Anda di halaman 1dari 152

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari seluruh

keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini

menjadi penyelamat perekonomian nasional saat pandemic covid 19 dimana

pertumbuhannya justru mengalami peningkatan, sementara sektor lainnya

mengalami pertumbuhan yang negatif. Beberapa hal yang mendasari pentingnya

pembangunan pertanian di Indonesia yaitu, 1). Potensi sumberdaya yang beragam,

2). Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, 3). Banyaknya penduduk

yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan, 4). Menjadi basis

pertumbuhan di pedesaan (Anonim, 2007).

Pertanian di Indonesia hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang

maksimal dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada

pendapatan nasional. Penurunan kemampuan lahan yang drastis dan persaingan

global menyebabkan petani terpuruk ditambah dengan beban ekonomi yang

semakin besar. Mengingat kondisi tersebut perlu direnungkan kembali alternatif

strategi pembangunan pertanian baru yang mampu menjawab berbagai tantangan

tersebut. Sektor pertanian berperan dalam pemerataan pembangunan melalui

upaya pengentasan kemiskinan dan perbaikan pendapatan masyarakat. Selain itu

sektor pertanian juga telah menjadi salah satu pembentuk budaya bangsa dan

penyeimbang ekosistem. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan

signifikan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian di

Indonesia yang banyak dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Secara garis

1
besar komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),

tanaman buah-buahan (fruits), tanaman berkhasiat obat (medicinal plants). Sektor

pertanian menyerap 35.9% dari total Angkatan kerja di Indonesia dan

menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012).

Komoditas hortikultura kategori buah-buahan, yang cukup mendapat

perhatian dari para petani di Kecamatan Kuala Cenaku adalah Nanas. Hal ini

disebabkan komoditas ini mampu memberikan keuntungan yang menjanjikan.

Potensi Nanas di Kecamatan Kuala Cenaku cukup baik tetapi masih belum

diupayakan secara optimal karena tingkat persaingan yang tinggi dengan

produk hortikultura lain, seperti cabe merah dan sayuran lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam situs resminya menyarankan

masyarakat dunia banyak mengonsumsi buah untuk menjaga kebugaran tubuh

selama pandemi Covid-19. Buah yang disarankan salah satunya nanas karena

mengandung banyak serat dan vitamin.

Nanas (Ananas comosus (L.)Merr) selain dikonsumsi dalam bentuk segar,

buah Nanas juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti jus, selai,

sirup dan keripik. Jenis kandungan gizi buah nanas dalam setiap 100 gram. Buah

nanas memiliki berbagai kandungan gizi yaitu vitamin (A, B1,B2 dan C), kalsium,

fosfor dan serat. Buah nanas mengandung air sebanyak 85%,protein 0,4%, gula

14%, lemak 0,1%, serat 0,5%. Selain mengandung berbagai vitamin dan mineral

penting bagi tubuh, Nanas juga mengandung Bromelain. Bromelain tersebut

berkhasiat sebagai anti radang, membantu melunakkan makanan di lambung, serta

menghambat pertumbuhan sel kanker. Kandungan serat pada buah nanas dapat

2
mempermudah buang air besar pada penderita sembelit. Nanas juga kaya akan

antioksidan (fenolik dan flavonoid) yaitu zat yang berfungsi menangkal radikal

bebas. Radikal bebas inilah yang menjadi pemicu munculnya beragam penyakit

berbahaya sekaligus melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hasil riset menyatakan

bahwa orang yang rajin mengonsumsi buah nanas memiliki resiko terinfeksi virus

dan bakteri lebih rendah ketimbang yang tidak rajin mengonsumsi. Selain itu, di

dalam darah orang yang rajin mengonsumsi buah nanas, jumlah granulosit (sel

darah putih yang bertugas melawan penyakit) nya lebih banyak bila dibandingkan

dengan yang tidak rajin mengonsumsi buah nanas. Kandungan vitamin (C),

mineral, antioksidan dan selulose (serat) sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain

itu, kandungan mineral mangan (Mn,manganese) yang terdapat di dalamnya

diketahui dapat membantu memecah protein dan asam amino. Kulit buah Nanas

dapat diolah menjadi sirup atau diekstraksi cairannya untuk pakan ternak,

sedangkan serat pada daun dapat diolah menjadi kertas dan tekstil (Hadiati dan

Indriyani, 2008).

Subsektor hortikultura merupakan salah satu faktor dalam perkembangan

perekonomian di Provinsi Riau. Nanas merupakan salah satu komoditas unggulan

di Provinsi Riau. Data produksi nanas madu di Provinsi Riau secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 1.

3
Tabel 1. Produksi Nanas Madu di Riau
No Tahun Produksi Nanas Madu Produksi Nanas Madu
(KW) (Ton/ha)
1 2017 473.287 47328.7
2 2018 950.183 95018.3
3 2019 1.325.826 1325826.6
4 2020 2.142.774 214277.4
5 2021 3.373.370 337337
Sumber: BPS Provinsi Riau, 2021

Dari Tabel 1 terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah

produksi Nanas madu tiap tahun nya di Provinsi Riau, pada tahun 2017

produksi Nanas madu sebesar 47328,7 ton, pada tahun 2018 produksi

Nanas madu meningkat sebesar 95018,3 ton, pada tahun 2019 produksi

Nanas madu meningkat sebesar 1.325.826 ton, pada tahun 2020 produksi

Nanas madu meningkat sebesar 214277,4 ton, dan pada tahun 2021

produksi Nanas madu Kembali meningkat sebesar 337337 ton.

Dari tahun 2017 hingga 2021 produksi nanas madu di Riau

mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya sebesar 4.000 (ton/tahun).

Peningkatan ini disebabkan meningkatnya tingkat konsumsi nanas madu

sebesar 18,2 (per kapita/tahun) yang belum terpenuhi. Produksi nanas

tersebut berasal dari beberapa daerah sentra produksi yaitu Kampar, Siak, Dumai,

Indragiri Hulu dan Bengkalis.

Indragiri Hulu merupakan Kabupaten yang berada di Provinsi Riau yang

kaya akan hasil pertanian. Hasil pertanian Kabupaten Indragiri Hulu salah satunya

adalah nanas. Nanas selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah Nanas juga

dapat diolah menjadi berbagai produk seperti jus, selai, sirup dan keripik.

4
Untuk mengetahui luas lahan, produksi dan produktivitas nanas di Kabupaten

Indragiri Hulu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Nanas Madu di Indragiri Hulu


No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
1 2017 196.8 5363.5 27.253
2 2018 167.6 6177.3 36.867
3 2019 136.9 6843.8 49.99
4 2020 137.1 6882.8 50.202
5 2021 138.2 26286.8 190.208
Sumber: BPS Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. Indragiri Hulu , 2021

Dari Tabel 2 terlihat jelas bahwa terjadi fluktuatif terhadap luas

lahan, namum produksi dan produktivitas Nanas madu di Kabupaten

Indragiri Hulu terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 luas lahan

Nanas madu di Kabupaten Indragiri Hulu berjumlah 196,8 Ha, pada tahun

2018 luas lahan Nanas madu di Kabupaten Indragiri Hulu mengalami

penurunan berjumlah 167,6 Ha, pada tahun 2019 luas lahan Nanas madu

di Kabupaten Indragiri Hulu kembali mengalami penurunan berjumlah

136,9 Ha, pada tahun 2020 luas lahan Nanas madu di Kabupaten

Indragiri Hulu mengalami peningkatan berjumlah 137,1 Ha dan pada

tahun 2021 luas lahan Nanas madu di Kabupaten Indragiri Hulu Kembali

mengalami peningkatan berjumlah 138,2 Ha. Produksi Nanas madu

Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2017 berjumlah 5363,3 ton, pada tahun 2018

produksi Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat 6177,3 ton, pada

tahun 2019 produksi Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat 6843,8

ton, pada tahun 2020 produksi Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat

6882,8 ton dan pada tahun 2021 produksi Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu

5
kembali meningkat 26286,8 ton. Produktivitas Nanas madu Kabupaten Indragiri

Hulu tahun 2017 berjumlah 27,253 ton/ha, pada tahun 2018 produktivitas Nanas

madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat 36,867 ton/ha, pada tahun 2019

produktivitas Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat 49,99 ton/ha,

pada tahun 2020 produktivitas Nanas madu Kabupaten Indragiri Hulu meningkat

50,202 ton/ha dan pada tahun 2021 produktivitas Nanas madu Kabupaten

Indragiri Hulu kembali meningkat 190,208 ton/ha.

Dari tahun 2017 hingga 2021 produksi nanas madu di Kabupaten

Indragiri Hulu mengalami peningkatan Produksi. Ini disebabkan adanya

peningkatan permintaan dan pemakaian bibit unggul. Namun luas lahan

yang tersedia fluktuatif, tidak terolah semua, akibat keterbatasan modal.

Daerah penghasil komoditi nanas terbesar di kabupaten Indragiri Hulu

adalah Kecamatan Kuala Cenaku, yang penduduknya sudah lama melakukan

usahatani, luas lahan nanas menurut Desa di Kecamatan Kuala Cenaku tahun

2021, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Potensi Budidaya Nanas Madu di Kecamatan Kuala Cenaku Tahun 2021
No Desa Luas (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
1. Kuala Cenaku 0 0 0
2. Tambak 0 0 0
3. Pulau Gelang 0 0 0
4. Kuala Mulia 0 0 0
5. Tanjung Sari 0 0 0
6. Rawa Sekip 0 0 0
7. Rawa Asri 0 0 0
8. Pulau Jumat 7 840 120
9. Sukajadi 150 18000 120
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kec.Kuala Cenaku (BPP), 2021

6
Berdasarkan pada Tabel 3 di atas maka lokasi penelitian direncanakan

akan dilaksanakan di Desa Sukajadi dan Pulau Jumat dengan total luas tanaman

nanas madu 157 Hektar. Dasar pengambilan penelitian ini karena pada dua desa

ini terdapat lahan usahatani nanas madu seluas 7 Hektar di Desa Pulau Jumat dan

150 Hektar di Desa Sukajadi. Sementara desa lainnya di Kecamatan Kuala

Cenaku tidak ada.

Daerah penghasil komoditi nanas madu terbesar dan satu satunya

dikabupaten Indragiri Hulu adalah Kecamatan Kuala Cenaku yang

penduduknya sudah lama melakukan Usaha Tani. Berikut data produksi

nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku tahun 2017-2021 dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi dan Konsumsi Nanas Madu di Kecamatan Kuala


Cenaku
N0 Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
1 2017 140 1.400 10
2 2018 140 98 0.7
3 2019 140 98 0.7
4 2020 150 120 120
5 2021 150 120 120
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Kuala Cenaku 2021

Dari Tabel 4 terlihat jelas bahwa luas lahan mengalami peningkatan

tiap tahun nya, namum produksi dan produktivitas Nanas madu di

Kecamatan Kuala Cenaku mengalami fluktuatif. Pada tahun 2017 luas

lahan Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku berjumlah 140 Ha, pada

tahun 2018 luas lahan Nanas madu di di Kecamatan Kuala Cenaku

berjumlah 140 Ha, pada tahun 2019 luas lahan Nanas madu di Kecamatan

Kuala Cenaku berjumlah 140 Ha, pada tahun 2020 luas lahan Nanas

7
madu di Kecamatan Kuala Cenaku mengalami peningkatan berjumlah 150

Ha dan pada tahun 2021 luas lahan Nanas madu di Kecamatan Kuala

Cenaku berjumlah 150 Ha. Produksi Nanas madu di Kecamatan Kuala

Cenaku tahun 2017 berjumlah 1400 ton, pada tahun 2018 produksi Nanas madu

di Kecamatan Kuala Cenaku mengalami penurunan berjumlah 98 ton, pada

tahun 2019 produksi Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku 98 ton, pada

tahun 2020 produksi Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku meningkat

berjumlah 120 ton dan pada tahun 2021 produksi Nanas madu di Kecamatan

Kuala Cenaku 120 ton. Produktivitas Nanas madu di Kecamatan Kuala

Cenaku tahun 2017 berjumlah 10 ton/ha, pada tahun 2018 produktivitas Nanas

madu di Kecamatan Kuala Cenaku menurun 0,7 ton/ha, pada tahun 2019

produktivitas Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku 0,7 ton/ha, pada tahun

2020 produktivitas Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku meningkat 120

ton/ha dan pada tahun 2021 produktivitas nanas madu di Kecamatan Kuala

Cenaku 120 ton/ha.

Permintaan Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku cenderung naik pada

saat momen-momen tertentu seperti hari raya dan tahun baru. Namun saat panen

Nanas madu melimpah harga cenderung turun, dan petani kurang berminat untuk

menanamnya. Belum ada pola yang efektif dan efisien agar produk nanas madu

ini selalu ada secara kontiniu. Untuk itu usahatani nanas perlu di identifikasi dan

dianalisis secara cermat agar dapat diketahui faktor yang mempengaruhi produksi

dan pendapatan yang diterima oleh petani nanas madu.

8
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya,

konsep mengenai strategis terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh

adanya perbedaan konsep mengenai strategis selama 30 tahun terakhir. Menurut

Andrews (1980), Chaffe (1985) Strategi adalah kekuatan motivasi untuk

stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen,

komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak

langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan

yang dilakukan oleh perusahaan (usahatani).

Kegiatan yang di implementasikan dalam rangka pengembangan komoditas

hortikultura mencakup : pengembangan kawasan, peningkatan produksi dan mutu

melalui penerapan sertifikasi kebun, pembinaan kelembagaan petani penerima

bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PUMPK), pengembangan lembaga

Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3), pengembangan kemitraan usaha,

penataan manajemen rantai pasokan, pengembangan perbenihan melalui

penguatan penangkar benih, penyelengaraan Sekolah Lapang Pengendalian Hama

Terpadu (SLPHT), dan kampanye dan promosi untuk meningkatkan apresiasi

hortikultura.

Dengan mengetahui pola konsumsi nanas madu masyarakat akan dapat

disusun kebijakan terkait dengan penyediaan nanas madu, baik yang berasal dari

produksi dalam negeri maupun impor, karena dalam pemenuhan kebutuhan kalori,

nanas madu merupakan komoditas unggulan hortikultura di Indonesia. Nanas

madu di Kecamatan Kuala Cenaku umumnya dikembangkan di daerah gambut

dan menjadi andalan petani di daerah tersebut. Nanas madu sebagai komoditas

9
hortikultura masih sering dianggap sebagai usaha sampingan sehingga

pengembangannya belum dilakukan secara intensif.

Dalam pengembangan usahatani nanas madu di Kecamatan Kuala

Cenaku memiliki permasalahan, seperti tingkat produksi yang masih rendah

namun kebutuhan nanas yang terus meningkat. Padahal Kecamatan Kuala Cenaku

memiliki potensi Sumberdaya seperti:

1. Potensi sumberdaya alam seperti lahan, iklim curah hujan dan topografi.

2. Daerah penelitian merupakan sentra produksi nanas madu.

3. Ketersedian tenaga kerja.

4. Prospek pasar yang tersedia.

Diketahui bahwa di Kecamatan Kuala Cenaku yang menjadi kendala dalam

upaya pengembangan nanas adalah masih rendahnya tingkat penggunaan varietas

unggul karena sebagian besar petani masih menggunakan varietas lokal atau

varietas unggul lama yang petani sukai secara turun temurun meskipun

produktivitasnya rendah dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Kendala lainnya yaitu rendahnya penerapan teknologi karena masih

dilakukan secara sederhana khususnya dalam hal pemupukan dan fluktuasi harga,

petani menjual pada tengkulak dalam bentuk segar karena sifat komoditas nanas

madu yang mudah rusak maka besarnya permintaan dan penawaran sangat

menentukan fluktuasi harga komoditas tersebut. Kelemahan permodalan dan

kepemilikan lahan juga merupakan kendala dalam pengembangan nanas madu.

Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Strategi Pengembangan Usaha Tani Nanas Madu (Ananas

10
comosus (L) merr) di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

Provinsi Riau ”.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang penulis teliti adalah:

1. Bagaimana Karakteristik Petani dan Profil Usaha Tani Nanas madu di

Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu ?

2. Bagaimana penyedia sarana produksi nanas madu meliputi: penyediaan

bibit, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian di Kecamatan Kuala Cenaku

Kabupaten Indragiri Hulu?

3. Bagaimana analisis usaha tani nanas madu yang meliputi: teknologi

budidaya, penggunaan sarana produksi, analisis biaya, produksi,

pendapatan, efisiensi dan BEP (Break Event Point) di Kecamatan Kuala

Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu?

4. Bagaimana Strategi Pengembangan Usaha Tani Nanas madu meliputi :

lingkungan internal (SDA, SDM, Tanah, Modal dan Manajemen) dan

lingkungan eksternal (Kebijakan pemerintah, peluang pasar dan pesaing) di

Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Karakteristik Petani Nanas madu, dan Profil Usaha Tani Nanas madu di

Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu ?

2. Analisis usahatani nanas madu yang meliputi : teknologi budidaya,

penggunaan sarana produksi, analisis biaya, produksi, pendapatan, efisiensi

11
dan BEP (Break Event Point) di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten

Indragiri Hulu

3. Penyedia sarana produksi nanas madu meliputi: penyediaan bibit, pupuk,

pestisida dan alat mesin pertanian di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten

Indragiri Hulu

4. Strategi Pengembangan Usaha Tani Nanas madu meliputi: lingkungan

internal (SDA, SDM, Tanah, Modal dan Manajemen) dan lingkungan

eksternal (Kebijakan pemerintah, peluang pasar dan pesaing) di Kecamatan

Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

Adapun manfaat dari penelitian ini bagi beberapa pihak adalah sebagai

berikut:

1. Bahan masukan bagi pelaku usaha nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku

dalam melakukan pengembangan usahanya.

2. Menjadi pengetahuan bagi masyarakat di Kecamatan Kuala Cenaku dalam

mempertimbangkan upaya peningkatan pendapatan masyarakat petani

nanas.

3. Bahan informasi bagi pihak lain yang berminat untuk usaha nanas madu.

4. Bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan untuk mengadakan studi lanjutan mengenai strategi

pengembangan usaha nanas di masa yang akan datang.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

12
Ruang lingkup dari penelitian mengenai “Strategi Pengembangan Usahatani

Nanas madu di Kecamatan Kuala Cenaku dibatasi 4 ruang lingkup penelitian saja

dikarenakan perlu penelitian lebih lanjut. Ruang lingkup penelitian yaitu:

(1) Karakteristik Petani terdiri dari: umur, tingkat Pendidikan, dan

pengalaman berusahatani. (2) Penyedia sarana produksi nanas madu meliputi:

penyediaan bibit, pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian. (3) Analisis usahatani

nanas madu yang meliputi: teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi,

analisis biaya, produksi, pendapatan, efisiensi dan BEP (Break Event Point). (4)

Strategi Pengembangan Usaha Tani Nanas madu meliputi: lingkungan internal

(SDA, SDM, Tanah, Modal dan Manajemen) dan lingkungan eksternal

( Kebijakan pemerintah, peluang pasar dan pesaing)

Petani nanas di kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi

Riau dalam usahataninya menggunakan nanas varietas Queen. Varietas queen

digunakan petani karena produksi panen nya lebih tinggi dan tahan akan penyakit.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Usaha Tani dalam Perspektif Islam

Islam datang sebagai agama terakhir yang bertujuan untuk mengantarkan

pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang hakiki, oleh karena itu Islam

sangat memperhatikan kebahagiaan manusia baik itu kebahagiaan dunia maupun

akhirat, dengan kata lain Islam (dengan segala aturannya) sangat mengharapkan

umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan materi dan spiritual (Chapra,

2001).

Sistem Agribisnis dari perspektif islam adalah suatu konsep yang dapat

dijadikan ilkhtiar membangun sebuah nilai-nilai kebenaran dalam berbisnis

berdasarkan kesadaran akan makna penciptaan alam raya sebagai anugerah yang

harus di kelola dengan baik, yaitu secara ekonomi maupun spiritual dalam satu

kesatuan yang sinergis (Ryan, 2010).

Konsep ini bertujuan untuk ikut memajukan peradapan Islam di Indonesia

melalui kinerja di bidang Agribisnis, disamping itu juga digunakan untuk

menjembatani pemahaman umat manusia mengenai fenomena-fenomena yang

terkait dengan agribisnis menuju sebuah penghayatan yang penuh dengan

14
keikhlasan dan ketakwaan terhadap kemahabesaran dan keagungan Allah

Subhanahu wa Ta'ala (Ryan, 2010).

Chapra menggambarkan secara jelas bagaimana eratnya hubungan antara

Syariat Islam dengan kemaslahatan. Ekonomi Islam yang merupakan salah satu

bagian dari Syariat Islam, tentu mempunyai tujuan yang tidak lepas dari tujuan

utama Syariat Islam. Tujuan utama ekonomi Islam adalah merealisasikan tujuan

manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah), serta kehidupan

yang baik dan terhormat (al-hayah al-thayyibah). Ini merupakan definisi

kesejahteraan dalam pandangan Islam, yang tentu saja berbeda secara mendasar

dengan pengertian kesejahteraan dalam ekonomi konvensional yang sekuler dan

materialistic (Chapra, 2001).

Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai keadilan

distributif, karena mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, dengan

terciptanya lapangan, kerja baru maka pendapatan riil masyarakat akan

meningkat, dan ini merupakan salah satu indikator kesejahteraan dalam ekonomi

Islam, tingkat pengangguran yang tinggi merupakan masalah yang memerlukan

perhatian serius seperti halnya dalam ekonomi kapitalis, hanya saja dalam

pemikiran liberal, tingkat pengangguran yang tinggi bukan merupakan indikator

kegagalan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada pasar bebas, hal itu

dianggap sebagai proses transisional, sehingga problem itu dipandang akan hilang

begitu pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan (Naqvi, 2003)

Menurut Imam Al-Ghazali kegiatan ekonomi sudah menjadi bagian dari

kewajiban sosial masyarakat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, jika hal itu

15
tidak dipenuhi, maka kehidupan dunia akan rusak dan kehidupan umat manusia

akan binasa. Selain itu, Al-Ghazali juga merumuskan tiga alasan mengapa

seseorang harus melakukan aktivitas ekonomi yaitu: Pertama, Untuk memenuhi

kebutuhan hidup masing-masing. Kedua, Untuk menciptakan kesejahteraan bagi

dirinya dan keluarganya dan Ketiga, Untuk membantu orang lain yang sedang

membutuhkan (Al-Ghazali, 2006).

Tiga kriteria diatas menunjukkan bahwa kesejahteraan seseorang akan

terpenuhi jika kebutuhan mereka tercukupi, kesejahteraan sendiri mempunyai

beberapa aspek yang menjadi indikatornya, di mana salah satunya adalah

terpenuhinya kebutuhan seseorang yang bersifat materi, kesejahteraan yang oleh

Al-Ghazali dikenal dengan istilah (al-mashlahah) yang diharapkan oleh manusia

tidak bisa dipisahkan dengan unsur harta, karena harta merupakan salah satu unsur

utama dalam memenuhi kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan dan papan

(Karim, 2008).

Al-Qur`an surat An-Nisa ayat 9 menjelaskan bahwa:

‫ض ٰعفًا خَ افُوْ ا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوْ ا‬ ْ ‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ ت ََر ُكوْ ا ِم ْن‬
ِ ً‫خَلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬

‫قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬

Artinya:

dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar (Q.S An-Nisa Ayat 9)

16
Berdasarkan ayat diatas, dapat diketahui bahwa sebagai tanggung jawab

sosial maka diperlukan proses pembinaan kepada yang lemah agar sejahtera

dengan terpenuhinya kebutuhan hidup yang paling dasar.

Yusuf Qardhawi memberikan patokan tentang norma-norma atau nilai nilai

syariah yang harus ditaati dalam perdagangan oleh para pedagang muslim dalam

melaksanakan kegiatan perdagangan, yaitu :

a. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang diharamkan.

b. Bersikap benar, amanah, dan jujur.

c. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.

d. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli.

e. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.

f. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju akhirat

(Qardhawi, 2008).

Dengan mengacu praktek kehidupan pasar pada masa Rasulullah dan para

sahabatnya, Ibnu Taymiyyah menyatakan bahwa ciri khas kehidupan pasar yang

islami adalah:

a. Orang harus bebas keluar masuk pasar.

b. Adanya informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan pasar dan barang

dagangan

c. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar. Kolusi antar penjual

dan pembeli harus dihilangkan.

d. Adanya kenaikanan penurunan harga yang disebabkan oleh naik turunya

tingkat permintaan dan penawaran.

17
e. Adanya homogenitas dan standarisasi produk agar terhindar dari pemalsuan

produk, penipuan, dan kecurangan kualitas barang (Akhmad, 2005).

Islam mewajibkan kebebasan untuk berikatan dalam transaksi keuangan dan

usaha disertai sejumlah larangan, etika dan norma. Selain beberapa larangan

utama, hukum Islam menetapkan sejumlah batasan dan norma lainnya untuk

mencegah terjadinya ketidakadilan dan kesenjangan keuntungan. Selain larangan

utama, termasuk riba, gharar dan perjudian, syari’ah Islam telah mengemukakan

secara jelas sekumpulan prinsip yang menyajikan kerangka dasar untuk

menjalankan aktifitas ekonomi umumnya, seperti transaksi dagang, serta

keuangan khususnya (Riva’1, 2012).

Islam berorientasi pada tujuan. Prinsip-prinsip yang mengarahkan

pengorganisasian kegiatan-kegiaatan ekonomi pada tingkat individu dan kolektif

bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan menyeluruh yang menyeluruh dalam tata

sosial Islam (Eko, 2005).

Secara umum tujuan-tujuan itu dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama dan luas bagi

semua orang untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.

b. Memberantas kemiskinan absolut dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

bagi semua individu masyarakat.

c. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan serta meningkatkan

kesejahteraan ekonomi (Eko, 2005).

Tujuan akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari Syari’at Islam

itu sendiri, yaitu mecapai kebahagiaan di dunia dan akhirat melalui suatu tatanan

18
kehidupan yang baik dan terhormat. Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi

manusia merupakan dasar sekaligus tujuan utama dari syari’at Islam, karenanya

juga merupakan tujuan ekonomi Islam (P3E, 2012). Kegiatan ekonomi itu salah

satu bentuknya adalah kegiatan pemasaran. Ada empat karakteristik perdagangan

secara syari’ah yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar sebagai berikut

(Juhaya, 2010).

1. Teistis (rabbaniyah)

Teistis berarti pedagang harus membentengi dengan nilai-nilai spiritual

karena marketing memang “akrab” dengan penipuan, sumpah palsu, riswah

(suap), korupsi, kolusi, dan wanita. Salah satu ciri khas syariah marketing yang

tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat

yang religius (diniyyah). Kondisi ini tercipta tidak karena keterpaksaan, tetapi

berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religious, yang dipandang penting

menwarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok kedalam perbuatan yang

dapat merugikan orang lain.

Dari hati yang paling dalam, seorang syariah marketer menyakini bahwa

Allah SWT. Selalu dekat dan mengawasi ketika dia sedang melaksanakan segala

macam bentuk usaha. Yakin bahwa Allah SWT akan meminta

pertanggungjawaban darinya atas pelaksanaan syariat itu pada hari ketika semua

orang dikumpulkan untuk diperlihatkan amal-amalnya (di hari kiamat).

2. Etis (ahlaqi’yyah)

Etis (beretika), artinya marketer syariah harus mengedepankan ahklak,

etika, dan moral. Ia mampu menjemput nilai-nilai moral, agar mewarnai budaya

19
marketing yang lebih bermoral, beretika, manusiawi,menjunjung tinggi harkat dan

martabat wanita, tidak menjadikan wanita sebagai objek pemuas nafsu atau

aksesoris untuk melariskan produk dan usaha .

3. Realistis (al-waqi’iyyah)

Realistis (fleksibel), maksudnya adalah marketer itu harus profesional,

santun, dan rapi dalam penampilan serta tidak kaku dalam pergaulan. Syariah

marketing bukanlah konsep yang ekslusif, fanatis, anti-modernitas, dan kaku.

Syariah marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimanan

keluasan dan keluwesan syariah islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer

adalah para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan

bersahaja, apa pun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya. Mereka

berkerja dengan profesional dan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan,

aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktifitas pemasarannya.

4. Humanistis (insaniyyah)

Humanistis (manusiawi), artinya seorang marketer harus menjaga

keseimbangan, memiliki harkat dan derajat terhormat, memelihara sifat

kemanusiaanya, menghilangkan nafsu kehewanan, tidak serakah, melainkan

peduli pada keadaan sosial.

2.2. Karakteristik Petani Nanas

Karakteristik atau identitas petani adalah semua hal yang berkaitan dengan

petani atau pelaku usaha tani nanas. Menurut Soekartawi (2002), aspek yang

mempengaruhi karakteristik internal petani sampel dalam mengelola usahatani.

Karakteristik internal tersebut diantaranya umur/usia, pendidikan, jumlah

20
tanggungan keluarga, penghasilan perbulan, lama pengalaman usaha tani, lama

menjadi anggota kelompok, dan penguasaan lahan yang meliputi luas lahan dan

status kepemilikan lahan. Karakteristik petani atau pelaku usaha tani nanas yang

akan dianalisis adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, lama berusaha tani

nanas atau pengalaman bertani nanas, dan jumlah tanggungan keluarga.

2.2.1. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang

lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

Menurut Wawan dan Dewi (2010), usia adalah umur individu yang

terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

bekerja. Kepercayaan masyarakat seseorang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

Muliady (2009) menyatakan bahwa umur seseorang sangat erat

hubungannya dengan kinerja. Produktivitas seseorang akan menurun dengan

bertambahnya umur seseorang, karena kecepatan, kecekatan, kekuatan, koordinasi

merosot dengan berjalannya waktu, selain faktor kebosanan pekerjaan yang

berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual juga akan mengurangi

produktivitas demikian diduga umur memiliki pengaruh pada tingkat kinerja

21
mereka. Menurut Mubyarto (1997), usia produktif berkisar antara 15-55 tahun,

sedangkan usia non produktif adalah 1-14 tahun dan diatas 55 tahun.

Larasaty (2003) menyebutkan bahwa faktor umur merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi waktu kerja kepala rumah tangga. Dimana faktor umur

berpengaruh positif terhadap pendapatan, sampai kekuatan dan daya pekerja

kepala rumah tangga akan menurun tingkat pendapatan yang diterima.

Dalam kegiatan usahatani umur merupakan salah satu faktor yang penting

karena berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola budidaya

Nanas madu. Umur tenaga kerja yang produktif menurut UU tenaga kerja No. 13

Tahun 2003 adalah umur 15 – 64 tahun, tenaga kerja pada umur tersebut masih

memiliki kekuatan fisik yang bagus. Petani yang memiliki umur lebih dari 64

tahun masih memiliki tenaga untuk melakukan usahatani, namun dapat

mempengaruhi hasil produksi yang didapat karena umurnya yang kurang

produktif lagi, namun pengalamannya masih dibutuhkan.

Umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi petani terhadap

penyerapan dan pengambilan keputusan dalam menerapkan teknologi baru

maupun inovasi baru pada usahataninya dalam hal ini adalah usahatani lahan

pekarangan. Umur merupakan salah satu indikator produktif atau tidaknya Petani

dalam mengelola usahanya. Menurut Ranti (2009), usia produktif berkisar antara

usia 15 - 54 tahun.

2.2.2. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan

22
mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Nursalam, 2011).

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah

selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan

dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan

pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala

bidang kehidupannya (Hisbullah, 2009).

Pendidikan adalah dalam bahasa romawi terdapat istilah educate yang

artinya membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam). Dalam bahasa Jerman ada

istilah ziehen yang artinya menarik (lawan dari mendorong). Dalam bahasa

jerman, pendidikan juga disalin dengan istilah erziehung, yang juga berarti

menarik keluar atau mengeluarkan (Effendi Mukhlison, 2008). Tingkat

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang

dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan

perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan

seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari hari, khususnya

dalam hal kesehatan (Suhardjo, 2000).

Tingkat pendidikan petani menjadi salah satu faktor penting dalam

menerima informasi dan inovasi teknologi khususnya yang berkaitan dengan

usahatani nanas madu. Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi pola

23
berpikir para petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin

mudah untuk menerapkan inovasi teknologi, sehingga petani dapat meningkatkan

atau mengembangkan usaha taninya.

2.2.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best teacher),

pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan

sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan

yang dihadapai pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang

Petani yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja, yaitu:

a. Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan

baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau

informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup

kemampuan nuntuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab

pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang

dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan.

24
c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik

peralatan dan tehnik pekerjaan. Pengalaman kerja terjadi karena adanya

kesempatan kerja yang timbul karena adanya investasi dan usaha untuk

memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju

pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Strategi pembangunan yang

diterapkan juga akan mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja (Nina,

2011).

Pengalaman usahatani nanas madu secara tidak langsung akan

mempengaruhi pola pikir petani. Pengalaman yang dimiliki petani secara

langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi pengetahuan petani

itu sendiri. Petani nanas madu yang memiliki pengalaman lebih lama mampu

merencanakan dan memperhitungkan usahataninya. Semakin banyak pengalaman

yang dimiliki maka, kemungkinan pengetahuan yang diserap semakin banyak.

2.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Menurut Purwanto & Taftazani (2018), Jumlah tanggungan keluarga adalah

jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dari keluarga tersebut,

baik itu saudara kandung maupun saudara bukan kandung yang tinggal dalam satu

rumah tapi belum bekerja. Jumlah tanggungan khususnya anak biasanya akan

menjadi harapan bagi sebuah keluarga untuk dapat menyelamatkan mereka dari

keterpurukan. Namun semakin banyak jumlah tanggungan yang dimiliki oleh

sebuah keluarga biasanya akan berpengaruh pada tingkat pengeluaran keluarga

tersebut.

25
Hasil penelitian Mahdzan & Peter Victorian (2013) menyatakan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok jumlah tanggungan menunjukan

bahwa individu dengan tiga tanggungan memiliki permintaan tertinggi untuk

asuransi jiwa, diikuti oleh individu tampa tanggungan, satu tanggungan, dan

terakhir, dua tanggungan.

Jumlah tanggungan keluarga memberikan sumbangan besar untuk

menentukan perilaku seseorang dalam usahanya. Semakin besar jumlah

tanggungan keluarga semakin besar seseorang didorong rasa tanggungjawab.

Jumlah tanggungan keluarga dapat berperan sebagai tenaga kerja dalam keluarga

dalam usahatani. Jumlah tanggungan keluarga juga berpengaruh terhadap

penerimaan dan pendapatan petani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga

maka pengeluaran semakin besar sehingga petani lebih memilih usahatani yang

memberikan pendapatan tinggi dengan resiko lebih kecil.

2.3. Profil Usahatani

Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang hakikat profil. Profil menurut

Sri Mulyani (1983), profil adalah pandangan sisi, garis besar, atau biografi dari

diri seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama. Menurut Desi

Susiani (2009), profil merupakan grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan

suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu. Sedang menurut

Hasan Alwi (2005) profil adalah pandangan mengenai seseorang.

Profil menurut Hasan Alwi (2005), profil adalah pandangan mengenai

seseorang. Menurut Desi Susiani (2009), profil merupakan grafik, diagram, atau

26
tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau

sesuatu.

Dari berbagai pengertian dan pendapat tentang profil yang diungkapkan

oleh para ahli dapat dimengerti bahwa pendapat-pendapat tersebut tidak jauh

berbeda bahwa profil adalah suatu gambaran secara garis besar tergantung dari

segi mana memandangnya. Misalkan dari segi seninya profil dapat diartikan

sebagai gambaran atau sketsa tampang atau wajah seseorang yang dilihat dari

samping. Sedangkan bila dilihat dari segi statistiknya profil adalah sekumpulan

data yang menjelaskan sesuatu dalam bentuk grafik atau tabel.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profil adalah pandangan

dari samping tentang wajah orang, lukisan gambar orang dari samping, grafik atau

ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan pengertian

“usaha” adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran. Profil usahatani

adalah ikhtisar atau gambaran kegiatan yang dilakukan oleh petani.

2.3.1. Nanas

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Ananas comosus L merr. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan naneh atau

nanas (Sumatra). Dalam bahasa inggris disebut pineapple dan orang-orang

spanyol menyebutnya pinya (Nuansa Aulia, 2010).

Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuhan Nanas di

klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

27
Kelas : Angiospermae (bebiji tertutup)

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas Comosus (L). Merr (Nuansa Aulia, 2010).

Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan komoditas

hortikultura yang telah mampu berkontribusi bagi pembangunan nasional dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti pemenuhan gizi

masyarakat sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna, komoditas ini

juga sangat potensial dan prospektif untuk diusahakan karena metode pembudidayaan

cenderung mudah dan sederhana. Kegiatan usahatani buah-buahan dan sayur-sayuran

juga berperan besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini dikarenakan

komoditas tersebut memiliki nilai komersial yang cukup tinggi dibandingkan dengan

komoditas yang lainnya.

Sunarjono (2015) menyatakan bahwa tanaman nanas merupakan pohon

yang batangnya pendek sekali. Daunnya berurat sejajar dan pada tepinya tumbuh

duri yang menghadap keatas (ke arah ujung daun). Duri pada beberapa varietas

nanas mulai lenyap, tetapi pada ujung daunnya sering masih dapat dilihat.

Tanaman nanas berbunga pada ujung batang dan hanya sekali berbunga yang arah

tegaknya keatas. Nanas merupakan tanaman monokotil, bersifat merumpun

(bertunas anakan), dan pada batangnya atau tangkai bunga sering tumbuh tunas

pula.

Tunas batang disebut sucker, sedangkan tunas tangkai buah disebut slips.

Sebenarnya bunga nanas bersifat majemuk terdiri dari lebih 200 kuntum bunga

28
yang tidak bertangkai, duduk tegak lurus pada tangkai buah utama yang kemudian

mengembang menjadi buah majemuk yang enak dimakan. Buah seperti ini disebut

sinkarpik atau coenocarpium. Daun kelopak dari setiap kuntum bunga, yang

dikenal sebagai mata, masih jelas meninggalkan bekas pada buah tersebut.

Bunganya adalah sempurna yang mempunyai tiga kelopak (sepalum), tiga

mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma yang

bercabang tiga. Di atas buah tumbuh daun-daun pendek yang tersusun seperti

pilin, yang disebut mahkota (Sunarjono, 2015).

29
2.3.2. Nanas Varietas Queen

Merupakan jenis lama, pada umumnya ditanam di dataran rendah. Jenis ini

banyak di tanam di Australia dan Afrika Selatan. Buahnya lebih kecil dari pada

cayenne. Ukuran buahnya 0,9-1,3 kg. Daunnya berduri tajam, warna buah matang

kuning sampai kemerahan, rasanya manis. Nanas yang dikembangkan di

Kabupaten Indragiri Hulu pada umumnya dibedakan atas Nanas Morris dan Nanas

Madu adapun perbedaan kedua jenis tersebut adalah sebagai berikut:

(1). Nanas Morris

Nanas Morris merupakan satu varietas nanas yang telah didaftarkan dengan

nomor rujukkan AC1 di Malaysia. Daun nanas moris adalah dominan berwarna

hijau pudar dengan warna dominan pada permukaan atas (adaxial). Sifat pada

margin daun varietas nanas morris adalah berduri (thorny) dibagian tepi kiri dan

kanan daun. Susunan duri pada daun adalah teratur dengan arah duri mengikut

arah sama. Umumnya warna duri sama dengan warna daun. Bagaimana pun jika

diteliti akan kelihatan warna dominan duri yaitu berwarna merah. Ukuran duri

nanas morris dikelaskan sebagai sederhana. Bagian daun juga ada menunjukkan

ada kehadiran anthocyanin pada permukaan atas dengan keamatan (intensity)

sederhana. Terdapat sebaran anthocyanin yang secara memanjang terutama

kepada arah apeks. Didapati sifat mardin dan tepi daun adalah berduri. Durinya

yang berwarna merah ini adalah berwarna merah dengan ukuran duri sederhana.

Nanas morris adalah jenis kumpulan Queen. Pembiakannya dengan

menggunakan sulur dan keratan batang umbisi. Varietas nanas moris ini kecil

yaitu sekitar 0.8 - 2.0 kg bergantung kepada cara pengurusan tanaman dan faktor

30
yang lain. Nanas morris mempunyai 100 - 200 mata nanas setiap buah. Buah

nanas morris apabila dibelah mempunyai isi berwarna kuning dengan berongga

dan mempunyai tekstur yang rapuh (crunchy). Ukuran empulur nanas ini sekitar 2

cm dimana nanas ini sering digunakan sebagai nanas segar dengan tingkat

kemanisan sekitar 12 - 14 darjah Brixs dan kandungan asid citriknya adalah

sekitar 0.4 - 0.7%

(2). Nanas Madu

Nanas madu memiliki karakteristik ukurannya yang kecil, aroma yang

harum, warna kulit yang kuning orange dan rasanya manis asam serta biasa

dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Nanas mengandung banyak gizi antara lain

adalah vitamin C, vitamin A dan antioksidan yang bermanfaat untuk mengurangi

penuaan dini, mencegah wasir dan mengurangi serangan jantung. Nanas madu

dapat dibudidayakan pada ketinggian lebih dari 500 mdpl dengan curah hujan

500- 2500 mm/tahun. Tanaman nanas madu memiliki batang berukuran kurang

lebih 20- 25 cm dan beruas-ruas pendek. Fungsi batang tanaman nanas madu

adalah sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan buah. Batang

tanaman ini hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun. Daun nanas berbentuk

memanjang hingga 150 cm dan biasanya terdapat duri-duri kecil di tepiannya

(Fani, 2018).

Komponen aroma utama buah nanas adalah terpen, keton, aldehid, dan

ester. Seratus gram buah nanas mengandung 52,0 kkal; 13,7 gram karbohidrat;

0,54 gram protein; 130 I.U vitamin A; 24 mg citamin C; dan 150 mg kalium

(Chauliyah & Murbawani 2015). Sibuea (2008) dalam Febriani. dkk (2017)

31
menjelaskan, nanas madu merupakan buah klimaterik yang mengandung vitamin

C dan vitamin A (retinol) masing-masing sebesar 24 mg dan 39 mg dalam setiap

100 gram bahan. Kedua vitamin tersebut mempunyai aktivitas sebagai antioksidan

yang mampu menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam

tubuh manusia yang diyakini sebagai pemicu berbagai penyakit

2.3.3. Luas Lahan

Tanah merupakan faktor produksi terpenting dalam pertanian karena tanah

merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat hasil produksi

dikeluarkan karena tanah tempat tumbuh tanaman. Tanah memiliki sifat tidak

sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan

lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto,1989).

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani

misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien

dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak

efisien usaha tani dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib

dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi

sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luas lahan yang lebih

sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini berhubungan erat

dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan usaha tidak efisien

(Moehar Daniel, 2004:56)

2.3.4. Status Kepemilikan Lahan

Pemilikan tanah atau lahan adalah penguasaan formal yang dimiliki

32
seseorang atas tanah atau lahan, yakni hak yang sah untuk menggunakan,

mengolah, menjual dan memanfaatkannya yang dapat diperoleh dari warisan

maupun transaksi jual beli (Iriani, 2008).

Status penguasaan lahan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemilik

penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan penyakap atau bagi hasil

(share tenant). Status penguasaan lahan yang berbeda secara teoritis akan

menentukan tingkat keragaman usaha tani yang berbeda pula. Secara teoritis

kedudukan petani penyakap palinglah lemah sehingga akan berpengaruh terhadap

keragaan usaha tani, tetapi secara faktual tidaklah tentu demikian yang disebabkan

oleh berbagai faktor yang perlu diteliti lebih lanjut (Mudakir, 2011).

2.3.5. Pola Tanam

Pola tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan

mengatur susunan tata letak dan tata urutan tanaman selama periode waktu

tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa bera atau tidak ditanam

selama periode tertentu (Campbell,2002).

Beberapa jenis tanaman perkebunan yang sering menggunakan pola tanam

polikultur yaitu kelapa, kakao, karet, dan kelapa sawit. Tanaman kelapa sebagai

tanaman utama dapat dipolikulturkan dengan cengkeh, kayu manis, lada, dan

nenas (Barus, 2013)

2.3.6. Sumber Modal

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan

menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Perbedaan tersebut

disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti

33
tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap.

Dengan demikian modal didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam

proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa

ini terjadi dalam waktu relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka yang

panjang (Soekartawi, 2002).

Sebaliknya dengan modal yang tidak tetap atau modal variabel adalah

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam

proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam

membeli benih, pupuk, obat, atau yang dibayarkan ke tenaga kerja.

Besar kecilnya modal usaha pertanian tergantung dari:

1. Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar–kecil

modal yang akan di pakai semakin besar skala usaha makin besar pula

modal yang di pakai.

2. Macam komoditas, komoditas tersebut dalam proses produksi pertanian juga

menentukan besar-kecil modal yang di pakai.

3. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Rahim

dan Retno, 2007)

2.3.7. Tenaga Kerja

Menurut sebagian pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja (man power)

adalah penduduk dalam usia kerja, yaitu yang berumur antara 15-64 tahun,

merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang

atau jasa. Angkatan kerja (labor force) adalah penduduk yang bekerja dan mereka

yang tidak bekerja, tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari kerja. Sementara

34
yang bukan angkatan kerja (not in the labor force) adalah bagian dari tenaga kerja

yang sesungguhnya tetapi tidak terlibat dalam suatu usaha atau tidak terlibat

dalam suatu kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa. Penduduk yang

termasuk kelompok ini adalah orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga,

orang jompo, dan atau penyandang cacat. Orang yang bekerja (employed persons)

adalah orang yang melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa

dengan tujuan memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka yang

bekerja penuh (full time) maupun tidak yang bekerja penuh (part time), sementara

yang disebut pencari kerja atau pengangguran (unemployment) adalah mereka

yang tidak bekerja dan sedang mencari kerja menurut referensi waktu tertentu,

atau orang yang dibebastugaskan bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan

(Moehar Daniel, 2004).

Dalam usaha tani kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir

seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan

pekerjaan, antara lain yaitu : (a) persiapan tanaman, (b) pengadaan sarana

produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/penyakit yang digunakan sebelum

tanam), (c) penanaman/persemaian, (d) pemeliharaan yang terdiri dari

penyiangan, pemupukan, pengobatan, pengaturan air dan pemeliharaan bangunan

air, (e) panen dan pengangkutan hasil, (f) penjualan. (Hernanto, 1996)

2.4. Konsep Usahatani

2.4.1. Pengertian Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki pengusaha agar berjalan secara efektif dan efisien dan

35
memanfaatkan sumber daya tersebut agar memperoleh keuntungan yang setinggi

tingginya (Soekartawi, 2011). Menurut (Lawalata et al., 2015), ilmu Usahatani

adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan

mengkoordinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya

sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Menurut Soekartawi (2010), usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan

efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-

baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Adiwilaga (2008), ilmu usaha tani adalah ilmu yang menyelidiki

segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan

permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan Petaninya sendiri atau

Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai Petani dalam

menyusun, mengatur dan menjalankan usaha itu.

Sebaliknya menurut Mosher (2009), usaha tani merupakan pertanian rakyat

dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Usaha tani adalah himpunan dari

sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk

produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas

tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan

sebagainya.

36
Sedangkan menurut Kadarsan (2009), usahatani adalah suatu tempat dimana

seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi

seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi

untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang

membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien

dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber

daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.

2.4.2. Teknologi Budidaya

2.4.2.1. Syarat Tumbuh

Nanas madu merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dapat

tumbuh dan berproduksi pada lingkungan dimana tanaman pangan yang lain susah

tumbuh. Meskipun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan

buah dengan baik, nanas madu menghendaki kondisi lingkungan tertentu, baik

kondisi lingkungan di atas permukaan tanah (iklim) maupun di bawah permukaan

tanah. Nanas madu merupakan tanaman tropis. Tanaman Nanas madu dapat

tumbuh dan beradaptasi dengan baik di daerah tropis, yang terletak antara 250

Lintang Utara sampai 250 Lintang Selatan dengan ketinggian tempat 100 m – 800

m dari permukaan laut.

a. Suhu

Tanaman nanas madu menghendaki suhu antara 21oC – 27oC. Tanaman ini

berhenti tumbuh bila suhu antara 10oC – 16oC dan jika suhu di atas 27oC, maka

tanaman akan mengalami luka-luka, karena transpirasi dan respirasi yang

37
berlebihan 18o-35oC. Pada suhu di bawah 10oC pertumbuhan tanaman nanas madu

akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan nanas madu adalah 65%

(Suharno et al., 1999). Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum

tanaman nanas madu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah

tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (mdpl), dengan suhu rata-

rata antara 25-27oC, tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas

1500 m dpl (Anonim, 2003).

b. Curah hujan

Tanaman nanas madu dapat tumbuh pada Curah hujan yang dibutuhkan

yaitu sebesar 1000 mm – 1500 mm per tahun dan kelembaban udara 70% – 80 %.

Tanaman ini untuk tumbuh dengan baik memerlukan tanah lempung berpasir

sampai berpasir, cukup banyak mengandung bahan organik, drainase baik, dan pH

tanah berkisar antara 4,5 – 6,5. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan

terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan akar apabila

drainase kurang baik (Anonim, 2003, dalam Suharno et al., 1999). Penyinaran

matahari merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan kualitas buah

Nanas madu. Apabila intensitas penyinaran matahari rendah, maka pertumbuhan

tanaman akan terhambat, buah kerdil dan kadar asam tinggi.

c. Tanah

Persiapan lahan untuk tanaman Nanas madu dilakukan dengan

menghindari penggunaan api dan alat berat karena kedua teknik ini dapat

merusak gambut. Dalam riset aksi partisipatif, persiapan lahan budidaya Nanas

madu dilakukan secara manual melalui pembersihan semak belukar dan

38
tunggul tanaman, yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman (tebas

imas). Kemudian, lahan disemprot dengan herbisida untuk mematikan gulma.

Setelah itu, dibuat jalur tanam sesuai dengan pola tanam satu baris atau dua

baris. Menurut Hadiati dan Indriyani (2008), jarak antar jalur dapat dibuat

sekitar 80-100 cm dan jarak antar Nanas madu adalah 35-50 cm.

2.4.2.2. Persiapan Lahan

Pengolah lahan selanjutnya adalah membajak atau mencangkul lahan

sedalam 40 cm. Singkirkan kerikil atau batu dan sisa akar tanaman. Gulma yang

terlalu banyak bisa dimusnahkan dengan menggunakan herbisida. Buat bedengan

dengan tinggi 40 cm dan lebar 1 m. Jarak antar bedengan 60 cm. Agar

memudahkan pemeliharan buatlah panjang bedengan maksimal 15 meter.

Petani pada umumnya memilih tanah atau lahan yang letaknya datar dan

mudah meresap air. Karena pada umumnya lahan datar akan mempengaruhi

produksi nanas madu. Cara pengolahan tanah di tempat penelitian menggunakan

tenaga mesin yaitu seperti tractor rotary dan cultivator.

2.4.2.3. Pengolahan tanah

Menurut balitkabi (2016), Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan

dengan mencangkul, membajak dengan ternak dan traktor. Pola tanam yang dapat

digunakan untuk tanaman Nanas madu ini adalah satu baris, dua baris, atau tiga

baris per bedengan. Pola tanam yang digunakan banyak digunakan adalah dua

baris per bedengan. Ukuran bedengan dibuat dengan lebar 1,2 meter, panjang

sesuai kondisi lahan dan jarak antar bedengan 50 – 60 cm.

39
Jarak tanam pada pola tanam satu baris adalah 35 – 50 cm dalam barisan

dan 80 – 100 cm antar barisan. Jika mengunakan pola dua baris, maka jarak dalam

dan antar barisan sama yaitu 35 – 50 cm.

40
V V V

V V V

V V V

V V V

V V V

V V V

V V V

V V V

Keterangan :

: Jarak antar barisan (80 –100 cm)


: Jarak dalam barisan (35 – 50 cm)

Gambar 1. Pola tanam Nanas madu satu baris (Sumber: Balitkabi, 2016)

2.4.2.4. Cara Tanam

2.4.2.4.1. Sistem tanam Tradisional

Penanaman nanas madu pada umumnya dilakukan secara manual dengan

menggunakan alat bantu sederhana seperti cangkul. Bibit ditanam satu batang per

lubang tanam sedalam 5 – 10 cm, tergantung ukuran bibit yang digunakan.

Sebelum ditanam daun-daun tua yang ada dibersihkan, agar akar yang ada pada

ruas cepat tumbuh.

Agar tanaman tidak mudah roboh dan perakarannya dapat mencapai air

tanah, maka tanah sekitar pangkal batang ditekan dan dipadatkan. Selanjutnya

41
tanaman disiram agar lembab. Jika ada tanaman yang mati agar segera disisip,

agar pertumbuhannya tidak tertinggal dengan tanaman lainnya.

Gambar 2. Pola tanam Nanas madu dua baris

Pola tanam yang dapat digunakan untuk tanaman Nanas madu ini adalah

satu baris, dua baris, atau tiga baris per bedengan. Pola tanam yang digunakan

banyak digunakan adalah dua baris per bedengan. Ukuran bedengan dibuat

dengan lebar 1 meter, panjang sesuai kondisi lahan dan jarak antar bedengan 35 –

50 cm.

42
2.4.2.4.2. Penggunaan bibit unggul lokal

Pemilihan bibit perlu dilakukan sebelum penanaman. Bibit Nanas madu

yang tidak sehat perlu dibuang. Bibit juga perlu dipilih berdasarkan ukuran dan

asal bibit (Hadiati dan Indriyani, 2008). Menurut Cyber Extension Kementerian

Pertanian, bibit dapat berupa mahkota, tunas batang, dan tunas akar. Beberapa

ciri-ciri bibit yang baik: (1) Berasal dari tanaman induk yang normal dan sehat;

dan (2) Jenis bibit seragam atau berasal dari satu jenis. Misalnya tidak

mencampurkan bibit yang berasal dari tunas akar dengan bibit yang berasal

dari mahkota

2.4.2.4.3. Pemupukan

Secara umum, ada dua macam pemupukan untuk tanaman Nanas m a d u

yakni pupuk dasar dan pupuk susulan. Dosis pupuk yang diberikan bergantung

pada kebutuhan tanaman dan kondisi lahan (Hadiati dan Indriyani 2008). Tabel

5 adalah ringkasan pemberian pupuk dasar dan pupuk susulan untuk budidaya

nanas madu, khususnya untuk di lahan gambut.

Tabel 5. Pemberian Pupuk pada Tanaman Nanas madu


No Jenis Pupuk Umur Dosis Waktu
Tanaman perhektar Pemberian
1 Pupuk Dasar 0 Bst
a. Pupuk kandang 10 ton Bersama
penanaman
2 Pupuk Susulan 2- 3 Bst
Pertama
a. Urea 300
b.Terusi/Tembaga 5 – 10 Kg
Sulfat (CUSO4)
3 Pupuk Susulan 5 - 6 Bst Bulan
Kedua setelah

41
tanam
a. Urea 300
b. Terusi/ 5 – 10 Kg
Tembag
c. Sulfat
(CUSO4)
d. TSP Sesuai
keperluan
e. KCL Sesuai
keperluan
4 Pupuk Susulan 9- 10 Bst Bulan
Ketiga setelah
tanam
a. Ethrel atau 150
ZPT
b. Urea 100 kg
5 Pupuk Susulan 11-12 Bst Bulan
Keempat setelah
tanam
a. Urea 250 K
g
b. Terusi/ 5 Kg
Tembaga
Sulfat
(CUSO4)
c. KCL 250 kg
Sumber: Center for International Forestry Research (CIFOR), 2019

2.4.2.4.4. Pemeliharaan

1) Penjarangan

Buah nanas madu yang besar dan bagus dapat dihasilkan melalui

penjarangan anakan. Dalam setiap rumpun maksimal jumlah anakan adalah 2

anakan (Hadiati dan Indriyani, 2008).

2) Penyiangan

42
Agar hasil panen maksimal, lahan budidaya tanaman nanas madu perlu

disiangi agar bebas dari rumput liar. Penyiangan dapat dilakukan secara berkala

(2-4 kali selama masa tanam) bersamaan dengan penjarangan.

3) Penyiraman

Hadiati dan Indriyani (2008) mengemukakan bahwa pentingnya

penyiraman nanas madu sampai umur tanaman 1-2 bulan. Apabila kondisi

tanah terlalu kering, maka pertumbuhan nanas madu lambat dan hasil buahnya

kecil. Penyiraman dilakukan minimal 1 minggu sekali terutama di musim

kemarau. Saat tanaman sudah dewasa, penyiraman cukup dilakukan 2 minggu

sekali.

2.4.2.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama yang menyerang tanaman nanas antara lain kutu putih

(Dysmicoccus brevipes), uret (Lepidiota stigma), tikus (Rattus spp.), dan babi

hutan (Sus scrofa).

(a) Kutu Putih (Dysmicoccus brevipes)

Kutu putih ini hidup pada bagian-bagian tersembunyi dari tanaman nanas

seperti di perakaran, pangkal batang yang tertutup tanah dan buah (mata tangkai

dan daun mahkota buah). Imago D. brevipes berwarna merah jambu dengan

tonjolan lilin yang menutupi tubuhnya berwarna putih. Bentuk badan kutu putih

ini adalah oval dan melebar. Ciri-ciri D. brevipes yaitu tubuh berbentuk oval, 17

pasang serari, antena 8 segmen, dan seta segmen VIII bagian dorsal yang lebih

panjang dari seta dorsal lainnya. Dysmicoccus brevipes (pink mealybug) disebut

43
kutu putih karena tubuhnya dilapisi oleh lilin yang berwarna putih yang

dikeluarkan oleh porus pada kutikula melalui proses sekresi. Kutu putih di Hawaii

mempunyai 2 strain yaitu Dysmicoccus neobrevipes (the gray pineapple

mealybug) bereproduksi secara biseksual yang dapat menyebabkan green spot dan

Dysmicoccus brevipes yang menyebabkan pineapple wilt (daun berwarna merah

kekuningan) sebagai vektor pineapple mealybug wilt-associated virus (PMWaV).

D.brevipes bereproduksi secara partenogenesis maupun biseksual. Partenogenesis

yaitu sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami pembuahan. Setiap

telur menghasilkan kutu putih betina. D. brevipes juga melahirkan secara

ovovivipar. Telur berkembang di dalam tubuh imago betina kemudian imago

betina melahirkan nimfa. Siklus hidup berlangsung 95 hari atau berkisar 78

sampai 111 hari (Mau dan Kessing 2007). Pengendalian kutu putih secara biologi

dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami. Beberapa parasitoid yang

berperan untuk mengendalikan D. brevipes di Hawai termasuk ordo

Hymenoptera, famili Encyrtidae antara lain Aenasius cariocus, A. colombiensis,

A. ananatis, Euryphapauus propinquus, Hambletonia pseudococcina dan

Ptomastidae abnormis. Di Subang sudah diketahui satu spesies parasitoid kutu

putih yaitu Hambletonia pseudococcina (Asbani 2005). Predator D. brevipes

umumnya berasal dari ordo Coleoptera, famili Coccinellidae antara lain:

Lobodiplosis pseudococci, Nephuss bilucenarius, Scymnus unicatus, S. pictus,

Cryptolaemus montrouzieri, C. affinis dan C. wallacii yang ditemukan di Papua

Nugini (Mau dan Kessing 2007).

44
(b) Uret Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaeidae)

Larva uret tinggal di sekitar perakaran, merusak leher akar, kulit, cambium

akar, dan akar rambut pada sistem perakaran tanaman muda. Gejala serangan

berupa daun mengering, tanaman kering, jaringan tanaman mati karena tanaman

dirusak oleh uret. Uret memakan akar tanaman dan hanya meninggalkan bagian

pangkal batang saja sehingga tanaman mudah dicabut. Kerusakan akar tanaman

ini menghambat aliran zat hara, melemahkan serta dapat mematikan tanaman

(Amandari 2011). Tanaman nanas yang diserang uret memerlukan penyulaman.

Hama uret disebut kuuk dalam bahasa Sunda (Jawa Barat) oleh petani setempat.

Uret yang teridentifikasi adalah Lepidiota stigma. Larva berwarna putih

kekuningan. Larva memiliki rambut banyak di sekitar celah posterior dan

berwarna hitam kemerahan atau merah bata. Larva berbentuk C (scarabeiform)

dan berpupa di dalam tanah. L. stigma memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk

menyelesaikan siklus hidupnya. Siklus hidup uret dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti tanah dan vegetasi, serta iklim (Pramono, 2005). Uret biasanya

ditemukan pada tanah gembur dan ditumbuhi rerumputan. Curah hujan saat

musim hujan membuat tanah lembap. Hal tersebut menentukan imago keluar dari

tanah dan meletakkan telur maka stadia awal larva tidak akan mengalami

kekeringan (Saragih, 2009).

45
Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara pengumpulkan uret

yang kemudian diikuti dengan pemusnahan pada saat pengolahan tanah.

Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan penggunaan cendawan Metarhizium

anisopliae, cendawan Beauveria bassiana dan parasitoid larva Campsomeris sp.

(Prabowo dan Indrayani 2013). Pengendalian secara kimiawi menggunakan

insektisida korbofuran 3 G dengan dosis 10 gram perlubang tanam dapat

menurunkan serangan uret dari 70% menjadi 10% (Saragih 2009). Pengendalian

lainnya dapat dengan menaburkan campuran detergen (1 kg) dengan kapur barus

(1 kg) ke tanah untuk luasan 1 ha (Budiatmoko et al. 2008).

(c) Tikus Rattus spp. (Rodentia: Muridae)

Hama tikus menyerang tanaman nanas yang telah berbuah (umur tanaman

lebih dari 12 bulan). Buah nanas yang terserang tikus tidak dapat dijual dan hanya

dibuang saja oleh petani. Gejala serangan berupa bekas gigitan pada buah nanas.

Letak pertanaman nanas yang paling diserang oleh tikus dekat dengan

permukiman warga. Tikus memiliki kemampuan memanjat (climbing) dengan

adanya footpad (tonjolan pada kaki) sehingga tikus mampu menyerang buah

nanas pada bagian ujung batang. Tikus memiliki cakar yang berguna memperkuat

pegangan dan ekor sebagai alat keseimbangan ketika tikus memanjat. Tikus yang

biasanya menyerang yaitu Rattus argentiventer, R. rattus diardii, R. exulans, dan

R. tiomanicus (Priyambodo 2003).

(d) Babi Hutan Sus scrofa (Artiodactyla: Suidae)

46
Dalam mengenali serangan babi hutan, petani dapat mengidentifikasi

dengan melihat jejak kaki atau kondisi tanaman nanas rusak. Kondisi pertanaman

nanas yang diserang berupa tanaman nanas roboh dan akar tanaman nanas

tercongkel dari dalam tanah. Babi hutan dapat ditemukan pada habitat dengan

penutupan yang rapat seperti hutan alam sampai habitat terbuka yang tidak

tertutup rapat oleh pepohonan. Hal tersebut menunjukan bahwa babi hutan

memiliki kemampuan adaptasi dan penyebaran yang tinggi pada berbagai jenis

habitat. Babi hutan mengganggu dan merusak areal garapan pertanian nanas

kemungkinan karena habibatnya terganggu sehingga babi hutan mencari makan di

areal pertanian milik petani. Petani setempat juga menganggap babi hutan sebagai

hama. Petani setempat telah melakukan upaya penanggulangan dengan membuat

pagar untuk mengatasi gangguan hewan ini.

(e) Penyakit

Priyambodo (2003) menjelaskan bahw penyakit yang menginfeksi

tanaman nanas adalah penyakit layu nanas MWP (mealybug wilt of pineapple

disease), penyakit bercak kelabu (Pestalotia sp.), nematoda peluka akar

(Pratylenchus spp.) dan liken.

2.4.2.4.6. Panen dan Pasca Panen

Berdasarkan Hadiati dan Indriyani (2008), waktu panen nanas madu

berbeda- beda, tergantung pada varietas dan bibit yang digunakan. Tabel 4

menerangkan perkiraan waktu panen berdasarkan jenis bibit yang ditanam atau

47
digunakan. Adapun ciri-ciri Nanas yang sudah siap panen menurut Hadiati dan

Indriyani (2008), adalah sebagai berikut:

• Mahkota Nanas lebih terbuka,

• Tangkai buahnya keriput,

• Mata Nanas madu lebih datar dan bentuknya lebih bulat,

• Warna kulit pada bagian dasar buah mulai menguning,

• Aroma buah Nanas madu mulai muncul.

Setelah ciri-ciri di atas muncul, pilihlah buah nanas madu yang siap

dipanen. Kemudian, potong miring pangkal tangkai buah dan letakkan buah di

tempat teduh agar tidak layu ( Tabel 6 ).

Tabel 6. Perkiraan Waktu Panen Nanas madu


Asal bibit Waktu panen Ket
berasal dari tunas batang 18 bulan setelah tanam
berasal dari anakan 15-18 bulan setelah tanam
Berasal dari mahkota 24 bulan setelah tanam
Sumber: Center for International Forestry Research (CIFOR), 2019

2.4.3. Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi dalam usaha tani meliputi faktor alam yaitu tanah

atau lahan usahatani, faktor tenaga kerja dan faktor modal seperti bibit dan

pestisida (Adiwilaga, 2000). Menurut Soekartawi (2003), faktor produksi adalah

semua masukan atau agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor

dan korbanan produksi.

48
Faktor produksi memang sangat menentukan basar kecilnya produksi yang

diperoleh (Adiningsih, 2002). Faktor produksi luas lahan, modal untuk membeli

bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan skill, faktor produksi yang terpenting

adalah hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya

disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship. Namun demikian

seringkali ditemui adanya berbagai kendala dalam proses peningkatan produksi

pertanian usahatani mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dan saling

berkaitan.

1. Lahan Pertanaman

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil

pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi ke

luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti

dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor

produksi lainnya (Mubyarto, 2001).

Rukmana (2002), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar

dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama

dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikro

organisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.

2 Modal Produksi

Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi

dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan

karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah,

49
bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap.

Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam

proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa

ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka

panjang (Soekartawi, 2002).

Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses

produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli

benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.

Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :

1) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya

modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang

dipakai.

2) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga

menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.

3) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Rahim

Retno, 2007).

Menurut Mubyarto (2001), modal adalah barang atau uang yang bersama-

sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru

yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Dalam modal ini yang yang digunakan oleh

petani untuk menghasilkan adalah (1) bibit, (2) pupuk, dan (3) pestisida.

3. Tenaga Kerja

50
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan

perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja

dilihat dari ketersediaan, kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

a. Tersedianya tenaga kerja

Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai

tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan

ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja,

jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

b. Kualitas tenaga kerja

Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian

atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini

diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu,

dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah kualitas

tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses

produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak dioperasikan karena

belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi untuk

mengoperasikan alat tersebut.

c. Jenis kelamin

51
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam

proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam

bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita

mengerjakan tanam.

d. Tenaga kerja musiman

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani

sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi

pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang

juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah

baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar

kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria

umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah

tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia

(Mubyarto, 2001)

Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar kecilnya

upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan menerima upah yang

juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh

karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang

(HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan

besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka

52
terima dan begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan

ternak juga menentukan besar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja

traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang,

karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih

tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja ternak, nilainya lebih tinggi bila

dibandingkan dengan nilai tenaga kerja traktor karena kemampuan yang lebih

tinggi daripada tenaga kerja tersebut (Rahim dan Retno, 2007).

Marzuki (2005) menyatakan bahwa perencanaan usahatani akan menolong

keluarga tani di pedesaan. Diantaranya pertama, mendidik para petani agar

mampu berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan

usahataninya. Kedua, mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau

suatu keputusan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan

yang ada. Ketiga, membantu petani dalam memperincikan secara jelas

kebutuhan sarana produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat-

obatan. Keempat, membantu petani dalam mendapatkan kredit/utang yang akan

dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara pengembaliannya. Kelima,

membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang

diharapkan. Pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan

fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai

sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya

minimum. Dalam usahatani pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi

menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber-sumber produksi.

53
Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam 3 (tiga) alternatif

sebagai berikut:

1. Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor

produksi melebihi proporsi pertambahan produksi

2. Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan

proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh

3. Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor

produksi akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar (Rahim

dan Retno, 2007).

2.4.4. Biaya Usahatani

Biaya menurut Prasetya (2006), merupakan nilai dari suatu masukan

ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk

menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya, biaya usahatani digolongkan

menjadi biaya tetap dan variable, biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak

dibayarkan, biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya tetap dan biaya

variable. Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya

produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah dan lain-lain.

Sedangkan biaya variable adalah biaya yang dipengaruhi besarnya produksi yang

dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan

sebagainya.

Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya-biaya yang

54
dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk

usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga luar keluarga, dan lain-

lain. Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan berupa penggunaan tenaga

kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal. Biaya langsung dan

biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung

digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit,

pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga kerja luar.

Biaya langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam peroses

peroduksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga.

Menurut Hadisapoetera (2003), Biaya- biaya yang di pergunakan dalam

usahatani meliputi biaya alat-alat luar, biaya mengusahakan dan biaya

menghasilkan. Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang di berikan

dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kantor kecuali bunga seluruh

aktiva yang di pergunakan dan biaya untuk kegiatan pada petani dan upaya tenaga

kerja keluarga sendiri. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar di

tambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri, diperhitungkan berdasarkan upah

yang di bayarkan kepada tenaga kerja luar. Biaya-biaya menghasilkan merupakan

biaya mengusahakan di tambah dengan bunga dari aktiva yang di pergunakan di

dalam usahatani. Biaya peroduksi dapat pula dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya

yang berupa uang tunai misalnya yaitu upah tenaga kerja untuk biaya persiapan

atau penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak , biaya untuk membeli pupuk

dan pestisida dan lain-lain. Sedang biaya panen, bagi hasil dan sumbangan di

55
bayar dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa

uang tunai ini mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang

tunai yang di miliki petani lebih-lebih masalah kredit tidak ada, sangat

menentukan berhasil tidaknya pembangunan pertanian (Mubyarto, 2003).

2.4.5. Produksi Usahatani

Produksi adalah hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau

output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi

yang antara lain disebabkan karena perbedaan kwalitas. Hal ini dapat di mengerti

karena kwalitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang

dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kwalitas produksi menjadi

kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik. Karena nilai

produksi dari produk-produk pertanian tersebut kadang-kadang tidak

mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi tersebut diukur harga

bayarannya (Soekartawi, 1995).

Produksi pertanian terjadi karena adanya perpaduan antara faktor produksi

alam, tenaga kerja, modal, yang dikelola oleh petani (manusia). Didalam

meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani di Indonesia dipengaruhi oleh

faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani. Dalam Petanian usaha taninya

petani selalu berusaha menggunakan sumberdaya alam yang tersedia ditambah

56
dengan faktor produksi luar sehingga tercapainya aktivitas yang dijalankan dalam

memaksimalkan pendapatan petani (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Produksi mengambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor produksi

dengan tingkat produksi yang diciptakan. produksi dapat dinyatakan dalam bentuk

fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi

dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi disebut output. Dalam

pengelolaan sumberdaya produksi, aspek penting yang dimasukan dalam

klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal dan tenaga

kerja, selain itu juga aspek manajemen. Petanian pertanian selain dikembangkan

pada luas lahan pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi tanah bukan saja

dilihat dari luas atau sempitnya lahan, tetapi juga macam penggunaan tanah (tanah

sawah, tegalan) dan topografi (tanah dataran pantai, dataran rendah, dan atau

dataran tinggi). Dalam proses produksi terdapat tiga tipe reaksi produksi atas input

(faktor produksi) (Soekartawi, 1992).

2.4.6. Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari hari

dan melanjutkan kegiatan usahatani. Sisa dari pendapatan usahatani merupakan

tabungan sebagai sumber dan untuk memungkinkan petani mengusahakan usaha

lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan menilai keberhasilan petani

dalam mengelola usaha taninya (Prasetya, 2006).

57
Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan

kotor dengan biaya alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan

bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya

mengusahakan. Biaya mengusahakan biaya alat luar ditambah upah tenaga kerja

keluarga diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja

luar. Pendapatan dari suatu jenis usahatani merupakan salah satu penilaian

keberhasilan kegiatan usahatani tersebut. Sekurang-kurangnya suatu usahatani

dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yaitu usahatani tersebut

harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang dipergunakan untuk membayar

semua alat yang dipergunakan; usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan

yang dipergunakan untuk membayarkan bunga modal yang dipakai dalam usaha

tani tersebut, baik modal sendiri maupun modal yang di pinjam pihak lain;

usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar upah tenaga

kerja petani dan keluarganya yang di pergunakan di dalam usahatani secara layak;

usahatani harus dapat membayar tenaga petani ini sebagai menejer yang harus

mengambil keputusan mengenai apa yang di jalankan, bilamana, dan bagaimana.

Hadisapoetra (2003) yang menyatakan bahwa untuk memperhitungkan nilai

biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi tiga yaitu

memperhitungkan keadan keuangan usahatani dan petani pada suatu waktu;

memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun;

memperhitungkan hubungan biaya dan pendapatan usahatani pada akhir tahun.

2.4.7. Efisiensi Usahatani

58
Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik.

Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi

yang dicapai. Efisiensi juga dijelaskan oleh Yotopoulos dan Nugent dalam

Suprihono (2003) sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber

daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar daripada sumber daya yang

digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.Efisiensi juga

dijelaskan oleh Sukirno (2003) yang menyebutkan bahwa efisiensi merupakan

kombinasi antara faktor produksi yanng digunakan dalam kegiatan produksi untuk

menghasilkan output yang optimal.

2.4.8. Break Even Point ( BEP )

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam

operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak

ada rugi. Kata lain Break even point adalah suatu teknik atau cara yang digunakan

oleh pihak manajemen perusahaan dalam mencari volume penjualan yang harus

dicapai agar tidak mengalami rugi dan tidak berlaba. Break Even Point adalah

suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan

total jumlah biayanya atau besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya

tetap, dengan kata lain perusahaan ini tidak untung dan tidak rugi.

Analisa Break Even Point dapat diketahui hubungan antara volume

produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya variabel, biaya

tetap serta laba dan rugi. Analisa ini juga mempelajari seberapa besar biaya dan

59
volume penjualan akan berpengaruh jika ada kenaikan atau perubahan laba, Salah

satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan

pertumbuhan perusahaan. Mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat

dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :

1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah - rendahnya

dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas.

2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang

dikehendaki.

3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.

Ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara

terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan

saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap

seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan

sering dilukiskan dalam Break Even Point, sehingga mudah untuk memahami

hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

2.4.8.1 Kegunaan Break Even Point (BEP)

Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat

penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa

jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan

mengetahui Break Even Point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan,

produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan

untuk mengambil kebijaksanaan.

60
Menurut Kasmir (2011), menyatakan kegunaan Break Even Point (BEP):

1. Mendesain merk pada Produk

2. Menentukan harga jual persatuan produk

3. Menentukan jumlah produksi/penjualan produk agar tidak mengalami

kerugian.

4. Memaksimalkan jumlah produksi

Menurut Garrison et. al (2006), analisis Break Even Point adalah suatu dari

beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam melaksanakan aktivitas

operasionalnya hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan

Volume kegiatan. Analisa Break Even Point dapat digunakan untuk berbagai

tujuan terutama bagi perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. Break even

point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya

saling berhubungan, yaitu untuk:

1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan

beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya

variabel dengan biaya tetap.

2. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum.

3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika

perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang

diusulkan.

2.4.8.2 Unsur – unsur Break Even Point (BEP)

1. Volume Produksi

61
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produk, Fungsi

produk menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari

pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Menurut

Heizer and Render (2011) produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa.

Mengubah produksi input menjadi output barang yang memiliki utilitas untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi adalah kegiatan untuk membuat atau

menambah bagian atas objek akan ditampilkan untuk memuaskan orang lain

melalui pertukaran.

2. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil

penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume penjualan

tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara keseluruhan

dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan biaya

distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi

sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga

menurun.

Total penjualan yang dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode

tertentu untuk mencapai laba yang maksimal sehingga dapat menunjang

pertumbuhan perusahaan. Menurut Efendi Pakpahan (2009), faktor yang sangat

penting dalam mempengaruhi volume penjualan adalah saluran distribusi yang

bertujuan untuk melihat peluang pasar apakah dapat memberikan laba yang

62
maksimun. Secara umum mata rantai saluran distribusi yang semakin luas akan

menimbulkan biaya yang lebih besar, tetapi semakin luasnya saluran distribusi

maka produk perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat luas dan

mendorong naiknya angka penjualan yang akhirnya berdampak pada peningkatan

volume penjualan.

Menurut Irwan Sahaja (2014), penjualan adalah suatu proses pertukaran

barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Kesimpulannya bahwa penjualan

adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang kebutuhan

yang telah dihasilkan kepada mereka yang membutuhkan yang telah ditentukan

atas tujuan bersama.

Faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi volume penjualan adalah

saluran distribusi yang bertujuan untuk melihat peluang pasar apakah dapat

memberikan laba yang maksimun. Secara umum mata rantai saluran distribusi

yang semakin luas akan menimbulkan biaya yang lebih besar, tetapi semakin

luasnya saluran distribusi maka produk perusahaan akan semakin dikenal oleh

masyarakat luas dan mendorong naiknya angka penjualan yang akhirnya

berdampak pada peningkatan volume penjualan.

3. Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan

selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual

dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Harga adalah suatu elemen bauran

63
pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya.

Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan,

fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu.

(Kotler dan Keller, 2012).

4. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi dalam proses pengolahan

bahan baku menjadi produk jadi biaya produksi merupakan bagian dari harga

pokok produksi yang dikorbankan dalam suatu usaha untuk memperoleh

penghasilan, sedangkan harga pokok merupakan bagian dari harga pokok

perolehan yang ditahan pembebanannya. Menurut R.A Supriyono (2011), biaya

produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses pengelolaan bahan baku

menjadi produk jadi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,

dan overhead pabrik. Menjalankan aktivitas perusahaan produksi, biaya produksi

merupakan salah satu variable yang sangat penting, karena biaya produksi

merupakan kunci keberhasilan produksi secara menyeluruh dan faktor yang

menjadi pertimbangan utama.

Merupakan biaya - biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan

equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang

bekerja dalam bagian - bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung

berhubungan dengan proses produksi. Biaya produksi adalah semua pengeluaran

64
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan

bahan - bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang

yang diproduksikan perusahaan tersebut.

5. Biaya Variabel

Biaya variabel (Variable Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan. Semakin

tinggi volume kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi

pula total biaya variabel. Semakin rendah volume kegiatan, maka secara

proporsional semakin rendah pula total biaya variabel. Menurut Mulyadi (2012),

Biaya (Cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk

memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau

mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.

6. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan,

tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan

tingkatan tertentu, biaya tetap per unit berbanding terbalik secara proporsional

dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat

kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per unit, semakin rendah tingkat

kegiatan, maka semakin tinggi biaya tetap per unit. Menurut Riwayadi (2014),

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang totalnya tetap tanpa dipengaruhi oleh

perubahan output aktivitas dalam batas relevan tertentu, sedangkan biaya per unit

berubah berbanding terbalik.

65
7. Laba dan Rugi

Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan

informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan

beban usaha untuk satu periode akuntansi tertentu. Laporan Rugi Laba akan

menggambarkan sumber-sumber penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan

dalam menjalankan usahanya, serta jenis-jenis biaya yang harus ditanggung oleh

perusahaan dalam menjalankan kegiatankegiatan perusahaan. Laba-rugi

merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba dan

rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode yang tergambar dari

jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat

diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Menurut Kasmir

(2012)

2.4.8.3 Analisis Titik Impas Break Even Point (BEP)

Analisis titik impas adalah teknik seleksi yang bagus dan murah. Analisis

ini dapat membantu untuk menentukan apakah perlu melakukan analisis yang

lebih intensif dan mahal, dengan menggunakan analisis titik impas, kita dapat

terlebih dahulu menguji kelayakan suatu produk baru di atas kertas dari pada

langsung melakukan proses produksi dan pengujian pasar. Analisis titik impas

dapat dijadikan sebagai pengganti untuk meramalkan suatu faktor yang tidak

diketahui dalam membuat keputusan proyek. Seluruh pengeluaran diketahui, dua

variabel yang lain yaitu laba dan permintaan bisa bervariasi. Analisis titik Impas

adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak

66
memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam

kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang

dikeluarkan. Menurut Kasmir (2011)

Impas (Break Even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh

laba dan tidak menderita rugi. Usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan

(Revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat

digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu cara untuk

mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi,

tetapi juga belum memperoleh laba.

Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak

mendapat laba dan juga tidak menderita rugi. Titik impas dapat juga didefinisikan

sebagai titik dimana total penerimaan sama dengan total biaya atau sebagai titik

dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini

selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode

marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun

penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.

Analisis Break Even Point Single produk merupakan analisis untuk menentukan

tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak menderita

kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Analisis ini digunakan pada

perusahaan yang hanya menjual satu jenis produk atau lebih yang biaya - biaya

produksi masing - masing produk tidak dapat dipisahkan. Sedangkan Analisis

break even point multi produk digunakan pada perusahaan yang menjual lebih

67
dari satu produk yang biaya - biaya produksi masing - masing produk dapat

dipisahkan. Rumus Analisis Break Even adalah: BEP = Total Fixed Cost /

contribution margin. Contribution margin (CM) ada 2 macam yaitu CM per unit

digunakan untuk menghitung BEP dalam unit dan CM ratio digunakan untuk

menghitung BEP dalam rupiah. Analisis yang digunakan adalah analisis multi

produk maka CM yang digunakan adalah CM rata-rata, baik untuk CM unit

maupun CM ratio.

2.5 Konsep Strategi Pengembangan Usaha Nanas Madu

2.5.1 Definisi Strategi

Freddy (2016) menyatakan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari

suatu usaha serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting

untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi adalah tindakan potensial yang

membutuhkan keputusan tingkat atas dan sumber daya usaha dalam jumlah yang

besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta

perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi suatu

usaha.

Menururt David (2016), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka

panjang. Strategi ini dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi,

pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi,

dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan

68
keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya suatu usaha dalam jumlah

yang besar.

Menurut Umar (2018), strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para

Petani yang berfokus pada tujuan jangka panjang usahanya, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan usaha tersebut dapat dicapai.strategi

lebih khusus yaitu strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para konsumen di masa depan. Dengan

demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan

dimulai dari apa yang terjadi.

Menurut Assauri (2013), bahwa manajemen strategik merupakan proses

suatu organisasi atau perusahaan menata perumusan dan pengimplementasian

strateginya. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson dalam Chadizaviary

(2010) didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan-keputusan dan tindakan yang

menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana

yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan.

Manajemen strategi adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tahapan-

tahapan yang sudah direncanakan untuk mencapai tujuan. Berpikir secara strategi

menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya, semakin

banyak bentuk pemecahan penyelesaian maka semakin kecil tingkat kesalahan

yang mungkin timbul di masa akan datang. Proses manajemen strategis terdiri atas

tiga tahap:

69
1. Formulasi strategi, antara lain adalah mengembangkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan

kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,

merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan

dilaksanakan.

2. Implementasi strategi,diantaranya mengembangkan budaya yang mendukung

strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha

pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan

sistem informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja

organisasi. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer

untuk memotivasi karyawan.

3. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Evaluasi

strategi adalah alat untuk mendapatkan informasi kapan strategi tidak dapat

berjalan. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor

internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktifitas dasar evaluasi

strategi adalah (1) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi

dasar strategi saat ini; (2) Mengukur kinerja; (3) Mengambil tindakan korektif

(Yunus, 2016).

Perencanaan strategi merupakan proses analisis, perumusan dan evaluasi

strategi. Tujuan utama dari perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat

melihat secara objektif tentang kondisi-kondisi internal dan eksternal. Oleh karena

itu, perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan

70
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan dukungan

yang optimal dari sumber daya yang ada (Rangkuti, 2006).

Para pakar menekankan bahwa salah satu instrument analisis yang dapat

digunakan adalah analisis SWOT yang dengannya dapat diketahui secara jelas dan

pasti faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan organisasi yang dapat

mencakup saluran distribusi yang handal, posisi kas organisasi, lokasi yang

menguntungkan, keunggulan dalam menerapkan teknologi yang canggih tetapi

sekaligus tepat guna dan struktur atau tipe organisasi yang digunakan. Akan

tetapi, tidak kalah pentingnya untuk diketahui secara tepat adalah berbagai

kelemahan yang mungkin terdapat dalam diri organisasi tersebut (Yunus, 2016).

Rangkuti (2004), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan Peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).

2.5.2 Analisis lingkungan usaha

Yunus (2016), Pelaksanaan analisis lingkungan strategis merupakan bagian

dari komponen perencanaan strategis dan merupakan suatu proses untuk selalu

menempatkan organisasi pada posisi strategis sehingga dalam perkembangannya

akan selalu berada pada posisi yang menguntungkan. Lingkup analisis lingkungan

strategis meliputi:

- Analisis Lingkungan Internal

71
- Analisis Lingkungan Eksternal

2.5.2.1 Lingkungan Internal

Faktor internal yang berasal dari lingkungan dalam suatu usaha yang

terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik dari segi sumber daya fisik

yaitu berupa peralatan atau fasilitas, sarana dan prasarana, kemudian sumber daya

manusia meliputi karyawan, pelatihan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan,

dan kemauan, serta sumber daya organisasi yang meliputi struktur organisasi.

Identifikasi lingkungan internal dimaksudkan untuk membaca atau memotret

gambaran kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) organisasi yang aktual pada

saat ini (Verlane, 2010).

2.5.2.1.1. Sumberdaya Alam (SDA)

Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan

umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik

akan berdampak buruk. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan

pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam

tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan

tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri (Fauzi, 2004).

Dalam pengertian umum, sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya

adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) mendefinisikan

sumber daya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees

72
(1990) lebih jauh mengatakan bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai

sumber daya harus memiliki dua kriteria yang pertama yaitu harus ada

pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya yang

kedua adalah harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut

(Fauzi, 2004).

Dengan demikian dalam pengertian ini definisi sumber daya terkait dengan

kegunaan (usefulness), baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat

manusia. Selain dua kriteria di atas, definisi sumber daya juga terkait pada dua

aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya

dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang

mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan.

Pengertian sumber daya pada dasarnya mencakup aspek yang jauh lebih

luas. Dalam literatur sering dinyatakan bahwa sumber daya memiliki nilai

“intrinsic”. 12 Nilai intrinsic adalah nilai yang terkandung dalam sumber daya,

terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak, atau lebih ekstrem

lagi, terlepas dari apakah manusia ada atau tidak. Dalam ilmu ekonomi

konvensional, nilai intrinsic ini sering diabaikan sehingga menggunakan alat

ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan sumber daya alam

sering tidak mengenai sasaran yang tepat.

2.5.2.1.2. Sumberdaya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia merupakan ilmu dan seni yang mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

73
terwujudnya tujuan perusahaan. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini

sering disebut manajemen kepegawaian atau manajemen personalia yang

diterapkan pada suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut

ini beberapa pengertian mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia menurut

beberapa ahli, diantaranya:

Menurut (Hasibuan, 2016) sumber daya manusia adalah ilmu dan seni

yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien

membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Senada

dengan itu, (Badriyah, 2015) berpendapat bahwa manajemen sumber daya

manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan

perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan

organisasi.

Menurut (Desseler, 2015), manajemen sumber daya manusia adalah proses

untuk memperoleh, melatih, menilai, dan mengompensasi karyawan dan untuk

mengurus relasi tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan, serta hal-hal yang

berhubungan dengan keadilan.

Menurut Simamora dalam (Sutrisno, 2015) manajemen sumber daya

manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, peniliaian, pemberian balas jasa

dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.Pengertian

menurut Schuler dalam (Sutrisno, 2015) mengartikan bahwa: Manajemen sumber

daya manusia merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi

sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi kontribusi bagi

74
tujuan-tujuan organisasi dan menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk

memastikan bahwa SDM tersebut digunakan secara efektif dan adil bagi

kepentingan individu, organisasi dan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

diatas maka dapat dilihat bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu

penerapan fungsi-fungsi perencanaan, pengelolaan, pengarahan, dan pengawasan

sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan dan fungsi tersebut

digunakan untuk melaksanakan tindak pengadaan, pengembangan, pemeliharaan,

dan pendayagunaan sumber daya manusia.

2.5.2.1.3 Tanah

Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil

pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke

luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan penting. Hal ini terbukti dari

balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor produksi lainnya

(Mubyarto, 2001)

Menurut Rukmana (2002), pengolahan tanah secara sempurna sangat

diperlukan agar dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas

gulma dan hama dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong

aktivitas mikroorganisme tanah serta membuang gas beracun dalam tanah.

2.5.2.1.4 Manajemen

Menurut (M. S. . Hasibuan, 2016), manajemen berasal dari kata to

manage yang artinya mengatur. Apa yang diatur, apa tujuannya diatur, mengapa

75
harus diatur, siapa yang mengatur, dan bagaimana mengaturnya.

Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang

diinginkan. Manajemen sebagai ilmu pengetahuan, manajemen juga bersifat

universal dan mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis. Ilmu

pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia,

perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lainnya.

Berikut ini adalah beberapa pengertian manajemen yang dikemukakan oleh

beberapa ahli: Pengertian Manajemen menurut (M. S. . Hasibuan, 2016)

mengemukakan bahwa “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut (Abdullah, 2014) :

Manajemen itu adalah keseluruhan aktivitas yang berkenaan dengan

melaksanakan pekerjaan organisasi melalui fungsi-fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi

yang sudah ditetapkan dengan bantuan sumber daya organisasi (man, money,

material, mechine and method) secara efesien dan efektif.

Berdasarkan pendapat (Bilson Simamora, 2015) manajemen diartikan

sebagai proses untuk memberdayakan segala sumber daya didalam organisasi

untuk mencapai tujuan.

Menurut (Feriyanto. Andri. dan Triana, 2015), manajemen adalah inti dari

administrasi, karena manajemen sendiri sebagai alat pelaksana administrasi dan

sebagai kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan melalui kegiatan orang lain.

76
Berdasarkan beberapa pengertian Manajemen diatas maka dapat dilihat

bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang proses mengatur

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya guna mencapai tujuan secara

efektif dan efisien.

2.5.2.2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan menurut Pearce dan Robinson (1997)

merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang

dan ancaman yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak perusahaan.

Analisis terhadap lingkungan eksternal menurut David (2004) bertujuan untuk

mengidentifikasi peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan

sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan

suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan evaluasi terhadap

peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.

Faktor lingkungan eksternal dapat subjektif karena setiap manajerial dapat

memandang pada faktor-faktor luar yang berbeda. Faktor yang dianalisis

merupakan faktor luar yang memang berpengaruh dalam perkembangan

perusahaan. Secara garis besar lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi

dua, yaitu lingkungan makro dan mikro, (Nilasari, 2014).

2.5.2.2.1. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam

menciptakan lingkungan usaha usahatani yang kondusif dan mampu mendukung

pengembangan usahatani yang tangguh. Lembaga pemerintah, mulai dari tingkat

77
pusat sampai daerah, memiliki wewenang regulasi dalam menciptakan lingkungan

usahatani yang adil dan kompetitif (Gumbira, 2001).

Istilah kebijakan merupakan terjemahan dari kata bahasa

Inggris”Policy”yang dibedakan dari kata kebijaksanaan (Wisdom) maupun

kebajikan (virtues). Menurut Irfan Islamy (1999), kebijaksanaan berasal dari

kata”Wisdom” adalah tindakan yang memerlukan pertimbangan-pertimbangan

yang lebih jauh dan mendalam. Sementara kebijakan adalah tindakan mencakup

aturan-aturan yang terdapat didalam suatu kebijaksanaan. M.Solly Lubis (2007)

mengatakan Wisdom dalam arti kebijaksanaan atau kearifan adalah

pemikiran/pertimbangan yang mendalam untuk menjadi dasar (landasan) bagi

perumusan kebijakan. Kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang

diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan cara untuk

pencapaian tujuan. Keban (2008), melihat kebijaksanaan sebagai suatu keputusan

yang memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya dilarang atau sebaliknya,

berdasarkan alasanalasan tertentu, seperti pertimbangan kemanusiaan, keadaan

gawat, dsb. Sedangkan kebijakan menunjukan adanya serangkaian alternatif yang

dipilih berdasarkan prinsipprinsip tertentu.

2.5.2.2.2. Peluang Pasar

Menurut Soekartawi (2002), beberapa sebab mengapa terjadi rantai

tataniaga hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan,

yaitu pasar yang tidak bekerja secara sempurna, lemahnya informasi pasar,

lemahnya posisi produsen untuk melakukan penawaran untuk medapatkan harga

78
yang baik, serta petani/produsen melakukan usaha taninya tidak didasarkan pada

permintaan pasar.

Menurut Hastuti (2017), Dalam pemasaran komoditas pertanian dikenal

istilah fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan

oleh Lembaga-lembaga pemasaran pada prinsipnya terdapat 3 (tiga) tipe fungsi

pemasaran yaitu fungsi pertukaran (seperti pembelian dan penjulan), fungsi

pengadaan fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan), dan fungsi fasilitas

(standar mutu, keuangan, risiko, dan informasi pasar).

2.5.2.2.3. Persaingan

Masalah persaingan bukanlah masalah baru dalam dunia usaha, ini dapat

dilihat dalam perkembangannya dimana kemajuan suatu perusahaan selalu diiringi

oeleh perusahaan lain untuk menuju kearah yang lebih baik. Setiap perusahaan

tidak dapat menghindari persaingan dari perusahaan lain. Menurut kamus besar

Bahasa Indonesia persaingan adalah suatu persaingan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekolompok orang tertentu, agar memperoleh kemenangan atau

hasil secara kompetitif.

Menurut Sondang P. Siagian ( 2003 ) Persaingan juga merupakan kenyataan

hidup dalam dunia bisnis, sifat, bentuk, dan intensitas persaingan yang terjadi dan

cara yang ditempuh oleh para pengambil keputusan stratejik untuk menghadapi

para tingkat yang dominan mempengaruhi tingkat keuntungan suatu perusahaan.

Dalam persaingan kita mengenal istilah “pesaing” yaitu perusahaan yang

79
menghasilkan atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk

yang kita tawarkan.

Menurut Kasmir (2012), pesaing suatu perusahaan dapat dikategorikan

pesaing yang kuat dan pesaing yang lemah atau ada pesaing yang dekat yang

memiliki produk yang sama atau memiliki produk yang mirip.Selanjutnya analisis

terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan

ancaman yang dihadapi suatu perusahaan, sehingga usaha memiliki kemampuan

untuk dapat merumuskan suatu strategi (Dede, 2017).

a. Lingkungan jauh usaha

Lingkungan jauh eksternal terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar

dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional usaha yaitu politik,

ekonomi, sosial, budaya, demografi, teknologi, atau sering disebut PEST.

1) Faktor Ekonomi. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat

mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan.Semakin buruk kondisi

ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis.

2) Faktor sosial dan budaya. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu

usaha mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya

hidup dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.

3) Faktor politik dan kebijakan pemerintah. Arah kebiijakan dan stabilitas

politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para Petani untuk

menjelaskan usaha.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari faktor politik

agar bisnis dapat berkembang dengan baik adalah undang-undang tentang

80
lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan dan kesehatan

kerja dan sistem perpajakan.

2.5.3. Rumusan Strategi

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka dengan menggunakan analisis

matrik SWOT diperoleh bebrapa alternatif yang dapat dipertimbangkan guna

pengembangan budidaya nanas (Yunita dkk, 2019). Analisis yang telah dilakukan

kemudian mendapatkan perumusan strategi dan melakukan pengambilan

keputusan.

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT

dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Faktor Internal Strengh (S) Weakness (W)


Menentukan beberapa Menentukan beberapa
faktor kekuatan Internal faktor kelemahan
Faktor Eksternal internal
Opportunity (O) (Strategi S-O) (Strategi W-O)
Menentukan Menciptakan situasi yang Meminimalkan
beberapa faktor menggunakan kekuatan kelemahan untuk
peluang internal untuk memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
Treath (T) (Strategi S-T) (Startegi W-T)
Menentukan menggunakan kekuatan Meminimalkan
beberapa faktor untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
ancaman eksternal menghindari ancaman
Tabel 7. Matriks SWOT
Sumber: Freddy Rangkuti, 2016

81
Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative

strategis, yaitu:

a. Strategi SO, merupakan upaya untuk menggunakan kekuatan internal

yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.

b. Strategi ST, merupakan kombinasi antara strengths (kekuatan) dan

threats (ancaman) yang berupaya menggunakan seoptimal mungkin

kekuatan internal untuk menghadapi tantangan atau hambatan dari luar

c. Strategi WO, merupakan gabungan antara weaknesses (kelemahan) dan

opportunities (peluang), yang berupaya untuk meminimalkan kelemahan

internal untuk memanfaatkan peluang yang ada.

d. Strategi WT, merupakan kombinasi antara weaknesses (kelemahan) dan

threats (ancaman), yang berupaya meminimalkan kelemahan internal

dan menghindari tantangan dan ancaman.

Proses pengembangan strategi dimulai dengan pengembangan strategi

korporat dengan fokus mempertahankan hidup (survival). Berdasarkan

strategi korporat ini, strategi unit bisnis dengan fokus pada distinctive

competence, kepemimpinan, biaya, diferensiasi mengenai produk, dan fokus

pada biaya maupun diferensiasi. Yang terakhir adalah penyusunan strategi

operasional dengan fokus pada prioritas persaingan, biaya, kualitas,

fleksibilitas, dan distribusi produk (Amstrong, 2012).

82
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
1 Eviana Strategi Mengetahui bagaimana Analisis Hasil penelitian ini
(2017) Pengembangan strategi pengembangan deskriptif menunjukan bahwa (1)
Budidaya Lebah budidaya lebah madu dengan menggunakan berdasarkan posisi pada
Madu di Desa di Desa Buana Sakti Teknik analisis diagram SWOT usaha
Buana Sakti Kecamatan Batang SWOT lebah madu berada pada
Kecamatan Hari, mengingat Desa kuadran II, yakni
Batang Hari Buana Sakti sangat meskipun ada ancaman
Kabupaten berpotensi dalam perusahaan masih
Lampung Timur pengembangan memiliki kekuatan dari
budidaya lebah madu. segi internal. Strategi
yang harus diterapkan
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang
dengan cara difersivikasi
produk dan pasar.
Strategi yang dapat
dilakukan dalam usaha
Budidaya Lebah Madu Di
Desa Buana Sakti

83
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
berdasarkan hasil analisis
SWOT adalah strategi ST
(Strengts-Threats), yang
terletak dikuadran II.
Dimana strategi (S)
terdiri dari kualitas
madu,kemampuan
SDM,informasi
pasar,perawatan
mudah,SDM sudah
mengikuti pelatihan,
harga madu cenderung
stabil dan kemudian untuk
strategi (T) terdiri dari
kenaikan harga sarana
produksi dan BBM,
tingkat pertambahan
penduduk, persaingan,
pengaruh cuaca, keadaan
ekonomi dan pengaruh

84
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
lingkungan.
2 Kamil Strategi Mengetahui factor Analisis Hasil penelitian dengan
(2019) Pemasaran internal (kekuatan dan Deskriptif dengan judul Strategi Pemasaran
Produk Lebah kelemahan) sebagai menggunakan Teknik Produk Lebah Madu Apis
Madu Apis pertimbangan dalam Analisis Mellifera Di Ternak
Mellifera di menentukan kebijakan SWOT Lebah Natural Dengan
ternak Lebah perusahaan, untuk Pendekatan SWOT
Natural dengan mengetahui factor ( Studi Kasus Ternak
Pendekatan eksternal (peluang dan Lebah Natural Desa
SWOT ancaman) sebagai Podorejo Kec. Ngaliyan
pertimbangan Kota Semarang ) sebagai
perusahaan dalam berikut: a. Analisis
menentukan strategi lingkungan internal Lebah
pemasaran), dan untuk Natural Madu terdiri dari
menentukan strategi Strength (kekuatan),
pemasaran perusahaan produk yang berkualitas
yang didasarkan pada dan unggulan, produk
SWOT pada produk yang beragam, harga yang
lebah Apis Mellifera terjangkau konsumen, dan
Natural Madu. pelayanan yang ramah.

85
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Weakness (kelemahan)
adalah minimnya
permodalan, lokasi yang
kurang strategis, peralatan
yang kurang moderen,
panen yang telat
dikarenakan faktor alam
dan masih minimnya
pemasaran, b. Analisis
lingkungan eksternal
Terdiri dari Opportunity
(peluang) meningkatnya
permintaan konsumen,
peluang pasar yang luas,
meningkatkan pemasaran
melalui media sosial,
kualitas produk diakui
konsumen. Threat
(ancaman) adalah pesaing
yang bergerak pada

86
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
bidang yang sama,
pesaing yang memberikan
harga miring, mulai
tumbuhnya perusahaan
yang baru. c. Strategi
Matriks SWOT Dengan
memperbesar peternakan,
mengintensifkan promosi,
menjaga kualitas produk
yang ditawarkan,
memanfaatkan media
sosial sebagai sarana
promosi, memberikan
kemasan yang menarik
dan aman.
3 Hikmah Analisis Strategi Mengetahui prospek Analisis Hirarki Proses Hasil penelitian
(2017) Pengembangan usaha madu yang (AHP) menyatakan bahwa
Usaha terdapat di Kecamatan strategi pengembangan
Madu Di camba, Kabupaten usaha madu di Kecamatan
Kecamatan Maros Camba terdiri atas strategi

87
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Camba, pemasaran sebagai
Kabupaten Maros prioritas pertama dan
strategi pasca panen
sebagai prioritas kedua
dalam pengembangan
usaha madu di Kecamatan
Camba, Kabupaten
Maros.

4 Setiawan Strategi Mengetahui kegiatan Analisis deskriptif Berdasarkan hasil


(2016) Pengembangan yang telah dilakukan dengan menggunakan penelitian didapatkan
Usaha Lebah Kelompok Tani Setia teknik analisis kesimpulan sebagai
Madu Kelompok Jaya dan mengetahui SWOT berikut: Kelompok Tani
Tani Setia alternatif Strategi Setia Jaya dalam
Jaya Di Desa dalam Pengembangan melakukan kegiatan
Rambah Jaya Usaha Lebah Madu pemeliharaan dan
Kecamatan Kelompok Tani Setia perawatan, pemanenan,
Bangun Purba Jaya. pengemasan dan
Kabupaten pendistribusian
Rokan Hulu (pemasaran) masih

88
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
dilakukan dengan cara
tradisional dan manual
yang artinya masih
memakai campur tangan
manusia sehingga hasil
yang didapatkan kurang
maksimal dan Alternatif
strategi pengembangan
usaha
yang dapat diterapkan
oleh Kelompok Tani Setia
Jaya salah satunya adalah
membuat produk madu
yang
berkualitas, menciptakan
produk madu unggulan
dan mempertahankan
keaslian
dan kemurnian madu serta
meningkatkan

89
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
produktivitas madu agar
meningkatnya loyalitas
konsumen
terhadap kelompok tani.
5 Herlini Pemberdayaan Mengetahui Analisis data yaitu data Pengembangan kelompok
(2020) Peternak Lebah Pemberdayaan Peternak reduction, data display, yang terjadi pada KUBE
Madu Melalui Lebah Madu Melalui dan conclusion drawing Sumber Rezeki I yakni
Pengelolaan Pengelolaan atau verification melalui tahapan forming,
Kelompok Usaha Kelompok Usaha storming, norming,
Bersama (Studi Bersama performing dan gejala
Kasus Kelompok adjourning. Masuknya
Sumber Rezeki I program baru dari Dinas
Dusun Meranti Kehutanan membuat
Belah, Bantan Kelompok Sumber Rezeki
Tengah, Bantan, I saat ini kembali melalui
Bengkalis, Riau) tahap forming dan
Storming
6 Fachrur Rozi, Analisis Potensi Mempelajari peluang Analisis Hasil penelitiannya
Nila P, Budhi dan Kendala dan strategi SWOT menunjukkan bahwa
Santoso R, dan Serta Strategi pengembangan Potensi pengembangan

90
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Nasir Saleh Pengembangan Ubi kayu di lahan ubikayu di lahan hutan
(2016) Usahatani hutan. didukung oleh faktor
Ubikayu Di internal (kekuatan), antara
Lahan Hutan lain terbentuknya
kelompok petani dan
LMDH, lahan di bawah
tegakan tersedia cukup
luas untuk usahatani
ubikayu, dan teknologi
ubikayu di lahan hutan
telah tersedia. Faktor
eksternal (peluang) yaitu
tingkat harga dari ubikayu
semakin menarik bagi
petani, dukungan dan
koordinasi kelembagaan
petani yang difasilitasi
oleh Perhutani dan
Pemda, serta permintaan
untuk kebutuhan ubikayu

91
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
cukup besar untuk bahan
pangan, pakan maupun
energi. Kendala faktor
internal (kelemahan)
adalah tanggung jawab
petani kurang dalam
pemeliharaan lahan hutan,
pengetahuan teknik
usahatani ubikayu di
lahan hutan kurang, dan
pemanfaatan lahan untuk
usahatani ubikayu hanya
bisa dilakukan di bawah
pohon tegakan yang
berumur
7 Mardani Analisis Usaha Menganalisis Metode yang Hasil penelitiannya
(2017) Tani Tanaman pendapatan dan digunakan untuk menunjukan bahwa Hasil
Pangan Jagung Di kelayakan usahatani menganalisis data penelitian menunjukkan
Kecamatan Juli jagung di Kecamatan dalam penelitian ini, bahwa Usahatani jagung
Kabupaten Juli. adalah metode analisis di Kecamatan Juli layak

92
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Bireuen kuantatif yaitu data diusahakan karena total
yang di peroleh dari penerimaan petani jagung
penelitian dalam di daerah penelitian
bentuk angka yang sebesar Rp.63.396.79,-
disusun per Ha dan total biaya
dengan tabelaris sebesar Rp. 4.654.321,-
selanjutnya akan per Ha. Sehingga
dibahas dan dianalisis diperoleh total pendapatan
dengan model sebesar Rp. 3.498.335,1,-
persamaanpersamaan per Ha. Berdasarkan
yang telah ditentukan. perhitungan kelayakan
usaha (R/C), yaitu
perbandingan Pendapatan
dengan total biaya
produksi yang lebih besar
dari nol, yaitu memiliki
angka perbandingan 1,36,
atau 1,36 > 1, maka dapat
disimpulkan bahwa Usaha
Tani Jagung Di

93
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Kecamatan Juli
Kabupaten Bireuen dapat
dikatakan menguntungkan
dan layak dijalankan
8 Mashuri Faktor-Faktor Mengetahui pengaruh Metode analisis yang Terdapat pengaruh positif
(2019) yang modal, jumlah tenaga digunakan adalah modal terhadap
Mempengaruhi kerja, tingkat analisis regresi linier pendapatan pedagang di
Keberhasilan pendidikan, berganda. pasar Sukaramai
Usaha Pedagang pengalaman, lama jam Bengkalis yang
Pasar Sukaramai kerja, usia para ditunjukan dengan nilai
Di Kecamatan pedagang pasar koefisien standar regresi
Bengkalis terhadap tingkat sebesar 0,673. Terdapat
keberhasilan usaha pengaruh tenaga kerja
para pedagang di pasar dengan nilai koefisien
Sukaramai kecamatan standar regresi sebesar
Bengkalis. Penelitian 0,295, tidak terdapat
ini merupakan pengaruh pendidikan
penelitian inferensial (dummy variable) dan
dengan pendekatan lama usaha (pengalaman)
kuantitatif. Teknik terhadap peningkatan

94
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
pengambilan sampel pendapatan (keberhasilan
menggunakan simple usaha), terdapat pengaruh
random sampling positif lama jam kerja
jumlah yang digunakan dengan nilai koefisien
sebagai sampel standar regresi sebesar
sebanyak 47 orang 0,229, dan tidak terdapat
pemilik toko (kios). pengaruh usia terhadap
Teknik pengumpulan keberhasilan para
data primer pedagang di pasar
menggunakan Sukaramai kecamatan
kuesioner, wawancara Bengkalis. Sedangkan
serta observasi secara simultan yakni
lapangan. pengaruh modal, jumlah
tenaga kerja, tingkat
pendidikan, pengalaman,
lama jam kerja, usia
terhadap tingkat
keberhasilan pedagang di
pasar Sukaramai
kecamatan Bengkalis

95
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
sebesar 94,8% sedangkan
sisanya sebesar 5,2%
dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini
9 Afifah Sari Analisis Strategi Analisis Strategi bersaing yang
(2019) Bersaing Usaha SWOT digunakan Mie Ayam Hot
Kuliner Dalam Plate Ajibarang yaitu
Meningkatkan menggunakan strategi
Omset Penjualan diferensiasi yang
(Studi Kasus: Mie mencakup diferensiasi
Ayam Hot Plate produk, diferensiasi
Ajibarang) pelayanan, diferensiasi
personil, dan diferensiasi
citra, mempunyai dampak
terhadap peningkatan
omset penjualan
10 Ekalinda Karakteristik Mengetahui Penelitian Hasil menunjukkan
(2017) Petani dan karakteristik menggunakan metode bahwa lebih dari 80%
Kelayakan petani,biaya usaha tani survei dengan jumlah petani termasuk dalam

96
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Usahatani Nanas nanas moris, 25 responden petani. usia produktif dengan
Moris di pendapatan petani dan tingkat Pendidikan SD
Kabupaten kelayakan usaha tani yang sama sebanyak 36%
Indragiri Hulu Nanas moris dengan pengalaman usaha
Provinsi Riau tani nanas moris kurang
dari 10 tahun atau sekitar
85% responden, total
biaya yang di keluarkan
untuk usaha tani Nanas
per musim tanam Rp
7,403 juta, Pendapatan
kotor petani pada tahun
pertama Rp 9,765 Juta,
tahun kedua Rp
13,662,500 dan tahun
ketiga Rp 9,853 juta.
Secara ekonomi budidaya
nanas moris tidak layak
dengan BCR sebesar 0,78.
Analisis sensitivitas

97
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
penggunaan lahan
pertanian meningkatkan
produksi sebesar 20%
yang diperoleh perubahan
pendapatan sebesar Rp
25,895,080 dengan nilai
BCR sebesar 2,9.
11 Dita Pratiwi, Analisis Finansial Menganalisis Metode penelitian Secara finansial usahatani
Ali Ibrahim dan Strategi kelayakan finansial yang digunakan adalah nanas madu di
Hasyim, M Pengembangan usahatani metode Lampung Timur layak
Irfan Afandi Nanas Madu di nanas madu di survei. Penelitian untuk dilanjutkan.
( 2016 ) Kabupaten Kabupaten Lampung dilakukan di Desa Pengembangan usahatani
Lampung Timur Timur dan Rajabasa nanas madu dapat
menyusun strategi Lama, Kecamatan dilakukan dengan strategi
pengembangan yang Labuhan Ratu sebagai berikut: (a)
sesuai Kabupaten memanfaatkan lahan yang
untuk keberlanjutan Lampung Timur. subur dan luas untuk
usahatani nanas madu Lokasi penelitian meningkatkan produksi
di ditentukan sehingga mampu
Kabupaten Lampung secara sengaja menguasai pasar, (b)

98
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Timur. (purposive) dengan memanfaatkan sarana
pertimbangan produksi yang mudah
bahwa di lokasi didapat dan iklim yang
tersebut merupakan cocok untuk
salah satu meningkatkan produksi,
sentra produksi nanas (c)
madu di Provinsi menghasilkan produk
Lampung. yang berkualitas baik
sehingga mampu
menguasai pasar, (d)
menjadikan
lokasi usahatani sebagai
sentra nanas madu
sehingga dapat menguasai
pasar, dan (e)
menggunakan tenaga
kerja secara efektif dan
memanfaatkan persaingan
yang relatif wajar untuk
meningkatkan mutu dan

99
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama dan Metode
No Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
hasil panen.
12 T.Matouleibi Adaption of Mengetahui adopsi Profesional Randoom Hasil penelitian
Chanu, Pineapple praktek di negara Sampling menunjukkan bahwa
David.J.Baite, Cultivation manifur india. sebagian besar responden
M.Kunjaraj Practices by the memiliki tingkat adopsi
Singh and Farmer in sedang diikuti dengan
D.U.M.Rao Manipur State kategori tinggi dan
( 2014 ) kategori adopsi rendah.

100
2.7. Kerangka Berpikir Penelitian

Kecamatan Kuala Cenaku merupakan Kecamatan satu-satunya penghasil

nanas madu di Kabupaten Indragiri Hulu, dimana tujuan utama pembangunan

pertanian di Kecamatan tersebut adalah meningkatkan produksi pertanian khususnya

produksi nanas madu pada subsektor hortikultura. Peningkatan produksi akan

berdampak pada kesejahteraan petani, yaitu akan memiliki peluang besar untuk

memenuhi kebutuhan pada sektor hortikultura. Sebagai Kecamatan yang mempunyai

potensi sumberdaya alam yang baik dan sumberdaya manusia yang tersedia juga

memiliki sejumlah permasalahan, seperti masih rendahnya produksi nanas madu di

Kecamatan Kuala Cenaku dibandingkan daerah dengan penghasil komoditi nanas

madu terbesar di Riau, Kabupaten Bengkalis, Dumai dan Siak. Dan petani belum

mengetahui sepenuhnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usahatani

menyebabkan rendahnya pendapatan yang diperoleh petani.

Sehingga perlu adanya penerapan usahatani nanas madu yang terdiri dari

beberapa diantaranya:

1. Karakteristik Petani Nanas madu, dan Profil Usaha Tani Nanas madu di

Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

2. Analisis usahatani nanas madu yang meliputi : teknologi budidaya,

penggunaan sarana produksi, analisis biaya, produksi, pendapatan, efisiensi

101
dan BEP (Break Event Point) di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten

Indragiri Hulu

3. Penyedia sarana produksi nanas madu meliputi: penyediaan bibit, pupuk,

pestisida dan alat mesin pertanian di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten

Indragiri Hulu

4. Strategi Pengembangan Usaha Tani Nanas madu meliputi : lingkungan

internal (SDA, SDM, Tanah, Modal dan Manajemen) dan lingkungan

eksternal (Kebijakan pemerintah, peluang pasar dan pesaing) di Kecamatan

Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

Dari teori yang mendasari penelitian ini, maka dapat disimpulkan suatu model

kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

102
Potensi:
1. Tersedianya potensi sumber daya alam seperti lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan kehutanan, iklim, dan topografi
2. Daerah penelitian merupakan sentra produksi nanas madu di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau
3. Ketersediaan tenaga kerja
4. Prospek pasar yang tersedia
Permasalahan:
1. Tingkat produksi yang masih rendah
2. Teknologi masih sederhana
3. Rendahnya Pengetahuan dan Keterampilan petani
4. Kelangkaan bibit unggul

Analisis

A. Karakteristik Analisis Strategi Pengembangan


Analisis
pengusaha dan penyediaan sarana Usaha Nanas Madu
Usahatani:
pedagang: yaitu: 1. Lingkungan Internal
1. Teknis
1. Umur (Bibit, Pupuk, 1. SDA
budidaya
2. Tingkat Pendidikan Pestisida dan 2. SDM
2. Penggunaan
3. Lama Berusahatani/ Alsintan di ukur dari 3. Tanah
sarana
Pengalaman 5 tepat) yaitu: 4. Manajemen
produksi
B. Profil usahatani 1. Waktu 5. Modal
3. Biaya
nanas madu: 2. Jumlah 2. Lingkungan Eksternal
4. Produksi
1. Luas Lahan 3. Jenis 1. Kebijakan
5. Pendapatan
2. Varietas Nanas 4. Mutu Pemerintah
6. Efisiensi
3. Kepemlikian Lahan 5. Harga 2. Peluang Pasar
7. BEP
4. Pola Tanam 3. Pesaing
3. Rumusan Strategi

Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif


SWOT
kualitatif kuantitatif kualitatif dan Deskriptif
kuantitatif

Gambar 3. Kerangka Berpikir Kesimpulan dan Implikasi kebijakan


103
Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode, Tempat dan Waktu Penelitian

Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah survei. Penelitian

dilakukan di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.

Dipilihnya lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan

tersebut merupakan sentra usahatani nanas madu dan memiliki produksi dan

potensi terbesar di Kabupaten Indragiri Hulu. Namun peneliti belum mengetahui

usahataninya.

Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei 2022

sampai dengan bulan November 2022, yang meliputi kegiatan persiapan

(pembuatan proposal, seminar proposal, perbaikan), pelaksanaan penelitian,

(pengumpulan data, tabulasi dan analisis data), perumusan hasil, seminar hasil,

perbaikan, perbanyak laporan hasil penelitian.

3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling

sebanyak 66 orang petani (50%) dari 131 orang populasi petani nanas madu yang

terdapat dalam 2 Desa yaitu: Desa Sukajadi dan Desa Pulau Jum’at, karena kedua

desa tersebutlah yang berusatani nanas, dengan pertimbangan sampel yang

diambil mewakili petani yang lainnya. Jumlah populasi dan responden dapat

dilihat pada tabel 9

104
Tabel 9. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Nanas Madu di Kecamatan
Kuala Cenaku Tahun 2022
N Desa Sampel Jumlah Populasi Jumlah Responden (orang)
O (orang) (50%)
1. Desa Sukajadi 71 36
2. Desa Pulau Jum’at 60 30
Jumlah 131 66
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) Kec. Kuala Cenaku

Analisis pengembangan responden penelitiannya terdiri dari: Petani 66

orang petani, ditentukan secara sengaja atau simple random sampling dikarena

setiap petani memiliki karakteristik yang sama seperti komoditi,lahan dan jenis

varietas nanas madu yang dipakai

3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer merupakan data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan, yaitu

observasi, wawancara dan kuisioner. Yang termasuk data primer di dalam

penelitian ini meliputi:

Tabel 10. Pengumpulan data Nanas di Kecamatan Kuala Cenaku 2022

No Data Primer Jenis Data Sumber data

1 Karakteristik Petani 1. Umur 1. Petani


2. Tingkat pendidikan
3. Pengalaman usahatani
4. Tanggungan keluarga
2 Profil Usahatani 1. Luas lahan 1. Petani
2. Varietas nanas
3. Kepemilikan lahan
4. Pola tanam
3 Analisis Usahatani 1. Teknologi budibaya 1. Petani
2. Penggunaan sarana
produksi

105
3.Biaya
4.Produksi
5.Pendapatan
6.Efesiensi
7.Break Event Point
(BEP)
4 Analisis Penyedia 1. Bibit 1. Petani
Sarana Produksi 2. Pupuk
3. Pestisida
4. Alsintan
5 Strategi 1. Lingkungan Internal 1. Petani
Pengembangan a. SDM 2. Pemerintah
Usahatani b. SDA
c. Tanah
d. Manajemen
e. Modal
2. Lingkungan Ekternal
a. Kebijakan
pemerintah
b. Peluang Pasar
c. Pesaing
Sumber : Survei pendahuluan, 2022

Untuk data primer diperoleh langsung dari wawancara langsung ke petani

padi sawah sebagai sampel penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang sudah disiapkan.

Selanjutnya data sekunder mencakup keadaan umum di daerah penelitian

(geografi dan topografi daerah), jumlah penduduk (berdasarkan umur, jenis

kelamin, pendidikan serta jenis pekerjaan), jumlah produksi nanas juga data-data

lain yang mendukung penelitian ini. Untuk data sekunder dapat diperoleh dari

lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4. Konsep Operasional

Agar memiliki persepsi yang sama terhadap variabel yang diamati dalam

penelitian maka perlu dibuat batasan-batasan mengenai konsep operasional antara

lain yaitu:

106
1. Karakteristik adalah ciri yang melekat pada responden.

2. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

responden (Tahun).

3. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal yang telah dilalui

oleh petani nanas madu (Tahun).

4. Pengalaman usahatani adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta

keterampilan petani dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari

lamanya berusahatani (Tahun).

5. Profil adalah merupakan grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan

suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu.

6. Usahatani merupakan kegiatan Pertanian dimana seseorang atau

sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti

alam,tenaga kerja,modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi

untuk menghasilkan seseuatu dilapangan pertanian

7. Kepemilikan lahan merupakan lahan usahatani milik pribadi.

8. Lokasi budidaya adalah suatu tempat dimana terjadinya kegiatan usaha

memperbanyak suatu tanaman atau hewan.

9. Teknis Budidaya merupakan serangkaian kegiatan yang diakukan

dalam budidaya untuk memberikan hasil maksimal.

10. Penggunaan sarana produksi adalah seluruh input meliputi: bibit, lahan,

Pestisida, dan peralatan yang digunakan dalam usahatani nanas madu

dalam satu kali musim produksi.

11. Pestisida adalah bahan yang digunakan petani untuk mengendalikan,

107
menolak, atau membasmi organisme pengganggu

12. Alsintan atau alat mesin pengolahan lahan adalah sebutan untuk semua

alat dan mesin yang digunakan petani dalam usaha pertanian

(produksi).

13. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam

proses produksi usahatani.

14. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak habis dipakai dalam satu

periode proses produksi, seperti penyusutan alat dan juga mesin panen.

15. Biaya variabel merupakan biaya yang habis dipakai dalam satu periode

proses produksi, terdiri dari biaya bibit, kotak, pestisida, dan tenaga

kerja.

16. Biaya penyusutan merupakan nilai susut dari alat-alat dan mesin yang

digunakan dalam berusahatani nanas madu.

17. Produksi merupakan hasil dari usaha tani nanas yang dibudidayakan

oleh petani dalam satu kali proses produksi.

18. Pendapatan adalah suatu petambahan aset yang mengakibatkan

bertambahnya owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal

dari pemiliknya dan bukan pula merupakan penambahan aset yang

disebabkan karena bertambahnya liabilities.

19. Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasi kali

jumlah produksi dengan harga yang berlaku.

20. Pendapatan bersih merupakan selisih pendapatan kotor dengan total

biaya produksi yang dikeluarkan.

108
21. Efisiensi usahatani merupakan perbandingan antara pendapatan kotor

dan biaya produksi usahatani nanas madu.

22. Lembaga Penunjang adalah organisasi yang mempunyai kegiatan usaha

dalam mendukung usaha agribisnis seperti perdagangan agribisnis.

23. Penyuluh adalah seseorang yang mengkomunikasikan inovasi dan

teknologi dalam arti mengubah perilaku sasaran agar tahu, mau dan

mampu menerapkan inovasi dan teknologi demi peningkatan

kesejahteraan hidup.

24. Modal adalah faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat dalam

mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan

pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung

pada proses produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga

mampu mendorong kenaikan produktivitas dan output. (Husein Umar,

Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen).

25. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan, karena suatu strategi pada

dasarnya merupakan suatu skema untuk mencapai sasaran yang dituju.

26. Manajemen strategi adalah suatu rangkaian keputusan dan tindakan

yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana untuk

mencapai tujuan usaha.

27. Pengembangan adalah suatu proses pembangunan secara bertahap dan

teratur menjurus ke sasaran yang dikehendaki.

28. Kekuatan adalah situasi internal organisasi yang berupa kompentensi,

kapabalitas, sumberdaya yang dimiliki organisasi, yang dapat

109
digunakan sebagai alternatif untuk menangani dan ancaman.

29. Kelemahan adalah situasi internal organisasi dimana kompetensi,

kapabilitas, sumberdaya organisasi sulit digunakan untuk menangani

kesempatan dan ancaman.

30. Peluang adalah situasi eksternal organisasi yang berpotensi

mengutungkan.

31. Ancaman adalah suatu keadaan eksternal yang berpotensi menimbulkan

kesulitan. Organisasi-organisasi yang berada dalam satu industri yang

sama secara umum akan merasa dirugikan, dipersulit, terancam bila

dihadapkan pada kondisi eksternal tersebut.

3.5. Analisa Data

3.5.1. Analisis Karakteristik Petani

Karakteristik profil usahatani mencakup: luas lahan, varietas padi,

kepemilikan lahan serta pola tanam. Karakteristik petani padi sawah, pelaku

agroindustri dan pedagang mencakup: umur, pengalaman berusahatani, tingkat

pendidikan, serta jumlah tanggungan keluarga. Dalam hal ini karakteristik petani,

pelaku agroindustri dan pedagang akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif

3.5.2. Analisis Subsistem Penyedia Sarana Produksi

Dalam melakukan analisis data pelaksanaan penyediaan sarana produksi

pada usahatani nanas madu digunakan analisis deskriptif dengan menggunkan 5

tepat antara lain: tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat jenis dan tepat mutu.

Pada analisis data dilakukan dengan menghitung persentase (%) terhadap jumlah

petani nanas madu yang dinyatakan tepat atau tidak tepat.

110
Tabel 11. Persentase Jumlah Petani Nanas Madu dalam Ketepatan Penyediaan
Sarana Produksi.
Ketepatan Penyediaan Sarana Produksi

5 Tepat Bibit Pupuk Pestisida Alsintan


No
Kriteria
Tepat Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat

1 Waktu                    
2 Jumlah                    
3 Jenis                    
4 Mutu                    
5 Harga                    
Sumber: Dimodifikasi dari Soekartawi 2002

3.5.3. Analisis Usaha Tani Nanas Madu

Terdapat beberapa analisis yang akan dilakukan pada usahatani nanas madu,

berikut model analisis yang digunakan adalah:

3.5.3.1. Teknologi budidaya

Teknologi budidaya dalam usahatani merupakan serangkaian aspek

kegiatan yang dilakukan dalam usahatani nanas, secara teknis kegiatan yang

dilakukan petani nanas di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

dalam membudidayakan nanas mempunyai tahapan yang sama pada umumnya,

yang meliputi kegiatan pemilihan bibit, persiapan lahan, pemeliharaan,

pengendalian hama penyakit dan pemanenan. Berikut teknis budidaya nanas

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 12. Teknologi Budidaya Nanas Madu


No Aspek Perlakuan Sesuai Real di Keterangan
Budidaya Teori Lapangan
1 Pemilihan bibit - Berasal dari tanaman
induk yang normal
dan sehat
- Jenis bibit seragam

111
atau berasal dari satu
jenis
2 Pesiapan lahan - Menghindari
penggunaan api dan
alat berat
- Dibuat jalur tanam
sesuai dengan pola
tanam satu baris atau
dua baris
3 Pemelihara
an: - Pupuk dasar beupa
a.Pemupuk pupuk kandang
an dengan dosis 10
ton/ha
- Pupuk Susulan
pertama: urea
(300kg/ha) dan
CuSO4 sebanyak 5-
10kg saat usia nanas
2-3 bulan
- Pupuk susulan kedua
yaitu urea (300kg/ha),
terusi (5- 10kg/ha),
serta TSP dan KCl
jika diperlukan pada
usia nanas 5-6 bulan
b. Penjarangan - Penjarangan anakan
dengan jumlah
maksimal setiap
rumpun 2 anakan

c. Penyiangan - Penyiangan
dilakukan secara
berkala (2-4) kali
selama masa tanam
d. Penyiraman - Penyiraman
dilakukan sampai
umur tanaman 1-2
bulan dan minimal 1
minggu sekali. JIka
tanaman sudah
dewasa cukup 2
minggu sekali
4 Pengendalian - Menghindari
hama penyakit pemakaian pestisida
dan obat-obatan

112
yang berlebihan
5 Pemanenan - Nana yang siap panen
dipotong miring
pangkal tangkai buah
- Nanas diletakkan di
tempat teduh agar
tidak layu
Sumber: Sumber: Balitkabi,2016 dan Tim Agro Mandiri, 2018

Tabel 12 (Lanjutan). Teknologi Budidaya Nanas Madu


No Teknologi Budidaya Teori Praktek
(Balitkabi, 2016 dan Tim
Agro Mandiri, 2018)
1. Pengolahan Lahan 1. Tanah diolah sedalam 25
a. Cara cm
2. Menggunakan cangkul
atau traktor.
3. Dibuat guludan atau
bedengan dengan jarak
ganda (double row) yaitu
50 cm dan 100 cm.
4. Pemberian Pupuk Dasar/
Pupuk Kandang
b. Varietas 5. Pengapuran (1-2,5 ton/
Ha) waktu: pembajakan
atau pembentukan
bedengan
6. Varietas
2. Penanaman 1. Stek mahkota diambil dari
a. Cara tanaman berumur lebih
dari 18 bulan.
2. Mahkota stek yang dipilih
bagian bawah sampai
tengah batang
3. Panjang stek yang
digunakan adalah 10 cm.
4. Stek yang dipilih langsung
b. Jarak Tanam ditanam
5. Sistem tanam tradisional
(jarak tanam 35 x 50 cm)
6. Sistem tanam double row
(jarak tanam antar barisan
100 cm dan 80 cm, jarak
dalam barisan yakni 80
cm).
7. Jarak tanam baris pertama

113
(160 cm x 80 cm) dan
baris kedua (80 cm x 80
cm)
Sumber: Sumber: Balitkabi,2016 dan Tim Agro Mandiri, 2018

3.5.3.2. Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Analisis penggunaan sarana produksi meliputi: (1) Luas lahan, (2) Benih, (3)

Pupuk, (4) Jumlah Tenaga kerja, dan (5) Alsintan.

3.5.3.3. Biaya Produksi

Dalam usahatani nanas biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan

oleh petani nanas selama periode tanam. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.

Untuk menghitung besarnya biaya produksi yang dikeluarkan petani

nanas, maka dapat dihitung secara sistematis menggunakan rumus Hernanto

(2002) yaitu:

TC = TFC + TV.....................................................................................................(1)

TC = TFC + ( X1.PX1 + X2.PX2 + X3.PX3 + X4.PX4 )....................................(2)

Keterangan :

TC = Total Cost/Biaya Total (Ha/MT).

TVC = Total Variable Cost/Biaya Variabel (Ha/MT).

TFC = Total Fixed Cost/Biaya Tetap (Ha/MT).

X1 = Bibit (Kg/Ha/MT)

X2 = Pupuk: Urea, Phonska, KCl (Kg/Ha/MT)

X3 = Pestisida: Topsin, Prepaton (Liter/Ha/MT)

X4 = Tenaga Kerja

114
PX1 = Harga Bibit (Kg/Ha/MT)

PX2 = Harga Pupuk (Kg/Ha/MT)

PX3 = Harga Pestisida (Liter/Ha/MT)

PX4 = Harga/Upah Tenaga Kerja (Kg/Ha/MT)

3.5.3.4. Penyusutan Alat

Pada umumnya peralatan yang digunakan pada usahatani nanas habis

dipakai untuk satu kali periode produksi (lebih dari satu tahun). Oleh karenanya

maka biaya peralatan dihitung sebagai komponen biaya produksi adalah nilai

penyusutannya. Dan untuk menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian maka

dapat digunakan rumus menurut Hernanto (2002), yaitu:

NB-NS .................................................................................................................................(3)
D= N

Keterangan :

D = Biaya Penyusutan (Rp/Unit/Tahun)

NB = Nilai Beli (Rp/Unit)

NS = Nilai Sisa 20% Dari Harga Beli (Rp/Unit/Tahun)

N = Usia Ekonomis (Tahun)

3.5.3.5. Pendapatan

a. Pendapatan Kotor:

Pendapatan kotor usaha tani Nanas madu didapatkan dengan melakukan

pengalian antara harga produksi ( P ) dengan Total produksi ( Q ) dengan rumus “

TR = P .Q .................................................................................................(4)

Keterangan :

TR = Total Reveneu (pendapatan kotor)

115
P = Harga Produksi

Q = Total Produksi

b . Pendapatan Bersih

Untuk mengetahui jumlah pendapatan bersih usahatani diperoleh dengan

menggunakan rumus Soekartawi (1995 ) ;

π = TR – TC .................................................................(5)

π = (Y.Py)-(TVC + TFC) ..............................................(6)

Keterangan:

π = Keuntungan Usaha / pendapatan bersih (Rp)

TR = Total Revenue / pendapatan kotor (Rp)

Py = Harga Produksi (Rp/Kg)

Y = Total Produksi (Ton/Kg)

TC = Total Cost /total pengeluaran (Rp)

TFC = Total Fixed Cost/biaya tetap (Rp)

TVC = Total Variabel Cost /biaya variable (Rp)

Perhitungan usaha tani nanas madu yang dilakukan dengan menggunakan

rumus-rumus tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pendapatan usaha tani

nanas madu secara faktual.

Untuk menghitung penyusutan alat-alat pertanian digunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sunarya (2011) sebagai berikut:

P - SV

D = ----------- .................................................................................................(7)

UL

116
Keterangan:

D = Nilai penyusutan alat (Rp/Th)

SV = Nilai sisa alat ( Rp)

C = Harga beli Alat (Rp)

UL = Perkiraan umur ekonomis

3.5.3.6. Efisiensi Usahatani

Efisiensi usaha tani nanas madu, dilakukan dengan menggunakan rumus

menurut Hernanto (2012).

TR

RCR = -------- …………………………………...………………………(8)

TC

Keterangan:

RCR = Return Cost Ratio

TR = Total Revenue = Pendapatan Kotor (Rp/Kg/MT)

TC = Total Cost = Total biaya produksi (Rp/Kg/MT)

Dengan kriteria sebagai berikut :

RC ratio > 1, maka usaha tani nanas madu menguntungkan; RC ratio = 1,

maka usaha tani nanas madu dalam keadaan impas (Break Even Point); dan RC

ratio < 1, maka usaha tani nanas madu tidak menguntungkan.

3.5.3.7. Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point ( BEP ) usaha tani nanas madu, dilakukan dengan

menggunakan rumus menurut Bambang Riyanto (2012).

a. Perhitungan Break Even Point Atas Dasar Unit

117
FC
BEP (Q) = P−VC

di mana :

BEP (Q) : Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual

FC : Biaya tetap

P : Harga jual Produk per unit

VC : Biaya variabel per unit

P –VC : Contribution margin

b. Perhitungan Break Even Point Atas Dasar Penjualan Produk dalam

Rupiah.

FC
BEP (Qᵢ) = VC
1−
S

di mana :

Qᵢ : Volume Penjualan produk dalam Rupiah

FC : Biaya tetap

VC : Biaya variabel

S : Penerimaan (volume penjualan x harga jual per unit produk)

1–VC/S : Contribution margin ratio

c. Grafik

Break Even Point (BEP) adalah dengan membuat gambar atau grafik break

even. Gambar tersebut akan tampak garis - garis biaya tetap, biaya total yang

menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan

penjualan.

118
3.5.3. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Nanas Madu

3.5.3.1. Analisis SWOT

a. Analisis SWOT

Tabel 13. Internal Factor Evaluation


Skor
Faktor-faktor Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
KEKUATAN:
1. Sumber daya lahan yang masih tersedia
luas
2. Cara budidaya nanas tidak sulit
3. Agroindustri
4. Kelembagaan kelompok tani tersedia
5. Varietas produk olahan

Tabel 13 (Lanjutan). Internal Factor Evaluation


Skor
Faktor-faktor Internal Bobot Rating (Bobot x
Rating)
KEKUATAN:
6. Menghasilkan produk utama dan
sampingan (limbah)
7. Ketersediaan tenaga kerja
8. Ketersediaan waktu luang petani
Skor Kekuatan

KELEMAHAN:
1. Pengetahuan ,keterampilan,kompetensi
petani dan penguasaan teknologi masih
kurang
2. Manajemen petani dalan pengolahan
nanas madu lemah
3. Lemahnya dalam permodalan
Skor Kelemahan
Skor Faktor Internal

Faktor-faktor internal merupakan faktor strategis yang dapat menjadi

kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha nanas madu.

119
Tabel 14. Eksternal Factor Evaluation
Skor
Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating
(Bobot x Rating)
PELUANG:
1. Peluang pasar
2. Potensi kemitraan dengan pelaku usaha
dan pedagang
3. Terbangunnya kemitraan pelaku usaha
nanas dukungan pemda (bantuan alat)
4. Teknologi pemasaran dan ketersediaan
input
5. Kelancaran tranfortasi
6. Kemajuan IT untuk pengolahan
7. Dukungan pemerintah
Skor Peluang
ANCAMAN:
1. Dinamika perubahan selera konsumen
2. Anggapan tanaman boros hara
3. Banyak nya komoditi subtitusi yang lain
seperti cabai,sayuran
4. Masih ada masuknya nanas dari daerah
luar
Skor Ancaman
Skor Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal merupakan faktor strategi yang dapat menjadi

peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha nanas madu.

Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi eksternal:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang tertera

dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh-pengaruh faktor

tersebut terhadap posisi strategis (semua bobot tersebut jumlahnya tidak

melebihi skor total 1,0).

120
c. Hitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 1 sampai dengan 4:

4 = jika faktor internal merupakan kekuatan utama

3 = jika faktor internal merupakan kekuatan kecil

2 = jika faktor internal merupakan kelemahan kecil

1 = jika faktor internal merupakan kelemahan utama

d. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) berada antara 1 (low) sampai 4 (high)

dengan averange score 2,5.

Bila total skor:

Dibawah 2,5 = lemah secara internal

Diatas 2,5 = kuat secara internal

b. Matrik SWOT

Tabel 15. Rumusan Strategi Pengembangan Usaha Nanas madu


IFAS KEKUATAN (S): KELEMAHAN (W):
1. Sumber daya lahan yang 1. Pengetahuan ,ket
masih tersedia luas erampilan,kompet
2. Cara budidaya nanas tidak ensi petani dan
sulit penguasaan
3. Agroindustri teknologi masih
4. Kelembagaan kelompok tani kurang
tersedia 2. Manajemen
5. Varietas produk olahan petani dalan
6. Menghasilkan produk utama pengolahan nanas
dan sampingan (limbah) lemah
EFAS 7. Ketersediaan tenaga kerja 3. Lemahnya dalam
8. Ketersediaan waktu luang permodalan
petani
PELUANG (O): Strategi SO: Strategi WO:
1. Peluang pasar 1. 1.
2. Potensi kemitraan 2. 2.
dengan pelaku usaha 3. 3.
dan pedagang 4. 4.
5. 5.
3. Terbangunnya
6. 6.
kemitraan pelaku

121
usaha nanas dukungan 7. 7.
pemda (bantuan alat) 8. 8.
4. Teknologi pemasaran
dan ketersediaan input
5. Kelancaran tranportasi
6. Kemajuan IT untuk
pengolahan
7. Dukungan pemerintah
ANCAMAN (T): Strategi ST: Strategi WT:
1. Dinamika perubahan 1. 1.
selera konsumen 2. 2.
2. Anggapan tanaman 3. 3.
boros hara 4. 4.
3. Banyak nya komoditi 5. 5.
subtitusi yang lain 6. 6.
seperti cabai,sayuran 7. 7.
4. Masih ada masuknya 8. 8.
nanas dari daerah luar

122
DAFTAR PUSTAKA

A, Pearce, John II, Richard B.Robinson, Jr. 2014. Manajemen strategi. Salemba
Empat, Jakarta.

A. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta.

Askurrahman. 2010. Isolasi Karakterisasi Linamarase Hasil Isolasi dari Umbi


Singkong (Manihot Esculenta Craintz). Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo, Kamal-Bangkalan.
Agrointek, Vol. 4, No 2, hlm: 138-145.

Ariyanti, Dewi Indriasih, Tabrani. 2017. Penentuan Profitabilitas Koperasi


Melalui Efisiensi Modal Kerja dan Efektivitas Pengendalian Biaya. Jurnal
Akuntansi. Universitas Swadaya Gunung Jati, 1(23).

Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Indragiri Hulu Dalam Angka Tahun 2019,
Indragiri Hulu.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP). 2013. Sistem Penyuluhan pertanian.


Balai Besar Pelatihan Pertanian.(Online).
http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id. Diakses 15 April 2021.

Dewi, dkk. 2021. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Minat Petani Dalam
Melaksanakan usahatani Lebah Madu. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
AGROINFO GALUH, 8(1): 207-213.

Chanu, T. Matouleibi, David J. Baite, M. Kunjaraj Singh dan D. U. M. Rao .


2014. Adoption of Pineapple Cultivation Practices by the Farmers in
Manipur State. Indian Res. J. Ext. Edu 14 (1).

Ekalinda, Oni. 2017. Karakteristik Petani dan Kelayakan Usahatani Nenas Moris
di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Indonesia Journal of
Agricultural Economics. Vol. 8 (2).

Ekowati, T., Sumarjono, D., Setiyawan, H., dan Prasetyo, E. 2014. Buku Ajar
Usahatani. Upt Undip Press Semarang, Semarang.

Firdausi, Muhammad Ridho dkk. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Dengan


Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA), Financial Value
Added (FVA) Dan Market Value Added (MVA). e-Proceeding of
Management, 4(2).

123
Dede Widiasti, Pengembangan Industri Batik Riau pada Rumah Kreatif Cempaka
di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru. JOM Fekon Universitas
Riau, Vol.4 No.1 (Februari) 2017

Fitria Waluyo, Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi
Kasus: Perkampungan Industri Karanganyar Pesawaran). Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung tahun 2018

Franky Slamet, dkk, Dasar-Dasar Kewirausahaan: Teori dan Praktik (Jakarta: PT.
Indeks, 2018)

Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisa SWOT: Cara


Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI, (Jakarta: PT. Gramedia, 2016).

Firdausi, Muhammad Ridho dkk. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Dengan


Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA), Financial Value
Added (FVA) Dan Market Value Added (MVA). e-Proceeding of
Management, 4(2).

Freddy Rangkuti. 2016. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Edisi
Duapuluh Dua. Cetakan Keduapuluh Dua. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Hadiwijaya, Rendy, Cahyo dan Abdul Rohman. 2013. Pengaruh Intellectual


Capital Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Intervening. Diponegoro Journal Of Accounting, 2(3): 1-7.

Hanafi, B. D., & Yohana, C. 2017. Pengaruh Motivasi, Dan Lingkungan Kerja,
Terhadap Kinerja Karyawan, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel
Mediasi Pada Pt Bni Lifeinsurance. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis
(JPEB), 5(1): 72.

Herlini. 2020. Prosiding Peningkatan Daya Saing Melalui Perbaikan Mutu Produk
Dalam Ranngka Pembangunan Pertanian Di Era Industri 4.0. diakses dari
https://seminaragro.mercubuana-yogya.ac.id/wpcontent/uploads/2020/06/
Prosiding-seminar-Agroindustri-2020.pdf.

Hikmah, Aulia Nurul. 2017. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Madu di


Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Skripsi. Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Hisbullah. 2009. Peran Pendidikan bagi Penyuluh Indonesia, edisi pertama,


cetakan pertama, Yogyakarta.

124
Herawati, Dian. 2012. Analisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Paya
Besar, Kecamatan Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)., Institusi Pertanian
Bogor.

Herlini. 2020. Prosiding Peningkatan Daya Saing Melalui Perbaikan Mutu Produk
Dalam Ranngka Pembangunan Pertanian Di Era Industri 4.0. diakses dari
https://seminaragro.mercubuana-yogya.ac.id/wpcontent/uploads/2020/06/
Prosiding-seminar-Agroindustri-2020.pdf.

Hermanto. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hernanto, F. 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hisbullah. 2009. Peran Pendidikan bagi Penyuluh Indonesia, edisi pertama,


cetakan pertama, Yogyakarta.

Hukum Perburuhan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Idris, Amiruddin. 2016. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Dee Publish,
Yogyakarta.

Idris, Amiruddin. 2016. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Dee Publish,
Yogyakarta.

Iqbal Fauzi, Strategi Pengembangan Usaha Mikro, kecil dan menengah (umkm)
(studi kasus pada ud. Genteng pres super soka masinal desa pancasan
kecamatan ajibarang kabupaten banyumas). Program Studi Syari’ah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Purwokerto.

Juliansyah Noor, Motodologi Penelitian,(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,


2012)

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya Dilengkapi dengan


Asbabun Nuzul dan Hadits Shahih (Bandung: Syamil Quran, 2013)

Kuncoro, Mudrajad, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif (Jakarta:


Erlangga, 2016).
Kotler, P. & Armstrong, G. 2012. Prinsip- Prinsip Pemasaran Edisi 12 penerbit
Erlangga.

Laili Khasanah, Strategi Pemasaran Produk Funding dan Produk Lending Dalam
Meningkatkan Jumlah Pemanfaat di Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Mandiri Sejahtera 01 Kec, Merbau, Skripsi(Bengkalis: STIE, 2011).

125
Lawalata M, Dwidjono HD, dan Slamet H. 2015. Relative Efficiency of Red
Onion Farming in Bantul Regency With Data Envelopment Analysis
(DEA) Approach. Jurnal Ilmu Pertanian, 18(1): 1-8.

M Adib Kamil. 2019. Strategi Pemasaran Produk Nanas Apis Melifera di Ternak
Lebah Natural dengan Pendekatan SWOT. Skripsi. Semarang: UIN
Walisongo.
Manyamsari, Ira. 2014. Karakteristik Petani dan Hubungannya dengan
Kompetensi Petani Lahan Sempit ( Kasus: Di Desa Sinar Sari Kecamatan
Dramaga Kab. Bogor Jawa Barat). Jurnal. Agrisep, 15(2).

Michael A. Hitt, et, al. 1997. Manajemen Strategis Menyongsong Era Prsaingan
dan Globalisasi, Terj. Ahmad Hediyanto, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mislini. 2016. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok Swadaya


Masyarakat. Kasus KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor,
ProvinsiJawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT Djaya Pirosa, Yogyakarta.

Muliady, T. R. 2009. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja penyuluh


pertanian dan dampaknya padaperilaku petani padi di Jawa Barat. (Doctoral
Dissertation). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pratiwi, Dita, Ali Ibrahim Hasyim dan M. Irfan Affandi. 2016. Analisis Finansial
dan Strategi Pengembangan Nanas Madu di Kabupaten Lampung Timur.
JIIA. Vol. 4 No. 1.

Ryan. 2010. Perspektif Agribisnis dalam Pandangan Islam. Jurnal Agroforestri,


4(4): 310-315.

Saiful Bahri, Untuk Menggapai Karunia Tuhanmu, Yogyakarta: deepublish (CV.


Budi Utama)

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB Press),
Malang.

Soekartawi, 2013. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-PRESS, Jakarta.

Soekartawi. 1992. Linear Programming: Teori dan Aplikasi, khususnya di bidang


pertanian.

126
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi. Cobb-Douglas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi CobbDouglas. Cetakan ke 3. Rajawali Pers, Jakarta.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Soekartawi. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia, Jakarta.

Sri Mulyani. 1983. Psikologi Pendidikan. IKIP Jakarta Press, Jakarta.

Sudiyono. 2012. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.


UMM Press, Malang.

Sudiyono. 2012. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.


UMM Press, Malang.

Suhardjo, dkk.. 2000. Pangan, Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia, Jakarta

Sumarsan, Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi 2, PT Indeks,


Jakarta.

Supriyono. 1982. Akuntansi Biaya (Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga


Pokok). Buku 1. BPFE, Yogyakarta.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suratman. 1993. Studi Kelayakan Proyek. Dirjen pendidikan Tinggi, Jakarta.


Susiani, Desi. 2009. Profil Fisik Petani Sleman pada Porprof DIY.

Undang-undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenaga kerjaan, diakses dari


https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. 2008. Tentang


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Kriteria Usaha menurut UU No. 20
Tahun 2008 diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39653/uu-no-20-tahun-2008.

Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu- Isu
Penting, Jakarta: LP3ES, 2012)

127
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan menengah (Jakarta: Presiden RI, 2018)

Wawan Hermawan, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta: Universitas Terbuka,


2012)

128
Lampiran 1. Outline Sementara

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI .

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 15

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 16

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 17

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Usaha Tani Dalam perspektif Islam ........................ 19

2.2. Karakteristik Petani............................................................... 24

2.2.1. Umur ........................................................................ 24

2.2.2. Tingkat Pendidikan .................................................. 26

2.2.3. Pengalaman Berusahatani......................................... 27

2.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................. 29

2.3. Profil Usahatani .................................................................... 30

2.3.1. Bentuk Usaha ........................................................... 31

2.3.2. Tujuan Usaha ........................................................... 32

2.3.3. Skala Usaha .............................................................. 33

2.4. Konsep Usahatani ................................................................. 34

2.4.1. Pengertian usahatani ................................................ 34

129
2.4.2. Teknologi Budidaya ................................................. 35

2.4.3. Faktor Produksi ........................................................ 47

2.4.4. Biaya Usahatani........................................................ 53

2.4.5. Produksi Usahatani .................................................. 54

2.4.6. Pendapatan Usahatani .............................................. 56

2.4.7. Efesiensi Usahatani .................................................. 57

2.5. Konsep Strategi Pengembangan Usaha Nanas ..................... 57

2.5.1. Definisi Strategi ....................................................... 57

2.5.2. Konsep Manajemen Strategi .................................... 62

2.5.3. Analisis SWOT ........................................................ 64

2.5.4. Rumusan Strategi ..................................................... 67

2.6. Penelitian Terdahulu ............................................................. 68

2.7. Kerangka Berfikir Penelitian ................................................ 73

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................... 75

3.2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 75

3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 76

3.4. Konsep Operasional ............................................................. 77

3.5. Analisis Data ........................................................................ 82

3.5.1. Analisis Karakteristik Petani ....................................

3.5.2. Analisis Usaha Tani Nanas.......................................

3.5.3. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Nanas ........ 95

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

130
4.1. Letak Geografis dan Topografi

4.2. Keadaan Penduduk

4.3. Tingkat Pendidikan

4.4. Mata Pencaharian

4.5. Luas Penggunaan Tanah

4.6. Sarana dan Prasarana

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Petani dan Profil Usaha

5.2. Analisis Usahatani

5.2.1. Teknologi Budidaya

5.2.2. Penggunaan Faktor Produksi

5.2.3. Konsep Biaya

5.2.4. Produksi Usahatani

5.2.5. Pendapatan Usahatani

5.3.6. Efesiensi Usahatani

5.3. Konsep Strategi Pengembangan Usahatani Nanas

5.4.1. Analisis SWOT

5.4.2. Rumusan Strategi

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

131
Lampiran 2. Organisasi Penelitian

Pelaksana Penelitian :

Nama : SRIHERI ADYONO.TY

NPM : 204222029

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Dosen Pembimbing :

Nama : Dr. Elinur, SP.,M.Si

Jabatan : Pembimbing I

Pekerjaan : Dosen Program Studi Magister Manajemen Agribisnis

Nama : Dr. Ir. Marliati.,M.Si

Jabatan : Pembimbing II

Pekerjaan : Dosen Program Studi Magister Manajemen Agribisnis

132
Lampiran 3. Jadwal Penelitian
N MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Kegiatan
o 2022 2022 2022 2022 2022
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1 Proposal                                    
2 Seminar Proposal                                    
3 Survei lapangan                                    
Pengumpulan
4 Data                                    
5 Pengolahan Data                                    
6 Analisis Data                                    
7 Seminar Hasil                                    
8 Laporan Akhir                                    
Seminar
9 Komprehensif                                    
                                       

133
Lampiran 4. Anggaran Biaya

Biaya – biaya yang akan dikeluarkan dalam penelitian ini diperkirakan


sebagai berikut :
No Jenis Biaya Jumlah
(Rp)
1 Biaya Survei 1.000.000
2 Biaya Perlengkapan 300.000
3 Pembuatan Proposal 300.000
4 Perbanyakan Proposal 300.000
5 Transportasi Kelapangan 2.000.000
6 Pengolahan Data 1.000.000
7 Pembuatan Laporan 300.000
8 Perbanyakan Tesis 500.000
9 Flasdisk dan CD 300.000
10 Keperluan Seminar 2.000.000
Jumlah 8.000.000
Terbilang: Delapan Juta Rupiah

134
Hari/tanggal :
No. Responden :
Lampiran 5.

Kuesioner Penelitian Untuk Petani Nanas Madu


Sistem Usahatani Nanas Madu
Di Kecamatan Kuala Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tanggal Wawancara :
Kelurahan :
Kecamatan/Kabupaten :
I. Karakteristik Petani

Identitas Responden
1) Nama :
2) Jenis kelamin : L/P
3) Umur : …………….. Tahun
4) Tingkat pendidikan : Tidak sekolah/ SD/ SLTP/ SLTA/ S1
5) Pengalaman berusahatani : …………….. Tahun
6) Tanggungan keluarga : …………….. Orang

II. Penyedia Sarana Produksi Nanas Madu

Ketepatan Penyediaan Sarana Produksi

5 Tepat Bibit Pupuk Pestisida Alsintan


N
o Kriteri
a Tepa
t Tidak Tepa Tidak Tepa Tidak Tepa Tidak Tepa TidakTep
Tepat t Tepat t Tepat t Tepat t at

1 Waktu                    
Keterangan :
Jumla
2 h                    
Keterangan :

3 Jenis                    
Keterangan:

4 Mutu                    
Keterangan:

5 Harga                    

135
Keterangan:
III. Usaha Tani Nanas Madu

Luas lahan Sewa lahan per musim


Uraian Milik Sendiri Sewa tanam* (Rp) Jumlah (Rp)
(m2) (m2)
Lahan Usahatani nanas
*) jika sewa

1. Alasan berusahatani nanas madu :


2. Pekerjaan Pokok :
3. Pekerjaan Sampingan :
4. Keikut sertaan dalam kelompok tani : ya/tidak
5. Nama kelompok tani :
6. Varietas nanas yang digunakan :

7. Asal modal Usaha:


a) Modal sendiri : ………% (Rp…................................)
b) Modal Pinjaman : ………% (Rp…................................)

A. Teknis Budidaya
 Pengolahan Tanah

a. Bagaimana cara pengolahan tanah pada Nanas Bapak/Ibu?

Jawab:

b. Apa saja alat yang Bapak/Ibu gunakan dalam poses pengolahan tanah?

Jawab:

c. Berapa lama waktu pengolahan tanah yang Bapak/Ibu perlukan?

Jawab:

d. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam pengolahan tanah?

Jawab:

136
 Penanaman

a. Berapa umur bibit Nanas pada saat Bapak/Ibu lakukan penanaman?

Jawab:

b. Berapa kedalaman tanam bibit nanas yang Bapak/Ibu lakukan?

Jawab:

c. Berapa Jarak tanam Nanas Bapak/Ibu?

Jawab:

d. Bagaimana cara tanam Nanas yang Bapak/Ibu lakukan?

Jawab:

Berapa lama waktu yang bapak butuhkan untuk melakukan penanaman di

lahan Bapak/Ibu?

Jawab:

e. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses penanaman?

Jawab:

 Penyulaman

a. Berapa lama waktu untuk peyulaman yang Bapak/Ibu lakukan?

Jawab:

b. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan penyulaman per MT nya?

Jawab:

c. Pada umur berapa dilakukannya penyulaman?

Jawab:

d. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses penyulaman?

Jawab:

137
 Pemupukan

a. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan pemupukan per musim tanamnya?

Jawab:

b. Jenis pupuk apa yang Bapak/Ibu gunakan?

Jawab:

c. Berapa dosis pupuk yng Bapak/ibu gunakan?

Jawab:

d. Kapan Bapak/Ibu melakukan pemupukan?

Jawab:

e. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pemupukan?

Jawab:

f. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan pemupukan per MT nya?

Jawab:

g. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses penanaman?

Jawab:

 Penyiangan

a. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan penyiangan per MT nya?

Jawab:

b. Kapan Bapak/Ibu melakukan penyiangan?

Jawab:

c. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan penyiangan?

Jawab:

d. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses penyiangan?

138
Jawab:

 Pengendalian Hama Penyakit

a. Bagaimana cara mengendalikan hama dan penyakit pada Nanas Bapak/Ibu?

Jawab:

b. Pestisida apa yang digunakan untuk mengatasi hama penyakit pada tanaman

Nanas Bapak/Ibu?

Jawab:

c. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pengendalian hama

penyakit?

Jawab:

 Pemanenan

a. Kapan waktu panen Nanas yang Bapak/Ibu lakukan?

Jawab:

b. Apa ciri Nanas siap panen?

Jawab:

c. Dengan alat apa Bapak/Ibu memanen?

Jawab:

d. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pemanenan?

Jawab:

e. Berapa tenaga kerja yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pemanenan?

Jawab:

B. Penggunaan Sarana Produksi

139
1. Penggunaan Sara Produksi
No Sarana Satua Harga Penggunaan Penggunaan Penggunaan Jumlah
. Produksi n (Rp/Satua bulan 1 (Kg) bulan 2 (Kg) bulan 3 (Kg) (RP)
n)
1. Bibit Batang
2. Pupuk
a. CuSO4
b.Kandan kg
g
c. Urea kg
d. KCL kg
e. SP-36 kg
f. NPK kg
g.Ether
3. Pestisida
a.
b.
c.
d.
2. Penggunaan Alat
Jeni Jumla Harga Usia Diperoleh Secara Diperoleh di
N
s h (Rp/un Ekonom Tuna Kredi Sendi Desa/ Ke Ka
o
Alat (Unit) t) is (Thn) i t ri Kel c b
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

140
C. Tenaga Kerja

Jumla Jumla Jumla


Harga TK
No Uraian Satua h TK h Hari h Jam Jumlah (Rp)
(Rp/jam)
n kerja kerja
L PML PML P M L P M
1 Pengelolaan
tanah
TKDK HOK
TKLK HOK
Mesin HKM
2 Penanaman
TKDK HOK
TKLK HOK
3 Penyulaman
TKDK HOK
TKLK HOK
4 Pemupukan
I
TKDK HOK
TKLK HOK
5 Penyiangan
TKDK HOK
TKLK HOK
6 Pemupukan
II
TKDK HOK
TKLK HOK
7 Pengendalian
Hama
TKDK HOK
TKLK HOK
8 Panen
TKDK HOK
TKLK HOK
9 Pasca Panen
TKDK HOK
TKLK HOK

Keterangan: TKDK (Tenga Kerja Dalam Keluarga), TKLK (Tenga Kerja Luar
Keluarga), HOK (Hari Orang Kerja), HKM (Hari Kerja Mesin), L (Laki-laki),141
P
(Perempuan)
Pendapatan Harga Jumlah
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Total
Uraian (Rp/kg) (Rp)
(Rp/kg) (Rp/ (Rp/ Pendapatan
Kg) Kg) (Rp/Kg)

Produksi
Nanas

V. Pendapatan

VI. Permasaahan Umum

1. Hama apa saja yang jadi permasalahan pada usahatani Nanas dan

bagaiamana cara mengatasinya ?

Jawab : .............................................................................................................

......

...................................................................................................................

2. Jenis penyakit apa saja yang jadi permasalahan pada usahatani Nanas

dan bagaiamana cara mengatasinya?

Jawab :

..............................................................................................................

..............................................................................................................

VI. Strategi Pengembangan

142
Strategi Pengembangan Usaha Nanas

 Tentukan nilai rating terhadap indikator-indikator faktor internal dan

eksternal yang dimiliki dalam usaha nanas.

 Berilah tanda ceklis () pada salah satu kolom di sebelah kanan pada

setiap item :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Pemberian Rating Terhadap Faktor-faktor Internal (Kekuatan dan


Kelemahan)
1. Pemberian Nilai Rating Terhadap Kekuatan
No Faktor Internal Skala
(Kekuatan) SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
1 Sumberdaya lahan yang masih tersedia luas
2 Cara budidaya nanas yang tidak sulit
3 Agroindustri
4 Kelembagaan kelompok tani tersedia
5 Varietas produk olahan
6 Menghasilkan produk utama dan
sampingan(limbah)
7 Ketersediaan tenaga kerja
8 Ketersediaan waktu luang petani

2. Pemberian Nilai Rating Terhadap Kelemahan


No Faktor Internal Skala
(Kelemahan) SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
1 Pengetahuan ,keterampilan petani dan
penguasaan teknologi kurang
2 Kurangnya keterampilan dalam
pengolahan usahatani nanas
3 Lemahnya dalam permodalan

143
Pemberian Rating Terhadap Faktor-faktor Eksternal (Peluang dan
Ancaman)
1. Pemberian Nilai Rating Terhadap Peluang
N Faktor Eksternal Skala
o (Peluang) SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
1 Memiliki peluang pasar
2 Potensi kemitraan dengan pelaku usaha
dan pedagang
3 Terbangunnya kemitraan pelaku usaha
ubi kayu dukungan pemerintah
(bantuan alat)
4 Teknologi pemasaran dan ketersediaan
input
5 Kelancaran transportasi
6 Kemajuan IT untuk pengolahan
7 Dukungan pemerintah

2. Pemberian Nilai Rating Terhadap Ancaman


No Faktor Eksternal Skala
(Ancaman) SS (4) S (3) TS (2) STS (1)
1 Dinamika perubahan selera konsumen
2 Anggapan tanaman boros hara
3 Banyaknya komoditi substitusi yang
lain selain cabai dan sayuran
4 Masih ada masuknya nanas dari daerah
luar
NB: Jika faktor kekuatan dan kelemahan dalam tabel tersebut menurut
Bapak/Ibu masih kurang, Bapak/Ibu bisa menambahkan faktor-faktor
tersebut yang lebih berbobot sesuai dengan kondisi daerah.

Terimakasih atas kerjasamanya. Mohon doa restu dari


Bapak/Ibu, agar penelitian ini dapat berjalan dengan lancar
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

144
Kuisioner Penyuluh/Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu

Hari/Tanggal :

No. Responden :

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Desa :

Kecamatan/Kabupaten :

A. Identitas Penyuluh/Pemerintah
No Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Tlp/Hp :
4. Jenis Kelamin :L/P
5. Umur : …….. tahun
6. Pendidikan Terakhir :
7. Jabatan :

1. Apakah pemerintah memberikan subsidi kepada petani ?

………………………………………………………………………

2. Berapakah besar subsidi yang diberikan kepada petani?

………………………………………………………………………

3. Apakah pemerintah (khususnya Dinas Pertanian) memberikan bantuan

bibit, pupuk, pestisida dll kepada petani ?

.................................................................................................................

145
4. Apakah bantuan pemerintah (khususnya Dinas Pertanian) memberikan

bantuan alat dan mesin kepada petani

Jenis Jumlah Kepemilikan Masa Pakai


No Kegunaan
Peralatan (Buah) Sendiri Sewa (Bulan)
1
2
3
4

5.. Apakah pemerintah (khususnya Dinas Pertanian) ikut turut andil

kepada petani dalam berusahatani nanas?

.................................................................................................................

2. Apa saja peran penyuluh pertanian dilapangan?

…………………………………………………………………………

3. Bagaimana cara penyuluh pertanian di lapangan menerapkan program

kerja?

…………………………………………………………………………

4. Bagaimana pelaksanaan penyuluh dilapangan?

…………………………………………………………………………

5. Apakah tercapai tujuan penyuluh dilapangan?

…………………………………………………………………………

6. Adakah terdapat riset atau penelitian dan teknologi terbaru tentang

padi/ dan usahatani nanas

………………………………………………………………………

146
7. Jenis Penelitian/riset apa yang disumbangkan kepada petani?

………………………………………………………………………

8. Apakah teknologi terbaru pendukung pertanian ?

………………………………………………………………………

Terimakasih atas kerjasamanya. Mohon doa restu dari Bapak/Ibu, agar

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 2022

(Sriheri Adyono TY)

147
Kuisioner Pedagang Nanas Kecamatan Kuala Cenaku

Hari/Tanggal :

No. Responden :

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Desa :

Kecamatan/Kabupaten :

A. Identitas Pedagang

No Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. No. Tlp/Hp :
4. Jenis Kelamin :L/P
5. Umur : …….. tahun
6. Pendidikan Terakhir :
7. Jumlah Anggota Keluarga :
8. Pengalaman Usaha : …….. tahun

1. Komoditas apa saja yang diperdagangkan

.................................................................................................................

Jumlah dan harga nanas

No Jenis nanas Jumlah (kg) Harga (Rp/kg)

148
2. Dimana saja daerah penjualan nanas?

a. Dalam daerah (mana saja)

.................................................................................................................

b. Luar daerah (mana saja)

.................................................................................................................

3. Bagaimana cara menentukan harga penjualan nanas?

.................................................................................................................

4. Bagaimana cara penjualan nanas?

(pesanan/langsung/yang lain)

5. Bagaimana cara pembayaran nanas oleh konsumen?

(tunai/kredit/yang lain)

6. Apakah nanas langsung dipasarkan ke konsumen?

.................................................................................................................

7. Apakah pemasaran beras menggunakan transportasi?

…………………………………………………………………………

8. Berapa biaya transportasi pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

9. Berapa jumlah tenaga kerja dalam pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

10. Berapa biaya tenaga kerja dalam pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

11. Adakah ada pengepakan dan pengemasan pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

149
12. Berapa biaya pengepakan dan pengemasan pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

13. Adakah biaya lain dalam pemasaran nanas?

…………………………………………………………………………

Terimakasih atas kerjasamanya. Mohon doa restu dari Bapak/Ibu, agar

penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 2022

(Sriheri Adyono TY)

150

Anda mungkin juga menyukai