Anda di halaman 1dari 36

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agribisnis sebagai penggerak pembangunan pertanian diharapkan mampu

memberikan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam

sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas

nasional. Dengan melakukan pengembangan agribisnis dapat meningkatkan

pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan

devisa, dan mendorong munculnya industri baru. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa peranan sektor agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian

nasional memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke

depan (Saragih,1997). Agribisnis pada sektor pertanian dilakukan secara

sistematis, mulai dari hulu, on farm, hingga hilir untuk mendapatkan keuntungan

yang sebesar – besarnya dalam peningkatan pendapatan.

Perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang

memiliki kontribusi besar dalam upaya pembangunan ekonomi daerah maupun

nasional. Subsektor perkebunan memiliki peranan penting dalam penyerapan

tenaga kerja, pembuka lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara yang

cukup besar. Beberapa komoditas unggulan dari subsektor perkebunan di

Indonesia yaitu, sawit, karet, kelapa, kopi, teh, kakao, kopra, dan kayu manis.

Beberapa komoditas ini sangat cocok untuk pengembangan agribisnis, karena

memiliki potensi dan kualitas yang cukup baik untuk dikembangkan serta mudah

di terima pada pasar regional maupun internasional. Kayu manis (cinnamon)

merupakan salah satu komoditi yang diunggulkan di indonesia, karena memiliki

potensi yang besar dan juga prospek yang cerah untuk di kembangkan. Indonesia
2

dikenal sebagai penghasil komoditi kayu manis (cinnamon) terbesar di dunia dan

juga memiliki kualitas yang prima di bandingkan dengan negara – negara lain.

Menurut Smith dalam wangsa dan nurhayati (2008), Tumbuhan ini

termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman

tahunan yang memerlukan waktu yang lama untuk diambil hasilnya. Kayu manis

yang dihasilkan di Indonesia yaitu berupa bahan baku rempah seperti batang ,

daun, ranting serta kulit kayu manis (Cassiavera). Batang kayu manis dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku particle board, daun dan rantingnya dapat

disuling untuk mendapatkan minyak yang dapat digunakan sebagai bahan

pestisida nabati, sedangkan kulit kayu manis yang merupakan olahan unggulan

dapat digunakan untuk bahan masakan dan minuman serta obat – obatan.

Provinsi Jambi merupakan sentra produksi kayu manis terbesar di

Indonesia, yang terdapat di Kabupaten Kerinci yaitu sebesar 80% dari total

produksi kayu manis Provinsi Jambi (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2017).

Kabupaten Kerinci merupakan sentra luas lahan kayu manis terbesar di Provinsi

Jambi yaitu di dengan luas lahan 40.637 ha dengan produksi 53.662 ton dan

produktivitas 2.220 kg/ha. Perkembangan potensi kayu manis menurut wilayah

tahun 2018 dapat dilihat pada (lampiran 1). Kayu manis Kabupaten Kerinci

Provinsi Jambi mendapatkan pengakuan dari Uni Eropa dan Amerika sebagai

kayu manis dengan kualitas terbaik, dengan pengakuan dari Uni Eropa dan

Amerika kayu manis Kerinci mendapat penghargaan berupa sertifikat layak

pemasaran, bahkan bisa dikatakan bahwa kayu manis Kerinci provinsi Jambi

mendapat pengakuan dunia sehingga banyak dari petani yang berminat menanam

kayu manis kembali. Selain itu tanaman kayu manis ini sangat cocok dengan
3

keadaan iklim yang ada di Kabupaten Kerinci oleh sebab itu tak heran bahwa

tanaman kayu manis menjadi primadona para petani di Kabupaten Kerinci.

Perkebunan kayu manis Kabupaten Kerinci tentunya sangat berpengaruh terhadap

produksi dan kualitas produk. Perkembangan perkebunan kayu manis Kabupaten

Kerinci pada sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada (tabel 1)

Tabel 1. Perkembangan Perkebunan Kayu Manis Kabupaten Kerinci


menurut Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas pada tahun 2008
– 2018

Luas Areal Produksi Produktivitas


Tahun
(Ha) (Ton) (Kg/Ha)
2008 41.612 53.490 2.216
2009 41.598 53.644 2.226
2010 40.944 53.515 2.231
2011 40.962 53.623 2.233
2012 40.962 52.980 2.207
2013 40.861 52.980 2.216
2014 40.763 53.031 2.222
2015 40.762 53.249 2.219
2016 40.762 53.249 2.219
2017 40.687 53.531 2.219
2018 40.637 53.662 2.220
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2018

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan data perkembangan kayu manis dalam

sepuluh tahun terakhir. Dapat dilihat bahwa perkembangan luas areal Kabupaten

Kerinci cenderung mengalami penurunan sebesar 2,34%, hal ini disebabkan oleh

penanaman kayu manis yang dilakukan merupakan perkebunan rakyat dan juga

banyaknya petani yang masih menganggap kayu manis tidak memberikan

keuntungan yang besar. Namun berbeda dengan produksi yang dihasilkan

mengalami peningkatan sebesar 0,32%. Peningkatan ini juga disebabkan oleh

adanya produk olahan kayu manis berupa kulit kayu manis yang meningkat pada
4

pasar regional maupun internasional. Ini berarti peluang terhadap usaha kulit kayu

manis memiliki prospek yang baik untuk dapat dikembangkan dan juga dapat

dijadikan sumber pendapatan bagi para petani.

Kulit kayu manis (cassiavera) merupakan hasil olahan kayu manis berupa

rempah di Kabupaten Kerinci, dimana produk ini sangat disukai dan diminati oleh

konsumen dalam negeri bahkan hingga luar negeri, karena memiliki kualitas yang

sangat baik dan memiliki aroma yang sangat spesifik. Kulit kayu manis yang

terdapat Kabupaten Kerinci juga telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis

(IG) dan Organic Sertificated Cassia (Kemenkumham, 2015). Kulit kayu manis

yang dihasikan yaitu berupa gulungan kulit kering kayu manis, kulit kayu manis

pecahan (chip), dan bubuk kayu manis yang digunakan sebagai bahan baku untuk

industri maupun bahan baku makanan (Ragimun, 2012). Harga kulit kayu manis

itu sendiri juga dapat dibedakan menurut kualitas, yaitu kualitas KA, kualitas KB,

dan dan kualitas KC, dan dilihat dari harga pemasaran kayu manis selama periode

5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang segnifikan, hal tersebut dapat

dilihat pada (lampiran 2).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan

kulit kayu manis yaitu, faktor kondisi lingkungan internal dan faktor kondisi

lingkungan eksternal. Faktor kondisi internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan

yang terdiri dari : tenaga kerja, modal, teknologi, harga, lokasi, manajemen, dan

kesediaan lahan dan bahan baku. Sedangkan faktor kondisi lingkungan eksternal

terdiri dari peluang dan ancaman, yang antara lain kebijakan pemerintah, pesaing,

permintaan pasar, lembaga, konsumen dan pemasaran hasil produksi.


5

Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (2018), perkembangan kulit

kayu manis Kabupaten Kerinci mampu memberikan peranan besar bagi

penyerapan tenaga kerja, hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat yang bekerja

sebagai petani kayu manis yaitu sebesar 26,93% atau sebanyak 12.594 KK. hal ini

juga dapat dikatakan bahwa hasil dari usahatani kulit kayu manis mampu

meningkatkan pendapatan rumah tangga. Selain itu harga kayu manis juga

meningkat dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2017 rata – rata harga kayu

manis di tingkat petani yaitu sebesar Rp 21.250/kg. Pada tahun 2018 rata – rata

harga kayu manis yaitu sebesar Rp 32.500/kg.

Berdasarkan kutipan Bupati Kabupaten Kerinci Adirozal (2019), produksi

kayu manis mengalami peningkatan yang cukup baik, hal ini dikarenakan

permintaan terhadap kulit kayu manis pada pasar nasional maupun internasional

mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selain itu peningkatan produksi kulit

kayu manis juga disebabkan oleh banyaknya pemintaan terhadap pabrik makanan

dan minuman, farmasi, rokok, dan juga kosmetik yang dijadikan sebagai bahan

baku produk. Oleh karena itu pengembangan kayu manis perlu dilakukan lebih

optimal untuk menghasilkan produksi yang lebih baik.

Semakin bertambahnya penduduk dan diketahuinya manfaat senyawa

kimia yang terkandung pada kayumanis menunjukan bahwa pengembangan

tanaman kayumanis masih mempunyai prospek untuk meningkatkan pendapatan

petani, devisa dan sebagai tanaman tabungan bagi masyarakat. Selain itu, tanaman

kayumanis juga dapat berfungsi sebagai tanaman penghijauan dan konservasi

lahan, khususnya di tebing-tebing dan kaki pegunungan serta daerah aliran sungai

(Rusli dan Abdullah, 1988). Berdasarkan penjelasan pada latar belakang ini
6

penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Prospek

Pengembangan Usaha Kulit Kayu Manis Di Kabupaten Kerinci”

1.2. Rumusan Masalah

Kabupaten Kerinci merupakan sentra kayu manis terbesar di Indonesia,

tentunya komoditi ini memiliki peranan cukup besar dalam mengembangkan

perekonomian di daerahnya. Perkebunan kayu manis di Kabupaten Kerinci

memiliki potensi terhadap tanaman rempah yang dihasilkan, yaitu berupa kulit

kayu manis (Cassiavera). Kulit kayu manis sendiri telah dikenal oleh seluruh

dunia karena memiliki rasa yang khas dan juga kualitas yang sangat baik sehingga

banyaknya permintaan dari konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Kulit

kayu manis sendiri telah di ekspor ke berbagai negara di dunia dengan bentuk

kulit kering, bubuk maupun produk jadi.

Dalam mengusahakan kayu manis tidak hanya memiliki keunggulan saja

tetapi memiliki beberapa kelemahan – kelemahan yang menghambat produksi.

Hal ini disebabkan karena usahatani kulit kayu manis masih mengalami beberapa

kendala. Dimana dalam mengusahakan tanaman ini petani hanya menggunakan

modal sendiri. Adapun modal yang diberikan oleh pemerintah juga sangat minim.

Hal ini disebabkan oleh dana APBD yang di keluarkan oleh pemerintah

Kabupaten Kerinci yang belum optimal. Selain itu permasalahan juga dihadapi

oleh saluran pemasaran yang panjang. Adanya saluran pemasaran yang panjang

tersebut, sudah tentu sangat besar pengaruhnya terhadap harga yang dapat

diterima oleh setiap pihak yang terkait di dalamnya. Saluran pemasaran yang

panjang ada dampak positifnya dan negatif. Dampak positifnya yaitu dapat

berperan sebagai penyerap tenaga kerja bagi pihak yang terlibat dan dampak
7

negatifnya yaitu sangat merugikan pihak tertentu khususnya produsen komoditi

pertanian kayu manis itu sendiri.

Selain itu permasahalah juga dihadapi oleh pengembangan luas areal kayu

manis, dimana luas areal ini merupakan areal perkebunan rakyat. Pemanfaatan

lahan masyarakat terdapat pada wilayah hutan produksi pola partisipasi

masyarakat (HP3M) dengan luas 33.000 Ha, lahan ini merupakan kawasan yang

sudah lama dimanfaatkan masyarakat (lebih dari 35 tahun). hal ini terjadi karena

belum dilepaskan statusnya sebagai hak milik masyarakat, sedangkan areal ini

memiliki potensi terhadap pengembangan komoditi kayu manis. Oleh karena itu,

untuk menghasilkan produksi yang optimal perlu diperhatikannya pengelolaan

baik dari hulu, on farm, hingga hilir, sehingga dapat meningkatkan potensi daerah

dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan secara tidak langsung juga

mampu meningkatkan devisa negara.

Keunggulan dan kelemahan tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor kondisi lingkungan internal dan faktor kondisi lingkungan

eksternal. Guna menjaga volume produksi kayu manis agar tetap mengalami

peningkatan perlu diperharikan beberapa aspek untuk mengetahui kondisi internal

dan eksternal usahatani kulit kayu manis di Kabupaten Kerinci. Usaha tani kulit

kayu manis ini diharapkan mampu berkembang dan menjadi motor penggerak

pembangunan ekonomi daerah dan nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang di ajukan penulis

terhadap penelitian ini adalah :


8

1. Bagaimanakah kondisi lingkungan internal dan eksternal yang

mempengaruhi pengembangan usahatani kulit kayu manis di

Kabupaten Kerinci?

2. Alternatif strategi apa yang diterapkan dalam mengembangkan usaha

tani kulit kayu manis untuk melihat potensi dan prospek kulit kayu

manis kedepan ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kondisi lingkungan internal dan kondisi lingkungan

eksternal yang menghambat usahatani kulit kayu manis Kabupaten

Kerinci

2. Merumuskan alternatif yang tepat dalam pengembangan usaha tani

dan Mengetahui prospek kulit kayu manis di Kabupaten Kerinci

1.3.2. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi tingkat sarjana

pada Program Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Pertanian Universitas

Jambi

2. Sebagai bahan studi bagi peneliti dan pemikiran serta pihak – pihak

yang membutuhkan.
9

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Perkebunan Kayu Manis

2.1.1 Karakteritik Kayu Manis Kerinci

Kayu manis termasuk ke dalam jenis tanaman rempah-rempah yang telah

dikenal sejak 2600-2100 SM di Mesir. Kayu manis diimpor dari India dan Ceylon.

Pada tahun 1825 Indonesia Khususnya di Pulau Jawa telah mulai menanam

tanaman kayu manis yakni cinnamon Ceylon zeylanicum. Namun sebelum itu

Indonesia sendiri telah mempunyai tanaman kayu manis sendiri yakni

Cinnamomum Burmanni B1. Cinnamomum Burmanni ini berada di daerah

Sumatera Barat dan Jambi (Kerinci), merupakan tanaman hutan yang sampai saat

ini masih tetap merupakan tanaman penghasil kayu dengan nama “Padang

Kaneel” dan ada pula yang memberi nama Cassiavera, Kayu Manis Darek, atau

Kayu Manis Kerinci”

Terdapat beberapa spesies tanaman kayu manis yang dikenal dunia yang

sering disingkat dengan cinnamomun Sp. Roy et al (2009) mengelompokan bahwa

ada tiga spesies tanaman kayu manis yang dikenal kepasar dunia antara lain :

1. Cinnamomum cassia (berasal dari Cina), produknya sering disebut Chinese

cinnamon

2. Cinnamomun zeylanicum atau Cinnamomum verum (berasal dari Sri Lanka)

produknya sering disebut Ceylon cinnamon

3. Cinnamomun burmanii (berasal dari Indonesia), produknya sering disebut

Casievera

Di beberapa daerah di Indonesia terdapat berbagai spesies tanaman kayu

manis, di Jawa dikenal Cinnamomum javanicum dan Cinnamomum sintok (kayu


10

sintok). Namun, spesies ini tidak pernah dibudidayakan secara massal karena

hasilnya tidak sebaik Cinnamomun burmanii. Sementara di Maluku terdapat

Cinnamomum cullilawan yang biasa disebut sebagai kayulawang atau kayu

lawang yang minyak atsirinya dikenal sebagai minyak lawang. Namun, yang

paling banyak dibudidayakan adalah Cinnamomum burmanii oleh rakyat di

sepanjang Bukit Barisan.

Tanaman kayu manis berupa pohon, tumbuh tegak, dan tinggi tanaman

dapat mencapai 15 meter. Batang berkayu, bercabang, warna hijau kecokelatan

daun tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, saat

masih muda berwarna merah tua atau hijau ungu, daun tua berwarna hijau, bunga

majemuk malai, muncul dari ketiak daun, berambut halus, mahkota berwarna

kuning. Buah buni, warna hijau waktu muda dan hitam setelah tua. Biji kecil,

bentuk bulat telur. Kayubatang mengandung dammar, lender, dan minyak asiri

yang mudah larut (Syukur dan Hermani, 2001).

Kayu manis merupakan salah satu komidatas ekspor Indonesia dan juga

sebagai salah satu komoditi ekspor utama Provinsi Jambi. Kabupaten Kerinci

merupakan salah satu daerah yang mengusahakan kayu manis, dan juga

merupakan daerah terbesar penghasil kulit kayu manis di Provinsi Jambi. Dengan

terkenalnya Kabupaten Kerinci sebagai penghasil kayu manis, nama Kerinci pun

menjadi standar produk kayu manis di pasar dunia. Kabupaten Kerinci menerima

hak paten berupa label K (Kerinci) sebagai label produk kayu manis yang

digunakan dalam perdagangan internasional. Harga jual kayu manis cukup tinggi

khususnya di pasar luar negeri, harga jual yang tinggi cukup memberi motivasi

untuk petani menanam kembali penanaman kayu manis tersebut kususnya


11

dikabupaten kerinci yang menjadi sentra pengembangan kayu manis di provinsi

jambi. Namun dalam pengmbangan kayu manis kedepan petani masih terkendala

untuk mendapatkan bibit unggul, maka pada tahun 2017 pemerintah telah

membuat sumber bibit kayu manis untuk kabupaten kerinci sebagai kebun blok

penghasil tinggi (BPT) dan pohon induk terpilih (PIT) berdasarkan kepmentan RI

No:15/KPTS/KB.020/9/2017 TGL.04 September tentang penetapan BPT dan PIT

.kayu manis di Kabupaten Kerinci sebagai kebun sumber benih unggul.

2.1.2. Usaha Tani Kayu Manis

Tanaman kayu manis merupakan komoditi yang cocok di tanam di

Indonesia, karena memiliki tekstur tanah dan karakteristik suhu yang ideal.

Dimana kesesuaian syarat tumbuh kayu manis dapat dilihat pada tabel 2.

Jenis kayu manis


Faktor C. cassia C. C.
zeylancicum burmanii
Tinggi tempat (m >500 0 - 500 500 – 1.500
dpl )
Tekstur tanah Latosol, Mediteran liat Andosol, liat
podsolik. berpasir berpasir dan
Lempung gembur
berpasir, dan
debu berpasir
Drainase Sedang - baik Sedang - baik Sedang - baik
pH 5,0 – 6,5 5,0 – 6,5 5,0 – 6,5
Curah hujan 1.300 – 3.000 2.000 – 2.500 2.000 – 2.500
(mm/thn)
Hari hujan/th (hari) 150 - 240 150 - 240 150 – 240
Zone iklim B, C, D, E B, C
Jumlah bulan basah 7 6
(bl)
Suhu (0C) 18 - 25 27
Kelembaban (%) 70 - 90 70 - 90 70 – 90
Radiasi (%) 40 - 70 40 - 70 40 - 70
Sumber: Rusli dan Abdullah (1989), Hafni (1968), dan Muhammad (1973)
12

Tanah yang paling cocok untuk tanaman kayu manis adalah tanah yang

subur, gembur, agak berpasir, dan kaya akan bahan organik. Tanah yang berpasir

membuat kayu manis dapat menghasilkan kulit yang paling harum. Di dataran

rendah tumbuhnya lebih cepat daripada di dataran tinggi, tetapi di dataran yang

rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal, dan rasanya juga agak kurang baik. Di

tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih tebal, dan berkualitas

lebih baik. Tanaman kayu manis banyak dijumpai pada skala perkebunan rakyat

Hampir sebagian masyarakat di Kerinci adalah petani kayu manis. Jumlah petani

kayu manis adalah sekitar 12. 594 kepala keluarga untuk luas lahan 40.637 Ha.

(Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2018).

2.2 Potensi Kayu Manis

Potensi untuk mengembangkan usaha kayumanis di Indonesia cukup besar

mencakup hampir semua subsistem, baik pada subsistem agribisnis hulu (on form)

maupun subsistem hilir. Tanaman kayu manis dapat menghasilkan beberpa

produk, antara lain berupa kulit kayu, minyak asiri, oleoresin, dan bubuk kayu

manis.

1. Minyak Atsiri

Minyak atsiri kayu manis merupakan produk sampingan dari tanaman kayu

manis. Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang membentuk aroma

khas. Minyak atsiri dapat diperoleh dari daun, buah, biji, akar, dan bunga melalui

proses destilasi. Minyak asiri kayu manis banyak diminta oleh Amerika Serikat

dan Eropa untuk keperluan industri makanan, minuman maupun farmasi.

Beberapa jenis minyak atsiri yang terkenal yaitu :

2. Minyak Cassia
13

Minyak cassia adalah minyak atsiri yang berasal dari tanaman kayu manis spesies

Cinnamon aromaticum atau nama lainnya Cinnamon cassia. Spesies ini berasal

dari China

3. Minyak Cinnamon

Terdapat berbagai jenis minyak cinnamon berdasarkan asal tanaman kayu

manisnya, yaitu :

1. True cinnamon berasal dari Cinnamon berasal dari Cinnamomun verum dan

Cinnamomun zeylanicum, berasal dari Sri Lanka.

2. Saigon cinnamon berasal dari Cinnamomum loureiroi/Vietnamese cinnamon.

Spesies ini berasal dari Vietnam.

3. Indonesian cinnamon, cassiavera cinnamon, atau minyak atsiri cassiavera

berasal dari Indonesia.

4. Oleoresin

Oleorosin berbentuk cairan kental atau semi padat, yang memiliki aroma

dan rasa seperti bahan asalnya. Oleorosin dalam cassiavera merupakan campuran

resin (sekresi hidrokarbon dari tanaman konifera) dan minyak atsiri. Oleoresin

kayu manis sudah mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Kandungan oleoresin

menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit atau bubuknya.

Keuntungan dari oleoresin dibanding produk aslinya adalah hampir seluruh

bagian tanaman dapat dimanfaatkan, volume ekspor berkurang, nilai bisa tetap

atau lebih tinggi karena tidak membutuhkan banyak ruang, kemasannya kecil, sisa

hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk serta

tidak akan rusak karena kontaminasi.


14

5. Bubuk Kayu Manis

Bubuk kayu manis mempunyai sifat yang sama dengan kulit kayu manis

karena merupakan produk lanjutan dari kulit kayu manis. Bubuk ini mengandung

minyak asiri, berasa pedas dan mengandung bahan mineral, dan kimia organik

seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Bubuk kayu manis ini biasanya dikemas

dalam karung.

6. Kulit Kayu Manis

Kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis. Produk ini

berupa potongan kulit yang dikeringkan. Sampai saat ini kulit kayu manis

merupakan komoditas ekspor penghasil devisa yang dapat diandalkan bersaing

dengan India, Srilanka, Vietnam dan RRC. Untuk memenuhi mutu internasional,

pengusaha mengolah kembali (upgrading) kulit kayu manis yang dihasilkan oleh

produsen melalui perlakukan yaitu pencucian dan pembersihan, pengeringan,

penyortiran awal, pemotongan, penyortiran akhir, pengepakan, dan penyimpanan.

Kulit kayu manis yang dijual tersebut memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi

dan spesifikasi dari kulit kayu manis dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel. 3 Spesifikasi Mutu Kayu Manis di Kabupaten Kerinci

Minyak
No. Jenis Ketebalan Konten Atsiri Warna
(v / b basis
kering)
1 AA ≈ 1,5 mm min. 2,5% Coklat Muda

2 A Stick ≈ 1,5 mm min. 2,5% Coklat Muda

3 KM ≈ 3,5 mm ≈ 4,5% Coklat Kemerahan

4 KF ≈ 2,5 mm 3,1 - 3,5% Coklat Kemerahan


15

5 KS ≈ 1,5 mm 2,7 - 3-0% Coklat Kemerahan

6 KA ≈ 1,0 mm 2,0 -2,6% Coklat Kemerahan

7 KTP >0,5 mm- 0,75 Kuning Tua


mm Kehitaman

8 KB ≈ 0,75 mm 1,5 - 2,0% Coklat Muda

9 KC ≈ 0,4 mm 1,25 - 1,5% Coklat

Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, 2012

2.3. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal

2.3.1. Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal usaha dalam

rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi

(Rangkuti, 2000). Analisis lingkungan internal merupakan kemampuan

menemukan peluang yang menarik dan kemampuan memanfaatkan peluang

tersebut adalah dua hal yang berbeda. Setiap bisnis harus mengevakuasi kekuatan

dan kelemahan internalnya (Philip Kotler & Kevin, 2013).

Lingkungan internal merupakan semua kondisi yang ada dapat dikendalikan

dalam usahatani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang terdapat didalam

organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha

dipasaran, sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal

sumber keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi

penampilan kerja organisasi yang memuaskan (Kuncoro, 2006).

2.3.2. Lingkungan Eksternal


16

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan

ancaman) yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam

pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut

membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan

eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial

(Hunger dan Wheelen, 2003). Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada

perisiwa dan trend ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

hukum, pemerintah, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau

merugikan suatu organisasi secara berarti dimasa depan. Peluang dan ancaman

sebagian besar diluar kendali suatu organisasi (David, 2006).

Suryatama (2014), menyatakan bahwa setiap perusahaan, organisasi dan

individu dipengaruhi oleh kekuatan eksternal baik terhubung langsung atau tidak

langsung untuk sebuah peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Peluang

adalah siatuasi dan fakor-faktor eksternal yang membantu perusahaan mencapai

atau bahkan melampaui pencapaian sasarannya.

2.4. Konsep Pengembangan dan Analisis SWOT

Pengembangan adalah kegiatan suatu organisasi (instansi) baik pemerintah

maupun non pemerintah yang dengan sengaja dilakukan untuk mewujudkan suatu

perbaikan, pertumbuhan, peningkatan positif ataupun perkembangan baru (yang

semula belum ada), baik fisik maupun nonfisik sesuai dengan dinamika dari

organisasi tersebut (Soejadi, 1995 dalam Inneke, 2004). Pengembangan tersebut

diharapkan mampu meningkatkan kondis internal perusahaan serta teratasinya

permasalahan yang ada. Sebelum menentukan strategi yang digunakan dalam

pengembangan usaha, perlu di analisis faktor – faktor yang mempengaruhi


17

kondisi suatu perusahaan dengan menggunakan Analisis SWOT (Strenghts,

Weaknesses, Opportunities, Threats). Analisis SWOT didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities)

yang ada, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT merupakan

pengidentifikasian berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi

perusahaan. Adapun diagram analisis SWOT dapat dilihat pada gambar 1.

Berbagai Peluang
(O)

Kuadran III Kuadran I

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

Turn-around Agresif
Kelemahan (W) Kekuatan (S)

Kuadran IV Kuadran II

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

Defensif

Berbagai Ancaman
(T)

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT

Gambar 1 menunjukan bahwa Kuadran 1 (mendukung strategi agresif),

merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut memiliki

peluang dan kakuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang tersebut.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
18

pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Kuadran 2 (Mendukung

strategi diversifikasi), meskipun menghadapi berbagai ancaman, usahatani ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang

dengan cara startegi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 (Mendukung

strategi turn-arround), usahatani menghadapi peluang pasar yang sangat

besar, tetapi dilain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Faktor strategi pada kondisi ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal usahatani sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 (mendukung strategi defensi), ini merupakn situasi yang tidak

menguntukan, usahatani tersebut mengalami beberapa ancaman dan

kelemahan internal (Rangkuti, 2005)

2.5. Penelitian terdahulu

Berdasarkan judul penelitian yang penulis buat mengenai “Analisis

Prospek Pengembangan Usaha Kulit Kayu Manis di Kabupaten Kerinci” memiliki

beberapa penelitian terdahulu mengenai prospek pengembangan kayu manis.

Penelitian Yulius Ferry (2013) yaitu berjudul “Prospek Pengembangan

Kayu Manis di Indonesia”. Dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

penulisian deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu, Prospek tanaman kayumanis

di masa depan akan lebih baik sejalan dengan makin bertambahnya penduduk,

makin diketahuinya kandungan kimia pada kayumanis dan manfaatnya untuk

industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman. Permintaan dari Uni Eropa

mengalami peningkatan sebesar 9% per tahun akibat mulai disadarinya rempah

sebagai bahan alami yang menyehatkan. Selain itu, konsumsi dalam negeri
19

meningkat sebesar 80% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Konsumsi minuman

kesehatan di dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 15% per tahun.

Pemasaran produk kayumanis saat ini dipengaruhi faktor eksternal maupun

internal. Salah satu faktor eksternal yang cukup kuat mempengaruhi volume

ekspor kayumanis Indonesia adalah pengetatan persyaratan perdagangan oleh

Negara Amerika dan Uni Eropa terhadap produk makanan dan bahan baku

makanan. Sedangkan faktor internal, antara lain, masih lemahnya prasarana

pendukung. Sebagai contoh, Badan Pengawas Mutu Barang (BPMB) perlu

menambah peralatan analisa kualitas agar pelayanan pemeriksaan produk yang

akan diekspor berlangsung cepat. Selain itu, penambahan fasilitas dermaga juga

perlu dilakukan. Manfaat kayu manis yang didukung oleh potensi serta prospek

pengembangannya merupakan peluang yang baik. Kendala-kendala yang masih

mengganjal seperti keterbatasan bahan tanam unggul serta lemahnya teknologi

pasca panen perlu segera diselesaikan.

Penelitian Eka Maidisa (2016) yaitu berjudul “ Strategi Pengembangan

Agribisnis Komoditi Kayu Manis Di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten

Kerinci”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan

agribisnis kayu manis di Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu survey primer dan

sekunder. Adapun strategi untuk pengembangan agribisnis berdasarkan hasil

analisis SWOT yaitu dari pengadaan sarana produksi, peningkatan sumberdaya

manusia, pemanfaatan lahan, pengembangan pemasaran, pengadaan kelembagaan

untuk meningkatkan modal dan pembentukan kelompok tani. Agar kegiatan


20

agribisnis komoditi kayu manis dapat berjalan dengan baik diharapkan kepada

pemerintah, swasta, dan petani agar dapat saling bekerjasama sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun daerah. Hasil studi yang

diperoleh adalah kegiatan agribisnis kayu manis memiliki banyak potensi

daripada masalah sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maupun Kecamatan.

Penelitian Irwanto Widiyaswara Pratama (2012) yaitu berjudul, “

Strategi pengembangan agribisnis pisang di Kecamatan Mestong, Kabupaten

Muaro Jambi ”. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT melalui metode

Matriks SWOT. Dalam analisis SWOT memfokuskan dan menganalisis faktor

internal dan faktor ekternal yang mempengaruhi suatu cara pengembangan

agribisnis pisang. Hasil analisis SWOT strategi pengembangan agribisnis

pisang di Kecamatan Mestong yaitu Meningkatkan penggunaan pupuk

organik Meningkatkan keterampilan penyediaan benih unggul, menerapkan

teknologi budidaya pisang, meningkatkan keterampilan dalam pengolahan

hasil pisang, memperpendek jalur tata niaga, menjual produk langsung ke

konsumen, kerjasama antar kelompok tani dan lembaga pendukung lainnya

dengan lembaga penelitian dan mengoptimalkan kegiatan penyuluhan

pertanian dalam rangka pengembangan agribisnis pisang.

Penelitian Resti Ismaya (2015) Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan

strategi pengembangan agroindustri sirup kulit manis di Kabupaten Kerinci.

Metode yang digunakan adalah analisis SWOT melalui analisis deskriptif, matriks

IFAS dan EFAS, serta matriks SWOT. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

secara sengaja (purposive) yaitu Desa Siulak Deras Mudik. Responden yang
21

digunakan adalah dari pihak pemerintahan (1 orang), pengusaha (4 orang),

distributor (1 orang), dan pengrajin sirup kulit manis yang masih aktif (5 orang).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri sirup kulit manis terletak pada

posisi kuadran 1 dengan faktor-faktor lingkungan internal yang terdiri dari

kekuatan, yaitu modal sendiri, jumlah modal yang terjangkau, lokasi yang

strategis, tenaga kerja berpengalaman, harga produk lebih murah dibandingkan

produk lain dan bahan baku yang tersedia, serta kelemahan, yaitu masih

menggunakan teknologi manual, jumlah tenaga kerja sedikit, sistem upah harian,

tenaga kerja dalam keluarga, volume produksi yang berfluktuasi, dan kurangnya

manajemen. Untuk lingkungan eksternal terdiri dari peluang, diantaranya tidak

ada pesaing sejenis dan pesaing substitusi, jumlah konsumen pedagang stabil,

harga pada konsumen akhir dan konsumen pedagang meningkat, ada kebijakan

pemerintah, dan tersedianya 4 (empat) lembaga keuangan, serta ancaman terdiri

dari jumlah konsumen akhir berfluktuasi, volume permintaan konsumen akhir dan

konsumen pedagang berfluktuasi, akses bantuan dana yang sulit, dan kemasan

belum memadai. Strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha ini

adalah strategi agresif (aggressive strategy) dengan beberapa alternatif strategi

yang dapat dimanfaatkan, yaitu : 1). Pengembangan jumlah produksi dengan

memanfaatkan ketersediaan bahan baku yang memenuhi kapasitas produksi, dan

2). Bermitra dengan pemerintah dalam misi mengembangkan usaha sirup kulit

manis di Kabupaten Kerinci.

Penelitian Vita Hartiana (2019) yaitu berjudul, “Strategi

Pengembangan Usahatani Buah Naga Di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten

Tebo”. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tebo, Kecamatan Tebo Ilir pada
22

tahun 2019. Selanjutnya dipilih satu desa secara sengaja (purposive) yaitu

Desa Girinawangun, Desa Sumber Agung dan Desa Karang Dadi dengan

pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan desa yang membudidayakan

buah naga terluas dan terbanyak dari desa lainnya yang ada di Kecamatan

Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Metode penentuan sampel akan ditentukan

secara snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

multitahapan, dimana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu

responden ke responden yang lainnya. Alat analisis yang digunakan

dengan adalah analisis deskriptif, analisis usaha, dan analisis SWOT. Hasil

penelitian ini yaitu, Usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir

Kabupaten Tebo berada pada kuadran 1 dan strategi yang dapat diterapkan

pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(growth oriented strategy) atau strategi agresif (aggresive strategy).

2.6. Kerangka Pemikiran

Kayu manis merupakan salah satu komoditi pada sub sektor perkebunan

yang memiliki peranan penting bagi peningkatan perekonomian di indonesia.

Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi adalah daerah yang memanfaatkan

perkebunan kayu manis terbesar di indonesia, yaitu luas lahan kayu manis

pada saat ini sebesar 40.637 ha dan menghasilkan produksi sebesar 53.662

ton. Perkebunan ini sangat cocok diusahakan di Kabupaten Kerinci, karena

memiliki karakteristik tanah dan iklam yang sesuai. Perkebunan komoditi ini

juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, dimana tenaga kerja

yang mengusahakan kayu manis di Kabupaten Kerinci yaitu sebanyak 12.594


23

KK.

Kulit Kayu manis merupakan salah satu hasil unggulan kayu manis yang

memiliki prospek yang sangat besar untuk di kembangkan, hal ini dilihat

bahwa Kabupaten Kerinci merupakan sentra kulit kayu manis terbesar di

Indonesia bahkan dunia. Kulit kayu manis Kabupaten Kerinci memiliki

kualitas yang cukup baik dan memiliki rasa yang khas dan juga telah

mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG). Pangsa pasar kulit kayu manis

pada pasar regional dan pasar internasional cukup baik, karena kulit kayu

manis ini banyak disukai oleh konsumen yang dimanfaatkan untuk bahan baku

makanan, minuman, obat maupun industri lainnya. Kulit kayu manis memiliki

potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan, melihat semakin banyak

bertambahnya pabrik dan perusahaan industri, jumlah penduduk, dan

mengatahui kandungan zat pada kulit kayu manis yang dikonsumsi. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pengembangan yang lebih baik lagi terhadap usaha

kulit kayu manis. Namun ada beberpa faktor yang diperhatikan dalam

pengembangan usaha kayu manis, yaitu dilihat dari faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dibatasi

pada aspek : tenaga kerja, modal, teknologi, harga, lokasi, dan kesediaan lahan

dan bahan baku. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman,

yang antara lain kebijakan pemerintah, pesaing, permintaan pasar, lembaga,

konsumen dan pemasaran hasil produksi.

Oleh karena itu, strategi pengembangan yang perlu dilakukan adalah

dengan melihat kondisi lingkungan internal dan kondisi pada lingkungan


24

eksternal sehingga diperoleh peluang dan kekuatan dalam usaha kulit kayu

manis kedepan. Untuk merumuskan alterntif strategi dengan menggunakan

metode analisis SWOT melalui model matrik EFAS dan IFAS. Matrik

IFAS atau Internal Factor Analysis Startegy berisi point-point kekuatan

dan kelemahan yang mempengaruhi lingkungan internal usaha kulit kayu

manis, sedangkan matrik EFAS atau Eksternal Factor Analysis Strategy

merupakan matriks yang berisi point-point peluang dan ancaman terhadap

usaha kulit kayu manis Kabupaten Kerinci dari lingkungan eksternalnya.

Hasil penjumlahan perkalian bobot dan rating ini akan menentukan posisi

usaha kulit kayu manis pada diagram analisis SWOT. Diagram analisis

SWOT memiliki 4 kuadran, yaitu kuadran 1 mendukung strategi agresif,

kuadran 2 mendukung startegi diversifikasi, kuadran 3 mendukung strategi

turn-arround, dan kuadran 4 mendukung strategi defensif . Melalui matriks

tersebut akan ditemukan kesesuaian strategi antara kekuatan-kekuatan

internal dan peluang - peluang eksternal, disamping memperhatikan

kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman eksternalnya.

Dengan menggunakan analisis SWOT akan ditemui kesesuaian strategi

terhadap peluang – peluang eksternal dan kekuatan – kekuatan internal serta

ancaman eksternal dan kelemahan internal, sehingga dapat merumuskan suatu

strategi pengembangan yang dapat digunakan agar usaha kulit kayu manis

dapat bertahan dan berkembang. Dan kemudian apat mengetahui prospek

usaha kulit kayu manis untuk saat ini dan masa yang akan datang. Untuk lebih

jelasnya gambaran mengenai penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.


25

Perkebunan Kayu Manis

Kulit Kayu Manis

Faktor Eksternal : Faktor Internal :


1. kebijakan pemerintah 1. tenaga kerja
2. pesaing 2. modal
3. permintaan pasar 3. teknologi
4. lembaga 4. harga
5. konsumen 5. lokasi
6. pemasaran hasil produksi 6. kesediaan lahan dan bahan baku

Matriks Faktor Strategi :


1. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Analisis SWOT:
1. Kekuatan
2. Kelemahan
3. Peluang
4. Ancaman

Strategi Pengembangan Usaha Kayu Manis

Prospek Usaha Kulit Kayu Manis

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran


26

2.7. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan kerangka pemikiran

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut :

 Pengembangan usaha kulit kayu manis di Kabupaten Kerinci diduga

memiliki potensi dan prospek yang sangat besar untuk

dikembangkan.

 Pengembangan usaha kulit kayu manis di Kabupaten Kerinci

diduga dapat berorientasi dalam pemanfaatan peluang dan

penggunaan sumber daya (kekuatan) serta meminimalkan

kelemahan dan ancaman.


27

III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kerinci. Pemilihan lokasi

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

Kabupaten Kerinci memiliki luas lahan, produksi, dan produktivitas

tertinggi di Provinsi Jambi, hal ini dapat dilihat pada (lampiran 2). Objek

dalam penelitian ini adalah lembaga dan petani kayu manis di Kabupaten

Kerinci. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan internal

(kekuatan dan kelemahan) dan melihat kondisi eksternal (peluang dan

ancaman), sehingga dapat mengetahui strategi dan prospek usaha kulit

kayu manis. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal ... bulan

.. tahun..., sesuai dengan surat tugas yang dikeluarkan oleh Fakultas

Pertanian Universitas Jambi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identitas petani yang meliputi nama, umur, tingkat pendidikan,

jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki, lama

berusahatani.

2. Hasil produksi kuit kayu manis.

3. Faktor Internal pengembangan kulit kayu manis (kekuatan dan

kelemahan).

4. Faktor Eksternal pengembangan kulit kayu manis (peluang dan

ancaman).

5. Dan data-data lain yang dianggap perlu dan relevan terhadap penelitian

ini.
28

3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data

primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

dengan cara observasi dan wawancara. Observasi yaitu metode

pengamatan dan peninjauan langsung ke petani yang mengusahakan kulit

kayu manis, wawancara yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan

berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan kepada

petani guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh dengan cara

membaca dan mengutip dari berbagai literatur yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti berupa: laporan-laporan dari instansi

pemerintah terkait dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data

primer yaitu menggunakan metode interview. Pengumpulan data dengan

cara metode tersebut melalui wawancara langsung kepada objek penelitian

(responden) dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan

bantuan kuisioner. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara

mengumpulkan literatur terkait yang bersumber dari jurnal, buku teks, dan

instansi terkait (Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan


29

Kabupaten Kerinci) serta, laporan-laporan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

3.3 Metode Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani kulit kayu manis di

Kabupaten Kerinci. Selanjutnya dipilih satu Kecamatan secara sengaja

(purposive) yaitu Kecamatan Gunung Raya, dengan pertimbangan bahwa

Kecamatan tersebut merupakan daerah yang memiliki luas areal dan

produksi terbesar ke - 2 di Kabupaten Kerinci. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 6.

Tabel 6. Data Luas Lahan, Produksi, Produktivitas, dan Jumlah


Petani Menurut Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2018

Jumlah
luas Areal (Ha) Produksi Produktivitas
Kecamatan Petani
(ton) (Kg/Ha)
TBM TM TR Total (KK)
Gunung
Tujuh 1.031 1.124 174 2.329 1.299 1.156 986
Kayu Aro 1.934 1.691 72 3.697 3.002 1.775 1.071
Gunung
Kerinci 713 2.047 28 2.788 1.775 863 1.610
Siulak 461 841 2 1.304 569 676 873
Air Hangat 1.190 140 19 1.349 86 614 1.031
Depati VII 261 30 2 293 19 622 255
Air Hangat
Timur 711 321 1 1.033 764 2.381 737
Sitinjau
Laut 34 38 2 74 26 684 156
Danau
Kerinci 797 395 3 1.195 804 2.036 327
Kelling
Danau 2.605 1.973 38 4.616 3.220 1.632 917
Gunung
Raya 5.908 5.280 36 11.224 14.789 2.801 2.216
Batang
Merangin 416 10.293 26 10.735 27.318 2.654 2.415
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2018
30

Dari tabel Kecamatan Gunung Raya memiliki luas lahan dan

produktivitas terbesar di Kabupaten Kerinci. Metode penentuan sampel

akan ditentukan secara snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan multitahapan, dimana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari

satu responden ke responden yang lainnya. Teknik snowball sampling ini

adalah salah satu cara yang dapat diandalkan dan sangat bermanfaat dalam

menemukan responden yang dimaksud sebagai sasaran penelitian melalui

keterkaitan hubungan dalam suatu jaringan, sehingga tercapai jumlah

sampel yang dibutuhkan (Sugiyono, 2010). Jumlah petani di Kecamatan

Gunung Raya yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini diasumsikan

sebanyak 20 orang petani.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif dan Analisis SWOT. Analisis deskriptif digunakan untuk

menjelaskan gambaran usaha kulit kayu manis secara sistematis dan

faktual berdasarkan aspek – aspek terkait dengan membandingkan teori

dan prinsip yang relevansi terhadap permasalahan yang diteliti. Kemudian

diidentifikasi dalam faktor internal dan faktor eksternal. Penentuan strategi

pengembangan usaha kulit kayu manis digunakan dengan matriks EFAS,

Matriks IFAS, dan Matriks SWOT.

3.4.1.Eksternal Strategic Factors Analiysis Summary (EFAS)

Sebelum membuat faktor matrik strategi eksternal, terlebih dahulu

mengetahui faktor strategi eksternal. Berikut adalah cara – cara penentuan

faktor strategi eksternal :


31

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dengan ancaman)

b. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengn 0,0 (tidak penting).

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1(poor)

berdasarkan dengan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor

peluang bersifat positif +4, sedangkan peluang kecil +1.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Tabel 4. Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5

faktor strategi bobot rating bobot x rating komentar


eksternal

peluang :
(5 - 10)

Ancaman :
( 5 - 10)
Total 1
Sumber: Rangkuti,2005

Setelah menganalisis faktor – faktor strategis eksternalnya (peluang dan

ancaman), maka selanjutnya menganalisis faktor – faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dengan cara yang hampir sama.


32

3.4.2. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Tabel IFAS disusun untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal

tersebut dalam kerangka kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness)

perusahaan. Tahapannya yaitu :

a. Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1

b. Beri bobot masing – masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor –

faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut

jumlahnya tidak melebihi skor total (1,00), pada kolom 2.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 sangat baik (outstanding) sampai dengan 1

sangat buruk (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

perusahaan yang bersangkutan. Setiap rating adalah penilaian seberapa baik

analisis menyakini bahwa manajemen perusahaan sedang menghadapi

faktor – faktor internal tersebut.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperolh

faktor pembobotan dalam kolom 4.

e. Gunakan kolom 5 (keterangan) untuk memberikan komentar atau catatan

mengapa faktor – faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor

pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Tabel 5. Matriks faktor strategi internal (IFAS)


33

Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5

faktor strategi bobot rating bobot x rating komentar


internal

Kekuatan :
(5 - 10)

Kelemahan :
( 5 - 10)
Total 1
Sumber: Rangkuti,2005

Selanjutnya, setelah dianalisis di dapat keunggulan perusahaan yang tidak

dimiliki oleh perusahaan pesaing (distinctive ompetencies) harus diintegrasikan

kedalam budaya organisasi sedemikian rupa sehingga perusahaan lain tidak murah

meniru. Setelah semua informasi yang berpengaruh terhadap keberlangsungan

perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi kedalam

model kuantitatif perumusan strategi yaitu dengan matriks SWOT.

3.4.3. Alternatif Strategi

Alternatif strategi yang digunakan untuk merumuskan pengembangan

usaha kulit kayu manis di Kabupaten Kerinci, digunakan analisis matriks

SWOT. Matriks SWOT dapat menjelaskan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu usaha industri

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis

SWOT digambarkan kedalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan

alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi

kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T

strategis), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies)

Faktor-faktor strategi internal dan eksternal merupakan pembentukan

matriks SWOT. Martiks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting


34

untuk membantu dalam pembangunan empat tipe strategi, yakni 1). Strategi

SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan

peluang eksternal; 2). Strategi WO yaitu strategi yang bertujuan untuk

memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal; 3).

Strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

meghindari ancaman eksternal serta; 4). Strategi WT merupakan strategi yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal.

Tabel 6. Tabel Matriks SWOT

IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

Tentukan 5 - 10 faktor Tentukan 5 - 10 faktor


EFAS
kekuatan internal kekuatan internal

OPPORTUNITIE Strategi SO Strategi WO


S (O)
Ciptakan strategi yang ciptakan strategi yang
Tentukan 5 - 10 menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
faktor peuang untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
eksternal peluang peluang
TREATHS (T) Strategi ST Strategi WT

Tentukan 5 - 10 Ciptakan strategi yang ciptakan strategi yang


faktor ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
eksternal untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti,2005

Matriks SWOT terdiri dari Sembilan sel yaitu sel faktor ( S, W, O dan

T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Terdapat delapan tahap

dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:

1. Tentukan faktor-faktor peluang lingkungan eksternal usahatani.

2. Tentukan faktor-faktor ancaman lingkungan eksternal usahatani.

3. Tentukan faktor-faktor kekuatan lingkungan internal usahatani.


35

4. Tentukan faktor-faktor kelemahan lingkungan internal usahatani.

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi SO.

6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi SO.

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi ST.

8. Sesuaikan Kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendpatkan WT.

3.5. Konsepsi Pengukuran

Pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep pada penelitian ini harus

disamakan. Batasan yang digunakan terhadap variabel pengamatan sebagai

berikut :

1. Kayu manis merupakan tanaman pada sub sektor perkebunan yang

menghasilkan rempah – rempah berupa kulit kayu manis.

2. Faktor lingkungan internal merupakan faktor –faktor yang

mempengaruhi pengembangan kayu manis berdasarkan tenaga kerja,

modal, teknologi, harga, lokasi, manajemen, dan kesediaan lahan dan bahan

baku.

3. Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi

pengembangan kayu manis berdasarkan kebijakan pemerintah, pesaing,

permintaan pasar, lembaga, konsumen dan pemasaran hasil produksi.

4. Nilai Rating adalah nilai yang diperoleh dengan cara memberikan skala
36

mulai dari +4 (paling besar) hingga +1 (paling kecil), berdasarkan

pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal terhadap usaha kulit kayu

manis.

5. Nilai Bobot adalah nialai yang diperoleh dari pengaruh faktor-faktor

internal dan eksternal yang telah diidentifikai yaitu dengan skala nilai

dari yang paling penting sampai tidak penting (0-1) pengaruhnya

terhadap usaha kulit kayu manis.

6. Skor adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian antara nilai bobot

dan nilai rating.

7. Kekuatan adalah faktor internal yang berarti keunggulan yang dimiliki

oleh suatu usaha, baik dari sumber daya, keterampilan maupun yang

lainnya.

8. Kelemahan adalah faktor internal yang berarti keterbatasan atau

kekurangan dalam sumber daya, keteampilan maupun yang lainnya.

9. Peluang adalah termasuk dalam faktor eksternal yang berarti kondisi dari

lingkungan umum yang membantu perusahaan mencapai daya saing

strategi.

10. Ancaman termasuk kedalam faktor eksternal yang berarti kondisi dari

lingkungan yang dapat mengganggu usaha dalam mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai