
yang dinilai terdapat kelebihan SDM dapat didistribusikan pada UPT yang memiliki SDM yang
minim. Selain melalui penataan terhadap SDM yang ada, pemenuhan dapat pula dilakukan
melalui rekruitmen SDM baru melalui mekanisme yang ditentukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Strategi pemenuhan SDM berdasarkan kompetensi yang
dibutuhkan disajikan pada Tabel 5.26 berikut :
Tabel 5.26. Strategi Pemenuhan Kebutuhan SDM Berdasarkan Kompetensi yang dibutuhkan Pada
KPHP Lasalimu
Rencana Rencana
Anggaran
No Kompetensi Kebutuhan Pemenuhan
(Rp)
(Orang) Kebutuhan
1 Tenaga Administrasi & Keuangan 5 a.Pelatihan mandiri terhadap personil PM
2 Tenaga Teknis GIS 2 yang ada
3 Tenaga Teknis Binhut 2 b.Mengikuti diklat yang diselenggarakan
4 Tenaga Teknis Canhut 3 oleh instansi pemerintah/NGO
5 Tenaga Teknis Pengukuran dan 3
Pemetaan
6 Polisi Kehutanan dan Penyuluh 18 a. Rekrutmen Polhut swadana melalui PM
Kehutanan program Masyarakat Mitra Polhut
b. Megusulkan kepada pemerintah untuk
rekruitmen tenaga polhut/ penyuluh
kehutanan yang akan ditingkatkan
komptensinya melalui diklat
7 PEH 5 Mengusulkan kepada pemerintah untuk PM
diadakan penerimaan CPNS dengan
formasi PEH
8 Bakti Rimbawan 5 Mengusulkan kepada KemenLHK PM
9 Mandor 16 Rekruitmen tenaga dari masyarakat PM
setempat sebagai tenaga
honorer/kontrak
PREDIKSI
TAR
(Rp x 1
ANGG
juta)
Sumber
NO.
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 PROGRAM : PENYEDIAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS SDM
KEGIATAN :
a. Diklat Wasganis PHPL 2 keg 300 100 100 100 APBN/APBD Dishut
b. Diklat Pengelolaan Keuangan 2 keg 150 75 75 APBN/APBD KPH
c. Diklat Pendampingan 2 keg 250 125 125 APBN/APBD Dishut
Masyarakat
d. Diklat Administrasi Kearsipan 2 keg 300 150 150 APBN/APBD KPH
e. Diklat Bimbingan Teknis 2 keg 100 50 50 APBN/APBD Dishut
Penyusunan Tata Hutan dan
RPHJP
f. Diklat Keahlian Kepala RPH 3 keg 300 100 100 100 APBN/APBD KPH
1.400 100 175 275 - 100 325 175 200 - -
Pendanaan dalam rangka pembangunan KPH sebagaimana telah diatur dalam PP No. 6
Tahun 2007 Jo, PP. No. 3 Tahun 2008 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan di Pasal 10 poin 1 dan 2 disebutkan bahwa
Pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/Kota sesuai kewenangannya
bertanggungjawab terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Oleh karenanya, agar
pelaksanaan KPH berjalan dengan baik sesuai target capaian dalam visi dan misi maka perlu
mendapat dukungan pendanaan yang kuat. Sumber pendanaan KPHP Lasalimu dapat dan
berasal dari antara lain : 1) APBN, 2) APBD Provinsi Sulawesi Tenggara 3) DAK (Dana Alokasi
Khusus) serta 4) dana dari sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Potensi penggalian sumber pendanaan yang bukan berasal dari APBN dan APBD akan
diupayakan melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, lembaga donor, LSM
maupun perguruan tinggi. Skema pendanaan dari pihak ketiga tersebut dapat berupa in
cash, in kind maupuncost-sharing disesuaikan dengan kegiatan kerjasama yang akan
dikembangkan.
Dalam proses realisasi pencapaian pendanaan maka, KPHP Lasalimu akan lebih pro
aktif untuk mendapatkan dukungan dana dengan melakukan beberapa upaya kegiatan
berupa penyusunan rencana anggaran yang dilakukan secara terpadu dengan pemerintah
pusat, provinsi dan Kabupaten Buton untuk menghindari pendanaan yang tumpang tindih.
Selain itu, KPHP Lasalimu akan membuat proposal yang diperuntukkan bagi pihak-pihak
yang ingin berdonasi.
Tabel 5.28. Rencana Kegiatan dalam rangka penyediaan pembiayaan KPHP Lasalimu
N
Prog/Keg Lok Target Capaian Indikator Capaian
O
1. Perencanaan pembiayaan secara Seluruh wilayah Teridentifikasi kebutuhan angg Dokumen rencana
terpadu antara pemerintah pusat, UPTD KPHP Unit II kebutuhan KPH pertahunnya penganggran UPTD KPHP
pemerintah provinsi dan pemerintah Lasalimu beserta pot. sumb pendanaannya Unit II Lasalimu
kabupaten/kota Efisiensi penganggaran dan
menghindari tumpang tindih prog
serta pengadaan sarpras.
2. Membuka peluang kerjasama Seluruh wilayah Optimalnya manfaat ekonomi dari Ada kerjasama dengan pihak
pemanfaatan wilayah tertentu untuk UPTD KPHP Unit II pengelolaan bersama Wiltu dengan ke 3 dalam pemanfaatan
mendukung kemandirian UPTD KPHP Lasalimu pihak ke 3 wilayah tertentu
Unit II Lasalimu
3. Menggiatkan binis KPH dengan Seluruh wilayah Kemandirian UPTD KPHP Unit II Bisnis KPH berjalan optimal
memanfaatkan potensi UPTD KPHP UPTD KPHP Unit II Lasalimu melalui usaha binis KPH dan memberikan manfaat
Unit II Lasalimu khususnya pada Lasalimu ekonomi yang mendukung
wilayah tertentu kemandirian UPTD KPHP Unit
II Lasalimu
Tabel 5.31. Prioritas Kebutuhan Pemenuhan Sarana dan Prasarana UPTD KPHP Lasalimu
NO KEBUTUHAN SARPRAS DAN PERALATAN JUMLAH KETERANGAN
I. SARANA PRASARANA
a. Kantor KPH 1 unit Sudah ada
b. Kantor RPH 4 unit Belum ada (rencana akan ada 4 RPH)
c. Mess pegawai 1 unit
d. Pos Pengamanan 4 unit
e. Kendaraan roda 4 2 unit
f. Kendaraan roda 2 6 unit
g. Air Conditioner 1 unit
h. Prasarana Kantor KPH 1 paket Sesuai kebutuhan
i. Prasarana Kantor RKPH 1 paket Sesuai kebutuhan
II. PERALATAN KANTOR
a. Komputer 6 unit
b. Notebook 5 unit
c. Printer A3 2 unit
d. Printer 10 unit
e. Plotter 1 unit
f. UPS/Stabiliser 10 unit
g. Proyektor 3 unit
h. Kamera Digital 2 unit
III. PERALATAN LAPANGAN
a. Gps 10 buah
b. Kompas 10 buah
c. Klinometer 10 buah
d. Phi Band 10 buah
e. Meteran Roll 10 buah
f. BinokulerRadio Handy Talkie 2 buah
g. Peralatan Polisi Kehutanan 1 paket Sesuai kebutuhan
h. Peralatan Pengolahan HK dan HHBK 1 paket Sesuai kebutuhan
IV SATUAN TUGAS PEMADAM KEBAKARAN
a. Pompa jinjing 4 unit
Keberadaan data base yang lengkap dan akurat sangat menunjang kegiatan
pengelolaan hutan berkelanjutan. Adanya data base tersebut dapat membantu dalam
menyusun rencana pengelolaan. Selain ditunjang oleh fasilitas dan perlengkapan yang
mendukung pengumpulan data base, diperlukan petugas yang khusus menangani data
base sehingga informasi yang terhimpun dapat terarsipkan dan terkelola dengan baik.
Data tersebut tersimpan dalam bentuk laporan, peta, dokumen, data penelitian, data
digital dll. Adapun database tersebut meliputi kawasan dan potensi hutan, kondisi dan
potensi DAS, bentuk pemberdayaan masyarakat, tata kelola kehutanan
Tabel 5.33. Pengembangan Database KPHP Lasalimu dalam Mendukung Sistem Informasi Kehutanan di
Tingkat KPH
NO JENIS DATA URAIAN JENIS DATA
1. Kawasan dan Potensi Hutan 1. Luas dan letak wilayah kelola KPHP Lasalimu
2. Potensi HHK dan HHBK
3. Luas areal tertutup dan tidak tertutup hutan
4. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan dan pemanfaatan
hutan
5. Jenis flora dan fauna serta status flora fauna tersebut
6. Gangguan kemanan hutan
7. Luas dan potensi DAS
8. Lokasi dan luas areal kebakaran hutan
9. Perlindungan hutan
2. Rehabilitasi Lahan Kritis 1. Lokasi dan luas lahan kritis berdasarkan DAS
2. Laju deforestasi dan degradasi
3. Hasil rehabilitasi hutan dan lahan
4. Luas dan kegiatan reklamasi hutan
5. Pengembangan kegiatan perbenihan
3. Pemberdayaan Masyarakat 1. Lokasi, jumlah dan luas hutan desa, HTR, dan HKm
2. Jumlah KK yang terlibat dalam program pemberdayaan
3. Komoditas yang dikembangkan
4. Pengembangan PHBM dan Jasa Lingkungan
5. Pengelolaan ekonomi dan peningkatan usaha masyarakat di
dalam/disekitar hutan.
4. Tata Kelola Kehutanan 1. Jumlah Personil (PNSdan Non PNS)
2. Alokasi dan Realisasi Anggaran
3. Sarana dan Prasarana Pegelolaan Hutan
4. Pelaksanaan dan Pelaporan Audit Kinerja
5. Penyuluhan Kehutanan
6. Hasil -hasil Penelitian
Tabel 5.35. Program Rencana Kegiatan Prediksi Anggaran dan tahun Pelaksanaan Rasionalisasi Wilayah Kelola KPHP Lasalimu
PREDI Rencana Pelaksanan
SUMB
No PROG/KEG KSI
2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 ANGG
ANGG
1 Sosialisasi 500 100 100 100 100 100 APBN/AP
Prog.Pembangu BD/
nan CSR/Lain
KPHP Lasalimu nya
Yg
mengikat
dan sah
2 Sinkronisasi 500 100 100 100 100 100
Perenc. Pemb.
KPHP Lasalimu
JUMLAH 1.000 200 200 200 200 200
Tabel 5.36. Program Rencana Kegiatan Prediksi Anggaran dan Tahun Pelaksanaan Review Wilayah Kelola KPHP Lasalimu
Renc TAHUN PELAKSANAAN SUMB
No PROG/KEG
Angg 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 ANGG
1 Evaluasi dan 1.000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 APBN/APBD/
Pembahasan CSR/Lainnya
revisi Yg mengikat
dan sah
2 Penyusunan & 2.000 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Penggandaan
3 Konsultasi & 3.000 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Koord &
Pengesahan
JUMLAH 6.000 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600
Tabel 5.37. Rencana Pengembangan Investasi Pola Kemitraan Pelaksanaan dan Lokus Kegiatan
Lokus Fungsi Kawasan
Wilayah
No Kegiatan
Kecamatan/RESORT HL HPT HP Jml
1 LASALIMU 14 DESA 1.651,42 6.222,54 4.463,47 12.337,43
2 LASALIMU SELATAN 13 DESA 1.419,88 1.450,90 5.091,74 7.962,52
3 PASARWAJO 6 DESA 3.045,58 0,08 2.541,28 5.586,94
4 SIOTAPINA 9 DESA 517,20 9.442,69 5.393,88 15.353,77
5. WOLOWA 6 DESA - 2.357,50 4.684,06 7.041,56
Jumlah 48 6.634,08 19.473,71 22.174,43 48.282,22
Tabel 5.38. Program Rencana Kegiatan Prediksi Anggaran Dan Tahun Pelaksanaan Pengembangan Investasi Pola Pelaksanaan
dan Lokus Kegiatan
PREDIK Rencana Tata Waktu SUMB
No PROG/KEG SI ANGG
Angg 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028
1 Pemantapan 1.000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 APBN/
Kelembagaan APBD
Organisasi
2 Penyusunan 1.000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 APBN/
Renc. Stra. APBD
Bisnis
3 Promosi 2.000 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 APBN/
Sosialisasi & APBD
Koord
JUMLAH 4.000 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400
6.1. Pembinaan
Pembinaan merupakan bentuk kegiatan yang ditujukan untuk memberi arahan atau
petunjuk serta peningkatan kapasitas dari semua pihak yang terlibat di dalam pengelolaan KPHP
Lasalimu. Pembinaan dilakukan terhadap (1) sumberdaya manusia pengelola/karyawan internal
KPH, (2) pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan kawasan hutan, (3)
masyarakat sebagai mitra pengelola hutan serta masyarakat yang ada di dalam dan disekitar
kawasan hutan wilayah kelola KPHP Lasalimu. Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka
pembinaan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola dalam penyelenggaraan
kegiatan pengelolaan kawasan, baik berupa pendidikan formal maupun non formal yang
berjenjang untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
b. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama para
pihak baik itu pengelola, pemerintah daerah, masyarakat dan mitra lainnya.
c. Mengaktifkan dan mendorong terbentuknya lembaga-lembaga sosial masyarakat yang
peduli kelestarian hutan.
d. Pegembangan sistem informasi dan penyajian informasi tersebut secara menarik dan
komunikatif agar tidak terjadi perbedaaan persepsi dalam pengelolaan KPH.
e. Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kreatif yang ramah lingkungan guna
menciptakan kemandirian masyarakat sekitar KPHP Lasalimu.
6.2. Pengawasan
6.3. Pengendalian
Pengendalian merupakan suatu proses untuk monitoring dan evaluasi untuk menjamin
dan mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan
target yang telah ditetapkan. Kegiatan pengendalian dilakukan secara rutin dan bertahap serta
berkesinambungan guna mencapai pengelolaan yang berkelanjutan. Tahapan ini juga merupakan
bahan untuk perbaikan dan perubahan terhadap pengelolaan KPHP Lasalimu. Pengendalian
dibutuhkan informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPH, mitra pengelolaan,
pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat
pimpinan manajemen sampai kepada staf teknis pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab
di dalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja
organisasi pengelola KPHP Lasalimu.
Tabel 6.1. Rencana Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian dalam pengelolaan KPHP Lasalimu
ASPEK PEMBINAAN, RENCANA KEGIATAN
N
PENGENDALIAN
O PEMBINAAN PENGAWASAN PENGENDALIAN
DAN PENGEWASAN
1. Penyelenggaraan Mendorong dan memfasilitasi Penyusunan rencana Sosialisasi penerapan
tata hutan dan pelaksana an tatabatas dan pengelolaan hutan harus kebijakan tata hutan
penyusunan pemeliharaan batas serta didasarkan pada hasil (kompartemeni sasi) dan
rencana penga manan areal kerja penataan areal yang clear- pengaturan hasil hutan
pengelolaan hutan secara kolaboratif clean Sosialisasi dasar dan cara
Pada wilayah yang telah ada Dalam pengaturan hasil perhitungan hasil hutan
ijin, Fasilitasi komunikasi dan didasarkan pada kaidah berdasarkan ITSP/IHMB,
membangun jejaring kelestarian hasil dan cara pembuatan PUP serta
(networking) dengan berdasarkan hasil IHMB perhi tungan riap
Pemegang ijin. (rasional). Perumusan rencana
Rencana pengelolaan areal penelitian secara
hutan tertentu harus komprehensif untuk
melibatkan stakeholder mendukung kebijakan
terkait terwujudnya kelestarian
hutan
7.1. Pemantauan
7.2. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan tindak lanjut hasil pemantauan dan pembinaan kegiatan.
Kegiatan evaluasi dilakukan secara terjadwal dan menyeluruh dengan maksud untuk mengukur
kinerja kegiatan dalam dimensi pengelolaan. Evaluasi dapat dilakukan dalam beberapa tahapan
kegiatan dengan hasil yang dapat terukur. Keberhasilan dari program evaluasi dapat di ukur
dari:
1. Kegiatan inventarisasi berkala dilakasanakan dengan baik sesuai dengan target yang
direncanakan;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
KPHP UNIT II PADA UPTD KPHP LASALIMU PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020 – 2029 127
2. Pengelolaan kawasan hutan sesuai dengan pemanfaatannya sesuai dengan arah rencana
pengelolaan;
3. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan semakin menurun;
4. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama masyarakat
yang berada di sekitar kawasan hutan untuk menjaga dan melindungi hutan dari
gangguan keamanan, serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam
mendukung pengelolaan kawasan hutan.
5. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya
alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat;
6. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki
kepedulian terhadap hutan;
7. Tersediannya data dan informasi mengenai potensi kawasan.
7.3. Pelaporan
3. Laporan atau Kegiatan Parsial dan Khusus merupakan laporan yang menurut sifat
dan ketentuannya dibuat berdasarkan regulasi kegiatan yang bersifat tunggal dan parsial.
Kegiatan ini ditujukan khususnya menurut sifat dan jenis ruang lingkupnya mempunyai
spesifikasi khusus antara lain kegiatan perekayasaan, penelitian dan laporan kelembagaan
sosial. Kaidah pelaporan mempunyai aturan khusus sesuai dengan teknik dan metode
penyajiannya tidak hanya bersifat rutin, insidentil tetapi lebih pada pendekatan teori dan
metode studi yang dilakukan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Lasalimu tahun 2020 – 2029
yang berisi visi misi beserta rangkaian program dan kegiatan ini merupakan pedoman bagi
pengelola dan seluruh stakeholder yang terkait di dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan
berkelanjutan. Penyusunan RPHJP ini masih secara komperehensif yang akan dijabarkan
kedalam rencana - rencana yang lebih mendetail dan saling terkait serta berkesinambungan
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Salah satu penentu keberhasilan pengelolaan di
tingkat tapak ini adalah terbentuknya kelembagaan yang handal dan didukung oleh kesiapan
sumberdaya manusia yang berkompeten di bidangnya. Kelembagaan yang handal sangat
ditentukan oleh aturan main yang bersifat formal dan informal. Aturan main ini akan
menentukan keterkaitan dan ketergantungan antar stakeholder dan merangsang partisipasi aktif
stakeholder tersebut.
Pengelolaan hutan di tingkat tapak dalam hal ini kawasan KPHP Lasalimu dengan melihat
visi misi yang ada, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan peningkatan nilai
sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan
jumlah barang dan jasa hasil hutan yang kompetitif dan mendorong ekonomi kerakyatan. Selain
itu pula, RPHJP ini merupakan bentuk kontribusi sector kehutanan di dalam pembangunan
ekonomi masyarakat dan sumberdaya manusia secara berkelanjutan.
Sebagai pelengkap dalam rangka mewujudkan kegiatan perencanaan dan implementasi
kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHP Lasalimu maka dokumen RPHJP ini dilengkapi
dengan data dan informasi spasial berupa peta. Adapun jenis-jenis peta yang menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari dokuemen ini antara lain:
(1) Peta Kawasan Hutan Wilayah KPHP Lasalimu;
(2) Penutupan Lahan pada KPHP Lasalimu;
(3) Peta DAS pada Wilayah KPHP Lasalimu;
(4) Peta Sebaran Potensi pada Wilayah KPHP Lasalimu;
(5) Peta Aksesibilitas pada Wilayah KPHP Lasalimu;
(6) Peta Tata Hutan Wilayah KPHP Lasalimu;
(7) Peta Penggunaan Lahan pada Wilayah KPHP Lasalimu;
(8) Peta Informasi Keberadaan Izin pada Wilayah KPHP Lasalimu ;
(9) Peta Jenis Tanah pada Wilayah KPHP Lasalimu;