Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan

kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan

pendapatan negara. Saat ini pertanian tidak hanya terfokus pada aspek budidaya,

namun aspek pemanfaatan pengolahan dan pemasaran sudah diperhatikan dalam

enunjang sektor pertanian. Hal ini yang disebut agribisnis, adanya integrasi dari

subsistem hulu hingga hilir yang didukung dengan subsistem penunjang

(Syifa , 2012).

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki hamparan pertanian yang

cukup luas. Melihat sedemikian besar manfaatnya maka kentang dapat berpotensi

menghasilkan devisa negara melalui ekspor. Hal tersebut juga harus didukung

oleh sistem agribisnis yang baik agar dapat meghasilkan produk yang berkualitas.

Sistem agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan produk

domestik bruto (PDB), peluang penyerapan kesempatan kerja dan ikut serta dalam

peningkatan ekspor (Deptan 2012). Keragaan system agribisnis merupakan

totalitas atau kesatuan kinerja yang terdiri dari subsistem hulu, usahatani,

pengolahan hasil, pemasaran, kelembagaan, serta lembaga penunjang

(Dian, 2016).

Kentang merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi

makanan bergizi lebih banyak dan lebih cepat, namun membutuhkan hamparan

lahan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pada basis bobot segar,
2

kentang memiliki kandungan protein tertinggi dibandingkan dengan umbi-umbian

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang

baik untuk mendukung program diversifikasi dalam pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan (Samadi, 2002).

Komoditas kentang juga termasuk ke dalam komoditas yang bernilai ekonomi

tinggi. Oleh karena itu, banyak petani ataupun investor mulai menanamkan modal

untuk membudidayakannya. Penggunaannya yang cukup bervariasi ditambah

perannya yang sangat penting bagi penderita diabetes membuatnya banyak dicari

dan berharga cukup tinggi diantara komoditas pertanian yang lain (Samadi, 2002).

Table 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Indonesia


Tahun 2007-2013

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas


2007 62 375 1 003 733 16.09
2008 64 151 1 071 543 (Ton/Ha)
16.70
2009 71 238 1 176 304 16.51
2010 66 531 1 060 805 15.94
2011 59 882 955 488 15.96
2012 65 989 1 094 232 16.58
2013 70 187 1 347 815 16.02
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman

kentang di Indonesia dari tahun 2007 sampai ke tahun 2013 selalu mengalami

kenaikan. Pada tahun 2011 tanaman kentang nasional mengalami penurunan baik

pada luas panoen, produksi, dan produktivitasnya, walaupun penurunannya

memang relatif tidak signifikan.

Di Indonesia kentang dikonsumsi sebagai sayur dan belakangan ini sudah mulai

dikonsumsi sebagai makanan alternatif yang disukai dalam bentuk French fries

atau potato chips sebagai makanan ringan. Sentra produksi kentang di Indonesia
3

tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara seperti terlihat pada Tabel 2.

Table 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang tahun 2013

Provinsi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas


(Ton/Ha)
Sumatera Utara 8 633 124 574 14.43
Sumatera Barat 11 090 185 535 16.73
Jambi 9 527 158 910 16.68
Jawa Barat 11 618 217 489 18.72
Jawa Tengah 17 778 275 736 15.51
Jawa Timur 11 277 183 138 16.24
Sulawesi Utara 10 387 121 112 11.66
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Menurut Depatermen Pertanian (2013), produksi kentang di Indonesia masih

sangat rendah dengan produksi rata-rata hanya sekitar 16 ton per hektar.

Rendahnya hasil tersebut terkait dengan mutu bibit yang kurang baik (misalnya

terinfeksi virus), teknologi bercocok tanam yang belum memadai, serta iklim yang

kurang mendukung. Penanganan pascapanen yang kurang baik dapat

menyebabkan kerusakan umbi kentang sebesar 2-10 persen serta menimbulkan

bagian terbuang sekitar 10 persen (Dian, 2016).

Kentang memiliki prospek dalam menunjang program diversifikasi pangan dan

bahan baku industri. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan

seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya gizi bagi kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat konsumsi

kentang per kapita yang mengalami rata-rata peningkatan dari tahun 2002 hingga

2008 sebesar 7,10 persen (BPS 2011).

Salah satu jenis kentang yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah

kentang merah. Kentang merah mengandung karbohidrat lebih banyak dan


4

berkadar air lebih rendah. Hal ini membuat olahan kentang merah menjadi keripik

dan makanan lain akan lebih gurih dan lezat. Dari sisi pembudidayaan, kentang

merah lebih tahan terhadap hama atau penyakit. Kentang merah merupakan salah

satu komoditas sayuran penting yang memiliki peluang bisnis prospektif. Sampai

kapan pun, produk ini tetap akan di konsumsi dan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat dunia. Ini disebabkan karena di dalam kentang merah terdapat

beberapa kandungan natrium, sebagai sumber vitamin C dan B1, mineral fosfor,

zat besi dan kalium ( Dian, 2016 ).

Sesuai pernyataan diatas saya memilih kentang merah karena komoditi ini

memiliki peluang bisnis prospektif karena berbagai manfaat yang dikandung serta

keunggulannya, saya memilih desa Ajijulu karena desa ini pada tahun 2011

menjadi desa pemasok Kentang Merah terbesar di kabupaten Karo oleh karena itu

penulis tertarik untuk menyusun laporan mengenai usahatani kentang merah

dengan melakukan studi kasus di Desa Ajijulu, Kecamatan Tiga Panah,

Kabupaten Karo.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk menghitung biaya usahatani Kentang Merah ( Solanum tuberosum L.) di

Desa Ajijulu , Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

2. Untuk menghitung penerimaan dan pendapatan usahatani Kentang Merah (

Solanum tuberosum L.) di Desa Ajijulu , Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten

Karo.
5

3. Untuk menganalisis kelayakan usahatani Kentang Merah

(Solanum tuberosum L.) di Desa Ajijulu, Kecamatan Tiga Panah,

Kabupaten Karo.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

Manfaat Untuk Pembaca

Sebagai bahan informasi bagi para pembaca yang membutuhkan juga sebagai

penambah wawasan para pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui dan

memahami mengenai usahatani dibidang hortikultura khususnya pada komoditi

Kentang Merah dan dapat menjadi tambahan referensi untuk pembaca ketika ada

tugas kuliah dengan studi pustaka ataupun ketika pembaca akan melakukan

penelitian yang lebih mendetail lagi untuk usahatani yang bergerak di komoditi

Kentang Merah .

Manfaat Untuk Pemerintah

Sebagai tambahan informasi bagi pemerintah dan juga sebagau gambaran untuk

mengambil kebijakan di sektor Pertanian dibidang hortikultura atau sayuran

terkhusus pada komoditi kentang. Khususnya bagi Dinas Pertanian dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah lebih

lanjut dan dapat berperan dalam membantu para petani kentang merah di

Kabupaten Karo dan juga pemerintah mendapatkan manfaat lain yaitu mengetahui

keadaan petani kentang merah di Ajijulu


6

Manfaat Untuk Petani

Sebagai bahan informasi bagi para petani lainnya yang menanam produk

hortikultura khususnya pada kooditi kentang merah agar dapat lebih termotivasi

untuk menaikkan produksi usahatani miliknya agar dapat meningkatkan

pendapatan dan juga memiliki manfaat untuk menambah wawasan nya tentang

pertanian pada komoditi kentang merah sehingga lebih mudah menyusun strategi

untuk berusahatani yang bergerak di komoditi kentang merah tersebut dan

tentunya untuk meningkatkat kesejahteraan petani kentang..

1.4 Lokasi Sasaran

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kabupaten

Karo, Sumatera Utara. Penelitian berjarak 59 km dan dapat ditempuh dengan

waktu 2 jam 7 menit menggunakan alat transportasi umum. Lokasi berada tidak

jauh dari kota Brastagi dan dapat ditempuh sekitar 5 menit dari pusat kota, letak

lokasi penelitian begitu strategis karena sangat dekat dengan lokasi pemasaran

yakni Pasar Roga yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5-10 menit dari

lokasi penelitian.

Lokasi ini merupakan tempat dimana penulis melakukan penelitian mengambil

sampel data petani kentang merah sebagai bahan dalam menyelesaikan laporan

Praktikum Ilmu Usahatani, lokasi ini pada tahun 2011 pernah menjadi lokasi

penyalur kentang merah terbesar di kabupaten karo karena banyak nya petani

yang membudidayakan kentang merah di daerah ini. Lokasi ini juga pernah

diadakan penelitian tentang kentang merah sebelumnya, oleh karena itu penulis

menulis laporan dengan melakukan penelitian di desa ini.


7

1.5 Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan selama 1 hari pada tanggal 06 Mei 2017. Penelitian

dilakukan pada pukul 08:00 – 15:00 WIB. Waktu penelitian dilakukan Selama

satu hari untuk kegiatan dilokasi penelitian yang dituju meliputi minta izin kepada

kepala desa, wawancara dengan petani , makan siang, mengambil foto-foto yang

diperlukan untuk lampiran dan mengambil beberapa data yang diperlukan di desa

tersebut. Selama melakukan penelititan penulis tidak menemukan kesulitan untuk

menemukan petani karena melakukan kegiatan penelitian di jam petani bekerja.

Adapun data data yang dimaksud yaitu surat keterangan dari Kepala desa,

lampiran foto didepan plank kantor kepala desa, lampiran foto di depan plank

kantor kepala desa beserta kepala desa dan perangkat desa dan foto kepala desa.

Data tersebut diambil dan sekaligus didampingi oleh perangkat desa . Desa ini

memiliki data yang lengkap untuk melengkapi lampiran yang dibutuhkan. Dan

waktu ketika melakukan penelitian tidak terlalu lama karena dipermudah oleh

perangkat desa yang cuku ramah disini.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kentang Merah

Kentang (Solanum tuberosum Linn.) termasuk jenis sayuran semusim, berumur

pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim

karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman relatif

pendek, hanya 90 – 180 hari. Spesies Solanum tuberosum L. Mempunyai banyak

varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentangvarietas

genjah berumur 90 – 120 hari, varietas medium berumur 120 – 150 hari, dan

varietas dalam berumur 150 – 180 hari. Berikut ini merupakan klasifikasi ilmiah

kentang (Setiadi 2009).

Kerajaan/Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta/Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae (berkeping dua)

Subkelas : Asteridae

Ordo : Solanales/Tubiflorae (berumbi)

Famili : Solanaceae (berbunga terompet)

Genus : Solanum (daun mahkota berletakan satu sama lain)

Seksi : Petota

Spesies : Solanum tuberosum


9

Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar

serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus

tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih– putihan dan halus berukuran

sangat kecil. Di antara akar–akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.

Akar tanaman berfungsi menyerap zat–zat yang diperlukan tanaman dan untuk

memperkokoh berdirinya tanaman (Andry, 2010).

Batang

Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak berkayu, namun

agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–

120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau

keungu–unguan. Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat–zat hara dari tanah

ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman

yang lain (Andry, 2010).

Daun

Tanaman kentang memiliki daun yang rimbun dan terletak berselang seling pada

batang tanaman, berbentuk oval dengan tulang daun menyirip dan ujung daun

yang runcing. Bunganya merupakan bunga sempurna, ukurannya kecil, memiliki

warna yang bervariasi kuning dan ungu, tumbuh pada katiak daun 3 teratas.

Benang sari bunga kentang berwarna kekuning-kuningan dan melingkarai tangkai

putik, kedudukannya bisa lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari kepala putik.
10

Bunga yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji

(Samadi, 2007).

Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam rangkaian

bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan tiap

karangan bunga memiliki 7–15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi : putih,

merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota

(corolla), benang sari (stamen), yang masing–masing berjumlah 5 buah serta putih

1 buah. Bunga bersifat protogami, takni putik lebih cepat masak daripada tepung

sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang

(Andry, 2010).

Biji

Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan

biji–biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah kurang

lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah berisi 500

bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir sampai

dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang lebih 0,5

mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6 bulan

(Andry, 2010)

Umbi

Umbi kentang merupakan umbi batang yang terbentuk dari pembesaran ujung

stolon; mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Bentuk

umbi, warna daging umbi, warna kulit umbi, dan mata tunas bervariasi menurut
11

varietas kentang. Umbi kentang berbentuk bulat, lonjong, meruncing, atau mirip

ginjal; memiliki ukuran kecil hingga besar. Mata tunas umbi terletak pada kulit

umbi tersusun spiral, jumlahnya berkisar antara 2 sampai 14 mata tunas

(Pitojo, 2004).

2.2 Usahatani Komoditas

Di dalam usahatani kentang merah, benih merupakan input produksi yang paling

menjadi perhatian. Benih termasuk salah satu faktor penentu produktivitas

tanaman yang dihasilkan. Petani kentang merah yang menggunakan benih

berkualitas baik akan berpotensi menghasilkan produktivitas yang lebih besar dan

umbi kentang merah yang bermutu tinggi. Berbagai penelitian mengenai

perbenihan kentang merah telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian mengenai

perbenihan kentang merah di antaranya:

Sistem perbenihan kentang merah di Indonesia, melakukan penelitian tentang

perbenihan kentang merah dan hasilnya ditunjukkan bahwa faktor utama yang

menentukan keberhasilan produksi kentang merah yaitu penanaman bibit kentang

merah bermutu, tepat waktu, dan tepat umur fisiologis. Sistem perbanyakan benih

yang bermutu dimulai dari penyediaan benih sumber G0 (breeder seed).

Penggunaan benih kentang merah yang bermutu sangat diperlukan dalam upaya

peningkatan produksi kentang merah di Indonesia (Suwarno, 2008).

Pada perbenihan kentang merah prinsip menghasilkan umbi dalam jumlah banyak

menjadi hal yang paling diperhatikan. Benih kentang merah yang umumnya

digunakan yaitu berupa umbi (organ vegetatif). Menurut Suwarno (2008),

perbanyakan umbi kentang merah tidak akan mempengaruhi perubahan secara


12

genetis. Namun, kemerosotan (degenerasi) produksi akan terjadi pada setiap

generasi benih kentang merah yang diperbanyak atau ditanam secara terus-

menerus. Hal ini diakibatkan adanya infestasi penyakit yang terakumulasi pada

setiap generasi dan terus terbawa pada regenerasi benih. Hingga saat ini,

permasalahan yang masih dihadapi dalam sistem perbenihan kentang merah di

Indonesia yaitu adanya kelemahan pada prosedur sertifikasi benih. Masalah ini

perlu diperbaiki agar mutu benih menjadi lebih baik, terutama yang menyangkut

kesehatan benih. Peningkatan mutu benih kentang merah lokal sangat diperlukan

untuk menghindari ketergantungan akan impor benih.

Pengembangan perbenihan kentang merah juga dilakukan di Kabupaten Karo,

Sumatera Utara. Petani kentang merah di Kabupaten Karo yang sepuluh tahun lalu

masih dapat membeli benih kentang merah impor, kini harus membeli benih yang

berasal dari dalam negeri. Padahal, ketersediaan benih unggul bermutu jumlahnya

masih terbatas. Akibatnya, petani kentang di Kabupaten Karo masih banyak yang

menggunakan benih dari sisa hasil panen kentang merah konsumsinya dan sudah

tidak ada lagi kejelasan mengenai generasi ke berapa yang digunakan dalam

usahataninya. Pengembangan benih kentang merah bermutu di Kabupaten Karo

ini dilakukan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPTP)

Sumatera Utara bersama dengan kelompok tani di Kabupaten Karo.

Penelitian mengenai pembibitan kentang merah juga pernah dilakukan oleh

Bachrein (2004) yang mengkaji keragaan usahatani dan pembibitan kentang di

Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 ini membandingkan

usahatani yang dijalankan oleh petani penangkar bibit kentang merah dan petani

kentang merah konsumsi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa petani penangkar
13

bibit lebih intensif dalam mengelola usahataninya dibandingkan petani konsumsi,

terutama dalam hal penggunaan bibit unggul berkualitas tinggi, pupuk kandang,

dan pupuk anorganik. Namun demikian, hasil yang diperoleh petani penangkar

tersebut belum optimal karena persentase hasil umbi kentang merah yang lolos

seleksi untuk bibit masih tergolong rendah (52,8 persen).

Hal tersebut berdampak pada penggunaan bibit kentang merah bermutu di tingkat

petani yang secara umum masih tergolong rendah. Rendahnya penggunaan bibit

kentang merah bermutu di tingkat petani disebabkan oleh keterbatasan jumlah

bibit kentang merah yang bermutu atau bersertifikat, keterbatasan modal yang

dimiliki petani, dan tingginya harga bibit impor. Oleh karena itu, perlu adanya

perbaikan pengelolaan usahatani di tingkat petani penangkar agar dapat

menghasilkan bibit kentang merah secara optimal (Bachrein, 2004).

2.3 Faktor Produksi

Faktor produksi dalam usahatani atau merupakan unsure-unsure pokok dalam

usahatani adalah merupakan factor-faktor yang utama diperlukan dalam usahatani.

Factor-faktor produksi merupakan input dalam produksi pertanian. Proses

produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan factor-faktor produksi

pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output). Unsur – unsure pokok

dalam usahatani atau factor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan

produksi pertanian (output). Unsur-unsur pokok dalam usahatani atau factor-

faktor produksi pertanian meliputi tanah (lahan), tenaga kerja , modal, dan

manajemen( pengelolaan) (Maulidah, 2012).


14

2.3.1 Faktor Produksi Alam

1. Iklim

Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin)

dengan suhu rata–rata harian antara 15–20o C. Kelembaban udara 80- 90%

cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200– 300 mm

perbulan atau rata–rata 1000 mm selama pertumbuhan (Andry, 2010).

2. Tanah

Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung

bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah

(pH) 5–6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri–ciri solum

tanah agak tebal antara 1–2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua,

bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah.

Jenis tanah Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,

produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral

(Andry, 2010).

3. Suhu

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses pertumbuhan kentang yakni suhu,

lama penyinaran, intensitas cahaya, media tumbuh serta kelembaban

(Smith 1968). Menurut Lovatt (1997), tanaman kentang pada setiap fase

menghendaki nilai suhu berbeda-beda. Pada fase vegetatif, suhu sekitar 25°C

tanaman akan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang baik akan tetapi

pertumbuhan umbi akan terhambat. Batang, daun dan akar kentang dapat tumbuh

lebih cepat (Smith 1968). Pada fase inisiasi dan pembesaran umbi, suhu ideal

pembentukan umbi 15-20°C (Lovatt 1997). Kombinasi suhu rendah dengan


15

penyinaran matahari yang relatif pendek dapat berpengaruh baik terhadap

pembentukan dan perkembangan umbi kentang (Gunawan 2009).

4. Kelembapan

Kelembaban rata-rata tanaman kentang yakni sekitar 80-90% (Sunarjono 2007).

Menurut Gunawan (2009), kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi

yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara (nutrisi) dari akar ke tajuk

tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil.

Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh jarak tanam yang terlalu rapat dan

tajuk tanaman yang terlalu rimbun, sehingga akan mengundang penyakit

cendawan. Apabila kelembaban terlalu rendah, maka evapotranspirasi akan

meningkat. Air yang menguap akan lebih banyak diserap oleh akar. Hal tersebut

berakibat sel tanaman kehilangan tekanan turgor, jaringan mengkerut dan tanaman

akan menjadi layu.

5. Cahaya Matahari

Cahaya diperlukan oleh tanaman untuk melakukan proses fotosintesis, disamping

intensitas cahaya, lama pencahayaan akanmempengaruhi jumlah energi

matahari yang sampai ke bumi (Gunawan 2009). Intensitas cahaya merupakan

jumlah cahaya yang diterima pada setiap titik waktu (Runkle 2006). Menurut

Chang (1968), intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman

memerlukan tingkat intensitas cahaya yang berbeda-beda. Kentang merupakan

salah satu tanaman yang memerlukan intensitas cahaya tinggi untuk dapat tumbuh

dengan baik. Pemberian cahaya akan mempengaruhi bentuk dan ukuran daun.

Photoperiod atau lama pencahayaan merupakan durasi atau lama tanaman

mendapatkan cahaya sehari-hari (Anies, 2011).


16

6. Ketinggian Tempat

Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah

pegunungan dengan ketinggian 1000–3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman

kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700 m dpl. (Andry, 2010).

7. Angin

Angin merupakan faktor iklim yang dapat mempengaruhi tanaman secara tidak

langsung. Angin akan mempengaruhi proses transpirasi yang berdifusi melalui

stomata. Angin yang membawa udara lembab ke permukaan daun akan

mengakibatkan perbedaan potensial air di dalam dan di luar stomata. Laju

pengaliran CO2 ke tanaman meningkat dengan nilai kecepatan angin yang tinggi.

Peningkatan laju aliran CO2 ini berarti meningkatkan laju fotosintesis dan

pertumbuhan tanaman (Lubis 2000).

Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan sering

dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan

tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang

lain (Andry 2010).

2.3.2 Faktor Produksi Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan

usahatani. Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk

memproduksi kembali atau barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk

mempertahankan dan meningkatkan pendapatan. Modal dapat dikelompokkan

berdasarkan sifat, kegunaan, waktu dan fungsi.


17

1. Sifat

Selain atas dasar sifatnya yaitu menghemat lahan dan menghemat tenaga kerja ada

juga yang justru menyerap tenaga kerja lebih banyak tetapi ada pula yang

memperbesar efisiensi.

2. Kegunaan

Atas dasar kegunaannya modal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu modal

aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat meningkatkan produksi. Modal pasif adalah modal yang

digunakan untuk mempertahankan produk.

3. Waktu

Atas dasar pemberian manfaatnya modal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu

modal produktif dan modal prospektif. Modal dikatakan produktif jika langsung

dapat meningkatkan produksi. Modal dikatakan prospektif jika dapat

meningkatkan produksi tetapi baru akan dirasakan pada jangka waktu yang lama.

4. Fungsi

Atas dasar fungsinya modal dapat dibagi dalam dua golongan yaitu modal tetap

dan modal variabel. Modal tetap adalah modal yang dapat dipergunakan dalam

beberapa kali proses produksi. Modal tidak tetap atau modal variabel adalah

modal yang hanya dapat dipergunakan dalam satu kali proses produksi

(Suratiyah, 2015).

Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:

1. Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam proses

produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal itu
18

tandas atau habis juga, tetapi sama sekali tidak terhisap dalam hasil. Contoh

modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian. (Suratiyah, 2015).

2. Modal bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses

produksi dan habis terpakai dalam proses produksi. Contoh modal bergerak:

pupuk, bahan bakar, bahan mentah (Maulidah, 2012).

Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat

penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipat gandakan tanpa harus memperluas

areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi.

Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat

menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk

membajak, mesin penggiling padi untuk memproses padi menjadi beras,

pemakaian thresher untuk penggabahan, dan sebagainya. Dalam arti ekonomi

perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk

memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat

dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Modal

dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu dan fungsi

(Suratiyah, 2008).

2.3.3 Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu terutama bagi usahatani yang

sangat tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja mengakibatkan

mundurnya waktu penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,

produktifitas dan kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam

usahatani keluarga khususnya tenaga kerja beserta keluarganya. Tenaga kerja


19

dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja

dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Menurut Suratiyah (2015)

karakteristik tenaga kerja bidang usahatani adalah sebagai berikut:

1. Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontiniu dan tidak merata.

2. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas.

3. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan dan dispesialisasikan.

4. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu sama

lain.

a. Tenaga Kerja Dalam Keluarga

Potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang

tersedia pada satu keluarga petani. Dengan demikian, semua jenis tenaga kerja

yaitu pria, wanita, anak-anak, ternak dan mekanik yang dimiliki dihitung. Tenaga

kerja pria umumnya dapat mengerjakan semua pekerjaan dalam usahatani begitu

juga dengan tenaga kerja wanita. Akan tetapi pada umumnya tenaga kerja wanita

untuk menanam, memelihara tanaman dan panen. Sedangkan tenaga kerja anak-

anak itu hanya membantu pekerjaan tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja

dalam keluarga pada umumnya oleh para petani tidak di perhitungkan dan sulit

pengukuran penggunaanya. Akan tetapi kebutuhan tenaga kerja dalam maupun

luar keluarga tergantung dari tiap-tiap kegiatan usahatani. Upah tenaga kerja

dalam keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional

(UMR) dengan jumlah HKSP (Hernanto (1995).

b. Tenaga Kerja Luar Keluarga

Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani tergantung pada

jenis tanaman ataupun komoditi yang diusahakan. Peranan anggota keluarga yang
20

lain adalah sebagai tenaga kerja disamping juga tenaga luar yang diupah. Banyak

atau sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan tergantung pada dana yang

tersedia. Namun ada beberapa hal yang dapat membedakan antara tenaga kerja

luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga antara lain adalah komposisi

menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja).

Kegiatan kerja tenaga luar keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya

waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja. Umur

seorang tenaga kerja menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin

(Suratiyah,2006).

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun

tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga

dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja,

terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.

Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas

(kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya :

1. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan

tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur,

akuntan, dan ahli hukum.

2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau

latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya.

Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir.


21

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak

membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya.

Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain (Hermanto, 1989).

Padat Karya adalah pekerjaan yang berasaskan pemanfaatan tenaga kerja yang

tersedia (dalam jumlah yang besar). Kegiatan pembangunan proyek yang lebih

banyak menggunakan tenaga manusia jika dibandingkan dengan modal atau

mesin. Kesimpulan dari semuanya, padat karya itu adalah pendekatan yang kita

pakai untuk berkreasi atau berprestasi (pengembangan-diri) yang berbasis pada

Pengandalan Diri (mengasetkan SDM) lebih dulu. Pada

bidang padat modalseperti perbankan dan sejenisnya bisa mendapatkan

keuntungan yang bagus. Untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan

(Kasmir, 2003).

Padat modal merupakan industri yang dibangun dengan modal besar dan

didukung dengan teknologi tinggi.Industri padat modal termasuk industri dasar

atau indutri hulu seperti mesin, logam dasar, industri elektronik.Industri padat

modal merupakan indutri yang dalam proses produksinya cendrung menekankan

dan tergantung pada penggunaan mesin-mesin dibandingkan dengan penggunaan

tenaga kerja manusia.Industri ini menggunakan teknologi tingggi.Industri padat

modal industri yang hanya dijalankan oleh perusahaan besar.Sedangkan

perusahaan kecil atau rumah tangga jarang atau bahkan tidak dapat menjalankan

industri seperti indutri padat karya (Sukran, 2005).


22

Satuan tenaga kerja dalam usahatani dibedakan atas :

a. Hari Kerja Pria (HKP) tenaga yang dikeluarkan satu pria dewasa per hari

dalam kegiatan usahatani.

b. Hari Kerja Wanita (HKW) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu wanita

dewasa per hari dalam kegiatan usahatani yang nilainya setara dengan 0,8

HKP.

c. Hari Kerja Anak (HKA) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh seorang anak

per hari yang nilainya setara dengan 0,5 HKP.

d. Hari Kerja Ternak (HKT) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu ekor

hewan ternak (kerbau, lembu/sapi) per hari yang nilainya setara dengan 5

HKP.

e. Hari Kerja Mesin (HKM) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu unit

mesin yang setara dengan 25 HKP per hari penggunaannya dalam kegiatan

usahatani.

Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani

berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja manusia dalam usahatani

dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat

kecakapan, tingkat kesejahteraan dan faktor alam (Hernanto, 1993).

2.3.4. Faktor Manajemen

Menurut Suratiyah (2015) manajemen sebagai sumber daya juga sangat penting

karena sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Sebagai contoh dua orang

petani dengan luas lahan dan kondisi yang sama, pada saat yang sama dapat

diperoleh hasil yang berbeda. Hal ini karena ditentukan oleh pengelolaan yang

berbeda. Manajemen atau pengelolaan yang baik dan benar akan memberikan
23

hasil yang lebih baik pula. Dengan demikian, manajemen dapat dikatakan sebagai

faktor produksi yang tidak dapat dikatan sebagai faktor produksi yang tidak dapat

diperhitungkan dengan pasti. Manajemen dalam usahatani, antara lain:

a. Perencanaan

Perencanaan (Human Resources Planning) adalah merencanakan tenaga kerja

secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam

membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan

program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

pengintergrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhetian karyawan.

Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan,

karyawan, dan, masyarakat (Suratiyah, 2015).

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian (Organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi setiap

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

wewenang, intergrasi dan koordinasidalam bagan organisasi (organization chart).

Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang

baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif (Suratiyah, 2015)..

c. Pengarahan

Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau

bekerja sama dan bekerja efektif secara efisien dalam membantu tercapainya

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan


24

dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik

(Suratiyah, 2015).

d. Pengendalian

Pengendalian (Controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar

mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana. Apabila

terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan

penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran,

kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi

lingkungan pekerjaan (Zulaini, 2010).

e. Evaluasi

Evaluasi (Evaluating) adalah kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan yang telah

direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan diawasi. Kegiatan evaluasi

memiliki tujuan untuk menilai masih adakah kekurangan di dalam pelaksanaan

kegiatan didalam organisasi dan juga untuk menilai apa apa saja yang sudah

tercapai beserta kendalanya (Zulaini, 2010).

Manajemen Usahatani Kentang Merah

Perencanaan pada usahatani kentang merah mencakup merencanakan kapan

menanam, penentuan lokasi, dan setelah pergiliran tanaman, berapa bibit yang

akan ditanam, pestisida apa yang akan digunakan, berapa pupuk yang dipakai,

tenaga kerja yang dibutuhkan, dan berapa biaya atau modal yang dibutuhkan.

Pengorganisasian dalam usahatani kentang merah mencakup siapa aja yang akan

mengelola usaha tani tersebut dimulai dari kegiatan penentuan lokasi ,

pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen , dan sampai pasca panen,


25

pelaksaanaan kegiatan budidaday di usahatani kentang merah dilaksanakan oleh

petani sendiri dan tenaga kerja luar keluarga, pengawasan dilakukan langsung

oleh petani sendiri, dan kegiatan mengevaluasi dilaksanakan untuk menghitung

apakah usahatani ini menguntungkan atau merugikan.

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Ilmu Usahatani

Menurut Suratiyah (2015) Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi

berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga mamberikan manfaat

yang sebaik-baiknya.

Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari

bagaimana membuat atau menggunakna sumberdaya secara efisien pada suatu

usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah

disepakati oleh petani atau peternak tersebut (Suratiyah, 2015).

Analisis usahatani digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan usahatani

yang diperoleh dari kegiatan produksi yang dihasilkan oleh petani. Analisis

usahatani dihitung berdasarkan analisis pendapatan dan efisiensi pendapatan yang

dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya. Data dan informasi yang telah

dikumpulkan diolah dengan bantuan kalkulator, komputer dan disajikan dalam

bentuk deskriptif dan tabulasi data.: (Soekartawi 2006).

2.4.2 Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat

produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
26

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini

dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu

modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah (Sukirno, 2005).

Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi

meliputi ; luas lahan yang dimiliki, jumlah benih yang digunakan, jumlah tenaga

kerja yang digunakan, banyaknya pupuk yang digunakan, banyaknya pestisida

yang digunakan, keadaan pengairan, tingkat pengetahuan dan keterampilan,

tingkat kesuburan tanah, iklim atau musim, modal yang tersedia

(Soekartawi, 2002).

2.4.3 Penerimaan

Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani menambah hasil

produksi bila tiap tambahan produksi tersebut menaikkan jumlah penerimaan

yang diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan

outputnya (Boediono, 2002).

Menurut Sinaga (2011), Pada analisis ekonomi usaha data penerimaan biaya dan

pendapatan usaha sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian

antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat ini.

Sedangkan biaya usaha adalah semua pengeluaran yang dipergunakan baik

mempegaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkaan dan

pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran

Untuk mengetahui besar penerimaan usahatani dihitung dengan formula:

TR =Y x Py
27

Dimana: TR = Penerimaan Usahatani (Rp)

Y = Jumlah Produksi (kg)

Py = Harga y (Rp/kg).

Menurut Warsana (2007), Penerimaan bersih yaitu penerimaan yang berasal dari

penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan

Dalam bentuk notasi dapat dituliskan sebagai berikut :

π = TR-TC

Dimana : π = Besamya tingkat pendapatan (Rp)

TR = Penerimaan kotor (Rp)

TC = Biaya total yang dikeluarkan (Rp)

2.4.4 Pendapatan

Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang

dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan,

maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang

tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan

pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan

tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi

kualitas yang lebih baik (Soekartawi, 2002).

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Biaya

memegang peranan yang sangat penting untuk dibandingkan dengan pendapatan

yang akan diperoleh. Selain itu lembaga pemasaran juga berperan didalam

menyalurkan hasil produksi petani yang berpengaruh pada tingkat harga yang

akan diterima oleh petani (Astuti, 2014).


28

Menurut Sinaga (2011), Untuk mengetahui besar pendapatan bersih usahatani

diketahui dengan menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya, yaitu:

Pendapatan = TR – TC

Dimana: TR = Penerimaan usahatani (Rp)

TC = Total Cost/ Total biaya (Rp)

Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah

dijalankan memberi keuntungan. Keuntungan usaha tersebut baru dapat diperoleh

apabila semua biaya usaha yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil

penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Sinaga, 2011).

2.4.5 Biaya

Menurut Warsana (2007), Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitn

biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya tetap seluruhnya dan biaya variabel

seluruhnya merupakan biaya total produksi dalam notasi matematika dituliskan

sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Dimana : TC = Biaya total produksi (Rp)

TFC = Biaya tetap total (Rp)

TVC = Biaya variabel total (Rp)

Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan pada berbagai tingkat

output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya tetap dalam

usahatani jagung adalah biaya pajak lahan tanah, peralatan dan biaya Penyusutan.
29

Biaya variabel adalah biaya yang berubah ubah menurut tinggi rendahnya tingkat

output yang termasuk dalam penelitian ini adalah : biaya tenaga kerja, pembelian

pupuk SP36, pembelian pupuk Urea dan biaya pestisida (Warsana, 2007)

2.4.6 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan merupakan penilaian sejauh mana manfaat yang di dapat dari

suatu kegiatan usaha dengan tujuan sebagai pertimbangan usaha yang

dilaksanakan diterima atau ditolak (Yacob I, 2009).

Kelayakan suatu usahatani yang sedang dilaksanakan dapat dikatakan layak atau

tidak layak apabila syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :

1. R/C > 1

2. B/C > 1

Apabila kriteria diatas sudah terpenuhi maka usaha tersebut layak untuk

diusahakan (Jumingan, 2011).

1. R/C Ratio

Menurut More (2013), Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan

pengukuran efisiensi suatu usahatani terhadap suatu penggunaan modal yang

digunakan yang digambarkan oleh nilai ratio penerimaan dan biaya yang

merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usahatani dari

setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Usahatani dapat dikatakan

layak untuk diusahakan apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu. Semakin

besar nilai R/C Ratio maka semakin menguntungkan usahatani tersebut.


30

R/C (Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara

penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut.

TR
R/C Ratio =
TC

Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya Produksi (Rp)

Kriteria:

Bila R/C Ratio < 1, maka usaha tidak layak diusahakan.

Bila R/C Ratio = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi (impas).

Bila R/C Ratio > 1, maka usaha layak diusahakan

2. B/C Ratio

Menurut Sunarjono (2012), Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) digunakan untuk

melihat tingkat keuntungan relatif usaha dalam setahun terhadap total biaya yang

digunakan dalam kegiatan tersebut .

Π
B/C Ratio =
TC

Keterangan:

Π = Keuntungan

TC = Total Biaya

Kriteria:

Bila B/C Ratio < 1, maka usaha Tidak Layak mendapat untung.

Bila B/C Ratio = 1, maka usaha Tidak Untung dan tidak rugi (impas).

Bila B/C Ratio > 1, maka usaha Layak mendapat keuntungan.


31

3. BEP (Break Event Point)

Menurut Sinaga (2011), BEP (Break Event Point) adalah suatu kondisi yang

menggambarkan bahwa hasil usahatani yang diperoleh sama dengan modal yang

dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usahatani yang dilakukan tidak menghasilkan

keuntungan tetapi tidak mengalami kerugian.

BEP Harga

BEP Harga produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan.

Ditullis dalam rumus sebagai berikut :

TC
BEP Harga =
Py

Keterangan :

TC = Total Biaya Produksi (Rp)

Py = Harga Produksi di Tingkat Petani (Rp)

Kriteria:

Apabila nilai BEP Harga > Harga usahatani maka usaha tersebut tidak layak untuk

dijalankan, dan sebaliknya apabila BEP Harga,< Harga usahatani tersebut layak

untuk dijalankan (Sinaga, 2011).

4. BEP Produksi

BEP Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan, agar

usahatni tidak mengalami kerugian

TC
BEP Produksi =
Y
32

Keterangan :

TC = Total Biaya Produksi (Rp)

Y = Jumlah Produksi

Kriteria:

Apabila nilai BEP Produksi > Produksi usahatani maka usaha tersebut tidak layak

untuk dijalankan, dan sebaliknya apabila nilai BEP Produksi < Produksi usahatani

maka usaha tersebut layak untuk dijalankan (Sinaga, 2011)

5. BEP Penerimaan

BEP Penerimaan produksi menggambarkan biaya manfaat dari produk yang

dihasilkan.

TFC
BEP Penerimaan =
Margin Kontribusi per unit

Keterangan :

TFC = Total Biaya Tetap (Rp)

Kriteria:

Apabila nilai BEP Penerimaan > Penerimaan usahatani maka usaha tersebut tidak

layak untuk dijalankan, dan sebaliknya apabila BEP Penerimaan lebih kecil dari

Penerimaan usahatani tersebut layak untuk dijalankan (Sinaga, 2011).


33

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Letak dan Geografis

Secara geografis Desa Ajijulu yang berlokasi ± 4 km dari kota Berastagi memiliki

luas sekitar 359 hektar. Desa Ajijulu mempunyai letak geografis sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ujung Aji.

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Aji Buhara.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sugihen.

- Sebelah Barat berbatasan Desa Raya.

Desa Ajijulu adalah salah satu desa di Kecamatan Tiga Panah yang mempunyai

orbitasi, yaitu jarak ke ibu kota kecamatan terdekat 9 km. Lama tempuh ke ibu

kota kecamatan terdekat 15 menit. Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat 12 km.

Lama tempuh ke ibu kota kabupaten terdekat 25 menit. Lama tempuh diukur

dengan alat angkutan desa yang digunakan oleh masyarakat Desa Ajijulu. Luas

Desa Ajijulu adalah 359 Ha dengan penggunaan wilayah diasjikan pada Tabel

berikut ini.

Tabel 3. Penggunaan Wilayah Desa Ajijulu

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)


1 Lahan Pemukiman 12
2 Lahan Pertanian yang ditanami 210
3 Lahan Persawahan 60
4 Lahan Tidur 37
5 Lahan Hutan 40
Total 359
Sumber: Profil Desa Ajijulu Tahun 2012
34

Sesuai dengan aktivitas masyarakat yang kebanyakan bertani, sebagian besar

lahan didominasi oleh lahan pertanian yaitu sebanyak 210 hektar yang

dipergunakan sebagai tempat untuk bercocok tanam. Desa Ajijulu adalah salah

satu desa di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo yang memproduksi berbagai

jenis sayur-sayauran misalnya kol, tomat, cabe, kentang, dan sebagainya serta

buah-buahan, misalnya jeruk, alpukat, markisa, terong belanda dan sebagainya.

Selain memproduksi hasil-hasil pertanian, ada juga kegiatan lain yang dilakukan

oleh masyarakat desa tersebut, yaitu usaha peternakan (David, 2013).

3.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Stm Hilir adalah 2962 jiwa.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Stm Hilir

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1 Laki-laki 1471 49,66
2 Perempuan 1491 50,34
Jumlah 2962 100,00
Sumber: Bps Kabupaten Deliserdang 2006

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berjumlah 2962 jiwa terdapat

pada kelompok terbanyak terdapat pada perempuan, yakni 1491 jiwa (50,34%)

dan lebih sedikit laki-laki, yakni 49,66 jiwa (49,66%)

Jumlah penduduk Desa Dalun Kenas adalah 2962 jiwa dengan jumlah laki-laki

adalah 1471 jiwa dan jumlah perempuan 1491 jiwa. Penduduk Desa Talun Kenas

mayoritas bekerja sebagai petani dengan jumlah laki-laki 300 orang dan

perempuan 500 orang, penduduk yang bekerja sebagai buruh tani dengan jumlah

laki-laki 50 orang dan jumlah perempuan 100 orang, jumlah Pegawai Negeri Sipil

dengan jumlah laki-laki 10 orang dan perempuan 17 orang, Pensiunan PNS


35

dengan jumlah laki-laki 3 orang dan perempuan 1 orang, Karyawan perusahaan

Swasta dengan jumlah 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan (Laza, 2015).

Suku yang ada di Desa Ajijulu mayoritas suku Karo. Penduduk desa yang bersuku

Karo berjumlah 751 orang laki-laki dan 774 Perempuan, suku Jawa berjumlah 32

orang laki-laki dan 51 orang perempuan, suku Batak berjumlah 10 orang laki-laki

dan 15 orang perempuan, suku Aceh berjumlah 9 laki-laki dan 8 perempuan.

Di Desa ajijulu terdapat 3 agama yang dianut oleh penduduk desa, yaitu: Islam,

Kristen Protestan, dan Kristen Katholik. Kristen Protestan adalah agama yang

dianut mayoritas penduduk Desa Ajijahe. Jumlah penduduk yang menganut

agama Kristen Protestan adalah 745 orang laki-laki dan 645 orang perempuan,

Jumlah penduduk yang menganut agama Katholik adalah 50 orang laki-laki dan

80 orang perempuan, dan penduduk yang menganut agama Islam berjumlah 60

laki-laki dan 70 perempuan (Laza,2015).

3.1.3 Karakteristik Petani

1. Identitas Petani
Umumnya masyarakat Desa Ajijulu sangat bergantung kepada hasil pertanian,

karena kebanyakan dari masyarakat karo bermata pencaharian sebagai petani.

Hampir dari setiap masyarakat di Desa Ajijulu memiliki areal pertanian.

Salah satu petani tanaman kentang merah adalah Pak Nelah Sitepu (64 tahun)

berdomisili di Desa Ajijulu.Pak Nelah memiliki pengalaman bertani selama 40

tahun. Pak Nelah beragama Islam, suku Karo, dan daerah asalnya juga dari Desa

Ajijulu. Pak Nelah memiliki pendidikan sampai tingkat SMP dan juga pernah

mengikuti pendidikan non formal yaitu kursus menyetir.


36

2. Pengalaman Petani

Secara umum Petani mengenal cara bertani dikarenakan kedua orang tua yang

berprofesi sebagai petani jadi secara otomatis kemampuan bertani itu didapatkan

sejak kecil. Bapak Nelah sudah menjadi petani selama 40 tahun. Komoditi yang di

usahakan bapak Nelah adalah Kentang Merah dengan total luas lahan yang

dimilikinya sebesar 5000 m. Bapak Nelah memiliki memiliki pengalaman

pendidikan terakhir di SMP dan juga pernah mengikuti pendidikan non formal

yaitu kursus menyetir .

Secara Khusus sebelumnya petani sudah pernah menanam komoditi lain seperti

tomat, cabai, kopi dan sawi di lahannya dan kemudian ia memutuskan untuk

menambah komoditi yang akan di usahakannya, yaitu Kentang Merah. Alasan

mengapa petani memilih kentang merah dikarenakan harga kentang merah lebih

mahal dari kentang kuning dan jumlah petani yang memproduksi kentang merah

masih sedikit sehingga petani tertarik untuk memproduksinya.

3. Keluarga dan Tanggungan Petani

Adapun rincian dari jumlah keluarga dan tanggungan petani adalah sebagai

berikut:

Tabel 5. Keluarga dan Tanggungan Petani


Jenis Pendidikan Keterangan
No Nama Umur Status
Kelamin Formal Bekerja
1 - - - - - -

Bapak Nelah sebagai petani kentang merah sudah tidak memiliki tanggungan

karena istrinya sudah meninggal dan anak- anak nya sudah bekerja dan sudah

dapat hidup mandiri .

4. Luas dan Besarnya Usaha


37

Tabel 6. Luas Lahan Dan Besarnya Usahatani


Status Lahan
Jenis
Luas Lahan (ha) Jumlah Milik Bagi
Lahan Sewa
Sendiri Hasil
Lahan 0,5 1  - -
Kering

Luas lahan yang dimiliki bapak nelah adalah 5000 m atau 0,5 ha , dan 3000 m

digunakan untuk Kentang Merah sedangkan sisanya untuk komoditi lain yaitu

kopi , tomat, cabai, dan sawi .

3.1.4 Kronologis Kerja

1. Penentuan lokasi

. Dalam penentuan lokasi ini diperhatikan waktu ketersediaan bibit dan waktu

musim tanam. Selain hal diatas jenis tanah, pH, tekstur dan struktur serta

kandungan air tanah perlu diperhatikan agar tanaman kentang merah dapat

tumbuh dengan baik. Dalam pembersihan lahan digunakan tenaga kerja 1 orang

pria selama 1 jam yaitu petani itu sendiri dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 0.

(1 x 1)
Total HKP = 𝑥1
8

= 0,125

2. Persiapan Lahan

Persiapan lahan mencakup beberapa kegiatan yaitu pembersihan lahan,

penggemburan , pembuatan bedengan, pembuatan lubang tanam, dan pemupukan

dasar.

a. Pembersihan lahan

Bapak Nelah melakukan pembersihan lahan ketika akan melakukan penanaman

kembali atau masa setelah panen. Waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan

seluas 5000 meter adalah 6 jam dalam satu hari. Pembersihan lahan tersebut dapat
38

dilakukan dengan cara mencangkul secara manual hingga rumput rumput bersih

dan lahan menjadi siap tanam, saat membersihkan lahan membutuhkan tenaga

kerja luar keluarga sebanyak 3 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja

sebesar Rp. 270.000.

(3 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 2,25
b. Penggemburan

Penggemburan dilakukan setelah pembersihan lahan. Tujuannya agar tanah

menjadi gembur dan dingin sehingga tidak mudah terserang hama dan jamur serta

mengangkat hara yang ada dibawah sehingga hara kembali dalam keadaan

tersedia. Penggemburan dilakukan secara manual yaitu dengan membalikkan

tanah dengan cangkul. membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 1 orang

selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 70.000.

(1 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 0,75
c. Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan perlu dilakukan agar air tidak tergenang dan akar tanaman

tidak menjadi busuk. Ukuran bedengan yang dibuat yaitu lebar 60 cm, tinggi 30-

40 cm, dan jarak antar bedengan yaitu 50 cm, Pembuatan bedengan dilakukan

dengan menggunakan cangkul membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak

2 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 1,5
39

d. Pembuatan lubang tanam

Dalam pembuatan lubang tanam, jarak lubang tanam yang dibuat yaitu 30 x 30

cm. Dalam setiap lubang tanam dimasukkan 1 bibit. Dilakukan secara manual

yaitu dengan menugal tanah dengan menggunakan cangkul. membutuhkan tenaga

kerja luar keluarga sebanyak 3 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja

sebesar Rp. 270.000.

(3 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 2,25

e. Pemupukan dasar

Pupuk yang diberikan pada saat pemupukan dasar yaitu Pupuk Kandang. Cara

pemupukan yang dilakukan yaitu dengan cara ditaburkan di lubang tanam

sebelum bibit dimasukkan untuk menyediakan hara untuk bibit yang akan ditanam

dan agar tidak terjadi kekurangan unsur hara, kegiatan ini membutuhkan tenaga

kerja luar keluarga sebanyak 3 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja

sebesar Rp. 270.000.

(3 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 2,25

3. Pembibitan

Petani tidak melakukan pembibitan sendiri, namun petani memperoleh bibit

dengan membeli bibit , bibit yang dibudidayakan berjenis bibit local yaitu dengan

cirri memiliki postur tanaman yang memiliki batang tinggi dan berdaun lebat serta

memiliki umbi yang berukuran besar dan kegiatan ini membutuhkan tenaga kerja
40

luar keluarga sebanyak 3 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar

Rp. 270.000.

(3 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 2,25 .
4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menaruh bibit setelah pemupukan dasar

didalam lubang tanam yang telah ditugal dengan menggunakan cangkul dan telah

diisi pupuk kandang kemudian ditutup oleh tanah. Penanaman dilakukan dengan

system monokultur, dengan jarak antar tanaman 30cm dan membutuhkan tenaga

kerja luar keluarga sebanyak 3 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja

sebesar Rp. 270.000.

(3 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 2,25
5. Pemeliharaan

a. Penyiangan

Penyiangan perlu dilakukan untuk komoditi kentang merah.. Penyiangan

dilakukan dengan cara mencabut/mencangkul tanaman yang dianggap

mengganggu. Jangka waktu untuk melakukan penyiangan sekitar 1 bulan setelah

masa penanaman dan membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 2 orang

selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 1,5
b. Penyulaman
41

Petani kentang merah tidak melakukan penyulaman karena jumlah bibit yang

tersedia sangat terbatas.

c. Pendangiran

Pendangiran perlu dilakukan untuk komoditi kentang merah. Pendangiran

dilakukan dengan meninggikan tanah agar umbi tidak tergenang air, dilakukan

saat umur 1 bulan kentang, dilakukan 2x dalam satu musim tanam dengan

menggunakan alat cangkul dan membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak

2 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 1,5
d. Penjarangan

Penjarangan perlu dilakukan karna system penanaman dilakukan dengan menaruh

didalam lubang tanam dan sudah memiliki jarak tanam.

e. Pemangkasan

Pemangkasan tidak perlu dilakukan karena jika dilakukan justru akan

menghambat pertumbuhan tanaman kentang karena fotosistesisnya menjadi

terganggu.

f. Pemupukan

Pupuk yang dipakai biasanya urea, hidrokomplit, KCL, TSP, Phonska, dan SS.

Dengan dosis masing masing yaitu 50, 60, 30, 40, 50, dan 40 kg. Dilakukan

dengan mencampur seluruh pupuk tersebut terlebih dahulu semua pupuk lalu

ditabur di sekitar lubang tanam, pada saat memupuk digunakan tenaga kerja 1
42

orang pria selama 6 jam yaitu petani itu sendiri dengan biaya tenaga kerja sebesar

Rp 0.

(1 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 0,75

g. Pengeandalian HPT

Pengendalian HPT dilakukan dengan cara disemprot dengan menggunakan

pestisida. Hama yang biasanya menyerang tanaman kentang merah yaitu ulat,

thrip, tungau, lalat daun, penggerek umbi, penggerek batang, dan penggerek daun.

Pestisida yang biasa digunakan yaitu trinep, dakonil, prepaton, kurakon, samit,

dan gramosom. Pestisida tersebut berjenis fungisida, insektisida, dan herbisida.

digunakan tenaga kerja 1 orang pria selama 1 jam yaitu petani itu sendiri dengan

biaya tenaga kerja sebesar Rp 0.

(1 x 4)
Total HKP = 𝑥1
8

= 0,5

6. Panen

Panen dilakukan sekitar 80-85 hari setelah tanam. Ciri Tanaman yang siap

dipanen yaitu daun kentang sudah menguning dan kelihatan tua., panen dilakukan

dalam waktu 1 hari dan dengan cara yaitu tanah dikorek lalu diangkat umbi

kentang yang siap panen digunakan tenaga kerja 4 orang pria selama 6 jam yaitu

petani itu sendiri dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 360.000.

(4 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

=3

7. Pasca Panen

a. Pemipilan
43

Pemipilan dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja luar keluarga dilakukan selama 6

jam dalam satu hari dengan menggunnakan 4 orang tenaga kerja luar keluarga

dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 360.000.

(4 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

=3

b. Penyortiran

Penyortiran dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja luar keluarga dilakukan selama 6

jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 360.000, alat yang dituhkan dan

digunakan yaitu ember, kegiatan penyortiran dilakukan dengan tujuan agar umbi

dapat lebih dibedakan bedasarkan kualitasnya dan akan memepengaruhi harga jual

nantinya.

(4 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

=3

c. Pengemasan

Pengemasan dilakukan dengan tujuan mempermudah pengangkutan ke pasar dan

menjaga umbi kentang merah agar tidak rusak saat diangkut, alat yang dibutuhkan

yaitu keranjang.

d. Penyimpanan

Kentang merah disimpan apabila pasar sudah penuh stoknya, maka kentang akan

disimpan didalam keranjang untuk mempertahankan kondisinya, tanaman kentang

merah apat disimpan selama 2 minggu membutuhkan tenaga kerja luar keluarga

sebanyak 2 orang selama 6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8
44

= 1,5
e. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil pick up dilakukan setelah

panen membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 2 orang selama 6 jam

dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 1,5
f. Pemasaran

Pemasaran dilakukan setelah pengangkutan, kentang merah langsung dijual

kepasar dengan membutuhkan tenaga kerja luar keluarga sebanyak 2 orang selama

6 jam dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 180.000.

(2 x 6)
Total HKP = 𝑥1
8

= 1,5

3.1.5 Biaya

1. Modal Investasi / Modal Tetap ( fix cost )

Tabel 7 Modal Investasi / Modal Tetap ( fix cost )


45

Harga Awal – Harga Akhir


Penyusutan = x Unit
Umur Ekonomis

100.000
Penyusutan Cangkul = x 1 = 50.000
2
300.000
Penyusutan Beko = x 1 = 150.000
2
15.000
Penyusutan Ember = x 1 = 15.000
1
50.000
Penyusutan Parang = x 1 = 16.666
3
800.000
Penyusutan Sprayer = x 1 = 400.000
2
25.000
Penyusutan Arit = x1 = 25.000
1
1000.000
Penyusutan Tampungan Air = x 1 = 200.000
5
Peralatan yang mengalami penyutusan antara lain cangkul, beko, ember, parang,

sprayer, arit dan tampungan air. Besar biaya penyusutan masing masing yaitu

Rp.50.000, Rp.150.000, Rp.15.000, Rp.16.666, Rp.400.000, Rp.25.000,

Rp.200.000. Biaya penyusutan terbesar adalah Sprayer, yaitu Rp400.000/tahun.

dan biaya penyusutan terkecil adalah ember, yaitu Rp15.000/tahun. Adapun total
46

biaya tetap produksi yaitu sebesar Rp.856.666 dengan rataan sebesar

Rp.122.380,857.

Tabel 8. Biaya Lain - lain

No Jenis Modal Jumlah Biaya Per tahun Per musim tanam


(Rp)
1. PBB 50.000 50.000 -
2. - - - -
Total 50.000 50.000 -
Rataan 50.000 50.000

Biaya lain yang dikeluarkan pak Nelah adalah PBB lahan pertahun yang

dikenakan biaya sebesar Rp 50.000/tahun dengan rataan juga sebesar

Rp.50.000/tahun.

2. Modal / Biaya Produksi ( variable cost )

Tabel 9. Modal / Biaya Produksi ( variable cost )

No Jenis Satuan Jumlah Harga Total Biaya


satuan/Unit (Rp)
(Rp)
1 Benih/Bibit
- Lokal Buah 1000 1250 1.250.000
2 Pupuk
- Urea kg 50 1.540 77.000
- Hidro kg 60 10.500 630.000
komplit kg 30 6.500 195.000
- KCL kg 40 6.000 240.000
- TSP kg 50 5.000 250.000
- Phonska kg 40 8.500 340.000
- SS kg 1000 333 333.000
- Kandang
3 Pestisida

(Lanjutan Tabel 9.)


47

Fungisida
-Trinep kg 10 95.000 950.000
-Dakonil gr 10 75.000 750.000
Insektisida
-Prepaton Botol 3 115.000 345.000
-Kurakon Botol 3 65.000 195.000
-Samit Botol 1 125.000 125.000
Herbisida
- Botol 1 40.000 40.000
Gramosom
4. Obat-0batan
-Grenpantas Botol 3 12.000 36.000
Total 5.756.000
Rataan 387.733,333

Jenis biaya variabel yang digunakan dalam usahatani Kentang merah antara lain

bibit, pupuk, pestisida, dan obat- obatan. Biaya variabel terbesar adalah biaya

fungisida dengan merk dagang trinep yaitu Rp.950.000. dan biaya terkecil yaitu

biaya obat-obatan grenpantas yaitu 36.000. adapun total biaya input produksi

sebesar Rp.5.756.000 dan rataanya sebesar Rp. 387.733,333.

3. Biaya dan Curahan Tenaga Kerja


48

Adapun total curahan dan tenaga kerja yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Biaya dan Curahan Tenaga Kerja

No Kronologis kerja TKDK TKLK Jumlah Biaya


(Rp)
HKP HKW HKP HKW

1 Penentuan lokasi 0,125 - - - 0,125 -


2 Persiapan lahan
-Pembersihan lahan - - 2,25 - 2,25 270.000
-Penggemburan - - 0,75 - 0,75 70.000
-Pembuatan bedengan - - 1,5 - 1,5 180.000
-Pembuatan lubang - - 2,25 - 2,25 270.000
tanam

-Pemupukan - - 2,25 - 2,25 270.000


3 Pembibitan - - 2,25 - 2,25 270.000
4 Penanaman - - 2,25 - 2,25 270.000
5 Pemeliharaan
- Penyiangan - - 1,5 - 1,5 180.000
- Penyiraman - - - - - -
- Penyulaman - - - - - -
- Pendangiran - - 1,5 - 1,5 180.000
- Pemangkasan - - - - - -
- Pemupukan 0,125 - - - 0,125 -
- Pemberantasan HPT 0,5 - - - 0,5 -
6 Panen - - 3 - 3 360.000

7 Pascapanen
- Pemipilan - - 3 - 3 360.000
- Penyortiran - - 3 - 3 360.000
- Penyimpanan - - 1,5 - 1,5 180.000
- Pengemasan - - 1,5 - 1,5 180.000
- Pengangkutan - - 1,5 - 1,5 180.000
- Pemasaran - - 1,5 - 1,5 180.000
Total 1,375 - 23 - 24,375 2.960.000
Rataan 0,4583 - 1,4375 - 1,282 185.000

Curahan tenaga kerja dalam penentuan lokasi adalah 0,125 HKP dengan biaya 0.

Curahan tenaga kerja dalam persiapan lahan adalah 9 HKP dengan biaya
49

Rp.1.060.000, Curahan tenaga kerja dalam Pembibitan adalah 2,25 HKP dengan

biaya Rp. 270.000. Curahan tenaga kerja dalam Penanaman adalah 2,25 HKP

dengan biaya Rp. 270.000. Curahan tenaga kerja dalam Pemeliharaan adalah

8,125 HKP dengan biaya Rp. 900.000. Curahan tenaga kerja dalam panen adalah

3 HKP dengan biaya Rp. 360.000. Curahan tenaga kerja dalam pasca panen

adalah 12 HKP dengan biaya Rp. 1.440.000. Curahan tenaga kerja yang paling

tinggi adalah pada saat Pemeliharaan yaitu sebesar 8,125 HKP dengan Biaya

Rp.900.000, sedangkan yang paling rendah adalah penentuan lokasi yaitu 0,125

HKP dengan biaya 0 rupiah karena petani sendiri yang mengerjakan. Biaya Total

curahan kerja yang digunakan dalam usahatani kentang merah adalah 24,375

dimana biaya yang di keluarkan adalah Rp. 2.960.000, yang terdiri dari 24,375

HKP, Rataan nya sebesar 1,282 HKP dengan biaya Rata-Rata sebesar Rp.185.000.

Tabel 11. Upah Tenaga Kerja


50

Upah tenaga kerja dalam penentuan lokasi adalah 0. Upah tenaga kerja dalam

persiapan lahan adalah Rp.1.060.000, Upah tenaga kerja dalam Pembibitan adalah

Rp. 270.000. Upah tenaga kerja dalam Penanaman Rp. 270.000. Upah tenaga

kerja dalam Pemeliharaan adalah Rp. 900.000. Upah tenaga kerja dalam panen

adalah Rp. 360.000. Upah tenaga kerja dalam pasca panen adalah Rp. 1.440.000.

Upah tenaga kerja yang paling tinggi adalah pada saat Pemeliharaan yaitu sebesar

Rp.900.000, sedangkan yang paling rendah adalah penentuan lokasi yaitu 0 rupiah

karena petani sendiri yang mengerjakan. Biaya Total Upah Tenaga Kerja yang

digunakan dalam usahatani kentang merah adalah 24,375 dimana biaya yang di

keluarkan adalah Rp. 2.960.000, Rataan nya sebesar Rp.185.000.


51

4. Biaya Total

Adapun biaya total keseluruhan biaya yang digunakan dalam usahatani kentang

merah adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Biaya Total

No Jenis Biaya Nilai (Rp)


1 Modal/biaya tetap
a. Biaya Penyusutan Peralatan 856.666
b. Biaya lain-lain 50.000
2 Modal/Biaya Variabel
a. Input 5.756.000
b. Tenaga kerja 2.960.000
Total Biaya 9.622.666
Rataan 2.405.666,5

Biaya investasi terdiri dari penyusutan dengan nilai Rp. 856.666 dan biaya PBB

dengan nilai Rp. 50.000 . Biaya variable terdiri dari biaya input senilai

Rp.5.756.000 dan biaya tenaga kerja senilai Rp. 2.960.000.Biaya terbesar adalah

biaya variable yaitu biaya input sebesar Rp. 5.756.000 dan biaya terendah adalah

biaya tetap yaitu biaya PBB sebesar Rp.50.000/ tahun. Total keseluruhan biaya

tetap adalah Rp. 906.666 dan biaya variable adalah Rp. 8.716.000. Total biaya

keseluruhan adalah Rp. 9.626.666 dengan rataan sebesar Rp.2.405.666,5.


52

3.2. Pembahasan

3.2.1. Penerimaan

Adapun table penerimaan adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Penerimaan

No Uraian Nilai
1 Produksi yang dihasilkan 1.000 kg
2 Produksi yang di jual 1.000 kg
3 Harga Produksi Rp.12.000
4 Jumlah Produksi x Harga Produksi 1000kg x Rp. 12.000
Penerimaan Rp12.000.000

Jumlah produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 1000kg sekali panen , sebesar

itu juga hasil yang dijual ke pasar,. Harga kentang merah dipasar adalah Rp.

12.000/ kg, maka total penerimaan yang diterima petani adalah Rp.12.000.000.

3.2.2 Pendapatan

Berikut merupakan table rincian pendapatan yang diperoleh dari usahatani

kentang merah.

Tabel 14. Pendapatan

No Uraian Nilai (Rp)


1 Penerimaan 12.000.000
2 Biaya-Biaya
a. Biaya Tetap 906.666
b. Biaya Variabel 8.716.000
Total biaya 9.622.666
Pendapatan 2.377.334

Penerimaan Rp. 12.000.000 dikurangi biaya tetap sebesar Rp. 906.666 dan

dikurangi lagi dengan variable sebesar Rp. 8.716.000 , maka total pendapatan

yang diterima adalah sebesar Rp.2.377.334. Rumus mencari pendapatan adalah

total penerimaan dikurangi total biaya.


53

3.2.3. Analisis Kelayakan

1) R/C Ratio

Cara menghitung R/C adalah sebagai berikut

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
R/C =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

Rp12.000.000
=
Rp9.622.666

= 1,24

R/C Ratio sebesar 1,24 menunujukkan bahwa nilai R/C > 1, maka usahatani

tersebut LAYAK untuk dijalankan karena usahatani ini bedasarkan perhitungan

R/C masih menghasilkan keuntungan maka dapat dibilang layak.

2) B/C Ratio

Cara menganalisis B/C ratio adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
B/C=
𝑇𝐶

Rp2.377.334
=
Rp9.622.666

=0,247

B/C Ratio sebesar 0,247 menunjukkan bahwa nilai B/C < 1 . Maka usahatani

Kentang Merah ini TIDAK LAYAK untuk diusahakan karena bedasarkan

perhitungan B/C usahatani kentang merah ini malah merugi, dan yang

menyebbabkan rugi didalam analisis ini karena adanya biaya penyusutan alat alat

yang baru saja dibeli seperti sprayer yang harganya cukup mahal dan harusnya

jika ini tidak dihitung maka usahatani kentang merah masih berada didalam

kategori layak.
54

3) BEP Harga

Adapun cara menghitung BEP harga produksi adalah sebagai berikut.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
Harga =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

𝑅𝑝.9.622.666
=
1.000 𝐾𝑔

= Rp 9.622,666/ Kg

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat harga lebih besar nilai BEP harga. Atau

Rp. 12.000/ 𝐾𝑔. > Rp9.622,666/kg. Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani

yang dilakukan LAYAK untuk diusahakan karena bedasarkan analisis BEP harga

usahatani kentang merah masih menguntungkan.

4) BEP Volume Produksi

Cara mengitung BEP volume produksi adalah sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎

𝑅𝑝. 9.622.666
=
𝑅𝑝12.000/𝑘𝑔

= 801,888 kg

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa produksi lebih besar dari nilai

BEP Volume produksi, yaitu 801,888 kg < 1.000 kg. Maka dapat disimpulkan

bahwa usahatani yang dilakukan LAYAK untuk diusahakan karena bedasarkan

analisis ini usahatani kentang merah milik pak Nelah masih menguntungkan.

5) BEP Penerimaan

Cara menghitung BEP penerimaan adalah sebagai berikut.

𝐹𝐶
Penerimaan =
1−𝑉𝐶/𝑇𝑅
55

𝑅𝑝906.666
=
1−(𝑅𝑝8.716.000/𝑅𝑝.12.000.000)

𝑅𝑝906.666
=
0,273

= 𝑅𝑝3.321.120,88

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa penerimanaan lebih besar dai

nilai BEP Penerimaan, yaitu Rp 12.000.000 > 𝑅𝑝3.321.120,88 . Maka dapat

disimpulkan bahwa usahatani yang dilakukan LAYAK untuk diusahakan karena

bedasarkan analisis ini usahatani kentang merah milik pak Nelah masih

meguntungkan.

Tabel 15. Analisis Kelayakan Usahatani Komoditi Kentang Merah

No Uraian Nilai Status


1 BEP Harga Rp.9.622,66/kg LAYAK
2 BEP Produksi 801,888kg LAYAK
3 BEP Penerimaan Rp.3.321.120,88 LAYAK
4 R/C Ratio 1,24 LAYAK
5 B/C Ratio 0,247 TIDAK LAYAK

3.2.4. Keterangan Tambahan

a. Kondisi Di Sekitar Area Penelitian

Kondisi di sekitar lahan cukup strategis karena dekat dengan pasar. Namun

infrastruktur jalan sudah bagus sehingga pengangkutan dapat dilakukan dengan

mobil pick up.


56

b. Harga Kentang Merah

Harga Kentang Merah yang berlaku sekarang adalah Rp12.000/kg di pasar. Harga

tertinggi mencapai Rp12.000/kg dan harga terendah Rp9.000/kg. Harga kentang

merah sering berubah-ubah tergantung jumlah stok yang ada di pasar.

c. Kondisi Kentang Merah

Kondisi tanaman kentang merah pak nelah saat ini sangat bagus. Ciri-cirinya yaitu

umbinya besar dan tidak ada tunas sedangkan yang jelak memiliki cirri berukuran

kecil dan busuk.

d. Produksi Kentang Merah

Rata-rata produksi Kentang Merah saat ini adalah 1.000 kg. Produksi Kentang

Merah menurun karena cuaca yang tidak menentu dipengaruhi oleh curah hujan.

Semakin banyak hujan maka semakin rendah produksi dan rendah kualitasnya.

Cara mnegatasi produksi yang rendah yaitu dengan membuat pergiliran tanaman.

e. Kondisi Alam

Kondisi alam yang dikehendaki tanaman Kentang Merah adalah curah hujan yang

tidak telalu tinggi.Dimana mengakibatkan hasil produksi dari tanaman meningkat

sebaliknya jika kondisi cuaca hujan terlalu tinggi maka hasil produksi akan

menurun dan kulaitasnya rendah.

f. Fasilitas Yang Tersedia

Fasilitas yang mendukung usahatani Kentang Merah adalah jalan. Jalan sudah ada

namun pengaspalan belum merata..

g. Jenis Lahan

Jenis lahan Pak Nelah adalah lahan kering. Lahan yang baik mengandung tanah
57

yang subur, rata, dan gembur. Semakin subur lahan, maka semakin tinggi

produksi. Kesuburan tanah dipertahankan melalui pemupukan.

h. Usahatani Lainnya

Selain Kentang Merah, Pak Nelah juga menanam Tomat, Cabai, Kopi, Sawi, dan

Jagung. Dilakukan sejak beberapa bulan yang lalu sehingga hampir menghasilkan.

Alasan menanam komoditi lain adalah untuk menambah pengahasilan.

i. Pola Tanam

Pola tanam yang diterapkan oleh para petani adalah jenis pola tanam monokultur,

yang dimana jenis pola tanam ini dirasa paling cocok di terapkan untuk saat ini.

Karena kentang merah tidak dapat dibudidayakan secara polykultur sehingga

harus dibuat pergiliran tanaman pada komoditi kentang merah.

j. Kendala Usahatani

Adapun kendala yang sering menjadi masalah yang dihadapi petani Kentang

Merah adalah masalah hama dan penyakit busuk umbi yang tidak dapat dikenali

gejalanya. Masalah yang lain adalah ketersediaan bibit yang terbatas.

k. Dan Lain-lain

Pemerintah belum ada memberikan bantuan kepada petani Kentang Merah di desa

Ajijulu, dan diharapkan setelah membuat laporan ini member bantuannya segera.
58

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1) Biaya investasi terdiri dari penyusutan dengan nilai Rp. 856.666 dan biaya
PBB dengan nilai Rp. 50.000 . Biaya variable terdiri dari biaya input senilai

Rp.5.756.000 dan biaya tenaga kerja senilai Rp. 2.960.000.Biaya terbesar

adalah biaya variable yaitu biaya input sebesar Rp. 5.756.000 dan biaya

terendah adalah biaya tetap yaitu biaya PBB sebesar Rp.50.000/ tahun. Total

keseluruhan biaya tetap adalah Rp. 906.666 dan biaya variable adalah Rp.

8.716.000. Total biaya keseluruhan adalah Rp. 9.626.666 dengan rataan

sebesar Rp.2.405.666,5.

2) Penerimaan Rp. 12.000.000 dikurangi biaya tetap sebesar Rp. 906.666 dan

dikurangi lagi dengan variable sebesar Rp. 8.716.000 , maka total pendapatan

yang diterima adalah sebesar Rp.2.377.334. Rumus mencari pendapatan

adalah total penerimaan dikurangi total biaya.

3) R/C ratio bernilai 1,24 menunujukkan bahwa nilai R/C > 1, maka usaha

tersebut LAYAK untuk dijalankan. B/C Ratio sebesar 0,247 menunjukkan

bahwa nilai B/C < 1, maka usahatani ini TIDAK LAYAK untuk diusahakan.

BEP harga bernilai Rp9.622,666/kg , menunjukkan harga (Rp12.000) lebih

besar dari BEP harga sehingga usaha tersebut LAYAK untuk dilanjutkan.

Produksi lebih besar dari nilai BEP Volume produksi, yaitu 801,888 kg <

1.000 kg, Maka dapat disimpulkan bahwa usahatani yang dilakukan LAYAK

untuk diusahakan. Penerimanaan lebih besar dari nilai BEP Penerimaan, yaitu
59

12.000.000 > 𝑅𝑝3.321.120,88 maka dapat disimpulkan bahwa usahatani

yang dilakukan LAYAK untuk diusahakan karena masih menguntungkan.

4.2. Saran

- Saran untuk Petani

Sebaiknya petani menggunakan kombinasi input yang optimum agar dengan biaya

rendah produksinya tinggi. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh pun

semakin tinggi

Saran Untuk Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah responsif terhadap masalah-masalah yang

dihadapi petani. Misalnya dengan pembangunan infrastruktur jalan dan kebijakan

harga, serta subsidi berbagai input seperti menyediakan jumlah bibit dalam jumlah

yang lebih banyak.

Saran Untuk Penulis Selanjutnya

Agar penulis menggali lebih banyak informasi dari petani untuk mengetahui

mengetahui apakah usahatani tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Dan

harus dapat menganalisis upaya yang perlu dilakukan selanjutnya.

Saran Untuk Pembaca

Diharapkan pembaca dapat mengambil informasi tentang usahatani kentang

merah dan sebagai referensi tentang kelayakan suatu usahatani.


60

LAMPIRAN

Lampiran 1: Foto kantor kepala desa


61

Lampiran 2 : Foto bersama kepala desa beserta perangkat desa

Lampiran 3 : Foto kepala desa sedang stempel surat balasan


62

Lampiran 4 : Foto di depan kantor kepala desa


63

Lampiran 5. Foto di depan plank desa

Lampiran 6. Foto lahan petani


64

Lampiran 7 : Foto bersama petani dilahan petani

Anda mungkin juga menyukai