DISUSUN OLEH:
NO NAMA NIM
1 ARIFIN 1204015158
2 YANSEN WAHYUDI 1204015232
3 MELIA MORIS SINAGA 1304015079
4 AGUSTIANA NOLA 1304015266
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Di PT. GUNUNG GAJAH ABADI
TAHUN 2017
DISUSUN OLEH:
NO NAMA NIM
1 ARIFIN 1204015158
2 YANSEN WAHYUDI 1204015232
3 MELIA MORIS SINAGA 1304015079
4 AGUSTIANA NOLA 1304015266
Samarinda,
Dr. Irawan Wijaya Kusuma,S.hut. ,M. P. Prof. Dr. Ir. Yosep Ruslim, M.Sc
NIP : 19730412 199702 1 001 NIP :19610930 198603 1 002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya dan diberikesempatan melaksanakan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PT Gunung Gajah Abadi, Base Camp Sungai Seleq
yang berlangsung dari tanggal 14 juli samapai 11 september 2017.
Kegiatan PKL bertujuan agar mahasiswa mendapat kesempatan untuk
melihat dan melaksanakan berbagai kegiatan pengelolaan hutan sehingga dapat
di jadikan pengalaman sebelum terjun kelapangan pekerjaan yang sesuai disiplin
ilmu yang telah diperoleh selama dibangku Perguruan Tinggi. Secara umum
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan akademik yang wajib dilakukan di
lapangan selama periode tertentu untuk menjadikan para mahasiswa lebih
memahami bidang studinya. Selain itu juga PKL dimaksudkan untuk melihat
langsung dan membandingkan teori dengan menerapkan secara langsung di
lapangan, sehingga mahasiswa dapat menganalisa sejauh mana teori yang
diterapkan di lapangan.
Dalam melaksanakan Praktek kerja Lapangan kami telah mendapat
bimbingan dan pengarahan tentang pelaksanaan praktis tugas-tugas kami di
perusahaan tersebut sehingga dalam kesempatan ini perkenankanlah kami
meyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Asrifin selaku Direktur Utama PT Gunung Gajah Abadi
beserta staf di kantor Direksi Samarinda.
2. Bapa Konly Herdianto selaku Kepala Unit Pengolahan Hutan Alam Base
Camp Sungai Seleq.
3. Bapa Herman Ngau selaku Kepala Bidaang Perencanaan Hutan dan
LitBang Lingkungan beserta staf di Base Camp Sungai Seleq.
4. Bapa Sipon Tanda selaku Kepala Bidang Produksi dan pemeliharaan
Alat beserta Staf di Base Camp Sungai Seleq
5. Bapa Hartilapno selaku Kepala Bidang Pembinaan Hutan dan PMDH
beserta Staf di Base Came Sungai Seleq.
6. Bapa Parningotan Tampubolon. Selaku kepala Bidang Tata Usaha
beserta Staf di Base Came Sungai Seleq.
7. Bapa Alung Sidin selaku Kepala Seksi TPK/perakitan & TUK beserta
Staf di Base Came Sungai Seleq
8. Bapa Ir. Cahyono selaku Kepala Seksi LitBang & Lingkungan beserta
Staf di Base Came Sungai Seleq.
9. Bapak Rebo Haryono selaku Kepala Seksi Pembangunan Hutan beserta
Staf Base Came Sungai Seleq.
10. Bapa Drs. Arkipen Sinaga selaku Kepala Bidang Tata usaha & Umum
beserta staf di Base Came Sungai Seleq.
11. Bapak-Bapak pembimbing di lapangan yang telah banyak memberi kami
pengetahuan dan pengalaman kerja.
12. Ibu Sarmila, Ibu Sahariah dan ibu Eva Sari yang telah bekerja keras
menyiapkan makanan untuk kami selama kegiatan PKL berlangsung.
13. Prof. Dr. Ir. Yosep Ruslim, M.Sc selaku pembimbing dalam penyusun
laporan PKL kami.
14. Prof.Dr. Ir. BDAS, selaku penguji PKL yang telah memberi saran dalam
perbaikan laporan PKL kami.
15. Dr.Ir. sukartiningsih, MSc, Ph.D, selaku dosen penguji PKL yang telah
memberi saran untuk perbaikan laporan kami.
Samarinda,
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHA
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 2
I.3 Hasil Yang Diharapkan 2
II. GAMBARAN UMUM LOKASI
II.1 Letak Geografis dan Luas IUPHHK-HA 3
II.2 Tutupan Lahan 3
II.3 Geologi dan Tanah 4
II.4 Topografi...................................................................................... 6
II.5 Iklim.............................................................................................. 7
II.6 Hidrologi 8
II.7 Kondisi Sumber Daya Hutan (Flora dan Hutan) 8
II.8 Aksebilitas 9
II.9 Kondisi Sosial dan Ekonomi 9
II.10 Kependudukan.............................................................................10
II.11 Suku.............................................................................................10
II.12 Mata Pencaharian Lokal...............................................................10
II.13 Tinkat Pendidikan.........................................................................11
II.14 Fasilitas Ibadah, Pendidikan dan Perekonomian..........................11
III. METODE PKL
III.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 12
III.2 Bahan dan Peralatan 26
III.3 Bentuk Kegiatan dan Prosedur Pelaksanaan 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
KONDISI UMUM
2.1 Letak Geografis dan Luas IUPHHK-HA
Tabel 01. Fungsi Hutan di areal kerja PT Gunung Gajah Abadi berdasarkan
Kawasan Hutan dan perairan (SK. Menhut. No. 79/Kpts –II/2001
No
Penutupan lahan Berdasarkan SK.469/Menhut
Citra Lansat 2011
II/2012.
HP (ha) HPT Jumlah HP HPT Jumlah
Sumber : analisis Citra Landsat 7 ETM+Band 542 path 117 Row 59 Liputan
Tanggal 18 Maret 2011 dan Path 117 Row 59 Liputan Tanggal 7 November 2009
(disahkan Baplanhut dengan surat No. S. 184/ipsdh-2/2011 Tgl 19 - 05 - 2010)
2.4 Topografi
Tabel 05. Penyebaran Kelas Lereng Areal Kerja PT Gunung Gajah Abadi
Peta Kawasan Hutan
Kelas
dan perairan (fungsi Jumlah
No Simbol Kelerenga
hutan)
n (%)
HP HPT Ha %
1 A 0-8 7.129,07 2.583,68 9.712,75 12,95
2 B 9-15 6.330,21 5.947,41 12.277,62 16,37
3 C 15-25 7.597,60 7.961,53 15.559,13 20,78
4 D 25-40 11.524,4 18.300,37 29.824,84 39,78
8
5 E >40 168,54 854,35 1.022,89 1,36
Tutupan Awan 957,28 5.625,49 6.582,77 8,78
Jumlah 33,707.1 41,272.82 72,980.0 100,00
8 0
Sumber : Laporan Interpretasi Foto Udara HPH Gunung Gajah Abadi (PT
Mapindo Parama, 1995)
2.5. Iklim
Kalimantan Timur beriklim hutan hujan tropis dengan suhu udara rata-rata
26° C, perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5
°−7 ° C . Karakter lainnya adalah kelembaban yang tinggi yaitu mencapai lebih
dari 80% . Curah hujan tinggi berkisar antara 2000-4000 mm/tahun, dengan
jumlah hari hujan rata-rata 130-150 hari/tahun, namun di Kalimantan Timur
jarang terjadi hujan hampir merata sepanjang tahun. Tipe iklim berdasarkan
Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
termasuk iklim tipe A (Hutan Hujan Tropis ) dengan ciri sangat basah, curah
hujan terkering (¿60 mm) kurang dari 1 bulan ( sekitar 0,5 – 0,9 bulan ) setiap
tahunnya, curah hujan rata-rata 1926 mm/tahun. Menurut sistem klasifikasi
Kopen adalah tipe Afa (iklim hutan hujan tropis ) dengan ciri suhu udara bulan
terendah lebih besar dari 18° , curah hujan merata sepanjang tahun sebesar
2437mm, curah hujan bulan terkering diatas 60 mm dan suhu udara terpanas
diatas 22° C .Dari hasil pengukuran curah hujan di base camp perusahaan, rata-
rata curah hujan pertahun di areal kerja adalah sebesar 2.800 mm. Areal kerja
PT Gunung Gajah Abadi merupakan dataran hingga perbukitan dengan
ketinggian bervariasi dari 100-400m dari permukaan laut.
2.6 Hidrologi
Areal kerja PT Gunung Gajah Abadi terletak dalam DAS-Sub DAS Sungai
Wahau yang merupakan anak sungai Mahakam. Dalam areal kerja perusahaan
terdapat sungai- sungai utama yaitu: Sungai Sleq, Sungai Malguan (keduanya
anak sungai Wahau), Sungai Jamtak (anak S.Malguan) dan Sungai Gehat (anak
S. Seleq) yang seluruhnya mengalir dan bermuara ke Sungai Wahau dan
mengalir ke Sungai Kedang Kepala dan bermuara di Sungai Mahakam.
Disamaping itu, terdapat sungai-sungai kecil lainnya yang sebagian besar
mengalir ke sungai utama tersebut. Adapun sungai yang mengalir ke arah utara
adalah Sungai Gih yang bermura ke sungai Kelai. Daerah tangkapan DAS
Melguan dan DAS Sungai Wahau.
Jenis flora langka yang terdapat di PT Gunung Gajah Abadi antara lain
rotan, anggrek, rotan pulut, rotan sega, rotan merah, rotan cabang, gaharu, ulin,
kempas, banggris. Hasil pengamantan fauna antara lain adalah kijang, landak,
babi, pelanduk, burung, murai batu, burung kelbarau, elang, orang utan, monyet,
burung bubut, burung merak pliut, burung cucakrowo, burung sisit, burung
enggang, burung merak, kancil, tupai, payau, kura-kura gunung, burung kutilang,
burung tukang, burung tiking, monyet merah, burung gagak, beruang madu
sarang semut, ayam hutan.
2.8. Aksebilitas
Demografi salah satu faktor penting dalam aspek sosial dalam pengelolaan
hutan. Sebagai salah satu pemekaran daerah di provinsi Kalimantan Timur,
pembangunan ekonomi yang berbasis SDA di Kabupaten Kutai Timur telah
berkembang sehingga menyebabkan banyak migran lain yang ingin mengadu
nasib. Kedatangan berbagai etnis (di luar Kutai dan Dayak) ke Kutai Timur di
dorong oleh peluang terbuka yaitu transmigrasi oleh pemerintah/swakarsa dan
terbukanya berbagai lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi
adanya dorongan dari tiga sektor pembangunan yaitu perkebunan (sawit),
pertambangan( terutama batu bara), pengelolaan sumber daya hutan (melalui
sistem IUPHKK), dan berbagai jenis industri pengelolaan (antara lain: kayu,
minyak sawit dan industri manufaktur).
2.10 Kependudukan
2.11. Suku
METODOLOGI
3.1.1 Rencana Kerja Umum (RKU) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Parang, APD, alat tulis, kamera, RKU, RKT, petunjuk kerja kegiatan
pengelolaa kebun benih.
C. Metodologi
Waktu : 26 Agustus2017
Lokasi :PT Gunung Gajah Abadi, blok areal kerja RKT 2017
C. Metodologi Praktek
C. Prosedur Kerja
C. Metodologi
C. Metodologi
Parang, APD, alat tulis, kamera RKU, RKT, petunjuk kerja kegiatan
pengelolaan KPPN, dan KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN No :
357/Kpts-II/1998.
C. Metodologi
C. Metodologi
C. Metodologi
C. Metodologi Praktek
1. Mempelajari dan mengkaji tahapan dan dampak kegiatan PWH
melalui studi literatur.
2. Mendiskusikan tahapan dan dampak kegiatan PWH dengan Kanit
PT Gunung Gajah Abadi
3. Mengunjungi sarana dan prasarana hasil PWH dan
mendokumentasi.
3.3.1.3 Logpound
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
3.5 Workshop
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
3.6.5 Pengayaan/Rehabilitasi
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
C. Metodologi praktek
PEMBAHASAN
Plot yang digunakan oleh PT Gunung Gajah Abadi dalam kegiatan IHMB
berukuran 0,25 Ha dan berbentuk persegi panjang. Plot ini memiliki lebar 20
meter dan panjang 125 meter. Setiap plot didalamnya memiliki tiga sub plot
contoh yaitu sub plot tiang (10 cm ≤ 0 < 20 cm) berbentuk bujur sangkar
berukururan 10 m x 10 m, sub plot contoh pohon kecil (20 cm ≤ 0 < 35 cm)
berbentuk bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, dan sub plot contoh pohon
besar (>35 cm) berbentuk persegi panjang berukuran 20 m x 125 m. Jumlah plot
contoh yang dimiliki oleh plot PT.Gunung Gajah Abadi untuk kegiatan IHMB lebih
dari 700 unit plot contoh.
4.1.2 Rencana Kerja Usaha (RKU) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
RKT mengacu ke RKU sebagai dasar kerja meletakkan dan membuat blok
kerja RKT yang disesuaikan dengan rencana batas blok yang ada pada RKU
(menyesuaikan RKU). Usulan RKT yang diajukan harus disusun dengan rinci dan
dilakukan berdasarkan Petak Areal Kerja, Laporan Hasil Cruising (LHC) yang
didapat dari kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
dengan intensitas sampling 100% dan Peta Hasil penafsiran dan Citra Satelit
(dengan skala 1:50.000 atau 1:100.000) berlaku maksimal dua tahun terakhir.
Tujuan dari kegiatan ITSP itu sendiri adalah untuk mengetahui data
penyebaran pohon yang akan ditebang yang antara lain meliputi komposisi jenis,
jumlah, dan volume pohon. Dalam kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan (ITSP) maka diperoleh data sebagai berikut:
1. Data pohon inti ( jumlah pohon, jenis, diameter pohon).
2. Data pohon yang dilindungi (jumlah jenis, diameter, dan tinggi pohon).
3. Data pohon yang akan dipanen (jumlah, jenis, diameter, tinggi bebas
cabang).
4. Data kondisi areal kerja (jurang, sungai, dan alur).
Gambar
Gambar 6.
D. Hasil Kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Jenis trase jalan yang direncanakan dalam kegiatan Road Survey adalah
pembuatan jalan utama dan jalan cabang. Biasanya perencanaan trase jalan
dibuat berdasarkan sistem skoring (skor faktor lapangan ) seperti tingkat
kemiringan lereng, dan jenis tanah. Namun PT Gajah Abadi menggunakan tata
batas seperti membagi wilayah yang berkadinal positif dan negatif. Kardinal ini
menunjukan keadaan wilayah yang memungkinkan untuk dilakuakan kegiatan
pengelolaan hutan, kardinal positif biasanya merupakan areal topografi ringan
yang bisa dan diizinkan dalam kegiatan pengelolaan hutan dan kardinal negatif
antara areal lain areal topografi berat (kemiringan lereng lebih dari 40 % ) dan
areal kawasan lindung.
Pelaksanaan road survey dilakukan oleh regu road survey dengan jumlah
anggota tim tujuh orang. Yang terdiri satu orang kepala regu sekaligus sebagai
pencatat, satu orang perintis, dua orang pengukur jarak lapangan, satu orang
tukang masak, satu orang penanda, satu orang clinometerman. Pada saat di
lapangan data-data yang perlu diambil untuk melengkapi dalam pembuatan trase
jalan antara lain kemiringan lereng, azimuth, jarak lapangan dan pohon yang
dilalui trase jalan. Sebelum pelaksanaan road survey dilapangan terlebih dahulu
dilakuakan pembuatan rencana trase jalan diatas peta dengan skala 1:25.000,
selanjutnya dilakuakan pengecekan dan penelusuran dilapangan dan membuat
tanda pada pohon sebagi tanda trase jalan yang nantinya akan dibuat sebagai
jalan utama maupun jalan cabang. Penandaan di lapangan berupa tanda plus (+)
berwarna merah sebagai tanda dalam pembuatan jalan dan pohon yang akan
terkena dalam pembuatan jalan yang tergolong sebagai pohon PWH
(pembukaan wilayah hutan).
4.1.7 Pemetaan
Pemetaan adalah kegiatan pendokumentasian atau perekaman data dalam
bentuk grafis keletakan dan lokasi cagar budaya serta lingkungannya. Kegiatan
pemetaan dimaksudkan untuk mengetahui gambaran situasi keberadaan cagar
budaya yang dapat dipakai sebagai acuan dalam menentukan kebijakan lebih
lanjut berkaitan dengan aspek pelestariannya.
Gambar
8. Peta PAK RKT 2017 IUPHHK PT Gunung Gajah Abadi
Kegiatan yang dilakukan setiap tahunnya didalam areal ini yaitu menjaga
batas dan perawatan papan peringatan agar terihat jelas, sedangkan untuk
kegiatan pengeloaan kawasan meliputi pemberian tanda batas areal disekeliling
hutan serta pemasangan papan peringatan bahwa areal tersebut merupakan
kawasan lindung.
Penunjukan kawasan ini di lihat dari areal yang memiliki dominasi jenis ulin
yang tinggi. Kegiatan yang dilakukan dikawasan ini adalah inventarisasi hutan,
pengecekan keamanan kawasan pemeliharaan batas. Inventarisasi hutan
dilakuakan dalam kurun waktu lima tahun sekali dan menggunkan metode jalur,
sedangkan untuk pengecekan keamanan dan pemeliharaan batas merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan setiap 2 kali tahun.
Gambar
12. Petak Ukur Erosi
Menurut
Surat Keputusan
Menteri
Kehutanan No. 237/Kpts-II/95 bahwa Petak Ukur Permanen (PUP) merupakan
suatu areal dengan luasan tertentu yang diberi dengan tanda batas yang jelas,
berbentuk segi empat yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan dan riap
tegakan hutan. Keberadaan PUP sangat penting sehingga harus dijaga dan
dilindungi dari gangguan luar maupun dari alam seperti kebakaran hutan maupun
ganguan manusia seperti perambahan dan pembalakan liar. PT Gunung Gajah
Abadi memiliki (PUP) seri enam di blok RKT 2013. Waktu yang dibutuhkan
dalam pembuatan etak ukur permanen kurang lebih 30 hari efektif dengan jumlah
tenaga kerja tujuh orang dalam satu tim. Pembagian kerja satu tim tersebut
antara lain satu orang sebagai kepala regu dan merangkap sebagai pencatat,
satu orang perintis, satu orang koki, dua orang pengukur kemiringan lereng, dan
dua orang sebagai pengenal jenis dan pengukur diameter. Kendala yang
dihadapi selama pembuatan PUP adalah cuaca yang tidak menentu.
Dasar penentuan lokasi PUP adalah areal bekas tebangan yang masih
baru umumnya satu tahun setelah penebangan, bukan areal yang pernah
terbakar, , areal yang mudah di pantau/jangkau dan berada pada kemiringan
lereng ¿ 40% . Luas satu petak ukur permanen yaitu 24 ha yang didalamnya
terdapat enam anak petak dengan luas masing-masing empat ha ukuran 200 m
× 200 m. Keenam anak petak tersebut terdapat petak pengamatan yang berada
di tengah-tengah anak petak tersebut dengan luas satu ha 100 m × 100 m.
PT Gunung Gajah Abadi memiliki tiga lokasi kebun benih dengan luas
masing-masing 100 Ha. Kebun benih yang pertama berlokasi di petak 157 bekas
RKT 1985-1986 dengan jumlah 810 pohon induk jenis komersil. Lokasi yang
ketiga terletak dipetak 83 bekas RKT 1994-1995 dengan jumlah 964 pohon
induk,
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui FE dan dan FP di areal PT Gunung
Gajah Abadi
4.3 PRODUKSI
a) Tenaga kerja
Secara oprasional lapangan, setiaap regu penebang terdiri dari 2
penebang (chainsawman) dan pembantu (helper). Untuk intensifikasi dan
efisiensi pelaksannaan pemanenan, maka perlu dilakukan pengawasan yang
dikerjakan mandor (blok inspector) yang bertugas mengadakan pengecekan
(pemeriksaan) disetiap petak-sub petak yang telah ditetapkan.
b) Peralatan (penebangan)
Sebelum melakukan penebangan terlebih dahulu yang dipersiapkan alat
kelengkapan kerja yaitu berupa alat dan bahan yang akan digunakan, alat dan
bahan yang akan digunakan meliputi :
1) Alat penebangan
a. Peta penyebaran pohon
b. Cainsaw
c. Rantai/bar
d. Tool/kunci
e. Parang
f. Gunstucker
2) Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
a. Helm
b. Rompi scotlight
c. Kotak P3K
d. Sepatu kerja
e. Sarung tangan
3) Bahan
a. BBM bensin
b. Pelumas rantai
c. Bahan Ransum Makanan
c) Teknik Penebangan
Teknik penebangan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan
penebangan yang dilakukan. Teknik penebangan berkaitan dengan penentuan
arah rebah pohon di upayakan mengarah kejalan sarad dengan maksud
mempermudahkan penyaradan dan mengurangi dampak kerusakan pada
tegakan tinggal. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah pohon,
antara lain :
1. Kondisi pohon : Pohon yang dimaksud disini ialah posisi pohon, bentuk
tajuk, keberadaan banir, dan kesehatan pohon, (yang terdapat cacat yang
mempengaruhi rebahnya pohon).
2. Kondisi lapangan sekitar pohon : Kondisi lapangan ini meliputi keadaan
topografi, keadaan vegetasi, termasuk keadaan tumbuhan bawah seperti
liana (tanaman merambat, jenis-jenis memanjat, tunggak, dan batu-batuan).
3. Keadaan cuaca saat penebangan : Apabila hujan turun dan angin kencang,
maka semua kegiatan harus dihentikan.
Gambar 13.
Pembuatan takik rebah pohon
Selain arah rebah pohon, pembuatan takik rebah dan takik balas juga
mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan penebangan. Sebelum takik rebah
dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyi banir perlu dilakukan pemotongan
(pengepresan) yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati
diameter batang kayu, secara umum urutan pembuatan takik rebah dan takik
balas adalah sebagai berikut:
1. Membuat takik rebah
Takik rebah terdiri dari dua bagian utama, yaitu alas takik dan atap takik.
Alas dibuat terlebih dahulu dengan kedalaman berkisar antara 1/5-1/3 diameter
pohon (dbh). Setelah membuat alas takik, selanjutnya membuat atap takik
dengan sudut 45° dari alas takik, hasilnya berupa potongan yang disebut dengan
mulut takik.
2. Membuat takik balas
Tinggi takik balas diperkirakan 1/10 diameter pohon dari garis terpanjang
alas takik. Takik balas dibuat dengan cara memotong secara horizontal pada
ketinggian di atas sampai kayu engsel.
3. Kayu engsel
Kayu engsel merupakan merupakan bagian kayu takik antara takik balas
dan takik rebah, kayu ini lebarnya kurang dari 1/10 diameter. Fungsi dari kayu
engsel adalah sebagai kemudi dalam mengarahkan rebahnya pohon.
PT Gunung Gajah Abadi memiliki 5 chainsawman, empat orang Oprator
Tractor, dalam satu petak tebangan dapat menghasilkan 3000 m3 – 5000 m3
perbulan, berdasarkan luas petak tebangan dan kemiringan lahan. Setiap petak
tebangan memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan ukuran 80 ha – 100 ha.
a. Tenaga Kerja
Secara operasional di lapangan, setiap regu penyarad terdiri dari 2 orang
yaitu oprator traktor dan helper. Untuk intensifikasi dan efisiensi pelaksanaan
pemanenan, maka perlu dilakukan pengawasan yang dilakukan orang pengawas
penebangan (blok inspektor) yang bertugas mengadakan pengecekan
(pemeriksaan) di setiap petak-sub petak yang telah ditetapkan.
c. Teknik Penyaradan
Penyaradan yang dilakukan di PT Gunung Gajah Abadi dilakukan
menggunakan traktor yang diawali dengan pembuatan jalan sarad, berdasarkan
ritisan yang dibuat oleh tim pembuatan trace jalan. Operator traktor sarad
melaksanakan penyaradan berdasarkan hasil laporan oprator tebang. Untuk
menghindari kerusakan lingkungan, penggunaan traktor dibatasi pada daerah
yang mempunyai kelerengan lebih dari 30% walapun secara teknis traktor masih
mampu bekerja pada kemiringan sampai 40%. Penyaradan kayu menggunakan
traktor sangat cocok untuk tebang pilih, hanya saja gangguan terhadap tanah
cukup besar, unuk itu jenis traktor yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan keadaan tanah di lokasi kegiatan. Satu regu penyaradan menggunakan
traktor biasanya terdiri dari 2-3 orang. Penyaradan menggunakan traktor dapat
menyarad 1 log kayu dengan panjang 15 m pada medan jalan berlereng,
sedangkan pada medan yang rata dapat menyarad 1 log kayu dengan panjang
20 m.
Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu dilengkapi
dengan winch di belakang yaitu alat yang berfungsi menarik kayu dengan cara
menggulung kawat baja diikatkan pada kayu. Merk traktor yang digunakan PT
Gunung Gajah Abadi adalah caterpillar dan komatsu.
4.
4 Tata Usaha Kayu (TUK)
Tata usaha kayu di ketuai oleh Parningotan T. TUK merupakan tata usaha
pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan dari
perencanaan produksi, eksploitasi, pengelolaan dan peredaran kayu.
Administrasi kayu TUK merupakan bagian dari kegiatan penatausahaan hasil
hutan olahan. Persatuan mengenai Tata Usaha Kayu diatur dakam Keputusan
Menteri Kehutanan No. 55/Menhut-II/2006 Jo P.63/Menhut-II/2006 ; P.8/ Menhut-
II/2009; P.45/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal
dari Hutan Negara pasal 59 disebutkan bahwa terhadap pemegang IUPHHK
yang mengimplementasikan SI-PUHH online, diberikan kewenangan penerbitan
dokumen SKHHK secara self Assessment oleh petugas penerbit SKHHK setelah
terhadap seluruh kayu yang akan diangkut dilunasi PSDH dan DR-nya.
Kayu bulat yang telah disarad dari petak tebang dan sudah berada dalam
tempat pengumpulan kayu (TPn) harus melalui kegiatan pembagian batang
(bucking) dan juga pengukuran (scaling and grading).Pembagian batang
(bucking) diperlukan apabila kayu bulat tersebut melebihi kapasitas panjang
logging truck adalah 20 m. Pembagian batang (bucking) memiliki kebijakan
penyesuaian panjang yang disebut dengan “bucking policy”. Aturan ini
menyatakan bahwa ukuran panjang kayu bulat yang di bucking mempunyai
panjang minimal yaitu tidak kurang dari 8 m. Ukuran ini disesuaikan dengan
permintaan konsumen. Sehinggan jika sebuah kayu bulat memiliki panjang 27 m
maka kayu bulat tersebut bisa dibagi menjadi panjang 18 m dan 8 m, intinya jika
kayu tersebut harus dibagi maka harus memiliki panjang lebih dari 8 m.
Jika panjang dari kayu bulat telah sesuai maka perlu dilakukan pengukuran
(scaling) untuk mengetahui volume kayu bulat. Rumus yang digunakan untuk
1
menghitung volume batang V = π D2 P dengan D adalah setengah dari
4
diameter ujung batang ditambah dengan diameter pangkal dan P adalah panjang
kayu bulat. Pengukuran diameter yang didapatkan dari pangkal dan ujung
dilakukan sebanyak dua kali yaitu penjumlahan diameter terpanjang dan
terpendek dan dibagi dua. Pengukuran tersebut juga berlaku untuk mengukur
diameter gerowong jika kayu bulat tersebut memiliki cacat berupa gerowong.
Volume gerowong didapatkan dari perhitungan dengan rumus V gr =1,273 x d².
Semua perhitungan tersebut ditempel pada bontos pohon sebagai identitas resmi
pohon dan ditulis pada buku sebagai menjadi dasar dalam pembuatan LHP,
SKHHK, maupun dokumen lainnya. Data identitas pohon juga dimasukkan ke
dalam barcode untuk nanti dapat dilakukan pemantauan dalam SI-PUHH
(SISTEM INFORMASI PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN) sehingga dapat
menginput database secara online.
Proses kegiatan selanjutnya yaitu garding (pemberian kualitas log).
Pemberian kualitas kayu bulat berdasarkan pengujian dan dilihat dari cacat yang
terdapat pada batang sehingga dapat diberi tanda berdasarkan kualitasnya.
Cacat yang biasanya terdapat pada batang pohon berupa mata buaya,
gerowong, kayu bengkok, lubang gerek dan busuk hati, jika kayu bulat memiliki
kecacatan tersebut maka kayu bulat menggunakan cat berwarna putih.
Pemberian kualitas berupa tanda dipohon dilakukan oleh pekerja secara subjektif
dan tidak memiliki tanda baku yang menjadi acuan.
Pekerja yang melakukan kegiatan pengujian kualitas log (grading) disebut
oleh log grader yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan lisensi berupa
Surat Izin Menguji (SIM) untuk melakukan scaling maupun grading. Sementara
melakukan pengukuran log kayu dilakukan oleh scaler yang telah mengikuti
pelatihan sebelumnya dan mempunyai lisensi hanya untuk mengukur log.
Pemberian upah kepada scaler dan log grader diberi secara bulanan karena
merupakan pegawai tetap dari PT Gunung Gajah Abadi namun untuk hasil kayu
yang diukur dan diuji akan diberikan upah yang sesuai dengan kubikasi log kayu
tersebut.
4.5.1 Persemaian
Gambar
18.
Pengadaan bibit dari cabutan biasanya dilakukan pada jenis kapur dan
meranti. Tahapan pengadaan bibit dari cabutan yaitu pencarian anakan alami
dari induknya yang berkualitas baik. Di PT Gunung Gajah Abadi biasanyan
anakan diambil dari kebun benih yang juga dikelola oleh perusahaan, apabila
anakan dari kebun benih tidak mencukupi barulah pencarian anakan dari induk
unggul dilakukan. Selanjutnya, setelah menemukan anakan alami, cabut anakan
alami tersebut dan dibawa kepersemaian untuk dilakukan perlakuan lanjutan.
Perlakuan selanjutnya adalah pemotongan akar dan daun untuk mengurangi
penguapan, kemudian anakan tersebut ditanam pada media yang telah tersedia
pada polybag, media yang digunakan di PT Gunung Gajah Abadi adalah top soil
dan arang sekam dengan perbandingan 3:1. Perlakuan pupuk haya dilakukan
apabila anakan yang ditanam tidak tumbuh optimal. Setelah itu, polybag
ditetapkan ke bedeng sapih dan disungkup dengan plastik untuk menjaga
kelembaban.
Gambar.22
bibit setelah pencabutan
Pengadaan bibit dengan stek hanya dilakukan apabila bibit dari biji maupun
cabutan tidak mencukupi. Bibit yang di stek umumnya adalah jenis sungkai,
meranti dan kapur. Stek batang umumnya dilakukan pada jenis tanaman sungkai
karena mudah dilakukan. Sedangkan stek pucuk di lakukan pada stek pucuk
yaitu pertama, untuk mendapatkan bahan stek di lakukan pengguntingan tunas
orthothop (vertical ) pada tunas yang tersisa 2-3 helai daun di lokasi kebun.
Kemudian, helai daun tersebut dipotong hingga tersisa 1/3 daun untuk
mengurangi penguapan. Setelah itu, ujung batang bawah yang mendekati ruas
mata tunas dipotong dalam kondisi miring.Untuk merangsang pertumbuhan akar
dioleskan hormone root on f pada ujung batang bawah namun, perlakuan
tersebut dilakukan apabila di perlukan. Kemudian, batang stek ditancapkan
kemedia tanam dengan hati-hati. Stelah itu, lakukan penyiraman dengan hand
sprayer agar kondisi tanaman lembab. Untuk memelihara kelembaban dilakukan
penyunkupan dengan plastic transparan pada bedeng sapih selama 3 minggu.
Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap setelah terlihat pertumbuhan
tunas baru ketika tanaman berumur enam bulan, tanaman dipindahkan keruang
sarlon. Pemeliharaan dilakuakan secara terus-menerus hingga bibit stek pucuk
siap tanam saat berumur 8-12 bulan.
4.5.4 Pembebasan
4.5.5 Pengayaan/Rehabilitas
Gambar
26. Lepau Parai (Lumbung Padi) Desa Miau Baru
Terdapat beberapa organisasi di Desa Miau Baru yaitu Organisasi
Masyarakat (PKK, Karang Taruna, LPM, KPMD, Linmas), Lembaga Adat
(Lembaga Adat Besar Dayak yaitu Dayak Kayan Kenya, Lembaga Adat Desa
Miau Baru, Lembaga Pemuda Adat Dayak Kayan), Organisasi Keagamaan
(Ikatan Remaja Masjid, Pemuda-Pemudi, Sekolah minggu, Persatuan Kaum Pria,
Persatuan Kaum Wanita), Yayasan (Tanaman Kanak-Kanak “TK Uyang Lahai”,
Badan Usaha (Badan Usaha Milik Desa Bumdes “Uyang Lahai”, Organisasi
Profesi (Peladang Padi Gunung/Sawah), Organisasi Seni Tari Tradisional
(Sanggar Tari Uyang Lahai, Sanggar Tari Tinggang madang. Sanggar Tari lekan
Maran, Sanggar Tari SMAN 1 Kongbeng, Sanggar Tari Una’ Dau Hiro, Sanggar
Tari Kayan Uma’ Lekan.
Gambar 27.
Balai Desa Miau Baru
Gambar
28. Parkiran Mobil Tangki (CPO)
Maraknya konversi lahan dari hutan menjadi areal perkebunan sawit yang
terjadi di Kutai Timur menyebabkan hilangnya fungsi hutan yang memiliki
manfaat jasa lingkungan, sehingga sulit ditemukan hutan-hutan yang memiliki
manfaat edukasi. PT Gunung Gajah Abadi berinisiatif bekerja sama dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutai Timur melakukan pengelolaan
hutan pendidikan. Perubahan areal kerja perusahaan menjadi areal konservasi
berupa hutan pendidikan memiliki tujuan untuk pemanfaatan hutan dalam jangka
panjang sehingga di harapkan untuk generasi yang akan datang dapat
menikmati manfaat hutan. Adanya perubahaan luasan areal kerja PT Gunung
Gajah Abadi menjadikan kawasan hutan pendidikan tidak lagi masuk kedalam
areal kerja perusahaan namun masuk ke dalam kawasan APL (Areal
Penggunaan Lain). Hutan Pendidikan Sei Seleq STIPER Kutai Timur memiliki
luas 415 Ha. Selain manfaat edukasi hutan pendidikan ini juga berfungsi sebagai
areal buffer zone sehingga wisata alam Sungai Seleq yang masuk dalam
kawasan areal penggunaan lain terlindungi dan terhindar dari adanya bahaya
pencemaran air akibat perladangan dan perkebunan sawit yang ada di
sekitarnya. Namun pada kenyataannya, lokasi Hutan Pendidikan yang berada di
area PT Gunung Gajah Abadi dengan status areal penggunaan lain dengan luas
415 Ha sudah tidak ada lagi, oleh kebijakan pemerintah yang kurang profesional,
dimana lokasi hutan pendidikan sekarang menjadi kebun kelapa sawit dengan
alasan yang tidak jelas. Keberadaan hutan pendidikan yang kini menjadi
perkebunan kelapa sawit sangat merugikan, selain tidak dapat mempelajari flora
dan fauna yang berada didalamnya, aliran sungai sei seleq KM 8 yang
statusnnya sebagai wisata alam dapat tercemar karena adanya perkebunan
sawit tersebut.
Luasan dari ketiga areal konservasi ini yaitu 1027 Ha. Hutan pendidikan
STIPER yang di harapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar
terutama para pelajar kini tidak dapat dinikmati sepenuhnya. Letak hutan
pendidikan yang berada dekat dengan jalan memudahkan untuk menjangkau
hutan pendidikan tersebut. Dengan keberadaan hutan pendidikan kita dapat
melihat contoh bibit yang sudah tumbuh menjadi pohon besar secara alamat
Hutan Pendidikan STIPER juga sering dimanfaatkan untuk kegiatan pramuka
anak sekolah. Melalui bidang PMDH masyarakat mengajukan izin permohonan
untuk melaksanakan kegiatan didalam areal kawasan lindung. Perusahaan
memberikan izin pelaksanaan kegiatan dengan syarat pengunjung harus
menjaga kebersihan dan bertanggung jawab atas keamanan pengunjung itu
sendiri.
hutan dan
pengamanan hutan, pelanggaran yang sering dilakukan oleh masyarakat yaitu
masalah hewan yang dilindungi, pemakaian alat semi mekanis pada saat
mencari emas dan pencurian barang-barang milik perusahaan seperti suku
cadang dan peralatan dibengkel. Sejauh ini pelaksanaan sanksi terkait
pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat tidak sampai ke jalur hukum
karena dapat diselsaikan secara kekeluargaan.
Gambar
4.7 WORKSHOP
Mitsubishi S.trada
Kerusakan yang terjadi pada alat berat bisa diakibatkan oleh frekuensi
penggunaan, medan yang ditempuh, perawatan dan cara pemakaian. Untuk alat-
alat berat yang dirasa lebih cepat rusak maka akan ada pemantauan rutin.
Masing-masing alat berat memiliki komponen tersendiri yang lebih sering rusak
biasanya diakibatkan karena frekuensi penggunaannya lebih besar dibanding
komponen lainnya. Misalnya pada wheel loader komponen yang lebih sering
cepat rusak pada bagian attachment atau log fork, log fork yang berfungsi untuk
muat bongkar kayu bisa menjadi patah akibat beban kayu yang terlalu besar dari
kemampuannya. Pada kegiatan penyaradan biasanya bulldozer memiliki
kerusakan pada bagian hose karena frekuensi penggunaannya yang terlalu
sering. Sedangkan untuk logging truck sendiri biasanya kerusakan komponen
yang paling sering adalah adalah kanvas rem karena jalur logging didominasi
oleh turunan, sedangkan untuk logging truck yang beroperasi dan membawa
muatan akan memiliki frekuensi penggunaan rem cukup tinggi, sehingga kanvas
rem lebi cepat habis. Komponen lain pada logging truck yang lebih cepat rusak
adalah ban, karena apabila muatan terlalu berlebih maka ban logging truck
berpotensi untuk lebih cepat meletus dan akhirnya dapat menghambat kegiatan.
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT Gunung Gajah Abadi dapat
disimpulkan disimpulkan :
1. Bidang perencanaan hutan memiliki tugas utama yaitu menyiapkan
rencana pengelolaan hutan dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
2. Pada kegiatan produksi di PT Gunung Gajah Abadi sudah dikatakan
cukup baik karena sudah memperhatikan kelestarian lingkungan
maupun pada kelestarian hasil. Dalam penebangan harus
memperhatikan arah rebah di usahakan arah rebah kearah jalan sarad
untuk memudahkan penyaradan kayu log.
3. Dalam implementasi chainsawman dan operator traktor belum
menggunakan peta sebaran pohon dan peta kontur hanya blok inpektor
yang menggunakan peta sebaran pohon dan peta kontur.
4. PT Gunung Gajah Abadi sudah sudah cukup baik dalam memperhatikan
kesehatan keselamatan kerja para kariawan, namun masih ada saja
yang tidak menggunakan alat pelindung diri( APD).
5. Kegiatan Tata Usaha Kayu di PT Gunung Gajah Abadi lebih tertata
dengan adanya SI- PUHH online, dengan adanya SKHHK semua hasil
hutan yang ada di PT Gunung Gajah Abadi lebih terawasi oleh
pemerintah pusat. Oleh sebab itu kecil kemungkinan kecurangan yang
dilakukan PT Gunung Gajah Abadi.
6. Hubungan antara PT Gunung Gajah Abadi dengan masyarakat sekitar
hutan sudah sangat baik terutama bagi Desa Miau Baru yang letaknya
palig dekat dengan perusahaan, dengan memberi bantuan melalui
proses Pembinaan Masyarakat Sekitar Hutan (PMDH) baik itu bantuan
dari pembiayaan, pembangunan dan memijamkan unit alat berat sesuai
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
5.2 SARAN
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
PRC/06 05-14
1. TUJUAN
1.1. Menjamin pelaksanaan perencanaan hutan dalam rangka
Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) sesuai dengan peraturan dan
persyaratan dari Departemen Kehutanan, lembaga lain dan sesuai
denan kondisi lapangan yang palin akhir dalam wilayah kerja unit
manajemen.
1.2. Panduan dalam pelaksanaan perencanaan hutan dalam rangka
Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) sesuai dengan Peraturan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.8/VI-
BPPHH/2012.
2. RUANG LINGKUP
2.1. Prosedur ini mencakup semua aktifitas perencanaan hutan areal
kerja PT Gunung Gajah Abadi dari Penataan Preal Aerja (PAK),
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP), Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) dan pembuatan trace jalan
ankutan dalam rangka persiapan Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH), pemeliharaan tata batas IUPHHK dalam rangka
pemantapan kawasan areal kerja termasuk Rencana Karya dan
P2Simhut.
PT GUNUNG GAJAH ABADI
PROVINSI KALIMANTAN TMUR
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
Dokumen PRC/06 05-14
3. TANGGUNG JAWAB
3.1. Kepala Bidang Perencanaan Hutan, bertugas membantu Kepala
Unit dalam melaksanakan kegiatan untuk meletakkan dalam
bentuk rencana dasar, acuan dan pegangan bagi pelaksanaan
berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan
hutan secara lestari dengan memperhitungkan pengaruh, masalah
dan kendala yang mungkin terjadi selama proses mencapai tujuan.
3.2. Kepala Seksi Perencanaan Hutan, bertugas dan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Penataan Areal Kerja,
Invenetarisasi Tegakan Sebelum Penebangan, Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB), dan survey rencana jalan untuk dasar
kegiatan operasional serta pemeliharaan tata batas IUPHHK dalam
rangka pemantapan
3.3. Kasubsi Perancanaan Hutan bertugas melaksanakan kegiatan
PAK, ITSP dan Road Survey dan bertanggung jawab kepada
kepala seksi Perencanaan Hutan.
3.4. Kepala Regu PAK bertugas melaksanakan kegiatan pentataan
areal kerja termasuk pemeliharaan tata batas IUPHHK dan
bertanggung jawab kepada kepala Subseksi Perencanaan Hutan.
PT GUNUNG GAJAH ABADI
PROVINSI KALIMANTAN TMUR
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
Dokumen PRC/06 05-14
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
Dokumen PRC/06 05-14
4. DEFINISI
4.1. Perencanaan Hutan adalah kegiatan Unit Manajemen sebagai
pedoman dan arah yang menjamin Pengelolaan Hutan Lestari
(PHL), meliputi kegiatan : Penataan Areal Kerja (PAK),
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP), Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB), pembuatan Trace Jalan
Angkutan dalam rangka persiapan Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH) dan termasuk pemeliharaan tata batas IUPHHK untuk
pemantapan kawasan kreal kerja.
4.2. Penataan Areal Kerja (PAK) adalah kegiatan pembagian areal
kerja menjadi bagian-bagian areal kerja kegiatan pengusahaan
hutan dalam jangka waktu 10 tahun (RKUPHHK), selanjutnya
dibagi menjadi 10 blok Rencana Kerja Tahunan (RKT) IUUPHHK
(RKTUPHHK) dengan batas blok adalah batas alam dan atau
batas buatan, blok RKTUPHHK dibagi menjadi petak-petak yang
berukuran kurang lebih: 1000m X 1000m (100 ha) dengan batas
alam buatan.
4.3. Persiapan Pembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan yang
dilakukan sebelum pembukaan wilayah hutan meliputi kegiatan:
pembuatan trace jalan utama, jalan sarad dan penebangan.
4.4. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan adalah kegiatan
pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon dalam areal kerja
tahunan untuk mengetahui jenis, diameter, jumlah inti dan pohon
yan dilindungi serta jenis dan jumlah volume pohon yang akan
ditebang
PT GUNUNG GAJAH ABADI
PROVINSI KALIMANTAN TMUR
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-05-
PRC/06 14
5. PROSEDUR
5.1. Rencana Kegiatan Perencanaan Hutan
5.1.1. Usulan kegiatan perencanaan hutan dilakukan oleh Kepala
Bidang Perencanaan Hutan dengan membuat Annual
Working Planing (AWP).
5.1.2. AWP Bidang Perencanaan Hutan dibahas dalam Rapat
Kerja Tahunan Direksi sebagai bahan penyusunan
Rencana Kerja Anggaran perusahaan (RKAP) tahun
berikutnya.
5.1.3. Usulan RKAP selanjut dibahas dalam Rapat Umum
Pemegang Saharin (RUPS) untuk mendapat pengesahan
dari pemegang saham.
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
PRC/06 05-14
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
PRC/06 05-14
sesuai dengan Peraturan Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor :
P.9/VI/BPHA/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur
Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan.
5.2.4.4. Pelaksanaan Pembuatan Trace Jalan secara lengkap dilakukan
sesuai dengan Petunjuk Kerja Pembuatan Trace Jalan (GGA/PHL-
PK-PRC/03)
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-05-
PRC/06 14
kawasan hutan yang dierikan izin oleh pemerintah kepada Unit
Manajemen yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perbaikan,
pengadaan pal batas pembersihan sekat terbatas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5.2.4.10. Pelaksanaan Pemeliharaan Tata Batas IUPHHK secara lengkap
dilakukan sesuai dengan Petunjuk Kerja Pemeliharaan Tata Batas
(GGA/PHL-PK/PRC/05).
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-05-
PRC/06 14
5.2.6.1. Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Bekala (IHMB),
sepenuhnya mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.34/Menhut-II/2007 tanggal 24 Agustus 2007 tentang : Pedoman
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Pada Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi dan
Lampirannya yang dijabarkan kembali dalam bentuk Petunjuk Kerja
Pelaksanaan IHMB (GGA/PHL-PK/PRC/06).
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
PRC/06 05-14
6. DOKUMEN TERKAIT
6.1. Standard PHPL Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No.
P.8/VI-BPPHH/2012.
6.2. Petunjuk teknis TPTI pada Hutan Alam Daratan – Lampiran Peraturan
Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor : P.9/VIBPHA/2009.
6.3. Peta Pengesahan batas Areal Kerja (No. 130/Kpts-II/92)
6.4. Peta Citra Landsat
6.5. Peta Rencana Karya Usaha (RKU) IUPHHK
6.6. Peta Rencana Kerja Tahunan (RKT)
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode Dokumen GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
PRC/06 05-14
7. BLANKO-BLONKO TERKAIT
PROSEDUR
PERENCANAAN HUTAN
Kode GGA/PPHL- Status DIR-PROD/1/07-
Dokumen PRC/06 05-14
Tanggal Revisi Ke
No Uraian Revisi Tanggal Paraf
1 (satu) 2 (dua)
Dokumen
Awal
Prosedur
1 Perencanaan 24 April 2008 07 Mei -
Hutan 2014