PENDAHULUAN
No
Penutupan lahan Citra Lansat 2011 Berdasarkan SK.469/Menhut
II/2012.
HP (ha) HPT Jumlah HP HPT Jumlah
Sumber : analisis Citra Landsat 7 ETM+Band 542 path 117 Row 59 Liputan
Tanggal 18 Maret 2011 dan Path 117 Row 59 Liputan Tanggal 7 November 2009
(disahkan Baplanhut dengan surat No. S. 184/ipsdh-2/2011 Tgl 19 - 05 - 2010)
2.3 Geologi dan Tanah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Sumberdaya Miniral
Bandung (1992) di dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
PT Gunung Gajah Abadi, menyatakan bahwa areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
meliputi lima formasi, yaitu formasi Kelai, Telen, Diorit, Ultramafik dan Marah.
Tabel 03. Berikut menyajikan pembagian luas masing-masing formasi
tersebut.
2.4 Topografi
Tabel 05. Penyebaran Kelas Lereng Areal Kerja PT Gunung Gajah Abadi
Peta Kawasan Hutan
Kelas
dan perairan (fungsi Jumlah
No Simbol Kelerengan
hutan)
(%)
HP HPT Ha %
1 A 0-8 7.129,07 2.583,68 9.712,75 12,95
2 B 9-15 6.330,21 5.947,41 12.277,62 16,37
3 C 15-25 7.597,60 7.961,53 15.559,13 20,78
4 D 25-40 11.524,48 18.300,37 29.824,84 39,78
5 E >40 168,54 854,35 1.022,89 1,36
Tutupan Awan 957,28 5.625,49 6.582,77 8,78
Jumlah 33,707.18 41,272.82 72,980.00 100,00
Sumber : Laporan Interpretasi Foto Udara HPH Gunung Gajah Abadi (PT
Mapindo Parama, 1995)
Sementara itu, berdasarkan hasil analisis tutupan lahan pada Citra Landsat
liputan tahun 2011, lulusan areal dengan kelerengan >40% sebesar Ha yaitu
104,80 pada Hutan Produksi dan 1,784,20 pada Hutan Produksi terrbatas.
2.5. Iklim
Kalimantan Timur beriklim hutan hujan tropis dengan suhu udara rata-rata
26 ° C, perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5
°−7 ° C . Karakter lainnya adalah kelembaban yang tinggi yaitu mencapai lebih
dari 80 . Curah hujan tinggi berkisar antara 2000-4000 mm/tahun, dengan
jumlah hari hujan rata-rata 130-150 hari/tahun, namun di Kalimantan Timur
jarang terjadi hujan hampir merata sepanjang tahun. Tipe iklim berdasarkan
Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, areal kerja PT Gunung Gajah Abadi
termasuk iklim tipe A (Hutan Hujan Tropis ) dengan ciri sangat basah, curah hujan
terkering ( ¿ 60 mm) kurang dari 1 bulan ( sekitar 0,5 – 0,9 bulan ) setiap
tahunnya, curah hujan rata-rata 1926 mm/tahun. Menurut sistem klasifikasi Kopen
adalah tipe Afa (iklim hutan hujan tropis ) dengan ciri suhu udara bulan terendah
lebih besar dari 18 ° , curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 2437mm,
curah hujan bulan terkering diatas 60 mm dan suhu udara terpanas diatas 22
° C . Dari hasil pengukuran curah hujan di base camp perusahaan, rata-rata
curah hujan pertahun di areal kerja adalah sebesar 2.800 mm. Areal kerja PT
Gunung Gajah Abadi merupakan dataran hingga perbukitan dengan ketinggian
bervariasi dari 100-400m dari permukaan laut.
2.6 Hidrologi
Areal kerja PT Gunung Gajah Abadi terletak dalam DAS-Sub DAS Sungai
Wahau yang merupakan anak sungai Mahakam. Dalam areal kerja perusahaan
terdapat sungai- sungai utama yaitu: Sungai Sleq, Sungai Malguan (keduanya
anak sungai Wahau), Sungai Jamtak (anak S.Malguan) dan Sungai Gehat (anak S.
Seleq) yang seluruhnya mengalir dan bermuara ke Sungai Wahau dan mengalir ke
Sungai Kedang Kepala dan bermuara di Sungai Mahakam. Disamaping itu,
terdapat sungai-sungai kecil lainnya yang sebagian besar mengalir ke sungai
utama tersebut. Adapun sungai yang mengalir ke arah utara adalah Sungai Gih
yang bermura ke sungai Kelai. Daerah tangkapan DAS Melguan dan DAS Sungai
Wahau.
Jenis flora langka yang terdapat di PT Gunung Gajah Abadi antara lain
rotan, anggrek, rotan pulut, rotan sega, rotan merah, rotan cabang, gaharu, ulin,
kempas, banggris. Hasil pengamantan fauna antara lain adalah kijang, landak,
babi, pelanduk, burung, murai batu, burung kelbarau, elang, orang utan, monyet,
burung bubut, burung merak pliut, burung cucakrowo, burung sisit, burung
enggang, burung merak, kancil, tupai, payau, kura-kura gunung, burung kutilang,
burung tukang, burung tiking, monyet merah, burung gagak, beruang madu sarang
semut, ayam hutan.
2.8. Aksebilitas
Demografi salah satu faktor penting dalam aspek sosial dalam pengelolaan
hutan. Sebagai salah satu pemekaran daerah di provinsi Kalimantan Timur,
pembangunan ekonomi yang berbasis SDA di Kabupaten Kutai Timur telah
berkembang sehingga menyebabkan banyak migran lain yang ingin mengadu
nasib. Kedatangan berbagai etnis (di luar Kutai dan Dayak) ke Kutai Timur di
dorong oleh peluang terbuka yaitu transmigrasi oleh pemerintah/swakarsa dan
terbukanya berbagai lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi
adanya dorongan dari tiga sektor pembangunan yaitu perkebunan (sawit),
pertambangan( terutama batu bara), pengelolaan sumber daya hutan (melalui
sistem IUPHKK), dan berbagai jenis industri pengelolaan (antara lain: kayu,
minyak sawit dan industri manufaktur).
2.10 Kependudukan
2.11. Suku
Kegiatan yang dilakukan selama PKL dapat di buat dalam bentuk matriks
agar setiap prosedur pelaksanaan mudah dipelajari dan mudah dipahami. Di dalam
matrik semua sudah dijelaskan dimulai dari kegiatan hingga pencapaian akhir dari
kegiatan tersebut yang meliputi sub-kegiatan, lokasi, prosedur pelaksanaan, dan
waktu kegiatan dilaksanakan.
3.1 Matriks Realisasi Kegiatan
Sub-
Prosedur
No Kegiatan kegiat Lokasi Waktu Target
Pelaksanaan
an
1 PAK Blok 1) Pastikan lokasi 2 Hari Melakuka
RKT blok/petak yang akan n dan
2021 PT. dilaksanakan kegiatan memaham
Gunung PAK sesuai dengan i kegiatan
Gajah peta RKU dengan PAK,
Abadi skala 1:20.000 atau petak areal
1:50.000 kerja yang
2) Kegiatan Penataan dibuat
Areal Kerja dimulai dalam 2
dengan penentuan titik hari
ikat atau awal dengan sekitar 207
menggunakan GPS hektar
sesuai dengan peta
rencana PAK.
3) Pasang pal awal
pengukuran sebagai
Pal Starting Point
4) Tentukan azimuth
dan jarak ke titik
selanjutnya menuju
arah temu gelang
batas petak/blok
sesuai di peta.
5) Gunakan kompas,
meteran, clinometer
dan tabel konversi
jarak lapang - jarak
datar.
6) Buat rintisan batas
petak atau batas blok
sesuai arah azimuth
lebar rintisan untuk
batas blok adalah 2
meter dan batas petak
adalah 1 meter.
7) Kemudian lakukan
pemasangan pal batas
berikutnya.
8) Lakukan penandaan
dengan cat merah
pada batas petak dan
cat biru pada batas
blok setiap jarak
maksimal 5 meter.
9)Pasang karpet
kuning yang memuat
informasi jarak HM
dan azimuth setiap
jarak 200 meter pada
rintis batas blok.
10) Lanjutkan
kegiatan pengukuran,
perintisan, dan
penandaan batas di
lapangan sesuai
panjang batas pada
peta kerja hingga
kembali ketitik awal
pengukuran atau
membentuk poligon
batas yang tertutup.
2 ITSP Blok Sebelum pelaksanaan 1 Hari Melakuka
RKT kegiatan ITSP n dan
2021 PT. pastikan lokasi memaham
Gunung blok/petak sudah i kegiatan
Gajah sesuai dengan peta ITSP,
Abadi RKU. Pertama, pada petak
tentukan titik awal areal kerja
mulai cruising pada 7 hektar
lokasi bagian Selatan terdapat
dan Barat petak. Lalu 44 pohon
buat jarak antar jalur yang siap
sepanjang 20 meter ditebang
(jarak datar) dari Barat
ke Timur sampai ke
batas petak. Perintisan
jalur dengan lebar
rintis 1 meter pada
setiap patok jalur yang
telah terpasang.
Lakukan pengukuran
topografi dan
inventarisasi pohon
pada masing-masing
Sta/PU pada setiap
jalur. Pasang/tempel
ID Barcode pada
pohon yang akan
ditebang, sedangkan
untuk pohon
inti/dilindungi pasang
label bernomor
dengan warna kuning
Lalu, catat jenis flora
dan fauna yang
dilindungi/langka jika
ditemukan pada saat
cruising sebagai
keterangan tambahan.
Pada saat pelaksanaan
ITSP dilakukan
dengan cara 100%
atau sensus untuk
mengetahui potensi
tegakan yang ada. Alat
yang digunakan untuk
mengukur diameter
pohon adalah stick
diameter, karena
penggunaannya
dianggap lebih teliti
dan praktis jika
dibandingkan dengan
phi-band.
Dilakukan pengukuran
posisi X dan Y pohon
dengan cara mengukur
arah dan jarak datar
pohon untuk
mengetahui sebaran
pohon dan komposisi
hutan. Pengukuran
sudut dilaksanakan
agar mempermudah
penempatan posisi
pohon, karena sebaran
pohon ini dibutuhkan
untuk dasar
pembuatan peta
sebaran pohon.
3 Penyaradan Blok 1) Penyaradan 1 Hari Mengamat
RKT dilakukan dengan i Kegiatan
2019 petunjuk kasi Penyarada
PT. penyaradan. n batang
Gunung 2) Pembuatan pohon,
Gajah jalan sarad pada trace jumlah
Abadi yang sudah ditentukan pohon
3) Melakukan yang
penyaradan batang disarad
pohon dengan posisi sekitar 10
traktor searah batang pohon
yang akan disarad.
4) Pada saat
menyarad batang
pohon, diupayakan
tidak menabrak dan
merobohkan pohon
sekitar jalan sarad.
5) Jika kayu yang
akan disarad diluar
kemampuan daya tarik
traktor, perintah
kepada oprator
chainsaw untuk
melakukan pembagian
batang pohon.
6) Hindari
menyarad pohon yang
belum dilakukan
pemotongan bebas
cabang dan banir.
7) Cabut dan
serahkan label timber
cruising pada bontos
kayu kepada sceller
setelah sampai TPn.
7) Melaporkan
hasil penyaradan,
keterbukaan areal
penebangan atau
pembuatan jalan sarad
kepada kasi
penyaradan. Pada saat
penyaradan upayakan
posisi pisau traktor
dengan tegakan sisa
yang ada dikiri kanan
jalan sarad.
4 Penebangan Blok 1) Penebaangan 1 Hari Mengamat
RKT dilakukan mengikuti i kegiatan
2019 PT. petunjuk kepala seksi penebanga
Gunung penebangan dan n, jumlah
Gajah penyaradan. pohon
Abadi 2.) Memperhatikan yang
tanda label pohon ditebang
yang dapat diproduksi. sekitar 10
4) Sebelum pohon
melakukan
penebangan oprator
chainsaw harus
memperhatikan
kondisi pohon yang
akan ditebang (pohon
sehat/bebas cacat).
5) Menghindari
arah rebah pohon yang
dapat merusak batang
pohon dan posisi
pohonn yang akan
ditebang harus
diperhatikan.
6) Membuat takik
rebah (1/3 dari
diameter pohon), takik
balas 1/4- 1/2
diameter pohon) daan
melakukan
penebangan dengan
hati-hati.
7) Label Barcode
yang ada dipohon
ditempelkan pada
bontos kayu yang
ditebang, dan bagian
lainnya ditempelkan
pada tunggul pohon
dan dibawa pulang
sebagai pelaporan
untuk pembuatan
administrasi.
8) Melakukan
pemotongan bebas
cabang dan bebas
banir, dan melakukan
pemotongan menjadi
dua bagian apa bila
diperkirakan kayu
tidak dapat disarad
oleh traktor.
5 Pembukaan Pemb Blok 1.) Ikuti petunjuk Kasi 1 Hari Mengamat
Wilayah uatan RKT PWH i dan
Hutan Goron 2020 PT. 2.) Periksa badan jalan memaham
g- Gunung yang akan dibuat i kegiatan
goron Gajah gorong-gorong pembuatan
g Abadi 3.) Perhatikan arah gorong-
pembuangan air/parit gorong
4.) Tentukan titik yang
paling rendah dari titik
terendah bagian badan
jalan dimana air
mengalir di parit dari
dua arah berlawanan
5.) Lakukan
penggalian badan
jalan dengan
kedalaman 1-2 meter
untuk membuat
gorong-gorong
6.) Lakukan
penebangan kayu
berlubang usahakan
ambil kayu dengan
diameter 80-100 cm
7.) Lakukan penarikan
kayu yang sudah
ditebang ke lokasi
gorong-gorong
8.) Lakukan
pemasangan kayu
gorong-gorong pada
lokasi yang sudah
digali dengan
kemiringan 20-30%
9.) Jika sudah selesai
lakukan penutupan
kembali badan jalan
yang digali rata sesuai
badan jalan
10.) Lakukan up grade
jalan
5 Pengangkut Blok 1) Pengangkutan 1 Hari Mengamat
an RKT dilakukan dengan i dan
2019 PT. mengikuti petunjuk memaham
Gunung dari kepala seksi i kegiatan
Gajah pengangkutan. pengangku
Abadi 2) Sebelum unit tan
beroprasi periksa
kondisi masing-
masing unit (logging
dan log loader).
3) Oprator log loader
menurunkan
sambungan pada unit
unit trailer truck.
4) Melakukan
pengangkutan sesuai
dengan kapasitas
logging truck.
5) Melakukan
pengangkutan kayu
oleh oprator logging
truck dengan hati-hati.
6) Melakukan
pembongkaran kayu
dari atas logging truck
dan melakukan
penyusunan pada
lokasi penumpukan
kayu yang sudah
ditentukan
7) Menaikan kembali
sambungan trailer
keatas logging truck.
6 Pengukuran TPN 1. Kayu yang akan 1 Hari Melakuka
(scaling) & KM 41 – diukur harus bebas n
Pemasangan 37 cabang/ranting, Pengukura
paku S banir dan tersusun n panjang
rapi di Tpn agar dan
mudah dilakukan diameter
Greading dan kayu log
Scaling di Tpn.
2. Potong kedua
bontos kayu sampai
Pemasang
siku rata.
an paku S
3. Lakukan
bertujuan
pengukuran kayu
untuk
bulat dengan
menguran
mengukur bagian
gi
terpanjang dan
kerusakan
terpendek kedua
pada kayu
bontos kayu serya
log dan
panjang kayu bulat.
mencegah
Pengukuran
keretakan
dilakukan dengan
pada kayu
cermat batang per
batang untuk
menghindari bias
dalam pengukuran.
4. Setiap batang kayu
bulat yang di ukur
harus diketahui
jenisnya
5. Jika terdapat catat
kayu (mata
buaya,bonggol,
patah runti, pecah
benang , lobang
gerek, lobang besar
Ø > 20 cm ) harus
dilakukan
pemotongan pada
bagian catat
tersebut sehingga
kwalitas batang
kayu menjadi baik,
dilakukan batang
perbatang untuk
mengetahui volume
setiap batang
6. Tempelkan karpet
jenis yang memuat
jenis
kayu,panjang,diame
ter rata-rata, nomor
petak dan nomor
urut batang pada
kedua bontos, dan
penempelan
barcode SIPUUH
7. Kumpulkan
potongan timber
marking warna
merah dari
penebangan/penyar
at untuk dilakukan
pendataan asal usul
kayu (lacak balak)
8. Lakukan
pendataan/pencatat
an semua kayu
yang telah diukur
ke dalam buku ukur
untuk dilakukan
proses LHP.
9. Paku S dipasang
pada bontos kayu
yang rentan pecah /
retak
10. Segera lakukan
pemasangan paku
S pada bontos kayu
yang baru
dilakukan
pemotongan
bontos di Tpn
11. Jumlah
Pemasangan paku
S disesuaikan
dengan komdisi
kayu bulat yang
mulai retak (3 s/d
10 pcs/bontos)
12. Lakukan
penambahan
pemasangan paku
S di Tpk antara
jika ada
pertambahan retak
kayu
Penataan areal Kerja (PAK) adalah kegiatan pembagian areal kerja menjadi
bagian-bagian areal kerja kegiatan pengusahaan hutan dalam jangka waktu 10
tahun (RKUPHHK), selanjutnya dibagi menjadi 10 blok Rencana Kerja Tahunan
UPHHK (RKTUPHHK) dengan batas blok adalah batas alam dan atau batas
buatan, blok RKTUPHHK dibagi menjadi petak-petak kerja yang berukuran
kurang lebih : 1000 x 1000 m (100 ha) dengan batas alam dan atau batas buatan.
Tujuan dari kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) ini adalah untuk mengatur
Blok dan petak kerja tahunan guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
pengawasan kegiatan pengelolaan hutan lestari. Penataan Areal Kerja (PAK) pada
blok kerja RKTUPHHK dilaksanakan 3 (tiga) tahun sebelum penebangan (ET-3)
dan pada Blok RKT 2021 dilaksanakan pada petak dengan total luasan sebesar
2.720 Ha (Hektar).
Pastikan lokasi blok/petak yang akan dilaksanakan kegiatan PAK sesuai
dengan peta RKU dengan skala 1:20.000 atau 1:50.000. Peta RKU yang telah
ditetapkan merupakan acuan bagi setiap kegiatan Penataan Areal Kerja.
Kegiatan Penataan Areal Kerja dimulai dengan penentuan titik ikat ukuran 12
cm x 12 cm tinggi 1,30 meter yang memuat: symbol perusahaan, tahun RKT dan
Titik Kordinat Pastikan Lokasi blok/petak yang akan dilakukan kegiatan PAK
sesuai peta RKU. Titik ikat atau awal biasanya dicirikan dengan lokasi yang
mudah ditemukan dilapangan dan sulit untuk dipindah/berubah letaknya seperti
sungai, anak sungai, pal batas HPH, sudut petak yang sudah ditentukan titik
koordinatnya sebagai starting point.
Pasang pal awal pengukuran sebagai Pal Starting Point yang memuat
informasi seperti : nomor petak/blok dan posisi koordinat. Gunakan cat warna
putih atau karpet kuning. Tentukan azimuth dan jarak ke titik selanjutnya menuju
arah temu gelang batas petak/blok sesuai di peta. Gunakan kompas, meteran,
clinometer dan tabel konversi jarak lapang - jarak datar.
Buat rintisan batas petak atau batas blok sesuai arah azimuth dipeta sampai
sudut petak. Batas blok dan batas petak hanya dibedakan dari lebar rintisan, lebar
rintisan untuk batas blok adalah 2 meter dan batas petak adalah 1 meter.
Kemudian lakukan pemasangan pal batas berikutnya. Lakukan pengukuran dan
pendataan jarak, azimuth, kelerengan dan informasi lainnya disepanjang batas
petak atau batas blok dan masukkan data kedalam blanko tally sheet.
Lakukan penandaan dengan cat merah pada batas petak dan cat biru pada
batas blok setiap jarak maksimal 5 meter. Pasang karpet kuning yang memuat
informasi jarak HM dan azimuth setiap jarak 200 meter pada rintis batas blok.
Untuk tanda batas rintisan blok dengan coretan garis berwarna biru dan untuk
tanda batas rintisan petak berwarna merah vertikal setinggi dada/setinggi mata
pada pohon disepanjang jalur rintisan setiap jarak maksimal 5 meter dan beri label
kuning yang memuat informasi jarak HM dan Azimuth pada rintis batas blok
setiap jarak 200 meter.
Lanjutkan kegiatan pengukuran, perintisan, dan penandaan batas di lapangan
sesuai panjang batas pada peta kerja hingga kembali ketitik awal pengukuran atau
membentuk poligon batas yang tertutup.
Setelah itu, hasil dari penataan hutan akan disusun register petak sebagai unit
pengelolaan hutan terkecil yang memuat identitas petak tersebut antara lain :
Nomor petak, Luas (Ha), Kondisi Fisik Tegakan (primer = Virgin Forest atau
bekas tebangan), input manajemen silvikultur yang telah dilakukan.
3.2.2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan merupakan kegiatan pencatatan,
pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal kerja tahunan untuk mengetahui
jenis, diameter, jumlah pohon inti dan pohon dilindungi serta jenis dan jumlah
volume pohon yang akan ditebang serta pencatatan terhadap hasil hutan bukan
kayu dan data lapangan lainnya. Tujuan dari kegiatan ITSP adalah untuk
memperoleh data potensi dan sebaran tegakan serta kondisi areal pada blok RKT
guna perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan lestari.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.20/PHPL-SET/2015 tentang Petunjuk Teknik Inventarisasi Tegakan Sebelum
Penebangan dalam Hutan Produksi pada ITSP untuk RKT 2021 diwajibkan
menggunakan ID Barcode dengan tujuan memberi identitas tambahan pada
pohon. Penggunaan ID Barcode pada ITSP ini sekaligus dilakukan untuk
mempermudah kegiatan lacak balak dan legalitas kayu yang dipanen. Cara
memperoleh ID Barcode adalah dengan memesan ID Barcode berdasarkan rataan
potensi jumlah kayu pada RKT sebelumnya.
Yang dibutuhkan untuk mencetak ID Barcode adalah PC, printer, ribbon
carbon/tinta, kertas khusus barcode dan loglist kayu. Dalam penggunaan 1 rol
ribbon carbon/tinta dan 1 rol kertas kertas khusus barcode dapat mencetak ID
Barcode sebanyak 500 lembar.
Pada saat pencetakan barcode untuk kegiatan ITSP, 1 nomor urut ID Barcode
dicetak sebanyak 2 kali. Karena 2 barcode tersebut 1 lembarnya akan ditempel
pada bontos, sedangkan 1 lembar yang lain akan ditempel pada tunggak saat
kegiatan pemanenan/skidding. Saat pencetakan, pada bagian belakang barcode
akan diberikan nomor sesuai urut ID Barcode yang terdapat di loglist kayu.
Sebelum pelaksanaan kegiatan ITSP pastikan lokasi blok/petak sudah sesuai
dengan peta RKU. Pertama, tentukan titik awal mulai cruising pada lokasi bagian
Selatan dan Barat petak. Lalu buat jarak antar jalur sepanjang 20 meter (jarak
datar) dari Barat ke Timur sampai ke batas petak. Perintisan jalur dengan lebar
rintis 1 meter pada setiap patok jalur yang telah terpasang.
Lakukan pengukuran topografi dan inventarisasi pohon pada masing-masing
Sta/PU pada setiap jalur. Pasang/tempel ID Barcode dan label plastik bernomor
dengan warna merah pada pohon yang akan ditebang, sedangkan untuk pohon
inti/dilindungi pasang label bernomor dengan warna kuning
A B
Lalu, catat jenis flora dan fauna yang dilindungi/langka jika ditemukan pada saat
cruising sebagai keterangan tambahan.
Pada saat pelaksanaan ITSP dilakukan dengan cara 100% atau sensus untuk
mengetahui potensi tegakan yang ada. Alat yang digunakan untuk mengukur
diameter pohon adalah stick diameter, karena penggunaannya dianggap lebih teliti
dan praktis jika dibandingkan dengan phi-band.
Dilakukan pengukuran posisi X dan Y pohon dengan cara mengukur arah dan
jarak datar pohon untuk mengetahui sebaran pohon dan komposisi hutan.
Pengukuran sudut dilaksanakan agar mempermudah penempatan posisi pohon,
karena sebaran pohon ini dibutuhkan untuk dasar pembuatan peta sebaran pohon.
Setelah pelaksanaan kegiatan ITSP dan hasil ITSP x 0,56 maka diperoleh
hasil akhir berupa dokumen Laporan Hasil Cruising (LHC). Dokumen Laporan
Hasil Cruising ini menjadi data dasar untuk Annual Allowable Cut (AAC) atau
penentuan target tebang tahunan. Melalui data LHC akan dipisah/dipilah
berdasarkan jenis pohon, yaitu pohon tebang, pohon inti, dan pohon dilindungi.
Untuk data jenis pohon inti dan dilindungi akan digunakan oleh bidang
Pembinaan Hutan, sedangkan untuk data jenis pohon tebang akan dimasukkan
kedalam Laporan Target Tebang (LTT) yang nantinya akan digunakan oleh bidang
Produksi dan juga bidang Tata Usaha Kayu (TUK).
Untuk jatah tebangan tahunan rata-rata PT Gunung Gajah Abadi
berdasarkan SK. No. 469/Menhut-II/2012 (perpanjangan ijin) disebutkan bahwa
dalam pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK) harus diterapkan sistem silvikultur
TPTI.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.
P.9/VI/BPHA/2009, Tanggal 21 Agustus 2009, tentang Pedoman Pelaksanaan
Sistem Silvikultur dalam areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK-HA) ditetapkan perubahan rotasi tebangan menjadi 30 tahun disertai
dengan perubahan ukuran limit diameter tebangan, yaitu untuk areal hutan
produksi biasa (HP) ditetapkan limit diameter tebangan adalah > 40 cm.
Sedangkan untuk areal hutan produksi dengan fungsi sebagai Hutan Produksi
Terbatas (HPT) ditetapkan batas limit diameter tabangan adalah > 50 cm. Pada
periode tahun 2012-2021, perencanaan pengelolaan hutan untuk kegiatan
pemanenan dilaksanakan sebagian besar di Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Untuk prestasi kerja regu ITSP adalah 4 hektar per hari untuk satu regu,
sehingga dibutuhkan waktu selama 25 hari untuk luasan areal inventarisasi 100
Ha. Kegiatan ITSP dapat diselesaikan lebih cepat jika cuaca mendukung dan areal
topografi cukup datar. Namun apabila cuaca dalam posisi hujan dan areal cukup
lereng, maka penyelesaian kegiatan ITSP akan lebih dari 25 hari efektif kerja
untuk luasan areal 100 Ha.
Untuk luasan areal tiap petak pada RKT 2021 berkisar dari yang terkecil
dengan luas 1 hektar dan yang terbesar dengan luas areal petak mencapai 100
hektar
3.2.7 Pemetaan
Pemetaan merupakan proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran permukaan bumi (terminology geodesi) dengan menggunakan
cara dan atau metode tertentu untuk mendapatkan hasil berupa softcopy
maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
Tujuan Perpetaan dalam kegiatan perencanaan adalah sebagai panduan
atau informasi tentang : Penyebaran Pohon , Serta Kondisi lapangan seperti :
Jaringan Sungai
Daerah Berbatu
Rawa
Rencana Jalan Sarad
Rencana TPN, dan lain sebagainya
Contoh Peta yang dibuat dalam kegiatan Pemetaan
1. Peta Realisasi Penebangan RKT 2018
2. Peta Blok Tebangan RKT 2021
Realisasi Kegiatan :
B. Tujuan
D. Pelaksanaan
5.) Lakukan penggalian badan jalan dengan kedalaman 1-2 meter untuk
membuat gorong-gorong
6.) Lakukan penebangan kayu berlubang usahakan ambil kayu dengan diameter
80-100 cm
8.) Lakukan pemasangan kayu gorong-gorong pada lokasi yang sudah digali
dengan kemiringan 20-30%
9.) Jika sudah selesai lakukan penutupan kembali badan jalan yang digali rata
sesuai badan jalan
E. Hasil
Realisasi kegiatan
B.) Tujuan
D.) Pelaksanaan
E.) Hasil
Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah,
kayu ini lebarnya kurang dari 1/10 diameter.Fungsi dari kayu engsel adalah
sebagai kemudahan dalam mengarahkan rebahnya pohon.
Gambar 6. Proses Penebangan
Realisasi kegiatan
B.) Tujuan
Menarik kayu dari petak tebang ke tempat pengumpulan kayu (TPn) ditepi
jalan angkutan kayu
D.) Pelaksanaan
Sarung tangan
Realisasi kegiatan
B. Tujuan
D. Pelaksanaan
Bulldozer D85E_SS_2 2
1. Road Construction
Excavator PC 200_8MO 1
Bulldozer
3. D85E_SS_2 6
Skidding
TZA52_ZHN 1
TZA520.PPN 3
FM13/440 1
FM10/440 1
CAT.966F_2 3
5. Whell Loader
CAT.966H 1 Loading/Unloading
Untuk suplai bahan bakar yaitu sekali suplai 8 unit yaitu 80.000 liter dan
kadang - kadang pemakaian tidak sampai satu bulan. Tangki bahan bakar tersedia
di lokasi workshop yaitu ada 5 tangki dan pada saat pengisian bahan bakar atau
pemakaian pelumas yang kurang hati-hati dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila tercecer ke tanah, oleh karena itu workshop memiki lokasi
yang tanahnya sudah disemen agar kedap air dan memiliki saluran yang nantinya
akan membawa limbah tersebut ke oil trap (pemisah anatara limbah oli dan air).
3.4 Tata Usaha Kayu
Tata usaha kayu di ketuai oleh Parningotan T. TUK merupakan tata usaha
pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan dari
perencanaan produksi, eksploitasi, pengelolaan dan peredaran kayu.Administrasi
kayu TUK merupakan bagian dari kegiatan penatausahaan hasil hutan olahan.
Peraturan mengenai Tata Usaha Kayu diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan
No. 55/Menhut-II/2006 Jo P.63/Menhut-II/2006 ; P.8/ Menhut-II/2009;
P.45/Menhut-II/2009 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan
Negara pasal 59 disebutkan bahwa terhadap pemegang IUPHHK yang
mengimplementasikan SI-PUHH online, diberikan kewenangan penerbitan
dokumen SKHHK secara self Assessment oleh petugas penerbit SKHHK setelah
terhadap seluruh kayu yang akan diangkut dilunasi PSDH dan DR-nya.
Sejak tahun 2013, administrasi Tata Usaha Kayu di PT Gunung Gajah Abadi
dilaksanakan dengan sistem databse secara online menggunakan aplikasi SI-
PUHH (Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan).Administrasi Tata Usaha
Kayu menggunakan sistem database online dirasakan tidak sulit dan sistemina
dianggap sudah cukup bagus dan teratur. Pada kegiatan pengelolaan hutan oleh PT
Gunung Gajah Abadi terdapat bebrerapa dokumen yang diperlukan untuk
melengkapi administrasi pada kegiatan penatausahaan hasil hutan. Berikut skema
kegiatan pengangkutan
Buku ukur (BU) adalah catatan harian hasil pengukuran kayu bulat hasil
tebangan di TPn yang berisi informasi nomor batang, jenis kayu, diameter
(pangkal, ujung, dan rata-rata), panjang, volume dan keterangan (catat batang
misalnya gerowong), busuk hati, dan hati rusak
Laporan yang memuat hasil penebangan kayu bulat yang berasal dari petak
tebang atau pembuatan jalan, berisi informasi-informasi nomor batang, jenis kayu,
diameter (pangkal, ujung, dan rata-rata), panjang, volume dan keterangan (cacat
batang misalnya gerowong), Laporan Hasil Penebangan dibuat rekapitulasinya
dua kali dalam satu bulan yaitu pada setiap pertengahan bulan dan akhir bulan
berdasarkan yang dilakukan di TPn yang berada dilokasi dengan memasukkan
data dari Buku Ukur. Laporan Hasil Penebangan dibuat oleh ketua seksi TUK dan
disahkan oleh P2LHP.
1. SKSHHK hanya dapat diterbitkan untuk melindungi kayu bulat yang telah
dibayar lunas PSDH dan DR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
Kayu bulat yang telah disarad dari petak tebang dan sudah berada dalam
tempat pengumpulan kayu (TPn) harus melalui kegiatan pembagian batang
(bucking) dan juga pengukuran (scaling and grading).Pembagian batang
(bucking) diperlukan apabila kayu bulat tersebut melebihi kapasitas panjang
logging truck adalah 20 m. Pembagian batang (bucking) memiliki kebijakan
penyesuaian panjang yang disebut dengan “bucking policy”. Aturan ini
menyatakan bahwa ukuran panjang kayu bulat yang di bucking mempunyai
panjang minimal yaitu tidak kurang dari 8 m dan tidak lebih dari 24 m. Ukuran ini
disesuaikan dengan permintaan konsumen. Sehinggan jika sebuah kayu bulat
memiliki panjang 27 m maka kayu bulat tersebut bisa dibagi menjadi panjang 18
m dan 8 m, intinya jika kayu tersebut harus dibagi maka harus memiliki panjang
lebih dari 8 m.
Jika panjang dari kayu bulat telah sesuai maka perlu dilakukan pengukuran
(scaling) untuk mengetahui volume kayu bulat. Rumus yang digunakan untuk
menghitung volume batang dengan D adalah setengah dari diameter ujung batang
ditambah dengan diameter pangkal dan P adalah panjang kayu bulat.Pengukuran
diameter yang didapatkan dari pangkal dan ujung dilakukan sebanyak dua kali
yaitu penjumlahan diameter terpanjang dan terpendek dibagi dua. Pengukuran
tersebut juga berlaku untuk mengukur diameter gerowong jika kayu bulat tersebut
memiliki cacat berupa gerowong. Volume gerowong didapatkan dari perhitungan
dengan rumus V gr =1,273 x gr2/d² x 100%. Semua perhitungan tersebut ditempel
pada bontos pohon sebagai identitas resmi pohon dan ditulis pada buku ukur
sebagai dasar pembuatan LHP, SKSHHK, maupun dokumen lainnya. Data
identitas pohon juga dimasukkan ke dalam barcode untuk nanti dapat dilakukan
pemantauan dalam SI-PUHH (Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan)
sehingga dapat menginput database secara online.
Proses kegiatan selanjutnya yaitu garding (pengujian kualitas log).
Pengujian kualitas kayu bulat berdasarkan pengujian yang dilihat dari cacat yang
terdapat pada batang sehingga dapat diberi tanda berdasarkan kualitasnya. catat
yang biasanya terdapat pada batang pohon berupa mata buaya, gerowong, kayu
bengkok, lubang gerek dan busuk hati. Jika kayu bulat memiliki kecacatan
tersebut maka kayu bulat diberi tanda cat berwarna putih.
Pekerja yang melakukan kegiatan pengujian kualitas log (grading) disebut
oleh wheel grader yang telah mengikuti pelatihan dan mendapatkan lisensi berupa
Surat Izin Menguji (SIM) untuk melakukan scaling maupun grading. Sementara
melakukan pengukuran log kayu dilakukan oleh scaller yang telah mengikuti
pelatihan sebelumnya dan mempunyai lisensi hanya untuk mengukur log.
Pemberian upah kepada scaler dan whell grader diberi secara bulanan karena
merupakan pegawai tetap dari PT Gunung Gajah Abadi namun untuk hasil kayu
yang diukur dan di uji akan diberikan upah yang sesuai dengan kubikasi log kayu
tersebut.
a) Mengukur kayu yang akan harus bebas cabang / ranting, banir dan tersusun
rapi di TPn agar mudah dilakukan greading dan scalling.
b) Memotong kedua bontos kayu sampai siku rata.
c) Melakukan pengukuran kayu bulat dengan mengukur bagian terpanjang dan
terpendek kedua bontos kayu serta panjang kayu untuk mengetahui isi volume
kayu bulat.
d) Setiap batang kayu bulat yang di ukur harus diketahui jenisnya
e) Jika terdapat cacat kayu (mata buaya, bonggol, pecah benang, lobang gerek,
lobang besar Ø > 20 cm) harus dilakukan pemotongan pada bagian cacat
tersebut sehingga kwalitas batang kayu menjadi baik. Dilakukan batang
perbatang untuk mengetahui volume setiap batang.
f) Menempelkan karpet identifikasi yang memuat jenis kayu, panjang, diameter
rata-rata, nomor petak dan nomor urut batang pada kedua bontos.
g) Mengumpulkan barcode dari penebang untuk pengukuran dan asal-usul kayu
(lacak-balak).
h) Meakukan pendataan / pen-catatan semua kayu yang telah diukur ke dalam
Android (Aplikasi)
i) Melakukan penempelan ID Barcode (Barcode Turunan) pada ujung dan
pangkal kayu.
Untuk pemasangan ID Barcode berbeda dengan ID barcode ITSP. Hal ini
membedakan yaitu ID Barcode pada pengukuran dapat dibagi menjadi beberapa
nomor turunan yaitu apabila terdapat 2 batang dalam satu pohon maka diberikan
ID Barcode turunan dengan menambah nomor 01,02,03 dan seterusnya di
belakang nomor ID Barcode dan menandakan potongan A,B,C.
Dalam kegiatan pengukuran kayu faktor yang paling penting lainnya yang
perlu diketahui adalah mengenai identifikasi jenis kayu. Penetapan nama jenis
kayu biasanya dengan warna, gambar. Kekerasan, dan yang lainnya yang mudah
ditangkap oleh panca indera yang dioakai sebagai dasar.Ciri meliputi kulit,
kambium, gubal teras, lingkaran tumbuh dan lainnya.
Dalam kegiatan pengukuran juga ditemukan jenis cacat kayu bulat alami maupun
lubang akibat serangga, bonggol, busuk hati, pecah dan lain lain.
Hasil pengukuran berupa diameter, panjang dan keterangan kayu
dimasukkan dalam data buku ukur dengan proses penscanan ID Barcode pada
setiap nomor produksi pohon.Dari proses data buku ukur, akan diusulkan sebagai
Laporan Hasil Produksi (LHP) yang akan di upload dalam system
SIPUHH.Setelah LHP disahkan, maka dibuatkan Permohonan Pembayaran
Provisi Sumber Daya Hutan-Dana Reboisasi (PSDH-DR). Proses Pemungutan
dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) merupakan pungutan yang
dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsic dari hasil hutan
yang dipungut dari hutan Negara. Sedangkan Dana Reboisasi (DR) adalah dana
untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan pendukungnya yang dipungut
dari Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari hutan alam yang berupa
kayu.
Pemasangan paku “S” untuk menghindari pecah ataupun retak dan belah
pada bontod kayu dengan memasangkan paku menyerupai huruf “S” dipasang
pada alur retakan yang terdapat pada pangkal maupun ujung kayu hasil produksi
dengan jumlah paku “S” yang dipasang sesuai kebutuhan. Namun kegiatan
pemasangan paku “S” dilakukan oleh tenaga dari bidang Tata Usaha Kayu (TUK).
Berikut prosedur pemasangan paku “S” :
Pengupasan kulit adalah sebuah proses lanjutan kayu pada saat sampai
di TPK (tempat Penimbunan Kayu), pengupasan kayu dilakukan dengan
tujuan agar menjaga kualitas kayu itu sendiri dari kulit kayu yang sudah rusak
dan sebagainya, agar dapat menghasilkan kayu yang berkualitas, kendala
dalam pengupasan adalah ketika batang kayu kering adapula jenis kayu
tertentu yang memang struktur kulitnya keras. Pengupasan kulit dilakukan
ketika kayu log sudah berada pada TPK Hutan. Dalam kegiatan ini kayu atau
log sudah dilakukan pengangkutan dari TPn menuju TPK Hutan yang
dilakukan dengan model estafet.
A. Log atau kayu bulat hasil scaling dan grading akan disimpan pada tpk
hutan dan batu kapur.
B. Lakukan pencatatn dan penandaan terhadap kayu yang cacat dan akan
dilakukan pemotongan kayu (trimming) bulat/log.
C. Lakukan pemotongan catat kayu sesuai dengan grade yang sesuai dengan
grade yang diijinkan atas petunjuk log grader
D. Lakukan penggukuran ulang terhadap kayu bulat yang telah ditrimming
baik diameter bontos dan panjang kayu bulat untuk mengetahui
volumenya. Cata hasil pengukuran pada buku ukur
E. Hasil pengukuran di catat dan ditempel pada kedua bontos menggunakan
karpet marking.
F. Hasil trimming kayu bulat disampaikan pada penerbit lhp untuk dilakukan
penata usahaan kayu sesuai dengan ukuran yang baru dimasukkan kedalam
si-puhh online
C. Metodologi praktek
1. Melakukan kegiatan wawancara dan diskusi kepada para
pekerja pengupas untuk mengkaji dan mempelajari kegiatan
pengupasan kulit kayu bertujuan untuk mejaga kualitas kayu
log yang dilaksanakan di Tpk hutan
2. Mendokumentasikan kegiatan pengupasan kulit kayu dan
mencatat hal-hal penting yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara dan diskusi kepada para pekerja pengupasan.
3.5.1 Persemaian
c. Pelaksanaan:
1. Lakukan pembuatan pondok kerja sebelum memulai pekerjaan
2. Tentukan titik star pembebasan timur barat atau utara selatan atau
sebaliknya
3. Lakukan pembebasan dalam jalur yang lebarnya 20 m secara
sistematis, dimana posisi pekerja berjajar kesamping.
4. Tebas semua perambat (akar-akaran, semak belukar) kecuali rotan
dari jenis yang berharga dengan menggunakan parang. Tinggi tebasan
maksimal 20 cm dari permukaan tanah
5. Tebang pohon penyaing yang berdiameter kurang antara 7 cm dengan
menggunakan parang. Tinggi tebasan maksimal 20 cm dari
permukaan tanah
6. Teres pohon penyaing yang berdiameter antara 7 cm – 20 cm dengan
menggunakan parang. Buang kulit batang lebar ± 20 cm dari
permukaan tanah
7. Pasang papan nama kegiatan disetiap Blok RKT yang sedang
dikerjakan bertulisan : Nama Perusahaan, Bidang, Kegiatan, Jenis
Kegiatan, RKT TPTI Tahun, Blok RKT Tahun, No Petak, Luas,
Lokasi.
TUJUAN:
Penerapan pengajuan proposal dari masyarakat yaitu agar semua bentuk bantuan
yang diberikan kepada masyarakat dapat termonitor dengan baik dan tepat
sasaran.Adapun tahap pelaksanaan dari pengajuan proposal yaitu :
REALISASI KEGIATAN
C. Cara Pelaksanaan
REALISASI KEGIATAN
Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Clinometer, Tally sheet topografi, Tali
ukur dan tali hop, Gun stucker, Parang, Tally sheet flora dan fauna,
Meteran keliling pohon, Alat tulis, Spidol maker (F), patok, kuas, cat
merah dan biru, karpet tanda plot, timber marking,
C. Cara Pelaksanaan
Hitung jarak dipeta, dari titik ikat ke posisi pal starting point lokasi
kerja.
Tarik tali ukur sesuai jarak lapangan dan arah koordinat dari titik ikat
ke posisi batas petak sebagai titk awal pwngukuran batas.
Pasang pal titik starting point, beri tanda petak dan titik koordinat.
Tarik tali ukur setiap kurang lebih 20 meter (PU/Petak Ukur) dan
beri tanda kerpet PU disesuaikan dengan kondisi kelerengan lalu
setiap 100 meter ditandai sebagai jalur pengamatan disepanjang
batas petak. tandai pohon dengan cat berwarna merah untuk batas
petak.
Lakukan langkah 5,6 dan 7 sesuai panjang bats peta kerja. Lakukan
pengukuran topografi, perintisan dan penandaan batas dilapangan
hingga kembai ketitik awal pengukuran atau membentuk polygon
batas yang tertutup.
Buat plot pengamatan pada jalur yang telah ditentukan dengan jarak
antar plot adalah 100 meter, ukuran plot 20 x 20 meter sub plot 10 x
10 meter, 5 x5x meter dan 2 x 2 meter.
Lakukan pengamatan pada tingkat pancang lalu catat nama jenis dan
jumlah keberadaannya dalam plot ukur 5 x 5 meter.
Lakukan pengamatan pada tingkat anakan atau semai lalu catat nama
jenis dan jumlah keberadaannya dalam plot ukur 2 x 2. meter.
Catat pada tally sheet dengan memuat nama fauna (nama daerah),
jumlah, gender dan keterangan lainnya.
Buat papan nama : nama seksi, nama kegiatan, luas dan lokasi.
Lampiran foto
Dokumentasi titik ikat Dokumentasi memperbarui batas
Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Pohon pada Area Kantong Satwa Tahun 2019
Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Tiang pada Area Kantong Satwa Tahun 2019
H' = -∑ ( ni / N In ni / N ) = 2,707 (Range Tinggi)
Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Pancang pada Area Kantong Satwa Tahun
2019
Tabel Indeks Keanekaragaman Jenis Semai pada Area Kantong Satwa Tahun 2019
REALISASI KEGIATAN
Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Teropong, Tali ukur dan tali hop, Gun
stucker, Parang, Data tally sheet, Camera, Alat tulis, Spidol maker (F),
DBH (untuk mengukur diameter pohon), kuas, cat, karpet tanda plot,
timber marking
C. Cara Pelaksanaan
Mempelajari dan mengkaji penjelasaan yang disampaikan pembimbing
lapangan mengenai tujuan dan cara pengerjaan transek orangutan
melalui wawancara dan diskusi secara langsung di lokasi.
Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting mengenai
penngelolaan transek orangutan.
REALISASI KEGIATAN
Alat tulis, GPS, Peta rencana kerja, meteran, Tally sheet pengukur curah
hujan, patok/tiang ukuran (10 x10 cm dan tinggi 1,5 meter),
Ombrometer/penakar curah hujan, gelas ukur 200 ml, Patok kayu ukuran
5 x 10 cm(untuk pagar), gembok.
C. Cara Pelaksanaan
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dicatat pada tally sheet
curah hujan harian.
Lampiran foto
Dokuemntasi mengukur curah hujan dokumentasi data curah hujan
D. Hasil Kegiatan
REALISASI KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
Peta rencana kerja, GPS, Kompas, Clinometer, Bak dan gayung, metran,
penggaris, Parang, gergaji, cangkul, hammer, Alat tulis, papan ukuran
2x20x4 meter, botol aqua bekas, paku, kuas, cat warna biru dan putih.
C. Cara Pelaksanaan
Terdapat 3 (tiga) Seksi yang berada dibawah Bidang Tata Usaha, yaitu Seksi
Personalia, Seksi Umum, dan Seksi Keuangan.
3.7.1 Seksi Personalia
3.7.4 Jumlah Karyawan dan Tenaga Teknis (GANIS) di PT. Gunung Gajah
Abadi
Pada tahun 2019, jumlah karyawan yang ada di IUPHHK PT. Gunung
Gajah Abadi sebanyak 185 orang dengan rincian status karyawan seperti
didalam tabel berikut :
Tabel Rekapitulasi Jumlah Karyawan di PT. Gunung Gajah Abadi Tahun 2019
Keterangan :
a. Karyawan Bulanan
b. Karyawan Harian
c. Karyawan Borongan
1. Karyawan Penebangan : 5 orang
Lampiran Foto
Contoh Rekapitulasi Upah Tambahan di Luar Jam Kerja (voucher)
1. Terima laporan tentang adanya kebakaran dari hasil BAP atau individu
Pelaksanaan :
6. Periksa barang bawaan pengguna pada saat izin masuk dan keluar dari
lokasi areal kerja
M onitori
ng Aktivitas HHBK Rekapitulasi Monitoring HHBK
d. Pengamanan Lingkungan Camp
Pelaksanaan :
1. Pastikan personil satpam siap
2. Lakukan serah terima kegiatan di setiap penggantian shift
3. Lakukan pengontrolan untuk mengetahui semua kejadian gangguan
terhadap lingkungan camp
4. Catat para tamu dalam buku tamudan tanyakan kepentingan datang ke
camp
5. Segera hubungi pejabat yang diperlukan tamu untuk dimintakan
kesediannya ditemui tamu sebelum tamu menghadap
6. Jika terjadi hal yang mengganggu stabilitas keamanan dan
kenyamanan lingkungan camp segera lakukan tindakan dan laporkan
kepada kabid perlindungan hutan.
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT Gunung Gajah Abadi dapat
disimpulkan disimpulkan :
1. Bidang perencanaan hutan memiliki tugas utama yaitu menyiapkan
rencana pengelolaan hutan dalam Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
2. Pada kegiatan produksi di PT Gunung Gajah Abadi sudah dikatakan
cukup baik karena sudah memperhatikan kelestarian lingkungan maupun
pada kelestarian hasil. Dalam penebangan harus memperhatikan arah
rebah di usahakan arah rebah kearah jalan sarad untuk memudahkan
penyaradan kayu log.
3. PT Gunung Gajah Abadi sudah cukup baik dalam memperhatikan
kesehatan keselamatan kerja para karyawan
4. Kegiatan Tata Usaha Kayu di PT Gunung Gajah Abadi lebih tertata
dengan adanya SI- PUHH online, dengan adanya SKHHK semua hasil
hutan yang ada di PT Gunung Gajah Abadi lebih terawasi oleh
pemerintah pusat. Oleh sebab itu kecil kemungkinan kecurangan yang
dilakukan PT Gunung Gajah Abadi.
5. Hubungan antara PT Gunung Gajah Abadi dengan masyarakat sekitar
hutan sudah sangat baik terutama bagi Desa Miau Baru yang letaknya
palig dekat dengan perusahaan, dengan memberi bantuan melalui proses
Pembinaan Masyarakat Sekitar Hutan (PMDH) baik itu bantuan dari
pembiayaan, pembangunan dan memijamkan unit alat berat sesuai yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
5.2 SARAN
Pada saat pembagian batang, pemotongan pangkal dan ujung batang
operator chainsawman wajib menggunakan alat pelindung telinga (earplug).
Perlu adanya sosialisai terhadap kariyawan PT Gunung Gajah Abadi tentang
bagaimana menjaga lingkungan kerja dari sampah-sampah plastik.
Diperlukannya akses internet yang lebihn baik demi menunjang kemudahan
dalam melakukan kegiatan si-puhh online dan kegiatan - kegiatan lainnya.