Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI RIAU

Erwin Pri Utomo1, Uirma Triwi Deana2 ,Roni Suryadi3


Program Magister Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
erwinpry7@gmail.com, uirmatriwideana06@gmail.com, roni@gmail.com

Abstrak
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
................................
Kata Kunci: Kebakaran Hutan

Pendahuluan
Kebakaran hutan dan lahan adalah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
terutama pada musim kemarau. Kebakaran ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat
besar, kerugian ekonomi, dan masalah sosial. Faktanya, kebakaran hutan dan lahan yang besar
mengakibatkan dampak asap yang menghancurkan di luar batas administrasi negara (bencana
transnasional). Menurut (Kementerian......) kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun
2015 di beberapa provinsi, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, menyebabkan bencana
terburuk dalam 18 tahun, yang menyebabkan polusi udara parah di beberapa negara Asia
Tenggara. Secara ekologis, penurunan luas hutan dan degradasi lahan akibat kebakaran
menimbulkan risiko dan ketidakpastian dalam pemulihan kondisi ekosistem, hilangnya nilai
penggunaan kayu dan hutan non-kayu di masa depan dan hilangnya nilai yang diharapkan dari
keanekaragaman hayati yang saat ini belum dimanfaatkan (........). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan
seperti iklim, kondisi penutupan lahan, jenis tanah, dan faktor lingkungan bio-fisik lainnya;
faktor sosial ekonomi dan faktor kebijakan yang dapat meningkatkan interaksi manusia dengan
hutan dan lahan (.............). Menurut (.........) jumlah kegiatan konversi penggunaan lahan yang
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kebijakan kepemilikan lahan adalah
penyebab utama dari tingginya jumlah kebakaran hutan di Indonesia. Oleh karena itu perlu untuk
mereformasi kebijakan kehutanan dan pengaturan penggunaan lahan berbasis penggunaan lahan
(..............), terutama dalam ekosistem yang sangat rentan seperti lahan gambut. Kebakaran hutan
dan lahan dapat terjadi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan, di tanah mineral dan
gambut (...........). Kebakaran yang terjadi di lahan gambut lebih sulit diatasi karena api dapat
menyebar melalui biomassa di atas tanah dan di lapisan gambut di bawah permukaan (..........).
Proses membara di lahan gambut ini sulit diketahui penyebarannya secara visual (.........).
Kondisi gambut kering akibat pembukaan lahan dan kanal / parit dapat menyebabkan lahan
gambut mudah terbakar, terutama di musim kemarau yang panjang (Jaenicke et al. 2010).
Ketersediaan data / informasi tentang tingkat kerentanan dan potensi kebakaran hutan dan lahan
di Provinsi Riau menjadi penting. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu metode
yang dapat memfasilitasi para pemangku kepentingan dalam memantau dan memahami
terjadinya kebakaran hutan, apakah insiden tersebuttelah terjadi atau prediksi kebakaran di masa
depan. Pemodelan spasial kebakaran hutan dan lahan telah menjadi topik studi oleh banyak
peneliti, menggunakan berbagai pendekatan dan pertimbangan, termasuk faktor lingkungan
(biofisik), sosial ekonomi, dan kebijakan. Jaya et al. (2007) memodelkan kebakaran dengan
menggunakan variasi dalam pola iklim lokal (curah hujan), vegetasi (tutupan lahan, kepadatan
biomassa, dan kelembaban), penggunaan lahan dan beberapa faktor terkait seperti jarak dari
sungai, jalan dan pemukiman. (.........) menilai keterkaitan antara hotspot dan aksesibilitas jalan /
sungai sebagai faktor penting dalam pemetaan peta risiko kebakaran di Jambi, Sumatera.
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor alam maupun
faktor manusia. Faktor alami yang sering memicu kebakaran hutan dan lahan adalah kondisi
iklim yang ekstrem, seperti musim kemarau yang berkepanjangan karena fenomena El Nino.
Berdasarkan penelitian (............), kebakaran hutan dan lahan di Indonesia diduga lebih
disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia daripada faktor alam. Namun, diperlukan analisis
kuantitatif yang menjelaskan keterkaitan dan peran masing-masing faktor yang secara signifikan
mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Karakteristik lingkungan yang berbeda
disetiap wilayah mengarah pada kebutuhan akan penelitian yang dapat menjadi rujukan dalam
pengendalian kebakaran yang efektif dan efisien di Provinsi Riau. Penelitian ini diarahkan untuk
mengkaji kebakaran hutan dan lahan dengan pendekatan analisis kuantitatif dan pemodelan
spasial aspek biofisik, aspek sosial ekonomi dan aspek kebijakan di Provinsi Riau. Secara
khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1). mengetahui keterkaitan antara faktor biofisik, faktor
sosial ekonomi dan faktor kebijakan dalam mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan dan lahan
di Provinsi Riau, 2) mengembangkan model spasial kerentanan hutan dan kebakaran lahan, dan
3) merumuskan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan lahan untuk mencegah
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi terjadinya kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau, sehingga dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah
dan pihak terkait dalam menetapkan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan hutan dan
lahan dan pemanfaatan.

Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik deskriptif dengan kajian
kepustakaan (library research) dimana penelitian ini berusaha menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Artikel ini menyoroti
faktor-faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan serta luas kebakaran hutan dan lahan
(Ha) per provinsi di Indonesia Tahun 2016-2021.

Studi Literatur

1. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau Tahun 2016-2020


2016 2017 2018 2019 2020 2021

85.219,51 6.866,09 37.236,27 90.550,00 15.442,00 8.452,00


Sumber: Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI

Data tabel memperlihatkan luas kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau pada
periode 2016-2021 tertinggi 90.550 pada tahun 2019 dan terendah 6.866,09 pada tahun
2017.

2. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016-2021
2016 2017 2018 2019 2020 2021

57.428,7
8.968,09 38.326,09 136.920,00 114.719,00 100.851,00
9
Sumber: Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI

Data tabel memperlihatkan luas kebakaran hutan dan lahan Provinsi Nusa
Tenggara Timur pada periode 2016-2021 tertinggi 136.920,00 pada tahun 2019 dan
terendah 8.968,09 pada tahun 2016.
3. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan Per Provinsi di Indonesia Tahun 2016-2021
PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Aceh 9.158,45 3.865,16 1.284,70 730,00 1.078,00 788,00

Bali - 370,80 1.013,76 373,00 29,00 3,00

Bangka
- - 2.055,67 4.778,00 576,00 323,00
Belitung

Banten - - - 9,00 2,00 -

Bengkulu 1.000,39 131,04 8,82 11,00 221,00 55,00

DKI Jakarta - - - - - -

Gorontalo 737,91 - 158,65 1.909,00 80,00 118,00

Jambi 8.281,25 109,17 1.577,75 56.593,00 1.002,00 438,00

Jawa Barat - 648,11 4.104,51 9.552,00 2.344,00 1.299,00

Jawa Tengah - 6.028,48 331,67 4.782,00 7.516,00 187,00

Jawa Timur - 5.116,43 8.886,39 23.655,00 19.148,00 13.122,00

Kalimantan
9.174,19 7.467,33 68.422,03 151.919,00 7.646,00 19.687,00
Barat

Kalimantan
2.331,96 8.290,34 98.637,99 137.848,00 4.017,00 5.587,00
Selatan

Kalimantan
6.148,42 1.743,82 47.432,57 317.749,00 7.681,00 3.095,00
Tengah

Kalimantan
43.136,78 676,38 27.893,20 68.524,00 5.221,00 1.251,00
Timur
PROVINSI 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Kalimantan
2.107,21 82,22 627,71 8.559,00 1.721,00 1.504,00
Utara

Kepulauan
67,36 19,61 320,96 6.134,00 8.805,00 1.588,00
Riau

Lampung 3.201,24 6.177,79 15.156,22 35.546,00 1.358,00 3.195,00

Maluku 7.834,54 3.918,12 14.906,44 27.211,00 20.270,00 6.414,00

Maluku
103,11 31,10 69,54 2.781,00 59,00 95,00
Utara

Nusa
Tenggara 706,07 33.120,81 14.461,38 60.234,00 29.157,00 42.379,00
Barat

Nusa
Tenggara 8.968,09 38.326,09 57.428,79 136.920,00 114.719,00 100.851,00
Timur

Papua 186.571,60 28.767,38 88.626,84 108.110,00 28.277,00 7.206,00

Papua Barat 542,09 1.156,03 509,50 1.533,00 5.716,00 44,00

Riau 85.219,51 6.866,09 37.236,27 90.550,00 15.442,00 8.452,00

Sulawesi
4.133,98 188,13 978,38 3.029,00 569,00 721,00
Barat

Sulawesi
438,40 1.035,51 1.741,27 15.697,00 1.902,00 647,00
Selatan

Sulawesi
11.744,40 1.310,19 4.147,28 11.551,00 2.555,00 1.833,00
Tengah

Sulawesi
72,42 3.313,68 8.594,67 16.929,00 3.206,00 1.290,00
Tenggara

Sulawesi
2.240,47 103,04 326,39 4.574,00 177,00 401,00
Utara

Sumatera
2.629,82 2.227,43 2.421,90 2.133,00 1.573,00 1.427,00
Barat

Sumatera
8.784,91 3.625,66 16.226,60 336.798,00 950,00 2.927,00
Selatan

Sumatera
33.028,62 767,98 3.678,79 2.514,00 3.744,00 3.051,00
Utara

Yogyakarta - - - 23,00 181,00 -

Total 438.363,19 165.483,92 529.266,64 1.649.258,00 296.942,00 229.978,00


Sumber: Direktorat PKHL Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI
Data tabel memperlihatkan luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di
Indonesia pada periode 2016-2021 tertinggi 336.789 di Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2019. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2021
yang tertinggi yaitu 100.851 di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan yang tidak terdapat
kebakaran hutan dan lahan yaitu Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Yogyakarta. Luas
kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2020 yang tertinggi yaitu
114.719 di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan yang tidak terdapat kebakaran hutan dan
lahan yaitu Provinsi DKI Jakarta. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di
Indonesia pada tahun 2019 yang tertinggi yaitu 336.798 di Provinsi Sumatra Selatan dan
yang tidak terdapat kebakaran hutan dan lahan yaitu Provinsi DKI Jakarta. Luas
kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2018 yang tertinggi yaitu
98.637,99 di Provinsi Kalimantan Selatan dan yang tidak terdapat kebakaran hutan dan
lahan yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Yogyakarta. Luas kebakaran hutan dan lahan per
Provinsi di Indonesia pada tahun 2017 yang tertinggi yaitu 38.326,09 di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan yang tidak terdapat kebakaran hutan dan lahan yaitu Provinsi
Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Gorontalo dan Yogyakarta. Luas kebakaran hutan
dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2016 yang tertinggi yaitu 186.571,60 di
Provinsi Papua dan yang tidak terdapat kebakaran hutan dan lahan yaitu Provinsi Bali,
Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Yogyakarta.

Kesimpulan
Berlandaskan hasil di atas bisa diulas hal-hal yang lebih jelas tentang kebakaran hutan
dan lahan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2016-2021.
1. Luas kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau pada periode 2016-2021 tertinggi 90.550
pada tahun 2019 dan terendah 6.866,09 pada tahun 2017.
2. Luas kebakaran hutan dan lahan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada periode 2016-2021
tertinggi 136.920,00 pada tahun 2019 dan terendah 8.968,09 pada tahun 2016.
3. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada periode 2016-2021 tertinggi
336.789 di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019. Luas kebakaran hutan dan lahan per
Provinsi di Indonesia pada tahun 2021 yang tertinggi yaitu 100.851 di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2020
yang tertinggi yaitu 114.719 di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas kebakaran hutan dan
lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2019 yang tertinggi yaitu 336.798 di Provinsi
Sumatra Selatan. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2018
yang tertinggi yaitu 98.637,99 di Provinsi Kalimantan Selatan. Luas kebakaran hutan dan
lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun 2017 yang tertinggi yaitu 38.326,09 di Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Luas kebakaran hutan dan lahan per Provinsi di Indonesia pada tahun
2016 yang tertinggi yaitu 186.571,60 di Provinsi Papua.
Berdasarkan deskripsi di atas, bisa disimpulkan bahwa luas lahan kebakaran hutan
terbesar dalam kurun waktu 2016-2021 yaitu seluas 336.798 yang terjadi di Provinsi Sumatra
Selatan pada tahun 2019. Kebakaran hutan terluas sering terjadi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, yaitu pada tahun 2017, 2020, dan 2021.

Daftar Pustaka
Sistem, Karhutla Monitoring. 2021. Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (Ha) Per
Provinsi Di Indonesia Tahun 2011-2016. http://sipongi.menlhk.go.id/p.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Soewadji, Jusuf. 2012. "Pengantar Metodologi Penelitian." 98-99. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai