Anda di halaman 1dari 3

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PETANI CABAI DI DESA

ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN


JEMBER TAHUN 2012-2020

Siti Rossydhatul Khusnah, Sumarjono


Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember, 68121
Email : sitirossydhatul@gmail.com

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, di mana sektor pertanian mempunyai konstribusi besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian terdiri dari subsektor pertanian tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat, serta kehutanan. Salah
satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia adalah cabai merah
besar, termasuk di Kabupaten Jember (Nofita, 2015 : 66)
Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan
sebagai dasar hukum mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia-Belanda telah
mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provini
Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk regenschap Jember sebagai masyarakat kesatuan hukum
yang berdiri sendiri (Zoebazary, 2017 : 14).
Kabupaten Jember merupakan salah satu sentra penghasil cabai merah di Jawa Timur.
Berdasarkan data di Ditjen Hortikultura, pada tahun 2015 Kabupaten Jember menyuplai sekitar
10,59% atau 6.688 ton kebutuhan cabai merah di Jawa Timur. Salah satu sentra produksi cabai
merah di Kabupaten Jember berada di Kecamatan Ambulu (Eliyatiningsih. 2019 : 8).
Produksi cabai merah di Kabupaten Jember selama 5 tahun terakhir masih berfluktuatif
sehingga diperlukan peningkatan produksi cabai merah. Harga cabai merah yang berfluktuasi ini
merupakan fenomena yang berulang-ulang sepanjang tahun. Fenomena lonjakan harga cabai
merah menjadi pantauan oleh pemerintah sebab dapat mengakibatkan inflasi bagi perekonomian
(Nurvitasari, 2018 : 1).
Meskipun demikian, petani tetap mengusahakan cabai rawit karena cabai rawit sampai saat
ini masih menjadi primadona bagi petani di Kabupaten Jember khususnya di wilayah Kecamatan
Ambulu. Oleh karena itu perlu dikaji karakteristik petani sebagai gambaran menyeluruh mengenai
pelaku-pelaku usaha dimana hal tersebut akan berpengaruh pada perilaku petani dalam
berusahatani, apakah berperilaku menolak, menerima, atau netral terhadap resiko dengan melihat
harga yang diterima oleh petani pada satu kali panen. Untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, khususnya masyarakat cabai di Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember adalah dengan menerapkan modernisasi dibidang pertanian. Hal ini dimaksudkan agar
tingkat produksi dan produktivitas yang dicapat selama ini dapat Iebih meningkat, sehingga
meningkatkan pula pendapatan petani (Kurniawati, 2017 : 2).

Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian bertujuan agar peneliti tidak menyimpang dari permasalahan yang
diteliti. Untuk itu peneliti perlu membatasi permasalahan khususnya batasan tempat (spasial),
waktu (temporal), dan fokus kajian.
Ruang lingkup tempat (spasial) yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Desa
Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten jember. Dalam hal ini peneliti akan melakukan
penelitian pada kelompok tani yang berada di Desa Andongsari.
Ruang lingkup temporal atau waktu dalam penelitian ini adalah tahun 2012-2020, tahun
2012-2020 digunakan sebagai ruang lingkup arah penelitian karena pada tahun 2012 terjadi
penurunan produksi cabai merah dikarenakan banjir dan scope temporal dibatasi sampai tahun
2020 karena pada saat itu pula peneliti melakukan proses pengumpulan data serta observasi
lapang.
Batasan materi pada penelitian ini adalah difokuskan pada perkembangan produksi tanaman
cabai tahun 2012-2020, serta perubahan sosial ekonomi masyarakat petani cabai.

Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan produksi tanaman cabai dari tahun 2012-2020
2. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat petani cabai

PEMBAHASAN
Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi
dan permintaan pasar yang tinggi. Sesuai SK Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD310/9/2006,
terdapat 323 jenis komoditas yang dibina yaitu: 60 jenis buahbuahan, 80 jenis komoditas sayuran,
66 jenis komoditas tanaman obat, dan 117 jenis komoditas florikultura. Adapun komoditas
hortikultura yang mendapat perhatian utama oleh direktorat Jenderal Hortikultura salah satunya
adalah komoditas cabai (Fitriyah, 2019 : 402).
Tingginya produksi cabai rawit juga dipengaruhi oleh perkembangan produksi cabai rawit
di berbagai kabupaten dan kota di Jawa Timur. Empat produksi cabai rawit terbesar terdapat
diKabupaten Blitar sebesar 34,35 ribu ton, Jember sebesar 32,12 ribu ton, Lumajang se besar 23,40
ribu ton dan Kediri sebesar 22,42 ribu ton pada tahun 2014 (Kurniawati, 2017 : 1).
Kecamatan Ambulu merupakan salah satu sentra produksi cabai merah besar di
Kabupaten Jember , rata-rata produktivitas lahan usahatani cabai merah besar pada musim tanam
tahun 2014 di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu sebesar 11.263kg/ha, artinya setiap hektar
lahan dapat menghasilkan produksi sebesar 11.263 kg (Nurvitasari, 2018 : 3) Usahatani cabai
merah besar di Kecamatan Ambulu telah dilakukan turun temurun, sehingga petani di wilayah ini
selalu menigusahakan budidaya cabai merah di setiap tahun pada musim tanam periode April-
September.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan harga cabai merah di tingkat petani pada tahun
2012-2016 di Kabupaten Jember (Nurvitasari, 2018 : 3).
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Merah di Kabupaten
Jember tahun 2012-2016
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2012 565 1.784 3,16


2013 639 3.531 5,52
2014 685 5.608 8,18
2015 712 6.677 9,38
2016 783 5.644 7,21
Sumber:Kabupaten Jember dalam Angka BPS Kabupaten Jember (2017)
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa produksi cabai merah di Kabupaten
Jember cenderung berfluktuatif dari tahun 2012 hingga 2016. Tahun 2012 produksi cabai merah
mengalami penurunan menjadi 1.784 ton dengan luas panen sebesar 565 ha dan produktivitas
sebesar 3,16 ton/ha. Adanya penurunan produksi, luas panen, dan produktivitas cabai merah di
Kabupaten Jember tersebut dikarenakan terjadinya gagal panen akibat banjir. Menurut catatan
informasi Dinas Pertanian, banjir telah membuat hampir sebagian besar dari sentra produksi cabai
merah di Kabupaten Jember yakni di Kecamatan Ambulu mengalami gagal panen dan berimbas
pada anjloknya jumlah produksi cabai merah. Kenaikan produksi cabai merah dari tahun 2013
hingga 2015 ini akibat adanya program usaha yang berfokus pada peningkatan produksi dan
produktivitas cabai merah di wilayah sentra cabai merah Jawa Timur salah satunya Kabupaten
Jember. produksi cabai merah tahun 2016 sebesar 5.644 ton dengan luas panen sebesar 783 ha dan
produktivitas sebesar 7,21 ton/ha.
Berfluktuasinya produksi cabai merah disebabkan oleh banyak hal. Budidaya cabai merah
memerlukan penanganan yang intensif, mengingat tanaman ini sangat rentan dengan cuaca dan
serangan hama penyakit tanaman. Selain faktor tersebut, usahatani cabai merah juga dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya penggunaan faktor produksi seperti lahan usaha tani, bibit, pupuk,
pestisida, dan juga tenaga kerja (Eliyatiningsih. 2019 : 9).
Petani sebagai produsen dalam penentuan harga kebanyakan memiliki peran yang kecil.
Harga cabai merah di tingkat petani seringkali mengalami fluktuasi harga yang tidak menentu.
Petani kebanyakan tidak dapat memprediksikan harga cabai merah yang akan terjadi dipasaran.
Sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan tersebut yaitu dengan muculnya banyak tenaga kerja (tenaga buruh) dalam pengelolaan
tanaman cabai, semakin meningkatnya peningkatan kehidupan petani, dan terpenuhinya kebutuhan
petani baik kebutuhan pendidikan maupun kebutuhan sarana informasi, hiburan dan lain-lain
sebagainya. Disamping itu sifat gotong royong dikalangan masyarakat petani sudah mulai
menurun dan diganti dengan rasionalisasi, efisiensi dan komersial. Perubahan-perubahan yang
terjadi dalam masyarakat petani dapat juga disebabkan oleh karena petani tidak merasa puas akan
apa yang dicapai, sehingga selalu mencoba berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Agar pendapatan petani di pedesaan dapat ditingkatkan yang secara Iangsung bergerak pada
bidang pertanian, maka Usaha pembangunan di daerah perlu itingkatkan dengan usaha pembinaan
pembangunan yang sesuai dengan sumber daya alam dan Iingkungan hidup.

SIMPULAN
Produksi cabai merah yang berfluktuatif tersebut dapat terjadi karena cabai merah
merupakan komoditas pertanian yang erat dengan sifat musiman produksi. Cabai merah
merupakan produk hortikultura yang memiliki karakteristik perishable (mudah rusak). Cabai
merah tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Cabai merah yang sudah dipanen
harus sesegera mungkin sampai ke tangan konsumen agar langsung diolah sesuai dengan
kebutuhan. Cabai merah juga sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan hama penyakit yang
berakibat pada ketidakpastian hasil produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap
produksi cabai merah besar yaitu jumlah bibit, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan, sedangkan
pupuk, pestisida, umur dan pengalaman berpengaruh tidak nyata terhadap produksi usahatani cabai
merah besar di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu. Perkembangan pembangunan pertanian
melalui proses teknologi dibidang pertanian, merupakan suatu dinamika masyarakat yang
mengakibatkan terjadinya suatu perubahan-perubahan tertentu pada kehidupan sosial ekonominya

DAFTAR PUSTAKA
Eliyatiningsih. 2019. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Cabai Merah di
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara.)
Vol.12 No.1.
Fitriyah, Atikatul. 2019. Saluran Pemasaran Cabai Rawit Di Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Provinsi Jawa Timur. E-Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata. Vol. 8, No. 1.
Kurniawati, A. M. A. 2017. Perilaku Petani Cabai Rawit Terhadap Resiko Fluktuasi Harga Di
Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. JSEP. Vol 10 No. 2.
Nofita, Indra. 2015. Analisis Produktivitas Usahatani Cabai Merah Besar (Capsicum Annum L.) Di
Desa Andongsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian. Vol 8, No. 3.
Nurvitasari, M. K. 2018. Dinamika Perkembangan Harga Komoditas Cabai Merah (Capsicum
Annuum L) Di Kabupaten Jember. JSE. Vol 11 No. 1.
Zoebazary,M.Ilham.2017. Orang Pandhalungan: Penganyam Kebudayaan di Tapal Kuda. Jember :
Rumah Budaya Pandalungan.

Anda mungkin juga menyukai