Anda di halaman 1dari 121

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi menuntut kesiapan sumber daya manusia untuk berperan
dan berkompetensi dalam dunia kerja. Perguruan tinggi yang berperan
mencetak sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja harus
membenahi diri dengan meningkatkan kinerjanya agar menghasilkan lulusan
yang kompeten, tangguh dan mampu beradapatasi dengan lingkungan kerja.
Sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat memperkenalkan mahasiswa
pada dunia kerja dan memberi gambaran mengenai sistem kerja dan segala
situasi maupun kompetensinya dalam menghadapi perkembangan dan
persaingan global, baik masa kini maupun masa akan datang.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor Universitas Mulawarman
No.168/AK/2000 Tentang Peraturan Pelengkap pedoman pendidikan bagi
mahasiswa Universitas Mulawarman, Bab II Pasal 15 : “Setiap mahasiswa
yang telah menyelesaikan sejumlah Satuan Kredit Semester (SKS) tertentu
sesuai pedoman pendidikan, diwajibkan menempuh kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL), Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), Kuliah Kerja Nyata
(KKN), dan Tugas Akhir (TA) atau lainnya.”
Maksud dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah agar
mahasiswa dapat mengikuti setiap pekerjaan atau kegiatan yang telah
diberikan dan juga sebagai sarana implementasi teori yang telah diterima ke
dalam dunia kerja. Disamping itu, agar mahasiswa memiliki pengalaman
membuat suatu pola kerja yang lebih terarah dan sistematik dengan hasil
pekerjaan yang lebih optimal. Selain itu, dengan adanya pengalaman Praktek
Kerja Lapangan (PKL) dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
menyikapi berbagai kondisi kerja yang akan terjadi apabila sudah memasuki
dunia kerja yang sesungguhnya.

Dari pengalaman - pengalaman ini pun dapat melahirkan tenaga - tenaga


kerja yang lebih berkulitas yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang. Pada PKL tahun 2019 ini
Fakultas Kehutanan berkerja sama dengan perusahaan kayu hutan alam yaitu
PT Gunung Gajah Abadi.

PT Gunung Gajah Abadi terletak dalam wilayah kecamatan kongbeng,


Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. PT Gunung Gajah Abadi
merupakan perusahaan kayu hutan alam yang telah memiliki Izin Usaha
Pemanfaaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) dengan areal
kerja seluas 75.000 Ha.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menerapkan ilmu-ilmu dan


teori yang sudah diberikan di fakultas pada dunia kerja, sehingga
mahasiswa tidak hanya paham teori namun dapat menguasai situasi kerja
saat berada dalam dunia kerja.
2. Dapat mengetahui lingkup kegiatan PT Gunung Gajah Abadi dalam
pengelolaan hutan alam produksi lestari.

1.3 Hasil yang diharapkan


Adapun hasil yang diharapkan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)
di perusahaan pengelola Kehutanan dan industri hasil hutan ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menyelaraskan antara teori yang diperoleh selama


kegiatan perkuliahan dengan kondisi real di lapangan.
2. Mahasiswa dapat menimbang pengetahuan dan menyelami langsung dunia
kerja sesungguhnya.
3. Mahasiswa dapat memahami tahapan pelaksanaan kegiatan di
lembaga/institusi kehutanan dan lingkungan.
4. Membuka peluang kerjasama penelitian ilmiah antara fakultas kehutanan
dengan lembaga/institusi yang menjadi tempat pelaksanaan PKL.
5. Laporan PKL dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan refrensi bagi
mitra PKL serta menjadi masukan saran/ide dalam mengembangkan
kegiatan selanjutnya.

II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

2.1 Letak Geografis dan Luas IUPHHK-HA

Secara adminitrasi pemerintah areal (kelompok hutan Sei seleq) dari PT


Gunung Gajah Abadi terletak dalam wilayah Kecamatan Kongbeng, Kabupaten
Kutai Timur dan Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan adminitrasi kehutanan,
termasuk dalam wilayah Kehutanan Kabupaten Kutai Timur. Sedangkan secara
geografis areal kerja tersebu terletak pada 116 ° 40' - 117 ° 02' Bujur Timur
dan 1 ° 20 ' - 1 ° 35 ' Lintang Utara.

Batas - batas kerja perusahaan terdiri dari :

a. Sebelah Utara berbatasan degan areal kerja PT. Karya Lestari.


b. Sebelah Timur berbatasan dengan areal kerja PT. Utama Damai Indah Timber
dan PT.Berau Sawit Sejahtera.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan areal kerja PT. NAS (Perkebunan Sawit),
PT. Acacia Andalan Utama (HTI) dan PT. Silva Duta Coorporation (HTI)
d. Sebeelah Barat berbatasan dengan PT Narkata Rimba dan Pengelolaan Hutan
Lindung Wehea.
Luas areal kerja PT Gunung Gajah Abadi seluas 81.000 Ha. SK perpanjangan
Rotasi ke dua, No. 469/Menhut-II/2012, tanggal 29 Agustus 2012, luas areal
berkurang menjadi ± 74.980 Ha.

2.2. Tutupan Lahan


Berdaasarkan SK.Menhut No. 79/Kpts-II/2001 tentang penetapan kawasan
hutan perairan Provinsi Kalimantan Timur, areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
berdasarkan fungsi hutan sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 01. Fungsi Hutan di areal kerja PT Gunung Gajah Abadi berdasarkan
Kawasan Hutan dan perairan (SK. Menhut. No. 79/Kpts –II/2001

No Fungsi Hutan Luas (Ha)


1 Hutan Produksi Terbatas Terbatas 41.272,82
2 Hutan Produksi Tetap 33.707,18
3 Hutan Lindung -
4 Jumlah 74.980,00

Selajutnya tabel berikut menyajikan perubahan tutupan lahan hasil analisis


foto Udara yang dilaksanakan oleh PT Mapindo Parama pada tahun 1995 dan
Citra Lantset 7 ETM+band 542 Path 117 Row 59 Liputan Tanggal 18 Maret 2011.
Tabel 02. Kondisi perubahan Penutupan Lahan PT Gunung Gajah Abadi

No
Penutupan lahan Citra Lansat 2011 Berdasarkan SK.469/Menhut
II/2012.
HP (ha) HPT Jumlah HP HPT Jumlah

1 Virgin Forest 1.889 12.123 14.012 2.496,48 7.955,69 10.452,17


2 Bekas Tebangan 28.780 25.132 53.912 30.075,59 31.905,24 61.962,83
3 Non Hutan 4.157 1.209 5.366 1.153,11 2.565,00
4 Tertutup Awan 1.042 6.668 7.710 - - -
Jumlah 35.868 45..132 81.000 33.707,18 41.272,82 74.980,00

Sumber : analisis Citra Landsat 7 ETM+Band 542 path 117 Row 59 Liputan
Tanggal 18 Maret 2011 dan Path 117 Row 59 Liputan Tanggal 7 November 2009
(disahkan Baplanhut dengan surat No. S. 184/ipsdh-2/2011 Tgl 19 - 05 - 2010)
2.3 Geologi dan Tanah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Sumberdaya Miniral
Bandung (1992) di dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
PT Gunung Gajah Abadi, menyatakan bahwa areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
meliputi lima formasi, yaitu formasi Kelai, Telen, Diorit, Ultramafik dan Marah.
Tabel 03. Berikut menyajikan pembagian luas masing-masing formasi
tersebut.

Tabel 03. Formasi Geologi


Formasi HP HPT JUMLAH
N Ha Ha Ha
Geologi
o
1 Formasi 24.205,53 71,81 4.655,75 11,27 28,861,10 38,49
Kelai
(KTK)
2 Formasi 940,03 2,74 19,885,24 48,18 20.825,27 27,77
Telen (JKT)
3 Diorite, 229,21 0,68 - - 229,221 0,31
Mikrodiorit
dan Andosit
Porfit
(Tomd)
4 Formasi 3.869,58 11,48 16.732,00 40,53 20.601,59 27,48
Ultramafik
(JU)
5 Formasi 44.462,83 13,24 - - 4.462,83 5,95
marah
Total 33,707.18 100,00 41,272.82 100,00 74,980.00 100,0
0
Sumber : Puslitbang Geologi dan Sumberdaya Mineral Bandung
Selanjutnya berdasarkan hasil klsaifikasi oleh Pusat Penelitian Tanah
Bogor,areal Kerja PT Gunung Gajah Abadi memiliki tiga jenis tanah yaitu
alluvial, podsolik merah kuning, dan latosol dengan komposisi luasan
sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Dengan demikian dari tabel di bawah ini dari
areal kerja seluas 74.980 hektar hanya 5,57 tanah (4.504 Ha) yang peka
terhadap erosi.

Tabel 04. Jenis Tanah di Areal kerja PT Gunung Gajah Abadi


No Jenis HP HPT Jumlah
Ha Ha Ha
Tanah
1 Asosiasi 3.23,52 9,59 3.326,59 8,06 6.559,11 8,75
Aluvial
dan gley
2 Alluvial 12.842,44 38,11 5.996,94 14,53 18.839,38 25,13
Kelabu
3 Alluvial 7.415,58 22,00 9.377,18 22,72 16,792,76 22,40
Coklat
4 Asosiasi 5,993,14 17,78 1906,80 4,64 7,899,94 10,54
Aluvial
Kelabu
dan
Alluvial
coklat
5 Latosol 4.09,42 12,15 16.628,82 40,29 20.724,24 27,64
6 Asosiasi - - 3.161,50 7,66 3.161,50 4,22
Latosol
dan
Podsolik
7 Podsolik 129,09 0,38 874,98 2,11 1.003,07 1,34
merah
kuning
Jumlah 33,707,18 100,0 41,272,82 100.00 74,980.00 100.00
0
Sumber :Peta Tanah Kalimantan Timur Skala 250.000 (PPT Bogor)

2.4 Topografi

Kondisi fisik lapagan selain direpresentasikan oleh keadaan tofografi, juga


menjadi indikator potensi tegakan. Dengan demikian data/informasi tentang
topografi lapangan berkaitan langsung dengan aspek kelestarian produksi sebagai
salah satu aspek pokok pengelolaan hutan secara lestaari. Berikut tabel yang
menyajikan informasi topografi di areal PT Gunung Gajah Abadi.

Tabel 05. Penyebaran Kelas Lereng Areal Kerja PT Gunung Gajah Abadi
Peta Kawasan Hutan
Kelas
dan perairan (fungsi Jumlah
No Simbol Kelerengan
hutan)
(%)
HP HPT Ha %
1 A 0-8 7.129,07 2.583,68 9.712,75 12,95
2 B 9-15 6.330,21 5.947,41 12.277,62 16,37
3 C 15-25 7.597,60 7.961,53 15.559,13 20,78
4 D 25-40 11.524,48 18.300,37 29.824,84 39,78
5 E >40 168,54 854,35 1.022,89 1,36
Tutupan Awan 957,28 5.625,49 6.582,77 8,78
Jumlah 33,707.18 41,272.82 72,980.00 100,00

Sumber : Laporan Interpretasi Foto Udara HPH Gunung Gajah Abadi (PT
Mapindo Parama, 1995)

Sementara itu, berdasarkan hasil analisis tutupan lahan pada Citra Landsat
liputan tahun 2011, lulusan areal dengan kelerengan >40% sebesar Ha yaitu
104,80 pada Hutan Produksi dan 1,784,20 pada Hutan Produksi terrbatas.
2.5. Iklim

Kalimantan Timur beriklim hutan hujan tropis dengan suhu udara rata-rata
26 ° C, perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5
°−7 ° C . Karakter lainnya adalah kelembaban yang tinggi yaitu mencapai lebih
dari 80 . Curah hujan tinggi berkisar antara 2000-4000 mm/tahun, dengan
jumlah hari hujan rata-rata 130-150 hari/tahun, namun di Kalimantan Timur
jarang terjadi hujan hampir merata sepanjang tahun. Tipe iklim berdasarkan
Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
termasuk iklim tipe A (Hutan Hujan Tropis ) dengan ciri sangat basah, curah hujan
terkering ( ¿ 60 mm) kurang dari 1 bulan ( sekitar 0,5 – 0,9 bulan ) setiap
tahunnya, curah hujan rata-rata 1926 mm/tahun. Menurut sistem klasifikasi Kopen
adalah tipe Afa (iklim hutan hujan tropis ) dengan ciri suhu udara bulan terendah
lebih besar dari 18 ° , curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 2437mm,
curah hujan bulan terkering diatas 60 mm dan suhu udara terpanas diatas 22
° C . Dari hasil pengukuran curah hujan di base camp perusahaan, rata-rata
curah hujan pertahun di areal kerja adalah sebesar 2.800 mm. Areal kerja PT
Gunung Gajah Abadi merupakan dataran hingga perbukitan dengan ketinggian
bervariasi dari 100-400m dari permukaan laut.

2.6 Hidrologi

Areal kerja PT Gunung Gajah Abadi terletak dalam DAS-Sub DAS Sungai
Wahau yang merupakan anak sungai Mahakam. Dalam areal kerja perusahaan
terdapat sungai- sungai utama yaitu: Sungai Sleq, Sungai Malguan (keduanya
anak sungai Wahau), Sungai Jamtak (anak S.Malguan) dan Sungai Gehat (anak S.
Seleq) yang seluruhnya mengalir dan bermuara ke Sungai Wahau dan mengalir ke
Sungai Kedang Kepala dan bermuara di Sungai Mahakam. Disamaping itu,
terdapat sungai-sungai kecil lainnya yang sebagian besar mengalir ke sungai
utama tersebut. Adapun sungai yang mengalir ke arah utara adalah Sungai Gih
yang bermura ke sungai Kelai. Daerah tangkapan DAS Melguan dan DAS Sungai
Wahau.

Sebagian besar sungai-sungai diareal kerja PT Gunung Gajah Abadi


memiliki kedalaman antara 0,2 m – 3 m. Pada musim kemarau, kedalaman air bisa
berkurang dari 20 cm. Debit air sungai juga relatif kecil yaitu 5 m 3/menit. Dari
sungai-sungai yang ada, hanya Sungai Wahau dan Sungai Telen saja yang menjadi
sarana transportasi masyarakat dan angkutan kayu.

2.7 Kondisi Sumber Daya Hutan (Flora dan Fauna)

Tipe vegetasi merupakan pengunungan yan di dominasi oleh jenis-jenis


Dipterokarpaceae tertama Meranti, Kapur, Keruing dan Bengkirai. Disamping itu
beberapa jenis kayu seperti Nyatoh, Ulin, dan jenis-jenis kurang bernilai
komersial serta jenis-jenis dilindungi. Berdasarkan interpretasi foto udara (Dari
Dokumen (RKPH priode ke-II) bahwa struktur tegakan diareal virgin forest
didominasi oleh jenis Meranti (Shorea,spp) mencapai 61,79 dan jenis Kapur
(Dryobalanops beccarii) mencapai 18,55 dan Ulin (Eusideroxylon zwegeri)
sebesar 5,12 dan jenis lainnya termasuk Non Dipterocarpaceae sebesar 14,54
. Di LOA didominasi oleh jenis Meranti (66,12 ), Merawan (16,80), Ulin
(7,24), dan Kapur (7,24).

Jenis flora langka yang terdapat di PT Gunung Gajah Abadi antara lain
rotan, anggrek, rotan pulut, rotan sega, rotan merah, rotan cabang, gaharu, ulin,
kempas, banggris. Hasil pengamantan fauna antara lain adalah kijang, landak,
babi, pelanduk, burung, murai batu, burung kelbarau, elang, orang utan, monyet,
burung bubut, burung merak pliut, burung cucakrowo, burung sisit, burung
enggang, burung merak, kancil, tupai, payau, kura-kura gunung, burung kutilang,
burung tukang, burung tiking, monyet merah, burung gagak, beruang madu sarang
semut, ayam hutan.
2.8. Aksebilitas

Dalam pelaksanaan pembagunan, tingkat aksebilitas menjadi indikator


penting bagi pembagunan di bidang ekonomi dan bidang-bidang lainnya (mis.
Komunikasi dan pendidikan). Areal kerja PT Gunung Gajah Abadi dapat
ditempuh lebih cepat dibanding kondisi sebelumnya hanya dalam waktu ± 9
jam saja dengan dibangunnya jalan trans Kalimantan poros Samarinda – Berau –
Bulungan – Malinau. Transportasi darat dapat ditempuh menggunakan bus umum
antar kota dalam provinsi rute samarinda-sanggata-wahau-berau dan taxi umum
dari Muara Wahau-Samarinda-Berau. Jalanan air juga masih memegang peranan
penting, PT Gunung Gajah Abadi dapat ditempuh dari samarinda hingga
pelabuhan Muara Wahau melewati S.Mahakam, S.Kedang Kepala dan S.Wahau
dengan waktu tempuh ±10 jam (speed boat 80 PK) atau dua hari (kapal).
Selain itu, terdapat pula penerbagan yang bersifat non-reguler (carter) dengan
menggunakan AIR-Strip yang ada di Desa Miau Baru. Sementara itu, sarana
komunikasi di areal kerja PT Gunung Gajah Abadi sudah terjangkau oleh
komunikasi berupa telefon seluler.

2.9 Kondisi Sosial dan Ekonomi

Demografi salah satu faktor penting dalam aspek sosial dalam pengelolaan
hutan. Sebagai salah satu pemekaran daerah di provinsi Kalimantan Timur,
pembangunan ekonomi yang berbasis SDA di Kabupaten Kutai Timur telah
berkembang sehingga menyebabkan banyak migran lain yang ingin mengadu
nasib. Kedatangan berbagai etnis (di luar Kutai dan Dayak) ke Kutai Timur di
dorong oleh peluang terbuka yaitu transmigrasi oleh pemerintah/swakarsa dan
terbukanya berbagai lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi
adanya dorongan dari tiga sektor pembangunan yaitu perkebunan (sawit),
pertambangan( terutama batu bara), pengelolaan sumber daya hutan (melalui
sistem IUPHKK), dan berbagai jenis industri pengelolaan (antara lain: kayu,
minyak sawit dan industri manufaktur).

2.10 Kependudukan

Areal PT Gunung Gajah Abadi terletak di dalam wilayah Kecematan


Kongbeng Kabupaten Kutai Timur yang merupakan salah satu kecematan terbesar
dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang
relatif tinggi. Dari tujuh desa yang termasuk wilayah pemerintahan wilayah
Kecamatan Kongbeng terdapat empat desa yang berada di sekitar areal kerja PT
Gunung Gajah Abadi yaitu Desa Miau Baru, Kongbeng Indah, Suka Maju dan
Makmur Jaya. Rasio ketergantungan penduduk keempat desa tersebut adalah
sebesar 41%, artinya setiap 100 jumlah usia non produktif (kelompok umur 0-14
tahun dan >60 tahun). Di desa Miau Baru dan Makmur Jaya, jumlah penduduk
berjenis perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan perbandingan 45:55.
Sementara itu di Desa Suka Maju dan Kongbeng Indah, rasio perbandingan
penduduk berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki adalah 40:60.

2.11. Suku

Pengembangan sosial dan adat istiadat penduduk berkaitan erat dengan


komposisi unsur yang menyusun masyarakat itu sendiri. Di desa-desa sekitar areal
kerja PT Gunung Gajah Abadi, suku-suku yang berdiam antara lain Suku Dayak,
Jawa, Bugis, Bali Timur, Lombok dan Kutai. Suku Jawa dan Timur terdapat di
semua desa, sisanya hanya terdapat di beberapa desa saja.

2.12. Mata Pencaharian Lokal

Sumber mata pencaharian penduduk di sekitar areal kerja PT Gunung Gajah


Abadi sebagian besar adalah sebagai petani. Petani menjadi sumber mata
pencaharian pokok (rataan 32,93%) dan sembilan (10,68%). Sedangkan mata
pencaharia alternative yaitu sebagai pedagang dan buruh swasta. Jenis kelamin di
desa-desa sekitar areal kerja PT Gunung Gajah Abadi cukup bervariasi.
2.13. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator kualitas sumber daya


manusia.Sebagaimana permasalahan di daerah-daerah terpencil lainnya.
Pendidikan seringkali kurang menjadi perhatian utama bagi penduduk. Di desa-
desa sekitar areal kerja PT Gunung Gajah Abadi terutama di Desa Miau Baru dan
Suka Maju, sekitar 45% penduduk yang belum bersekolah dan tidak bersekolah.
Sementara penduduk yang bersekolah paling banyak di tingkat sekolah dasar.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, Jumlah pendudk yang bersekolah semakin
berkurang. Demikian pula di Desa makmur Jaya dan Kongbeng Indah, penduduk
yang mengenyam tingkat pendidikan sudah lebih banyak dengan persentase 80%,
yang artinya lebih tinggi dari penduduk desa Miau Baru dan Suka Maju.

2.14. Fasilitas Ibadah, Pendidikan dan Perekonomian

Fasilitas ibadah dan pendidikan terbilang masih sangat minim. Masjid,


Mushola, Gereja terdapat di seluruh desa, sementara Pura hanya terdapat di desa
Suka Maju. Fasilitas dari tingkat TK hingga SMU hanya terdapat di Desa Miau
Baru, di Desa lainnya fasilitas pendidikan hanya sampai tingkat SD. Ketersediaan
prasarana dan sarana Ekonomi di Desa Miau Baru dan Makmur Jaya relatif lebih
baik di bandingkan Desa Suka Maju dan Kongbeng Indah. Terutama di Desa Miau
Baru sudah terdapat warung, toko, KUD, lembaga keuangan dan bengkel. Desa
Miau Baru dan Makmur Jaya menjadi pusat pengembangan perekonomian
wilayah, sedangkan desa lainnya akan menjadi desa penghasil produk ekonomi
(pendukung pengembangan perekonomian wilayah).
III. REALISASI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan selama PKL dapat di buat dalam bentuk matriks
agar setiap prosedur pelaksanaan mudah dipelajari dan mudah dipahami. Di dalam
matrik semua sudah dijelaskan dimulai dari kegiatan hingga pencapaian akhir dari
kegiatan tersebut yang meliputi sub-kegiatan, lokasi, prosedur pelaksanaan, dan
waktu kegiatan dilaksanakan.
3.1 Matriks Realisasi Kegiatan

Sub-
Prosedur
No Kegiatan kegiat Lokasi Waktu Target
Pelaksanaan
an
1 PAK Blok 1) Pastikan lokasi 2 Hari Melakuka
RKT blok/petak yang akan n dan
2021 PT. dilaksanakan kegiatan memaham
Gunung PAK sesuai dengan i kegiatan
Gajah peta RKU dengan PAK,
Abadi skala 1:20.000 atau petak areal
1:50.000 kerja yang
2) Kegiatan Penataan dibuat
Areal Kerja dimulai dalam 2
dengan penentuan titik hari
ikat atau awal dengan sekitar 207
menggunakan GPS hektar
sesuai dengan peta
rencana PAK.
3) Pasang pal awal
pengukuran sebagai
Pal Starting Point
4) Tentukan azimuth
dan jarak ke titik
selanjutnya menuju
arah temu gelang
batas petak/blok
sesuai di peta.
5) Gunakan kompas,
meteran, clinometer
dan tabel konversi
jarak lapang - jarak
datar.
6) Buat rintisan batas
petak atau batas blok
sesuai arah azimuth
lebar rintisan untuk
batas blok adalah 2
meter dan batas petak
adalah 1 meter.
7) Kemudian lakukan
pemasangan pal batas
berikutnya.
8) Lakukan penandaan
dengan cat merah
pada batas petak dan
cat biru pada batas
blok setiap jarak
maksimal 5 meter.
9)Pasang karpet
kuning yang memuat
informasi jarak HM
dan azimuth setiap
jarak 200 meter pada
rintis batas blok.
10) Lanjutkan
kegiatan pengukuran,
perintisan, dan
penandaan batas di
lapangan sesuai
panjang batas pada
peta kerja hingga
kembali ketitik awal
pengukuran atau
membentuk poligon
batas yang tertutup.
2 ITSP Blok Sebelum pelaksanaan 1 Hari Melakuka
RKT kegiatan ITSP n dan
2021 PT. pastikan lokasi memaham
Gunung blok/petak sudah i kegiatan
Gajah sesuai dengan peta ITSP,
Abadi RKU. Pertama, pada petak
tentukan titik awal areal kerja
mulai cruising pada 7 hektar
lokasi bagian Selatan terdapat
dan Barat petak. Lalu 44 pohon
buat jarak antar jalur yang siap
sepanjang 20 meter ditebang
(jarak datar) dari Barat
ke Timur sampai ke
batas petak. Perintisan
jalur dengan lebar
rintis 1 meter pada
setiap patok jalur yang
telah terpasang.
Lakukan pengukuran
topografi dan
inventarisasi pohon
pada masing-masing
Sta/PU pada setiap
jalur. Pasang/tempel
ID Barcode pada
pohon yang akan
ditebang, sedangkan
untuk pohon
inti/dilindungi pasang
label bernomor
dengan warna kuning
Lalu, catat jenis flora
dan fauna yang
dilindungi/langka jika
ditemukan pada saat
cruising sebagai
keterangan tambahan.
Pada saat pelaksanaan
ITSP dilakukan
dengan cara 100%
atau sensus untuk
mengetahui potensi
tegakan yang ada. Alat
yang digunakan untuk
mengukur diameter
pohon adalah stick
diameter, karena
penggunaannya
dianggap lebih teliti
dan praktis jika
dibandingkan dengan
phi-band.
Dilakukan pengukuran
posisi X dan Y pohon
dengan cara mengukur
arah dan jarak datar
pohon untuk
mengetahui sebaran
pohon dan komposisi
hutan. Pengukuran
sudut dilaksanakan
agar mempermudah
penempatan posisi
pohon, karena sebaran
pohon ini dibutuhkan
untuk dasar
pembuatan peta
sebaran pohon.
3 Penyaradan Blok 1) Penyaradan 1 Hari Mengamat
RKT dilakukan dengan i Kegiatan
2019 petunjuk kasi Penyarada
PT. penyaradan. n batang
Gunung 2) Pembuatan pohon,
Gajah jalan sarad pada trace jumlah
Abadi yang sudah ditentukan pohon
3) Melakukan yang
penyaradan batang disarad
pohon dengan posisi sekitar 10
traktor searah batang pohon
yang akan disarad.
4) Pada saat
menyarad batang
pohon, diupayakan
tidak menabrak dan
merobohkan pohon
sekitar jalan sarad.
5) Jika kayu yang
akan disarad diluar
kemampuan daya tarik
traktor, perintah
kepada oprator
chainsaw untuk
melakukan pembagian
batang pohon.
6) Hindari
menyarad pohon yang
belum dilakukan
pemotongan bebas
cabang dan banir.
7) Cabut dan
serahkan label timber
cruising pada bontos
kayu kepada sceller
setelah sampai TPn.
7) Melaporkan
hasil penyaradan,
keterbukaan areal
penebangan atau
pembuatan jalan sarad
kepada kasi
penyaradan. Pada saat
penyaradan upayakan
posisi pisau traktor
dengan tegakan sisa
yang ada dikiri kanan
jalan sarad.
4 Penebangan Blok 1) Penebaangan 1 Hari Mengamat
RKT dilakukan mengikuti i kegiatan
2019 PT. petunjuk kepala seksi penebanga
Gunung penebangan dan n, jumlah
Gajah penyaradan. pohon
Abadi 2.) Memperhatikan yang
tanda label pohon ditebang
yang dapat diproduksi. sekitar 10
4) Sebelum pohon
melakukan
penebangan oprator
chainsaw harus
memperhatikan
kondisi pohon yang
akan ditebang (pohon
sehat/bebas cacat).
5) Menghindari
arah rebah pohon yang
dapat merusak batang
pohon dan posisi
pohonn yang akan
ditebang harus
diperhatikan.
6) Membuat takik
rebah (1/3 dari
diameter pohon), takik
balas 1/4- 1/2
diameter pohon) daan
melakukan
penebangan dengan
hati-hati.
7) Label Barcode
yang ada dipohon
ditempelkan pada
bontos kayu yang
ditebang, dan bagian
lainnya ditempelkan
pada tunggul pohon
dan dibawa pulang
sebagai pelaporan
untuk pembuatan
administrasi.
8) Melakukan
pemotongan bebas
cabang dan bebas
banir, dan melakukan
pemotongan menjadi
dua bagian apa bila
diperkirakan kayu
tidak dapat disarad
oleh traktor.
5 Pembukaan Pemb Blok 1.) Ikuti petunjuk Kasi 1 Hari Mengamat
Wilayah uatan RKT PWH i dan
Hutan Goron 2020 PT. 2.) Periksa badan jalan memaham
g- Gunung yang akan dibuat i kegiatan
goron Gajah gorong-gorong pembuatan
g Abadi 3.) Perhatikan arah gorong-
pembuangan air/parit gorong
4.) Tentukan titik yang
paling rendah dari titik
terendah bagian badan
jalan dimana air
mengalir di parit dari
dua arah berlawanan
5.) Lakukan
penggalian badan
jalan dengan
kedalaman 1-2 meter
untuk membuat
gorong-gorong
6.) Lakukan
penebangan kayu
berlubang usahakan
ambil kayu dengan
diameter 80-100 cm
7.) Lakukan penarikan
kayu yang sudah
ditebang ke lokasi
gorong-gorong
8.) Lakukan
pemasangan kayu
gorong-gorong pada
lokasi yang sudah
digali dengan
kemiringan 20-30%
9.) Jika sudah selesai
lakukan penutupan
kembali badan jalan
yang digali rata sesuai
badan jalan
10.) Lakukan up grade
jalan
5 Pengangkut Blok 1) Pengangkutan 1 Hari Mengamat
an RKT dilakukan dengan i dan
2019 PT. mengikuti petunjuk memaham
Gunung dari kepala seksi i kegiatan
Gajah pengangkutan. pengangku
Abadi 2) Sebelum unit tan
beroprasi periksa
kondisi masing-
masing unit (logging
dan log loader).
3) Oprator log loader
menurunkan
sambungan pada unit
unit trailer truck.
4) Melakukan
pengangkutan sesuai
dengan kapasitas
logging truck.
5) Melakukan
pengangkutan kayu
oleh oprator logging
truck dengan hati-hati.
6) Melakukan
pembongkaran kayu
dari atas logging truck
dan melakukan
penyusunan pada
lokasi penumpukan
kayu yang sudah
ditentukan
7) Menaikan kembali
sambungan trailer
keatas logging truck.
6 Pengukuran TPN 1. Kayu yang akan 1 Hari Melakuka
(scaling) & KM 41 – diukur harus bebas n
Pemasangan 37 cabang/ranting, Pengukura
paku S banir dan tersusun n panjang
rapi di Tpn agar dan
mudah dilakukan diameter
Greading dan kayu log
Scaling di Tpn.
2. Potong kedua
bontos kayu sampai
Pemasang
siku rata.
an paku S
3. Lakukan
bertujuan
pengukuran kayu
untuk
bulat dengan
menguran
mengukur bagian
gi
terpanjang dan
kerusakan
terpendek kedua
pada kayu
bontos kayu serya
log dan
panjang kayu bulat.
mencegah
Pengukuran
keretakan
dilakukan dengan
pada kayu
cermat batang per
batang untuk
menghindari bias
dalam pengukuran.
4. Setiap batang kayu
bulat yang di ukur
harus diketahui
jenisnya
5. Jika terdapat catat
kayu (mata
buaya,bonggol,
patah runti, pecah
benang , lobang
gerek, lobang besar
Ø > 20 cm ) harus
dilakukan
pemotongan pada
bagian catat
tersebut sehingga
kwalitas batang
kayu menjadi baik,
dilakukan batang
perbatang untuk
mengetahui volume
setiap batang
6. Tempelkan karpet
jenis yang memuat
jenis
kayu,panjang,diame
ter rata-rata, nomor
petak dan nomor
urut batang pada
kedua bontos, dan
penempelan
barcode SIPUUH
7. Kumpulkan
potongan timber
marking warna
merah dari
penebangan/penyar
at untuk dilakukan
pendataan asal usul
kayu (lacak balak)
8. Lakukan
pendataan/pencatat
an semua kayu
yang telah diukur
ke dalam buku ukur
untuk dilakukan
proses LHP.
9. Paku S dipasang
pada bontos kayu
yang rentan pecah /
retak
10. Segera lakukan
pemasangan paku
S pada bontos kayu
yang baru
dilakukan
pemotongan
bontos di Tpn
11. Jumlah
Pemasangan paku
S disesuaikan
dengan komdisi
kayu bulat yang
mulai retak (3 s/d
10 pcs/bontos)
12. Lakukan
penambahan
pemasangan paku
S di Tpk antara
jika ada
pertambahan retak
kayu

7 Pengupasan Tpk 1. Hampar kayu bulat 1 Hari Pengupasa


kulit kayu antara / yang akan dikupas n kayu
Tpk dengan bertujuan
Hutan menggunakan log untuk
KM 21 loader menghind
2. Kupaslah kulit
ari
kayu dari batang
kerusakan
kayu sampai kulit
kayu dari
terkelupas
serangan
sempurna di
hama
seluruh bagian
penggerek
batang dengan
batang
menggunakan
sehingga
linggis yang sudah
kualitas
diasah tajam
kayu dapat
3. Jika terdapat
dipertahan
bagian kayu yang
kan.
tidak bisa dikupas
karena terjepit
mintalah bantuan
log loader untuk
membalik bagian
kayu yang belum
terkelupas
4. Susunlah kayu
yang sudah
terkelupas menurut
kelompok ( floater
& sinker ) pada
lokasi tpk hutan
5. Kumpulkan limbah
kulit kayu pada
lokasi ang sudah
ditentukan dan jika
diperlukan lakukan
pembakaran
terkendali untuk
mempercepat
proses pelapukan
6. Lakukan
pencatatan oleh
scaller kayu-kayu
yang sudah dikupas
berdasarkan hasil
masing-masing
tukang kupas untuk
dilakukan
perhitungan upah
8 Si-PUUH Pemb Kantor 1 Hari Memaham
Online uatan KM 16 i kegiatan
SKSH Si-PUUH
HK Online

9 Perakitan Pemb TPK 1 Hari Mengamat


uatan antara i dan
Rakit Batu memaham
Kapur i kegiatan
perakitan
10 Rehabilitasi 1. Menentukan lokasi 2 Hari Melakuka
lahan bekas penanaman n dan
camp pengayaan/rehabilitasi memaham
2. Tentukan titik i kegiatan
patok jalur tanam rehabilitas
menggunakan kayu i lahan,
keras dengan jarak bibit yang
tanam 3 × 3 m ditanam
(rehabilitasi) dan 5 × 5 untuk
(pengayaan) rehabilitas
3. Rintis dan i sekitar
bersihkan jalur tanam 108 bibit
menggunakan parang
sampai rata dengan
tanah, arah timur atau
barat atau utara
selatan
4. Pasang ajir sesuai
dengan jarak tanam
5. Buat lubang tanam
sesuai dengan jarak
tanam dengan dalam
30 cm dan lebar 30 cm
6. Tanam bibit dengan
berdiri tegak dan
tertanam sampai leher
akar
7. Lakukan
pemadatan dengan
cara menekan tanah
pengisi lobang tanam
secara hati-hati
menggunakan tumit
kaki sehingga tanah
padat dan mengikat
akar dengan kuat
8. Letakkan polybag
pada ujung ajir
9. Pasang papan nama
kegiatan setelah
kegiatan selesai
memuat : nama
perusahaan bidang,
kegiatan, luas, lokasi,
jenis tanaman
11 Pengambila 7 Hari Melakuka
n bibit n dan
memaham
i kegiatan
pengambil
an bibit,
jumlah
bibit yang
diambil
sekitar 2
karung
beras
ukuran
50kg per
hari
12 Pemeliharaa 1. Memilih lokasi 1 Hari Memaham
n Tanaman yang akan dilakukan i kegiatan
pemeliharaan tanaman pemelihar
2. Bersihkan tanaman aan
dari tumbuhan tanaman
pengganggu
3. Lakukan
pendangiran pada
seputar tanaman
4. Lakukan
penyulaman dengan
bibit yang sehat jika
terdapat tanaman yang
mati
5. Lakukan
penggantian ajir jika
lapuk atau hilang
6. Pasang papan nama
kegiatan setelah
kegiatan selesai
memuat : nama
perusahaan bidang,
kegiatan, luas, lokasi,
jenis tanaman
13 Kantong KM21 1 Pembuatan Petak 7 Hari Memaham
Satwa  Pastikan lokasi i cara
kerja sesuai dengak pengerjaan
peta kerja. serta cara
 Hitung jarak pengolaha
dipeta, dari titik ikat n data dari
ke posisi pal starting kegiatan
point lokasi kerja. kantong
 Tarik tali ukur satwa
sesuai jarak lapangan
dan arah koordinat
dari titik ikat ke posisi
batas petak sebagai
titk awal pwngukuran
batas.
 Pasang pal titik
starting point, beri
tanda petak dan titik
koordinat.
 Buat rintisan batas
sesuai arah koordinat
dipeta untuk
menentukan pal batas
selanjutnya di
lapangan.
 Tarik tali ukur
setiap kurang lebih 20
meter (PU/Petak
Ukur) dan beri tanda
kerpet PU disesuaikan
dengan kondisi
kelerengan lalu setiap
100 meter ditandai
sebagai jalur
pengamatan
disepanjang batas
petak. tandai pohon
dengan cat berwarna
merah untuk batas
petak.
 Pada setiap 100
meter dipasang karpet
untuk jalur
pengamatan.
 Lakukan langkah
5,6 dan 7 sesuai
panjang bats peta
kerja. Lakukan
pengukuran topografi,
perintisan dan
penandaan batas
dilapangan hingga
kembai ketitik awal
pengukuran atau
membentuk polygon
batas yang tertutup.
 Catat setiap arah
koordinat batas, jarak
ukur lapangan,
kelerengan dan
keterangan.
2 Pelakasanaan
Inventarisasi Flora
 Buat plot
pengamatan pada jalur
yang telah ditentukan
dengan jarak antar
plot adalah 100 meter,
ukuran plot 20 x 20
meter sub plot 10 x 10
meter, 5 x5x meter
dan 2 x 2 meter.
 Setiap plot
pengamatan diberi
karpet warna kuning.
 Lakukan
pengamatan pada
pohon dan
setiap[ pohon diberi
tanda timber marking
dengan informasi :
nama jenis (naman
daerah), nomor pohon,
tinggi pohon dan
diameter pohon.
 Lakukan
pengamatan pada
tingkat tiang lalu catat
nama jenis dan jumlah
keberadaannya dalam
plot ukur 10 x10
meter.
 Lakukan
pengamatan pada
tingkat pancang lalu
catat nama jenis dan
jumlah keberadaannya
dalam plot ukur 5 x 5
meter.
 Lakukan
pengamatan pada
tingkat anakan atau
semai lalu catat nama
jenis dan jumlah
keberadaannya dalam
plot ukur 2 x 2. meter.
3 Pelaksaan
inventarisasi fauna
 Lakukan
pengamatan dan
pencatatan pada plot
yang telah ditentukan
tentang prilaku, jejak,
sarang, kotoran, bau,
bekas makanan dan
suara. Pengamatan
dilakukan secara
langsung maupun
tidak langsung
menggunakan
tropong.
 Lakukan
identifikasi dan
dokumentasi terhadap
satwa berdasarkan
buku panduan
pengenalan jenis
satwa.
 Catat pada tally
sheet dengan memuat
nama fauna (nama
daerah), jumlah,
gender dan keterangan
lainnya.
 Buat papan nama :
nama seksi, nama
kegiatan, luas dan
lokasi.
14 Pengukuran Base 1 Pemasangan 1Hari Memaham
Intensitas camp Sei Penakar curah Hujan i cara
Curah Seleq PT.  Lokasi pengukuran pengerjaan
Hujan Gunung curah hujan harus serta cara
Gajah terletak dalam pengolaha
Abadi tangkapan air yang n data dari
diamati. kegiatan
 Pada peta kerja Pengukura
ditandai untuk lokasi n
terpilih. intensitas
 Pasang curah
Ombrometer/alat hujan
penakar curah hujan
pada lokasi yang telah
ditentukan.
 Pasang pagar
mengelilingi
ombrometer seluas 1,5
x 1,5 meter.
2 Pengukuran Curah
Hujan
 Lakukan
pemantauan dan
pengukuran sedikitnya
satu kali dalam sehari.
 Waktu pengukuran
dipagi hari.
 Cara pengukuran
dilakukan dengan
mengalirkan atau
menuangkan air hujan
yang tertampung
menggunakan gelas
ukur.
 Lakukan
pembacaan dengan
melihat tinggi
permukaan air dengan
skala yang tertulis
pada gelas ukur.
 Data yang
diperoleh dari hasil
pengukuran dicatat
pada tally sheet curah
hujan harian.
 Pastikan bahwa
pelaksanaan
pengukuran curah
hujan sudah dilakukan
dengan baik dan
benar.

3.2 Perencanaan Hutan


Perencanaan Hutan adalah kegiatan Unit Manajemen sebagai pedoman dan
arah yang menjamin Pengelolaan Hutan Lestari (PHL), meliputi kegiatan :
Penataan areal kerja (PAK), Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP),
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB), Pembuatan Trace jalan
Angkutan kayu (Road Survey) dalam rangka persiapan Pembukaan Wilayah
Hutan (PWH) dan termasuk pemeliharaan tata btas IUPHHK untuk pemantapan
kawasan areal kerja serta Rencana Karya dan Pengukuran dan Perpetaan
3.2.1 Penataan Areal Kerja (PAK)

Penataan areal Kerja (PAK) adalah kegiatan pembagian areal kerja menjadi
bagian-bagian areal kerja kegiatan pengusahaan hutan dalam jangka waktu 10
tahun (RKUPHHK), selanjutnya dibagi menjadi 10 blok Rencana Kerja Tahunan
UPHHK (RKTUPHHK) dengan batas blok adalah batas alam dan atau batas
buatan, blok RKTUPHHK dibagi menjadi petak-petak kerja yang berukuran
kurang lebih : 1000 x 1000 m (100 ha) dengan batas alam dan atau batas buatan.
Tujuan dari kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) ini adalah untuk mengatur
Blok dan petak kerja tahunan guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
pengawasan kegiatan pengelolaan hutan lestari. Penataan Areal Kerja (PAK) pada
blok kerja RKTUPHHK dilaksanakan 3 (tiga) tahun sebelum penebangan (ET-3)
dan pada Blok RKT 2021 dilaksanakan pada petak dengan total luasan sebesar
2.720 Ha (Hektar).
Pastikan lokasi blok/petak yang akan dilaksanakan kegiatan PAK sesuai
dengan peta RKU dengan skala 1:20.000 atau 1:50.000. Peta RKU yang telah
ditetapkan merupakan acuan bagi setiap kegiatan Penataan Areal Kerja.
Kegiatan Penataan Areal Kerja dimulai dengan penentuan titik ikat ukuran 12
cm x 12 cm tinggi 1,30 meter yang memuat: symbol perusahaan, tahun RKT dan
Titik Kordinat Pastikan Lokasi blok/petak yang akan dilakukan kegiatan PAK
sesuai peta RKU. Titik ikat atau awal biasanya dicirikan dengan lokasi yang
mudah ditemukan dilapangan dan sulit untuk dipindah/berubah letaknya seperti
sungai, anak sungai, pal batas HPH, sudut petak yang sudah ditentukan titik
koordinatnya sebagai starting point.
Pasang pal awal pengukuran sebagai Pal Starting Point yang memuat
informasi seperti : nomor petak/blok dan posisi koordinat. Gunakan cat warna
putih atau karpet kuning. Tentukan azimuth dan jarak ke titik selanjutnya menuju
arah temu gelang batas petak/blok sesuai di peta. Gunakan kompas, meteran,
clinometer dan tabel konversi jarak lapang - jarak datar.
Buat rintisan batas petak atau batas blok sesuai arah azimuth dipeta sampai
sudut petak. Batas blok dan batas petak hanya dibedakan dari lebar rintisan, lebar
rintisan untuk batas blok adalah 2 meter dan batas petak adalah 1 meter.
Kemudian lakukan pemasangan pal batas berikutnya. Lakukan pengukuran dan
pendataan jarak, azimuth, kelerengan dan informasi lainnya disepanjang batas
petak atau batas blok dan masukkan data kedalam blanko tally sheet.
Lakukan penandaan dengan cat merah pada batas petak dan cat biru pada
batas blok setiap jarak maksimal 5 meter. Pasang karpet kuning yang memuat
informasi jarak HM dan azimuth setiap jarak 200 meter pada rintis batas blok.
Untuk tanda batas rintisan blok dengan coretan garis berwarna biru dan untuk
tanda batas rintisan petak berwarna merah vertikal setinggi dada/setinggi mata
pada pohon disepanjang jalur rintisan setiap jarak maksimal 5 meter dan beri label
kuning yang memuat informasi jarak HM dan Azimuth pada rintis batas blok
setiap jarak 200 meter.
Lanjutkan kegiatan pengukuran, perintisan, dan penandaan batas di lapangan
sesuai panjang batas pada peta kerja hingga kembali ketitik awal pengukuran atau
membentuk poligon batas yang tertutup.
Setelah itu, hasil dari penataan hutan akan disusun register petak sebagai unit
pengelolaan hutan terkecil yang memuat identitas petak tersebut antara lain :
Nomor petak, Luas (Ha), Kondisi Fisik Tegakan (primer = Virgin Forest atau
bekas tebangan), input manajemen silvikultur yang telah dilakukan.
3.2.2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan merupakan kegiatan pencatatan,
pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal kerja tahunan untuk mengetahui
jenis, diameter, jumlah pohon inti dan pohon dilindungi serta jenis dan jumlah
volume pohon yang akan ditebang serta pencatatan terhadap hasil hutan bukan
kayu dan data lapangan lainnya. Tujuan dari kegiatan ITSP adalah untuk
memperoleh data potensi dan sebaran tegakan serta kondisi areal pada blok RKT
guna perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan lestari.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.20/PHPL-SET/2015 tentang Petunjuk Teknik Inventarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan dalam Hutan Produksi pada ITSP untuk RKT 2021 diwajibkan
menggunakan ID Barcode dengan tujuan memberi identitas tambahan pada
pohon. Penggunaan ID Barcode pada ITSP ini sekaligus dilakukan untuk
mempermudah kegiatan lacak balak dan legalitas kayu yang dipanen. Cara
memperoleh ID Barcode adalah dengan memesan ID Barcode berdasarkan rataan
potensi jumlah kayu pada RKT sebelumnya.
Yang dibutuhkan untuk mencetak ID Barcode adalah PC, printer, ribbon
carbon/tinta, kertas khusus barcode dan loglist kayu. Dalam penggunaan 1 rol
ribbon carbon/tinta dan 1 rol kertas kertas khusus barcode dapat mencetak ID
Barcode sebanyak 500 lembar.

Gambar 2. Barcode yang digunakan untuk ITSP

Pada saat pencetakan barcode untuk kegiatan ITSP, 1 nomor urut ID Barcode
dicetak sebanyak 2 kali. Karena 2 barcode tersebut 1 lembarnya akan ditempel
pada bontos, sedangkan 1 lembar yang lain akan ditempel pada tunggak saat
kegiatan pemanenan/skidding. Saat pencetakan, pada bagian belakang barcode
akan diberikan nomor sesuai urut ID Barcode yang terdapat di loglist kayu.
Sebelum pelaksanaan kegiatan ITSP pastikan lokasi blok/petak sudah sesuai
dengan peta RKU. Pertama, tentukan titik awal mulai cruising pada lokasi bagian
Selatan dan Barat petak. Lalu buat jarak antar jalur sepanjang 20 meter (jarak
datar) dari Barat ke Timur sampai ke batas petak. Perintisan jalur dengan lebar
rintis 1 meter pada setiap patok jalur yang telah terpasang.
Lakukan pengukuran topografi dan inventarisasi pohon pada masing-masing
Sta/PU pada setiap jalur. Pasang/tempel ID Barcode dan label plastik bernomor
dengan warna merah pada pohon yang akan ditebang, sedangkan untuk pohon
inti/dilindungi pasang label bernomor dengan warna kuning

Gambar 3. Pelebelan pohon

A B

Pelabelan Pohon Tebang

Pelabelan Pohon Inti/Dilindungi

Lalu, catat jenis flora dan fauna yang dilindungi/langka jika ditemukan pada saat
cruising sebagai keterangan tambahan.
Pada saat pelaksanaan ITSP dilakukan dengan cara 100% atau sensus untuk
mengetahui potensi tegakan yang ada. Alat yang digunakan untuk mengukur
diameter pohon adalah stick diameter, karena penggunaannya dianggap lebih teliti
dan praktis jika dibandingkan dengan phi-band.
Dilakukan pengukuran posisi X dan Y pohon dengan cara mengukur arah dan
jarak datar pohon untuk mengetahui sebaran pohon dan komposisi hutan.
Pengukuran sudut dilaksanakan agar mempermudah penempatan posisi pohon,
karena sebaran pohon ini dibutuhkan untuk dasar pembuatan peta sebaran pohon.
Setelah pelaksanaan kegiatan ITSP dan hasil ITSP x 0,56 maka diperoleh
hasil akhir berupa dokumen Laporan Hasil Cruising (LHC). Dokumen Laporan
Hasil Cruising ini menjadi data dasar untuk Annual Allowable Cut (AAC) atau
penentuan target tebang tahunan. Melalui data LHC akan dipisah/dipilah
berdasarkan jenis pohon, yaitu pohon tebang, pohon inti, dan pohon dilindungi.
Untuk data jenis pohon inti dan dilindungi akan digunakan oleh bidang
Pembinaan Hutan, sedangkan untuk data jenis pohon tebang akan dimasukkan
kedalam Laporan Target Tebang (LTT) yang nantinya akan digunakan oleh bidang
Produksi dan juga bidang Tata Usaha Kayu (TUK).
Untuk jatah tebangan tahunan rata-rata PT Gunung Gajah Abadi
berdasarkan SK. No. 469/Menhut-II/2012 (perpanjangan ijin) disebutkan bahwa
dalam pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK) harus diterapkan sistem silvikultur
TPTI.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.
P.9/VI/BPHA/2009, Tanggal 21 Agustus 2009, tentang Pedoman Pelaksanaan
Sistem Silvikultur dalam areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK-HA) ditetapkan perubahan rotasi tebangan menjadi 30 tahun disertai
dengan perubahan ukuran limit diameter tebangan, yaitu untuk areal hutan
produksi biasa (HP) ditetapkan limit diameter tebangan adalah > 40 cm.
Sedangkan untuk areal hutan produksi dengan fungsi sebagai Hutan Produksi
Terbatas (HPT) ditetapkan batas limit diameter tabangan adalah > 50 cm. Pada
periode tahun 2012-2021, perencanaan pengelolaan hutan untuk kegiatan
pemanenan dilaksanakan sebagian besar di Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Untuk prestasi kerja regu ITSP adalah 4 hektar per hari untuk satu regu,
sehingga dibutuhkan waktu selama 25 hari untuk luasan areal inventarisasi 100
Ha. Kegiatan ITSP dapat diselesaikan lebih cepat jika cuaca mendukung dan areal
topografi cukup datar. Namun apabila cuaca dalam posisi hujan dan areal cukup
lereng, maka penyelesaian kegiatan ITSP akan lebih dari 25 hari efektif kerja
untuk luasan areal 100 Ha.
Untuk luasan areal tiap petak pada RKT 2021 berkisar dari yang terkecil
dengan luas 1 hektar dan yang terbesar dengan luas areal petak mencapai 100
hektar

Tabel 16. Luasan tiap petak pada RKT 2021

No. Kode Petak Luasan petak


1. BC6 39
2. BC 9 7
3. BC 10 7
4. BD 6 84
5. BD 7 24
6. BD 8 5
7. BD 9 94
8. BD 10 95
9. BD 11 2
10. BE 6 100
11. BE 7 96
12. BE 8 94
13. BE 9 100
14. BE 10 100
15. BE 11 23
16. BF 5 95
17. BF 6 100
18. BF 7 100
19. BF 8 100
20. BF 9 100
21. BF 10 100
22. BF 11 37
23. BG 6 143
24. BG 7 100
25. BG 8 89
26. BG 9 26
27. BG 10 68
28. BG 11 86
29. BG 12 28
30. BH 6 89
31. BH 7 89
32. BH 8 22
33. BH 10 14
34. BH 11 100
35. BH 12 22
36. BI 7 85
37. BI 10 15
38. BI 11 98
39. BI 12 5
40. BJ 10 15
41. BJ 11 98
42. BJ 12 11
43. BK 10 1
44 BK 11 67
TOTAL 2.792 (Ha)
Dalam pelaksanaan kegiatan ITSP setiap 1 tim terdiri dari 7 orang, dan
berdasarkan tugasnya seperti yang dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 17. Pembagian tugas Tim ITSP

Pelaksana kegiatan Jumlah TUGAS


ITSP Anggota

Kepala Regu 1 Mencatat hasil dari Inventor berupa jenis


pohon, Diameter, tinggi, X dan Y pohon, Sta
dan ID Barcode

Perintis 1 Membersihkan dan membuka jalan areal kerja


untuk memudahkan kegiatan inventarisasi dan
pembuatan jalur

Compasman 1 Menentukan arah azimuth

Pengukur Jarak 1 Mengukur jarak dari titk 0 sampai 20 meter


untuk menentukan satu stasiun,begitu pula
pengukuran untuk Sta-sta berikutnya

Inventor 2 Menginventarisasi pohon dari pengenalan jenis


pohon, diameter pohon, tinggi pohon, dan
pemasangan id barcode pohon yang layak
ditebang

Juru Masak 1 Menyediakan makanan saat kegiatan ITSP

3.2.3 Pembuatan Trace Jalan


Pembuatan Trace Jalan dilaksanakan dua (dua) tahun sebelum penebangan
(Et-2) sesuai dengan Peraturan Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor :
P.9/VI/BPHA/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Dalam Areal
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menetapkan posisi trace
jalan yang layak untuk dibuat jalan angkutan kayu pada kegiatan Pengelolaan
Hutan Lestari (PHL). Perencanaan Trace Jalan ini sangat dibutuhkan untuk
praktik pembalakan dengan dampak rendah atau biasa disebut RIL. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pembuatan trace jalan tidak hanya memperhatikan
kontur, arah dan kondisi tanah, tetapi juga harus memperhatikan kerapatan potensi
tegakan.
Dalam pelaksanaan pembuatan trace jalan, pastikan lokasi blok/petak yang
akan dilaksanakan kegiatan Road Survey. Lalu cari posisi ujung jalan
(utama/cabang) pada lokasi batas blok/petak RKT tahun sebelumnya atau jalan
yang terdekat sebagai titik awal dimulainya pembuatan trace jalan. Lakukan
orientasi trase jalan sesuai yang direncanakan dengan melakukan perintisan
terlebih dahulu. Untuk standar kelerengan < 30 %.
Gunakan meteran, kompas, clinometer dan tabel konversi jarak lapang - jarak
datar. Setelah itu tarik tali ukur sesuai jarak lapangan dan arah Azimuth dari titik
pasti ke posisi batas petak/blok, sebagai titik ikat awal pengukuran trace jalan jika
trace jalan sudah dipastikan. Lakukan pengukuran dan beri tanda, kode, koordinat
awal trace jalan menggunakan cat warna merah tanda “+” di ketinggian 1,5 meter
di atas tanah pada pohon hidup. Identifikasi dan catat informasi trace jalan yang
memotong sungai, jurang, danau/embung, daerah rawa, bukit batu, dan kantong
satwa kedalam Blanko Tally sheet Trace Jalan.
Inventarisasi tegakan pohon yang terkena jalur trace jalan dan catat pada
Blanko Tally sheet Cruising . Data yang dicatat adalah jumlah pohon layak
tebang, pohon inti dan pohon dilindungi. Setelah itu buatlah sketsa atau
penggambaran sementara hasil pembuatan Trace Jalan dengan menggunakan
kertas milimeter blok dan busur derajat. Laksanakan langkah-langkah pembuatan
trace jalan sesuai panjang yang telah direncanakan secara berulang sampai
kebutuhan jalan pada blok kerja dianggap cukup.

3.2.4 Pembuatan dan Pemasangan Pal KM dan Rambu Jalan


Pembuatan dan Pemasangan pal KM dan rambu jalan dilakukan setelah
kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH). Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini
adalah untuk memenuhi pengadaan dan pemasangan papan kegiatan Pal KM dan
papan rambu jalan dalam menunjang operasional pengelolaan hutan lestari.
Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan inventarisasi kegiatan yang akan
dilakukan pemasangan papan kegiatannya. Tentukan bentuk gambar, simbol, atau
pemakaian kata/kalimat yang singkat dan informatif. Inventarisasi bahan apa saja
yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan lakukan permintaan bahan ke
bagian umum.
Lakukan pengetaman bahan dan pengecatan yang dibedakan :
1. Papan kegiatan : warna biru untuk papan tulisan dan cat putih bergambar.
2. Papan rambu bergambar : dicat dengan warna kuning dan papan penunjuk
arah, “kiri” dicat kuning dan “kanan” dicat biru.
3. Pal km : cat warna kuning dan pada 20 cm bagian atas dicat putih kombinasi
biru.
Setelah itu siapkan tulisan “mal” kegiatan untuk penulisan dan penggambaran
pada papan yang telah dicat warna biru, putih atau kuning sebagai warna dasar.
Untuk ukuran huruf, angka dan gambar disesuaikan dengan ukuran papan
kegiatan. Lakukan pemahatan simbol perusahaan dan titik koordinat untuk pal
KM, titik ikat atau rambu yang memerlukan ketahanan tulisan cukup lama.
Lakukan peneraan pada papan kegiatan/pal dengan bantuan “mal” yang telah
dibuat/dipahat dengan menggunakan spon atau kuas. Lalu laksanakan pemasangan
papan kegiatan, pal KM, titik ikat, rambu yang telah selesai dibuat pada tempat
yang ditentukan.

Gambar 4. Contoh papan petunjuk arah


A B

3.2.5 Pemeliharaan Tata Batas


Pemeliharaan Tata Batas IUPHHK adalah kegiatan pemeliharaan tata batas
IUPHHK meliputi kegiatan pembersihan batas, pemeliharaan pal batas. Kegiatan
ini dilakukan dalam rangka menjaga tata batas kawasan hutan yang diberikan izin
oleh pemerintah kepada Unit Manajemen yang meliputi kegiatan pemeliharaan,
perbaikan, pengadaan pal batas, pembersihan sekat tata batas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Kegiatan pemeliharaan tata batas bertujuan untuk memelihara tata batas yang
telah dibuat agar tetap terpelihara dan jelas.
Pastikan lokasi batas HPH yang akan dilakukan pemeliharaan tata batas. Peta
yang digunakan dengan skala 1:50.000. Tentukan titik tata batas yang akan
dijadikan posisi awal kerja. Lakukan perintisan, penandaan dengan cat warna
merah sepanjang batas yang dipelihara dengan jarak maksimal penandaan 5 meter
pada pohon hidup.
Setelah itu, lakukan pengukuran jarak, azimuth, kelerengan pada batas yang
sudah dirintis sebagai bahan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan sebelumnya.
Masukkan data yang diukur kedalam blanko Tally sheet pemeliharaan tata batas.
Lakukan pemasangan/penyulaman pal paralon yang hilang/rusak, jarak antar pal
adalah 2 HM. Kerjakan langkah-langkah tersebut secara berulang menuju titik tata
batas yang ditentukan . jika jarak tempuh dianggap jauh, dapat dilakukan pindah
pondok. Untuk standar prestasi kerja adalah 0,15 KM/HOK.

Gambar 5. Pal Batas PT. Gunung Gajah Abadi

3.2.6 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala adalah kegiatan survey potensi


untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara
berkala sebagai bahan dasar dalam penyusunan dan pembuatan RKUPHHK 10
(sepuluh) tahunan. Tujuan dari kegiatan IHMB untuk mendapatkan informasi
potensi tegakan, sebaran potensi, kondisi tapak (kelerengan, jenis tanah, tumbuhan
bawah), flora/fauna pada seluruh areal kerja.
Pastikan jumlah plot IHMB yang akan dilaksanakan di lapangan kurang lebih
ada 740 plot. Pasang pal titik ikat IHMB yang terbuat dari kayu keras di lapangan
sesuai yang telah ditentukan di peta. Tentukan titik starting point sebaga titik/plot
awal kerja di Peta skala 1:50.000, buatlah gundukan tanah setinggi 50 cm.
Lakukan perintisan dengan lebar rintis 1 meter, penandaan dan pengukuran dari
titik ikat menuju starting point.
Bust plot inventarisasi IHMB dengan ukuran plot 20 m x 125 m dengan arah
Utara - Selatan. Lakukan pemasangan label yang terbuat dari bahan aluminium
sebagai identitas plot pada posisi sudut kiri bawah plot. Buat sub plot inventarisasi
IHMB untuk mendapatkan data vegetasi tingkat anakan, pancang, pohon kecil,
pohon besar dan kondisi umum lainnya. Ukuran masing-masing plot :

1. Jari-jari lingkaran plot vegetasi tingkat Anakan-Pancang = 2,82 m


2. Plot vegetasi tingkat tiang = 10 m x 10 m
3. Plot vegetasi tingkat pohon kecil = 20 m x 20 m
4. Plot vegetasi tingkat pohon besar = 20 m x 125 m
Lakukan tes tekstur tanah, kelerengan, ketinggian tempat dan kondisi umum
lainnya pada plot IHMB. Lalu lakukan inventarisasi vegetasi tingkat pancang
ukuran ketinggian diatas 1,5 m - Ø < 10 Cm. Inventarisasi vegetasi tingkat tiang
ukuran Ø 10 Cm - 20 Cm. Inventarisasi vegetasi tingkat pohon kecil ukuran Ø 20
Cm - 35 Cm. Lakukan inventarisasi vegetasi pohon besar ukuran Ø > 35 Cm.
Selanjutnya lakukan perintisan dan penandaan ke plot berikutnya. Jarak antar
plot 900 m arah Timur - Barat dan jarak antar jalur 1 Km arah Utara - Selatan.
Lakukan langkah 7 s/d 14 secara berulang untuk plot berikutnya. Jika plot IHMB
sudah dianggap jauh dapat dilakukan pindah pondok.

3.2.7 Pemetaan
Pemetaan merupakan proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran permukaan bumi (terminology geodesi) dengan menggunakan
cara dan atau metode tertentu untuk mendapatkan hasil berupa softcopy
maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
Tujuan Perpetaan dalam kegiatan perencanaan adalah sebagai panduan
atau informasi tentang : Penyebaran Pohon , Serta Kondisi lapangan seperti :
 Jaringan Sungai
 Daerah Berbatu
 Rawa
 Rencana Jalan Sarad
 Rencana TPN, dan lain sebagainya
Contoh Peta yang dibuat dalam kegiatan Pemetaan
1. Peta Realisasi Penebangan RKT 2018
2. Peta Blok Tebangan RKT 2021

3. Peta Realisasi Jalan Angkutan


3.3 Produksi

Bidang produksi di PT Gunung Gajah Abadi merupakan bidang yang


melaksanakan kegiatan pemanenan hasil hutan berupa kayu bulat atau bisa di
sebut log. Bidang produksi memiliki peranan vital bagi PT Gunung Gajah Abadi
dimana bidang produksi ujung tombak kelola ekonomi. Bidang produksi dipimpin
oleh Bapak Surang Alung selaku kepala bidang dan dibantu oleh beberapa seksi.
Sebelum melakukan kegiatan produksi (pemanenan ) terlebih dahulu melakukan
perencanaan pengelolaan hutan dimana bagian terpentingnya adalah pengaturan
hasil (yield regulation ) atau perhitungan besarnya etat tebangan.

Secara fisiografis 10 % areal IUPHHK PT Gunung Gajah Abadi terdiri dari


kelerengan ¿ 40 % dan dari 60 % memiliki kelas kelerengan agak curam
sampai curam, oleh karenanya rotasi yang ke-2 kegiatan pemanenan tetap
menggunakan sistem mekanis (mechanized logging) dengan menggunakan
prinsip-prinsip ramah lingkungan (Reduced Impact Logging = RIL).
Sejak awal kegiatan pengelolaan suberdaya hutan yang dilakukan oleh PT
Gunung Gajah Abadi, memperdayakan masyarakat lokal menjadi prioritas utama
sebagai pelaksana lapangan dalam berbagai segmen kegiatan pengelolaan
termasuk pemanenan. Kegiatan produksi meliputi kegiatan Pembukaan Wilayah
Hutan (PWH), Penebangan (Cutting), Penyaradan (Skidding), Pengangkutan
(Hauling) dan Pemeliharaan Alat.

3.3.1 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

Pembukaan Wilayah Hutan atau PWH adalah kegiatan prasarana produksi


kayu, Pembinaan hutan, Perlindungan Hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana
kerja , dan komunikasi antara pusat kegiatan. PWH yang dilaksanakan di PT.
Gunung Gajah Abadi diwujudkan dalam bentuk pembangunan/penyediaan
jaringan angkutan, barak kerja, tempat penimbunan kayu dan lain sebagainya.
dimana dalam pembangunannya secara fisik dilapangan dapat berupa pembuatan
fasilitas baru dan rehabilitasi fasilitas yang sudah ada. Hal ini dikarenakan rencana
pemanenan dalam periode waktu 2013-2022 merupakan bagian dari kegiatan
pemanfaatan hasil hutan kayu di areal kerja bekas tebangan rotasi pertama.
Sebagai referensi dalam penyusunan rencana PWH untuk kegiatan pemanenan 10
tahun (2013-2022) maka realisasi pembangunan PWH periode sebelumnya
digunakan untuk mencapai standar intensitas PWH. Intensitas PWH yang
terwujud pada rotasi I di PT. Gunung Gajah Abadi selama kurun waktu 10 tahun
hanya 13,77 m/ha yang berarti belum mencapai standar intensitas optimal yaitu
15-20 m/ha
Tingkat aksebilitas areal kerja yang di indikasikan oleh besar kecilnya nilai
intenstas PWH tidak hanya berkaitan dengan kegiatan pembalakan
(produksi=logging), tetapi berkaitan pula dengan kegiatan-kegiatan pengelolaan
hutan yang lain, antara lain : kegiatan pembinaan hutan yang harus dilakukan
setiap tahun, kegiatan perlindungan hutan dari berbagai kemungkinan gangguan
baik secara alami (kebakaran hutan) maupun yang non alami (kegiatan manusia).
Didalam PWH juga terdapat kegiatan pembuatan jalan sarad dan TPN yang
merupakan kegiatan pembersihan pohon dan semak yang akan menghalagi jalur
jalan atau lokasi TPN. Jalan sarad juga merupakan prasarana pelintasan kayu hasil
tebangan yang sifatnya tidak permanen, sehingga jalan sarad dibuat sederhana
mungkin akan tetapi memadai untuk dipergunakan sebagai fasilitas keluarnya
kayu hasil tebangan hingga berakhirnya kegiatan tebangan pada petak tersebut.
Jalan sarad dan TPN dibuat berdasarkan perencanaan di atas peta dan mematuhi
atau mengikuti tanda-tanda yang diberikan dilapangan.Kegiatan dalam PWH
diantaranya adalah pembuatan jalan angkutan, pembuatan jembatan, pembuatan
gorong-gorong, dan tebang matahari.

Realisasi Kegiatan :

3.3.1.1 Pembuatan Gorong-gorong

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : Rabu, 07 Agustus 2019

Lokasi : Blok RKT 2019

B. Tujuan

Melancarkan drainase pada jalan angkutan

C. Alat dan Bahan

Alat : Buldozer, Excavator,Chainsaw, Parang, Meteran, APD

Bahan : BBM, Pelumas, Kayu Keras

D. Pelaksanaan

1.) Ikuti petunjuk Kasi PWH

2.) Periksa badan jalan yang akan dibuat gorong-gorong

3.) Perhatikan arah pembuangan air/parit


4.) Tentukan titik yang paling rendah dari titik terendah bagian badan jalan
dimana air mengalir di parit dari dua arah berlawanan

5.) Lakukan penggalian badan jalan dengan kedalaman 1-2 meter untuk
membuat gorong-gorong

6.) Lakukan penebangan kayu berlubang usahakan ambil kayu dengan diameter
80-100 cm

7.) Lakukan penarikan kayu yang sudah ditebang ke lokasi gorong-gorong

8.) Lakukan pemasangan kayu gorong-gorong pada lokasi yang sudah digali
dengan kemiringan 20-30%

9.) Jika sudah selesai lakukan penutupan kembali badan jalan yang digali rata
sesuai badan jalan

10.) Lakukan up grade jalan

E. Hasil

Gambar 5. kegiatan pembuatan gorong-gorong


3.3.2 Penebangan (Cutting)

Penebangan adalah pemanfaatan secara optimal dari blok tebangan yang


telah direncanakan dan telah disahkan oleh pohon-pohon yang berdiameter sama
atau lebih dari diameter yang telah ditentukan dengan meminimalkan kerusakan
tegakan tinggal

Realisasi kegiatan

3.3.2.1 Kegiatan Penebangan

A.) Waktu dan lokasi

Waktu : Selasa, 6 Agustus 2019

Lokasi : Blok RKT 2019

B.) Tujuan

Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku yang


diperlukan industri perkayuan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik.

C.) Alat dan bahan


Alat : Peta penyebaran pohon, Chainsaw, Rantai/bar, Tools/kunci,
Parang, Gunstucker

Bahan : BBM, Pelumas rantai

D.) Pelaksanaan

1) Penebaangan dilakukan mengikuti petunjuk kepala seksi penebangan dan


penyaradan.
2) Melakukan pemeriksaan petak tebangan dengan pengawas penebangan
untuk mengetahui batas-batas petak dan letak pohon produksi.
3) Memperhatikan tanda label pohon yang dapat diproduksi.
4) Sebelum melakukan penebangan oprator chainsaw harus memperhatikan
kondisi pohon yang akan ditebang (pohon sehat/bebas cacat).
5) Melakukan penyelamatan pohon yang dilindungi, pohon inti dan pohon
sebaran anakan yang banyak.
6) Menghindari arah rebah pohon yang dapat merusak batang pohon (jurang,
sungai, daerah berbatu) dan posisi pohon yang akan ditebang harus
diperhatikan.
7) Membuat rintisan arah penyelamatan oprator chainsaw dan helper (harus
belawanan dengan arah rebah.
8) Membuat takik rebah (1/3 dari diameter pohon), takik balas 1/4- 1/2
diameter pohon) daan melakukan penebangan dengan hati-hati.
9) Label barcode yang ada dipohon ditempelkan pada bontos kayu yang
ditebang, dan bagian lainnya ditempelkan pada tunggul pohon dan dibawa
pulang sebagai pelaporan untuk pembuatan administrasi.
10) Melakukan pemotongan bebas cabang dan bebas banir, dan melakukan
pemotongan menjadi dua bagian apa bila diperkirakan kayu tidak dapat
disarad oleh traktor.

E.) Hasil

Secara oprasional lapangan, setiap regu penebang terdiri dari 2 penebang


(chainsawman) dan pembantu (helper).Untuk intensifikasi dan efisiensi
pelaksanaan pemanenan, maka perlu dilakukan pengawasan yang dikerjakan blok
inspektor yang bertugas mengadakan pengecekan (pemeriksaan) disetiap petak-
sub petak yang telah ditetapkan.
Teknik penebangan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan
penebangan yang dilakukan.Teknik penebangan berkaitan dengan penentuan arah
rebah pohon di upayakan mengarah kejalan sarad dengan maksud
mempermudahkan penyaradan dan mengurangi dampak kerusakan pada tegakan
tinggal. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah pohon, antara
lain :
1. Kondisi pohon : Pohon yang dimaksud disini ialah posisi pohon, bentuk
tajuk, keberadaan banir, dan kesehatan pohon, (yang terdapat cacat yang
mempengaruhi rebahnya pohon).
2. Kondisi lapangan sekitar pohon : Kondisi lapangan ini meliputi keadaan
topografi, keadaan vegetasi, termasuk keadaan tumbuhan bawah seperti liana.
3. Keadaan cuaca saat penebangan : Apabila hujan turun dan angin kencang,
maka semua kegiatan harus dihentikan
Selain arah rebah pohon, pembuatan takik rebah dan takik balas juga
mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan penebangan. Sebelum takik rebah
dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyai banir perlu dilakukan pemotongan
(pengepresan) yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati
diameter batang kayu, secara umum urutan pembuatan takik rebah dan takik balas
adalah sebagai berikut:
1. Membuat takik rebah
Takik rebah terdiri dari dua bagian utama, yaitu alas takik dan atap takik.
Alas dibuat terlebih dahulu dengan kedalaman berkisar antara 1/5-1/3 diameter
pohon (dbh). Setelah membuat alas takik, selanjutnya membuat atap takik
dengan sudut 45 dari alas takik, hasilnya berupa potongan yang disebut dengan
mulut takik.
2. Membuat takik balas
Tinggi takik balas diperkirakan 1/10 diameter pohon dari garis terpanjang
alas takik. Takik balas dibuat dengan cara memotong secara horizontal pada
ketinggian di atas sampai kayu engsel.
3. Kayu engsel

Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah,
kayu ini lebarnya kurang dari 1/10 diameter.Fungsi dari kayu engsel adalah
sebagai kemudahan dalam mengarahkan rebahnya pohon.
Gambar 6. Proses Penebangan

3.3.3 Penyaradan (Skidding)

Penyaradan merupakan penarikan kayu dari petak tebang ke tempat


pengumpulan kayu (TPn) ditepi jalan angkutan kayu, dengan memindahkan hasil
tebangan berupa kayu yang sudah mengalami pembersihan tingkat pertama (di
daerah penebangan), melalui jalan sarad dengan menerapkan kaidah ramah
lingkungan (Reduced Impact Logging = RIL). Beberapa aspek perubahan bentang
alam, kerusakan vegetasi, kebisingan, polusi udara (asap traktor) pemadatan
tanah.

Realisasi kegiatan

3.3.3.1 Kegiatan Penyaradan

A.) Waktu dan lokasi

Waktu : Jum’at, 2 Agustus 2019

Lokasi : Blok RKT 2019

B.) Tujuan

Menarik kayu dari petak tebang ke tempat pengumpulan kayu (TPn) ditepi
jalan angkutan kayu

C.) Alat dan bahan


Alat : Peta kerja, bulldozer, parang, APD

Bahan : BBM, pelumas, sleng dan hock

D.) Pelaksanaan

1) Penyaradan dilakukan dengan petunjuk kasi penyaradan.


2) Sebelum unit beroprasi, terlebih dahulu melakukan pemeriksaan terhadap
masing-masing unit seperti oli mesin, rem hidrolik, air radiator dan oli
tranmisi.
3) Melakukan survey ulang rencana jalan sarad yang akan dibuat,
4) Tofografi dan bentuk medan yang akan dijadikan sarad harus diperhatikan.
5) Dampak yang ditimbulkan dampak yang ditimbulkan seperti kerusakan
pada pohon yang dilindungi, pohon inti, dan anakan pada saat pembuatan
jalan sarad pembuatan harus meminimalisir seoptimal mungkin.
6) Pembuatan jalan sarad pada trace yang sudah ditentukan searah lurus
dengan TPn.
7) Minimalisir monuves traktor, pembongkaran tanah, merobohkan pohon
/menimbun tanah yang tidak diperlukan.
8) Melakukan penyaradan batang pohon dengan posisi traktor searah batang
yang akan disarad.
9) Pada saat menyarad batang pohon, diupayakan tidak menabrak dan
merobohkan pohon sekitar jalan sarad.
10) Jika kayu yang akan disarad diluar kemampuan daya tarik traktor, perintah
kepada oprator chainsaw untuk melakukan pembagian batang pohon.
11) Hindari menyarad pohon yang belum dilakukan pemotongan bebas cabang
dan banir.
12) Melakukan penyaradan dengan hati-hati dan juga keselamatan.
13) Cabut dan serahkan label timber cruising pada bontos kayu kepada sceller
setelah sampai TPn.
14) Melaporkan hasil penyaradan, keterbukaan areal penebangan atau
pembuatan jalan sarad kepada kasi penyaradan. Pada saat penyaradan
upayakan posisi pisau traktor dengan tegakan sisa yang ada dikiri kanan
jalan sarad.
E. Hasil

Secara operasional di lapangan, setiap regu penyarad terdiri dari 2 orang


yaitu operator traktor dan helper yang bertugas untuk memasang dan menarik
slang untuk mengikat kayu. Untuk intensifikasi dan efisiensi pelaksanaan
pemanenan, maka perlu dilakukan pengawasan yang dilakukan orang pengawas
penebangan (blok inspektor) yang bertugas mengadakan pengecekan
(pemeriksaan) di setiap petak-sub petak yang telah ditetapkan.

Sebelum melakukan kegiatan penyaradan terlebih dahulu dipersiapkan alat


kelengkapan kerja yaitu berupa alat dan bahan yang akan digunakan.
Alat kelengkapan kerja meliputi:

Tabel 8. Alat dan Perlengkapan kerja kegiatan penyaradan


Alat Bahan APD (safety)

Petak kerja (skala BBM solar Helm pengaman


1:20.000

Traktor Pelumas Sepatu kerja

Parang Rompi scotlight

Sarung tangan

Penyaradan yang dilakukan di PT. Gunung Gajah Abadi dilakukan


menggunakan traktor yang diawali dengan pembuatan jalan sarad, berdasarkan
ritisan yang dibuat oleh tim pembuatan trace jalan. Operator traktor sarad
melaksanakan penyaradan berdasarkan hasil laporan oprator tebang. Untuk
menghindari kerusakan lingkungan, penggunaan traktor dibatasi pada daerah yang
mempunyai kelerengan lebih dari 30% walapun secara teknis traktor masih
mampu bekerja pada kemiringan sampai 40%.

Penyaradan kayu menggunakan traktor sangat cocok untuk tebang pilih,


hanya saja gangguan terhadap tanah cukup besar, untuk itu jenis traktor yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi kegiatan. Satu regu
penyaradan menggunakan traktor biasanya terdiri dari 2-3 orang. Penyaradan
menggunakan traktor dapat menyarad 10-15 log kayu per hari jika medan dan
cuaca mendukung. Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu
dilengkapi dengan winch/slang di belakang yaitu alat yang berfungsi menarik
kayu dengan cara menggulung kawat baja diikatkan pada kayu.Merk traktor yang
digunakan PT Gunung Gajah Abadi adalah caterpillar dan komatsu

Gambar 7. Proses Penyaradan

3.3.4 Pengangkutan (Hauling)

Pengangkutan (hauling) merupakan kegiatan pemindahan kayu dari TPn ke


TPK. Ada tiga tahapan dalam kegiatan pengangkutan yaitu:
1) Muat, merupakan kegiatan memuat dan menyusun sedemikian rupa atas
logging truck sehingga dapat diangkut ketempat tujuan.
2) Angkut, merupakan kegiatan pergerakan hasil hutan kayu yang telah
dimuat dengan menggunakan logging truck.
3) Bongkar, merupakan kegiatan membongkar kayu dari atas logging truck
dari hasil pengangkutan untuk disusun kembali pada areal yang telah yang
telah di tentukan.

Realisasi kegiatan

3.3.4.1 Kegiatan Hauling

A. Waktu dan Lokasi


Waktu : Jum’at, 7 Agustus 2019

Lokasi : Blok RKT 2019

B. Tujuan

Memindahkan kayu dari TPn ke TPK

C. Alat dan bahan

Alat : Logging truck, log loader, mobil pengawas, perbengkelan, APD

Bahan : BBM solar, pelumas, ban serep, tolls

D. Pelaksanaan

1. Pengangkutan dilakukan dengan mengikuti petunjuk dari kepala seksi


pengangkutan.
2. Sebelum unit beroprasi periksa kondisi masing-masing unit (logging dan
log loader).
3. Sebelum melakukan pengangkutan kepala seksi hauling melakukan
pemeriksaan jalan angkutan dan lokasi TPn hutan.
4. Oprator log loader melakukan pemeriksaan pada lokasi TPn hutan untuk
menentukan lokasi muatan.
5. Oprator log loader menurunkan sambungan pada unit unit trailer truck.
6. Melakukan pengangkutan sesuai dengan kapasitas logging truck.
7. Melakukan pengangkutan kayu oleh oprator logging truck dengan hati-
hati.
8. Melakukan parkir logging truck pada lokasi yang telah ditentukan pada
saat akan dilakukan pembongkaran kayu.
9. Melakukan pembongkaran kayu dari atas logging truck dan melakukan
penyusunan pada lokasi penumpukan kayu yang sudah ditentukan
10. Menaikan kembali sambungan trailer keatas logging truck.
E.) Hasil
Alat pengangkutan yang digunakan ialah truck logging dengan jenis Volvo
dan Nissan, dengan muatan 80 m3 untuk jenis Volvo sedangkan untuk jenis
Nissan70 m3, truck logging dapat memuat 5-8 log kayu dari TPK hutan sedangkan
dari antara TPK 21 ke TPK Batu Kapur dapat memuat 10-12 log kayu.
Hal ini dipengaruhi medan jalan dari TPn hutan ke TPK akhir sudah lebih
baik dikarenakan jalan sudah keras dan berbatu. Dokumen yang menjadi
pegangan supir hauling adalah Daftar Kayu Bulat (DKB) dan SKSHHK kayu
bulat yang dibuat oleh petugas penerbit. Masa berlaku maksimal 12 hari sesuai
dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu (SKSHHK).

3.3.5 Pemeliharaan Alat

Pemeliharaan alat adalah melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan


peralatan/unit yang digunakan dalam mengelola hutan di PT. Gunung Gajah Abadi
yang semua pekerjaannya dilakukan di bengkel dan lokasi yang sudah ditentukan.
Tujuan dari pemeliharaan alat yaitu untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang
tidak diinginkan karena biaya untuk memperbaiki kerusakan tersebut
mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit dan proses perbaikannya memakai
waktu yang lama. Unit workshop ini memiliki 23 anggota termasuk pekerja
mekanis.
Adapun kegiatan seksi pemeliharaan alat dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Profentive: yaitu kegiatan perawatan / pemeliharaan terhadap semua
maintenance unit secara rutin yang telah ditentukan dalam suatu program
service.
2. Refentive: yaitu kegiatan perbaikan terhadap semua unit apabila
maintenance (component) terjadi kerusakan.
Aspek-aspek kerja yang termasuk perbaikan dalam seksi pemeliharaan alat ini
adalah sebagai berikut:

1. Gudang : meliputi semua pengadaan barang / spare parts dan pengadaan


bahan bakar (bensin, solar, oli, minyak tanah dan material)
2. Administrasi: meliputi pencatatan permintaan penggunaan barang dan
bahan, pelaporan semua kegiatan dalam pemeliharaan alat, serta
pengajuan barang dan bahan yang dibutuhkan.
3. Perbaikan/Bengkel: meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan semua unit yang digunakan dalam areal kerja PT Gunung
Gajah Abadi.
Tabel 9. PT. Gunung Gajah Abadi memiliki beberapa jenis alat berat seperti :
Jumla
No Nama Alat Model Unit Fungsi
h

Bulldozer D85E_SS_2 2

1. Road Construction
Excavator PC 200_8MO 1

Motor Grader GD510R_1 2


2.
Dump Truck TZA520KDN 1 Road Maintenance

Bulldozer
3. D85E_SS_2 6
Skidding

TZA52_ZHN 1

TZA520.PPN 3

4. Logging Truck FM12/420 1 Hauling

FM13/440 1

FM10/440 1

CAT.966F_2 3
5. Whell Loader
CAT.966H 1 Loading/Unloading

Untuk suplai bahan bakar yaitu sekali suplai 8 unit yaitu 80.000 liter dan
kadang - kadang pemakaian tidak sampai satu bulan. Tangki bahan bakar tersedia
di lokasi workshop yaitu ada 5 tangki dan pada saat pengisian bahan bakar atau
pemakaian pelumas yang kurang hati-hati dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila tercecer ke tanah, oleh karena itu workshop memiki lokasi
yang tanahnya sudah disemen agar kedap air dan memiliki saluran yang nantinya
akan membawa limbah tersebut ke oil trap (pemisah anatara limbah oli dan air).
3.4 Tata Usaha Kayu

Tata usaha kayu di ketuai oleh Parningotan T. TUK merupakan tata usaha
pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan dari
perencanaan produksi, eksploitasi, pengelolaan dan peredaran kayu.Administrasi
kayu TUK merupakan bagian dari kegiatan penatausahaan hasil hutan olahan.
Peraturan mengenai Tata Usaha Kayu diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan
No. 55/Menhut-II/2006 Jo P.63/Menhut-II/2006 ; P.8/ Menhut-II/2009;
P.45/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan
Negara pasal 59 disebutkan bahwa terhadap pemegang IUPHHK yang
mengimplementasikan SI-PUHH online, diberikan kewenangan penerbitan
dokumen SKHHK secara self Assessment oleh petugas penerbit SKHHK setelah
terhadap seluruh kayu yang akan diangkut dilunasi PSDH dan DR-nya.

Sejak tahun 2013, administrasi Tata Usaha Kayu di PT Gunung Gajah Abadi
dilaksanakan dengan sistem databse secara online menggunakan aplikasi SI-
PUHH (Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan).Administrasi Tata Usaha
Kayu menggunakan sistem database online dirasakan tidak sulit dan sistemina
dianggap sudah cukup bagus dan teratur. Pada kegiatan pengelolaan hutan oleh PT
Gunung Gajah Abadi terdapat bebrerapa dokumen yang diperlukan untuk
melengkapi administrasi pada kegiatan penatausahaan hasil hutan. Berikut skema
kegiatan pengangkutan

Gambar 8 : Skema PUHH

3.4.1 Laporan Hasil Cruising (LHC)


Laporan hasil pengolahan data kegiatan Inentarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan (ITSP) yang berisi informasi nomor pohon, nama jenis, diameter,
tinggi bebas cabang dan taksiran volume kayu.

3.4.2 Laporan Transaksi Tebang (LTT)

Laporan yang memuat data pohon-pohon yang akan ditebang (diameter


>50 cm) berdasarkan Laporan Hasil Cruising yang nantinya akan
dipergunakan oleh regu penebang dan scaler.

3.4.3 Buku Ukur (BU)

Buku ukur (BU) adalah catatan harian hasil pengukuran kayu bulat hasil
tebangan di TPn yang berisi informasi nomor batang, jenis kayu, diameter
(pangkal, ujung, dan rata-rata), panjang, volume dan keterangan (catat batang
misalnya gerowong), busuk hati, dan hati rusak

Gambar 9. Contoh Buku ukur

3.4.4 Laporan Hasil Produksi (LHP)

Laporan yang memuat hasil penebangan kayu bulat yang berasal dari petak
tebang atau pembuatan jalan, berisi informasi-informasi nomor batang, jenis kayu,
diameter (pangkal, ujung, dan rata-rata), panjang, volume dan keterangan (cacat
batang misalnya gerowong), Laporan Hasil Penebangan dibuat rekapitulasinya
dua kali dalam satu bulan yaitu pada setiap pertengahan bulan dan akhir bulan
berdasarkan yang dilakukan di TPn yang berada dilokasi dengan memasukkan
data dari Buku Ukur. Laporan Hasil Penebangan dibuat oleh ketua seksi TUK dan
disahkan oleh P2LHP.

3.4.5 Surat Keterangan Sah Hasil Hutan Kayu (SKSHHK).

Setiap dokumen pengangkutan penguasaan atau pemilikan hasil hutan kayu


wajib dilengkapi bersama-sama dengan dokumen angkutan Surat Keterangan Sah
Hasil Hutan Kayu (SKSHHK). Dokumen SKSHHK hanya berlaku untuk 1 kali
pengangkutan dengan 1 tujuan .Pengirim,pengangkut dan penerima bertanggung
jawab atas kebenaran dokumen angkutan maupun fisik kayu yang
dikirim,diangkut atau diterima (Pasal 10 PerMenLHK No.43/Menlhk-
Sekjen/2015). Berikut Prosedur dalam pembuatan Dokumen Kayu Bulat
(SKSHHK) dari TPK hutan KM21 ke TPK antara Logpond Batu Kapur :
1. Buat Header menggunakan aplikasi pengangkutan lalu simpan.
2. Barcode di scan di logging pada saat pemuatan
3. Setelah discan dalam satu logging data tersebut di verifikasi dan data
tersebut diuanggah ke aplikasi SIPPUH pengangkutan.
4. Setelah data tersebut di verifikasi lalu pengisian detail nama penerbit data
detail dan masa berlaku 1 hari dilakukan.

Gambar 10 Contoh Lembaran SKSHHK

3.4.6 SI-PUHH Online


Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan Online (SI-PUHH
Online) adalah serangkaian Perangkat dan prosedur elektronik yang fungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengelolah, menganalisis, pencatatan
identipikasi, mengirimkan dan informasih penatausahaan hasil hutan kayu.

Penerbitan Dokumen angkutan

1. SKSHHK hanya dapat diterbitkan untuk melindungi kayu bulat yang telah
dibayar lunas PSDH dan DR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

3.4.7 Pembagian Batang (Bucking) dan Pengukuran (Scaling)

Kayu bulat yang telah disarad dari petak tebang dan sudah berada dalam
tempat pengumpulan kayu (TPn) harus melalui kegiatan pembagian batang
(bucking) dan juga pengukuran (scaling and grading).Pembagian batang
(bucking) diperlukan apabila kayu bulat tersebut melebihi kapasitas panjang
logging truck adalah 20 m. Pembagian batang (bucking) memiliki kebijakan
penyesuaian panjang yang disebut dengan “bucking policy”. Aturan ini
menyatakan bahwa ukuran panjang kayu bulat yang di bucking mempunyai
panjang minimal yaitu tidak kurang dari 8 m dan tidak lebih dari 24 m. Ukuran ini
disesuaikan dengan permintaan konsumen. Sehinggan jika sebuah kayu bulat
memiliki panjang 27 m maka kayu bulat tersebut bisa dibagi menjadi panjang 18
m dan 8 m, intinya jika kayu tersebut harus dibagi maka harus memiliki panjang
lebih dari 8 m.
Jika panjang dari kayu bulat telah sesuai maka perlu dilakukan pengukuran
(scaling) untuk mengetahui volume kayu bulat. Rumus yang digunakan untuk
menghitung volume batang dengan D adalah setengah dari diameter ujung batang
ditambah dengan diameter pangkal dan P adalah panjang kayu bulat.Pengukuran
diameter yang didapatkan dari pangkal dan ujung dilakukan sebanyak dua kali
yaitu penjumlahan diameter terpanjang dan terpendek dibagi dua. Pengukuran
tersebut juga berlaku untuk mengukur diameter gerowong jika kayu bulat tersebut
memiliki cacat berupa gerowong. Volume gerowong didapatkan dari perhitungan
dengan rumus V gr =1,273 x gr2/d² x 100%. Semua perhitungan tersebut ditempel
pada bontos pohon sebagai identitas resmi pohon dan ditulis pada buku ukur
sebagai dasar pembuatan LHP, SKSHHK, maupun dokumen lainnya. Data
identitas pohon juga dimasukkan ke dalam barcode untuk nanti dapat dilakukan
pemantauan dalam SI-PUHH (Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan)
sehingga dapat menginput database secara online.
Proses kegiatan selanjutnya yaitu garding (pengujian kualitas log).
Pengujian kualitas kayu bulat berdasarkan pengujian yang dilihat dari cacat yang
terdapat pada batang sehingga dapat diberi tanda berdasarkan kualitasnya. catat
yang biasanya terdapat pada batang pohon berupa mata buaya, gerowong, kayu
bengkok, lubang gerek dan busuk hati. Jika kayu bulat memiliki kecacatan
tersebut maka kayu bulat diberi tanda cat berwarna putih.
Pekerja yang melakukan kegiatan pengujian kualitas log (grading) disebut
oleh wheel grader yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan lisensi berupa
Surat Izin Menguji (SIM) untuk melakukan scaling maupun grading. Sementara
melakukan pengukuran log kayu dilakukan oleh scaller yang telah mengikuti
pelatihan sebelumnya dan mempunyai lisensi hanya untuk mengukur log.
Pemberian upah kepada scaler dan whell grader diberi secara bulanan karena
merupakan pegawai tetap dari PT Gunung Gajah Abadi namun untuk hasil kayu
yang diukur dan di uji akan diberikan upah yang sesuai dengan kubikasi log kayu
tersebut.

Berikut prosedur dalam pengukuran kayu :

a) Mengukur kayu yang akan harus bebas cabang / ranting, banir dan tersusun
rapi di TPn agar mudah dilakukan greading dan scalling.
b) Memotong kedua bontos kayu sampai siku rata.
c) Melakukan pengukuran kayu bulat dengan mengukur bagian terpanjang dan
terpendek kedua bontos kayu serta panjang kayu untuk mengetahui isi volume
kayu bulat.
d) Setiap batang kayu bulat yang di ukur harus diketahui jenisnya
e) Jika terdapat cacat kayu (mata buaya, bonggol, pecah benang, lobang gerek,
lobang besar Ø > 20 cm) harus dilakukan pemotongan pada bagian cacat
tersebut sehingga kwalitas batang kayu menjadi baik. Dilakukan batang
perbatang untuk mengetahui volume setiap batang.
f) Menempelkan karpet identifikasi yang memuat jenis kayu, panjang, diameter
rata-rata, nomor petak dan nomor urut batang pada kedua bontos.
g) Mengumpulkan barcode dari penebang untuk pengukuran dan asal-usul kayu
(lacak-balak).
h) Meakukan pendataan / pen-catatan semua kayu yang telah diukur ke dalam
Android (Aplikasi)
i) Melakukan penempelan ID Barcode (Barcode Turunan) pada ujung dan
pangkal kayu.
Untuk pemasangan ID Barcode berbeda dengan ID barcode ITSP. Hal ini
membedakan yaitu ID Barcode pada pengukuran dapat dibagi menjadi beberapa
nomor turunan yaitu apabila terdapat 2 batang dalam satu pohon maka diberikan
ID Barcode turunan dengan menambah nomor 01,02,03 dan seterusnya di
belakang nomor ID Barcode dan menandakan potongan A,B,C.
Dalam kegiatan pengukuran kayu faktor yang paling penting lainnya yang
perlu diketahui adalah mengenai identifikasi jenis kayu. Penetapan nama jenis
kayu biasanya dengan warna, gambar. Kekerasan, dan yang lainnya yang mudah
ditangkap oleh panca indera yang dioakai sebagai dasar.Ciri meliputi kulit,
kambium, gubal teras, lingkaran tumbuh dan lainnya.

Dalam kegiatan pengukuran juga ditemukan jenis cacat kayu bulat alami maupun
lubang akibat serangga, bonggol, busuk hati, pecah dan lain lain.
Hasil pengukuran berupa diameter, panjang dan keterangan kayu
dimasukkan dalam data buku ukur dengan proses penscanan ID Barcode pada
setiap nomor produksi pohon.Dari proses data buku ukur, akan diusulkan sebagai
Laporan Hasil Produksi (LHP) yang akan di upload dalam system
SIPUHH.Setelah LHP disahkan, maka dibuatkan Permohonan Pembayaran
Provisi Sumber Daya Hutan-Dana Reboisasi (PSDH-DR). Proses Pemungutan
dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) merupakan pungutan yang
dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsic dari hasil hutan
yang dipungut dari hutan Negara. Sedangkan Dana Reboisasi (DR) adalah dana
untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan pendukungnya yang dipungut
dari Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari hutan alam yang berupa
kayu.
Pemasangan paku “S” untuk menghindari pecah ataupun retak dan belah
pada bontod kayu dengan memasangkan paku menyerupai huruf “S” dipasang
pada alur retakan yang terdapat pada pangkal maupun ujung kayu hasil produksi
dengan jumlah paku “S” yang dipasang sesuai kebutuhan. Namun kegiatan
pemasangan paku “S” dilakukan oleh tenaga dari bidang Tata Usaha Kayu (TUK).
Berikut prosedur pemasangan paku “S” :

1. Memasang Paku S pada bontos kayu, yang rentan pecah / retak


2. Melakukan pemasangan paku S pada bontos kayu yang baru “S” pada
bontos kayu yang baru di TPn
3. Jumlah pemasangan paku S disesuaikan dengan kondisi kayu bulat yang
mulai retak
4. Melakukan penambahan pemasangan paku S di Tpk antara jika ada
pertambahan retak kayu.

3.4.8 Kupas Kulit ( Barking) dan Pengecekan Barcode

Pengupasan kulit adalah sebuah proses lanjutan kayu pada saat sampai
di TPK (tempat Penimbunan Kayu), pengupasan kayu dilakukan dengan
tujuan agar menjaga kualitas kayu itu sendiri dari kulit kayu yang sudah rusak
dan sebagainya, agar dapat menghasilkan kayu yang berkualitas, kendala
dalam pengupasan adalah ketika batang kayu kering adapula jenis kayu
tertentu yang memang struktur kulitnya keras. Pengupasan kulit dilakukan
ketika kayu log sudah berada pada TPK Hutan. Dalam kegiatan ini kayu atau
log sudah dilakukan pengangkutan dari TPn menuju TPK Hutan yang
dilakukan dengan model estafet.

Berikut prosedur kegiatan pengupasan kulit (Barking).

a) Hampar kayu bulat yang akan dikupas dengan menggunakan wheel


loader
b) Mengupas kulit kayu dari batang kayu sampai kulit terkelupas sempurna
di seluruh bagian batang dengan menggunakan linggis yang sudah
diasah tajam.
c) Jika terdapat bagain kayu yang tidak bisa dikupas karena terjepit maka
log kayu akan di putar dengan menggunakan log loader.
d) Menyusun kayu yang sudah terkupas menurut kelompok (Floater,
Sinker) pada lokasi yang sudah ditetapkan (TPK).
e) Mengumpulkan limbah kulit kayu pada lokasi yang sudah ditentukan
dan jika diperlukan lakukan pembakaran terkendali untuk mempercepat
proses pelapukan
f) Melakukan pencatatan oleh scaller kayu-kayu yang sudah dikupas
berdasarkan hasil masing-masing tukang kupas untuk dilakukan
perhitungan upah Pengecekan Barcode dilakukan bertujuan untuk
meminimalisir kesalahan sebelum kegiatan pengangkutan ke TPK antara
dilakukan.

3.4.9 Trimming (Pemotongan)

Trimming adalah kegiatan pemotongan log-log pada cacat kayu untuk


meningkatkan kualitas log/kayu. Kegiatan Trimming biasa dilakukan di tpk
hutan/antara km 21 dan tpk batu kapur/logpond.Kegiatan trimming dilakukan
apabila pada saat kayu sudah diangkut dari tpn ke tpk hutan/antara km 21masih
terdapat cacat pada kayu maka pemotongan log akan dilakukan. Selanjutnya kayu
akan dipotong oleh censawman sesuai dengan arahan grader atau petugas
dilapangan. Kayu hasil pemotongan kemudian di catat ulang dan disampaikan
kepada petugas penerbit lhp untuk dilakukan penatausahaan kayu sesuai dengan
ukuran yang baru.

Prosedur pemotongan cacat kayu (trimming ) :

A. Log atau kayu bulat hasil scaling dan grading akan disimpan pada tpk
hutan dan batu kapur.
B. Lakukan pencatatn dan penandaan terhadap kayu yang cacat dan akan
dilakukan pemotongan kayu (trimming) bulat/log.
C. Lakukan pemotongan catat kayu sesuai dengan grade yang sesuai dengan
grade yang diijinkan atas petunjuk log grader
D. Lakukan penggukuran ulang terhadap kayu bulat yang telah ditrimming
baik diameter bontos dan panjang kayu bulat untuk mengetahui
volumenya. Cata hasil pengukuran pada buku ukur
E. Hasil pengukuran di catat dan ditempel pada kedua bontos menggunakan
karpet marking.
F. Hasil trimming kayu bulat disampaikan pada penerbit lhp untuk dilakukan
penata usahaan kayu sesuai dengan ukuran yang baru dimasukkan kedalam
si-puhh online

3.4.10 Perakitan (Rafting)

Perakitan adalah kegiatan menyusun dan menyatukan kayu-kayu diatas


sungai besar agar menjadi sebuah rakit dan dapat dialirkan atau ditarik dengan
menggunakan perahu. Tujuan dari kegiatan perakitan yang dilakukan oleh PT
Gunung Gajah Abadi adalah merakit kayu di log pond Batu Kapur untuk
dikirimkan ke log pond antara Muara Bengkal dan log pond akhir Merandai
melalui transportasi air. .
PT Gunung Gajah Abadi menyerahkan sepenuhnya kegiatan perakitan dan
penarikan kepada kontraktor sehingga perusahaan hanya bertugas untuk
mengawasi dan menerbitkan SKSHHK. Kontraktor yang dipilih adalah orang
lokal yang masing-masing berpengaruh di daerah tersebut. Pertimbangan
perusahaan adalah untuk menjaga agar kayu tidak dicuri oleh masyarakat selama
proses perakitan dan penarikan.
Sungai yang digunakan untuk perakitan yaitu Sungai Wahau. Sungai
tersebut juga digunakan untuk perakitan oleh perusahaan Karya Lestari sehingga
alur yang digunakan sama. Kapal yang berada di log pond Batu Kapur berjumlah
delapan unit kapal motor, satu perahu berisi satu nahkoda dan tiga crew. Dokumen
yang dibutuhkan dalam kegiatan perakitan yaitu Surat Keterangan Sah Hasil
Hutan Kayu (SKSHHK) dan Berita Acara Penyerahan Rakit. Alat dan bahan yang
digunakan untuk melakukan perakitan yaitu log loader, kayu/log floater, kayu U,
tali penambat, linggis, sling, dan kampak. Dalam perakitan terdapat tiga orang
tenaga kerja. Biaya penarikan, material perakitan, tanggung jawab, keamanan
perakitan dan penarikan serta upah pekerja adalah tanggung jawab kontraktor
dimana proses pembayaran dilakukan oleh pihak perusahaan dari kantor pusat di
samarinda.

Tahapan Perakitan dan penarikan

1. Log yang berada di TPK Batu Kapur diangkat dengan menggunakan


wheel loader yang nantinya akan dijatuhkan ke sungai dengan bantuan
kayu bulat yang berjajar berdiri miring di pinggir sungai, agar log dengan
mudah dapat diluncurkan ke sungai. Sungai Wahau memiliki panjang
1.806,65 m. Dengan lebar sekitar 80 m jika air sedang normal. TPK Batu
Kapur dipilih dengan alasan yaitu log pond lama (basecamp) memiliki
jalur penarikan yang berbahaya (ada tiga tikungan patah) yang sering
menyebabkan rakit menjadi hancur ketika ditarik.
2. Log ditarik membentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 100 m
dan lebar sekitar 10-15 m. Log ditambatkan satu sama lain dengan
menggunakan paku U dan sling. Untuk log sinker dapat dengan mudah
ditarik, selanjutnya log disusun dengan rapih hingga berupa rakit kayu
yang panjang membentuk sebuah batas. Lama perakitan sekitar 4-5 hari
oleh tiga orang perakit.
3. Karpet cruising, nomor kayu dan barcode dicabut kemudian ditempel
lagi di punggung kayu.
4. Log yang sudah dirakit didata kemudian data hasil perakitan diinput ke
SI-PUHH PT Gunung Gajah Abadi untuk diterbitkan SKSHHK dengan
masa berlaku 12 hari ke log pond antara di Muara Bengkal. Produktivitas
perakitan di Sungai Wahau adalah rata-rata 1400 m³/hari. Kapasitas
perakitan antara 1300-1500 m³/hari rakit kecil sedangkan rakit besar
4000 m³-5700 m³ pada saat berada di sungai besar wahau
5. Setelah terbit SKSHHK, kayu ditarik menggunakan kapal sebanyak dua
unit di bagian depan dan dibagian belakang rakit. Kayu dirakit ke log
pond antara di Muara Bengkal selama empat hari jika air sedang normal
dan kegiatan penarikan tidak mengalami kendala. Jika air sedang tidak
dalam kondisi normal, lama penarikan bisa mencapai satu minggu dan
perusahaan memberikan spilasi waktu maksimal penarikan selama 15
hari sesuai dengan lama masa berlaku SKSHHK angkutan.
6. Kapasitas perakitan di Muara Bengkal maksimal adalah 5700 m³
sehingga kegiatan penarikan dari Batu Kapur dibagi menjadi empat kali
penarikan. Tiba di Muara Bengkal, rakit-rakit berkapasitas 1400 m³ dari
Batu Kapur disatukan menjadi berkapasitas 5700 m³. Kemudian rakit
akan dikirim ke log pond selanjutnya yaitu ke Merandai dengan
menerbitkan SKSHHK baru.
7. Selanjutnya rakit akan tiba di log pond Merandai, log akan dinaikkan ke
ponton untuk dibawa ke industri selama 15 hari.
Adanya kendala yang dialami oleh perakitan diantaranya yaitu, akan sulit
melaksanakan perakitan dan penarikan ketika air sungai sedang surut karena
tinggi air sangat mempengaruhi kelancaran dalam kegiatan perakitan dan
penarikan, selain itu putusnya tali penambat akibat terlalu lama berada di dalam
air mengakibatkan rakit menjadi berantakan dan kayu menjadi pecah, sling putus,
dan adanya kemungkinan pekerja terjepit kayu saat sedang mencabut barcode dan
mencabut karpet pada log. Pencurian log saat proses penarikan rakit juga menjadi
kendala dalam kegiatan perakitan. Penurunan kualitas kayu di log pond jarang
terjadi karena sebisa mungkin pekerja dengan cepat merakit log sehingga jarang
sekali log disimpan terlalu lama di lapangan dan menghindari terjadinya
kerusakan kayu akibat ulat kayu, lubang gerek, kayu pecah dan lain sebagainya.

Pengukuran (Scaling) dan Pemasangan Paku S :


A. Waktu dan Lokasi
Waktu : Senin, 12 Agustus 2019
Lokasi : TPN KM 37
B.. Alat dan Bahan
Alat : Pita ukur, meteran, alat tulis, kamera, palu, papan LJK,
staples tembak, isi staples dan APD.
Bahan : Log, Paku S, Barcode
C. Metodologi praktek
1. Mempelajari dan mengkaji kegiatan pengukuran (scaling) dan
pemasangan paku S yang dilaksanakan di Tpn melalui kegiatan
wawancara dan diskusi kepada Grader/ kepala regu scaler dan
anggota-anggota terkait.
2. Mendokumentasikan setiap kegiatan pengukuran dan mencatat
hal-hal penting yang disampaikan oleh Grader/kepala regu scaler
dan anggota-anggota terkait pada kegiatan wawancara.
3. Melakukan praktek kegiatan pengukuran (scaling) dengan cara
mengukur panjang dan diameter rata-rata kayu log untuk mencari
nilai volume dari kayu log.

Pengupasan Kulit Kayu


A. Waktu dan Lokasi
Waktu : Kamis, 08 Agustus 2019
Lokasi : Tpk Hutan/antara KM 21
B.. Alat dan Bahan
Alat : Linggis, Kamera, ATK dan APD.
Bahan : Kayu log,

C. Metodologi praktek
1. Melakukan kegiatan wawancara dan diskusi kepada para
pekerja pengupas untuk mengkaji dan mempelajari kegiatan
pengupasan kulit kayu bertujuan untuk mejaga kualitas kayu
log yang dilaksanakan di Tpk hutan
2. Mendokumentasikan kegiatan pengupasan kulit kayu dan
mencatat hal-hal penting yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara dan diskusi kepada para pekerja pengupasan.

Grading (Mengkelaskan kayu)


A. Waktu dan Lokasi
Waktu : Kamis - Jumat, 22 dan 23 Agustus 2019
Lokasi : Tpk Hutan/antara KM 21
B.. Alat dan Bahan
Alat : Lembar LHP, Papan Ljk, Cat putih, Kuas, Staples tembak,
Isi staples, Kamera, crayon, ATK dan APD.
Bahan : Kayu log,
C. Metodologi praktek
1. Melakukan kegiatan wawancara dan diskusi kepada
Grader/kepala regu grading dan pekerja lain untuk
mempelajari dan mengkaji setiap kegiatan grading yang
bertujuan mengkelaskan kayu dari grade 1 sampai 2.
2. Mendokumentasikan kegiatan grading dan mencatat hal-hal
penting yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dan
diskusi kepada grader/kepala regu grading dan anggota-
anggota terkait.
3. Melakukan praktek kegiatan grading dengan cara melihat cacat
pada kayu (Mata buaya,bonggol,lobang gerek, gerowong dll)
untuk mengkelaskan kayu log tersebut

Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SI-PUHH Online)


A. Waktu dan Lokasi
Waktu : Senin s/d rabu, 30,31 dan 1 Agustus 2019
Lokasi : Kantor TUK KM 16
B.. Alat dan Bahan
Alat : Komputer,Printer,staples,Kamera, ATK dan APD.
Bahan : Kertas HVS A4
C. Metodologi praktek
1. Melakukan kegiatan wawancara dan diskusi kepada Grader
dan Staf SIPUHH online untuk mempelajari dan mengkaji
setiap langkah kegiatan SIPUHH Online bertujuan untuk
pembuatan SKSHHK dan dokumen-dokumen lain yang
terkait.
2. Mendokumentasikan kegiatan SIPUHH Online serta dokumen-
dokumen lain yang terkait dan mencatat hal-hal penting yang
diperoleh melalui kegiatan wawancara dan diskusi kepada
grader dan staf SIPUHH online.
3. Melakukan praktek kegiatan SIPUHH Online pada setiap log-
log yang diangkut berpindah tempat sebagai tujuan keterangan
sah log tersebut.

Persiapan pembuatan Rakit


A. Waktu dan Lokasi
Waktu : Senin 27 Agustus 2019
Lokasi : TPK Batu Kapur
B.. Alat dan Bahan
Alat : Tali Nilon ,Kapak mal lambang G, ATK dan APD.
Bahan : paku U
C. Metodologi praktek
1. Melakukan kegiatan wawancara dan diskusi kepada Kasi TPK
Perakitan,anggota dan para pekerja terkait bertujuan untuk
mengetahui tata cara pembuatan rakit
2. Mendokumentasikan setiap kegiatan perakitan dan mencatat
hal-hal penting yang diperoleh melalui kegiatan wawancara
dan diskusi kepada Kasi TPK perakitan dan anggota pekerja
terkait
3.5 Pembinaan Hutan dan PMDH
Bidang Pembinaan Hutan adalah merupakan bagian dari pengelolaan hutan
alam produksi yang meliputi kegiatan secara berencana mengikuti acuan TPTI
setelah kegiatan penebangan.
Sejarah sistem tebang pilih di Indonesia secara resmi ditandai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor
35/KPTS/DD/1/1972 tentang pedoman tebang pilih tanam indonesia, tebang habis
dengan permudaan alam, tebang habis dengan penanaman buatan, dan pedoman-
pedoman pengawasannya. Selama masa pelaksanaannya, dijumpai beberap
kesulitan, sehingga pada tahun 1989 diterbitkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 484/KPTS-II/1989 tentang sistem silvilkultur pengelolaan
hutan alam produksi di indonesia. Surat keputusan ini kemudian ditindaklanjuti
dengan Sk. Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor 564/KPTS/IV-BPHH/89 tentang
pedoman tebang pilih indonesia. Pada tahun 1993. TPTI mengalami
penyempurnaan yaitu dengan diterbitkannnya pedoman TPTI yang dituangkan
Dalam Sk.Dirjen Perusahaan Hutan Nomor 151/KPTS-BPHH/1993 Tanggal 13
Oktober 1993 (Anonim, 1993), kemudian SK. Dirjen ini diganti dengan SK Dirjen
Bina Produksi Kehutanan Nomor P.9/VI/BPHA/2009 Tanggal 21 Agustus 2009.
Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah salah satu sistem silvikultur yang
diterapkan pada hutan-hutan alam yang tak seumur di Indonesia. Sebagai salah
satu sub sistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan
sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang
dikehendaki. Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan
setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan yang
berkelanjutan. Tujuan TPTI terbentuknya struktur dan komposisi tegakan hutan
alam tak seumur yang optimal dan lestari sesuai dengan sifat-sifat biologi dan
keadaaan tempat tumbuh aslinya. Ini ditandai dengan wujud tegakan yang
mengandung jumlah pohon, tiang dan permudaan jenis niagawi dengan mutu dan
produktivitas tinggi, didampingi oleh sejumlah jenis pohon lainnya sehingga
memenuhi tingkat keanekaragaman hayati yang diinginkan. Usaha untuk
mewujudkan tegakan optimal dan lestari tersebut harus dapat dilakukan secara
praktis, ekonomis dan memudahkan pemantauan dan penilaian pelaksanaannya
(Anonim,1993)

Sistem silvikultur berupa TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia)


diterapkan di PT. Gunung Gajah Abadi dalam melakukan pengelolaan hutan.
Awalnya tahun 1993 PT. Gunung Gajah Abadi diterapkan sistem TPTI
berdasarkan SK.Dirjen PH 151/KPTS/IV-BPHH/1993 yang terdiri dari 9 tahapan
antara lain :
1. Perapihan (ET + 1)
2. ITT (ET + 2)
3. Pembebasan Tahap Pertama (ET + 2)
4. Pengadaan Bibit
5. Pengayaan / Rehabilitasi (ET + 3)
6. Pemeliharaan Tanaman Pengayaan / Rehabilitasi(ET + 3,4,5)
7. Pembebasan Tahap Kedua (ET + 4)
8. Pembebasan Tahap Ketiga (ET + 6)
9. Penjarangan Tegakan Tinggal (ET + 10 )
Kemudian SK diganti dengan SK. Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor
P.9/VI/BPHA/2009 Tanggal 21 Agustus 2009 yang kemudian digunakan di PT.
Gunung Gajah Abadi sampai saat ini. Tahapan-tahapan yaitu :
1. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan
a. Pengadaan Bibit
b. Penanaman Pengayaan /Rehabilitasi (Et+3)
c. Pemeliharaan Tanaman Pengayaan /Rehabilitasi (Et+3,4,5)
2. Pembebasan Pohon Binaan
a. Pembebasan Pohon Binaan Tahap I (Et+2)
b. Pembebasan Pohon Binaan Tahap II (Et+4)
c. Pembebasan Pohon Binaan Tahap III (Et+6)
3. Perlindungan dan Pengaamanan Hutan

3.5.1 Persemaian

Persemaian adalah suatu areal yang ditujukan untuk menyiapkan benih


menjadi bibit siap tanam dilapangan PT Gunung Gajah Abadi memiliki
persemaian permanen yang terletak di KM. 8, persemaian ini memiliki luas total
3,5 Ha. Lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan sungai seleq yang
merupakan sumber air dan juga dekat dengan jalan angkutan sehingga
memudahkan dalam pengangkutan dan pengawasan.

Sarana dan prasarana yang dimiliki persemaian tersebut adalah kantor,


gudang, rumah karyawan, dangen set sebagai sumber listrik. Adapun fasilitas
yang digunakan dalam pengelolaan persemaian yaitu bak sapih, bedeng sapih,
bedeng tabur, rumah sarlon yang dilengkapi dengan sprayed otomatis.

Gambar Bak Sapih Gambar Rumah Sarlon


Gambar Bedeng Sapih Gambar Bedeng Tabur

3.5.2 Pengadaan Bibit dari Biji

a. Pengertian : Pengadaan Bibit Dari Biji adalah suatu kegiatan yang


dilakukan dimana benih diperoleh dari biji yang berasal dari pohon induk baik
dari Kebun Bibit maupun dari hutan.
b. Tujuan : memperoleh benih dari biji yang bermutu tinggi dalam jumlah
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan penanaman.
c. Pelaksannaan :
1. Kumpulkan biji dari pohon yang berbatang lurus, sehat bertajuk lebat dan
berumur tua di lokasi kebun benih atau dilokasi lainyang terdapat pohon
induk
2. Masukkan kedalam karung untuk dibawa ke lokasi persemaian dan
lakukan seleksi
3. Setelah biji diseleksi lakukan pengguntingan sayap
4. Masukkan biji ke dalam polybag atau bedeng tabur yang telah terisi media
5. Lakukan penyiraman pagi dan sore
6. Lakukan penyiangan jika di dalam polybag atau bedeng tabur ditumbuhi
rumput
7. Lakukan pemindahan bibit ke ruang sarlon setelah berumur 2 bulan
(berdaun 2-5 helai)
8. Lakukan pemeliharaan terus-menerus sampai bibit siap tanam
9. Bibit siap tanam setelah berumur minimal 6 bulan

3.5.3 Penanaman Pengayaan/ Rehabilitasi


a. Pengertian :Penanaman Pengayaan / Rehabilitasi adalah suatu kegiatan
penanaman yang dilakukan pada areal bekas tebangan, bekas jalan sarad,
TPN, dan baik pada tempat terbuka maupun pada tempat yang kurang cukup
mengandung permudaan dari jenis komersil dengan jarak 3 × 3 m. Jenis
tanaman komersil yaitu meranti, kapur, ulin, dan jenis tanaman eksotik yaitu
mahoni, karet, dan sungkai.
b. Tujuan : Memperbaiki komposisi jenis dan penyebaran pohon
niagawi serta meningkatkan nilai tegakan pada lokasi bekas tebangan.
c. Pelaksanaan:
1. Menentukan lokasi penanaman pengayaan/rehabilitasi
2. Tentukan titik patok jalur tanam menggunakan kayu keras dengan jarak
tanam 3 × 3 m (rehabilitasi) dan 5 × 5 (pengayaan).
3. Rintis dan bersihkan jalur tanam menggunakan parang sampai rata
dengan tanah, arah timur atau barat atau utara selatan.
4. Pasang ajir sesuai dengan jarak tanam.
5. Buat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam dengan dalam 30 cm dan
lebar 30 cm.
6. Tanam bibit dengan berdiri tegak dan tertanam sampai leher akar.
7. Lakukan pemadatan dengan cara menekan tanah pengisi lobang tanam
secara hati-hati menggunakan tumit kaki sehingga tanah padat dan
mengikat akar dengan kuat.
8. Letakkan polybag pada ujung ajir.
9. Pasang papan nama kegiatan setelah kegiatan selesai memuat : nama
perusahaan bidang, kegiatan, luas, lokasi, jenis tanaman

3.5.4 Pemeliharaan Tanaman


a. Pengertian :Pemeliharaan Tanaman adalah kegiatab perawatan
tanaman dengan cara membersihkan jalur tanam, membunuh gulma dan
pohon penaung, menebas rumput sepanjang jalur penanaman dan menyulam
tanaman yang mati.
b. Tujuan : Membebaskan tanaman dari berbagai bentuk tumbuhan
pengganggu dan memacu pertumbuhan tanaman agar tanaman tumbuh
maksimal. Pemeliaharaan tanaman ini bertujuan berlaku untuk kegiatan
peliharaan tanaman pengayaan/rehabilitasi, tanaman areal non produktif,
tanaman kiri kanan jalan angkutan
c. Pelaksanaan:
1. Memilih lokasi yang akan dilakukan pemeliharaan tanaman.
2. Bersihkan tanaman dari tumbuhan penggangu.
3. Lakukan pendangiran pada seputar tanaman.
4. Lakukan penyulaman dengan bibit yang sehat jika terdapat tanaman yang
mati.
5. Lakukan penggantian ajir jika lapuk atau hilang.
6. Pasang papan nama kegiatan setelah kegiatan selesai memuat : nama
perusahaan bidang, kegiatan, luas, lokasi, jenis tanaman.

3.5.5 Pembebasan Pohon Binaan


a. Pengertian : Pembebasan Pohon Binaan adalah kegiatan pemeliharaan
tegakan tinggal yang berupa pekerjaan membebaskan tajuk dari 200
batang pohon binaan jenis niagawi (pohon inti dan permudaan) per ha
dari desakan dan naungan pohon / tumbuhan penyaing untuk memberikan
ruang tumbuh yang cukup sehingga riap pohon menjadi lebih besar.
b. Tujuan : Mengadakan ruang tumbuh yang optimal dan
meningkatkan riap bagi Pohon Binaan.

c. Pelaksanaan:
1. Lakukan pembuatan pondok kerja sebelum memulai pekerjaan
2. Tentukan titik star pembebasan timur barat atau utara selatan atau
sebaliknya
3. Lakukan pembebasan dalam jalur yang lebarnya 20 m secara
sistematis, dimana posisi pekerja berjajar kesamping.
4. Tebas semua perambat (akar-akaran, semak belukar) kecuali rotan
dari jenis yang berharga dengan menggunakan parang. Tinggi tebasan
maksimal 20 cm dari permukaan tanah
5. Tebang pohon penyaing yang berdiameter kurang antara 7 cm dengan
menggunakan parang. Tinggi tebasan maksimal 20 cm dari
permukaan tanah
6. Teres pohon penyaing yang berdiameter antara 7 cm – 20 cm dengan
menggunakan parang. Buang kulit batang lebar ± 20 cm dari
permukaan tanah
7. Pasang papan nama kegiatan disetiap Blok RKT yang sedang
dikerjakan bertulisan : Nama Perusahaan, Bidang, Kegiatan, Jenis
Kegiatan, RKT TPTI Tahun, Blok RKT Tahun, No Petak, Luas,
Lokasi.

3.5.6 Penanaman Kiri Kanan Jalan


a. Pengertian : Penanaman Kiri Kanan Jalan adalah kegiatan penanaman pada
kiri – kanan jalan dalam kawasan hutan agar setiap bidang kawasan hutan
memiliki produktivitas dan nilai maksimum.
b. Tujuan : Meningkatkan produktivitas hutan melalui penanaman pada
lokasi kiri kanan jalan angkutan.
c. Pelaksanaan:
1. Tentukan lokasi penanaman kiri kanan jalan angkutan sesuai peta kerja
2. Tentukan titik patok jalur tanam menggunakan kayu keras dengan jarak
jalur 10 meter
3. Rintis dan bersihkan jalur tanam menggunakan parang sampai rata
dengan tanah, arah timur barat atau utara selatan dengan lebar jalur 2 m
dan panjang 1 km
4. Pasang ajir sesuai dengan jarak tanam 10 ×10 m
5. Buat lubang tanam sesuai letak ajir dengan dalam 30 cm dan lebar 40 cm
6. Tanam bibit dengan berdiri tegak dan tertanam sampai leher akar
7. Lakukan pemadatan dengan cara menekan tanah pengisi lobang tanam
secara hati-hati menggunakan tumit kaki sehingga tanah padat dan
mengikat akar dengan kuat
8. Letakkan polybag pada ujung ajir
9. Pasang papan nama kegiatan setelah kegiatan selesai memuat : nama
perusahaan bidang, kegiatan, luas, lokasi, jenis tanaman

3.5.7 Penanaman Areal Non Produktif


a. Pengertian : Penanaman Areal Non Produktif adalah kegiatan
penanaman pada areal yang kurang produktif diluar blok RKT dalam kawasan
hutan agar setiap bidang kawasan hutan memiliki produktivitas dan nilai
maksimum.
b. Tujuan :Meningkatkan produktifitas hutan melalui penanaman pada areal
kurang permudaan / non produktif.
c. Pelaksanaan:
1. Tentukan lokasi areal non produktif sesuai peta kerja
2. Tentukan titik patok jalur tanam menggunakan kayu keras (jarak jalur 10
m)
3. Rintis dan bersihkan jalur tanam menggunakan parang sampairata
dengan tanah (lebar jalur 2 m, panjang 1 km)
4. Pasang ajir sesuai dengan jarak tanam 5x5 m.
5. Buat lubang tanam sesuai letak ajir dengan dalam 30 cm dan lebar 30 cm
6. Tanam bibit dengan berdiri tegak dan tertanam sampai leher akar
7. Lakukan pemadatan dengan cara menekan tanah pengisi lobang tanam
secara hati-hati menggunakan tumit kaki sehingga tanah padat dan
mengikat akar dengan kuat
8. Letakkan polybag pada ujung ajir
9. Pasang papan nama kegiatan setelah kegiatan selesai memuat :nama
perusahaan bidang, kegiatan, luas, lokasi, jenis tanaman

3.5.8 Penunjukan Pohon Binaan

a. Pengertian : Pohon binaan adalah pohon yang berasal dari permudaan


alam atau hasil penanaman dan dapat berupa pohon, tiang, pancang
bahkan semai dari jenis pohon komersil. Dikatakan pohon apabila
berdiameter 20 cm keatas, tiang berdiameter 10-19 cm, pancang
berdiameter 1,5-9 cm dan semai berdiameter 0-1,5 cm. Penunjukan pohon
binaan adalah kegiatan pencatatan, penandaan dan penunjukan pohon
maupun permudaan yang dijadikan pohon binaan, dengan mengacu pada
criteria penunjukan pohon binaan.
b. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah, jenis dan mutu pohon inti serta
permudaan yang akan ditunjuk sebagai pohon binaan dan untuk
menentukan pohon binaan yang akan dijadikan pohon unggulan. .
c. Pelaksanaan :
1. Tentukan titik star penunjukan pohon binaan, timur barat atau utara
selatan atau sebaliknya, titik star sesuai dengan arah jalur ITSP
2. Buat jalur pengamatan dengan lebar 20 m, dengan lebar rintisan ± 1
meter
3. Pasang patok jalur dengan diberi tanda karpet warna putih yang
bertuliskan arah kompas, nomor jalur, nomor petak dan ujung patok
dicat warna merah (terbuat dari kayu keras yang berdiameter ± 7 cm
dengan ujung patok warna merah),
4. Tarik tali ukur dengan panjang 20 m untuk menentukan batas petak
ukur pengamatan (PU) secara sistematik, lakukan pengamatan,
pengukuran dan penanndaan terhadap pohon inti dan permudaan
yang ditunjuk sebagai pohon binaan.
5. Pasang patok tanda batas PU dengan diberi karpet warna putih yang
bertulisan arak kompos, nomor jalur, nomor PU, dan nomor
petak.Untuk label tanda PU diupayakan dipasang pada pohon yang
berada didekat batas PU
6. Lakukan pengamatan, pengukuran dan penandaan terhadap pohon
inti dan permudaan yang ditunjuk sebagai pohon bianaan.
7. Pasang label timber marking warna kuning untuk jenis pohon inti
dijadikan pohon binaan.Informasi untuk label pohon : RKT, No
Petak, No Pohon, Jenis, Diameter, No Jalur, No PU
8. Pasang label karpet warna kuning untuk jenis pemudaan yang
dijadikan pohon binaan yang pertumbuhannya sehat.Informasiuntuk
label pohon : RKT, No Petak, No Pohon, Jenis, No Jalur, No PU
9. Cacat hasil pengamatan didalam buku lapangan (tallysheet) yaitu
pengamatan tentang kondisi dan informasi lapangan
10. Pasang papan nama kegiatan disetiap Blok RKT yang sedang
dikerjakan bertulisan : Nama Perusahaan, Bidang, Kegiatan, Jenis
Kegiatan, RKT TPTI Tahun, Blok RKT Tahun, No Petak, Luas,
Lokasi.

3.5.9 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

PENGERTIAN: Pembinaan Masyarakat Desa Hutan adalah sesuatu kegiatan


sosial unit manajemen dalam menjalin hubungan dengan masyaratkat yang ada
didalam dan disekitar kawasan unit manajemen untuk meningkatkat pengetahuan
dan keterampilan masyarakat memalui kegiatan fisik,pelayanan dan penyuluhan
sehingga dapat terjalin hubungan yang baik dan harmonis antara unit manajemen
dengan masyarakat sekitar dalam memanfaatkan sumberdaya hutan dan
lingkungan yang lestari dan aman.

TUJUAN:

1. Menciptakan hubungan yang harmonis dan baik antara masyarakat dengan


unit manajemen.
2. Ikut berperan serta dalam mendukung pembangunan di desa-desa sekitar
unit manajemen melalui bantuan-bantuan sarana dan prasarana desa.
3. Meningkatkan ekonomi masyarakat melaui bantuan-banuan baik
pendidikan,peternakan,pertanian dan perikanan
4. Meningkatkan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam
pelestarian sumberdaya alam

Karyawan yang ada di PT. Gunung Gajah Abadi kebanyakan adalah


masyarakat yang tinggal disekitaran perusahaan itu sendiri. Perusahaan PT.
Gunung Gajah Abadi menyediakan bantuan sarana dan prasarana yang diajukan
melalui proposal. Adapun program-program yang telah dilakukan baik kegiatan
yang termasuk di dalam kegiatan yang direncanakan maupun tidak direncanakan
yaitu meliputi:

1. Peningkatan pendapatan dan pertumbuhan masyarakat, berupa pembagian


bibit untuk kelompok tani kepada masyarakat sekitar hutan dan kemitraan
kepada masyarakat karyawan PT. GunungGunungAbadi, penyediaan
sarana dan prasarana sosial-ekonomi masyarakat, berupa pembangunan
sarana ibadah (masjid dangereja), pendidikan, dan kesehatan dengan
bekerjasama dengan dinas dan pihak terkait.
2. Beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu.
3. Kompensasi dan hal-hal yang bersifat mendesak

Penerapan pengajuan proposal dari masyarakat yaitu agar semua bentuk bantuan
yang diberikan kepada masyarakat dapat termonitor dengan baik dan tepat
sasaran.Adapun tahap pelaksanaan dari pengajuan proposal yaitu :

1. Proposal yang masuk dari masyarakat di terima oleh bidang/Seksi PMDH


dan selanjutnya dipelajari maksud dan tujuan permohonan proposal
tersebut
2. Bidang PMDH selanjutnya menyampaikan maksud dan tujuan kepada
kepala unit untuk dipertimbangkan dan yang selanjutnya dapat
mendisposisikan sesuai dengan keadaan dan kondisi perusahaan.
3. Bidang PMDH membuat surat tanggapan yang disampaikan kepada
pembuat proposal sesuai dengan disposisi yang telah ditandatangani oleh
Kepala Unit
4. Lakukan pengecekan kelapangan untuk memastikan kebenaran proposal
yang diajukan masyarakat
5. Proposal yang sifatnya bantuan dana tunai, bidang PMDH membuat
permintaan keuangan kepada bidang tata usaha yang jumlah nya sesuai
dengan disposisi yang telah ditandatangani oleh kepala unit yang
pembiayaan nya dimasukkan kedalam biaya PMDH
6. Proposal yang sifatnya bantuan alat dan material, bidang PMDH membuat
permintaan alat atau material kepada bidang produksi dan pemeliharaan
alat yang jumlah nya sesuai dengan disposisi yang telah ditandatangani
oleh kepala unit yang pembiayaan nya dimasuk kan kedalam biaya PMDH
7. Bidang PMDH melakukan penyerahan bantuan kepada penanggung jawab
proposal dengan membawa surat berita acara penyerahan bantuan dengan
diketahui dan ditandatangani oleh perwakilan perusahaan, penerima
bantuan, aparat desa atau kecamatan.

Masjid Darussalam Base Camp Sei Seleq


Gereja Oikumene Base Camp Sei Seleq

Pusat Pelayanan Kesehatan (Posyandu) Base Camp Sei Seleq


3.6 BIDANG LITBANG DAN LINGKUNGAN

3.6.1 Pengelolaan Sempadan Sungai

REALISASI KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 06 Agustus 2019

Lokasi : Sempadan Sungai Planuk RKT 2019

B. Alat dan Bahan

Peta Rencana Kerja, GPS, Kompas, Clinometer, Tally Sheet Topografi,


Tali Ukur Dan Tali Hop, Gun Stucker, Parang, Tally Sheet Flora Dan
Fauna, Meteran Keliling Pohon, Alat Tulis, Spidol Maker (F), Patok,
Kuas, Cat Merah, Karpet Tanda Plot, Timber Marking,

C. Cara Pelaksanaan

 Mempelajari dan mengkaji penjelasaan yang disampaikan


pembimbing lapangan mengenai tujuan dan cara pengerjaan
sempadan sungai melalui wawancara dan diskusi secara langsung di
lokasi.
 Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting mengenai
penngelolaan sempadan sungai.

Dokumentasi jalur SS Pal sempadan sungai

3.6.2 Pengelolaan Kantong Satwa

REALISASI KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 22 Agustus 2019 – 29 Agustus 2019

Lokasi : Area Kantong Satwa Hulu Sei Hess KM 21

B. Alat dan Bahan

Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Clinometer, Tally sheet topografi, Tali
ukur dan tali hop, Gun stucker, Parang, Tally sheet flora dan fauna,
Meteran keliling pohon, Alat tulis, Spidol maker (F), patok, kuas, cat
merah dan biru, karpet tanda plot, timber marking,

C. Cara Pelaksanaan

a. Pembuatan Petak Kerja


 Pastikan lokasi kerja sesuai dengak peta kerja.

 Hitung jarak dipeta, dari titik ikat ke posisi pal starting point lokasi
kerja.
 Tarik tali ukur sesuai jarak lapangan dan arah koordinat dari titik ikat
ke posisi batas petak sebagai titk awal pwngukuran batas.

 Pasang pal titik starting point, beri tanda petak dan titik koordinat.

 Buat rintisan batas sesuai arah koordinat dipeta untuk menentukan


pal batas selanjutnya di lapangan.

 Tarik tali ukur setiap kurang lebih 20 meter (PU/Petak Ukur) dan
beri tanda kerpet PU disesuaikan dengan kondisi kelerengan lalu
setiap 100 meter ditandai sebagai jalur pengamatan disepanjang
batas petak. tandai pohon dengan cat berwarna merah untuk batas
petak.

 Pada setiap 100 meter dipasang karpet untuk jalur pengamatan.

 Lakukan langkah 5,6 dan 7 sesuai panjang bats peta kerja. Lakukan
pengukuran topografi, perintisan dan penandaan batas dilapangan
hingga kembai ketitik awal pengukuran atau membentuk polygon
batas yang tertutup.

 Catat setiap arah koordinat batas, jarak ukur lapangan, kelerengan


dan keterangan.

b. Pelakasanaan Inventarisasi Flora

 Buat plot pengamatan pada jalur yang telah ditentukan dengan jarak
antar plot adalah 100 meter, ukuran plot 20 x 20 meter sub plot 10 x
10 meter, 5 x5x meter dan 2 x 2 meter.

 Setiap plot pengamatan diberi karpet warna kuning.

 Lakukan pengamatan pada pohon dan setiap[ pohon diberi tanda


timber marking dengan informasi : nama jenis (naman daerah),
nomor pohon, tinggi pohon dan diameter pohon.
 Lakukan pengamatan pada tingkat tiang lalu catat nama jenis dan
jumlah keberadaannya dalam plot ukur 10 x10 meter.

 Lakukan pengamatan pada tingkat pancang lalu catat nama jenis dan
jumlah keberadaannya dalam plot ukur 5 x 5 meter.

 Lakukan pengamatan pada tingkat anakan atau semai lalu catat nama
jenis dan jumlah keberadaannya dalam plot ukur 2 x 2. meter.

c. Pelaksaan inventarisasi fauna

 Lakukan pengamatan dan pencatatan pada plot yang telah ditentukan


tentang prilaku, jejak, sarang, kotoran, bau, bekas makanan dan
suara. Pengamatan dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung menggunakan tropong.

 Lakukan identifikasi dan dokumentasi terhadap satwa berdasarkan


buku panduan pengenalan jenis satwa.

 Catat pada tally sheet dengan memuat nama fauna (nama daerah),
jumlah, gender dan keterangan lainnya.

 Buat papan nama : nama seksi, nama kegiatan, luas dan lokasi.

Lampiran foto
Dokumentasi titik ikat Dokumentasi memperbarui batas

Dokumentasi inventarisasi flora Dokumentasi nomor jalur dan plot

Dokumentasi alat dan bahan Dokumentasi pengolahan data


D. Hasil Kegiatan

Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Pohon pada Area Kantong Satwa Tahun 2019

H' = -∑ ( ni / N In ni / N ) = 2,850 (Range Tinggi)

Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Tiang pada Area Kantong Satwa Tahun 2019
H' = -∑ ( ni / N In ni / N ) = 2,707 (Range Tinggi)

Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Pancang pada Area Kantong Satwa Tahun
2019

H' = -∑ ( ni / N In ni / N ) = 2,406 (Range Tinggi)

Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Semai pada Area Kantong Satwa Tahun 2019

H' = -∑ ( ni / N In ni / N ) = 2,516 (Range Tinggi)


E. Status perlindungan hukum Dan Status Ekologi

a. Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN)


1. LR/CR : Critical endangered / kritis : Suatu taksa dikatakan kritis bila
taksa tersebut menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam
dalam waktu dekat.
2. EN : Endangered / Genting : Suatu taksa dikatakan genting bila taksa
tersebut tidak tergolong kritis, namun mengalami kepunahan yang
sangat tinggi di alam.
3. VU : Vulnerable / Rentan : Suatu taksa dikatakan rentan bila taksa
tersebut tidak tergolong kritis maupun genting, namun mengalami
kepunahan yang sangat tinggi di alam.
4. LR : Low Risk / NT : Near Treatened (Resiko Rendah) : Suatu taksa
dikatakan memiliki resiko yang dikatakan relative rendah bila taksa
tersebut telah dilakukan evaluasi namun tidak memenuhi syarat atau
digolongkan dalam kategori kritis, genting maupun rentan.
5. DD (Data Deficient) / kurang data : Suatu taksa dikatakan kurang data
bila informasi yang tersedia mengenai distribusi dan status kelimpahan
populasinya tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, taksa yang termasuk dalam
penggolongan ini adalah taksa yang sudah banyak dipelajari.

b. Conservation on international Trade in Endangered Species of Wild and


Fauna (CITES)
1. Appendix I : Memuat seluruh tumbuhan dan satwa liar yang terancam
punah yang disebabkan oleh paerdagangan. Perdagangan (species hidup
atau mati atau bagian – bagian yang berasal dari tumbuhan dan satwa
liar tersebut).
2. Appendix II : Memuat semua jenis, Walaupun saat ini tidak terancam
punah namun dapat terancam punah apabila perdagangan tidak diatur
dengan ketat dan tidak menghindari pemanfaatan yang tidak sesuai
dengan kemampuan daya dukung hidupnya. Oleh karna itu
perdagangan species jenis – jenis ini dilakukan dengan kouta. (jumlah
specimen yang dapat dipanen dari alam secara konservatif).
3. Appendix III : Memuat semua jenis – jenis yang dinyatakan dilindungi
oleh peraturan Negara anggota CITES tentunya untuk mencegah dan
membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan memerlukan kerja sama
dengan Negara – Negara anggota CITES lainnya untuk mengawasi
perdagangan.

c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.


106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Tentang Perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang dilindungi.

3.6.3 Identifikasi Orangutan (Pongo Pygmaeus) Satwa Yang Dilindungi

REALISASI KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 06 Agustus 2019

Lokasi : Transect Orangutan KM 16

B. Alat dan Bahan

Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Teropong, Tali ukur dan tali hop, Gun
stucker, Parang, Data tally sheet, Camera, Alat tulis, Spidol maker (F),
DBH (untuk mengukur diameter pohon), kuas, cat, karpet tanda plot,
timber marking

C. Cara Pelaksanaan
 Mempelajari dan mengkaji penjelasaan yang disampaikan pembimbing
lapangan mengenai tujuan dan cara pengerjaan transek orangutan
melalui wawancara dan diskusi secara langsung di lokasi.
 Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting mengenai
penngelolaan transek orangutan.

3.6.4 Pengukuran Dan Pengelolaan Data Curah Hujan

REALISASI KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 20 Agustus 2019

Lokasi : Base Camp Sei Seleq PT.GUNUNG GAJAH ABADI

B. Alat dan Bahan

Alat tulis, GPS, Peta rencana kerja, meteran, Tally sheet pengukur curah
hujan, patok/tiang ukuran (10 x10 cm dan tinggi 1,5 meter),
Ombrometer/penakar curah hujan, gelas ukur 200 ml, Patok kayu ukuran
5 x 10 cm(untuk pagar), gembok.

C. Cara Pelaksanaan

a. Pemasangan Penakar curah Hujan


 Lokasi pengukuran curah hujan harus terletak dalam tangkapan air
yang diamati.
 Pada peta kerja ditandai untuk lokasi terpilih.
 Pasang Ombrometer/alat penakar curah hujan pada lokasi yang
telah ditentukan.
 Pasang pagar mengelilingi ombrometer seluas 1,5 x 1,5 meter.
b. Pengukuran Curah Hujan

 Lakukan pemantauan dan pengukuran sedikitnya satu kali dalam


sehari.

 Waktu pengukuran dipagi hari.

 Cara pengukuran dilakukan dengan mengalirkan atau menuangkan


air hujan yang tertampung menggunakan gelas ukur.

 Lakukan pembacaan dengan melihat tinggi permukaan air dengan


skala yang tertulis pada gelas ukur.

 Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dicatat pada tally sheet
curah hujan harian.

 Pastikan bahwa pelaksanaan pengukuran curah hujan sudah


dilakukan dengan baik dan benar.

Lampiran foto
Dokuemntasi mengukur curah hujan dokumentasi data curah hujan

D. Hasil Kegiatan

Tabel Curah Hujan 2019


3.6.5 Pengukuran Tingkat Erosi Tanah

REALISASI KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi

Waktu : 06 Agustus 2019

Lokasi : Petak Ukur Erosi KM 35

B. Alat dan Bahan

Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Clinometer, Bak dan gayung, metran,
penggaris, Parang, gergaji, cangkul, hammer, Alat tulis, papan ukuran
2x20x4 meter, botol aqua bekas, paku, kuas, cat warna biru dan putih.

C. Cara Pelaksanaan

 Mempelajari dan mengkaji penjelasaan yang disampaikan pembimbing


lapangan mengenai tujuan dan cara pengukuran tingkat erosi tanah
melalui wawancara dan diskusi secara langsung di lokasi.
 Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting mengenai
pengukuran tingkat erosi tanah.

Lampiran foto Petak Ukur Erosi (PUE)

3.7 Bidang Tata Usaha


Bidang Tata Usaha merupakan bidang yang bertugas dalam pelaksanaan
kegiatan non teknis dalam rangka mendukung kegiatan operasional di
lapangan. Bidang ini dipimpin oleh seorang Kepala Bidang Tata Usaha yang
berwenang dalam membuat usulan kegiatan pekerjaan dan anggaran Bidang
Tata Usaha. memiliki tugas pokok seperti :

1. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan kerja Industrial Pancasila


sesuai ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Mengadakan fasilitas camp dan pemeliharaan.

3. Memonitor tingkat kesejahteraan karyawan dan kesehatan.

4. Menyelesaikan permasalahan perselisihan karyawan, baik secara


internal maupun eksternal.

5. Melaksanakan penggajian karyawan sesuai dengan ketentuan yang


berlaku.

6. Mengadakan penilaian sekaligus merekomendasikan penghargaan dan


hukuman pada atasan atas prestasi atau pelanggaran.

7. Melaksanakan kegiatan pembinaan tentang keselamatan kerja.

8. Menyediakan peralatan kantor dan melaksanakan administrasi


pergudangan.

9. Mengkoordinir penyusunan dan laporan unit.

10. Kepala Bidang Tata Usaha dalam menjalankan tugasnya bertanggung


jawab kepada Kepala Unit.

Terdapat 3 (tiga) Seksi yang berada dibawah Bidang Tata Usaha, yaitu Seksi
Personalia, Seksi Umum, dan Seksi Keuangan.
3.7.1 Seksi Personalia

Tugas dari Seksi Personalia adalah melaksanakan kegiatan, menyelesaikan


perselisihan, promosi dan demosi untuk meningkatkan produktifitas kerja
pengelolaan hutan. Seksi Personalia dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berwenang dalam membuat usulan kegiatan pekerjaan dan anggaran Seksi
Personalia dan memiliki tugas pokok sebagai berikut :

1. Melaksanakan penerimaan pegawai sesuai dengan kebutuhan seluruh unit.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan


dan pelatihan.

3. Mengadakan penilaian prestasi pegawai bersama pejabat lain terkait.

4. Memberikan sanksi dan penghargaan atas prestasi dan pelanggaran


pegawai.

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kabid. Tata Usaha.

6. Kepala Seksi Personalia dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab


kepada Kabid. Tata Usaha.

3.8.2 Seksi Umum

Tugas dari Seksi Umum adalah melaksanakan kegiatan


pembangunan/renovasi perumahan, barak kerja, pengelolaan dapur umum dan
fasilitas lainnya, mengatur penggunaannya serta melaksanakan keselamatan
kerja untuk mendukung operasi pengelolaan hutan. Seksi Umum dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berwenang dalam membuat usulan kegiatan
pekerjaan dan anggaran Seksi Personalia dan mempunyai tugas pokok sebagai
berikut :

1. Membuat rancang bangun dan tata ruang di lokasi Base Camp.

2. Melaksanakan pembangunan fasilitas di Base Camp.

3. Mengatur pelaksanaan pelayanan konsumsi dari dapur umum bagi


karyawan dan tamu.
4. Mengatur pelayanan balai pengobatan perusahaan serta sarana umum
lainnya.

5. Melaksanakan K3 (Kesehatan dan keselamatan Kerja) pada seluruh


karyawan.

6. Mengevaluasi jalannya kegiatan SDM sesuai dengan tanggung jawabnya


di lapangan.

7. Menyusun daftar inventaris perusahaan.

8. Melakukan pengadaan barang untuk keperluan perusahaan dan


menyerahkannya ke gudang.

3.7.3 Seksi Keuangan

Tugas dari Seksi Keuangan adalah melaksanakan kegiatan untuk membuat


rincian kebutuhan keuangan, melakukan pembayaran, mengajukan permintaan
uang dan melakukan pembukuan di Base Camp sesuai dengan kas pengeluaran
yang ditetapkan. Seksi Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berwenang dalam membuat usulan pekerjaan dan anggaran Seksi Personalia dan
memiliki tugas pokok sebagai berikut :

1. Menyusun rencana kebutuhan keuangan di Base Camp dengan persetujuan


Kabid. Tata Usaha dan Kepala Unit.

2. Membuat permintaan uang ke kantor pusat.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Seksi Keuangan bertanggung jawab


kepada Kabid. Tata Usaha.

3.7.4 Jumlah Karyawan dan Tenaga Teknis (GANIS) di PT. Gunung Gajah
Abadi

Pada tahun 2019, jumlah karyawan yang ada di IUPHHK PT. Gunung
Gajah Abadi sebanyak 185 orang dengan rincian status karyawan seperti
didalam tabel berikut :
Tabel Rekapitulasi Jumlah Karyawan di PT. Gunung Gajah Abadi Tahun 2019

No. Status Karyawan Jumlah (orang)


1. Karyawan Bulanan 90
2. Karyawan Harian 72
3. Karyawan Borongan 23
Jumlah 185

Keterangan :

a. Karyawan Bulanan

1. Bidang Produksi : 9 orang

2. Seksi Pemeliharaan Alat : 22 orang

3. Bidang Tata Usaha Kayu, TPK, dan Perakitan : 21 orang

4. Bidang Pembinaan Hutan : 9 orang

5. Bidang Perencanaan Hutan, Litbang, dan Lingkungan : 9 orang

6. Bidang Tata Usaha dan Umum : 10 orang

7. Seksi Perindungan Hutan : 10 orang

b. Karyawan Harian

1. Bidang Produksi : 30 orang

2. Seksi Pemeliharaan Alat : 4 orang

3. Bidang Tata Usaha Kayu, TPK, dan Perakitan : 14 orang

4. Bidang Pembinaan Hutan : 2 orang

5. Bidang Perencanaan Hutan, Litbang, dan Lingkungan : 4 orang

6. Bidang Tata Usaha dan Umum : 9 orang

7. Seksi Perlindungan Hutan : 9 orang

c. Karyawan Borongan
1. Karyawan Penebangan : 5 orang

2. Karyawan Skidding : 5 orang

3. Karyawan Loading dan Un Loading : 5 orang

4. Karyawan Hauling : 5 orang

5. Karyawan Kupas Kulit : 3 orang

Tabel Rekapitulasi Tenaga Teknis Kehutanan (GANIS PHPL) Tahun 2019


No. Tenaga Teknis Jumlah
1. GANIS PHPL-PKB 9 orang
2. GANIS PHPL-CANHUT 3 orang
3. GANIS PHPL-KURPET 1 orang
4. GANIS PHPL-NENHUT 3 orang
5. GANIS PHPL-BINHUT 8 orang
Jumlah Tenaga Teknis 24 orang

2. Sistem Keuangan di PT. Gunung Gajah Abadi

Untuk sistem penggajian seluruh karyawan di PT. Gunung Gajah Abadi


menggunakan sistem tunai atau langsung melalui Seksi Keuangan, termasuk gaji
pokok dan upah lembur. Setiap pengeluaran sekecil apapun harus melalui Seksi
Keuangan dan disetujui oleh Kepala Bidang Tata Usaha dan Kepala Unit.

Lampiran Foto
Contoh Rekapitulasi Upah Tambahan di Luar Jam Kerja (voucher)

Contoh Voucher Pengajuan Pembayaran


Contoh Bukti Kas Pembayaran

Contoh Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)


Contoh Bon Penyerahan Barang Contoh Surat Permohonan Ijin

Contoh Surat Permohonan Cuti Contoh Surat Pengantar Berobat


3.8 Perlindungan Hutan dan Pengaman Hutan

Perlindungan Hutan adalah segala usaha untuk mencegah dan


membatasi kerusakan – kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia, kebakaran, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan.
Dan Pengamanan Hutan adalah kegiatan secara fisik di areal pengusahaan
hutan yang dilakukan oleh satuan pengamanan pengusahaan hutan untuk
mencegah dan menanggulangi setiap adanya gangguan terhadap areal
pengusahaan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, kebakaran,
hama dan penyakit. Adapun tujuan Perlindungan dan Pengaman hutan :

1. Mewujudkan terjaminnya kemantapan dan keamanan kawasan


(sumberdaya hutan) sebagai pra-syarat bagi tercapainya pengelolaan
hutan alam produksi secara lestari.

2. Menjamin terciptanya keamanan dan keberlangsungan kepastian usaha.

3. Terlindunginya sumberdaya hutan sebagai dasar pokok dalam kegiatan


pengelolaan hutan sebagai upaya pencapaian pengelolaan hutan alam
lestari

Adapun kegiatan-kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan yaitu :

a. Patroli Pengamanan Hutan

Tim satuan pengaman hutan melaksanakan patroli secara terencana


dan rutin terhadap potensi gangguan keamanan dan kerusakan hutan baik
disebabkan oleh faktor manusia, kebakaran dan hama penyakit sesuai
dengan Petunjuk Kerja Patroli Pengaman Hutan (GGA/PHL-
PK/LINHUT/01).Tujuan dari patroli pengaman hutan ini adalah untuk
memantau potensi gangguan keamanan di areal kerja. Tim pengaman ini
terdiri dari 4 orang/regu menggunakan mobil patroli, motor patroli, atau
perahu motor yang patroli melalui sungai. Dalam kegiatan patroli
upayakan bekerjasama dengan masyarakat sekitar hutan. Adapun petunjuk
pelaksanaan dari patroli pengaman hutan ini yaitu :

1. Pastikan personil satpam siap dalam keadaan sehat

2. Tetapkan sasaran patroli baik melewati darat atau sungai

3. Tetapkan regu dan komandan regu yang bertanggung jawab


terhadap hasil temuan patroli

4. Cacat,rekam semua kejadian yang ditemukan

Kemudian hasil pelaksanaan patroli dilaporkan dalam Berita Acara


Pelaksanaan Kegiatan Patroli Hutan Areal IUPHHK PT.GGA

Surat perizinan masuk kawasan perusahaan

BAP Hasil Patroli


b. Pengendalian Kebakaran

Kebakaran hutan adalah kejadian terbakarnya sebagian dan seluruh


hutan yang ada di dalam atau di sekitar hutan areal kerja IUPHHK PT.
GGA, yang mengancam keberadaan aset bergerak ataupun aset tidak
bergerak milik PT. GGA.Tujuan pengendalian kebakaran adalah untuk
mencegah terjadinya kebakaran yang lebih luas. Tim Satgasdamkarhut
satu regu 8 orang. Dan apabiala terjadi kebakaran hutan dan lahan maka
orang yang pertama kali mengetahui melaporkannya kepada kepala seksi
perlindungan hutan atau satuan pengamanan hutan dan kepala seksi
perlindungan hutan bersama satpam PH mengkoordinasi penanganan
kebakaran hutan yang terjadi dan segera menindaklanjuti sesuai dengan
Petunjuk Kerja Pengendalian Kebakaran Hutan (GGA/PHL-
PK/LINHUT/02).

Ada pun petunjuk pelaksaanaannya sebagai berikut :

1. Terima laporan tentang adanya kebakaran dari hasil BAP atau individu

2. Pastikan posisi lokasi kebakaran

3. Tentukan strategi pemadaman baik secara manual maupun strategis

4. Tentukan jumlah regu petugas yang akan digunakan

5. Lakukan pengintaian terhadap tipe kebakaran


6. Lakukan pemadaman dengan cara manual atau mekanis dan pastikan
bahwa api benar-benar sudah mati

7. Pasang papan pengintaian tentang bahanya kebakaran

c. Monitoring Keluar Masuk Kendaraan dan Monitoring Pemanfaatan


HHBK

Pelaksanaan :

1. Pastikan personil satpam siap melaksanakan tugas dalam keadaan


sehat

2. Tanyakan keperluan pengguna jalan untuk masuk kedalam areal


kerja baik pengguna motor ataupun mobil

3. Catat (nama, tanggal, jam , no.ktp, jenis kendaraan, KT, kepentingan,


dll) dan ditandatangani oleh pengguna jalan

4. Buat surat pernyataan kepada setiap pengguna dan ditanda tangani


supaya terarsipnya surat dengan baik

5. Berikan penjelasan kepada setiap pengguna tentang tata tertib


lalulintas, potensi HHBK yang ada dalam areal kerja, jenis satwa
yang dilindungi dan peraturan-peraturan lain yang perlu diketahui
oleh masyarakat

6. Periksa barang bawaan pengguna pada saat izin masuk dan keluar dari
lokasi areal kerja

7. Tanyakan kepada pengguna mengenai hasil HHBK yang diperoleh


pada saat melakukan aktifitas disaat pengguna keluar dari lokasi
areal kerja dan cacat dalam buku monitoring pemampaatan
HHBK

8. Jika terjadi hal yang mengganggu stabilitas keamanan dan


kenyamanan areal kerja PT. GGA akibat dari pengguna jalan segera
lakukan tindakan dan laporkan kepada kasi perlindungan hutan
Dokumentasi Surat Pengantar monitoring masuk masyarakat sekitar

Surat Pernyataan Pengguna Jalan Buku Tamu

M onitori
ng Aktivitas HHBK Rekapitulasi Monitoring HHBK
d. Pengamanan Lingkungan Camp
Pelaksanaan :
1. Pastikan personil satpam siap
2. Lakukan serah terima kegiatan di setiap penggantian shift
3. Lakukan pengontrolan untuk mengetahui semua kejadian gangguan
terhadap lingkungan camp
4. Catat para tamu dalam buku tamudan tanyakan kepentingan datang ke
camp
5. Segera hubungi pejabat yang diperlukan tamu untuk dimintakan
kesediannya ditemui tamu sebelum tamu menghadap
6. Jika terjadi hal yang mengganggu stabilitas keamanan dan
kenyamanan lingkungan camp segera lakukan tindakan dan laporkan
kepada kabid perlindungan hutan.

Dokumentasi Posko Satuan Pengamanan


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT Gunung Gajah Abadi dapat
disimpulkan disimpulkan :
1. Bidang perencanaan hutan memiliki tugas utama yaitu menyiapkan
rencana pengelolaan hutan dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
2. Pada kegiatan produksi di PT Gunung Gajah Abadi sudah dikatakan
cukup baik karena sudah memperhatikan kelestarian lingkungan maupun
pada kelestarian hasil. Dalam penebangan harus memperhatikan arah
rebah di usahakan arah rebah kearah jalan sarad untuk memudahkan
penyaradan kayu log.
3. PT Gunung Gajah Abadi sudah cukup baik dalam memperhatikan
kesehatan keselamatan kerja para karyawan
4. Kegiatan Tata Usaha Kayu di PT Gunung Gajah Abadi lebih tertata
dengan adanya SI- PUHH online, dengan adanya SKHHK semua hasil
hutan yang ada di PT Gunung Gajah Abadi lebih terawasi oleh
pemerintah pusat. Oleh sebab itu kecil kemungkinan kecurangan yang
dilakukan PT Gunung Gajah Abadi.
5. Hubungan antara PT Gunung Gajah Abadi dengan masyarakat sekitar
hutan sudah sangat baik terutama bagi Desa Miau Baru yang letaknya
palig dekat dengan perusahaan, dengan memberi bantuan melalui proses
Pembinaan Masyarakat Sekitar Hutan (PMDH) baik itu bantuan dari
pembiayaan, pembangunan dan memijamkan unit alat berat sesuai yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

5.2 SARAN
 Pada saat pembagian batang, pemotongan pangkal dan ujung batang
operator chainsawman wajib menggunakan alat pelindung telinga (earplug).
 Perlu adanya sosialisai terhadap kariyawan PT Gunung Gajah Abadi tentang
bagaimana menjaga lingkungan kerja dari sampah-sampah plastik.
 Diperlukannya akses internet yang lebihn baik demi menunjang kemudahan
dalam melakukan kegiatan si-puhh online dan kegiatan - kegiatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai