Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura sebagai salah satu produk sub-sektor pertanian dipandang

sebagai sumber pertumbuhan baru yang potensial untuk dikembangkan dalam

sistem agribisnis karena mempunyai keterkaitan yang kuat baik ke hulu maupun

ke hilir. Kegiatan tersebut mencakup keseluruhan aktifitas sektor pertanian,

mulai dari penyediaan input produksi sampai dengan pengolahan dan pemasaran

(Jayaputra, 2008).

Salah satu komoditas hortikultura unggulan yang mendapat prioritas

adalah cabai merah (Capsicum annum L) yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Tanaman cabai merah termasuk tanaman semusim yang

tergolong ke dalam suku Solonaceae. Buah cabai merah sangat digemari karena

memiliki rasa pedas dan dapat merangsang selera makan. Selain itu, buah cabai

memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,

karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C (Prayudi, 2010).

Produksi cabai merah Indonesia tahun 2018 mencapai1,2 juta ton yang

dihasilkan oleh hampir setiap provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi

Jawa Barat dengan kontribusi 22,71 persen terhadap produksi cabai nasional

(Tabel 1.)

1
2

Tabel 1. Produksi Cabai Merah di Indonesia Tahun 2018


Produksi Tanaman
Kontribusi
No Provinsi Cabai Merah
(%)
(Ton)
1 Aceh 68.153 5,65
2 Sumatera Utara 155.836 12,91
3 Sumatera Barat 106.061 8,79
4 Riau 17.325 1,45
5 Jambi 38.003 3,16
6 Sumatera Selatan 41.814 3,46
7 Bengkulu 39.794 3,31
8 Lampung 45.380 3,76
9 Kep. Bangka Belitung 2.501 0,21
10 Kep. Riau 2.923 0,24
11 Jawa Barat 274.038 22,71
12 Jawa Tengah 171.796 14,24
13 DI Yogyakarta 34.444 2,86
14 Jawa Timur 91.966 7,62
15 Banten 6.712 0,56
16 Bali 13.501 1,13
17 Nusa Tenggara Barat 23.997 1,99
18 Nusa Tenggara Timur 1.864 0,15
19 Kalimantan Barat 886 0,08
20 Kalimantan Tengah 1.050 0,09
21 Kalimantan Selatan 11.162 0,93
22 Kalimantan Timur 4.168 0,36
23 Kalimantan Utara 1.841 0,15
24 Sulawesi Utara 6.269 0,52
25 Sulawesi Tengah 7.948 0,67
26 Sulawesi Selatan 26.943 2,23
27 Sulawesi Tenggara 1.107 0,09
28 Gorontalo 258 0,02
29 Sulawesi Barat 2.268 0,19
30 Maluku 1.864 0,15
31 Maluku Utara 1.214 0,10
32 Papua Barat 252 0,02
33 Papua 3.412 0,28
JUMLAH 1.206.750 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistika Republik Indonesia, 2018

Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat Indonesia baik untuk di konsumsi oleh rumah tangga maupun industri

makanan. Tercatat bahwa beberapa provinsi memiliki tingkat konsumsi cabai


3

merah perkapita yang cukup tinggi dibandingkan rata-ratanya. Kebutuhan akan

komoditas tersebut yang konsisten dari ke waktu ke waktu dihadapkan dengan

ketersediaan pasokan yang tidak konsisten.

Secara umum, harga cabai merah bervariasi cukup tinggi setiap bulannya

dalam satu tahun. Sedangkan jika dilihat antar tahun, terdapat pola pergerakan

harga cabai merah yang mirip. Pada sekitar akhir tahun hingga awal tahun

berikutnya harga cabai merah selalu menempati nilai tertinggi. Hal tersebut dapat

dikaitkan dengan periode musim penghujan yang terjadi di Indonesia. Selain

faktor cuaca, tingginya harga cabai merah juga diperparah dengan inefisiensi

rantai distribusi komoditas tersebut

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan cabai

merah dengan kontribusi 19,77 persen terhadap produksi cabai merah Jawa

Barat. Pada Tahun 2019 produksi tanaman cabai merah di Kabupaten Ciamis

menghasilkan produksi sebesar 59.809 kwintal, akan tetapi di Tahun 2020

produksi tanaman cabai merah mengalami penurunan yang cukup besar dari

tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 47.986 kwintal, hal ini dapat

disebabkan dari permintaan pasar yang semakin sedikit dan dengan harga

produksi yang semakin tinggi. Berikut ini produksi tanaman cabai merah di

Provinsi Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019-2020 dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi Tanaman Cabai Merah di Provinsi Jawa Barat Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2019-2020
4

Produksi Pertumbuhan
N
Kabupaten/Kota Tanaman Cabai Merah (%)
o
2019 2020
1 Kab. Bogor 38.097 36.699 3,67
2 Kab. Sukabumi 179.321 216.741 20,87
3 Kab. Cianjur 365.501 299.142 18,16
4 Kab. Bandung 496.546 434.261 12,54
5 Kab. Garut 911.354 925.690 1,57
6 Kab. Tasikmalaya 168.977 151.832 10,14
7 Kab. Ciamis 59.809 47.986 19,77
8 Kab. Kuningan 6.472 7.155 10,55
9 Kab. Cirebon 64.987 55.647 14,37
10 Kab. Majalengka 130.489 124.314 4,73
11 Kab. Sumedang 42.033 50.348 19,78
12 Kab. Indramayu 26.272 25.237 3,94
13 Kab. Subang 51.854 49.963 3,65
14 Kab. Purwakarta 44.131 38.755 12,18
15 Kab. Karawang 197 285 44,67
16 Kab. Bekasi 629 637 1,27
17 Kab. Bandung Barat 140.378 161.903 15,33
18 Kab. Pangandaran 937 3.328 255,17
19 Kota Bogor 1.930 1.440 25,38
20 Kota Sukabumi 980 665 32,14
21 Kota Cirebon 1.077 321 70,19
22 Kota Bekasi 90 - 100
23 Kota Cimahi 140 350 150
24 Kota Tasikmalaya 5.340 4.513 15,48
25 Kota Banjar 2.833 2.280 19,52
JUMLAH 2.740.374 2.639.492 3,68
Sumber : Badan Statistika Provinsi Jawa Barat, 2020

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu penghasil komoditas tanaman

cabai yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari produksi cabai merah yang

dihasilkan Kabupaten Ciamis pada Tahun 2018 sebesar 61.626 kwintal. Penghasil

cabai merah terbesar yaitu Kecamatan Panumbangan dengan luas tanam seluas

145 hektar dengan hasil produksi sebesar 7.765 kwintal. Kecamatan

Panumbangan merupakan penghasil komoditas cabai merah terbesar ke dua

setelah Kecamatan Sukamantri yang merupakan penghasil produksi tanaman


5

cabai merah terbesar. Berikut ini merupakan produktivitas tanaman cabai merah

yang ada di Kabupaten Ciamis Tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas


Tanaman Cabai Merah di Kabupaten Ciamis Tahun 2018
Cabai Merah
Tahun 2018
No Kecamatan
Tanam Panen Hasil Produksi
(Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Kwintal)
Banjarsari
1 13 7 125,00 875
Lakbok
2 4 4 99,25 397
Pamarican
3 2 4 92,00 368
Cidolog
4 - - - -
Cimaragas
5 - - - -
Cijeungjing
6 1 3 86,67 260
Cisaga
7 - - - -
Tambaksari
8 - - - -
Rancah
9 - - - -
1
Rajadesa
0 1 - - -
1
Sukadana
1 - - - -
1
Ciamis
2 5 8 143,63 1.149
1
Cikoneng
3 1 1 20,00 20
1
Cihaurbeuti
4 51 54 100,41 5.422
1
Sadananya
5 - - - -
1
Cipaku
6 2 2 80,00 160
1
Jatinagara
7 - - - -
6

1
Panawangan
8 20 23 205,91 4.736
1
Kawali
9 4 7 84,29 590
2
Panjalu
0 63 85 87,36 7.426
2
Panumbangan
1 145 77 100,84 7.765
2
Sindangkasih
2 7 5 92,60 463
2
Baregbeg
3 6 7 69,29 485
2
Lumbung
4 2 4 142,50 570
2
Purwadadi
5 1 1 78,00 78
2
Sukamantri
6 149 214 140,60 30.089
2
Banjaranyar
7 5 6 128,83 773
JUMLAH
482 512 120,36 61.626
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, 2018

Pengembangan komoditas cabai merah yang paling luas di Kecamatan

Panumbangan yaitu di Desa Buanamekar Tabel 4, karena daerahnya didukung

oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai dan sangat besar

peranannya dalam menunjang upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan

dan taraf hidup petani, membuka kesempatan kerja, menunjang pengembangan

agribisnis, meningkatkan ekspor dan mengurangi impor serta melestarikan sumber

daya alam.

Tabel 4. Realisasi Panen, Produktivitas, dan Produksi Cabai Merah di


Kecamatan Panumbangan Tahun 2018
7

Luas Luas
Produktivitas Produksi
No Desa Tanam Panen
Ku/Ha (Ton)
(Ha) (Ha)
1 Sindangmukti 5,5 0,5 85 4,25
2 Tanjungmulya 0,5 0,5 85 4,25
3 Sukakerta 0,5 0,3 85 2,55
4 Sindangbarang 20 5 85 42,5
5 Buanamekar 117,5 28 85 238
JUMLAH 144 34,3 425 291,55

Desa Buanamekar adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan

Panumbangan Kabupaten Ciamis yang memiliki potensi serta mempunyai sumber

daya yang sangat menunjang untuk melaksanakan usahatani cabai merah. Hal ini

ditunjang dengan sistem irigasi dalam pengairannya yang sangat memadai dan

siap untuk diolah serta luas lahan garapan yang berupa ladang 287 hektar (Desa

Buanamekar, 2018).

Menghadapi peningkatan permintaan cabai merah di Desa Buanamekar,

peningkatan produksi diikuti dengan peningkatan kualitas cabai merah. Upaya

untuk menghasilkan cabai yang bermutu tinggi dengan harga dan keuntungan

yang layak, diperlukan penanganan yang baik mulai dari perencanaan tanam,

penentuan lokasi, pengolahan lahan, pemasangan mulsa, semai benih, penanaman

bibit, perawatan, pemupukan, dan pemanenan hingga pemasarannya ke

konsumen.

Kenyataan yang terjadi di kalangan petani setelah produksi tanamannya

tidak jarang petani yang menghitung detail usahatani secara ekonomi. Artinya

mereka tidak pernah membuat perincian biaya-biaya yang dikeluarkan baik

berupa biaya pembelian pupuk, pestisida, sewa lahan, maupun biaya tenaga kerja

serta tidak pernah menghitung jumlah penerimaan dalam sekali panen. Sehingga
8

berapa keuntungan yang didapatkan dalam sekali panen hampir tidak diketahui.

Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pendidikan dan pengetahuan petani itu

sendiri.

Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh petani sangat mempengaruhi

motivasi petani itu sendiri dalam melakukan usahatani. Semakin besar pendapatan

yang diperoleh petani maka semakin giat dan bersemangat petani tersebut

melakukan usahataninya. Begitu juga sebaliknya semakin kecil pendapatan yang

diperoleh oleh petani maka semakin malas dan tidak bersemangat petani tersebut

dalam melakukan usahataninya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis dan

mengkaji pendapatan usahatani cabai merah di Desa Buanamekar Kecamatan

Panumbangan Kabupaten Ciamis.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani cabai merah di

Desa Buanamekar Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis?

2. Berapa besarnya R/C usahatani cabai merah di Desa Buanamekar Kecamatan

Panumbangan Kabupaten Ciamis ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :


9

1. Mengetahui biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani cabai merah di Desa

Buanamekar Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis.

2. Mengetahui R/C usahatani cabai merah di Desa Buanamekar Kecamatan

Panumbangan Kabupaten Ciamis.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan keilmuan dalam

merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian

Universitas Galuh.

2. Bagi petani, sebagai tambahan informasi dan gambaran petani dalam

melaksanakan usahatani cabai merah.

3. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih

baik di masa yang akan datang, terutama dalam pengembangan usahatani

cabai merah.

4. Bagi pihak lain yang membutuhkan,diharapkan dapat menjadi bahan pustaka

dan informasi untuk masalah yang sama di masa akan datang.

Anda mungkin juga menyukai