Anda di halaman 1dari 11

PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI PAYANGAN DALAM

PENGOLAHAN SAMPAH DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN


AMBULU KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
Nandita Agustiana Wahyuningsih
NIM. 191510901005

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI PAYANGAN DALAM
PENGOLAHAN SAMPAH DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN
AMBULU KABUPATEN JEMBER

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan guna memenuhi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Penyuluhan Pertania (S1) dalam mencapai gelar
Sarjana Pertanian

Dosen Pembimbing :
Aryo Fajar Sunartomo, S.P., M.Si

Oleh :
Nandita Agustiana Wahyuningsih
191510901005

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Syaiful, F. L & Hayati I (2021) Sampah merupakan sebuah bahan
yang sudah tidak digunakan yang berasal dari alam atau dari kegiatan manusia
yang sudah tidak bermanfaat lagi. Terdapat tiga jenis sampah yaitu sampah
organic, sampah anorganik, dan B3. Sampah organik merupakan sisa makhluk
hidup yang mudah membusuk dan menimbulkan bau (Ekawandani &Kusuma,
2019). Contoh dari limbah organik yaitu sisa sayuran, buah busuk, daun,
ranting pohon, daun kering, dan kotoran hewan. Sampah oraganik biasanya
dikelola kembali menjadi bahan yang bisa bermanfaat bagi alam seperti dibuat
pupuk untuk tanaman. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang
berasal dari benda tak hidup atau susah terurai sehingga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Contoh sampah anorganik yaitu plastik, kaca, logam,
dan kaleng. Salah satu sampah anorganik yang sering digunakan yaitu plastic.
Plastik merupakan bahan yang sering digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yaitu digunakan sebagai alat rumah tangga yang berupa
gelas, garpu, sendok, kursi, meja, botol, kantung plastik dan lemari. Sampah
B3 merupakan limbah yang memiliki bahan berbahaya dan secara tidak
langsung dapat menyebabkan pencemaran lingkungan biasanya dihasilkan dari
sisa industri. Contoh dari sampah B3 yaitu batrai bekas, limbah mesin, oli
bekas, sampah bahan elektronik, dan aki.
Pengelolaan sampah sangat diperlukan dalam menangani masalah yaitu
dengan menggunakan prinsip 4R yaitu 1) Reduce (mengurangi) yaitu kegiatan
untuk melestarikan lingkungan dengan mengurangi pemakaian barang yang
tidak perlu contohnya seperti stryfofoam yang tidak bisa di daur ulang. 2)
Reuse (memakai kembali) yaitu menggunakan barang kembali yang bisa
mungkin digunakan kembali. 3) Recycle (mendaur ulang) yaitu mengelola
kembali barang sudah tidak berfungsi menjadi berfungsi kembali seperti
sampah organic dijadikan pupuk organik. 4) Replace (mengganti) yaitu cara
untuk melestarikan lingkungan dengan cara mengganti barang yang biasanya
digunakan sekali pakai menjadi barang yang lebih tahan lama
Ada beberapa sumber sampah yaitu sampah dari pemukiman penduduk
dan sampah dari tempat umum. Sampah pemukiman penduduk biasanya
berasal dari sebuah keluarga yang tinggal didalam sebuah bangunan atau
asrama dengan jenis sampahnya yaitu sisa makanan, plastik, dan kaleng.
Sedangkan sampah dari tempat umum berasal dari tempat yang banyak orang
berkumpul dan melakukan kegiatan, Tempat tersebut mempunyai potensi
yang besar dalam memproduksi sampah seperti pasar dan pertokohan. Sampah
yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan, sayuran, plastik, kertas, buah
busuk, dan kaleng. Kedua jenis sampah tersebut lebih dikenal dengan sampah
domestik, sedangkan untuk sampah non-domestik merupakan sampah yang
berasal dari limbah industri. Sampah yang ada akan cenderung meningkat
akibat populasi yang semakin banyak sehingga dapat menambah tumpukan
sampah yang ada.

Tabel 1.1 Jumlah Timbulan Sampah di Indonesia Tahun 2022


Jumlah Timbulan Sampah (Ton)
No Kota
Harian Tahunan
1. Banda Aceh 593.50 216,626.78
2. Sumatera Utara 2,416.53 882,033.92
3. Sumatera Barat 1,831.53 668.509.77
4. Riau 3,348.36 1,222,150.98
5. Jambi 437.50 159,688.01
Sumatera
6. 2,326.89 849,315.76
Selatan
7. Bengkulu 105.25 38,417.16
8. Lampung 1,001.05 365,381.91
Kepulauan
9. Bangka 82.36 30,061.11
Belitung
Kepulauan
10. 1,373.02 501,153.40
Riau
11. DKI Jakarta 8,527.07 3,112,381.40
12. Jawa Barat 3,049.01 1,112,888.58
13. Jawa Tengah 11,652.69 4,253,230.71
D.I.
14. 1,118.07 408,097.17
Yogyakarta
15. Jawa Timur 4,076.20 1,487,812.44
16. Banten - -
17. Bali 1,440.99 525,962.04
18. NTB 102.59 37,446.08
19. NTT - -
Kalimantan
20. 1,049.82 383,184.19
Barat
Kalimantan
21. 395.02 144,180.66
Tengah
Kalimantan
22. 1,806.81 659,486.89
Selatan
Kalimantan
23. 1,006.66 367,429.24
Timur
Kalimantan
24. 14.19 5,177.89
Utara
25. Sulawesi Utara 715.84 261,282.48
Sulawesi
26. 384.56 140,365.31
Tengah
Sulawesi
27. 1,535.72 560,536.30
Selatan
Sulawesi
28. - -
Tenggara
29. Gorontalo 200.57 73,209.11
30. Sulawesi Barat 140.93 51,538.36
31. Maluku - -
32. Maluku Utara - -
33. Papua 280.17 102,262.56
34. Papua Barat 49,76 18,162.69
Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022
Berdasarkan table1.1 menunjukan data pada tahun 2022 timbulan sampah
di Indonesia pada tahun 2022 yang berbeda-beda disetiap provinsi. Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki timbulan sampah
tertingi yaitu 11,652.69 ton/hari, sedangkan untuk pertahunnya berjumlah
4,253,230.71 ton/tahun. Tertinggi kedua diantara Jawa Tengah, Jawa Barat,
dan Jawa Timur yang memiliki timbulan sampah kedua yaitu Jawa Timur
dengan Jumlah perharinya 4,076.20 ton/hari, sedangkan untuk pertahunnya
mencapai 1,487,812.44 ton/tahun. Hal ini terjadi dikarenakan kepadatan
penduduk di Jawa Timur dapat mempengarui timbulan sampah. Tingginya
timbulan sampah di Jawa Timur disebabkan oleh berbagai sumber yaitu
seperti berikut :

3.35

7.4

6.91

38.14

16.44

5.88
21.88

Rumah Tangga Perkantoran Perniagaan Pasar


Fasilitas Publik Kawasan Lainnya

Gambar 1.1 Grafik Sumber Sampah di Jawa Timur Tahun 2022


Gambar 1.1 menunjukan grafik sumber sampah di Jawa Timur Tahun
2022 yang tertinggi yaitu berasal dari sampah rumah tangga dengan presentase
38,14%. Sampah rumah tangga ini berasal dari limbah rumah tangga seperti
sisa sayuran, buah busuk, daun, dan batang pohon. Sampah rumah tangga
dapat dikatakan sebagai sampah organik dikarenakan mudah diurai dan bisa di
oalah kembali contohnya seperti pupuk organik untuk tanaman. Sumber
sampah tersebut biasanya dikumpulan di Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) atau biasa di sebut sampah kecil yang biasa dimiliki setiap rumah,
perkantoran, atau pertokohan. Setelah dibuang di TPS selanjutnya dilanjutkan
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau tempat pembuangan besar. Salah
satu daerah di Jawa Timur yang memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yaitu Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember memiliki 5 Tempat Pembuangan Akhir yaitu di
Kecamatan Ambulu, Tanggul, Pakusari, Kencong, dan Balung. Diantara 5
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terbesar di Kabupaten Jember yaitu di
Kecamatan Ambulu. Hal ini dikarenakan Kecamatan Ambulu merupakan
daerah yang memiliki potensi wisata yang banyak sehingga menjadi destinasi
wisata. Destinasi Wisata yang ada di Kecamatan Ambulu yaitu tempat wisata
pantai seperti Pantai Payangan, Watu Ulo, Asmara, Teluk Love, dan Papuma.
Hal tersebut menjadikan banyaknya pengunjung yang berdatangan dari luar
kota untuk menikmati wisata yang ada di Kecamatan Ambulu sehingga dapat
menimbulkan tingginya sampah yang ada. Salah satu objek wisata yaitu Pantai
Payangan yang merupakan objek wisata yang memiliki persoalan sampah
yang serius. Banyak sampah yang berserakan di bibir pantai membuat
keindahan Pantai Payangan berkurang, oleh karena itu sangat diperlukan
partisipasi masyarakat sekitar Pantai Payangan maupun pengunjung dalam
menjaga kebersihan lingkungan sekitar pantai. Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk menimbulkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan sekitar. Kurang
pedulinya masyarakat dalam permasalahan sampah akan menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu yang berpengaruh dalam
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di sekitar pantai yaitu
masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir merupakan sekelompok masyarakat tinggal di daerah
pesisir serta memiliki kebudayaan yang terkait dengan ketergantungan mereka
memanfaatkan sumber daya alam terutama laut (Indarti, I & Kuntari, Y.
2015). Ada dua faktor yang menyebabkan terbentuknya masyarakat di daerah
pesisir, yang pertama yaitu akses dalam melakukan kegiatan untuk mata
pencaharian sehingga sebagian masyarakat pesisir menggantungkan
perekonomian mereka pada sektor laut, yang kedua yaitu mudahnya akses air
sehingga memudahkan masyarakat pesisir dalam memenuhi kebutuhan seperti
mencuci pakaian, sanitasi, dan pembuangan limbah (Wahyudin. 2003)
Salah satu desa yang berada di sekitar Pantai Payangan adalah Desa
Sumberejo. Desa Sumberejo merupakan sebuah desa dengan jumlah penduduk
tertinggi se Kecamatan Ambulu yaitu 26.132 jiwa (BPS, 2022). Sebagaian
besar masyarakat Desa Sumberejo menggantungkan hidupnya pada sektor laut
dengan bermata pencaharian sebagai nelayan dan berjualan hasil laut yang
didapatkan. Salah satu daerah di Desa Sumberejo yang sebagian besar
masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada sektor laut yaitu Dusun Watu
Ulo. Dusun Watu Ulo merupakan Dusun yang berdekatan langsung dengan
pesisir pantai khususnya Pantai Payangan. Hampir seluruh masyarakat Dusun
Watu Ulo khususnya para laki-laki bekerja sebagai nelayan sedangkan untuk
para kaum perempuan sebagian bekerja dengan berjualan hasil laut disekitar
Pantai Payangan dan juga sebagai ibu rumah tangga.
Dusun Watu Ulo merupakan sebuah daerah yang memiliki destinasi
wisata yaitu Pantai Payangan dengan banyaknya jumlah wisatawan yang
datang membuat tumpukan sampah di sekitar wilayah tersebut menumpuk.
Sampah berasal dari aktivitas wisatawa, perdagangan, dan juga rumah tangga
yang ada disekitar muara sungai. Muara merupakan sebuah tempat aliran
sungan yang masuk ke laut atau bendungan sehingga terjadilah pertemuan
antara air laut dengan air tawar. Muara di daerah pesisir biasanya digunakan
untuk masyarakat sebagai tempat bersandar bagi kapal nelayan. Muara yang
berada di sekitar Dusun Watu Ulo digunakan masyarakat sekitar sebagai
bersandarnya kapal nelayan yang sedang dalam perbaikan, dikarenakan
nelayan di Dusun Watu Ulo kebanyakan berangkat mencari ikan melalui
Pantai Papuma. Ombak yang tinggi membuat nelayan takut untuk berangkat
dari Pantai Payangan sehingga kegiatan bongkar hasil laut juga di lakukan di
Pantai Papuma. Sisi lain dari muara yang ada di sekitar Pantai Payangan yaitu
dijadikan masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah. Sampah tersebut
berasal dari wisatawan, rumah tangga, dan juga perdagangan yang dibuang
sengaja disekitar muara sehingga terjadi penumpukan sampah.

Gambar 1.2 Sampah Menumpuk Di Sekitar Muara


Pada Gambar 1.2 merupakan konsisi sampah yang berada di sekitar muara
sengaja dibuang oleh masyarakat sekitar dikarenakan hanya ada satu bak
pembuangan sampah yang ada di sekitar rumah warga yaitu bak sampah
miliki tambak udang yang di sediakan oleh pemilik tambak. Bak sampah yang
di fasilitasi oleh pemiliki tambak sengaja dibuat untuk warga sekitar Sampah-
sampah yang ada disekitar muara biasanya terbawa arus menuju ke laut
sehingga dapat menghambat aktivitas nelayan dalam mencari ikan
dikarenakan sampah tersangkut pada baling-baling perahu. Sampah yang
menyangkut dibaling-baling perahu dapat menyebabkan perahu berhenti, jenis
sampah yang menyangkut biasanya sampah pampers dan perahu. Cara
pengeloaan sampah yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan sampah
yaitu dibakar. Dari fenomena diatas ditemukan adanya permasalahan yang
berkaitan dengan pembuangan sampah dan pengelolaan sampah di pesisir
Pantai Payangan yang kurang sehingga terjadinya penumpukan sampah yang
terjadi di sekitar muara. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
Dusun Watu Ulo sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah. Oleh karena
itu pada penelitian ini mengenai partisipasi masyarakat pesisir dalam
pengelolaan sampah

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Partisipasi Masyarakat Pesisir Pantai Payangan dalam
Pengelolaan Sampah Di Sumberejo Kecamatan Ambulu, Kabupaten
Jember?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis partisipasi masyarakat pesisir Pantai Payangan
dalam pengelolaan sampah di Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa, dapat digunakan sebagai referensi dan informasi
untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan partisipasi
masyarakat pesisir pantai dalam pengelolaan sampah
2. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat dijadikan sebagai solusi dalam
memecahkan masalah di bidang yang berkaitan
3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan
landasan untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan sampah yang
ada di pesisir pantai
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful, F. L., & Hayati, I. (2021). Inovasi pengolahan sampah plastik menjadi
produk dan jasa kreatif di Kenagarian Kinali Kabupaten Pasaman
Barat. Jurnal Hilirisasi Ipteks, 4(4), 233-240.

Ekawandani, N., & Kusuma, A. A. (2019). Pengomposan sampah organik (kubis


dan kulit pisang) dengan menggunakan EM4. Jurnal Tedc, 12(1), 38-43.

Indarti, I., & Kuntari, Y. (2015). Model Pemberdayaansumber Daya Masyarakat


Pesisir Melalui Re-Engineering Ekonomi Berbasis Koperasi
Berkelanjutan.

BPS. 2022. Kecamatan Ambulu Dalam Angka Ambulu Subdistrict In Figures


2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember

Wahyudin, Yudi. 2003. Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir.
Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian
Bogor.

SIPSN. Jumlah Timbulan Sampah Di Indonesia Tahun 2022. Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengelolaan
Sampah, Limbah dan B3 Direktorat Penanganan Sampah

Anda mungkin juga menyukai