Anda di halaman 1dari 33

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Zaini dkk (2019), pertanian merupakan kegiatan manusia yang
didalammya melakukan kegiatan bercocok tanam, peternakan serta kehutanan.
Kegiatan pertanian dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik
kebutuhan pangan, sandang dan papan yang di peroleh dari hasil pertanian
tersebut. Pertanian menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam
meningkatkan perekonomian suatu negara. Peran sektor pertanian lainnya adalah
sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, penyedia lapangan kerja dan
sumber pembentukan modal negara. Peran pertanian yang begitu banyak
menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor yang dapat mensejahterakan
kehidupan manusia. Pertanian dapat diartikan dalam arti sempit dan arti luas.
Menurut Yuwono (2016), pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian yang
hanya membudidayakan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Petani
sering mengartikan pertanian hanyalah sebatas membudidayakan tanaman pangan
untuk kebutuhan pangan seperti padi dan jagung, tanaman hortikultura seperti
sayuran, cabai dan bawang. Petani menyebutnya sebagai perkebunan jika ditanam
dalam lahan yang luas dengan tanaman monokultur, sedangkan pertanian dalam
arti luas yaitu pertanian yang membudidayakan tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan serta kehutanan (Yuwono, 2016). Pertanian
dalam arti luas merupakan perkembangan dari pertanian dalam arti sempit dimana
tidak hanya menanam tanaman pangan dan hortikultura tetapi juga melakukan
pemeliharaan hewan berupa peternakan dan pemeliharaan ikan berupa perikanan.
Hasil dari peternakan dapat berupa daging, telur, dan susu yang dapat memenuhi
kesehatan manusia sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Hasil dari
perikanan adalah ikan yang banyak diminati di pasaran karena memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Kehutanan berperan dalam menghasilkan bahan baku
untuk pembuatan kertas dan perabot yang ada di rumah. Hutan yang diimbangi
dengan pemeliharaan yang baik dapat dijadikan sebagai objek wisata alam dan
tentunya dapat menarik perhatian para pengunjung.

1
Menurut Kusmiardi (2018), hortikultura merupakan tanaman yang produknya
berupa buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Tanaman
ini mempunyai eksistensi yang cukup besar di pasar dan memiliki harga yang
tinggi di pasaran karena banyaknya fungsi dan manfaat dari tanaman tersebut.
Tanaman hortikultura berfungsi sebagai sumber pangan manusia, tanaman hias
seperti bunga yang biasanya ditanam di pekarangan rumah dan taman bunga untuk
memperindah tempat tersebut. Tanaman hortikultura juga berfungsi sebagai obat
herbal seperti jahe, kunyit, kencur dan kayu putih. Tanaman hortikultura dibagi
menjadi dua yaitu horti buah dan horti sayur. Contoh dari horti buah adalah apel,
jeruk dan alpukat, sedangkan contoh dari horti sayuran adalah sawi, kacang
panjang dan wortel.
Menurut Lesmana (2015), tanaman wortel (Daucus carota) adalah tanaman
umbi yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk dapat tumbuh dan
berbunga. Wortel termasuk tanaman umbi akar yang dikategorikan sebagai
sayuran dengan struktur tanaman yang terdiri dari daun, akar tunggang, dan
batang yang pendek. Tanaman wortel memiliki umbi yang berwarna oren karena
memiliki kandungan beta karoten dan flavoid yang bersifat sebagai antioksidan
yang bermanfaat untuk tubuh. Tanaman wortel ini tidak mengenal musim
sehingga wortel banyak digemari oleh masyarakat domestik maupun
mancanegara. Tanaman wortel dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi
sehingga banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
Menurut Marpaung dkk (2017), permintaan dan harga yang relatif stabil
menyebabkan wortel banyak dibudidayakan petani untuk mendapatkan
keuntungan karena memiliki prospek pasar yang baik dan juga diminati oleh
masyarakat. Wortel menjadi salah satu sayuran yang diminati karena manfaatnya
yang baik untuk kesehatan manusia. Manfaat wortel yang paling terkenal adalah
dapat menjaga kesehatan mata maka dari itu tidak heran apabila wortel diminati
oleh semua kalangan. Prospek tanaman wortel yang semakin tinggi menyebabkan
produksi wortel semakin besar. Produksi wortel yang ada di Indonesia berasal dari
beberapa provinsi sehingga kita tidak merasa kesulitan untuk mencari wortel dari
berbagai daerah. Berikut tabel provinsi penghasil wortel terbesar di Indonesia.

2
Tabel 1.1 Provinsi Penghasil Wortel Terbesar di Indonesia
No Provinsi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Hasil per Hektar
(Ton / Ha)
1 Aceh 66 941 14, 26
2 Sumatera Utara 2. 763 56254 20, 36
3 Sumatera Barat 1.736 31271 18, 01
4 Jambi 177 2. 603 14, 72
5 Sumatera Selatan 340 3.875 11, 34
6 Bengkulu 1. 497 36. 943 24, 68
7 Lampung 315 5. 839 18, 54
8 Jawa Barat 8. 087 163. 224 20, 18
9 Jawa Tengah 9. 487 153. 058 16, 13
10 Jawa Timur 4. 119 72. 583 17, 62
11 Banten 45 355 7, 89
12 Bali 379 3. 625 9, 56
13 Nusa Tenggara Barat 230 2. 153 9, 37
14 Nusa Tenggara Timur 340 2. 906 8,54
15 Sulawesi Utara 2. 904 32. 798 11, 29
16 Sulawesi Tengah 164 3. 751 22, 87
17 Sulawesi Selatan 2. 774 37. 272 13, 44
18 Sulawesi Tenggara 1 0 0, 40
19 Maluku 4 1 0, 25
20 Maluku Utara 2 0 0, 20
21 Papua Barat 413 139 0, 34
22 Papua 33 62 1, 88
Total 35. 876 609. 634 261, 87
Sumber : BPS Nasional dalam Angka 2018
Berdasarkan Tabel 1.1 penghasil wortel terbesar di Indonesia adalah
Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 163.224 ton karena kodisi lingkungan dan
cuaca di sana sesuai untuk membudidayakan wortel. Penghasil wortel paling
sedikit di indonesia adalah Provinsi Maluku dengan jumlah produksi 1 ton . Jawa
Timur merupakan penghasil wortel terbesar ke tiga di Indonesia, sebagai
penghasil wortel ketiga terbesar di Indonesia Jawa Timur memperoleh wortel dari
kota atau kabupaten di Jawa Timur. Berikut kabupaten atau kota penghasil wortel
di Jawa Timur

3
Tabel 1.2 Kabupaten atau Kota Penghasil Wortel di Provinsi Jawa Timur
N Kabupaten / Kota Produksi Tanaman Sayuran wortel (Ton)
o
1 Malang 16. 228
2 Banyuwangi 11. 924
3 Batu 1. 857
4 Probolinggo 1. 737
5 Magetan 1 .150
Total 32.914
Sumber : BPS Jawa Timur dalam Angka 2017 dan 2018
Berdasarkan Tabel 1.2 penghasil wortel terbesar di Provinsi Jawa Timur
adalah Kabupaten Malang, yaitu sebesar 16. 228 ton hal ini disebabkan Kabupaten
Malang adalah daerah dataran tinggi jadi sesuai untuk membudidayakan wortel di
sana. Posisi kedua berada di Kabupaten Banyuwangi, yaitu sebesar 11.924 ton,
kemudian disusul oleh Kota Batu, yaitu sebesar 1.857 ton. Kabupaten Malang
sebagai penyumbang wortel terbesar di Jawa Timur karena disuplai dari
kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Berikut adalah tabel
kecamatan penghasil wortel terbesar di Kabupaten Malang.
Tabel 1.3 Kecamatan Penghasil Wortel Terbesar di Kabupaten Malang
N Kecamatan Produksi Tanaman Sayur Wortel (Ton)
o
1 Pujon 74. 560
2 Kasembon 42. 000
3 Ngantang 14. 485
4 Karangploso 5.840
5 Jabung 2. 225
Total 139.110
Sumber : BPS Kabupaten Malang dalam Angka 2018
Berdasarkan Tabel 1.3 penghasil wortel terbesar di Kabupaten Malang
adalah Kecamatan Pujon, yaitu sebesar 74.560 ton. Posisi kedua diduduki oleh
Kecamatan Kasembon dengan produksi sebesar 42.00 ton kemudian disusul oleh
Kecamatan Ngantang dengan produksi sebesar 14.485 ton. Kecamatan Pujon
menjadi pemasok wortel di Kabupaten Malang karena tanaman wortel dapat
tumbuh dengan baik di sana.
Komoditas wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang dapat tumbuh dengan baik karena ada beberapa aspek yang mendukung.
Aspek yang mendukung tersebut diantaranya memiliki ketinggian 1100 - 1200 m

4
dpl, memiliki topografi 7°21’ - 7°31’ Lintang Selatan dan 110°10’ - 111°40’
Bujur Timur, selain itu suhu juga mempengaruhi komoditas yang ditanam. Suhu
di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang sekitar 15°C - 27°C,
dimana suhu tersebut cocok untuk tanaman wortel. Jenis tanah disana juga
mendukung dalam membantu pertumbuhan tanaman agar tanaman tersebut dapat
tumbuh dengan subur sehingga menghasilkan hasil panen yang baik, jenis tanah
yang ada disana yaitu tanah andisol yang berasal dari material gunung berapi
sehingga memiliki kesuburan yang baik. Keadaan lingkungan yang mendukung
untuk membudidayakan wortel di Desa Pujon membuat peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai teknologi dan budaya, agroindustri, kelembagaan
serta pemasaran dalam pembudidayaan wortel yang ada di sana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknologi dan budidaya yang diterapkan pada komoditas wortel di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?
2. Bagaimana aspek agroindustri komoditas wortel di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?
3. Bagaimana aspek kelembagaan terkait komoditas wortel di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?
4. Bagaimana aspek pemasaran terkait komoditas wortel di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami teknologi serta budidaya yang diterapkan pada
komoditas wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
2. Mengetahui dan memahami aspek agroindustri komoditas wortel di Desa
Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
3. Mengetahui dan memahami aspek kelembagaan terkait komoditas wortel di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

5
4. Megetahui dan memahami aspek pemasaran terkait komoditas wortel di Desa
Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah, yaitu dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan
untuk meningkatkan potensi wortel di Desa Pujon Kecamatan Pujon
2. Bagi mahasiswa, yaitu dapat memahami, mengetahui dan mengerti faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan wortel di Desa Wisata Pujon
3. Bagi masyarakat, yaitu dapat mengetahui komoditas tanaman yang berpotensi
besar untuk di budidayakan di sesuai dengan kondisi lingkungan di sana.

6
BAB 2. GAMBARAN UMUM

Desa Wisata Pujon Kidul adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang. Dahulunya Desa Pujon Kidul merupakan lahan
persawahan warga setempat. Para pemuda di Desa Pujon Kidul mengembangkan
lahan persawahan tersebut dengan membangun gazebo untuk tempat
berkumpulnya para petani. Para pemuda tersebut terdiri dari lima laki-laki dan dua
perempuan dimana mereka merupakan karang taruna di Desa Pujon Kidul yang
bernama Capung Alas. Pembangunan gazebo di sekitar lahan pertanian warga
membuat mereka berinisiatif untuk mengembangkan Desa Pujon Kidul sebagai
desa wisata.
Inisiatif para pemuda tersebut disetujui oleh kepala desa melalui visi
misinya saat menjabat sebagai kepala desa. Pengembangan Desa Pujon Kidul
sebagai desa wisata memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusianya sendiri yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Masyarakat mampu
meningkatkan perekonomiannya berkat diubahnya Desa Pujon Kidul menjadi
desa wisata dan diresmikan pada tahun 2017.
Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul melalui budidaya tanaman
hortikultura seperti tomat, wortel, selada, dan kubis. Komoditas yang menjadi
unggulan di Desa Wisata Pujon Kidul adalah apel. Pengunjung yang datang dapat
menikmati hamparan lahan pertanian, kuliner, dan berbelanja berbagai macam
sayuran dan buah-buahan.
Berdasarkan letak astronomisnya, Desa Pujon Kidul terletak pada 7o21’ -
7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’ - 111o40’ Bujur Timur dengan luas wilayah
323.159 hektar. Desa Pujon Kidul memiliki topografi berupa perbukitan atau
pegunungan dengan ketinggian wilayah sekitar 1100 - 1200 m dpl. Berikut
perbatasan wilayah Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang :
Sebelah Utara : Desa Ngroto
Sebelah Selatan : Hutan Perhutani

7
Sebelah Timur : Desa Sukomulyo
Sebelah Barat : Desa Pujon Lor

Gambar 2.1 Peta Perbatasan Desa Pujon Kidul


Iklim yang ada di Desa Pujon merupakan iklim tropis, sesuai dengan
keadaan iklim di Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Iklim tropis ini
yang menyebabkan adanya dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Desa Pujon kidul yang terletak di dataran tinggi berakibat terhadap
suhu yang ada disana. Suhu rata-rata Desa Pujon Kidul mencapai 15 - 23oC.
Curah hujan di Desa Pujon Kidul mencapai 2.000 mm dengan curah terbanyak
terjadi pada bulan Desember yakni mencapai 1.200 mm. Desa Pujon Kidul
memiliki jenis tanah andisol yang berasal dari erupsi gunung berapi sehingga
tanahnya bersifat subur. Tanah andisol kaya akan unsur hara dan memiliki banyak
kandungan mineral yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanah andisol berkembang dari abu vulkan dan tuff vulkan yang ada di
Indonesia (Wibisono dkk., 2016).

8
Pada tahun 2019 Desa Pujon Kidul memiliki jumlah penduduk sekitar
4.475 jiwa, dengan rincian 2.297 laki-laki dan 2.178 perempuan yang tergabung
dalam 1.345 kepala keluarga. Desa Pujon Kidul terbagi atas 3 wilayah yaitu
Dusun Krajan RT 6 RW 3 dengan jumlah penduduk 3.162 jiwa, Dusun Maron RT
5 RW 2 dengan jumlah penduduk 963 jiwa, dan Dusun Tulungrejo 2 RT 1 RW 1
dengan jumlah penduduk 350 jiwa. Masyarakat di Desa Pujon Kidul dalam
pemenuhan kebutuhan hidup bergantung terhadap pertanian yang ada disana
karena pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa
Pujon Kidul.
Kemajuan suatu daerah didukung oleh sumber daya manusia yang unggul.
Setiap kegiatan yang dilakukan perlu adanya partsipasi masyarakat demi
terciptanya suatu desa yang lebih baik lagi. Unggulnya suatu sumber daya
manusia membuat wilayah tersebut berpotensi menjadi lebih maju. Sumber daya
manusia di Desa Pujon Kidul mayoritas berasal dari usia yang produktif. Hal
tersebut dapat dilihat dari data rata–rata usia penduduk yang ada di Desa Pujon
Kidul.
Tabel 2.1 Rata-rata Usia Penduduk Desa Pujon Kidul
No. Usia Jumlah Penduduk
1. 0 - 5 tahun 253 Jiwa
2. 6 - 12 tahun 469 Jiwa
3. 13 - 17 tahun 322 Jiwa
4 18 - 45 tahun 2.037 Jiwa
5 diatas 45 tahun 1.394 Jiwa
Jumlah 4.475 Jiwa
Sumber : BPS Kabupaten Pujon 2019
Berdasarkan Tabel 2.1 penduduk dengan usia 0 – 5 tahun sebanyak 253
jiwa. Penduduk berusia 6 – 12 tahun terhitung sebanyak 469 jiwa, kemudian
disusul penduduk dengan usia 13 – 17 tahun sebanyak 322 jiwa. Selanjutnya
penduduk dengan usia 18 – 45 tahun sebanyak 2.037 jiwa dan yang terakhir
penduduk dengan usia diatas 45 tahun sebanyak 1.394 jiwa. Usia produktif setiap
manusia berkisar antara 20 – 45 tahun. Jumlah penduduk Desa Pujon Kidul yang
berada pada usia produktif sekitar 2.037 jiwa atau hampir setengah dari jumlah

9
penduduk yang ada di Desa Pujon Kidul. Tenaga kerja produktif merupakan
modal awal yang harus dimiliki setiap wilayah agar suatu wilayah tersebut dapat
semakin berkembang. Semakin banyak usia produktif yang ada maka semakin
banyak juga generasi sumber daya manusia yang diharapkan mampu menciptakan
suatu pembaharuan. Generasi sumber daya manusia menjadi penentu dari
perkembangan suatu hal untuk menciptakan suatu perubahan ke arah yang lebih
baik lagi.
Pendidikan adalah suatu pembelajaran pengetahan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke genereasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi dibawah bimbingan orang lain tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Pendidikan biasanya mempengaruhi pola pikir individu dalam bertindak, selain
mudah menerima informasi yang lebih maju membuat pikiran kita semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Berikut adalah tabel penamatan
pendidikan penduduk Desa Pujon Kidul.
Tabel 2.2 Penamatan Pendidikan yang ada di Desa Pujon Kidul
No Jenjang Pendidikan Jumlah Penduduk
1 Tidak /belum pernah sekolah 726 jiwa
2 Tidak tamat Sekolah Dasar 494 jiwa
3 SD/MI 2297 jiwa
4 SMP/MTs 622 jiwa
5 SMA/MA 285 jiwa
6 D-1/D-2 8 jiwa
7 D-3 13 jiwa
8 D-4 / S-1 29 jiwa
9 S-2 1 jiwa
Sumber : BPS Kabupaten Pujon 2019
Berdasarkan Tabel 2.2 mayoritas penduduk di Desa Pujon Kidul hanya
menyelesaikan pendidikan di jenjang sekolah dasar bahkan jumlah penduduk yang
tidak menempuh pendidikan berada di urutan terbanyak kedua setelah lulusan
sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor

10
penyebab rendahnya perekonomian masyarakat karena minimnya keahlian dan
pendidikan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Sumber mata pencaharian sehari – hari masyarakat di Desa Pujon Kidul
mayoritas berasal dari sektor pertanian maupun perkebunan. Minimnya tingkat
pendidikan membuat masyarakat Desa Pujon Kidul lebih memilih untuk bertani
dan tidak melanjutkan pendidikannya. Bekerja menjadi petani hanya berdasarkan
pengalaman masyarakat setempat yang diturunkan sejak dahulu. Sektor pertanian
di Desa Pujon Kidul sangatlah baik dan merupakan sumber penghasilan bagi
masyarakat setempat. Masyarakat Desa Pujon Kidul menggantungkan hidup
mereka di sektor pertanian demi kesejahteraan hidup mereka sendiri. Tidak hanya
di sektor pertanian, masyarakat juga bekerja di berbagai sektor lain sebagai mata
pencaharian mereka. Berikut data mata pencaharian yang dimiliki penduduk di
Desa Pujon Kidul.
Tabel 2.3 Mata Pencaharian yang ada di Desa Pujon Kidul
No Pekerjaan Jumlah Penduduk
1 Belum bekerja 952 orang
2 Buruh harian 25 orang
3 Pertanian 1833 orang
4 Sektor peternakan 1714 orang
5 Jasa 91 orang
6 Sektor lainnya 16 orang

Sumber : BPS Kabupaten Pujon 2019


Berdasarkan Tabel 2.3 pertanian dan peternakan merupakan mata
pencaharian utama bagi penduduk di Desa Pujon Kidul. Sektor tersebut sangatlah
penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Setiap hari masyarakat
selalu bertani di sawah maupun beternak hewan seperti sapi. Tingkat pendidikan
yang rendah membuat kebanyakan masyarakat di Desa Pujon Kidul memiliki
pekerjaan yang terbilang minim penghasilannya sehingga membuat perekonomian
mereka masih rendah pula.
Mayoritas penduduk di Desa Pujon Kidul beragama islam dengan jumlah
penduduk yang penganutnya sekitar 4.475 orang. Ada pula masyarakat Desa

11
Pujon Kidul yang memeluk agama budha sebanyak 2 orang dan Kristen hanya 1
orang. Banyaknya penduduk yang menganut agama islam didukung dengan
adanya infrastruktur tempat ibadah berupa bangunan masjid sebanyak 5 buah dan
bangunan musholah sebanyak 27 buah, sedangkan infrastruktur tempat ibadah
untuk penganut agama kristen dan budha maupun agama lainnya selain islam
belum terdapat di Desa Pujon Kidul.
Masyarakat Desa Pujon Kidul memiliki riwayat penyakit yang terbilang
relatif tinggi disebabkan oleh infeksi pernafasan akut dibagian atas, malaria,
penyakit sistem otot, dan jaringan pengikat. Penyakit tersebut bersifat cukup berat
dan berlangsung lama dalam penyembuhannya. Infrastruktur fasilitas kesehatan
yang tersedia di Desa Pujon Kidul terdiri dari polindes sebanyak 2 unit, posyandu
5 unit, dan bidan desa sejumlah 2 orang. Desa Pujon Kidul belum memiliki tenaga
kesehatan seperti dokter umum maupun dokter spesialis untuk masyarakat karena
fasilitas yang masih kurang memadai.
Perekonomian yang kuat pada suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh
infrastruktur penunjang pembangunan desa. Pembangunan infrastruktur yang baik
dapat meningkatkan jaringan informasi dan akses pasar yang lebih baik lagi.
Informasi mengenai pasar sangat dibutuhkan para petani agar mereka mengetahui
harga yang berada di pasaran seberapa dan komoditas apa saja yang sedang
dibutuhkan dan diminati oleh konsumen. Infrastruktur penunjang yang terdapat di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang di bidang pembangunan
desa berupa jalan lingkungan, bangunan sosial, saluran air di permukiman,
pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur lingkungan desa,
sarana dan prasarana desa wisata, pengembangan usaha ekonomi produktif serta
bangunan sosial.
Jenis kegiatan dari bidang-bidang tersebut yaitu pembuatan aula untuk
tempat wudhu, pelebaran jembatan, pembangunan pos keamanan, rabat beton,
pembangunan mushola, pembangunan drainase, makadam, pembangunan gedung
Taman Kanak-kanak, pembangunan pondok pesantren, rehab sebagian masjid,
jalan paving, pembangunan gapura atau joglo, pelebaran jembatan, pembangunan
gorong-gorong, penyemiran jalan, penyelesaian pendopo, pengembangan wisata

12
desa, pipanisasi air bersih, saluran irigasi, tandon air serta pembangunan balai
desa.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Teknologi dan Budidaya Komoditas Wortel di Desa Pujon Kidul


Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
Wortel merupakan jenis sayuran umbi, tanaman wortel cukup terkenal di
manca negara. Tanaman wortel banyak dikenal masyarakat karena dalam
kehidupan sehari-hari wortel selalu hadir tanpa mengenal musim dan banyak
dijadikan sebagai bahan olahan pangan oleh karena itu banyak masyarakat yang
telah membudidayakan tanaman wortel. Tanaman wortel terbagi menjadi dua
jenis yaitu tanaman wortel sayur dan buah, tanaman wortel sayur cenderung lebih
kecil dari pada tanaman wortel buah dan rasa yang dimiliki oleh wortel buah
cenderung lebih manis dan biasa dimanfaatkan sebagai olahan jus. Wortel
merupakan tanaman yang kaya akan manfaat dan sangat cocok untuk kita
konsumsi.
Tanaman wortel dapat disebut tanaman hortikultura sayur ataupun
hortikultura buah, tanaman ini memiliki dua musim selama hidupnya setelah
tanam atau disebut tanaman biennial. Tanaman wortel termasuk ke dalam jenis
tanaman umbi-umbian. Berikut klasifikasi dari tanaman wortel:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobyonta
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Famili : Apiacelie
Ordo : Apieles
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
Tanaman wortel tersusun dari daun, tangkai, bunga, batang, dan akar .
Secara keseluruhan tanaman wortel dapat tumbuh hingga setahun lamanya dan
termasuk ke dalam tanaman dwitahunan, tanaman ini dapat tumbuh tegak hingga

13
30 – 100 cm atau lebih. Tanaman wortel memiliki ciri-ciri morfologi sebagai
berikut:
a. Daun
Daun wortel bersifat majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak daun
berbentuk lanset. Setiap tanaman memiliki 5 – 7 tangkai daun yang berukuran
agak panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang halus
sedangkan helaian daun lemas dan tipis. Daun tanaman wortel bewarna hijau.
b. Batang
Batang tanaman wortel sangat pendek sehingga hampir tidak nampak.
Batangnya juga bulat, tidak berkayu, agak keras, dan berdiameter kecil sekitar
1 – 1,5 cm. Pada umumnya batang tanaman wortel bewarna hijau tua. Batang
tanaman ini tidak bercabang namun ditumbuhi oleh tangkai daun yang panjang
sehingga kelihatan seperti bercabang.
c. Akar
Tanaman wortel memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut, dalam
pertumbuhannya akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi
menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk akar akan berubah
menjadi besar dan bulat memanjang hingga berdiameter 6 cm dan panjang
sampai 30 cm tergantung varietasnya.
d. Bunga
Bunga tanaman wortel tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk seperti payung
berganda, dan bewarna putih atau merah jambu agak pucat. Bunga mamiliki
tangkai yang pendek dan tebal. Kuntum bunga terletak pada bidang yang sama.
Bunga wortel telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji
yang berukuran kecil dan berbulu. Bunga akan muncul saat tanaman wortel
memasuki fase generatif
e. Umbi
Wortel merupakan tanaman sayuran umbi berbentuk semak yang dapat tumbuh
sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek
dan berakar tunggang yang fungsinya menyimpan cadangan makanan. Warna

14
umbi oranye dan memiliki banyak sekali kandungan yang bermaanfaat bagi
tubuh. (Lesmana, 2015).
Tanaman wortel dapat tumbuh baik pada suhu optimun sekitar 15 – 21 ºC.
Suhu tersebut cocok untuk pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman sehingga
warna dan bentuk akar dapat optimum. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan
wortel adalah tanah yang drainasinya baik, pH 5 – 8, kaya bahan organik dan
subur pada ketinggian 1.200 – 1.500 m dpl. Tanah lempung berpasir cocok untuk
budidaya tanaman wortel karena mudah untuk penetrasi akar sehingga
pertumbuhannya dapat mencapai ukuran panjang dan besar yang optimum.
Kelembaban tanah merupakan hal yang sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman wortel (Ecenk dkk., 2017).
Wortel setiap zaman mengalami perkembangan mulai dari wortel yang
berwarna ungu, putih, kuning, merah, hijau, bahkan hitam namun sekarang ini kita
mengenal wortel bewarna oranye. Tanaman wortel saat ini terbagi menjadi 3
varietas kelompok yang berdasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe Imperator,
Chantenay, dan Nantes. Tipe Imperator merupakan tipe yang umbinya berbentuk
bulat panjang dengan ujung runcing, panjang umbi 20 – 30 cm, dan rasa yang
kurang manis sehingga kurang disukai oleh konsumen. Tipe Chantenay adalah
tipe yang umbinya berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul, panjang antara
15 – 20 cm, dan rasa yang manis sehingga disukai konsumen sehingga banyak
dikembangkan dan dibudidayakan oleh para petani. Tipe Nantes adalah tipe yang
umbinya berbentuk peralihan antara tipe Imperator dan Nantes, yaitu bulat pendek
dengan ukuran panjang 5 – 6 cm atau berbentuk bulat agak panjang dengan
ukuran panjang 10 – 15 cm. Varietas tipe Chantenay merupakan kualitas yang
paling diunggulkan karena hasil produksinya yang baik dan rasanya yang manis,
sehingga banyak para petani yang berusaha mengembangbiakan dan
membudidayakan varietas wortel ini. (Lesmana, 2015).
Wortel merupakan tanaman yang kaya akan manfaat. Wortel diketahui
banyak mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, betakaroten, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, glutanin, Ca, Mg, Fe, P, S dan Cl sehingga baik untuk
dikonsumsi dan diolah menjadi berbagai macam olahan seperti tepung wortel,

15
donat wortel, roti wortel dan masih banyak lagi. Tanaman wortel juga dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti menurunkan tekanan darah tinggi,
mengencangan kulit muka, kolesterol tinggi, pankreas,kanker paru-paru, kanker,
hepatitis, mencegah stroke, dan yang paling umum adalah dapat menjaga
kesehatan mata kita karena kandungan vitamin A yang dimiliki wortel cukup
tinggi (Munawwarah, 2017).
Menurut Gede dkk. (2018), usahatani merupakan kegiatan atau sistem
pertanian dengan bergantung pada tenaga kerja manusia, modal, serta berbagai
sumber daya alam yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan atau hasil
produksi setinggi-tingginya dan menghasilkan suatu produk pertanian secara
efektif serta efisien. Usahatani merupakan bentuk pengorganisasian serta
pengelolahan dan tata cara yang dilakukan dalam bidang pertanian dengan tujuan
untuk menambahkan nilai serta kesejahteraan untuk memperbaiki taraf kehidupan
petani. Usahatani sendiri tidak hanya mencakup tentang bercocok tanam saja
melainkan juga seluruh aspek yang ada di dalam pertanian itu sendiri.
Komoditas yang diusahakan di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang salah satunya adalah hortikultura sayur contohnya adalah
wortel. Budidaya wortel yang dilakukan di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang yaitu dengan cara mempersiapkan benih wortel sesuai degan
yang dibutuhkan, persiapan lahan atau tanah yang subur untuk berlangsungnya
proses penanaman, melakukan penanaman biji wortel yaitu dengan cara disebar,
melakukan pemumpukan, melakukan perawatan atau pemeliharaan, serta
pengendalian organisme atau hama.
Proses usahatani hortikultura wortel yang terdapat di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yaitu mulai dari proses pemanenan wortel,
proses pemilahan wortel yang baik dan tidak rusak atau penyortiran wortel untuk
membedakan kualitas dari wortel tersebut sampai dengan penjualan kepada
tengkulak secara langsung. Tengkulak mengambil wortel langsung dari lahan.
Hortikultura wortel tidak hanya laku di pasar lokal saja namun juga di manca
negara karena tanaman wortel merupakan suatu komoditas yang kaya akan

16
manfaat dan sangat baik untuk dikonsumsi. Berikut langkah-langkah usahatani
komoditas wortel di Desa Pujon Kidul :

1. Perencanaan Usahatani
Komoditas utama yang akan dibudidayakan adalah tanaman wortel karena
wortel merupakan komoditas unggulan yang banyak dicari-cari oleh
konsumen. Wortel dipilih karena mudah dalam perawatan dan budidayanya.
2. Musim Tanam
Tanaman wortel dapat tumbuh baik di Desa Pujon Kidul karena kesesuain alam
yang ada di Desa Pujon sangat cocok untuk ditanami wortel. Wortel dapat
tumbuh baik di daerah dataran tinggi dengan suhu rata-rata 15 – 21 ºC. Proses
perawatan tanaman wortel cukup mudah dan hasil produksi wortel di Desa
Pujon sangat baik sehingga wortel dijadikan salah satu komoditas unggulan di
Desa Pujon Kidul. Umur rata-rata tanaman wortel berkisar 3 bulan setelah
tanam. Produksi tanaman wortel di Desa Pujon mencapai 12.650 ton dalam
setahun terakhir, banyaknya produksi ini berdampak langsung ke
perekonomian masyarakat karena hasil yang diperoleh selalu laku dipasaran.
3. Pemasaran
Wortel yang telah dipanen akan dipilah mana wortel yang bagus dan mana
wortel yang buruk, hal tersebut dilakukan agar para konsumen tidak merasa
kecewa saat membeli tanaman wortel. Harga pasaran tanaman wortel perkilo
adalah RP. 8.000, dilihat dari banyaknya produksi yang dihasilkan membuat
hasil pendapatan yang diperoleh petani di Desa Pujon sangatlah banyak dan
cukup menguntungkan. Keuntungan yang didapatkan sangat membantu
perekonomian yang ada di Desa Pujon Kidul (Shinta, 2011)
Kendala yang di alami oleh petani wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang yaitu jika tidak cepat dipasarkan dan dijual hasil panen
tersebut akan busuk karena hasil panen jenis tanaman hortikultura sayur tidak
dapat bertahan lama. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan cara
langsung menjual kepada tengkulak serta mengolahnya. Solusi tersebut dianggap
mampu meminimalisir kerugian yang terjadi akibat pembusukan wortel.

17
Teknologi yang digunakan dalam proses budidaya untuk membantu
meningkatkan serta memperlancar kegiatan usahatani di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang adalah penggunaan traktor untuk proses
pengelolahan lahan yang digunakan sebagai tempat yang akan ditanami
hortikultura wortel serta penggunaan teknologi hand sprayer (mesin penyemprot)
atau alat yang digunakan untuk menyemprot hama, pupuk cair dan lain
sebagainya.
Menurut Binafesa dkk. (2017), teknologi merupakan sesuatu yang
diciptakan dari hasil pengembangan ilmu pengetahuan berupa alat dan atau
metode pengolahan yang memudahkan pekerjaan manusia sehingga membuat
hasil yang diperoleh lebih efektif dan efisien. Perkembangan teknologi yang ada
di zaman sekarang ini sangatlah berkembang pesat terutama dalam bidang
pertanian. Perkembangan teknologi mengakibatkan teknis pengelolaan dari
tanaman mengalami perkembangan menjadi lebih modern dari sebelumnya
sehingga memudahkan pekerjaan dan lebih praktis. Inovasi baru semakin
bermunculan termasuk dalam pertanian sendiri sehingga semakin banyak
pengelolaan dari penggunaan input agrokimia yang dilakukan oleh para petani
untuk mengelola tanaman yang dibudidayakan tersebut. Perkembangan teknologi
dalam bidang pertanian bertujuan untuk mendapatkan hasil yang berlimpah dan
berkualitas tinggi (Loho dkk., 2018).
Perkembangan teknologi di Desa Pujon Kidul sudah sangat berkembang
pesat dilihat dari pengelolaan lahan pertanian dan juga perawatan tanaman itu
sendiri. Sebelum wortel ditanam, tanah dibajak terlebih dahulu menggunakan
traktor setelah itu diberi dolomit untuk menetralkan pH tanah. Perawatan tanaman
wortel di Desa Pujon Kidul sudah cukup baik mulai dari dilakukan penyiangan,
pengairan, dan pemupukan. Produksi komoditas wortel tidak selalu meningkat
kadang produksinya juga bisa menurun. Hasil produksi wortel yang rendah
disebabkan oleh teknik budidayanya yang belum efektif dan menjadi lebih parah
dengan adanya gulma yang dapat menimbulkan kerugian (Sobari dkk., 2017).
Beberapa kendala dalam budidaya wortel yaitu pada waktu musim
penghujan tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air dan tidak tahan juga

18
terhadap kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan. Kendala tersebut dapat
diatasi dengan pemberian mulsa pada lahan tanam wortel agar tidak menimbulkan
kerusakan pada wortel saat pemanenan. Mulsa yang digunakan pada budidaya
wortel di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang adalah mulsa jerami. Pemberian
mulsa juga dilakukan untuk mengendalikan gulma yang ada disekitar lahan tanam
sehingga memaksimalkan hasil panen dari tanaman wortel dan menghasilkan
suatu produk unggul (Ferdian dkk., 2017).
Hama dan penyakit juga menjadi kendala dalam proses pembudidayaan
tanaman wortel. Tanaman wortel di Desa Pujon Kidul biasanya terserang oleh
hama ulat tanah dan kutu daun yang menyebabkan pertumbuhannya tidak optimal
dan ada juga penyakit pada tanaman wortel yaitu bercak pada daun. Penyakit
seperti itu biasanya menyerang daun tanaman wortel yang suidah tua.
Penanggulangannya dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida dan
menyingkirkan bagian tanaman yang terserang penyakit.

3.2 Agroindustri Komoditas Wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon


Kabupaten Malang
Menurut Lesmana (2015), panen merupakan tahap akhir dari suatu budidaya.
Panen pada komoditas wortel terbilang cukup mudah, petani hanya mencabut
tanaman wortel beserta umbinya. Apabila tanaman wortel terlambat dipanen maka
umbi pada wortel akan mengeras sehingga dapat menurunkan kualitas dari wortel
tersebut. Kualitas dari wortel memengaruhi harga jual nantinya. Hasil panen
wortel selanjutnya akan mendapat perlakuan berupa pengolahan dalam bentuk
makanan maupun minuman atau langsung dijual.
Pascapanen merupakan tahap setelah kegiatan panen dilakukan dengan cara-
cara tertentu. Tanaman wortel yang sudah dipanen dapat diolah menjadi produk
lain yang dapat dikonsumsi baik berupa makanan atau minuman yang kemudian
akan dijual di pasaran. Pengolahan tanaman wortel menjadi suatu produk mampu
meningkatkan mutu dari tanaman wortel. Setiap tahunnya Kecamatan Pujon
memproduksi tanaman wortel sebanyak 12.650 ton (BPS, 2018).
Menurut Sutrisno (2015), agroindustri merupakan tahap pengolahan hasil
panen baik dari tanaman maupun hewan menjadi suatu produk. Agroindustri

19
berasal dari kata agricultural dan industry yang berarti suatu kegiatan
perindustrian yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya.
Hasil panen yang diolah dapat meningkatkan kualitas dari produk tersebut
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi saat dipasarkan. Wortel yang sudah
mengalami pengolahan akan dipasarkan dan saat dipasarkan kualitas dari produk
wortel harus dijaga sebaik mungkin agar konsumen tertarik untuk
membelinya(Satyajaya dkk., 2016).
Agroindustri yang diterapkan di Desa Pujon Kidul merupakan salah satu
upaya dalam memanfaatkan potensi alam setempat. Desa Pujon Kidul berada di
dataran tinggi sehingga cocok melakukan budidaya hortikultura, salah satunya
adalah sayuran wortel. Desa Pujon Kidul mampu menjadi pemasok produksi
wortel dan tentunya hal ini mempermudah industri yang mengolah wortel menjadi
produk lain. Wortel yang dikirimkan tentunya yang sudah melewati tahap
pemilahan agar mendapatkan kualitas wortel yang terbaik (Hiola, 2018).
Wortel terbaik akan diproses dalam bentuk produk agroindustri. Wortel yang
berkembang adalah roti tawar wortel. Roti yang pada umumnya berisi cokelat,
starwberry, dan keju berkembang menajdi adanya penambahan bahan berupa
wortel. Roti tawar wortel merupakan suatu inovasi yang memanfaatkan
kelimpahan produksi wortel di Desa Pujon Kidul. Pembuatan roti tawar wortel
cukup mudah. Bahan dan langkah pembuatannya sebagai berikut:
Bahan:
a. 250 gr wortel yang sudah diparut
b. 25 gr butter
c. 1 sdm air jeruk lemon
d. 380 gr tepung terigu
e. 200 ml susu cair hangat
f. ¾ bungkus ragi instan
g. Gula dan garam secukupnya
Langkah-langkah produksi Roti Tawar Wortel:
1. Mencampur susu hangat, ragi, dan gula lalu sisihkan

20
2. Mencampur tepung dan garam kemudian menuang susu cair sedikit demi
sedikit kedalamnya sembari diaduk dengan mixer hingga kalis. Membiarkan
adonan ditempat hangat 1 – 2 jam sekiranya sampai adonan berkembang dua
kali lipat.
3. Menumis wortel menggunakan butter yang sudah dicairkan kemudian
menambahkan gula, garam, dan air jeruk
4. Memasukkan wortel yang sudah ditumis ke dalam adonan roti, menguleni
hingga rata.
5. Memasukkan adonan ke dalam loyang yang sudah dialasi dengan kertas roti,
mendiamkan adonan selama 1 jam di tempat yang hangat.
6. Memanggang adonan roti yang sebelumnya sudah diolesi susu cair hangat
selama 20 – 25 menit dengan suhu 180ºC.
Pembuatan roti tawar wortel membutuhkan alat-alat yang mendukung dalam
proses produksi roti tawar wortel. Teknologi yang digunakan dalam agroindustri
roti tawar wortel adalah mesin mixer roti spiral (Spiral Mixer), pemanggang
(oven), mesin proofer roti. Mesin-mesin tersebut membantu mempermudah
pekerja industri dalam pembuatan roti tawar wortel. Warna dari roti tawar wortel
tersebut cenderung berwarna kuning keorenan karena sari wortel mengandung
betakaroten sehingga menyebabkan warnanya kuning dan jingga (Mahdiana dkk.,
2015)
Menurut Pratiwi dkk. (2017), industri makanan dan minuman memiliki
kontribusi yang besar karena mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Adanya agroindustri wortel di Desa Pujon
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang diharapkan mampu mengembangkan
serta membangun kreativitas masyarakat setempat dalam mengolah hortikultura
wortel menjadi produk yang berbeda. Melalui agroindustri tersebut dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan memanfaatkan hasil
panen tersebut menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi.

3.3 Kelembagaan Komoditas Wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon


Kabupaten Malang

21
Menurut Syarif dan Zainuddin (2017), kelembagaan adalah sekumpulan
jaringan dan relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan
tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan adalah
kelompok-kelompok sosial atau organisasi yang menjalankan suatu kegiatan yang
ada di masyarakat. Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang
melembaga (non formal institution), atau dapat berupa lembaga dengan struktur
dan badan hukum (formal institution). Kelembagaan merupakan suatu hal yang
penting yang harus ada di setiap masyarakat agar suatu masyarakat dapat diatur
agar tidak terjadi suatu perpecahan yang nantinya akan merugikan seluruh
masyarakat yang ada.
Menurut Syarif dan Zainuddin (2017), kelembagaan pertanian adalah
sekumpulan jaringan yang menunjang berbagai macam kegiatan yang
berhubungan dengan pertanian. Kelembagaan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembangunan pertanian yaitu menemukan tradisi baru maupun
pranata baru yang cocok dengan industrialisasi atau organisasi yang mampu
menghasilkan ragam produk yang dapat memanfaatkan dan mengembangkan
keunggulan komparatif atau keunggulan kompetitif. Beberapa kelembagaan yang
berhubungan dengan pertanian adalah kelembagaan penyediaan input usahatani,
penyediaan permodalan, penyediaan lahan dan air irigasi, penyediaaan informasi,
pemenuhan tenaga kerja, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian
dan usahatani. Kelembagaan tersebut membantu kelancaran kegiatan pertanian di
Desa Pujon Kidul.
Kelembagaan pertanian yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul adalah
kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Kelompok tani di Desa
Wisata Pujon Kidul bernama kelompok tani Sari Agung. Jumlah kelompok tani
Sari Agung adalah 3 dari 350 jumlah petani. Kelompok tani sendiri memiliki
peranan yang penting seperti memenuhi kebutuhan petani untuk kegiatan
budidayanya yaitu kebutuhan pupuk, bibit, peralatan, penyediaan modal, hingga
pemasaran. Kelompok tani juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
petani. Kelompok tani dan gapoktan dalam menjalankan tugasnya mempunyai
peran yang berbeda.

22
Menurut Sunarko (2012), kelompok tani berperan sebagai lembaga yang
menaungi sektor pertanian yang dapat memicu daya kreatif, inovasi, dan motivasi
petani serta meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok tani agar pertanian
tersebut menjadi sebuah pertanian yang maju. Lembaga kelompok tani di Desa
Wisata pujon kidul dikenal dengan sebutan, Kelompok Tani sari Agung yang
berperan untuk membantu petani mulai dari proses produksi hingga proses
pemasaran di Desa wisata Pujon Kidul. Kelembagaan ini sudah ada sejak 10 tahun
yang lalu namun lembaga ini mulai bekerja dengan Desa Wisata Pujon baru 3
tahun terakir ini.
Menurut Permana dan Derwanto (2016), gapoktan mempunyai peranan
sebagai sebuah lembaga ekonomi yang dapat menjalankan tugasnya dan berperan
besar dalam pertanian di suatu daerah. Gapoktan di Desa Wisata Pujon Kidul
berperan untuk membantu para petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya
melalui penyuluhan dan membantu petani dalam menyelesaikan masalah dalam
pertanian yang tidak dapat diatasi sendiri oleh petani. Kelompok tani dan
gapoktan di Desa Wisata Pujon Kidul juga mempunyai bebepa fungsi.
Fungsi lembaga Kelompok Tani Sari Agung di Desa Wisata Pujon Kidul,
yaitu :
1. Membantu memasarkan hasil produksi pertanian dan perkebunan agar hasil
pemasarannya itu dapat berjalan lancar dan menguntungkan bagi petaninya
2. Mempermudah akses bantuan dari pemerintah untuk sampai ke tangan petani
3. Sebagai wadah bagi petani untuk mengutarakan permasalahan yang dihadapi
di lahan pertanian agar mendapat solusi.
Menurut Elva dkk. (2017), fungsi gapoktan di Desa Wisata Pujon Kidul
adalah sebagai pendamping dan penghubung antara pemerintah dengan kelompok
tani sehingga seluruh bantuan yang datang dari pemerintah disalurkan melalui
gapoktan. Kelompok tani dan gapoktan Sari Agung di Desa wisata Pujon dalam
menjalankan peran dan fungsinya terkadang mendapat kendala karena adanya
perbedaan pendapat antar petani yang seringkali memicu terjadinya perdebatan
yang berpotensi untuk mengakibatkan perpecahan. Solusi yang diambil oleh
kelembagaan pertanian ini adalah dengan mengadakan musyawrah mufakat.

23
Pendapat dan saran dari petani ditampung terlebih dahulu kemudian petani
tersebut mengambil keputusan sehingga semua petani dapat menerimanya dengan
baik tanpa ada perselisihan yang akan berakibat permusuhan antara petani dengan
kelembagaan yang ada.

3.4 Pemasaran Komoditas Wortel di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon


Kabupaten Malang
Menurut Marzuki dan Ramdaniah (2019), pasar merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi pertukaran
kepemilikan atau jual beli, baik berupa uang dengan barang atau uang dengan
jasa. Pasar mempunyai peran penting dalam suatu kegiatan perekonomian karena
pasar merupakan wadah terjadinya transaksi secara ekonomi. Produsen akan
menjualkan produknya dan konsumen akan menerima suatu produk dalam suatu
tempat dan akan menghasilkan suatu transaksi. Produsen dapat menukar barang
atau jasa mereka dengan barang atau uang sebaliknya konsumen juga akan
mendapatkan barang yang diinginkan berupa barang atau uang sesuai dengan
penukar atau produsen.
Menurut Kusuma (2017), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
yang mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan penukaran produk dan nilai. Kegiatan pemasaran
akan berjalan dengan baik jika dilakukan sesuai dengan konsep pemasaran.
Konsep pemasaran yang dimaksut yaitu mengenai pemenuhan kebutuhan dan
keinginan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Menurut Dimyati (2012), pemasaran yang baik adalah pemasaran
mengakui bahwa kegiatan pemasaran memiliki peranan yang penting dalam
mencapai tujuan pemasaran. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan dalam
pemasaran menjadi tujuan utama seseorang dalam melakukan kegiatan
pemasaran, selain itu memaksimalkan keuntungan dalam sebuah pemasaran
adalah hal penting yang harus dilakukan karena aspek ini tidak lepas dari suatu
kegiatan perekonomian. Pemasaran membutuhkan strategi agar barang yang

24
dipasarkan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Strategi pemasaran
juga berperan penting bagi pedagang dalam persaingan pasar yang semakin ketat.
Saluran pemasaran merupakan suatu saluran distribusi dianggap mencakup
suatu kelompok lembaga-lembaga yang melaksanakan keseluruhan kegiatan untuk
mengalihkan produk disertai hak miliknya dari lingkungan produksi kea rah
lingkungan konsumsi. Saluran pemasaran sangat penting dalam kegiatan pertanian
karena tanpa adanya saluran pemasaran produk tidak akan sampai ketangan
konsumen. Saluran pemasaran ini dilakukan untuk mepermudahkan saluran
pendistribusian produk pertanian yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Distribusi sendiri memiliki tiga strategi yaitu ekslusif, selektif, dan intensif
(Manap, 2017).
Menurut Kusuma (2015), Saluran pemasaran mempunyai lembaga yang
secara langsung terlibat dalam mengalirkan barang dari produsen ke konsumen.
Lembaga pemasaran dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang
besar dan pedagang ecer Saluran pemasaran sendiri terbagi menjadi dua yaitu
saluran pemasaran sederhana dan saluran pemasaran kompleks. Saluran
pemasaran sederhana adalah pemasaran yang dilakukan oleh produsen ke
konsumen dengan waktu yang singkat. Pemasaran kompleks adalah pemasaran
yang dilakukan oleh produsen yang melalui beberapa proses kepemilikan atau
berpindah tangan baru sampai ke tangan konsumen (Soetriono dan Suwandari,
2016). Bentuk bagan saluran pemasaran dapat dilihat sebagai berikut.

Produsen Pedagang Pengumpul

Pengecer

Konsumen
Gambar 3.1 Saluran Pemasaran Sederhana
Sumber: Soetriono dan Suwandari, 2016

25
Berdasarkan gambar 3.1 menunjukkan bahwa saluran pemasaran
sederhana dimulai dari produsen disalurkan kepada pedagang pengepul lalu
pengecer dan akhirnya sampai ketangan konsumen. Saluran tersebut juga bisa
disalurkan dari produsen langsung ke pengecer ataupun produsen langsung
kepada konsumen. Kegiatan saluran pemasaran ini tidak memakan banyak waktu
jika produsen langsung memasarkan produknya ke tangan konsumen.
Petani Pengecer Konsumen

Tengkulak Pedagang Eksportir


Besar

Pedagang
pengepul
Gambar 3.2 Saluran pemasaran kompleks
Sumber : Soetriono dan Suwandari, 2016
Berdasarkan gambar 3.2 menunjukkan saluran pemasaran kompleks yaitu
saluran pemasaran dimana petani tidak langsung menyalurkan produk hasil
panennya ke tangan konsumen namun melalui beberapa perantara. Petani pada
awalnya melakukan transaksi dan menyalurkan barang nya melalui pengecer lalu
pengecer menyalurkan ke tangan konsumen, selain itu petani juga dapat
menyalurkan produknya ke tengkulak lalu ke pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul menyalurkan produk ke pedagang besar lalu sampai kepada eksportir.
Petani juga dapat menyalurkan produk dari pedagang pengumpul lalu sampai ke
tangan konsumen.

Petani Pengecer Konsumen

Rp4.000/kg Rp5.000/kg Rp8.000/kg

Tengkulak Pedagang Besar Eksportir


Rp5.000/kg Rp7.000/kg Rp10.000/kg

26
Pedagang
pengepul desa

Rp6.000/kg

Gambar 3.3 Saluran Pemasaran dan Harga Wortel di Desa Pujon Kidul
Proses pemasaran wortel yang ada di Desa Pujon Kidul di pasarkan
dengan cara saluran pemasaran kompleks dimana petani di Desa Pujon melakukan
kegiatan pemasaran melalui tengkulak. Proses pemasaran nya berawal dari petani
Pujon yang memasarkan hasil pertaniannya kepada tengkulak, tengkulak yang
sudah menerima produk dari petani Pujon melakukan kegiatan pemasaran kembali
yaitu dengan menjual produk nya kepada pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul lalu menjual hasil taninya ke konsumen.
Harga penjualan wortel dari petani dibandrol seharga Rp4.000, harga dari
pengecer sebesar Rp5.000, harga dari tengkulak sebesar Rp5.000, harga dari
pedagang pengepul desa seharga Rp6.000, harga dari pedagang besar mencapai
Rp7.000, dan berakhir pada konsumen dengan harga Rp8.000. Berdasarkan
penjelasan diatas menunjukkan bahwa pemasaran yang terjadi di Desa Pujon
Kidul terjalin sangat kompleks. Alasan petani Pujon memilih pemasaran ini
karena pada dasarnya petani Pujon ingin hasil taninya tidak busuk dan langsung
sampai ke tangan tengkulak dan memperoleh keuntungan yang maksimal.
Kendala yang dialami petani pujon pada saat proses pemasaran adalah
proses penanganan pascapanen yang akan dipasarkan banyak mengalami
kerusakan. Kerusakan yang sering terjadi misalnya terdapat goresan pada
permukaan kulit wortel, selain goresan banyak wortel yang terserang hama dan
penyakit sehingga menimbulkan kerusakan dan cepat busuk pada hasil
produksinya. Proses pemaran juga akan terkendala apabila musim hujan melanda
secara terus-menerus. Keterlambatan produk yang akan disalurkan ke konsumen
membuat kekecewaan konsumen muncul dan tidak ingin membeli produknya.
Solusi yang dapat digunakan pada permasalahan proses pemasaran
tersebut adalah adanya penyuluh pertanian yang memberikan pelatihan mengenai

27
pemasaran dan informasi bagaimana kegiatan pemasaran terjalin dengan
maksimal. Kerugian yang di tanggung oleh petani Pujon juga akan semakin
menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Pemanfataan teknologi transportasi yang
baik juga akan membantu produk tepat waktu dan tidak mengurangi harga wortel
itu sendiri.

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Proses usahatani tanaman wortel di Desa Pujon Kidul dimulai dari proses
persiapan lahan, penyiapan bahan tanam, pemeliharaan, dan pemanenan.
Teknologi dalam proses budidayanya seperti penggunaan traktor dalam
pengolahan lahan dan penggunaan hand sprayer yang berguna untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanaman wortel maupun pemberian
pupuk dalam bentuk cair sehingga dapat membantu pekerjaan para petani
menjadi lebih efisien dan efektif.
2. Agroindustri tanaman wortel yang ada di Desa Pujon Kidul diolah menjadi
roti tawar wortel. Roti awar wortel merupakan salah satu inovasi yang
memanfaatkan kelimpahan produksi wortel di Desa Pujon Kidul dengan
menambahkan wortel sebagai bahan bakunya. Proses pembuatan roti tawar
wortel yaitu mencampur susu hangat, ragi, gula, tepung dan garam, susu cair,
wortel yang sudah ditumis dengan butter sembari diaduk dengan mixer hingga
kalis. Membiarkan adonan ditempat hangat 1 – 2 jam sekiranya sampai
adonan berkembang dua kali lipat. Memasukkan adonan ke dalam loyang
yang sudah dialasi dengan kertas roti memanggangnya ke dalam oven selama
20 – 25 menit dengan suhu 180ºC.
3. Kelembagaan pertanian informal yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul adalah
kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Kelompok tani di
Desa Wisata Pujon Kidul bernama kelompok tani Sari Agung. Jumlah
kelompok tani Sari Agung adalah 3 dari 350 jumlah petani. Kelompok tani
sendiri memiliki peranan yang penting seperti memenuhi kebutuhan petani

28
untuk kegiatan budidayanya yaitu kebutuhan pupuk, bibit, peralatan,
penyediaan modal, hingga pemasaran. Kelompok tani juga dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Saluran pemasaran wortel di Desa Pujon Kidul termasuk saluran pemasara
kompleks karena melibatkan banyak lembaga pemasaran mulai dari tengkulak,
pedagang pengepul, pengecer, pedagang besar,eksportir, hingga sampai ke
tangan konsumen akhir. Harga penjualan wortel dari petani dibandrol seharga
Rp4.000, harga dari pengecer sebesar Rp5.000, harga dari tengkulak sebesar
Rp5.000, harga dari pedagang pengepul desa seharga Rp6.000, harga dari
pedagang besar mencapai Rp7.000, dan berakhir pada konsumen dengan harga
Rp8.000.

4.2 Saran
Pelaksanaan praktikum lapang yang diadakan di Desa Pujon pada tanggal
5 Oktober 2019 sudah terlaksana cukup baik. Kendala yang dihadapi seperti acara
praktik lapang ke Desa Wisata Pujon ada pada sarana dan prasarana, seperti bis
yang mengalami masalah pada mesinnya atau mogok saat acara praktikum
sehingga menghambat perjalanan dan mengurangi rasa nyaman pada pelaksanaan
praktikum ke Desa Wisata Pujon Kidul, namun masalah ini dapat diatasi dengan
cepat oleh pihak pelaksana praktikum field trip ke Desa Wisata Pujon Kidul.
Pelaksanaan wawancara hendaknya juga tidak melibatkan para petani saja sebagai
narasumber tetapi juga turut melibatkan perangkat desa yang ada dan juga
lembaga pemasaran. Kurangnya waktu dalam pelaksanaan wawancara juga
menjadi kendala pada mahasiswa praktikan sehingga informasi yang didapat
kurang lengkap.

29
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2018. Produksi Tanaman Sayuran. Oktober. Malang : BPS

Dimyati, Mohammad. 2012. Konsep Inti dan Elemen Pemasaran. Mojokerto :


Insan Global.

Elva., H. Kaskoyo., I. G. Febryano., S. B. Yuwono., 2017. Kajian Kelembagaan


Gabungan Kelompok Tani dalam Program Kemitraan di KPHP Way
Terusan. Hutan Tropis, 5(1): 1 - 7.

Ferdian, H., Agus S., dan Eko W. 2017. Pengaruh Pemberian Mulsa Terhadap
Produksi Wortel. Jurnal Produksi Tanama,. 5(12): 1911-1916.
Ida’s Kitchen. 2008. Carrot Bread atau Roti Wortel.
https://idaskitchen.blogspot.com/2008/05/karottenbrot-ato-roti-
wortel.html?m=1. Diakses pada 13 November 2019

Kusmiardi. 2018. Dari Dangau Ke Pencakar Langit. Sukabumi : CV Jejak.

Kusuma, Hendra. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Merang Lembaga Mandiri


Mengakar Masyarakat (LM3) Agrina di Tanjong Paya Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bireuen. Pertanian, 1(2) : 106-115.

Lesmana, Mira. 2013. Buku Pintar Pohon Wortel. Jakarta: Study Books

Loho, A.E., Jen T., dan Gene H.M.K. 2018. Evaluasi Agribisnis Stroberi Organik
di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara. Junal
Transdisiplin Pertanian, 14(3): 169-176.
Mahadiana, I., Purwadi, F. Jaya. 2015. Pengaruh Kombinasi Penambahan Sari
Wortel (Daucus carota L.) dan Tepung Hukwee pada Es Krim Kafier
terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Es Krim Kafier. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak, 10 (1) : 1 – 8.

Manap, Abdul. 2016. Revolusi Manajemen Pemasaran. Jakarta : Mitra Wacana


Media.

Marpaung, A. E., B. Karo, R. Tarigan. 2017. Peningkatan Produksi dan Mutu


Benih Wortel (Daucus Carota) Varietas Lokal Melalui Pemangkasan
Cabang dan Pemupukan Boron (Increasing the Production and Quality of
Carrot Seed Local Variety Through Branch Pruning and Boron
Fertilization). J. Hort, 27(1): 45-54.

30
Marzuki dan Ramdaniah. 2019. Strategi Pemasaran Pedagang Sembako dalam
Meningkatkan Taraf Ekonomi Perspektif Ekonomi Islam. Ekonomi dan
Perbankam Syariah, 6(1) : 54-64.

Munawwarah. 2017. Analisis Kandungan Zat Gizi Donat Wortel Sebagai


Alternatif Perbaikan Gizi Pada Masyarakat. Ilmu kesehatan gizi. 2(1) : 13-
15.
Permana I dan Derwanto. 2016. Peran Kelompok Tani Sayur Organik terhadap
Pengembangan Ekonomi Lokal. Bisnis dan Ekonomi. 23 (2) : 105 – 123.

Pratiwi, N. A., Harianto., A. Daryato. 2017. Peran Agroindustri Hulu dan Hilir
dalam Perekonomian dan Distribusi Pendapatan di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Agribisnis, 14 (2) : 127 – 137.

Saputra, G.N., I.W. Wisyantara., dan I.A.L. Dewi. 2018. Analisis Usahatani
Wortel Organik dan Non Organik. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 7
(1) : 1 – 14.

Satyajaya, Wisnu., E. Suroso, H. A. Rasyid. 2016. Kajian Penentuan Komoditas


Unggulan dalam Pengembangan Teknologi Agroindustri Rakyat di
Kabupaten Tulang Bawang. Jurnal Kelitbangan, 4 (1) : 22 – 36

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang : UB Press.


Sitti Khadijah Yahya Hiola. 2018. Teknologi Pengolahan Sayuran. Makassar: Inti
Mediautama

Sobari, E., dan Ferdi F. 2017. Efektifitas Penyiangan Terhadap Hasil Tanaman
Wortel Lokal Cipanas Bogor. Jurnal Biodjati, 2(1): 1-8.
Soetriono dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang : Intimedia

Sukarsono. 2012. Membangun Kebun Mini Kelapa Sawit di Lahan 2 Hektare.


Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka.

Sutrisno. 2015. Model Klaster dan Pengukuran Kinerja Sistem Agroindustri


Kelapa Sawit di Sumatra Selatan. Sleman: Budi Utama

Syarif, A., M. Zainuddin. 2017. Inti Sari Sosiologi Pertanian. Makassar: CV. Inti
Mediatama.

Wibisono, M. G., Sudarno, Darmawan. 2017. Karakteristik Andisol Berbahan


Induk Breksi dan Lahar dari Bagian Timur Laut Gunung Gede, Jawa
Barat. Tanah dan Iklim, 40(1): 61-70.

31
Yuwono T, Widodo S, Darwanto D. H, Masyhuri, Indradewa D, Somowiyarjo S,
Hariadi S. S. 2016. Pembangunan Pertanian : Membangun Kedaulatan
Pangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Zaini A, Palupi N. P, Pujowati P, Emmawati A. 2019. Nilai Tambah dan Daya


Saing Produk Unggulan di Kutai Barat. Yogyakarta : Deepublish.

32
33

Anda mungkin juga menyukai