Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Singkong merupakan tanaman rakyat yang dapat dikatakan makanan pokok


selain nasi oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya bagian umbi saja yang dapat
dimanfaatkan atau dikonsumsi, namun daun, kulit dan batangnya pun dapat
dimanfaatkan. Bila dapat mengolahnya dengan baik dan benar, bisa jadi hal ini
merupakan peluang bisnis yang menguntungkan.

Menurut pakar tanaman obat, Prof Hembing Wijayakusuma, efek


farmakologis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan
menambah nafsu makan. Bagian yang umum dipakai pada tanaman ini adalah daun
dan umbi. Untuk umbi singkong sendiri, memiliki kandungan kalori, protein, lemak,
hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum. Daun singkong
mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat
arang, dan zat besi. Sementara kulit batangnya mengandung tannin, enzim
peroksidase, glikosida, dan kalsium oksalat.

Potensi dari tanaman singkong ini sangat beraneka ragam dan yang pasti kaya
akan manfaat. Bila digunakan sebagai penganan dapat diolah menjadi keripik,
kudapan, sayuran, tape, cake, puding, roti atau berbagai hidangan lezat lainnya.
Selain itu juga memiliki berbagai khasiat sebagai obat. Diantaranya obat rematik,
sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri dan dapat
meningkatkan stamina. Bahkan singkong atau ubi kayu ini dapat juga dibuat tepung
singkong yaitu tepung tapioca yang dapat digunakan untuk mengganti tepung
gandum, karena tepung ini baik untuk pengidap alergi.

1
Begitu banyak manfaat dari singkong, dalam pengolahannyapun tidak terlalu
sulit. Singkong yang mudah ditanam dan sangat mudah diperoleh. Hal inilah yang
dapat kita jadikan potensi singkong sebagai ladang bisnis yang menjanjikan.
Beraneka ragam olahan dari singkong kini banyak kita temui dengan bentuk dan rasa
yang variatif tapi juga menyehatkan.

Lampung merupakan provinsi penghasil singkong terbesar. Kebun singkong


banyak tersebar di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung
Utara. Varietas singkong yang banyak dibudidayakan di Lampung adalah varietas
Kasetsart, Thailand, Manggu dan Adira. Varietas andalan, Kasetsart, memiliki
keunggulan kadar pati yang tinggi, kulit mudah dibersihkan, umur tanam relatif
singkat, dan ukurannya yang ideal untuk diolah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika tahun 2015,
produksi singkong di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan produksi,
sebagaimana table berikut:

Tahun Luas Panen Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)


(Ha)
2008 318.969 242,09 7.721.882
2009 309.047 244,92 7.569.178
2010 346.217 249,48 8.637.594
2011 368.096 249,76 9.193.676
2012 324.749 258,27 8.387.351
2013 318.107 261,84 8.329.201
2014 372.858* 260,83* 9.725.345*
(*) : Data adalah angka ramalan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Dengan meningkatnya produksi singkong di Provinsi Lampung beberapa


tahun terakhir, maka untuk menambah nilai tambah penjualan singkong diperlukan
strategi pengembangan agroindustri, khususnya industri rumah tangga sehingga
pendapatan petani singkong lebih besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani
tersebut.

2
1.2 Rumusan Masalah

Mengapa masih rendahnya pendapatan para petani singkong di Provinsi


Lampung, sementara produksi singkong beberapa tahun terakhir terus
meningkat?
Bagaimana cara meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani singkong
di Provinsi Lampung?
Strategi apa yang ditempuh untuk meningkatkan nilai tambah penjulan
produksi singkong di Provinsi Lampung?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk meningkatkan nilai tambah produksi petani singkong di Provinsi


Lampung, sehingga pendapatan dan kesejahteraannya terus meningkat.

1.4 Metode Penulisan

Sumber data penelitian ini adalah jurnal-jurnal yang didapat melalui browsing
melalui internet. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan browsing melalui
internet. Dasar teori yang diperoleh digunakan untuk mengembangkan permasalah
yang di angkat. Setelah data dasar teori terkumpul, lalu dipilih yang benar-benar
memiliki hubungan dengan pokok masalah selanjutnya diambil kesimpulan.

BAB II

LANDASAN TEORI

3
2.1 Pengertian Singkong

Singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman perdu penghasil umbi


yang dapat hidup sepanjang tahun. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya
dari negara Brazil. Penyebaran singkong hampir ke seluruh penjuru dunia, antara
lain: Afrika, Madagaskar, India, Cina, dan berkembang di negara-negara yang
terkenal dengan wilayah pertaniannya salah satunya Indonesia. Singkong masuk ke
Indonesia pada tahun 1852, namun masyarakat Indonesia baru mengenal singkong
pada tahun 1952 (Purwono, 2009). Penyebaran singkong di Indonesia dimulai dari
pulau Jawa yang kemudian tersebar hampir diseluruh nusantara. Kehadiran singkong
disambut hangat oleh masyarakat Indonesia karena tanaman singkong mudah
dibudidayakan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif.

Indonesia adalah negara terbesar kedua penghasil singkong setelah Nigeria


dengan rata-rata total penyediaan selama lima tahun sebesar 9,67 juta ton atau sebesar
10,61% dari total penyediaan singkong dunia, diikuti dengan Negara Brazil, India dan
United Republik of Tanzania masing-masing berkisar antara 8,67 4,96 juta ton atau
sebesar 9,52% 5,44%, selebihnya menyumbang di bawah 5,30% (Pusadatin, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika tahun 2015,
perkembangan produksi singkong di Indonesia di sajikan dalam tabel berikut:

Tahun Luas Panen Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)


(Ha)
2008 1.204.933 180,57 21.756.991
2009 1.175.666 187,46 22.039.145
2010 1.183.047 202.17 23.918.118
2011 1.184.696 202.96 24.044.025
2012 1.129.688 214,02 24.177.372
2013 1.065.752 224,60 23.926.921
2014 1.075.784* 228,29* 24.558.778* (*)
(*) : Data adalah angka ramalan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

4
Indonesia masih memiliki banyak ketersediaan lahan pertanian yang kosong,
sehingga produksi singkong setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sentra lahan
singkong di Indonesia dikuasai oleh provinsi Lampung dengan luas lahan panen
324,100 ha pada tahun 2012. Tahun 2013, produksi singkong di Provinsi Lampung
mencapai 8,33 juta ton. Keadaan ini menjadikan Lampung sebagai penyuplai
sepertiga produksi singkong nasional dari produksi nasional sebesar 23,92 juta ton.
Perkembangan produksi singkong pada tahun 2008 hingga 2011 menunjukkan tren
yang terus meningkat yang didukung dengan luas panen dan produktivitas singkong
(Badan Pusat Statistik, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika tahun 2015,
produksi singkong di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan produksi,
sebagaimana table berikut:

Tahun Luas Panen Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)


(Ha)
2008 318.969 242,09 7.721.882
2009 309.047 244,92 7.569.178
2010 346.217 249,48 8.637.594
2011 368.096 249,76 9.193.676
2012 324.749 258,27 8.387.351
2013 318.107 261,84 8.329.201
2014 372.858* 260,83* 9.725.345*
(*) : Data adalah angka ramalan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Dalam perkembangannya, singkong tidak hanya digunakan sebagai bahan
pangan yang dikonsumsi langsung namun juga digunakan sebagai bahan utama
beberapa industri olahan berbahan baku singkong. Penggolongan jenis singkong
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis singkong manis yang dapat
dikonsumsi langsung dan singkong pahit yang perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Menurut Winarno (2004), singkong dapat dibedakan menurut warna, rasa,
umur dan kandungan sianidanya (HCN), jika singkong memiiki rasa pahit maka

5
kandungan sianidanya cukup tinggi. Karakteristik varietas unggul singkong disajikan
pada table berikut:

Varietas Rasa - Warna Daging Kadar Pati (%) Kadar HCN


Umbi (mg/kg)
Adira 1 Sedang- Kuning 45 27,5
Adira 2 Sedang Putih 41 124
Adira 4 Pahit Putih 18-22 680
Malang 1 Manis -Putih 32-36 <40
Kekuningan
Malang 2 Manis -Kuning muda 32-36 <40
Malang 4 -Putih 25-32 100
Malang 6 -Putih 25-32 100
Darul Hidayah Kenyal- Putih 25-31 <40
UJ-3 Pahit -Putih kekuningan 20-27 >100
UJ-5 Pahit -Kuning keputihan 19-30 >100
Sumber : Wargiono, dkk., 2006; Balitkabi, 2005 didalam Roja, 2009

Menurut Winarno (2004), pengolahan secara tradisional dapat mengurangi


dan bahkan dapat menghilangkan kandungan racun. Kadar HCN dapat dikurangi
atau diperkecil dengan cara perendaman, ekstraksi pati dalam air, pencucian,
perebusan, fermentasi, pemanasan, pengukusan, pengeringan dan penggorengan.
Disisi lain, singkong memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, meskipun rendah
akan protein (Prihatman dan Kemal, 2000).

Dikalangan masyarakat, singkong diolah menjadi bahan pangan pokok setelah


beras dan jagung. Berbagai macam upaya mengenai penanganan singkong telah
banyak dilakukan yaitu dengan mengolahnya menjadi produk olahan baik basah
maupun kering. Selain sebagai bahan makanan pokok, berbagai produk olahan
singkong yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas adalah tape singkong, eyek-
eyek singkong, peuyeum, opak, tiwul, kerupuk singkong, keripik singkong, kue, dan
kelanting.

Dalam pengolahan hasil produksi singkong, diperlukan strategi perencanaan


yang baik. Strategi dirancang untuk membantu mencapai produk yang memiliki

6
keunggulan yang kompetitif. Dalam arti luas, keunggulan kompetitif adalah apa yang
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan atas parapesaingnya.
Keunggulan kompetitif memungkinkan perusahaan untuk mencapai kinerja tinggi
melalui jangka waktu tertentu. Perencanaan strategis oleh karena itu adalah bagian
dari alat manajerial kontemporer yang tidak hanya untuk berurusan dengan tak
terelakkan dan ketidakpastian dalam lingkungan manajemen tetapi juga,
untukmerangsang kinerja organisasi.

2.2 Strategi Perencanaan

Menurut Schendel (1999), perencanaan strategis adalah instrumenvital dalam


pengaturan organisasi. Perencanaan strategis pada saat ini didefinisikan sebagai
proses penentuan masa depan Tujuan keseluruhanatau tujuan bisnis. Perencanaan
Oleh karena itu perencanaan strategismenjembatani kesenjangan antara di mana kita
berada, dan di mana kitaingin pergi (Adeleke, 2001).
Perencanaan dapat menjadi latihan yang sangat sulit karena mengharuskan
kita sadar menentukan jalan tindakan dan mendasarkan keputusan bersama, pada
harapan, tujuan, dan pengetahuan tentang prediksi di masa datang. Namun demikian,
kinerja industri asuransi tergantung pada sejauh manapenggunaan perencanaan
strategis diletakkan di tempat untuk mencapai seperangkat tujuan dan misi pernyataan
organisasi tersebut. Perencanaan strategis berfokus pada panjang tujuan jangkauan
dan prioritas jangkapendek. Suatu rencana strategis terstruktur dengan baik
memungkinkanmanajemen untuk memahami hubungan tujuan, sasaran dan
pencapaiantindakan.
Perencanaan adalah proses penetapan tujuan datujuan dalamsebuah organisasi
dan menentukan bagaimana untuk mencapai tujuandan sasaran tersebut. Ini adalah
pengambilan keputusan antisipatif prosesuntuk kinerja yang efektif (Schendel, &
Hofer, 1979).
Tugas penting dari perencanaan strategis adalah untuk melihat setiap orang
yang memahami tujuan kelompok dan tujuan dan metode untuk mencapai mereka.
Jikaupaya kelompok yang efektif, orang harus tahu apa yang mereka harapkan untuk

7
dikerjakan. Dengan demikian, fungsi perencanaan melibatkan berkembang
pernyataan misi dan tujuan serta merancang tindakan untuk mencapainya (Oyedijo,
2004).
Perencanaan strategis adalah proses organisasi dari mendefinisika nstrategi
atau arah, dan membuat keputusan mengalokasikan sumber dayauntuk mengejar ini
strategi termasuk modal dan orang-orang(Adeleke,2001).
Menurut Oyedijo (2004), bahwa manajer strategis harus menentukanfaktor-
faktor makro lingkungan yang relevan (lingkungan ekonomi makro,lingkungan
teknologi, lingkungan sosial budaya, lingkungan demografis,lingkungan politik-
hukum dan internasional lingkungan) yangmempengaruhi operasi perusahaan dan
menilai peluang dan ancamanyang mereka ciptakan.
Proses Perencanaan Strategis Proses perenca-naan strategis menurut Argenti
(1968) adalah studi sistematis danmenjelaskan dirancang untuk membantu
mengidentifikasi tujuan dariorganisasi atau badan hukum, menentukan sasaran yang
tepat,memutuskan konstan cocok dan menyusun rencana praktis dimana tujuandapat
dicapai.
Dalam mencoba untuk memperjelas pandangan proses perencanaan strategis,
Miles dan Snow (1978), mendefinisikan proses perencanaanstrategis sebagai misi dan
domain serta kebijakan bahwa manajer panduan menuju tujuan strategis dalam suatu
organisasi. Proses strategisterdiri dari langkah:
Menganalisis lingkungan (karakteristik industri, permintaan produk,homologi,
dll).
Menganalisis organisasi (produk dan situasi pasar, struktur modal,teknis
keterampilan, struktur organisasi dan manusia sumber daya).
Menganalisis keterampilan kunci yang diperlukan (keterampilan yangpenting
diperlukan untuk sukses).
Akses masalah dan peluang yang dapat menjadi dasar untukmengorganisir
tindakan.
Menghasilkan, mengevaluasi dan memilih alternatif strategi
untukmemanfaatkan peluang

8
Dalam menjalankan perencanaan diperlukan strategi- strategi yang jelas sehingga
perencanaan tersebut berjalan dengan baik. Menururut Prof. L. C, serrel
mengemukakan strategi dalam perencanaan, sebagai berikut:

Camel head in the tent (memasukan kepala unta dalam tenda), artinya hendaknya
pengajuan rencana dilakukan bertahap, karena jika diajukan secara menyeluruh
kemungkinan besar rencana itu akan ditolak.
Sowing seed on fertile ground (menebarkan bibit pada tanah subur), artinya untuk
mengajukan suatu rencana, pilihlah orang-orang yang kiranya dapat menerima
rencana itu.
Mass concentrated offensive (penyerangan secara terkonsentrasi), artinya jika
rencana itu telah dapat diterima pelaksanaannya, jangan ditangguhkan melainkan
harus dilakukan secepatnya.
Confuse the issue (mengalihkan perhatian). Strategi ini dimaksudkan untuki
mengalihkan perhatian dengan jalan menggunakan pendekatan yang tidak
langsung menyinggung pokok persoalan.
Use strong tactics only when necessary (mempergunakan taktik keras hanya jika
perlu). Strategi hanya digunakan, jika diperlukan sekali
Pass the buck (lepaskan tanggung jawab). Strategi ini berarti melemparkan
tanggung jawab kepada pihak lain, sehingga yang bersangkutan terlepas dari
segala akibat perbuatannya.
Time is great healer (waktu ialah penyembuh yang terbaik). Strategi ini
dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan dari waktu.
Strike while the iron is hot (pukullah besi ketika masih panas). Artinya
terapkanlah rencana dengan segera, jika terlihat gejala bahwa orang tidak
menentangnya.
Two heads are better than one (pemikiran dua orang lebih baik dari satu orang).
Strategi ini dimaksudkan untuk memperoleh pemikiran dan perumusan yang
terbaik menginggat bahwa suatu persoalan akan dipecahkan dengan sempurna,
apabila terjadi pertukaran pikiran yang sebaik-baiknya antara para manager yang
berpengalaman dan berkeahlian.

9
Divide and rule (membagi dan menguasai). Strategi ini dimaksudkan untuk
membagi kelompok dan emnguasainya, agar kelomok itu menerima rencan yang
diajukan dan maksud yang diinginkan.

BAB III

DESKRIPSI BIDANG MANAJEMEN

Indonesia adalah negara terbesar kedua penghasil singkong setelah Nigeria


dengan rata-rata total penyediaan selama lima tahun sebesar 9,67 juta ton atau sebesar
10,61% dari total penyediaan singkong dunia, diikuti dengan Negara Brazil, India dan
United Republik of Tanzania masing-masing berkisar antara 8,67 4,96 juta ton atau
sebesar 9,52% 5,44%, selebihnya menyumbang di bawah 5,30% (Pusadatin, 2013).
Indonesia masih memiliki banyak ketersediaan lahan pertanian yang kosong,
sehingga produksi singkong setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sentra lahan
singkong di Indonesia dikuasai oleh provinsi Lampung yang menjadi pemasok
singkong terbesar.
Singkong sangat baik untuk dikembangkan di Indonesia, khususnya bidang
industri yang berkelanjutan. Singkong menjadi bahan makanan pokok utama setelah
beras dan jagung, sementara untuk peningkatan nilai tambah produksi singkong
sangat beraneka ragam karena produk ini sangatlah mudah untuk di olah kedalam

10
dunia industri, salah satunya adalah tepung tapioka dan masih banyak sekali banyak
produk lain yang dapat diproduksi.
Industri singkong ini memiliki masa depan yang cukup baik, sehingga pada
sasaran pengembangan yang ditetapkan Road Map Pengembangan Industri Unggulan
Provinsi Lampung didapat dua sasaran pengembangan yakni:
Sasaran Jangka Menengah (2010-2014) yaitu sasaran yang meliputi
meningkatkan jaminan pasokan bahan baku, revitalisasi industri tapioka skala
rakyat, mengembangkan diversifikasi produk industri berbasis ubi kayu,
pemetaan potensi ubi kayu terintegrasi dan tersusunnya kajian/FS pendirian
industri hilir ubi kayu (glucose, ethanol).
Sasaran Jangka Panjang (2015-2025) yakni memperluas pengembangan produk
akhir ubi kayu untuk mendukung ketahanan pangan dan sumber energi
terbarukan, terbangunnaya pengolahan ubi kayu skala rakyat yang terintegrasi,
fasilitasi pendirian industri hilir ubi kayu dan peningkatan industri berwawasan
lingkungan. Dengan tiga strategi pengembangan; peningkatan produktivitas ubi
kayu, peningkatan teknologi pengolahan ubi kayu dan diversifikasi produk ubi
kayu menjadi produk turunannya.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan tinjauan dari Badan Pusat Statistika tahun 2015, Perkembangan
produksi singkong pada tahun 2008 hingga 2011 menunjukkan tren yang terus
meningkat yang didukung dengan luas panen dan produktivitas singkong, sementara
tahun 2012 mengalami penurunan dan dilanjutkan tren peningkatan hingga tahun
2014. Ini mengindikasikan singkong memiliki potensi yang luar biasa untuk
dikembangkan ke dunia industri yang lebih baik lagi.
Menurut Tim Fakultas Pertanian Unila (2006), secara umum permasalahan
yang dihadapi pada pertanian singkong adalah permasalahan pada subsistem on farm
(budidaya), dan off farm (subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran). Keadaan
ini menyebabkan tidak adanya keuntungan sehingga berujung pada penutupan usaha.
Permasalahan utama pada subsistem on farm adalah masih rendahnya produktivitas
lahan dan kadar pati. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh teknik
budidaya yang semi intensif, sedangkan rendahnya kadar pati disebabkan oleh

12
pemanenan ubi kayu yang dilakukan saat tanaman belum mencapai umur optimum.
Hal tersebut menyebabkan usaha pertanian singkong mengalami kesulitan untuk
berproduksi secara efisien pada kapasitas terpasang normal dan hanya mampu
mencapai 40% dari kapasitas tersebut.

4.2 Pembahasan
Permasalahan pada subsistem off farm antara lain adalah teknologi
pengolahan masih sederhana, ketersediaan ubi kayu berfluktuasi sepanjang tahun,
kemitraan dengan petani hanya sebatas transaksi jual beli ubi kayu, serta belum
dikembangkannya teknologi pemanfaatan hasil samping (limbah) menjadi produk
yang lebih bernilai dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi pengusaha.
Kendala lain pada subsistem off farm terjadi pada sistem pemasaran, antara lain
belum adanya bantuan pemasaran produk dari pemerintah, masih terbatasnya
pengetahuan tentang manajemen agribisnis dan agroindustri, masih kurangnya
keberanian dalam mengambil resiko usaha serta persaingan dengan industry tapioka
skala menengah dan besar dalam memperoleh bahan baku ubi kayu.
Salah satu industri yang dianggap tepat menanggulangi rendahnya nilai
tambah adalah pengembangan agroindustri. Menurut Soekartawi (1991), peranan
agroindustri pengolahan hasil pertanian mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat perdesaan, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan devisa negara.

Salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan kemakmuran


daerah yang bersangkutan adalah pengembangan sektor agroindustri, yang memang
sudah merupakan ciri utama dan mayoritas kehidupan masyarakat di negara kita,
dimana sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di pedesaan dengan hidup
mengandalkan dari sektor pertanian dan dapat mengoptimalkan lahan lahan yang
belum maksimal produksi sehingga apabila kegiatan kegiatan tersebut tumbuh
kembangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya, akan diperoleh beberapa
keuntungan yaitu :

1. Menurunkan angka Urbanisasi

13
2. Terbukanya lapangan kerja baru di daerah asal

3. Termanfaatkannya lahan lahan yang belum optimal produksi

4. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat petani

5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Dari permasalahan-permasalah rendahnya nilai tambah produksi singkong ini


menjadi indikator pendapatan yang diperoleh, sehingga membutuhkan sterategi-
strategi dalam perencanaan produksi sebagai berikut:
Sowing seed on fertile ground (menebarkan bibit pada tanah subur), strategi ini
merupakan menjadi jalan keluar bagaimana jalan meningkatkan nilai tambah,
dengan mencoba sesuatu yang lebih baik dengan pengembangan agroindustri.
Mass concentrated offensive (penyerangan secara terkonsentrasi), strategi ini
lebih pada pelaksanaan pengembangan agroindustri, dengan menjalankan rencana
yang telah disusun secepatnya dan sebaik-baiknya sehingga apa yang menjadi
tujuan utam tercapai.
Confuse the issue (mengalihkan perhatian). Strategi ini mengembangkan sesuatu
yang lebih baik apabila pengembangan awal agroindustri kurang berjalan mulus,
tetapi tidak keluar dari pengembangan awal.

Produk olahan singkong yang melalui agroindustri, baik agroindustri yang


sangat sederhana sampai yang lebih modern.

Gaplek
Gaplek dapat dikatakan adalah singkong dalam bentuk potongan kecil yang
telah kering sehingga masih dapat diproses menjadi berbagai produk turunan
Singkong. Metode produksinya sangat sederhana. Singkong segar hanya dikupas,
dicuci, di cacah dengan panjang kurang dari 5cm agar mudah disimpan di Silo
( tempat penyimpanan ) dan dikeringkan atau dijemur. Proses ini mengurangi bobot
sebanyak kurang lebih sebesar 20 % 30 %.
Pellet

14
Pellet dibuat dari umbi kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk
silinder dengan panjang sekitar 2 3 cm dan diameter sekitar 4 8 mm. biasanya
sekitar 2 3 % dari berat umbi kering hilang selama proses ini, namun pellet
mempunyai kelebihan dibanding Gaplek yaitu Kualitas lebih seragam, menyita
tempat lebih sedikit dibanding Gaplek sehingga mengurangi biaya transport dan
penyimpanan, biasanya sampai di tempat tujuan pengiriman dalam bentuk utuh
sementara sebagian dari Gaplek akan cenderung lembab dan rusak karena panas
Tepung Pati Singkong
Pati adalah salah satu substansi penting di dunia yang dapat diperbaharui dan
merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Pati dihasilkan dari biji bijian atau
umbi akar. Sebagian besar dari Pati digunakan sebagai bahan pangan namun dengan
berbagai proses fisika, kimia dan biologi dapat dikonversi menjadi beragam produk
lain. Saat ini Pati digunakan sebagai bahan pangan, kertas, tekstil, perekat, minuman,
farmasi dan bahan bangunan.

Pemanfaatan Limbah singkong

Pengolahan Singkong menjadi Pati ataupun produk turunannya dipastikan


akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa
onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur
nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak. Dan masih banyak produk industri dari
olahan singkong.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan maka dapat disimpulkan bahwa:
Permasalahan utama yang didapatkan oleh petani singkong di Provinsi
lampung adalah permasalahan pada subsistem on farm (budidaya), dan off
farm (subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran). Yaitu dimana petani
masih belum berani mengambil resiko mengembangkan teknologi
pemanfaatan hasil samping (limbah) menjadi produk yang lebih bernilai.
Maka dalam hal ini petani butuh strategi-strategi perencanaan yaitu:
Sowing seed on fertile ground (menebarkan bibit pada tanah subur)
Mass concentrated offensive (penyerangan secara terkonsentrasi)
Confuse the issue (mengalihkan perhatian)

5.2 Saran
1 Dalam mengolah singkong agroindustry harus menggunakan bahan-bahan
yang segar serta tidak mengandung bahan yang berbahaya, dengan menjaga

16
kualitas dan kontiunitas produk agroindustry rakyat dapat tumbuh dengan
baik dan mampu bersaing di pasar global.

2 Pemerintah dapat membantu agroindustry rakyat dengan cara peminjaman


modal dan perbaikan sarana dan prasarana, jika agroindustry rakyat dapat
tumbuh dengan baik, maka kesejahteraan rakyat akan terjamin, sehingga
angka kemiskinan petani dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Valentina, Oxy. 2009. Analisis nilai tambah ubi kayu sebagai bahan Baku keripik
singkong di kabupaten Karanganyar (kasus pada kub wanita tani makmur).
Surakarta: Universitas sebelas maret.

Sumatra, Fajar.2016. http://www.harianfajarsumatera.com/2016/01/lampung-tanah-


singkong.html. (di akses pada tanggal 08 mei 2016)

Latiep, irpan.2011. https://irpanlatiep.wordpress.com/category/tugas-


manajemen-umum/page/2/. ( di akses pada tanggal 08 mei 2016)

Alaka, dkk, 2011. Impact of StrategicPlanningon the Performanceof Insurance


Companiesin Nigeria.

Anonim.2014. http://www.kompasiana.com/maximahs/singkong-salah-satu-hasil-
bumi-primadona-lampung_54f89baba333118f178b45ef. ( di akses pada tanggal
08 mei 2016)

Latiep, irpan.2011. http://silmiciemot.multiply.com/journal/item/1. ( di akses pada


tanggal 08 mei 2016)

17

Anda mungkin juga menyukai