Anda di halaman 1dari 34

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR


DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

diajukan sebagai satu syarat untuk menyelesaikan Mata Praktikum Metodologi


Penelitian pada Laboratorium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Fandy Adry Willy Putranto

Oleh
Maziatur Rofiah
NIM 161510601117

LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peternakan merupakan salah satu subsektor dari pertanian. Peternakan
merupakan suatu proses kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja. Pembangunan
subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang
bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang
bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa
serta memperluas kesempatan kerja. Menurut Ismail (2010), menyatakan bahwa
hal tersebut yang mendorong pembangunan subsektor peternakan untuk perlu
dikembangkan lagi, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan bangsa khususnya dalam
sektor pertanian. Berikut merupakan data populasi komoditas hewan ternak di
Indonesia yang berkontribusi dalam pembangunan pertanian.
Tabel 1.1 Populasi Ternak di Indonesia tahun 2013-2017 (ribu ekor)
Jumlah/species 2013 2014 2015 2016 2017
Sapi potong 12 686 14 727 15 420 16 004 16 599
Sapi perah 444 503 519 534 545
Kerbau 1 110 1 335 1 347 1 355 1 395
Kuda 434 428 430 424 443
Kambing 18 500 18 640 19 013 17 847 18 410
Domba 14 926 16 092 17 025 15 717 16 462
Babi 7 599 7 694 7 808 7 903 8 138
Ayam buras 276777 275166 285304 294162 310521
Ayam ras petelur 146622 146660 155007 161350 166723
Ayam ras 1344191 1443349 1528329 1632568 1698369
pedaging 43710 45268 45322 47424 49709
Itik 7645 7414 7975 8165 8439
Itik manila
Kelinci 1137 1104 1103 1201 1238
Puyuh 1255 12692 13782 14108 14427
Merpati 2139 2433 2154 2476 2523
Jumlah 1 879 175 1993 505 2 100 538 2 221 238 2 294 371
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017)
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa secara garis besar
terdapat 15 komoditas ternak yang turut berkontribusi dalam perkembangan
pertanian di Indonesia, dan komoditas ayam khususnya ayam ras pedaging
populasinya paling tinggi di tahun 2013 sampai tahun 2017, di urutan populasi
tertinggi kedua masih sama didominasi oleh komoditas ayam buras dengan angka
populasi 310521 ribu ekor pada tahun 2017, selain ayam ras pedaging dan ayam
buras terdapat ayam ras petelur yang memiliki populasi tertinggi nomor tiga di
Indonesia yakni dengan angka populasi 166723 ribu ekor pada tahun 2017.
Ayam ras petelur merupakan hasil dari perkawinan silang yang diseleksi
kemudian dilakukan manajemen pemeliharaan secara terus menerus sehingga
menjadi jenis ayam yang unggul (Nurcholis, 2015), ayam tipe petelur disebut juga
sebagai ayam tipe dwifungsi, sebab ayam petelur tersebut mempunyai fungsi serta
kegunaan lebih dari satu tujuan yang dapat diharapkan, yakni sebagai penghasil
telur dan bisa juga dimanfaatkan dagingnya. Ayam petelur yang tidak dapat
berproduksi telur lagi, ayam tersebut akan diafkir atau dipisahkan dari golongan
ayam yang masih produktif. Ayam petelur juga memiliki keuntungan ekonomis
yang cukup besar, sebab kebanyakan masyarakat di Indonesia memiliki tingkat
konsumsi yang tinggi terhadap telur ayam. Berikut merupakan tabel rata-rata
konsumsi telur ayam ras maupun telur ayam kampung dalam seminggu mulai
tahun 2013 sampai tahun 2017.
Tabel 1.2 rata-rata konsumsi per kapita telur ayam dalam seminggu tahun 2013-2017

No. Tahun Kg
1. 2013 0,169
2. 2014 0,171
3. 2015 1,940
4. 2016 1,983
5. 2017 2,119
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi per kapita
atau masing-masing individu dalam seminggu ialah cukup tinggi di Indonesia,
naik setiap tahunnya hingga mencapai diatas 2,119 kilogram pada tahun 2017. Hal
tersebut menjadi cerminan bahwa masyarakat di Indonesia pada gemar
mengkonsumsi telur ayam karena dalam satu minggu masing-masing individu
dapat mengkonsumsi 2,119 kilogram per minggu, tentunya kegemaran masyarakat
Indonesia dalam mengkonsumsi telur tidak lepes dari produksi telur yang stabil.
Produksi ayam petelur di Indonesia tentu tidaklah sama di setiap wilayah.
Beberapa daerah tentunya ada yang menjadi sentra ayam petelur. Produksi ayam
petelur dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang memperlihatkan perkembangan
produksi ayam petelur pada masing-masing provinsi di Indonesia.
Tabel 1.3 Produksi (ton) ayam petelur dari 2012-2016 di Indonesia
No Tahun Pertumbuhan
Provinsi
. 2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 Aceh 3.640 2.196 1.892 3.080 3.231 4,90
2 Sumatra Utara 108.018 140.711 132.949 136.258 136.596 0,25
3 Sumatra Barat 62.687 65.688 63.706 65.046 65.296 0,38
4 Riau 2.022 2.217 1.019 987 1.026 4,00
5 Jambi 4.641 7.332 4.950 4.878 4.927 1,00
6 Sumatra Selatan 49.540 59.106 55.354 56.242 58.782 4,52
7 Bengkulu 576 529 561 987 1.118 13,25
8 Lampung 61.335 51.388 50.786 37.839 37.987 0,39
9 Bangka Belitung 544 1.238 669 583 631 8,29
10 Kep. Riau 3.425 3.154 2.927 3.620 4.101 13,27
11 DKI. Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat 120.123 131.586 134.581 133.436 140.136 5,02
13 Jawa Tengah 192.071 204.357 191.546 202.110 209.373 3,59
14 D.I Yogyakarta 25.802 24.660 26.493 28.083 28.208 0,44
15 Jawa Timur 270.700 293.352 291.399 390.055 399.158 2,33
16 Banten 47.455 46.751 40.279 45.918 46.513 1,29
17 Bali 47.969 36.590 36.602 40.987 41.352 0,89
18 Nusa Tenggara
1.338 1.551 2.293 3.598 3.933 9,29
Barat
19 Nusa Tenggara
1.164 1.317 1.333 1.341 1.349 0,58
Timur
20 Kalimantan Barat 23.905 19.875 43.800 31.851 32.249 1,25
21 Kalimantan
209 285 1.191 1.403 1.520 8,36
Tengah
22 Kalimantan
20.955 33.947 47.651 60.262 74.297 23,29
Selatan
23 Kalimantan Timur 12.240 9.462 5.291 7.451 8.803 18,14
24 Kalimantan Utara - - 348 377 415 10,00
25 Sulawesi Utara 8.552 9.774 9.949 10.453 10.707 2,43
26 Sulawesi Tengah 4.621 6.690 7.837 7.389 8.245 11,59
27 Sulawesi Selatan 60.144 64.017 80.815 89.331 98.264 10,00
28 Sulawesi Tenggara 1.126 1.113 1.191 1.524 1.778 16,67
29 Gorontalo 2.149 2.437 2.773 2.828 2.847 0,64
30 Sulawesi Barat 638 774 770 1.107 1.140 3,00
31 Maluku 371 83 155 72 54 -25,61
32 Maluku Utara 130 325 227 109 157 4,84
33 Papua Barat 705 784 865 914 928 1,58
34 Papua 1.153 931 2.109 2.710 3.076 13,51
Indonesia 1.139.946 1.224.400 1.244.312 1.372.829 1.428.195 4,03

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2016)


Tabel 1.3 merupakan tabel produksi ayam petelur di Indonesia pada tahun
2012-2016, dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan produksi ayam
petelur ditinjau dari tingkat provinsi, daerah sentra penghasil ayam petelur
didominasi oleh wilayah di Pulau Jawa. Laju pertumbuhan produksi ayam petelur
di Jawa Timur ialah 2,33%, sedangkan laju pertumbuhan produksi ayam petelur di
Provinsi Maluku Utara ialah 4,84%. Hal ini menegaskan bahwasanya Provinsi
Maluku Utara memiliki potensi dalam meningkatkan produktivitas ayam petelur
dan ikut menyumbang kontribusi dalam pengembangan pembangunan suksektor
peternakan di Provinsi Maluku Utara. Berikut merupakan tabel produksi telur di
Maluku Utara, baik telur ayam maupun telur itik tahun 2017.
Tabel 1.4 Produksi telur unggas di Provinsi Maluku Utara tahun 2017 (ton)
No. Kabupaten Ayam Kampung Ayam Ras Petelur Itik
1. Halmahera Barat 62 34 31
2. Halmahera Tengah 59 - 21
3. Kepulauan Sula 27 - 12
4. Halmahera Selatan 28 11 35
5. Halmahera Utara 60 - 74
6. Halmahera Timur 71 - 63
7. Pulau Morotai 27 - 34
8. Pulau Taliabu 42 - 33
9. Ternate 21 92 41
10. Kepulauan Tidore 49 20 25
Maluku Utara 446 157 369
Sumber : Maluku Utara Dalam Angka (2017)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Provinsi Maluku Utara
pada umumnya memproduksi telur ayam kampung, hampir di semua wilayah
kabupaten yang ada di Provinsi Maluku Utara memproduksi telur ayam kampung.
Kabupaten yang memproduksi dengan intensitas tinggi yaitu Halmahera Timur,
dan diurutan kedua yaitu Kabupaten Halmahera Barat. Kabupaten Halmahera
Barat menjadi kabupaten yang produktivitas telur ayamnya berada diurutan kedua
di Provinsi Maluku Utara baik yang ayam kampung maupun ayam ras petelur,
oleh karena itu Halmahera Barat merupakan kabupaten yang bepotensi untuk
pengembangan pembangunan peternakan.
Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam
pembangunan pertanian,terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan
moneter. Pembangunan sub sektor peternakan yang berwawasan agribisnis
merupakan upaya sistematis dalam memainkan peranan yang aktif dan positif di
dalam pembangunan nasional, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
pemerataan dan stabilitasi nasional. Subsektor peternakan memiliki banyak
peranan penting bagi pembangunan ekonomi, salah satu peranan penting dari
adanya pembangunan peternakan dalam pembangunan adalah mendorong
pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan, salah satu komoditas sub uktor
peternakan yang memiliki peran penting dalam mengembangkan dinamika
ekonomi pertanian ialah komoditas ayam petelur (Lapani, 2014). Berikut
merupakan tabel populasi komoditas ayam petelur di kecamatan yang ada di
Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara.
Tabel 1.5 Populasi ayam petelur di Kabupaten Halmahera Barat (ekor)
Kecamatan
No. Tahun Jali Jalilolo Jalilolo Sahu Sahu Ibu Ibu Tabaru Loloda Total
lolo Selatan Timur Timur Selatan
1. 2015 - - - - 5.318 - - - - 5.318
2. 2016 - - - - 5.318 - - - - 5.318
Sumber : Halmahera Dalam Angka (2017)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Halmahera
Barat masih tergolong minim pengembangan usaha ternak komoditas ayam ras
petelurnya, hanya di Kecamatan Sahu Timur yang membudidayakan komoditas
ayam ras petelur, dan intensitas jumlah populasinya sama yakni 5.318 ekor pada
tahun 2015 dan tahun 2016, melihat kondisi ini maka Kabupaten Halmahera Barat
membutuhkan suatu dorongan dalam mengambangkan agribisnis ayam petelur.
Agribisnis merupakan kegiataan perekonomian yang berbasis pada usaha
pertanian atau bidang lain yang mendukungnya (Kurniawan, 2015). Kegiatan
agribisnis meliputi salah satu atau serangkaian dari mata rantai produksi,
pengolahan hasil serta pemasaran yang termasuk di dalamnya peternakan ayam.
Telur ayam merupakan suatu komoditas yang banyak dikonsumsi karena kaya
akan nutirisi dan harganya relatif murah serta sangat mudah diperoleh di kios-
kios. Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten di Maluku
Utara yang memiliki potensi alam yang melimpah, terutama pada hasil laut,
pangan dan peternakan. Mayoritas masyarakat di Halmahera Barat memiliki
hewan ternak untuk dibudidayakan, namun kurangnya pendampingan,
pengawasan serta pelatihan menyebabkan potensi pengembangan usaha ternak
ayam petelur di Kabupaten Halmahera Barat belum terlaksana dengan maksimal.
Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai
potensi serta strategi dalam meningkatkan kesejahteraan peternak di Halmahera
Barat Maluku Utara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana potensi usaha ternak ayam ras petelur di Kabupaten Halmahera
Barat?
2. Bagaimana strategi pengembangan usaha ternak ayam ras petelur di
Kabupaten Halmahera Barat?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi usaha ternak ayam ras petelur di Kabupaten
Halmahera Barat
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha ternak ayam ras petelur di
Kabupaten Halmahera Barat

1.3.2 Manfaat
1. Bagi petani, dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam usaha ternak
ayam petelur.
2. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran terkait potensi
dan metode pengembangan usaha ternak ayam petelur.
3. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penggunaan faktor produksi usaha ternak ayam petelur secara efisien.
4. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah setempat dalam pengambilan kebijaksanaan
pengembangan usaha ternak ayam petelur di Kabupaten Halmahera Barat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian Nataamijaya (2015) dengan judul “Pengembangan Potensi
Ayam Lokal untuk Menunjang Peningkatan Kesejahteraan Petani” menyatakan
bahwa ayam lokal dan salah satunya ayam ras petelur memiliki potensi besar
untuk dikembangkan menjadi bibit unggul dalam upaya menunjang ketahanan
pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani, dengan menerapkan teknologi
yang tepat maka peternak akan mampu meningkatkan produktivitas dan
pendapatannya. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan analisis
dari aspek strategi pengembangan agribisnis menggunakan analisis SWOT.
Penelitian Kuntoro dan Matitaputty (2014) dengan judul “Potensi dan
Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Ruminansia dan Pemanfaatan
Limbah Tanaman Pangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB)”
menyatakan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat atau MTB memiliki
potensi untuk mengembangkan usaha di bidang peternakan karena melihat
prospek di masa depan dimana kebutuhan konsumen akan hasil ternak yang
tinggi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi kawasan
peternakan temak ruminansia dengan ketersediaan sumberdaya limbah tanaman
pangan sebagai pakan temak di kabupaten MTB dan melihat strategi
pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT.
Penelitian Ajizah (2017) dengan judul “Analisis Usaha dan Strategi
Pengembangan Ternak Ayam Ras Petelur di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu” penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui usaha ternak ayam ras
petelur berskala besar, skala menengah, dan skala kecil adalah layak dan
menguntungkan untuk dikembangkan dan sensitif terhadap kenaikan biaya pakan,
kenaikan biaya vaksin, dan penurunan harga jual telur. Kenaikan pakan, vaksin
dan harga yang cenderung fluktuatif menjadi ancaman usaha, oleh karena itu
dibutuhkan suatu strategi untuk mencegah kerugian yang besar. Data dianalisis
dilakukan dengan menggunakan analisis finansial, analisis sensitivitas, dan
analisis SWOT guna mengetahui strategi untuk mencegah kerugian yang besar.
Penelitian Lapani (2014) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha
Peternakan Ayam Ras Petelur UD. Putra Tamago di Kecamatan Palu Selatan Kota
Palu” menyatakan bahwa karyawan yang trampil dapat meningkatkan pelayanan
terhadap penyediaan produk serta terhadap konsumen yang ada dan
memanfaatkan teknologi untuk memaksimalkan pencatatan laporan keuangan
dengan baik sehingga usaha budidaya ayam petelur di Kecamatan Palu dapat
berjalan dengan baik. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis
SWOT. Data dan informasi akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal organisasi, sedangkan analisis kuantitatif digunakan
untuk menganalisis lingkungan untuk merumuskan strategi jangka panjang.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Komoditas Ayam
Menurut Susanto et al (2015), jenis ayam dibagi menjadi dua yaitu ayam
pedaging dan ayam petelur, ayam petelur dibudidayakan karena dapat
menghasilkan produksi telur dalam jumlah yang banyak dan memiliki kualitas
yang baik jika dibandingkan dengan ayam pedaging. Komoditas ayam petelur di
Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut
terjadi kerana telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting
bagi masyarakat serta memiliki cita rasa yang lezat, mudah dicerna dan memiliki
kandungan gizi tinggi. Peningkatan permintaan ayam petelur menjadi prospek
yang sangat baik untuk memanfaatkan sumberdaya secara optimal, sehingga
prospek yang bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan ternak ayam
petelur di pedesaan karena lahan untuk beternak ayam di desa lebih luas dan jauh
dari pemukiman masyarakat.
Menurut Lapani (2014), ayam kampung merupakan ayam lokal di
Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung
juga dikenal dengan sebutan ayam buras. Penampilan ayam kampung sangat
beragam, begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi
ayam buras dijumpai di kota maupun desa, selera konsumen terhadap ayam
kampung ternyata sangatlah tinggi baik dari daging maupun telur ayam.
Kebanyakan masyarakat memilih telur untuk memenuhi kebutuhan protein
hewani keluarga, hal ini disebabkan telur banyak tersedia dan mudah ditemukan
di pasar baik pedagang keliling, pasar tradisional, maupun pasar swalayan.
Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan
menaikkan pendapatan keluarga, selain itu ayam mempunyai kelebihan pada daya
adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi
lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki
bentuk badan yang kompak dan susunan otot yang baik. Bentuk jari kaki tidak
begitu panjang, tetapi kuat dan ramping, kukunya tajam dan sangat kuat mengais
tanah. Ayam kampung penyebarannya secara merata dari dataran rendah sampai
dataran tinggi.
Menurut Nurcholis (2015), ayam peliharaan atau Gallus gallus domesticus
adalah unggas yang biasa dipelihara manusia untuk dimanfaatkan telur maupun
dagingnya. Ayam peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu sub-
spesies ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa. Ayam dalam
negeri atau ayam kampung memiliki kemampuan bertelur berkisar 46 butir per
tahun, sedangkan ayam petelur kemampuan bertelurnya mencapai 180 butir per
tahun. Permintaan konsumsi akan telur meningkat sepanjang tahun sehingga
pengembangan prospek usaha ayam ras petelur dinilai terjamin keberhasilannya,
perawatan yang mudah dan pangsa pasar yang terus meningkat menjadi faktor
yang menentukan terjaminnya kesuksesan usaha ini.
Menurut Yaman (2013), ayam merupakan unggas yang dibudidayakan
untuk dimanfaatkan daging dan telurnya. Ayam berasal dari ayam hutan yang
diburu serta dipelihara karena dapat diambil daging dan menghasilkan telur. Ayam
hutan di berbagai wilayah dunia di seleksi dan dijadikan objek penelitian oleh
para pakar ilmuwan setiap tahunnya, seleksi tersebut berdasarkan ras dan warna
bulu yang berbeda-beda. Ayam liar atau ayam hutan yang dipelihara oleh
masyarakat kemudian berganti julukan menjadi ayam kampung karena ayam
tersebut berasal dari pedesaan, sedangkan ayam yang berasal dari negara Belanda
merupakan ayam luar negeri. Ayam ras pedaging merupakan ayam dari hasil
persilangan varietas yang memiliki daya produktivitas tinggi, sedangkan ayam
petelur dibedakan berdasarkan warna bulunya, ayam dengan bulu berwarna putih
memiliki badan yang ramping serta mata bersinar dan ayam dengan bulu warna
cokelat memiliki badan yang lebih berisi dan menghasilkan telur yang banyak.
Klasifikasi ayam sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Aves
Famili : Phasianidae
Subfamili : Phasianidae
Genus : Gallus gallus
Spesies : Gallus gallus domesticus

2.2.2 Komoditas Ayam Petelur


Menurut Nurcholis (2015), ayam ras petelur merupakan hasil dari berbagai
perkawinan silang dan seleksi yang sangat rumit dan diikuti upaya perbaikan
manajemen pemeliharaan secara terus menerus. Ayam petelur merupakan ayam
yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya Ayam asli Indonesia secara umum
berasal dari ayam hutan dan itik liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil
telurnya.Kondisi ini dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat dominan)
dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia. Perbaikan-
perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal,
sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur yang
baik akan dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu.
Menurut Ismail (2010), ayam petelur memiliki prospek pasar yang sangat
baik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional. Ayam
petelur yang berkembang sekarang ini termasuk ke dalam spesies Gallus
domesticus. Galus atau strain yang ada sekarang ini dapat berasal dari satu bangsa.
Umumnya tipe ringan berasal dari bangsa White Leghorn, tipe medium dan Rhode
Island Red, Australorp dan Barred Plymouth Rock sedangkan tipe berat dari
bangsa New Hampshire, White Plymooth Rock dan Cornis.
Menurut Wulandari et al (2015), mengatakan bahwa telur ayam memiliki
banyak jenis yang umum dimanfaatkan oleh peternak diantaranya telur bebek,
telur ayam, telur puyu, dan entok. Ayam petelur yang dipelihara pada umumnya
terdapat dua tipe yaitu petelur putih dan petelur cokelat. Ayam petelur putih atau
biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di khususkan untuk bertelur dengan ciriciri
tubuh ramping, warna bulu putih, berjengger merah, dapat memproduksi telur
kurang lebih 260 butir perekor tiap tahun. Ayam ini berasal dari galur murni white
leghorn yang memiliki sifat sensitif terhadap cuaca panas dan keributan. Apabila
kaget atau kepanasan maka produksinya akan cepat menurun. Ayam petelur yang
lain adalah tipe medium. Tubuhnya tidak terlalu kurus, tapi tidak juga terlihat
gemuk. Produksi telur cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang
banyak, sehingga disebut ayam tipe dwiguna. Karena warnanya cokelat maka,
ayam ini sering disebut ayam petelur cokelat. Produksi telur kurang lebih 200
butir perekor tiap tahun.

2.2.3 Teori Strategi Pengembangan


Menurut Putri et al (2015), strategi adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh keuntungan dan untuk mencapai tujuan perusahaan jangka
panjang. Strategi memiliki beberapa sifat, yaitu menyatu (unified), meyeluruh
(comprehensive), dan integral (integrated). Strategi banyak jenisnya, salah
satunya adalah strategi bisnis yang biasa dilakukan dengan perluasan geografis,
diversifikasi, pengembangan produk, dan penetrasi pasar. Perluasan geografis
dengan cara emperluas cakupan wilayah bisnis. Diversifikasi yaitu dengan cara
memperluas cakupan bisnis terkait aspek teknis dan pengembangan fasilitas dalam
suatu bisnis agar bisnis yang dikelola menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Menurut Ekapriyatna (2016), strategi pengembangan usaha berbeda pada
setiap perusahaan dan posisi perusahaan. Strategi harus ditetapkan perusahaan
berdasarkan hasil analisis lingkugan usaha untuk kemajuan usaha tersebut.
Strategi merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan yang bersifat lintas fungsional yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya. Strategi yang baik bagi perusahaan harus
diperoleh melalui penyusunan strategi, meliputi studi pada rangkaian kegiatan
manajerial yang berinteraksi dengan lingkungan, baik internal maupun eksternal,
dan berpengaruh pada pencapaian sasaran perusahaan. Strategi mempengaruhi
kehidupan organisasi dalam jangka panjang, sehingga strategi berorientasi ke
masa depan. Strategi dalam perumusannya mempertimbangkan faktor-faktor
internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.
Menurut Tulung (2015), penentuan strategi memerlukan suatu analisis
mendalam serta menyeluruh mengenai lingkungan perusahaan. Lingkungan
adalah salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan usaha.
Kegagalan yang terjadi dalam bisnis disebabkan oleh kegagalan untuk memahami
dan mengidentifikasi secara benar kondisi lingkungan bisnisnya. Lingkungan
perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal yang berasal dari luar
perusahaan dan lingkungan internal yang berasal dari dalam persahaan.

2.2.4 Teori Kesejahteraan


Menurut Widyastuti (2012), kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu
masyarakat bahwa telah berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut
dapat diukur dari kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup
rakyat. Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu
dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan
relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara
selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.
Menurut Nababan (2013), kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan
anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian
utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas
dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas, pelayanan ini mencakup
pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan. Kesejahteraan
masyarakat biasanya dapat diukur melalui tingkat pendapatan yang mereka
peroleh. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dikatakan membaik apabila
pendapatan mereka meningkat.
Menurut Anggraini (2015), kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi
moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang
didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah.
Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi
dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi
miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan dating, hal ini merupakan
masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang
mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk
memulihkan diri (recover), salah satu indikator kesejahteraan rakyat yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah
pendapatan yangditerima oleh rumah tangga. Kesejahteraan dikatakan makin baik
apabila persentasepengeluaran untuk makan semakin kecil dibandingkan dengan
total pengeluaran.

2.2.5 Teori Analisis SWOT


Menurut Haryadi (2017), analisis SWOT merupakan analisis yang
dipergunakan untuk menyusun faktor-faktor startegis berdasarkan indikator-
indikator yang dimiliki dan ditetapkan dalam analisis SWOT. Indikator-indikator
dalam menggunakan analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Kekuatan dalam analisis SWOT digunakan untuk mengukur dan
mengetahui bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh suatu usaha atau perusahaan
untuk mempertahankan usahanya dalam berbagai macam serangan baik dari
dalam usaha itu sendiri maupun dali faktor luar usaha yang dijalankan.
Kelemahan dalam analisis SWOT menjelaskan mengenai kelemahan apa saja
yang dimiliki oleh suatu usaha atau perusahaan yang sedang dijalankan, hal
tersebut bertujuan untuk membantu menutupi kelemahan yang dimiliki
perusahaan dengan kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan tersebut. Peluang
dalam analisis SWOT merupakan harapan mengenai berbagai macam aspek dalam
suatu perusahaan atau usaha yang sedang dijalankan. Ancaman yang dimaksudkan
dalam analisis SWOT ialah mengenai kendala atau ancaman apa saja yang akan
menyerang kekuatan suatu usaha yang sedang dijalankan sehingga dapat
membahayakan posisi perusahaan.
Menurut Yunaida (2017), analisis SWOT merupakan salah satu analisis
yang banyak digunakan untuk mengetahui dan mengukur mengenai bagaimana
kondisi lingkungan sekitar dalam menjalankan suatu usaha. Analisis SWOT pada
umumnya merupakan analisis yang memerlukan beberapa startegi untuk mencapai
tujuannya. Strategi-strategi yang digunakan dalam menganalisis SWOT pada
umumnya terbagi menjadi 4, yaitu : strategi S.O, strategi S.T, strategi W.O, dan
strategi W.T. Strategi S.T merupakan suatu strategi yang digunakan untuk melihat
manfaat dari peluang yang ada dengan keunggulan organisasi. Stategi S.T.
merupakan strategi untuk memobilisasi beberapa keunggulan untuk mencapai
suatu sasaran. Strategi W.O merupakan strategi yang digunakan untuk memilih
faktor mana yang akan ditunda untuk kebaikan suatu usaha, sedangkan strategi
W.T adalah strategi yang digunakan dengan berhati-hati dan perlu adanya tingkat
kewaspadaan dalam mencapai suatu sasaran. Berikut merupakan gambaran dari
matrik SWOT yang umum digunakan.
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Eksternal Daftar kekuatan Daftar kelemahan
Peluang (O) S – O Strategi W – O Strategi
Daftar peluang
Gunakan kekuatan untuk Memperkecil kelemahan
memanfaatkan peluang dengan memanfaatkan
peluang
Acaman (T) S –T Strategi W – T Strategi
Daftar ancaman
Gunakan kekuatan untuk Memperkecil kelemahan
mengahindari ancaman dan menghindari ancaman
Gambar 2.1 Matrik SWOT
Matrik SWOT merupakan matriks yang dapat membantu peneliti untuk
memperoleh rancangan strategi. Rancangan strategi tersebut diperoleh dari
susunan matrik berbentuk empat set alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi
ST, strategi WO, dan strategi WT. Strategi SO merupakan strategi yang disusun
perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki secara optimal. Strategi
ST merupakan strategi yang untuk menyesuaikan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi suatu masalah. Strategi WO merupakan strategi
untuk menekan kelemahan dengan cara optimalisasi kekuatan yang dimiliki.
Strategi WT disusun untuk menekan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta
menghindari ancaman yang akan dating dalam suatu perusahaan.
Menurut Ribek (2016), analisis SWOT pada umumnya dapat didefinisikan
sebagai suatu pengidentifikasian mengenai berbagai faktor-faktor yang disusun
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan suatu komponen perusahaan.
Analisis SWOT memiliki beberapa tahapan untuk mengetahui bagaimana faktor
dan komponen lingkungan sekitarnya, yaitu (1) menidentifikasi faktor-faktor
strategis, (2) memberikan pembobotan terhadap faktor-faktor strategis, (3)
penilaian terhadap faktor-faktor strategis, (4) menentukan rentang nilai interval,
(5) memposisikan nilai yang diperoleh dalam diagram matrix internal dan
eksternal. Analisis SWOT yang telah menjadi metode dalam beberapa penelitian
pada umumnya dapat menunjukkan bagaimana faktor-faktor yang terdapat dalam
suatu usaha atau perusahaan yang sedang dijalankan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Peternakan merupakan salah satu sub sektor dari pertanian.Peternakan
merupakan suatu proses kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan
tersebut.Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari
pembangunan pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani
berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan
pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di
pedesaan. Hal tersebut yang mendorong pembangunan sub sektor peternakan
sangat diperlukan, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan bangsa.
Ayam ras petelur merupakan hasil dari berbagai perkawinan silang dan
seleksi yang sangat rumit dan diikuti upaya perbaikan manajemen pemeliharaan
secara terus menerus. Ayam tipe petelur disebut juga dengan tipe dwifungsi, sebab
ayam petelur tersebut mempunyai fungsi serta kegunaannya lebih dari satu tujuan
yang dapat diharapkan, yakni sebagai penghasil telur dan bisa juga dimanfaatkan
dagingnya. Ayam petelur yang sudah tidak dapat bertelur lagi, maka ayam diafkir
atau dipisahkan dari golongan ayam yang masih produktif. Ayam petelur juga
memiliki keuntungan ekonomis yang cukup besar, sebab kebanyakan masyarakat
Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang tinggi akan telur. Adanya tingkat
konsumsi telur yang tinggi, maka banyak berdiri perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan khususnya peternakan ayam petelur.
Provinsi Maluku Utara pada umumnya memproduksi telur ayam kampung,
hampir di semua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Maluku Utara
memproduksi telur ayam kampung. Kabupaten yang memproduksi dengan
intensitas tinggi yaitu Halmahera Timur, dan diurutan kedua yaitu Kabupaten
Halmahera Barat. Kabupaten Halmahera Barat menjadi kabupaten yang
produktivitas telur ayamnya berada diurutan kedua di Provinsi Maluku Utara baik
yang ayam kampung maupun ayam ras petelur, oleh karena itu Halmahera Barat
merupakan kabupaten yang bepotensi untuk pengembangan pembangunan
peternakan.
Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam
pembangunan pertanian, selain itu pembangunan peternakan juga berperan
penting dalam membantu pembangunan nasional. Pembangunan sub sektor
peternakan yang berwawasan agribisnis merupakan upaya sistematis dalam
memainkan peranan yang aktif dalam pembangunan dan stabilitasi nasional.
Kabupaten Halmahera Barat masih tergolong minim pengembangan usaha ternak
komoditas ayam ras petelurnya, hanya di Kecamatan Sahu Timur yang
membudidayakan komoditas ayam ras petelur, dan intensitas jumlah populasinya
sama yakni 5.318 ekor pada tahun 2015 dan tahun 2016, melihat kondisi ini maka
Kabupaten Halmahera Barat membutuhkan suatu dorongan dalam
mengambangkan agribisnis ayam petelur.
Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten di Maluku
Utara yang memiliki potensi alam yang melimpah, terutama pada hasil laut,
pangan dan peternakan. Kabupaten Halmahera Barat memiliki potensi untuk
mengembangkan usaha ternak ayam ras petelur karena tinginya permintaan
konsumen serta adanya dukungan pemerintah dalam mengembangkan usaha
ternak ayam petelur. Mayoritas masyarakat di Halmahera Barat memiliki hewan
ternak untuk dibudidayakan, namun kurangnya pendampingan, pengawasan serta
pelatihan menyebabkan potensi pengembangan usaha ternak ayam petelur di
Kabupaten Halmahera Barat belum terlaksana dengan maksimal, oleh karena itu
perlu dilakukan suatu penelitian mengenai potensi serta strategi dalam
meningkatkan kesejahteraan peternak di Halmahera Barat Maluku Utara.
Strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan potensi usaha ternak
ayam ras petelur di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara yakni
dengan melakukan pendampingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap peternak
ayam ras petelur di kabupaten tersebut. Strategi yang perlu dilakukan juga yaitu
memeberikan ilmu atau wawasan kepada peternak tentang pentingnya peran
sebuah lembaga dalam mempermudah usaha ternak ayam ras petelur yang mereka
lakukan. Strategi atau upaya terpenting lain yang harus dilakukan yaitu dengan
cara memberdayakan peran penyuluh pertanian sebaik mungkin sehingga
penyuluh tersebut dapat membimbing, melatih, dan mengawasi peternak sesuai
dengan tujuan pengembangan potensi usaha ternak ayam ras petelur di Kabupaten
Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara.
Tujuan merupakan sesuatu yang harus dicapai oleh seorang peneiliti.
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi usaha ternak
ayam ras petelur di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara serta
bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi usaha
ternak ayam ras petelur di kabupaten tersebut. Pengembangan usaha ternk ayam
ras petelur di Kabupaten Halmahera Barat terkendala oleh pendampingan,
pelatihan, serta pengawasan sehingga dibutuhkan dukungan nyata penuh dari
pemerintah dan penyuluh di kabupaten tersebut. Berikut ini merupakan skema
kerangka pemikiran
Usaha ternak di Kabupaten
Halmahera Barat

Usaha ternak ayam ras petelur

Usaha ternak ayam ras petelur yang berpotensi


di Kabupaten Halmahera Barat namun terdapat
banyak kendala dan membutuhkan strategi

Potensi pengembangan usaha Strategi pengembangan usaha


ternak ayam ras petelur ternak ayam ras petelur

Indikator : Indikator :
1. Perkembangan produktivitas 1. Bekerja sama dengan lembaga lain
ayam ras petelur yang pesat 2. Mengoptimalkan peran penyuluh
2. Adanya dukungan dari untuk mendampingi dan melatih
peternak
pemerintah

Analisis SWOT

Deskriptif Kualitatif

Mengembangkan potensi usaha ternak ayam


ras petelur di Kabupaten Halmahera Barat

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran


BAB 3. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku
Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan purposive
method. Menurut Nazir (2011), purposive method merupakan suatu metode
penentuan lokasi secara sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan serta kriteria
tertentu untuk mendukung tercapainya tujuan dan penelitian. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat Provinsi
Maluku Utara, dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki prospek
yang baik untuk mengembangkan potensi usaha ternak ayam ras petelur
dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Halmahera Barat
Provinsi Maluku Utara. Penelitian dilakukan dengan melihat fakta bahwa
Kecamatan Sahu merupakan satu-satunya kecamatan yang melakukan usaha
ternak ayam ras petelur, terlebih lagi selama dua tahun berturut-turut jumlah
output yang dihasilkan sama sehingga perlu ditindak lanjuti faktor yang
menghambat perkembangan usaha ternak ayam ras petelur di kecamatan tersebut.

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki. Menurut Hayati (2015), metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalisti karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah. Metode deskriptif kualitatif pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui fakta berupa potensi yang dimiliki Kabupaten Halmahera Barat dalam
mengembangkan usaha ternak ayam ras petelur secara akurat. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan potensi yang dimiliki Kabupaten Halmahera
Barat mengembangkan usaha ternak ayam ras petelur yang masih terkendala oleh
berbagai macam faktor dan masih membutuhkan adanya strategi dalam
mengembangkakn usaha ternak ayam ras petelur di kabupaten tersebut.

3.3 Metode Penentuan Informan


Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling atau dengan sengaja. Menurut Nurdyane dkk (2013), purposive
sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai
dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Sumber data diperoleh peneliti
dengan pertimbangan tertentu bahwa informan yang bersangkutan memiliki
keahlian dan kompeten dalam bidangnya. Metode purposive sampling merupakan
metode penentuan informan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang
telah diinginkan peneliti sebagai sumber informasi, sehingga informan tersebut
dapat menjadi key informan. Key informan adalah orang yang lebih tahu tentang
informasi mengenai suatu bidang, sedangkan informan adalah orang yang dapat
emmberikan informasi pendukung dalam suatu bidang tertentu. Key informan
dalam penelitian ini yaitu Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pertanian, Kepala
Bidang Peternakan, dan Akademisi STPK Banau Halmahera Barat, sedangkan
informan dalam penelitian ini yaitu Pelaku Usaha peternakan ayam ras petelur
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Informan tersebut menguasai atau memahami segala proses usaha ternak ayam
petelur mulai awal hingga akhir.
2. Informan tersebut mengetahui potensi pengembangan sektor pertanian
khususnya komoditas ayam ras petelur serta kompeten dalam bidangnya.
3. Informan yang tergolong sebagai pelaku usaha menjadi kajian dalam penelitian
yang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti
untuk melengkapi data yang dibutuhkan sebagai bahan untuk menjawab semua
rumusan masalah yang diambil. Jenis data yang digunakan dalam penelitian di
Kabupaten Halmahera Barat ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis berikutnya
untuk ditemukan solusi atau masalah yang diteliti. Data primer diperoleh dari
kegiatan wawancara dengan informan sedangkan data sekunder merupakan data
yang telah dikumpulkan oleh peneliti, seperti jurnal atau laporan serta informasi
yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi. Data sekunder yang
digunakan yaitu data dalam bentuk dokumen, kantor BPS yang dapat mendukung
penelitian. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 metode yaitu :
1. Wawancara
Wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu percakapan dua arah
dalam suasana kesetaraan, akrab, dan informal. Menurut Hidayati et al (2018),
wawancara memiliki beberapa keunggulan yaitu peneliti atau guru mendapatkan
informasi secara detail. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi atau
data yang konkret mengenai potensi dan kendala pengembangan usaha ternak
ayam ras petelur di Kabupaten Halmahera Barat.
2. Observasi
Menurut Hasanah (2017), observasi merupakan salah satu kegiatan ilmiah
empiris yang mendasarkan fakta-fakta lapangan maupun teks, melalui pengalaman
panca indra tanpa menggunakan manipulasi apapun. Observasi merupakan bagian
dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara terjun ke lapangan. Data
observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi (kelembagaan) atau
pengalaman para anggota dalam berorganisasi. Observasi dilakukan untuk
mengetahui kegiatan usaha ternak ayam ras petelur yang dilakukan oleh peternak
di Kabupaten Halmahera Barat sehari-hari.
3. Dokumentasi
Menurut Prasetyo (2017), dokumentasi adalah proses yang dilakukan
secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga pengelolaan data yang
menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi adalah suatu catatan tertulis atau
berupa bentuk gambar yang tersimpan dalam berbagai bentuk data seperti surat-
surat, laporan, peraturan catatan harian, foto dan data lainnya. Dokumen memberi
peluang kepada peneliti untuk memperkuat data observasi dalam memeriksa
keabsahan data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini
juga dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan,
file, dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan. Data yang diambil berupa
gambar atau foto peternak ayam ras petelur sebelum dan sesudah adanya
penanganan kendala dalam berusaha ternak.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yakni analisis SWOT.
Menurut Haryadi (2017), analisis SWOT merupakan analisis yang dipergunakan untuk
mnyusun faktor-faktor strategis berdasarkan indikator-indikator yang dimiliki dan
ditetapkan dalam analisis SWOT. Indikator-indikator dalam menggunakan analisis SWOT
yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Kekuatan dalam analisis SWOT
digunakan untuk mengukur dan mengetahui bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh
suatu usaha atau perusahaan untuk mempertahankan usahanya dalam berbagai macam
serangan baik dari dalam usaha itu sendiri maupun dari faktor luar usaha yang
dijalankan. Metode analisis data model SWOT digunakan oleh peniliti untuk menemukan
jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian. Berikut ini merupakan gambar model
teknik analisis SWOT.
Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Eksternal Daftar kekuatan Daftar kelemahan
Peluang (O) S – O Strategi W – O Strategi
Daftar peluang
Gunakan kekuatan untuk Memperkecil kelemahan
memanfaatkan peluang dengan memanfaatkan
peluang
Acaman (T) S –T Strategi W – T Strategi
Daftar ancaman
Gunakan kekuatan untuk Memperkecil kelemahan
mengahindari ancaman dan menghindari
ancaman
Gambar 3.1 Model Teknis Analisis SWOT
Analisis SWOT dapat membantu peneliti menemukan kekuatan (potensi)
serta merancang strategi untuk mengembangan potensi usaha ternak ayam ras
petelur di Kabupaten Halmahera Barat. Rancangan strategi tersebut diperoleh dari
susunan matrik berbentuk empat set alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi
ST, strategi WO, dan strategi WT. Strategi SO merupakan strategi yang disusun
perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki secara optimal. Strategi
ST merupakan strategi yang untuk menyesuaikan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi suatu masalah. Strategi WO merupakan strategi
untuk menekan kelemahan dengan cara optimalisasi kekuatan yang dimiliki.
Strategi WT disusun untuk menekan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta
menghindari ancaman yang akan datang dalam suatu perusahaan. Berdasarkan
potensi pengembangan usaha ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Halmahera
Barat maka strategi pengembangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
potensi usaha ternak ayam ras petelur di kabupaten tersebut ialah dengan cara
bekerja sama dengan lembaga lain dan mengoptimalkan peran penyuluh untuk
mendampingi dan melatih peternak di kabupaten tersebut. Berikut merupakan
matrik Grey and Black Area yang dapat mempermudah peneliti dalam mengetahui
posisi relatif yang dapat mengembangkan potensi usaha ternak ayam ras petelur di
Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara.
EFAS

High WHITE AREA GREY AREA

Low GREY AREA BLACK AREA


IFAS
High Low
Gambar 3.2 Matrik Grey and Black Area.
Berdasarkan gambar 3.2 diketahui bahwa grey are, white area dan black
area merupakan matrik yang berguna untuk melihat topik dan permasalahan dari
empat sisi yang berbeda. Matrik posisi kompetitif relatif ini bertujuan untuk
mengetahui strategi tepat yang dapat mendukung diagram analisis SWOT yang
digunakan dalam penelitian ini. Terdapat 4 kriteria pengambilan keputusan dalam
matrik Black and Grey ini, yaitu :
1. Apabila usahatani terletak di White Area (Kuat – Berpeluang), maka usaha
tersebut memiliki peluang pasar yang prospektif dan berkompeten untuk
dikerjakan.
2. Apabila usahatani terletak di Grey Area (Lemah – Berpeluang), maka usaha
tersebut memiliki peluang pasar yang prospektif dan berkompeten untuk
dikerjakan.
3. Apabila usahatani terletak di White Area (Kuat – Terancam), maka usaha cukup
kuat dan berkompeten untuk dikerjakan, namun terdapat ancaman dalam
peluang besar.
4. Apabila usahatani terletak di Black Area (Lemah – Terancam), maka usaha
tersebut tidak berkompeten untuk dikerjakan dan tidak memiliki peluang pasar.

3.6 Uji Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian
berdasarkan informasi data. Validitas merupakan derajat ketetapan antara data
yang terdapat dalam objek peneitian. Keabsahan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad
ketepatan antara data yang sesungguhnya pada objek dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti, sedangkan reabilitas merupakan derajad konsistensi dan
stabilitas data atau temuan yang ditemukan oleh peneliti (Nugroho dkk, 2016). Uji
validitas dan reabilitas tersebut memiliki 4 kriteria yaitu dengan menggunakan uji
creadibility, transferabilty, depandabillity, dan confirmability. Kriteria tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
3.6.1 Uji Kredibilitas
Penerapan kriterium derajat kepercaan kredibilitas pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercaan hasil-hasil
penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang
sedang diteliti. Pemeriksaan atau uji kredibilitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Trianggulasi adalah cara yang paling umum digunakan dalam penjaminan
validitas data dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Perencanaan Triangulasi

Pengecekan Hasil PelaksanaanTriangulasi


Gambar 3.2. Paradigma Proses Triangulasi
Berdasarkan gambar 3.2, tahap pertama yang dilakukan pada triangulasi
data yaitu perencanaan triangulasi. Perencanaan triangulasi dilaksanakan dengan
mencermati data yang dimiliki kemudian merencanakannya menggunakan
triangulasi yag berbeda dengan pengumpulan data terdahulu, kemudian dilakukan
pendekatan dengan triangulasi yang berbeda. Triangulasi dilakukan guna untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pengembangan usaha sehingga
usaha yang dijalankan memiliki profit yang tinggi. Pelaksanaan triangulasi
dilakukan dengan melakukan wawancara kepada narasumber guma mendapatkan
data yang dibutuhkan. Pengecekan hasil merupakan tahapan terakhir dengan cara
mengecek kembali hasil yang telah didapatkan supaya memperoleh hasil akhir
yang valid. Penelitian ini menggunakan tiga macam trianggulasi, yang pertama,
trianggulasisumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan
dokumen serta arsipyang memuat catatan berkaitan dengan data yang dimaksud.
Kedua, trianggulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari
wawancara, observasi, dokumen. Peneliti juga menggunakan triangulasi waktu,
dimana waktu yang digunakan untuk mendapatkan data dengan melakukan
perencanaan terlebih dahulu. Berikut adalah gambar triangulasi pengumpulan data
dengan triangulasi waktu.
Siang Malam

Pagi

Gambar 3.3. Triangulasi waktu pengumpulan data


Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa triangulasi waktu
merupakan triangulasi yang sering mempengaruhi data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara dipagi, siang, maupun sore hari akan memberikan data
yang lebih valid sehingga lebih kredibel karena intensitas wawancara yang
dilakukan dengan sering. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi
memberikan data yang lebih jelas untuk keberlanjutan penelitian, selain itu
triangulasi yang digunakn yakni triangulasi sumber.
Menurut Bachri (2010), triangulasi sumber ialah membandingkan,
mengcek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
sumber yang berbeda,. Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan
membandingkan yang dikatakan umum dan yang dikatakan pribadi, serta
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Pengecekan ulang
dilakukan guna mendapatkan perbandingan diantara keduanya sehingga dapat
diambil data yang paling valid. Berikut merupakan gambar triangulasi sumber.
A

Wawancara mendalam B

C
Gambar 3.4 Triangulasi Sumber
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa triangulasi sumber
dapat dilakukan dengan cara mencari informasi tidak hanya dari satu sumber saja
melainkan dari banyak. Wawancara dengan banyak sumber ini dilakukan guna
mengetahui data atau informasi yang lebih valid. Pengujian sumber data dari satu
sumber dengan sumber yang lain dilakukan guna menguji keabsahan datu satu
dengan yang lain, selain triangulasi sumber terdapat triangulasi teknik untuk
memudahkan peneliti dalam menemukan jawaban yang paling valid.
Menurut Amir (2015), teknik triangulasi teknik merupakan pengumpulan
data dengan cara melakukan tes, wawancara, dan pedoman wanwancara. Peneliti
akan menggunakan cara observasi yang pastisipatif, wawancara secara mendalam,
dan dokumentasi. Penelitian dengan triangulasi teknik bertujuan untuk
mengumpulkan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari berbagai
sumber. Berikut merupakan gambar triangulasi teknik.

Observasi partisipatif
Wawancara mendalam
Sumber
Dokumentasi Gambar 3.5 Triangulasi Teknik data sama
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa peneliti menggunakan
triangulasi teknik dalam memperoleh data. Triangulasi teknik digunakan peneliti
guna memperoleh data yang valid sehingga jawaban atas rumusan permasalahan
yang diambil dapat ditemukan dengan tepat. Pengujian keabsahan dengan
triangulasi teknik merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti dalam
memperoleh data yang konkret dalam konteks uji kredibilitas.
3.6.2 Uji Transferabilitas
Kriterium uji transferabilitas merupakan validasi eksternal dalam
penelitian kualitatif. Validasi eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Konsep validitas menyatakan bahwa generalisasi suatu penemu dapat berlaku atau
diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan
yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi tersebut.
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks
pengirim dan penerima. Pengalihan peneliti mencari dan mengumpulkan kejadian
empiris tentang kesamaan.
3.6.3 Uji Dependabilitas
Kriterium dependabilitas atau kebergantungan merupakan subtitusi istilah
reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif. Uji dependabiltas dalam penelitian
kualitatif disebut reliabilitas. Penelitian yang realibel adalah bagaimana orang lain
dapat mengulang atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Konsep
kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas, hal tersebut disebabkan oleh
peninjauannya sendiri dari segi bahwa konsep ini memperhitungkan segalanya,
yaitu faktor-faktor lainnya yang bersangkutan. Faktor lain dalam uji dependitas
yakni peternak ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Halmahera Barat.
3.6.4 Uji Konfirmasibilitas
Kriterium konfirmasibilitas atau kepastian berasal dari knsep objektivitas
menurut nonkualitatif, menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar
subjek. Kriteria ini digunakan untuk mencocokkan data observasi dan data
wawancara atau data pendukung lainnya pada saat kegiatan penelitian berikutnya
untuk menemukan solusi atau berlangsung. Dalam proses ini temuan-temuan
penelitian dicocokan kembali dengan data yang diperoleh lewat rekaman atau
wawancara. Apabila diketahui data-data tersebut cukup koheren, maka temuan
penelitian ini dipandang cukup tinggi tingkat konfirmabilitasnya. Untuk melihat
konfirmabilitas data, peneliti melakukanpengecekan hasil yang dilakukan secara
berulang-ulang serta dicocokkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian.

3.7 Terminologi
1. Usaha ternak ayam ras petelur di Halmahera Barat merupakan kegiatan yang
dilakukan peternak untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan
dengan tujuan memperoleh keuntungan atau profit.
2. Peternak ayam petelur di Halmahera Barat merupakan orang yang memiliki
kegiatan untuk membudidayakan dan mengembangbiakkan ayam petelur.
3. Potensi pengembangan usaha ternak ayam ras petelur merupakan kekuatan
dan kelebihan yang dimiliki usaha ternak ayam ras petelur kemudian
kelebihan tersebut lebih dikembangkan.
4. Strategi pengembangan usaha ternak ayam ras petelur merupakan cara untuk
mencegah maupun mengatasi ancaman yang datang dari dalam maupun luar
usaha ternak ayam ras petelur.
5. Deskriptif dalam penelitian ini merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi secara mendalam dalam penelitian.
6. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperolehdari tangan
pertama untuk analisis masalah yang diteliti.
7. Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang telah dikumpulkan
oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya,
serta informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi entah di
dalam atau luar organisasi, semua yang dapat berguna bagi peneliti.
8. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu metode
pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dan
data-data yang diperlukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada
narasumber.
9. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.
10. Analisis SWOT yang digunakan dlama penelitian ini merupakan alat analisis
yang digunakan untuk mengetahui kelemahan serta kekuatan yang dimiliki
oleh suatu usaha.
11. Purposive method yang digunakan dalm penelitian ini merupakan suatu
metode penentuan lokasi secara sengaja dengan pertimbangan-pertimbangan
serta kriteria tertentu untuk mendukung tercapainya tujuan dan penelitian.
12. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
13. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu
metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna.
14. Key Informan dalam penelitian merupakan informan kunci yang menjadi
informan utama dalam mendapatkan informasi serta data-data yang
dibutuhkan yaitu Kepala Bappeda, Kepala Dinas Peternakan dan lain
sebagainya.
15. Analisis data dalam penelitian ini yaitu mengupayakan untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan
dengan penelitian ayam ras petelur.
16. Valid dalam penilitian ini yaitu derajat ketepatan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.
17. Objektif dalam penelitian ini merupakan suatu sikap yang lebih pasti dan
lebih dapat diyakini keabsahannya dan juga dapat melibatkan perkiraan serta
diasumsikan oleh pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, S. 2017. Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Ternak Ayam Ras
Petelur di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Diterbitkan.
Skripsi. Universitas Lampung.

Amir, M. Faizal. 2015. Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam
Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan
Gaya Belajar. Jurnal Math Educator Nusantara, 1(2) : 160-170.
Anggraini, R. 2015. Dampak Usahatani Kebun Kelapa Sawit terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Desa Merlung Kecamatan Merlung Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Sosio Ekonomika Bisnis, 18 (2) : 12 - 24.

Bachri, S Bactiar. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada


Penelitian Kulaitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1) : 46-62.
Ekapriyatna, I. D. G. B. 2016. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan
Ayam Pedaging (Broiler) Ananta Guna di Desa Sidan Kecamatan Gianyar
Kabupaten Gianyar. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 7(2) : 1-13.

Haryadi, H. 2017. Analisis SWOT dalam Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan


Batubara Indonesia serta Prospeknya dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Teknologi Mineral dan Batubara, 13(1) : 1-18.

Hasanah, Hasyim. 2016. Teknik-Teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum, 8(1) :


22-46.
Hayati, N. 2015. Pemilihan Metode Yang Tepat Dalam Penelitian (Metode
Kuantitatif Dan Metode Kualitatif).Tarbiyah al-Awlad, 4(1): 345-357.

Ismail, E. 2010. Strategi Pengembangan Agribisnis Ayam Ras Petelur Pada CV.
Bintani Poultry Shop Kendari. JITRO, 3(3) : 20-31.

Ismail, H.N. 2010. Budidaya Ayam Petelur. Kalimantan Timur : Badan Perijinan
dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

Khalik, R., Safrida dan A.H. Hamid. 2013. Optimasi Pola Tanam Usahatani
Sayuran Selada dan Sawi di Daerah Produksi Padi. Agrisep, 14(1): 19-27.

Kurniawan, M.F.T, D.P. Darmawan, Nw. Sri Astiti. 2015. Strategi Pengembangan
Agribisnis Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tabanan.Manajemen
Agribisnis 1(2): 53-66.

Kuntoro B. dan Matitaputty, P. R. 2014. Potensi dan Strategi Pengembangan


Kawasan Peternakan Ruminansia dan Pemanfaatan Limbah Tanaman
Pangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Jurnal Peternakan,
7(2) : 70-81.

Lapani, K.,B. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
UD. Putra Tamago Di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Agrotekbis 2 (1) :
96-100.

Nababan, S.,S.,M. 2013. Pendapatan dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya


terhadap Pola Konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependididkan pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. EMBA,
1(4): 2130-2141.

Natamijaya, A.G. 2015. Pengembangan Potensi Ayam Lokal untuk Menunjang


Peningkatan Kesejahteraan Petani. Litabang Pertanian, 29(4) : 1-8.

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurcholis. 2015. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Periode Layer di


Populer Farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota Semarang. Mediagro,
5(2) 38-49.

Nurdyane, N., A. D. P. Fitri, dan D. Ayunita N. N. D. 2013. Analisis Pendapatan


Biaya dan Keuntungan Bottom Gill Net dengan Atraktor Umpun dan
Aktraktor Umpan di Perairan Jepara Jawa Tengah. Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 2(4): 1-9.
Prasetyo, Ekkal. 2017. Sistem Informasi Dokumentasi dan Kearsipan Berbasis
Client-Server pada Bank Sumsel Babel Cabang Sekayu. Jurnal Teknik
Informatika Politeknik Sekayu (TIPS), 7(2) : 1-10.
Putri, R.T., Purwono J., dan Sari S. 2015. Strategi Pengembangan Bisnis Rumah
Tempe Indonesia di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Neo-Bis, 9(1) : 60-71.

Ribek, P.K. 2016. Formulasi Strategi Bersaing dan Implikasinya terhadap Kinerja
Pemasaran pada Gallery Yansugem Art And Design. Bakti Saraswati, 5(1):
1-6.

Susanto, E. Galih, A.R dan Afif, M. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Minat Konsumen terhadap Pembelian Telur Ayam Ras di
Pasar Wilayah Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Ternak, 6(1): 18-23.

Tulung, S. 2015. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam


Ras di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Optima, 1(1) : 23- 31.

Widyastuti, A. 2012. Analisis Hubungan antara Produktivitas Pekerja dan Tingkat


Pendidikan Pekerja terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah Tahun
2009. EDAJ, 1 (2): 1-11.
Wulandari, A.A.P., Ambarwati, I. G. A. A,. dan Ni W. S. A. 2015. Manajemen
Logistik Komoditi Telur Ayam dari Peternakan Biosecure. Agribisnisdan
Agrowisata, 4(2): 136-144.

Yaman, A. 2013. Ayam Kampung : Agribisnis Pedaging dan Petelur. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya.

Yunaida, E. 2017. Analisis Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Pendapatan


Produk Surat dan Paket Kantor Pos Langsa. Manajemen dan Keuangan,
6(1) : 1-12.

Anda mungkin juga menyukai