Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMETAAN POTENSI PANAS BUMI DENGAN


MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH
(Studi Kasus : Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat)

Disusun Oleh:
Alifiah Bilqis Ramadhani
03311740000039

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................2
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Batasan Masalah...........................................................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Penginderaan Jauh........................................................................................................6
2.2 Citra Satelit Landsat 8..................................................................................................6
2.3 Panas Bumi...................................................................................................................7
2.4 Site Selection................................................................................................................7
2.5 Multi Criteria Analysis (MCA)....................................................................................9
2.6 Radiative Heat Flux (RHF)..........................................................................................9
2.7 Penelitian Terdahulu..................................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................13
3.1 Lokasi Penelitian........................................................................................................13
3.2 Data dan Peralatan......................................................................................................13
3.2.1 Data.....................................................................................................................13
3.2.2 Peralatan..............................................................................................................13
3.3 Metode Penelitian.......................................................................................................14
BAB IV JADWAL PELAKSANAAN.....................................................................................18
4.1 Pelaksana Kegiatan....................................................................................................18
4.2 Jadwal Pelaksanaan....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jenis-jenis band pada Landsat 8.............................................................................6
Gambar 2. 2 Tahapan Pemilihan Lokasi (Rikavolic, A., dkk. 2014)..........................................8
Gambar 2. 3 Langkah pemilihan lokasi (Rikavolic, A., dkk. 2014)...........................................8
Gambar 2. 4 Arsitektur GIS based MCDA (Rikavolic, A., dkk. 2014).......................................9
Gambar 2.5 Lokasi Penelitian (DPA KABUPATEN DOMPU 2020)...................................13Y
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian..........................................................................................14
Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data...............................................................................15

2
DAFTAR TABEL
YTabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu

Tabel 4. 1 Rencana Jadwal Pelaksanaan...................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberlangsungan aktifitas masyarakat Indonesia di berbagai bidang sangat tergantung
oleh energi listrik. Kebutuhan akan energi listrik di Indonesia terus meningkat seiring
bertambahnya kebutuhan hidup sehari-hari. Konsumsi tenaga listrik nasional pada tahun
2019 mencapai 289.340,82 GWh. Ketergantungan Indonesia terhadap energi listrik
berbahan bakar fosil sangat tinggi terutama batubara yang digunakan pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada tahun 2019 total kapasitas pembangkit nasional
mencapai 69.678,85 MW dengan presentase PLTU sebesar 43,64% (Kementrian ESDM
2019). Cadangan energi fosil semakin menipis serta menyebabkan pemanasan global dan
kerusakan lingkungan ditambah harga bahan bakar fosil yang tidak stabil dan cenderung
meningkat. (LIPI 2014). Oleh sebab itu ketergantungan terhadap energi fosil perlu diakhiri
dan beralih dengan memanfaatkan energi alternatif yang terbarukan dan berkelanjutan.
Salah satunya adalah menggunakan energi panas bumi.
Energi panas bumi merupakan energi yang bersumber dari panas yang terkandung di
dalam perut bumi dan pada umumnya berasosiasi dengan keberadaan gunung api. Salah
satu karakteristik penting pada energi panas bumi yaitu ramah lingkungan karena dalam
pemanfaatannya hanya sedikit menghasilkan unsur-unsur yang berdampak terhadap
lingkungan sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana yang tercantum
pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi.
Kondisi geografis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang
menyebabkan terbentuknya gunung api yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu
penyimpan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Cadangan panas bumi di Indonesia
diketahui berpotensi mencapai 28,99 GW pada tahun 2010 yang mana merupakan 40%
dari total energi panas bumi potensial yang tersedia di dunia (Siahaan dkk. 2011).
Sedangkan menurut Kementrian ESDM pada statistika ketenagalistrikan tahun 2019,
energi yang telah dimanfaatkan sebanyak 3,06% dari total kapasitas pembangkit listrik
nasional dengan total Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebanyak 19 unit
se-Indonesia.
Persebaran PLTP yang ada di Indonesia masih belum merata, terutama pada
Kepulauan Nusa Tenggara dimana cadangan sumber energi panas bumi terduga sebanyak
747 MW namun masih belum ada PLTP terbangun di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Wilayah Nusa Tenggara Barat tercatat memiliki potensi panas bumi di wilayah Hu’u Daha
sebesar 69 MW yang berada pada kelas cadangan mngkin (ESDM 2016). Pada tahun 2005
pernah dilakukan survei mengenai potensi panas bumi yang ada di daerah Hu’u, namun
survei tersebut menggunakan metode geologi, geokimia dan geofisika dimana
membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu diperlukan solusi yang
memudahkan serta ekonomis agar dapat memaksimalkan potensi energi panas bumi.
Salah satu solusi untuk memaksimalkan potensi energi panas bumi yang ada dapat
memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Penggunaan teknologi penginderaan jauh
dinilai ekonomis karena jangkauan area yang cukup luas. Satelit Landsat 8 merupakan
salah satu citra satelit yang dinilai cukup efektif dalam identifikasi daerah potensi panas
4
bumi dengan memanfaatkan band thermal. Teknik yang digunakan untuk mengetahui
potensi panas bumi salah satunya dengan Multi Criteria Analysis (MCA) serta
penggunaan algoritma Radiative Heat Flux (RHF). Metode Multi Criteria Analysis
digunakan untuk menentukan model berdasarkan beberapa parameter yang ditentukan.
Sedangkan algoritma Radiative Heat Flux (RHF) dapat menentukan besar cadangan panas
bumi yang ada pada kelas spekulatif.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana memetakan potensi panas bumi pada kawasan Hu’u Daha menggunakan
data citra satelit Landsat 8 dengan menggunakan metode Multi Criteria Analysis
(MCA)?
2. Bagaimana cara mengetahui besar potensi panas bumi menggunakan algoritma
Radiative Heat Flux (RHF)?
3. Apakah besar potensi panas bumi yang diidentifikasi menggunakan citra satelit sama
dengan survei lapangan?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Data citra yang digunakan adalah data citra satelit Landsat 8.
2. Lokasi penelitian berada pada Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu.
3. Peta yang dihasilkan antara lain peta NDVI, peta LST, peta kemiringan lahan, peta
ketinggian lahan, serta peta potensi panas bumi.
4. Algoritma yang digunakan untuk menentukan besar potensi panas bumi yaitu
Radiative Heat Flux (RHF).
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisa potensi panas bumi pada kawasan Hu’u Daha menggunakan metode
Multi Criteria Analysis (MCA).
2. Menghitung besar potensi panas bumi menggunakan algoritma Radiative Heat Flux
(RHF).
3. Membandingkan besar potensi panas bumi menggunakan citra satelit dengan hasil dari
survei lapangan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan model Analisa potensi panas bumi yang diharapkan akan menjadi
pertimbangan dalam penentuan lokasi wilayah kerja panas bumi.
2. Memberikan informasi terkait peluang eksplorasi panas bumi menggunakan teknologi
penginderaan jauh.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisa data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji
(Lillesand & Kiefer, 1999). Menurut American Society of Photogrammetry, penginderaan
jauh merupakan pengukuran atau memperoleh informasi dari beberapa sifat objek atau
fenomena dengan menggunakan tape recorder untuk menghindari kontak fisik dengan
objek atau fenomena yang diteliti. Sehingga pemanfaatan teknologi satelit penginderaan
jauh memiliki keunggulan dapat mendeteksi dan melihat kenampakan permukaan objek di
permukaan bumi tanpa mendatangi lokasi secara langsung.
Prinsip dasar dari teknologi penginderaan jauh adalah merekam dengan menggunakan
gelombang elektronik yang dipancarkan oleh satelit penginderaan jauh dan mengenai
objek di permukaan bumi yang kemudian sebagian gelombangnya dipantulkan kembali
sehingga ditangkap oleh satelit. Data yang diperoleh ini kemudian diolah sesuai dengan
kebutuhan sehingga terciptalah informasi yang diinginkan. Dalam penginderaan jauh lebih
memberatkan metode interpretasi yang datanya berupa data kualitatif dan penilaiannya
sangat subjektif bergantung pada pengelihatan manusia.
2.2 Citra Satelit Landsat 8
Landsat 8 diluncurkan pada 11 Februari 2013, adalah satelit Landsat yang paling baru
diluncurkan. Kualitas, detail, cakupan, dan nilai dari Landsat 8 sangat bagus. Sensor
Landsat 8 terdiri dari 2 jenis, yaitu Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infra Red
Sensor (TIRS). Cakupan spektral dan kinerja radiometrik (akurasi, jangkauan dinamis,
dan presisi) dirancang untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi perubahan tutupan lahan
multidekade. OLI menyediakan dua band spektral baru, satu dirancang khusus untuk
mendeteksi awan cirrus dan yang lainnya untuk pengamatan zona pesisir, dan TIRS
mengumpulkan data untuk dua band spektrum yang lebih sempit di wilayah termal yang
sebelumnya tertutup oleh satu band spektrum lebar di Landsats 4–7.

Gambar 2. 1 Jenis-jenis band pada Landsat 8

6
2.3 Panas Bumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air,
serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi. Energi panas bumi merupakan energi yang
bersumber dari panas yang terkandung di dalam perut bumi dan pada umumnya
berasosiasi dengan keberadaan gunung api. Panas Bumi merupakan energi ramah
lingkungan karena dalam pemanfaatannya hanya sedikit menghasilkan unsur-unsur yang
berdampak terhadap lingkungan atau masih berada dalam batas ketentuan yang berlaku.
Dengan demikian, pemanfaatan Panas Bumi dapat turut membantu program Pemerintah
untuk pemanfaatan energi bersih yang sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.
Panas Bumi saat ini belum dimanfaatkan secara optimal karena sebagian besar berada
pada daerah terpencil dan Kawasan Hutan yang belum memiliki prasarana penunjang serta
infrastruktur yang memadai. Keberadaan Panas Bumi di Kawasan Hutan konservasi sama
sekali belum dapat dimanfaatkan sehingga pemanfaatan Panas Bumi perlu ditingkatkan
secara terencana dan terintegrasi guna mengurangi ketergantungan energi fosil. Selain itu,
pemanfaatan Panas Bumi diharapkan dapat menumbuhkan pusat pertumbuhan ekonomi
yang akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kondisi geografis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang
menyebabkan terbentuknya gunung api yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu
penyimpan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Cadangan panas bumi di Indonesia
diketahui berpotensi mencapai 28,99 GW pada tahun 2010 yang mana merupakan 40%
dari total energi panas bumi potensial yang tersedia di dunia (Siahaan dkk., 2011).
Sedangkan menurut Kementrian ESDM pada statistika ketenagalistrikan tahun 2019,
energi yang telah dimanfaatkan sebanyak 3,06% dari total kapasitas pembangkit listrik
nasional dengan total Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebanyak 19 unit
se-Indonesia.
2.4 Koreksi Radiometrik

2.5 NDVI

2.6 LST

2.7 Klasifikasi

2.8 TIN

2.9 Reklasifikasi

2.10 Site Selection


Pemilihan lokasi pada masa lampau didasarkan pada tingkat kriteria ekonomi serta
lingkungan. Namun saat ini dalam pemilihan lokasi memiliki perkembangan yang pesat

7
hingga mencakup kriteria lainnya seperti sosial dan lingkungan sesuai dengan yang
diberlakukan oleh peraturan perundang-undangan dan pemerintah. Pemodelan kesesuaian
pemilihan lokasi pada bidang bisnis dapat menentukan masa depan bisnis di bidang
penting pertumbuhan, ekspansi, dan pendapatan.
Pengumpulan informasi memungkinkan pembentukan lokasi industri potensial yang
dapat dikelompokkan, sedangkan penggunaan kriteria, melalui beberapa iterasi, secara
bertahap mempersempit pilihan . Dengan cara demikian, dapat dilihat jumlah situs yang
tersedia. Dari jumlah tersebut, hanya sejumlah lokasi tertentu yang memenuhi kriteria
pemilihan pengambil keputusan, sehingga mengerucutkan kelompok situs untuk
dipertimbangkan hingga pada akhirnya terdapat sebagian kecil situs yang memenuhi
kriteria.

Gambar 2. 2 Tahapan Pemilihan Lokasi (Rikavolic, A., dkk. 2014)


Proses pemilihan lokasi meliputi:
1. Menetapkan sekumpulan faktor berpengaruh yang relevan dengan pemilihan lokasi
2. Memprediksi dan mengevaluasi intensitas dan arah efeknya dalam waktu dan kondisi
tertentu
3. Evaluasi varian yang mungkin dari solusi dan pemilihan varian yang optimal.
Langkah-langkah dasar dalam proses pemilihan lokasi di bidang internasional dan
nasional diberikan oleh gambar di bawah:

8
Gambar 2. 3 Langkah pemilihan lokasi (Rikavolic, A., dkk. 2014)
2.11 Multi Criteria Analysis (MCA)
Metode Multicriteria Criteria Analysis (MCA) merupakan sebuah teknik yang
digunakan untuk mempertimbangkan banyak kriteria yang berbeda ketika membuat
keputusan. Proses pada MCA dapat dipahami (logis), terstruktur, dan dapat diikuti
sehingga faktor yang berbeda dapat diidentifikasi dengan jelas dan diprioritaskan. Hal ini
memungkinkan solusi alternatif yang sedang dipertimbangkan untuk digolongkan dalam
urutan kesesuaian.
Kriteria dapat terdiri dari dua jenis: faktor dan kendala. Faktor merupakan kriteria
yang meningkatkan atau mengurangi kesesuaian alternatif tertentu untuk aktivitas yang
sedang dipertimbangkan. Oleh karena itu diukur dalam skala kontinu. Batasan berfungsi
untuk membatasi alternatif yang sedang dipertimbangkan. Dalam banyak kasus, kendala
akan diekspresikan dalam bentuk Boolean Map yaitu area yang tidak pertimbangan diberi
dengan angka 0 dan yang dipertimbangkan diberi angka 1.

9
Gambar 2. 4 Arsitektur GIS based MCDA (Rikavolic, A., dkk. 2014)
Pada tahap Site Screening dimulai dengan menentukan kriteria untuk pemilihan lokasi
yang optimal. Hal ini merupakan pertimbangan penting karena menghilangkan semua
situs di luar kawasan yang dipilih. Setelah menentukan kriteria penyaringan/screening
dimulai pengumpulan dan analisis data spasial untuk lokasi mikro dan makro di GIS, apa
yang dihasilkan dengan peta dan kandidat situs. Tahap ini digunakan untuk menentukan
dengan jelas jumlah situs yang memungkinkan (alternatif). Kriteria kesesuaian akan
menentukan tingkat kepuasan yang harus dicapai setiap situs yang memenuhi syarat
(misal: fisik, lingkungan, geografis, kriteria teknis dan politik). Dengan cara yang sama
dibuat peta input kendala dengan mengumpulkan data spasial dan membuat peta untuk
analisis GIS-MCDA.
2.12 Overlay

2.13 Radiative Heat Flux (RHF)


Radiative Heat Flux merepresentasikan panas yang dipancarkan oleh radiasi dari
tanah. Ini terdiri dari fluks panas dari sumber panas bumi ditambah efek radiasi matahari
langsung (tercermin) dan tidak langsung (dipancarkan kembali). Radiative Heat Flux
(RHF) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut dan mempertimbangkan
atmospheric transmissivity, surface spectral emissivity, suhu permukaan tanah
diperkirakan dari data citra satelit (Mia, 2012). Berikut merupakan persamaan untuk
metode RHF:

Qr=τσεA ¿T a4 ¿

Dimana:
τ = Atmospheric transmissivity
σ = Tetapan Stefan–Boltzmann
ε = Emissivity
A = Area (m2 )
Ts = Land surface temperature
Ta = Ambient temperatur
2.14 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai
referensi dalam mengembangkan penelitian ini.
Tabel 2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu
10
Penelitian Permadi dan Cahyono dkk., 2019 Suherman dkk., Penelitian Penulis
Yuwono, 2013 2019
Judul Pemetaan Potensi Analisis Sebaran Pemetaan Dan Analisis Pemetaan
Panas Bumi Potensi dan Karakterisasi Potensi Potensi Panas Bumi
(Geothermal) untuk Manifestasi Panas Energi Panasbumi dengan
Mendukung Bumi Pegunungan Sumatera menggunakan
Program Energi Ijen Berdasarkan Selatan Dengan Penginderaan Jauh
Nasional Jawa Timur Suhu Permukaan dan Penginderaan Jarak (Studi Kasus : Hu’u,
(Studi Kasus : G. Geomorfologi Jauh (Inderaja) Kabupaten Dompu,
Lamongan, Kab. Nusa Tenggara
Probolinggo) Barat)
Metode  Klasifikasi  NDVI  Pemetaan  NDVI
yang terselia  LST menggunakan  Klasifikasi
digunakan  Normalized  Principal alterasi, vegetasi, Supervised
Difference Component dan suhu  LST
Vegetation Index Analysis (PCA) permukaan  Weighted overlay
(NDVI)  Overlay  Ground sampling  Site selection
 Laplacian Matrix
 Uji Laboratorium dengan
 Land Surface
 Karakterisasi menggunakan
Temperature
(LST) sistem, jenis & Multi Criteria
 Reklasifikasi tipe fluida Analysis (MCA)
kontur reservoir, suhu  Menghitung besar
 Overlay bawah permukaan potensi panas
bumi dengan
algoritma
Radiative Heat
Flux (RHF).

Data yang  Citra satelit  Citra satelit  Citra drone  Citra satelit
digunakan Landsat 7 Level Landsat 8  Sampel dan hasil Landsat 8
1G dengan 3 path/row 117/66 uji sampel  Data pendahuluan
tanggal akuisisi 9 dengan tanggal  Citra satelit geologi, geofisika,
Juli dan 10 akuisisi 23 dan geokimia
Landsat 8
Agustus 2009, September 2013,
path/row 125/63  Peta RBI skala
serta 29 Oktober 13 September
2002 2015, dan 18 dengan tanggal 1:25000
 Citra satelit September 2017 akuisisi 06  Data batas
Landsat  Global Digital Agustus 2016, 06 administrasi
orthometrik tahun Elevation Model Juni dan 15
2002 (GDEM) satelit Oktober 2017, 24
 Peta RBI ASTER Mei 2018, dan 15
Kabupaten Oktober 2019
Probolinggo skala  Citra satelit
1:25000 ASTER dengan
 Data lapangan tanggal akuisisi 31
Oktober 2015
 Data geofisika dan
geokimia
permukaan dan
bawah permukaan

Hasil dan  Hasil yang  Hasil yang  Hasil yang


Analisa diperoleh pada diperoleh pada diperoleh pada
penelitian ini yaitu penelitian ini yaitu penelitian ini yaitu
peta persebaran peta persebaran peta LST, peta
vegetasi, peta suhu permukaan kerapatan
suhu permukaan

11
darat, peta tanah, peta vegetasi, peta
geomorfologi, elevasi, peta densitas
peta ketinggian kerapatan kelurusan, peta
lahan, dan peta vegetasi, peta orientasi, dan peta
klasifikasi lahan distribusi alterasi pada
 Analisis dilakukan kelurusan, dan Region of Interest
dengan uji peta potensi (ROI)
klasifikasi untuk
manifestasi  Analisis dilakukan
mengetahui
ketelitian hasil  Analisis dilakukan dengan analisis
klasifikasi serta dengan analisis kelurusan
uji korelasi kelurusan yang (lineament) serta
diperoleh dari alterasi
proses overlay.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada metode
yang digunakan, yaitu menggunakan metode Multi Criteria Analysis (MCA) dengan
perhitungan besar potensi panas bumi menggunakan pendekatan algoritma Radiative Heat
Flux (RHF) pada data citra satelit Landsat 8 serta belum adanya besar potensi panas bumi
dari penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemetaan persebaran
potensi panas bumi yang dilakukan pada wilayah Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah Kecamatan Hu’u,
Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Gambar 2.5 Lokasi Penelitian (DPA KABUPATEN DOMPU 2020)


Kabupaten Dompu merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat
yang terletak dibagian tengah Pulau Sumbawa. Secara geografis Kabupaten Dompu
terletak pada 8°5’53.38”- 8°53’21.97” Lintang Selatan dan 117°37’30”- 118°37’30” Bujur
Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima
 Sebelah Selatan : Lautan Indonesia
 Sebelah Timur : Kabupaten Bima
 Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa
3.2 Data dan Peralatan
3.2.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data citra satelit Landsat 8 dengan tanggal akuisisi 19 September 2020
2. Peta RBI Kabupaten Dompu skala 1:25000
3. Data batas administrasi Kabupaten Dompu
4. Data pendahuluan geologi, geofisika, dan geokimia
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Perangkat Keras (Hardware)
a. Laptop

13
2. Perangkat Lunak (Software)
a. Microsoft Office 365
b. ENVI 5.3
c. ArcMap 10.3
3.3 Metode Penelitian
Adapun tahapan penelitian tugas akhir ini dijelaskan pada diagram alir berikut:

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


Penjelasan diagram alir:
1. Tahap persiapan
a. Identifikasi Masalah
Kegiatan identifikasi masalah dilakukan untuk mengidentifikasi yang akan diteliti,
yang menjadi fokusan penelitian mulai dari meurmuskan masalah di daerah studi
yang dituju, tujuan dilakukannya penelitian, serta manfaat yang diperoleh dari
penelitian yang akan dilakukan.
b. Studi Literatur
Kegiatan studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan referensi dari buku
maupun penelitian-penelitian sebelumnya terkait tema yang diambil, baik data
14
yang digunakan, metode yang digunakan, analisa yang dipilih serta mempelajari
penelitian-penelitian terdahulu yang serupa.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian dari berbagai sumber yang dapat dipercaya.
Data citra satelit Landsat 8 diperoleh dari web USGS yaitu melalui
https://earthexplorer.usgs.gov. Data vektor batas administrasi daerah penelitian
diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang dapat diakses di web
http://tanahair.indonesia.go.id. Data survei pendahuluan geologi, geokimia, dan
geofisika diperoleh dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
b. Pengolahan data
Kegiatan pengolahan data dilakukan untuk mengolah data yang sudah
diperoleh sebelumnya. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada gambar dibawah
ini yang merupakan diagram alir dari tahap pengolahan data pada penelitian:

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data


Penjelasan dari diagram alir diatas adalah sebagai berikut:

15
i. Tahap pemrosesan cira Landsat 8
 Koreksi radiometrik
Koreksi radiometrik adalah koreksi yang ditujukan untuk memperbaiki
nilai piksel supaya sesuai dengan yang seharusnya yang biasanya
mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan
utama. Efek atmosfer menyebabkan nilai pantulan obyek dipermukaan
bumi yang terekam oleh sensor menjadi bukan merupakan nilai aslinya,
tetapi menjadi lebih besar oleh karena adanya hamburan atau lebih kecil
karena proses serapan.
 NDVI
NDVI merupakan pengolahan citra dengan mengombinasikan kanal
Near Infrared dan Merah yang telah terkoreksi atmosfer menjadi citra
baru yang menunjukkan nilai vegetasi dari citra tersebut. Perhitungan
NDVI menggunakan persamaan dibawah:
NIR−R
NDVI =
NIR+ R
dimana untuk Citra Landsat 8 NIR (Near Infrared) merupakan band 5
dan Red (merah) merupakan band 4.
 LST
Perhitungan LST dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
dibawah:

dengan memasukkan hasil perhitungan gamma (γ), radiance (Lλ), delta


(δ), Land Surface Emissivity (ε), dan parameter koreksi atmosfer. Dari
perhitungan LST ini akan diperoleh hasil berupa peta distribusi suhu
permukaan tanah di Kabupaten Dompu untuk kemudian dianalisis
hasilnya.
 Klasifikasi supervised
Klasifikasi supervised maximum likelihood merupakan klasifikasi yang
berpedoman pada nilai piksel yang sudah dikategori obyeknya atau
dibuat dalam training sampel untuk masing-masing obyek penutup lahan.
ii. Tahap pemrosesan Peta RBI
 Digitasi kontur
Digitasi kontur dilakukan agar mendapatkan data kontur dari peta RBI.
Peta RBI skala 1:25000 dilakukan digitasi manual.
 Konversi kontur ke TIN
Setelah mendapatkan kontur dari proses digitasi dilakukan konversi
kontur ke TIN.
 Konversi TIN ke raster
TIN yang dihasilkan pada proses konversi kontur kemudian akan
dikonversi lagi ke dalam bentuk raster.
 Reklasifikasi

16
Setelah mendapatkan data raster, maka akan dilakukan reklasifikasi
yang bertujuan untuk mendapatkan peta kemiringan lahan dan peta
ketinggian lahan.
iii. Tahap analisis
 Multi Criteria Analysis (MCA)
Analisis pertama menggunakan metode MCA dengan mencantumkan
beberapa parameter penelitian. Parameter yang digunakan yaitu:
- Kerapatan vegetasi
- Suhu permukaan tanah
- Tutupan lahan
- Kemiringan lahan
- Ketinggian lahan
 Weighted Overlay
Metode weighted overlay merupakan analisis spasial dengan
menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Metode
ini berada sekaligus dengan proses MCA.
 Radiative Heat Flux (RHF)
Radiative heat flux (RHF) dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut dan mempertimbangkan atmospheric transmissivity, surface
spectral emissivity, suhu permukaan tanah diperkirakan dari data citra
satelit (Mia, 2012). Berikut merupakan persamaan untuk metode RHF:
Qr=τσεA ¿T a4 ¿
Dimana:
τ = Atmospheric transmissivity
σ = Tetapan Stefan–Boltzmann
ε = Emissivity
A = Area (m2 )
Ts = Land surface temperature
Ta = Ambient temperatur
c. Analisis data
Analisis data dilakukan pada metode MCA dan overlay untuk mendapatkan
peta sebaran potensi panas bumi. Selain itu juga dilakukan untuk mendapatkan
besar potensi sebaran panas bumi di daerah Hu’u, Kabupaten Dompu.
3. Tahap akhir
Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan tugas akhir dari hasil
analisis penelitian yang berupa Peta Sebaran Potensi Panas Bumi serta besar potensi
panas bumi pada lokasi studi.

17
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
4.1 Pelaksana Kegiatan
Penelitian tugas akhir ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjana (S1)
Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, dengan identitas mahasiswa sebagai
pelaksana kegiatan penelitian sebagai berikut:
Nama : Alifiah Bilqis Ramadhani
NRP : 03311740000039
TTL : Surabaya, 14 Desember 1999
Telepon : 083813799259
Email : alifiahbilqis34@gmail.com
4.2 Jadwal Pelaksanaan
Dalam penelitian ini, rencana jadwal diperkirakan sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Rencana Jadwal Pelaksanaan
Februari Maret April Mei Juni
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Identifikasi Masalah
2. Studi Literatur
3. Pengumpulan Data
4. Pengolahan Data
Pengolahan Citra
Satelit
Pengolahan Peta RBI
5. Analisis Data
6. Pembuatan Peta
7. Penyusunan Laporan

18
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B.E., Jannah, N., Suprianto, A., Apr. 2019. Analisis Sebaran Potensi dan
Manifestasi Panas Bumi Pegunungan Ijen Berdasarkan Suhu Permukaan dan
Geomorfologi. NATURAL B 5, 1:19-27.
Ernawati, T., dkk. 2014. Pengembangan Industri Energi Alternatif: Studi Kasus Energi Panas
Bumi Indonesia. Diedit oleh Ernawati, T., Negara, S.D. Jakarta: LIPI Press.
Farras, N., Sukmono, A., Bashit, N., Okt. 2017. Analisis Estimasi Energi Panas Bumi
Menggunakan Citra Landsat 8 (Studi Kasus: Kawasan Gunung Telomoyo). Jurnal
Geodesi Undip 6, 4:371-380.
Firdaus, H.S., Taufik, M., Utama, W., Agust. 2013. Analisis Rona Awal Lingkungan dari
Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+. GEOID 09, 01: 58-64.
Hadi, M.N., dkk. 2007. Survei Panas Bumi Terpadu (Geologi, Geokimia Dan Geofisika)
Daerah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur – NTB. Proceeding Pemaparan Hasil
Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan.
Hariyanto, T., Robawa, F.N., Agust. 2016. Identifikasi Potensi Panas Bumi Menggunakan
Landsat 8 Serta Penentuan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Studi Kasus
: Kawasan Gunung Lawu). GEOID 12, 1:36-42.
Jatayu, A. & Susetyo, C., 2017. Analisis Perubahan Temperatur Permukaan Wilayah
Surabaya Timur Tahun 2001-2016 Menggunakan Citra LANDSAT. Jurnal Teknik ITS,
pp. 429-433.
LAPAN, 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jakarta: Deputi Penginderaan Jauh
LAPAN.
Lillesand, T. M. & Kiefer, R. W., 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Permadi, K.D. dan Yuwono, Feb. 2013. Pemetaan Potensi Panas Bumi (Geothermal) Untuk
Mendukung Program Energi Nasional Jawa Timur (Studi Kasus : G. Lamongan, Kab.
Probolinggo). GEOID 08, 02:198-206.
Pemerintah Indonesia, Sept. 2014. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2014 Tentang Panas Bumi. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor
217. Jakarta: Sekretariat Negara.
Rikavolic, A., dkk. 2014. GIS Based Multi-Criteria Analysis for Industrial Site Selection.
Procedia Engineering, 69:1054-1063.
Ritonga, A.F., Novranza, K., Herlambang, R. F., Mei. 2020. Identifikasi Struktur Geologi
Dan Zona Alterasi Dengan Menggunakan Teknologi Remote Sensing Pada Daerah
Prospek Geothermal. Jurnal Teknologi 7, 2: 135-148.
Sambodo, M.T, dkk. 2016. Akses Listrik dan Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta: LIPI Press.

19
Siahaan, M. N., Soebandrio, A., Ketut, W., Okt. 2011. Geothermal Potential Exploration
Using Remote Sensing Technique (Case Study : Patuha Area, West Java). Asia
Geospatial Forum.
Suherman, A., dkk., Okt. 2019. Pemetaan Dan Karakterisasi Potensi Energi Panasbumi
Sumatera Selatan Dengan Penginderaan Jarak Jauh (Inderaja). Seminar Nasional
AVoER XI 2019:1138-1147.

20

Anda mungkin juga menyukai