PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, di mana sektor pertanian mempunyai konstribusi besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian terdiri dari subsektor pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat, serta kehutanan. Salah
satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia adalah cabai merah
besar, termasuk di Kabupaten Jember (Nofita, 2015 : 66)
Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan
sebagai dasar hukum mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia-Belanda telah
mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provini
Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk regenschap Jember sebagai masyarakat kesatuan hukum
yang berdiri sendiri (Zoebazary, 2017 : 14).
Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah di Jawa Timur.
Berdasarkan data di Ditjen Hortikultura, pada tahun 2015 Kabupaten Jember menyuplai sekitar
10,59% atau 6.688 ton kebutuhan cabai merah di Jawa Timur. Salah satu sentra produksi cabai
merah di Kabupaten Jember berada di Kecamatan Ambulu (Eliyatiningsih. 2019 : 8).
Produksi cabai merah di Kabupaten Jember selama 5 tahun terakhir masih berfluktuatif
sehingga diperlukan peningkatan produksi cabai merah. Harga cabai merah yang berfluktuasi ini
merupakan fenomena yang berulang-ulang sepanjang tahun. Fenomena lonjakan harga cabai
merah menjadi pantauan oleh pemerintah sebab dapat mengakibatkan inflasi bagi perekonomian
(Nurvitasari, 2018 : 1).
Meskipun demikian, petani tetap mengusahakan cabai rawit karena cabai rawit sampai saat
ini masih menjadi primadona bagi petani di Kabupaten Jember khususnya di wilayah Kecamatan
Ambulu. Oleh karena itu perlu dikaji karakteristik petani sebagai gambaran menyeluruh mengenai
pelaku-pelaku usaha dimana hal tersebut akan berpengaruh pada perilaku petani dalam
berusahatani, apakah berperilaku menolak, menerima, atau netral terhadap resiko dengan melihat
harga yang diterima oleh petani pada satu kali panen. Untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, khususnya masyarakat cabai di Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember adalah dengan menerapkan modernisasi dibidang pertanian. Hal ini dimaksudkan agar
tingkat produksi dan produktivitas yang dicapat selama ini dapat Iebih meningkat, sehingga
meningkatkan pula pendapatan petani (Kurniawati, 2017 : 2).
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian bertujuan agar peneliti tidak menyimpang dari permasalahan yang
diteliti. Untuk itu peneliti perlu membatasi permasalahan khususnya batasan tempat (spasial),
waktu (temporal), dan fokus kajian.
Ruang lingkup tempat (spasial) yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Desa
Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten jember. Dalam hal ini peneliti akan melakukan
penelitian pada kelompok tani yang berada di Desa Andongsari.
Ruang lingkup temporal atau waktu dalam penelitian ini adalah tahun 2012-2020, tahun
2012-2020 digunakan sebagai ruang lingkup arah penelitian karena pada tahun 2012 terjadi
penurunan produksi cabai merah dikarenakan banjir dan scope temporal dibatasi sampai tahun
2020 karena pada saat itu pula peneliti melakukan proses pengumpulan data serta observasi
lapang.
Batasan materi pada penelitian ini adalah difokuskan pada perkembangan produksi tanaman
cabai tahun 2012-2020, serta perubahan sosial ekonomi masyarakat petani cabai.
Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan produksi tanaman cabai dari tahun 2012-2020
2. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat petani cabai
PEMBAHASAN
Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi
dan permintaan pasar yang tinggi. Sesuai SK Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD310/9/2006,
terdapat 323 jenis komoditas yang dibina yaitu: 60 jenis buahbuahan, 80 jenis komoditas sayuran,
66 jenis komoditas tanaman obat, dan 117 jenis komoditas florikultura. Adapun komoditas
hortikultura yang mendapat perhatian utama oleh direktorat Jenderal Hortikultura salah satunya
adalah komoditas cabai (Fitriyah, 2019 : 402).
Tingginya produksi cabai rawit juga dipengaruhi oleh perkembangan produksi cabai rawit
di berbagai kabupaten dan kota di Jawa Timur. Empat produksi cabai rawit terbesar terdapat
diKabupaten Blitar sebesar 34,35 ribu ton, Jember sebesar 32,12 ribu ton, Lumajang se besar 23,40
ribu ton dan Kediri sebesar 22,42 ribu ton pada tahun 2014 (Kurniawati, 2017 : 1).
Kecamatan Ambulu merupakan salah satu sentra produksi cabai merah besar di
Kabupaten Jember , rata-rata produktivitas lahan usahatani cabai merah besar pada musim tanam
tahun 2014 di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu sebesar 11.263kg/ha, artinya setiap hektar
lahan dapat menghasilkan produksi sebesar 11.263 kg (Nurvitasari, 2018 : 3) Usahatani cabai
merah besar di Kecamatan Ambulu telah dilakukan turun temurun, sehingga petani di wilayah ini
selalu menigusahakan budidaya cabai merah di setiap tahun pada musim tanam periode April-
September.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan harga cabai merah di tingkat petani pada tahun
2012-2016 di Kabupaten Jember (Nurvitasari, 2018 : 3).
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah di Kabupaten
Jember tahun 2012-2016
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
SIMPULAN
Produksi cabai merah yang berfluktuatif tersebut dapat terjadi karena cabai merah
merupakan komoditas pertanian yang erat dengan sifat musiman produksi. Cabai merah
merupakan produk hortikultura yang memiliki karakteristik perishable (mudah rusak). Cabai
merah tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Cabai merah yang sudah dipanen
harus sesegera mungkin sampai ke tangan konsumen agar langsung diolah sesuai dengan
kebutuhan. Cabai merah juga sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan hama penyakit yang
berakibat pada ketidakpastian hasil produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap
produksi cabai merah besar yaitu jumlah bibit, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan, sedangkan
pupuk, pestisida, umur dan pengalaman berpengaruh tidak nyata terhadap produksi usahatani cabai
merah besar di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu. Perkembangan pembangunan pertanian
melalui proses teknologi dibidang pertanian, merupakan suatu dinamika masyarakat yang
mengakibatkan terjadinya suatu perubahan-perubahan tertentu pada kehidupan sosial ekonominya
DAFTAR PUSTAKA
Eliyatiningsih. 2019. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai Merah di
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara.)
Vol.12 No.1.
Fitriyah, Atikatul. 2019. Saluran Pemasaran Cabai Rawit Di Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Provinsi Jawa Timur. E-Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata. Vol. 8, No. 1.
Kurniawati, A. M. A. 2017. Perilaku Petani Cabai Rawit Terhadap Resiko Fluktuasi Harga Di
Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. JSEP. Vol 10 No. 2.
Nofita, Indra. 2015. Analisis Produktivitas Usahatani Cabai Merah Besar (Capsicum Annum L.) Di
Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian. Vol 8, No. 3.
Nurvitasari, M. K. 2018. Dinamika Perkembangan Harga Komoditas Cabai Merah (Capsicum
Annuum L) Di Kabupaten Jember. JSE. Vol 11 No. 1.
Zoebazary,M.Ilham.2017. Orang Pandhalungan: Penganyam Kebudayaan di Tapal Kuda. Jember :
Rumah Budaya Pandalungan.