Yusuf
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT
E-mail: yusufdarsa_ntt@yahoo.com, yusufdarsa64@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu indikator kemiskinan adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan.
Bahan pangan dari kacang hijau kaya unsur makro, mikro, vitamin dan asam amino dapat
memperlancar peredaran darah, kaya serat, vitamin, mengobati kolestrol, dan cocok untuk
ibu hamil karena mengandung asam folat, vitamin B1, B2, protein, karbohidrat, Ca, dan
pospor. Selain itu kacang hijau toleran kekeringan sehingga sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat NTT. Ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan
ekonomi rumah tangga melalui pemanfaatan kacang hijau sebagai pangan fungsional,
guna mendukung diversifikasi pangan di NTT.
Kata kunci: kacang hijau, pangan fungsional, diversifikasi
ABSTRACT
Utilization of mungbeans as a functional food, to support food diversification
in NTT. One major indicator of poverty is the lack of adequacy and quality of food. Foodstuffs
rich content of mungbeans macro elements, micro, vitamins and amino acids which can accele-
rate blood circulation, rich in fiber, vitamins, treating cholesterol, good for pregnant women
because it contains folic acid, vitamins B1, B2, protein, carbohydrates, Ca, and phosphorus.
Besides green bean plants drought tolerant so in accordance with the socio-economic situation
of society NTT. This provides opportunities for people to improve the household economy
through the utilization of mungbeans as a functional food, to support food diversification in the
province.
Keywords: mungbeans, functional food, diversification
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu sentra produksi kacang hijau di
Indonesia, dan pada tahun 2004 berhasil melepas varietas unggul nasional yang berasal
dari Kabupaten Belu. Komoditas ini banyak mengandung karbohidrat sehingga menjadi
pilihan dalam diversifikasi sumber karbohidrat selain serealia. Kacang hijau juga mengan-
dung protein dan vitamin A, sehingga berperan dalam meningkakan gizi keluarga. Komo-
ditas ini potensial dimanfaatkan sebagai pangan fungsional, mengingat kemiskinan
merupakan salah satu fenomena di NTT. Penanggulangan kemiskinan menempati priori-
tas pertama dari sembilan sektor pembangunan, dengan target menurunkan jumlah
masyarakat miskin menjadi 14,4% (Jurnal Flobamora 2010). Kacang hijau merupakan
salah satu bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia karena me-
ngandung unsur makro, mikro, vitamin, dan asam amino yang dapat memperlancar pere-
daran darah, kaya akan serat, vitamin A, mengobati kolesterol, baik untuk ibu hamil dan
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 741
menyusui karena mengandung asam folat, vitamin B1, vitamin B2, protein, KH, Ca, dan
fosfor (http://trik-tips-sehat-blogspot.com.) Komoditas ini diminati oleh masyarakat NTT,
sebagaimana tercermin dari luas area tanam. Pada tahun 2010 luas area kacang hijau
25.601 ha, kacang tanah 13.877 ha dan kedelai 7,406 ha (Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura 2011).
Provinsi NTT menempati urutan keempat secara nasional, di mana luas tanam kacang
hijau pada tahun 2004 mencapai 24.012 ha (Subandi dkk. 2007). Pada tahun 2005,
produksi kacang hijau NTT 16.695 ton biji kering dari area panen 20.010 ha dengan pro-
duktivitas 0,83 t/ha. Dibandingkan dengan tahun 2001 produktivitas kacang hijau NTT
pada tahun 2005 meningkat, namun produksi menurun akibat luas panen turun sebesar
16,7%. Sejak tahun 2001 hingga 2005 produksi kacang hijau di NTT cenderung mening-
kat dengan laju pertumbuhan 0,38% per tahun karena naiknya produktivitas dengan per-
tumbuhan 4,25% per tahun, tetapi luas panen menurun dengan laju 0,72% per tahun
(BPS 2005).
Pada tahun 2012 produksi kacang hijau NTT 11.478 t biji kering dari area panen
13.183 ha dengan produktivitas 0,87 t/ha. Produksi kacang hijau pada tahun 2012
meningkat 10,28% dibanding tahun 2011, karena meningkatnya luas panen 7,11%.
Selama 10 tahun terakhir produksi kacang hijau NTT, cenderung menurun dengan laju
3,99% per tahun akibat menurunnya luas panen sebesar 4,44% per tahun (BPS 2012).
Tabel 1. Perkembangan luas panen, produksi dan produksi kacang hijau di Nusa Tenggara Timur,
2001-2005 dan 2006-2012.
Perkembangan luas Produktivitas Produksi
panen
Tahun
(ha) (%) t/ha Perkembangan ton Perkembangan
(%) (%)
2001 20.596 19,10 0,71 0,99 16.441 18,28
2002 23.732 15,23 0,81 1,00 19.120 16,29
2003 24.606 3,68 0,81 1,49 20.135 5,31
2004 24.012 -2,11 0,83 1,34 19.896 -1,19
2005 20.010 -16,67 0,84 0,60 16.685 -16,09
Pertumbuhan -0,72 4,25 0,38
(%/tahun)
2006 22.958 14,73 0,84 1,08 19.354 15,93
2007 24.694 7,56 0,84 -0,12 20.802 7,48
2008 28.015 13,45 0,84 -0,83 23.392 12,45
2009 24.277 -13,34 0,84 0,83 20.447 -12,58
2010 15.767 -35,05 0,85 1,42 13.462 -34,16
2011 12.307 -21.94 0,85 -0,94 10.408 -22,69
2012 12.183 7,11 0,87 2,95 11.478 10,28
Pertumbuhan -4,44 0,80 -3,99
(%/thn)
Sumber: BPS NTT 2005 dan 2012.
Saat ini mulai berkembang kacang hijau varietas Vima-1 dan diminati oleh sebagian
besar masyarakat NTT, terutama di Timor Barat. Menurut beberapa petani di Kelurahan
742 Yusuf: Pemanfaatan Kacang Hijau sebagai Pangan Fungsional Mendukung Diversifikasi Pangan di NTT
Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, varietas Vima-1 memiliki kele-
bihan, antara lain masak serempak, dan apabila dimasak biji cepat empuk dan merata.
Keunggulan lainnya dari varietas Vima-1 adalah potensi hasil tinggi 1,76 t/ha, umur genjah
57 hari, tahan penyakit embun tepung, kandungan protein tinggi 28%, lemak rendah
0,4%, dan pati tinggi 67,6% (Balitbang Pertanian 2013).
Kacang hijau dikonsumsi masyarakat NTT sebagai bahan pangan campuran beras
menjadi nasi kacang hijau, bubur, dan tauge. Selain itu kacang hijau relatif mudah diusa-
hakan, cepat dipanen, toleran kering, mudah dipasarkan, dan mempunyai nilai jual relatif
tinggi.
Sesuai dengan sifat kacang hijau yang toleran kekeringan dan bergizi tinggi maka
tanaman ini sesuai dengan kondisi iklim dan sosial masyarakat NTT. Vima-1 dapat seba-
gai alternatif bagi petani dalam memilih varietas unggul kacang hijau yang prospektif di-
kembangkan sebagai bahan pangan fungsional mendukung diversifikasi pangan dan
industri benih.
Makalah ini mengemukakan prospek pemanfaatan kacang hijau sebagai pangan fung-
sional di NTT. Pembahasan meliputi (1) kandungan gizi dan fungsional kacang hijau, (2)
pengaruh beberapa teknologi pengolahan terhadap kandungan gizi kacang hijau, dan (3)
prospek pemanfaatan kacang hijau sebagai pangan fungsional.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 743
menurunkan angka kemiskinan yang masih mencapai 21,2%, dan meningkatkan pro-
duktivitas tenaga kerja pertanian. Secara operasional, pembangunan perdesaan sangat
strategis karena sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor pertanian.
744 Yusuf: Pemanfaatan Kacang Hijau sebagai Pangan Fungsional Mendukung Diversifikasi Pangan di NTT
pangan. Dalam hal ini kacang hijau digunakan sebagai bahan campuran beras menjadi
nasi, bubur kacang hijau, bahan campuran sayur, terutama daun singkong dan kangkung.
Kacang hijau yang kaya nutrisi tentu bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, terutama
masyarakat miskin di pedesaan. Kacang hijau Belu mengandung unsur makro dan mikro,
protein, lemak, serat kasar, pati, karbohidrat, dan gula. Kandungan protein kacang hijau
Belu yang berhipokotil ungu mencapai 27,9%, lemak 0,77%, karbohidrat 36,2%, pati
19,0%, dan gula 3,1% (Doa dan Seran 2007).
Kacang hijau mengandung asam amino cukup tinggi dan beberapa vitamin yang
sangat dibutuhkan tubuh, yakni asam amino tryptofan dan lysin. Dalam 100 g biji kacang
hijau Belu terdapat tryptofan 96 mg, lysine 197 mg, asam amino glutamat 297 mg, juga
mengandung beberapa vitamin seperti vitamin B1, B2, B3, B5, B12, D, E, dan vitamin K.
Atas dasar indikator tersebut, maka mengonsumsi kacang hijau sangat baik untuk men-
jaga kesehatan jantung dan mengurangi gangguan kesehatan orang yang mengonsumsi
lemak tinggi.
KESIMPULAN
Kondisi agroekosistem NTT sesuai untuk pengembangan kacang hijau. Sebagai pangan
fungsional, kacang hijau mengandung protein, kandungan serat, karbohidrat, asam lemak
esensial, vitamin, mineral, enzim aktif, dan kaya antioksidan.
Untuk meningkatkan nilai gizi kacang hijau diperlukan introduksi teknik pengolahan
kacang hijau. Teknologi diversifikasi pengolahan diharapkan mampu meningkatkan nilai
ekonomi kacang hijau sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Pengolahan kacang
hijau menjadi diversifikasi tepung merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan
produk setengah jadi atau menjadi produk jadi.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2005. Statistik Pertanian Nusa Tenggara Timur, 2005. Badan Pusat Statistik Provinsi
NTT.
Balitbang Pertanian, 2013. 300 Teknologi Inovatif. Badan Litbang Pertanian. Badang
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian 2013.
Doa, A. dan Y. Seran, 2007. Analisis Kandungan Nutrisi Kacang Hijau Belu Dalam Prespektif
Pemenuhan Status gizi Keluarga Bagi Masyarakat Subsisten di Lahan Kering, 2007.
Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil Hasil Penelitian Pertanian dan Peternakan
Dalam system Usahatani Lahan Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian 2007.
Jurnal Flobamora, 2010. Efektifitas Program Pemberdayaan Sosial Bagi Masyarakat Miskin di
Provinsi NTT, 2010. Vol VI. ISSN: 0216–2741.
http://www.trik-tips-sehat-blogspot.com. Manfaat kacang hijau untuk kesehatan. Diakses 20
September 2013.
http://ww.organisasi.org, 2012. Isi kandungan-gizi-tepung-hunkwee-komposisi-nutrisi-bahan-
makanan (Diakses 3 April 2014).
Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2011.
Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian BPTP Jawa Timur, 2003.
Pemerintah Provinsi NTT, 2011. Bisnis Plan. Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.
Pemerintah Provinsi NTT, Kupang 2011.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 745
Rukmana. R., 1996. Kacang Hijau. Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius.
Subandi, Anwari dan R. Iswanto, 2007. Peluang Pengembangan Varietas Unggul Kacang Hijau
Asal Galur MML 157-Kp-1 Di NTT. Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Hasil-Hasil
Penelitian Pertanian dan Peternakan. Dalam system Usahatani Lahan kering. Kupang, 7–
8 Desember 2007. BP2TP Departemen Pertanian
Suarni dan Yasin, 2011. Jagung Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan.
Membahas isu pembangunan pertanian tanaman pangan. ISSN 1907-4263. Vol. 6 No. 1
Mei 2011. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang
Pertanian.
DISKUSI
Pertanyaan:
1. Prof. Dr. Sudaryono (Balitkabi)
Jawaban:
1. Berangkat dari kesesuaian lahan → sesuai untuk kacang hiaju.
Mencoba untuk melihat potret kacang hijau
Animo petani terhadap Vima 1 tinggi (umur serempak, mudah panen, umur genjah 57 hari).
746 Yusuf: Pemanfaatan Kacang Hijau sebagai Pangan Fungsional Mendukung Diversifikasi Pangan di NTT