Anda di halaman 1dari 24

UBI JALAR ( Ipomoea batatas L.

) SEBAGAI PANGAN LOKAL

Oleh

Amad Safrudin
NPM 227021002

MAGISTER TERAPAN KETAHANAN PANGAN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
LAMPUNG
2023
I PENDAHULUAN

Produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan padi.


Produktivitas ubi jalar lebih dari 30 ton/ha dengan masa panen sekitar 4 bulan,
sedangkan produktivitas padi 5 ton/ha dengan masa panen 3 bulan. Balitbangtan
(2008) menjelaskan bahwa, produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan
dengan beras dan ubi kayu. Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh mutu bibit,
sifat tanah, dan pemeliharaannya. Rata-rata produktivitas nasional ubi jalar
mencapai 12 ton/ha, masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas
nasional padi sebesar ton/ha.
Di Indonesia, budidaya ubi jalar mencapai produktivitasnya yang paling
optimal bila ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari
permukaan laut. Namun, tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada
ketinggian di atas 1000 meter, hanya saja jangka waktu tanam hingga panen
menjadi lebih panjang.

Ubi jalar sudah lama dikenal dan diusahakan petani, baik sebagai tanaman
monokultur maupun tumpang sari. Menurut BPS lumbng ubi jalar tertelak di
provinsi jJawab Barat dan Papua (Tabe 1).

Dari berbagai jenis umbi-umbian yang ditemukan dalam perjalanan ini


tampaknya ubi jalar merupakan jenis yang paling umum dibudidayakan dan
diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Beberapa daerah pembudidayaan
dan pengolahan yang cukup besar, antara lain di Kabupaten Malang. Salah satu
kultivar ubi jalar yang mengandung antosianin yang tinggi yaitu ubi jalar ungu
diolah menjadi es krim, campuran selai buah, berbagai macam kue kering, kripik,
tepung, kubus instan untuk bahan kolak dan sawut ubi jalar.

Budidaya ubi jalar cocok dilakukan di daerah tropis yang panas dan lembab.
Suhu ideal bagi tanaman ini adalah 21-270C dengan dengan curah hujan 750-1500
mm per tahun. Budidaya ubi jalar memerlukan penyinaran matahari sekitar 11-12
jam sehari.
Tabel 1 luas panen, hasil per hektar dan produksi di indonesia 2015

Januari - Desember
Propinsi
Luas Hasil/Ha Produksi
1. Aceh 793 112.67 8 935
2. Sumatera Utara 8 952 136.69 122 362
3. Sumatera Barat 5 127 313.87 160 922
4. R i a u 793 82.75 6 562
5. J a m b i 2 511 316.18 79 393
6. Sumatera Selatan 1 459 113.52 16 563
7. Bengkulu 2 950 131.66 38 841
8. Lampung 2 958 96.33 28 494
9. Kepulauan Bangka Belitung 253 103.56 2 620
10. Kepulauan Riau 224 80.13 1 795
11. DKI Jakarta - - -
12. Jawa Barat 23 514 194.00 456 176
13. Jawa Tengah 7 076 213.84 151 312
14. DI Yogyakarta 407 149.14 6 070
15. Jawa Timur 12 782 274.23 350 516
16. Banten 1 523 132.30 20 150
17. B a l i 3 141 116.70 36 655
18. Nusa Tenggara Barat 1 120 169.86 19 024
19. Nusa Tenggara Timur 8 701 69.81 60 746
20. Kalimantan Barat 1 673 88.84 14 863
21. Kalimantan Tengah 1 049 91.90 9 640
22. Kalimantan Selatan 1 257 142.51 17 913
23. Kalimantan Timur 978 111.79 10 933
24. Kalimantan Utara 293 97.30 2 851
25. Sulawesi Utara 2 657 96.74 25 705
26. Sulawesi Tengah 1 533 108.61 16 650
27. Sulawesi Selatan 4 717 151.96 71 681
28. Sulawesi Tenggara 2 525 101.94 25 740
29. Gorontalo 139 103.17 1 434
30. Sulawesi Barat 755 115.88 8 749
31. Maluku 1 899 177.14 33 639
32. Maluku Utara 2 118 144.83 30 674
33. Papua Barat 1 157 113.23 13 101
34. Papua 36 091 123.83 446 925
Jawa 45 302 217.26 984 224
Luar Jawa 97 823 134.26 1 313 410
Indonesia 143 125 160.53 2 297 634
Sumber : BPS 2015
II TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Sejarah Singkat Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)


Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua
Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai
Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Tanaman ubi jalar merupakan salah satu komoditas di Indonesia yang


diusahakan penduduk mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi
(Meriyanto, 2016). Tanaman ubi jalar memiliki warna yang beragam, seperti
ungu, putih, kuning, kuning tua, krem, oranye tua, oranye muda, kombinasi ungu-
putih, dan ungu tua. Menurut Juanda (2000) dalam Padmaningrum dan Regina
Tutik (2007), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori. Selain
itu, ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik
untuk memenuhi gizi dan menjaga kesehatan masyarakat. Vitamin yang
terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (β karoten), vitamin C, tiamin
(vitamin B1), dan riboflavin (vitamin B2), sedangkan mineral yang terkandung
dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan Natrium (Na).
Kandungan gizi lain nya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat
kasar, kalori, dan abu. Keistimewaan ubi jalar terletak dalam kandungan β
karotennya yang cukup tinggi, terutama pada varietas ubi jalar yang warna daging
ubi nya jingga yaitu sebesar 7700,00 IU

Vitamin E dalam ubi termasuk tinggi, sehingga dapat menangkis ancaman


kanker dan menjaga jantung tetap sehat. Karena ubi berisi karbohidrat kompleks
yang tinggi, sehingga baik untuk membantu mengontrol berat badan.

Terdapat tiga jenis ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang populer
dibudidayakan di Indonesia, yaitu ubi jalar berwarna putih kecoklatan, merah dan
ungu. Ketiga jenis ubi jalar tersebut memiliki varietas unggul dengan
produktivitas tinggi. Beberapa varietas ubi jalar yang populer antara lain cilembu,
ibaraki, lampeneng, georgia, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.
1.2. Morfologi Ubi Jalar
Ubi jalar memiliki batang yang tidak berkayu dan bersifat herbaceous. Umbi
ubi jalar berasal dari akar adventif dan akar organ penyimpanan yang
membengkak. Akar yang berfungsi sebagai organ penyimpanan ini sudah mulai
membengkak pada umur satu bulan. Warna batang biasanya hijau tua sampai
keungu-unguan. Tanaman ubi jalar yang sudah berumur ±3 minggu setelah tanam
biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi nya biasanya berbentuk bulat sampai
lonjong dengan permukaan yang rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal
adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 g – 250 g per ubi. Kulit ubi
berwarna kuning, putih, ungu, atau ungu kemerah-merahan tergantung
varietasnya. Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan
biasanya bergetah. Jenis atau varietas ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah
memiliki kecenderungan tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.). Ubi
yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis.

1.3. Klasifikasi Ubi Jalar


Menurut Juanda (2000), tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas L.Sin.batatas edulis choisy

1.4. Kandungan Gizi Ubi Jalar


Pada ubi jalar ungu, kandungan gizinya sangat melimpah. Ubi jalar ungu
merupakan salah satu kandungan vitamin A terbaik. Kandungan vitamin A
mencapai 7.700 mg per 100 gr ubi jalar ungu, ratusan kali libat lebih tinggi dari
buah tomat dan buah bit. Perbandingan kandungan gizi pada ubi jalar ungu, putih
dan kuning dalam tiap 100 gram bahan umbi segar.
Tabel 2. Perbandingan kndungan gizi Ubi Jalar Ungu, Putih dan Kuning
No. Komposisi Gizi Ubi Putih Ubi Merah Ubi Kuning Ubi Ungu
1 Kalori (kal) 123 123,00 136,00 123
2 Protein (g) 1,80 1,80 1,10 0,77
3 Lemak (g) 0,70 0,70 0,40 0,94
4 Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30 27,64
5 Kalsium (mg) 30,00 30,00 57,00 30
6 Fosfor (g) 49,00 49,00 52,00 49,00
7 Zat Besi (mg) 0,70 0,70 0,70 0,70
8 Natrium (mg) - - 5,00 -
9 Kalium (mg) - - 393,00 -
10 Niacin (mg) - - 0,60 -
11 Vitamin A (SI) 60,00 7.700,00 900,00 7.700,00
12 Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10 0,9
13 Vitamin B2 (mg) 0,04 -
14 Vitamin C (mg) 22,0 22,0 35,00 21,34
15 Air (g) 68,50 68,50 - 70,46
16 Gula Reduksi - - - 0,30
17 Serat - - 0,3 0,3
18 BDD (%) 86,00 86,00 86,00 86,00
19 Anthosianin 110,51
Sumber : Sarwono (2005 : 22)

1.5. Potensi Ubi Jalar


Produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan padi.
Produktivitas ubi jalar lebih dari 30 ton/ha dengan masa panen sekitar 4 bulan,
sedangkan produktivitas padi 5 ton/ha dengan masa panen 3 bulan. Balitbangtan
(2008) menjelaskan bahwa, produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan
dengan beras dan ubi kayu. Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh mutu bibit,
sifat tanah, dan pemeliharaannya. Rata-rata produktivitas nasional ubi jalar
mencapai 12 ton/ha, masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas
nasional padi sebesar ton/ha
Ubi jalar memiliki potensi untuk dijadikan bahan baku industri pangan
dilihat dari sumber daya fleksibilitas bahan, dan kandungan gizinya. Sumber daya
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mudah
dibudayakan dan tidak mengenal musim, dapat tumbuh dan berkembang diseluruh
wilayah Indonesia. Menurut Sarwono Indonesia menempati urutan keempat
setelah Cina, Uganda dan Nigeria sebagai produsen ubi jalar terbesar di dunia.
Ubi jalar dapat dipanen setiap 4 bulan dan dapat berproduksi lebih dari 30 ton/Ha,
tergantung dari cara pengolahan/budidaya, sifat tanah dan bibit yang digunakan.
Hal ini terjadi di beberapa daerah di Indonesia, walaupun secara rata-rata
produktivitas ubi jalar nasional baru mencapai 12 ton/Ha.
III TAHAPAN BUDIDAYA

3.1. Syarat Tumbuh

Iklim
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-
27 derajat C. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan
daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani
ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan)
waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan,
sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi
dipanen. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun

3.2. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara
vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara
generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
Persyaratan Bibit Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering
dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit)
berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
- Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
- Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal
tidak terlalu subur.
- Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya
rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
- Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari
tunastunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus
mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan. Penyiapan Bibit Tata
cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah
sebagai berikut:
- Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan
pertumbuhannya sehat dan normal.
- Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang
20- 25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi
hari.
- Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya
untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
- Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang
teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk
3.3. Pengelolaan Media Tanam
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1
minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
- Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.
Pembentukan Bedengan Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah
tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-
100 cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan
dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang
miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai
dengan miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada
tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ±
60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir
ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar
guludan 70-100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan
ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman
padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut:
- Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan Selama ±1
minggu. Tahap berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan.
- Tanah langsung diolah bersamaaan dengan pembuatan guludan-guludan.
Pembentukan Bedengan Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah
tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-
100 cm. Jika tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat
dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang
miring, maka

pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan


miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah
yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm,
tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran
guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-
100 cm. Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang
guludan disesuaikan dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar dapat berupa tanah
tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.

3.4. Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan
tumpang sari dengan kacang tanah.
1) Sistem Monokultur
Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan
dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang
25-30 cm.
Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang
tanam untuk tempat pupuk.
Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang
(setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal
setek (bibit).
Masukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh
bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan,
kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah
45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg TSP/ha)
ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan pupuk urea
34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar
amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).
2) Sistem Tumpangsari
Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan per satuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan
dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari
prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi
jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x
25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah
kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk
diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang
yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2
deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit
stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya
dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret)
bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah
segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau
3.5. Pemeliharaan
Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus
diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit
yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit
yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga
bagian pangkal setek ditimbun tanah.

Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

Penyiangan, pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi
jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing
tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan
sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama
kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah
guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan


setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata cara
penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

- Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar
tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
- Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,
kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
- Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan
hingga tanah cukup basah.

Pemupukan, zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar
cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg
TSP), dan 110 kg K2O (±220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi
basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen,
menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Dosis
pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-
200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg
K2O/ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan
(alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan
(alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-
7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun
dengan tanah.

Pengairan dan Penyiraman, meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap


kekeringan, fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang
memadai. Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus
diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan
keseluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu
hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan
perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi
atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore
hari. Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu
seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

3.6. Pemanenan
Ciri Umur Panen Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua
(matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan
tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila
direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair. Penentuan waktu panen ubi jalar
didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek
(genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang
(dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.

Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
- Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
- Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit,
kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan.
- Galilah guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
- Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
- Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel.
- Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara
terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi utuh dari ubi terluka
ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
- Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat
penampungan (pengumpulan) hasil.
IV PEMANFAATAN

a) Konsumsi Segar
Konsumsi ubi jalar sebagai pangan, sebagian besar dilakukan dengan cara
disantap dari pemasakan ubi segar. Keragaman pangan lainnya dilakukan dengan
perubahan bentuk atau penambahan bumbu seperti ubi rebus, ubi goreng, kolak
dan keripik. Filipina telah mengembangkan produk olahan ubi jalar menjadi
berbagai produk seperti manisan, asinan, jam, sari buah dan berbagai jenis
minuman pada tingkat komersial. Ubi jalar yang berwarna putih lebih diarahkan
untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah
cenderung lebih baik kadar patinya dan warna tepung lebih menyerupai terigu
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

b) Produk Setengah Jadi


Tepung Ubi Jalar
Ubi jalar dapat diproses menjadi tepung yang bisa diolah menjadi aneka
produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi. Hal ini sejalan dengan
pendapat para ahli pangan bahwa pemanfaatan bahan pangan berkarbohidrat
tinggi dalam bentuk tepung lebih menguntungkan, karena lebih fleksibel, mudah
dicampur, dapat diperkaya zat gizinya (fortifikasi), ruang tempat lebih efisien,
daya tahan simpan lebih lama, dan sesuai dengan tuntutan kehidupan modern
yang serba praktis (Winarno, 2000). Tepung ubi jalar dapat dibuat secara
langsung dari ubi jalar yang dihancurkan dan kemudian dikeringkan, tetapi dapat
pula dibuat dari gaplek ubi jalar yang dihaluskan (digiling) dan kemudian diayak
(disaring). Pembuatan tepung ubi jalar dilakukan dengan cara pengeringan/
penjemuran irisan tipis daging ubi jalar yang telah dikupas dan dicuci bersih.
Pengeringan tepung ubi jalar dengan pengering oven adalah pada suhu 60°C
selama 10 jam, sedangkan dengan pengering kabinet adalah pada suhu 60ºC
selama 5 jam, dan dengan pengering tipe drum (drum dryer) adalah pada suhu
110°C dengan tekanan 80 psia dan kecepatan putar 17 rpm. Setelah kering, irisan
ini dihancurkan dan diayak sampai menjadi tepung dengan tingkatkehalusan
tertentu (80-100 mesh) (Ambarsari, dkk, 2009).
c) Potensi Industri
Diversifikasi produk olahan Berbasis ubi jalar untuk Industri

1. Ubi Rebus/Kukus
Ubi rebus/kukus dan goreng merupakan produk olahan ubijalar yang paling
umum dikenal masyarakat. Ubijalar putih, kuning, dan ungu memiliki kadar air
relatif lebih rendah (keset) dan tekstur lebih mempur dibandingkan ubijalar jingga
yang cenderung lembek dan berair (Ginting, dkk., 2008), sehingga sesuai untuk
produk yang dikukus maupun digoreng. Namun untuk ubijalar ungu, ubi kukus
lebih baik daripada ubi rebus karena sebagian antosianin akan hilang/larut di
dalam air rebusan.
2. Keripik
Ubi jalar dengan warna umbi menarik, tekstur keset dan mempur serta tidak
berserat, sesuai untuk bahan baku keripik, seperti varietas Antin 1 (putih
keunguan/putih sembur ungu). Irisan umbi direndam sekitar 10 menit dalam
larutan soda kue untuk meningkatkan kerenyahannya. Penggorengan dengan
vacuum frying pada suhu 1350 C selama 10 menit dapat menghasilkan warna
keripik yang lebih cerah dibandingkan dengan penggorengan biasa.
3. Stik Ubi Jalar
Stik ubijalar yang produknya mirip dengan stik kentang (French fries)
menghendaki produk yang renyah bila digoreng, tidak mudah melempem dan
rasanya gurih. Ubijalar putih, kuning, maupun ungu dapat diolah menjadi stik.
Proses pembuatannya, meliputi pencucian umbi, pengupasan, perendaman dalam
air, perajangan membentuk stik, blanching (perebusan 7,5 – 10 menit), penirisan,
perendaman dalam air yang diberi bumbu (garam dan bawang putih) dan soda kue
(10 - 15 menit), penggorengan, dan penirisan minyak (Suprapto, 2004).
4. Pasta Ubi Jalar
Pasta ubijalar adalah umbi kukus yang dihaluskan/digiling dan selanjutnya
dapat diolah menjadi beragam produk makanan, diantaranya: Pertama, Jus
Ubijalar, jus ubijalar belum dikembangkan di Indonesia, tetapi cukup dikenal di
Filipina, Thailand (Ginting, dkk., 2006) dan Jepang (Suda, dkk., 2003). Jus dibuat
dengan cara mencampur pasta ubijalar yang berwarna ungu kemerahan atau
jingga dengan air es, gula, dan asam sitrat. Untuk mendapatkan aroma buah-
buahan, pasta dapat dicampur dengan buah yang berwarna ungu (anggur) atau
kuning (jeruk dan nanas).
5. Saos Ubi Jalar
Saos dan Selai Ubijalar, proporsi pasta ubijalar dalam pembuatan saos 60 –
100 persen dengan penambahan asam cuka dan pewarna makanan. Saos dari
ubijalar berukuran kecil (tidak memiliki nilai jual), ternyata sama kualitasnya
dengan yang berasal dari ubijalar berukuran besar (Ginting, dkk., 2007). Selain
ubijalar putih dan kuning muda/krem, ubijalar ungu juga dapat digunakan untuk
saos karena antosianin akan berubah warna menjadi merah pada kondisi asam
(Suda, dkk., 2003).
6. Nasi Instan Ubi Jalar
Beberapa daerah di Indonesia khususnya masyarakat di Papua masih
mengkomsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok. Di sisi lain program ketahanan
pangan yang terus dicanangkan pemerintah menekankan pada pentingnya
masyarakat untuk melakukan diversifikasi dalam konsumsi pangannya dan tidak
selalu bertumpu pada beras, sehingga terjamin ketersediaan bahan pangan di
masyarakat.
Keragaman bahan yang dikonsumsi akan mendorong keragaman produksi
bahan pangan dinasyarakat, oleh karena itu pengembangan ubi jalar menjadi nasi
instan sangat penting dalam upaya pencitraan pangan lokal dan memiliki nilai jual
tinggi. Semua varietas ubi jalar dapat diolah menjadi nasi instan.
7. Mie
Pada pembuatan mie segar / basah, tepung ubi jalar dapat mensubtitusi
maksimum sebesar 20%. Selain tepung ubi jalar dapat dicampurkan pula tepung
tapioka, sehingga komposisi tepung campurannya adalah 20% tepung ubi jalar +
10% tepung tapioca + 70% terigu. Untuk menghasilkan mie yang bermutu,
tepung ubi jalar yang digunakan dibuat dari ubi jalar yang daging umbinya
berwarna putih atau kuning.
8. Aneka Cake
Cake merupakan produk makanan yang banyak disukai oleh masyarakat.
Sering disajikan sebagai snack dalam berbagai kesempatan, citarasanya yang
manis dan lezat dan tampil dengan warna dan bentuk yang beraneka, ada yang
berlapis, ada yang di roll, ada dipotong, ada pula yang ringan dan berpori lembut.
Beberapa jenis cake dapat dibuat dari bahan baku tepung ubi jalar 60%
hingga 100%, misalnya untuk Chiffon cake tepung ubi jalar, kualitas terbaik pada
penggunaan 60 tepung ubi jalar dan 40% tepung terigu, karena tekstur kue
berpori halus dan lembut serta ringan. Untuk produk roll cake dapat menggunakan
100% tepung ubi jalar karena rasa roll cake didominasi oleh perpaduan flavor dari
lemak/butter, telur dan bahan perekat atau jam.
9. Ice Cream
Warna ubi jalar yang menarik, baik dari ubi jalar ungu maupun kuning
dapat di eksplor dalam pembuatan ice cream yang berwarna alami dan aman
dikonsumsi penggunaan ubi jalar sebagai bahan baku ice cream dari sari ubi jalar
yang diperoleh dari air rebusan ubi jalar, atau tepung ubi jalar yang digunakan
sebagai bahan pengental atau dari ubi jalar segar kukus yang di ambil dagingnya.
10. Chips
Singkong telah dikembangkan secara industri dan masuk di pasar-pasar
moderm dengan citarasa dan kemasan yang menarik sehingga diminati konsumen.
Sementara ubi jalar belum dan baru dikembangkan ditingkat skala rumah tangga,
sehingga pemasarannya kurang luas. Ubi jalar seperti singkong sehingga juga
dapat dibuat Chip sekualitas singkong yang dipasatkan di toko-roko modern.
11. Bubur Bayi Instan
Produk bubur bayi dari tepung ubi jalar telah dikembangkan di beberapa
Negara maju. Di Indonesia belum dilakukan, meskipun untuk bahan-bahan yang
lain telah dikembangkan seperti pisang, kacang hijau, kacang merah. Secara
komposisi gizi tepung ubi jalar sebetulnya tidak kalah dengan bahan pangan
tersebut, bahkan rafinosa pada ubi jalar berfungsi sebagai prebiotik. Hal ini
sebenarnya merupakan peluang bagi pelaku usaha dibidang pangan untuk
mengandalkan produk bubur bayi tepung ubi jalar sebagai makanan yang sehat.
12.Biskuit
Beberapa produk yang dikembangkan industry dengan bahan baku ubi jalar atau
tepung ubi jalar diantaranya Biskuit, jenis produk ini sangat popular dan banyak diminati
di masyarakat. Banyak diproduksi baik oleh pelaku usaha perorangan maupun secara
pabrikan. Umumnya, dibuat dari tepung terigu dengan kandungan gluten protein rendah
yang ditanbah margarine, telur dan gula. Biskuit tidakmengembang seperti roti, Fungsi
tepung dalam produk ini hanya sebagai bahan pengisi yang membentuk kerangka produk.
Sehingga tepung dapat diganti dengan jenis tepung yang lain dan tidak akan
mempengaruhikualitas utama biscuit yaitu tekstur, sementara flavor dapat diatasi dengan
penambahan susu , coklat atau aroma yang lain. Hal ini telah dilakukan di Malaysia
dengan Talas Cookiesnya demikian pula dengan Jepang juga telah mengembangkan
Suweg maupun ubi jalar untuk bahan baku cookies dan kue-kue.
.
V PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL TALAS

Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah
suatu metode yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan suatu proyek, produk, atau organisasi.
Dalam konteks ubi jalar, analisis SWOT dapat memberikan pemahaman yang
mendalam tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait
dengan produksi dan pemasaran produk ubi jalar (Mada, 2010).

Dalam menghadapi persaingan global, ubi jalar perlu mengatasi kelemahan-


kelemahan yang ada. Persepsi negatif tentang ubi jalar sebagai makanan yang
kurang bernutrisi harus dilawan melalui edukasi dan peningkatan kesadaran di
kalangan konsumen.

1. Kekuatan (Strengths) Ubi Jalar


- Keberagaman varietas ubi jalar yang tersedia.
- Kandungan gizi yang tinggi, termasuk serat, vitamin, dan mineral.
- Kemampuan adaptasi ubi jalar terhadap berbagai kondisi lingkungan.
- Kemudahan budidaya ubi jalar, baik di lahan yang luas maupun terbatas.
- Ketahanan ubi jalar terhadap serangan hama dan penyakit.
- Kemampuan produksi ubi jalar yang tinggi dalam waktu singkat.
- Ketersediaan teknologi dan pengetahuan budidaya yang telah teruji.
- Tingginya permintaan pasar akan produk berbahan dasar ubi jalar.
- Potensi pasar ekspor yang luas untuk produk olahan ubi jalar.
- Penggunaan ubi jalar dalam berbagai produk industri makanan, minuman, dan
kosmetik.
- Penelitian dan pengembangan yang terus berlanjut untuk meningkatkan
produktivitas dan mutu produk ubi jalar.
- Kemampuan ubi jalar untuk tumbuh di lahan marginal dengan kualitas tanah
rendah.
- Harga jual ubi jalar yang stabil dan menguntungkan bagi petani.
- Peranan ubi jalar sebagai sumber bahan pangan alternatif untuk mengatasi
masalah pangan.
- Ketersediaan bahan baku ubi jalar yang mudah didapatkan.
- Potensi penggunaan ubi jalar sebagai bahan biofuel.
- Peluang pengembangan agrowisata berbasis ubi jalar.
- Persaingan pasar yang belum terlalu ketat dalam produk olahan ubi jalar.
- Potensi pengembangan produk inovatif dari ubi jalar.
- Kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait dalam pengembangan
industri ubi jalar.
2. Kelemahan (Weaknesses) Ubi Jalar
- Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya ubi jalar.
- Perubahan pola cuaca dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi hasil
panen ubi jalar.
- Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan dalam budidaya ubi jalar.
- Proses panen dan pasca panen ubi jalar yang belum optimal.
- Infrastruktur transportasi yang kurang mendukung distribusi hasil panen ubi
jalar.
- Ketergantungan pada pasar lokal untuk penjualan produk ubi jalar.
- Belum optimalnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan dan pengemasan
produk ubi jalar.
- Kandungan senyawa toksik pada varietas ubi jalar tertentu yang belum diatasi
dengan baik.
- Persaingan yang ketat dengan produk olahan lainnya yang menggunakan bahan
baku utama lain selain ubi jalar.
- Perubahan pola konsumsi masyarakat yang dapat mempengaruhi permintaan
akan produk ubi jalar.
- Keberagaman varietas dan kualitas produk ubi jalar yang belum terstandarisasi.
- Keterbatasan akses pasar untuk petani kecil dalam memasarkan hasil ubi jalar.
- Keterbatasan fasilitas pengolahan dan pengemasan produk ubi jalar yang ada.
- Potensi pencemaran lingkungan akibat limbah dari industri pengolahan ubi
jalar.
- Biaya produksi dan harga jual produk ubi jalar yang relatif tinggi.
- Perubahan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi produksi dan pasokan
ubi jalar.
- Keterbatasan dukungan pemerintah dalam pengembangan industri ubi jalar.
- Porositas ubi jalar yang dapat menyebabkan penyakit dan mempengaruhi
kualitas produk.
- Kemampuan simpan ubi jalar yang terbatas dan mudah rusak.
- Belum adanya sertifikasi halal untuk produk olahan ubi jalar.
3. Peluang (Opportunities) Ubi Jalar
- Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan
bernutrisi.
- Peningkatan permintaan pasar akan makanan alternatif yang sehat dan alami.
- Potensi ekspor produk olahan ubi jalar ke pasar global.
- Peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan organik dan alami.
- Perkembangan tren gaya hidup sehat dan vegan yang dapat menjadi targe
pasar.
- Potensi pengembangan produk olahan ubi jalar yang ramah lingkungan.
- Perkembangan teknologi pengolahan dan pengemasan makanan yang inovatif.
- Potensi pengembangan produk ubi jalar dengan nilai tambah tinggi.
- Peningkatan akses pasar melalui pemasaran online dan e-commerce.
- Potensi pengembangan agribisnis berbasis ubi jalar yang berkelanjutan.
- Peningkatan dukungan pemerintah dan lembaga terkait dalam pengembangan
industri ubi jalar.
- Potensi kolaborasi dengan sektor industri makanan dan minuman dalam
pengembangan produk ubi jalar.
- Potensi pengembangan produk olahan ubi jalar yang dapat mendukung industri
pariwisata lokal.
- Peningkatan perhatian terhadap bahan baku lokal dalam industri makanan dan
minuman.
- Potensi investasi dalam pengembangan dan pemasaran produk ubi jalar.
- Perkembangan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas ubi
jalar.
- Potensi pengembangan produk ubi jalar untuk pangan bayi dan makanan anak-
anak.
- Potensi pengembangan produk olahan ubi jalar yang dapat mengurangi asupan
gula dan penyalahgunaan bahan aditif.
- Peningkatan fasilitas penanganan dan pengiriman hasil ubi jalar yang lebih
efektif dan efisien.
- Potensi pengembangan produk olahan ubi jalar dengan keunggulan rasa dan
aroma.
4. Ancaman (Threats) Ubi Jalar
- Persaingan harga dan kualitas dari produk olahan lain yang menggunakan
bahan baku utama berbeda.
- Perubahan kebijakan perdagangan internasional yang mempengaruhi ekspor
produk ubi jalar.
- Penyebaran penyakit dan serangan hama yang dapat menghancurkan hasil
panen ubi jalar.
- Perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas ubi jalar.
- Persaingan dengan produk makanan dan minuman lain yang memiliki daya
tarik konsumen yang tinggi.
- Keterbatasan dukungan teknologi dalam pengolahan dan pengemasan produk
ubi jalar.
- Perubahan pola konsumsi masyarakat yang mengarah pada produk makanan
dan minuman baru.
- Penggunaan bahan aditif dan zat pengawet dalam produk olahan ubi jalar dari
produsen lain.
- Perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi regulasi produksi
dan distribusi produk ubi jalar.
- Penyalahgunaan pestisida dan pemakaian bahan kimia berbahaya dalam
budidaya ubi jalar.
- Penurunan harga jual ubi jalar akibat overproduksi atau pasokan yang
berlebihan.
- Potensi pencemaran tanah dan air akibat limbah buangan dari industri
pengolahan ubi jalar.
- Tren masyarakat yang kurang menghargai atau kurang familiar dengan ubi
jalar sebagai bahan makanan.
- Persaingan dengan produk makanan cepat saji yang lebih mudah diakses oleh
konsumen.
- Perkembangan penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan atau kualitas ubi
jalar.
- Keterbatasan dukungan pemerintah dalam penyuluhan dan pendampingan
petani ubi jalar.
- Harga bahan baku lain yang lebih murah dan mudah didapatkan dalam
produksi produk makanan dan minuman.
- Potensi penurunan permintaan pasar jika produk ubi jalar dianggap tidak
memiliki variasi dan inovasi yang cukup.
- Peningkatan biaya produksi akibat fluktuasi harga pupuk, bibit, dan bahan baku
lainnya.
- Perkembangan tren diet tertentu yang mengecualikan konsumsi ubi jalar
sebagai bahan makanan.

Kesimpulannya, analisis SWOT ubi jalar menyoroti kompleksitas tantangan dan


peluang yang dihadapi oleh bisnis Ubi Jalar. Dalam menghadapi persaingan yang
ketat, ubi jalar perlu berinovasi, meningkatkan kesadaran konsumen, dan
memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Dengan langkah bijak, ubi jalar
memiliki potensi untuk menjaga kepercayaan dan bersaing di pasar global yang
semakin meriah.
DAFTAR PUSTAKA

Afandie Rosmarkam dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Ambarsari, I.; Sarjana; dan A. Choliq. (2009). Rekomendasi Dalam Penetapan
Standar Mutu Tepung Ubi Jalar. Ungaran.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2001. Deskripsi ubi jalar varietas
cilembu. http://pangan.litbang.pertanian.go.id/varietas-137.html [15
September 2023].
Elisabeth, A.A.D., Aurum, S.F., Rinaldi, J. 2017. Pengaruh Kemasan dan Harga
Jual Keripik dan Stik dari Tepung Komposit Keladi dan Ubijalar Terhadap
Penerimaan Konsumen. Buletin Palawija, Vol. 15, No. 1, Hal. 1 – 7.
Ginting, Erlina. 2014. Ubijalar Sebagai Bahan Diversifikasi Pangan Lokal. Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang.
Juanda, Dede. J.S. & Bambang Cahyono. (2000). Ubi Jalar, Budi Daya, dan
Analisa Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
http://books.google.co.id/books. Diakses pada tanggal 15 September 2023.
Mada, 2010. Analisis SWOT Ubi Jalar: Memperkuat Keberlanjutan Pertanian
Lokal dengan Kekuatan di Dalam Tanah. https://takterlihat.com/analisis-
swot-ubi-jalar/. Diakses 15 September 2023.
Meriyanto. 2016. Pengaruh Pemberian Berbagai Macam Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Tunas Aksilar Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Varietas
Cilembu Secara In Vitro. Palembang: J. Agroekotek 8 (2) hal 104-112.
Safirra, Imaniar. 2019. Pengaruh Waktu Pemangkasan Pucuk Pada Beberapa
Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea
Batatas L.) Di Nganjuk, Jawa Timur. UMM. Malang.
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar Cara Budi Daya yang Tepat Efisien dan Ekonomis
Seni Agribisnis. Jakarta Penerbit Siuaelaya.
Suda, I., T. Oki, M. Masuda, M. Kobayashi, Y. Nishiba and S. Furuta. 2003.
Physiological Functionality of Purple-Fleshed Sweet Potatoes Containing
Anthocyanins and Their Utilization in Foods. JARQ 37(3):167-173.
Suprapto. 2004. Pengaruh Lama Blanching Terhadap Kualitas Stik Ubijalar
(Ipomoea batatas L.) Dari Tiga Varietas. hlm. 220-228. 2004. Bogor, 13
Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor.
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai