Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad Fathurrohman

NIM : 6111211091

KELAS : C-2

MATA KULIAH : Rencana Tata Ruang Wilayah

DOSEN : Zaenal Abidin AS, S.IP., M.Sc

Kebutuhan Padi

Padi (beras) merupakan bahan makan utama masyarakat Indonesia yang mencapai 255,46
juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31% dan tingkat konsumsi beras mencapai 124,89
kg/kapita/tahun, sehingga dengan adanya pertambahan penduduk setiap tahun, maka peningkatan
produksi beras saat ini menjadi prioritas untuk mengatasi kekurangan suplai.
Pakar agronomi Institut Pertanian Bogor, Rudi Purwanto, mengatakan setiap orang
Indonesia membutuhkan rata-rata 130 kilogram beras per tahun. Angka ini membuat rakyat
Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di dunia. Meski produktivitas lahan pertanian
Indonesia tinggi, namun besarnya konsumsi membuat produksi pangan, khususnya beras, tetap
tidak akan mencukupi. Di sisi lain banyak lahan pertanian yang kini sudah berubah fungsi
menjadi kawasan pemukiman maupun perkantoran atau pertokoan.
Produksi padi tahun 2016 Angka Ramalan II hasil Rapat Koordinasi Kementerian
Pertanian dan BPS, diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5,01% atau mencapai produksi
79,17 juta ton. Peningkatan produksi tersebut sebagai akibat peningkatan luas panen yang sangat
signifikan yaitu sebesar 6,58% atau mencapai luas 15,04 juta hektar, sementara produktivitas
mengalami penurunan 1,48% atau mencapai hasil 5,26 ton per hektar. Angka prediksi produksi
tersebut telah melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 76,23 juta ton.
Prediksi permintaan padi untuk konsumsi pada tahun 2016 berdasarkan angka prognosa
konsumsi beras perkapita tahun 2015 ditetapkan sebesar 124,89 kilogram/kapita/tahun. Dengan
jumlah penduduk mencapai 258,71 juta orang maka diperkirakan kebutuhan beras untuk
konsumsi langsung rakyat Indonesia mencapai 32,31 juta ton.
Prediksi produksi padi pada tahun 2017-2019 diperkirakan akan mencapai 80,93 juta ton
atau meningkat sebesar 2,68% dari selama periode 3 tahun kedepan. Produksi tersebut akan
dicapai oleh pencapaian produktivitas padi yang diperkirakan akan mencapai 5,46 ton per hektar
atau meningkat 1,19% per tahun, sementara peningkatan luas panen diperkirakan akan mencapai
1,62% atau mencapai luas sebesar 14,86 juta hektar.

Prediksi permintaan beras 2017-2019 untuk konsumsi langsung diperkirakan masih akan sebesar
124,89 kg/kapita/tahun, dengan pertumbuhan penduduk diasumsikan sebesar 1,20% pertahun,
maka total kebutuhan beras untuk konsumsi langsung rakyat Indonesia pada tahun 2017 sebesar
32,71 juta ton dan sebesar 33,47 juta ton pada tahun 2017.

Besaran impor beras pertahun dan alasan Indonesia impor beras

pada tahun 1984-1986 Indonesia pernah menjadi swasembada beras sedangkan sekarang
menjadi negara pengimpor beras. Tahun 2005 Indonesia merupakan negara peringkat ketiga
sebagai produsen padi terbesar setelah China dan India. Hal ini menunjukkan betapa besarnya
hasil padi yang dihasilkan oleh Indonesia pada waktu itu. Indonesia sempat menjadi salah satu
negara produsen padi terkemuka di dunia. Di tahun 2014, Indonesia menjadi produsen beras
terbesar di dunia setelah China dan India. Tetapi beberapa tahun terakhir Indonesia perlu
mengimpor sekitar 3 juta ton beras setiap tahunnya, terutama dari Thailand dan Vietnam, untuk
mengamankan cadangan beras negara. Salah satu penyebab utamanya adalah jumlah penduduk
yang sangat besar. Penduduk Indonesia adalah pengkonsumsi beras terbesar di dunia dengan
tingkat konsumsi 154 Kg per orang per tahun. Dibandingkan dengan rerata di China yang hanya
90 kg, India 74 Kg, Thailand 100 Kg dan Philipina 100 Kg. Hal ini mengakibatkan kebutuhan
beras Indonesia menjadi tidak terpenuhi jika hanya mengandalkan produksi dalam negeri dan
harus mengimpornya dari negara lain.

Penyebab impor bahan pangan adalah luas lahan pertanian yang semakin sempit.
Terdapat kecenderungan bahawa konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian
mengalami percepatan. Alih fungsi lahan sawah di jawa yang terus berlangsung dan sulit
dihindari, berdampak terhadap penyediaan beras nasional. Lahan pertanian yang semula
berfungsi sebagai sektor pertanian berubah fungsi menjadi lahan non pertanian seperti kawasan
industri, kawasan perdagangan, perumahan dan sarana publik yang dapat meninmbulkann
dampak negatif secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2000-2021

Negara
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Asal
  Berat Bersih : Ton
215.386,
India 34.167,5 36.142,0 32.209,7 337.999,0 7.973,3 10.594,4 5
126.745, 108.944,
Thailand 7 557.890,0 8 795.600,1 53.278,0 88.593,1 69.360,0
509.374,
Vietnam 2 535.577,0 16.599,9 767.180,9 33.133,1 88.716,4 65.692,9
180.099, 182.564, 110.516,
Pakistan 5 134.832,5 87.500,0 310.990,0 9 5 52.479,0
166.700,
Myanmar 8.775,0 16.650,0 57.475,0 41.820,0 6 57.841,4 3.790,0
Jepang     72,1 0,2 90,0 0,3 230,3
Tiongkok1 479,9 1.271,9 2.419,0 227,7 24,3 23,8 42,6
Lainnya 1.959,2 815,1 54,3 6,5 744,6 0,3 760,1
861.601, 1.283.178, 305.274, 2.253.824, 444.508, 356.286, 407.741,
Jumlah 0 5 8 4 8 2 4
               
  Nilai CIF: 000 US$
India 13.671,7 15.795,0 13.397,1 139.158,5 3.018,5 4.849,3 86.276,3
Thailand 66.772,4 243.131,2 60.286,9 386.533,7 38.561,5 76.301,6 41.322,6
202.563,
Vietnam 1 212.602,8 6.761,3 360.745,6 16.609,5 51.107,5 32.474,5
Pakistan 62.949,2 49.124,1 34.793,1 134.416,0 67.819,9 41.519,8 20.322,1
Myanmar 2.732,3 6.382,8 19.546,1 15.161,4 56.287,2 21.147,8 1.609,4
Jepang     235,0 1,7 243,2 1,2 578,9
Tiongkok1 1.631,0 4.220,7 8.118,7 1.094,1 482,5 479,3 850,5
Lainnya 1.282,4 585,0 503,4 17,3 1.231,7 2,4 367,6
351.602, 143.641, 1.037.128, 184.254, 195.408, 183.801,
Jumlah 1 531.841,6 6 3 0 9 9

Luas lahan pertanian

2003 7 876 565,00 2012 8 127 264,00


2004 7 844 292,00 2013 8 128 499,00
2005 7 743 764,00 2014 8 111 593,00
2006 7 791 290,00 2015 8 087 393,00
2007 7 855 941,00
2008 7 991 464,00
2009 8 068 327,00
2010 8 002 552,00
2011 8 095 962,00

Hasil panen

No. Tahun Produktivitas Padi (ku/ha)


1 1998 4.20
2 1999 4.25
3 2000 4.40
4 2001 4.39
5 2002 4.47
6 2003 4.54
7 2004 4.54
No. Tahun Produktivitas Padi (ku/ha)
1 2018 52,03
2 2019 51,14
3 2020 51,28
4 2021 52,26
5 2022 52,38
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dari berbagai tahun (diolah)

Dari tabel diatas terlihat bahwa produksi padi Indonesia dari tahun 1998 hingga 2004
menunjukkan tren semakin meningkat. Bila ditinjau dari tahun 2018 produktivitas padi sebesar
52,03 ku/ha menjadi 51,14 ku/ha tahun 2019 mengalami penurunan. Dari tahun 2020-2021
mengalami peningkatan sebesar 0, 98 % hingga tahun 2022.

Kebijakan Pemerintah

Berdasarkan Global Food Security Index (GFSI) bahwa indeks ketahanan pangan
Indonesia pada 2022 berada pada level 60,2 dan lebih tinggi dibandingkan priode 10 tahun
terakhir. Namun, ketahanan pangan di Indonesia masih dibawah rata-rata global yang indeksnya
62,2 lebih rendah dibandingkan rata-rata Asia Pasifik dengan indeks 63,4. Dalam Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023, pemerintah mengalokasikan dana Rp
95 triliun untuk anggaran ketahanan pangan atau meningkatnya nilai tipis 0,9% dibanding
outlook anggaran ketahanan pangan 2022 yang berjumlah Rp 94,1 triliun. Anggaran ketahanan
pangan tahun depan menurut Kementrian Keuangan diarahkan untuk peningkatan ketersediaan,
akses serta kualitas pangan baik komoditas pertanian maupun perikanan.

Kebijakan pembangunan bidang ketahanan pangan 2023 digunakan untuk meningkatkan


produktivitas komoditas pangan strategis, mendorong terciptanya SDM pertanian dan perikanan
yang berdaya saing dengan penguatan kelembagaan usaha, modernisasi serta peningkatan
penyuluhan. Dengan target output prioritas ketahanan lahan dan benih pangan dalam RAPBN
2023 yaitu budidaya padi sekitar 229.800 ha, budidaya jagung 40.000 ha, budidaya kedelai
150.000 ha, budidaya bawang merah 5.000 ha serta penyaluran benih dan calon induk ikan
kepada masyarakat 118 juta ekor.

Pemerintah pun telah menyusun sebuah kebijakan dalam menjaga rantai ketahanan
pangan nasional, diantaranya: Pertama, Implementasi UU Cipta Kerja untuk terkait
penyederhanaan, percepatan, kepastian dalam perizinan, serta persetujuan ekspor atau impor.
Kedua, Digitalisasi UMKM yang merupakan bentuk relasi dari dua agenda besar pemerintahan
saat ini, yaitu agenda pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Transformasi Digital. Ketiga,
sinergi BUMN uuntuk distribusi hasil pertanian dari sentra produksi ke sentra konsumen, yaitu
pengembangan sistem logistik pangan berbasis transportasi Kereta Api dalam bentuk distribusi
bahan pangan ke wilayah timur. Keempat, penguatan kerja sama antardaerah khususnya dalam
pemenuhan pangan. Dan kelima, pembentukan holding BUMN Pangan dalam penguatan
Ekosistem Pagan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai