Anda di halaman 1dari 12

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

ANALISIS USAHATANI LABU KUNING DI DESA SINGSINGON RAYA,


KECAMATAN PASSI TIMUR, KABUPATEN BOLAANG-MONGONDOW

Lina Tini Pendong


Oktavianus Porajouw
Lyndon R. J. Pangemanan

ABSRACT
This study aims to analyze the cost and income of pumpkin farming in Singsingon Raya
Village, East Passi District. The study was conducted from January to February 2017. The data
used were primary and secondary data. Primary data through interviews using questionnaires to
15 respondents and secondary data obtained from Singsingon Raya Village Office. This analysis
uses descriptive analysis. The results showed that the cost used for the largest pumpkin
laboratory is labor cost and transportation cost of 87.28 %. In the marketing of pumpkin,
farmers get large enough revenue so that farmers earn substantial income. The results can be
seen from the total average production cost of Rp 4,012,238.00 / Ha with average revenue of Rp
21,159,420.00 / Ha of farmers earning income of Rp 17,147,182.00 / Ha. Analysis of return cost
ratio get value > 1 so that pumpkin profitable for farmers and break even point analysis results
showed that pumpkin farming is at break even point.

Keywords: Analysis, Farming, Yellow Pumpkin, Village Singsingon Raya, East Passi Sub-
district

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya dan pendapatan usahatani labu kuning
di Desa Singsingon Raya Kecamatan Passi Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
sampai Februari 2017. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
melalui wawancara menggunakan kuisioner kepada 15 responden dan data sekunder diperoleh
dari Kantor Desa Singsingon Raya. Analisis ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa biaya yang digunakan untuk berusahatani labu kuning paling besar adalah
biaya tenaga kerja dan biaya transportasi sebesar 87,28 %. Dalam pemasaran labu petani
memperoleh penerimaan yang cukup besar sehingga petani memperoleh pendapatan yang cukup
besar. Hasilnya dapat dilihat dari total biaya produksi rata-rata sebesar Rp 4.012.238,00/Ha
dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 21.159.420,00/Ha petani memperoleh pendapatan
sebesar Rp 17.147.182,00/Ha. Analisis return cost ratio memperoleh nilai >1sehingga
berusahatani labu kuning menguntungkan bagi petani dan hasil analisis break even point
menunjukan bahwa usahatani labu kuning berada pada titik impas.

Kata kunci: Analisis, Usahatani, Labu Kuning, Desa Singsingon Raya, Kecamatan Passi Timur

1
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

PENDAHULUAN tanaman ini dapat menyesuaikan dengan


keadaan alam yang berubah-ubah, saat hujan
Latar Belakang ataupun kemarau tanaman ini tetap hidup.
Pembangunan ekonomi daerah Penduduk di Sulawesi Utara umumnya,
merupakan suatu proses dimana pemerintah memanfaatkan labu kuning sebagai makanan
daerah dan masyarakat mengelola sumber daya tradisional yang dikenal “bubur Manado”.
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan Manfaat labu kuning bagi penduduk yaitu pada
antara pemerintah daerah dan sektor swasta anak-anak dapat digunakan sebagai penambah
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru nafsu makan dan sebagai obat cacingan,
dan merangsang perkembangan ekonomi dalam kandungan vitamin A, B dan C, mineral serta
wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Oleh karena karbohidrat dalam daging buah labu dapat
itu, pembangunan daerah merupakan kegiatan digunakan sebagai antioksidan penangkal
yang berlandaskan pada kemampuan nasional berbagai jenis kanker (Hidayah, 2010). Penduduk
dan berdasarkan perkembangan keadaan daerah Manado menjadikan “bubur Manado” sebagai
(mencakup daerah kabupaten/kota, daerah bahan komplementer nasi dan salah satu bahan
provinsi dan masing-masing daerah otonom) dan bakunya adalah labu kuning. Di Manado banyak
nasional (Munji, 2001). Salah satu pengoptimalan rumah makan yang menjual “bubur Manado”
sumber daya guna menunjang pembangunan sebagai makanan sayuran, sehingga kebutuhan
wilayah perdesaan dapat dilakukan dengan akan labu kuning sangat besar. Desa Singsingon
mengidentifikasi komoditi-komoditi pertanian Raya merupakan salah satu desa di Kecamatan
yang ada, sehingga pengembangannya dapat Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow
meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan yang memproduksi labu kuning. Usahatani labu
wilayah perdesaan. Dalam pengembangannya kuning telah lama dibudidayakan pada desa
pemerintah perlu melihat sumber daya yang tersebut, dimana petani sudah berpengalaman
dimiliki disuatu desa, apabila sumber daya yang berusahatani dengan melihat kondisi tanah
dimiliki melimpah maka perkembangan desanya relatif cocok sehingga penanamannya tidak sulit
akan cepat begitu pula sebaliknya apabila desa baik dalam pembibitan, perawatan dan
tersebut sumber dayanya sedikit maka hasilnyapun cukup memberikan nilai ekonomis
perkembangan desanya akan lambat. Dalam bagi masyarakat. Tanaman ini dapat ditanam
melihat potensi yang ada perlu memperhatikan dilahan pertanian, halaman pekarangan, baik
komoditas unggulan disetiap desa. didaerah tropis maupun sub tropis. Pada tahun
Pengembangan merupakan suatu usaha 2015 produksi labu kuning di Desa Singsingon
yang dilakukan untuk membuat produk semakin Raya berjumlah 34.000 buah dari hasil produksi
bermanfaat sehingga dapat meningkatkan terdapat ukuran labu kuning yang berbeda-beda
kualitas sebagai upaya untuk menciptakan mutu ada yang berukuran kecil, sedang dan besar.
yang lebih baik. Berdasarkan dari Sebagai gambaran data produksi labu kuning
keanekaragaman kebudayaan dan sumber pangan, Desa Singsingon Raya, dapat dilihat pada Tabel 1.
strategi pengembangan pangan di Indonesia perlu
diarahkan pada potensi sumber daya wilayah Tabel 1. Luas Lahan, Jumlah Petani dan
(lokal). Salah satu sumber bahan pangan lokal Produksi Labu Kuning diDesa
Sinmgsingon Raya
yang ada di Indonesia adalah tanaman labu
Desa Luas Produksi Petani
kuning. Labu kuning merupakan komoditi Lahan (Buah ) (Org)
pertanian yang cocok untuk dikembangkan (Ha)
sebagai alternatif bahan pangan. Di Indonesia Singsingon 1 1.000 2
labu kuning banyak dimanfaatkan menjadi Singsingon 31 31.000 25
aneka produk makanan dan minuman seperti Barat
sirup, selai, kerupuk, bolu kering, sup, kolak Singsingon 2 2.000 4
dan dodol (Suprapti, 2005). Labu kuning yang Timur
selama ini ditanam pada lahan pertanian atau Sumber: Kantor Desa Singsingon Kecamatan
Passi Timur, 2015.
dilahan pekarangan, sebenarnya dapat
dibudidayakan secara besar-besaran karena

2
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

Produktivitas labu kuning di Desa Metode Pengambilan Sampel


Singsingon Raya akan diikuti dengan perubahan Pengambilan sampel secara sensus
harga jual labu kuning dan akan mempengaruhi yaitu dengan menggunakan semua anggota
pendapatan yang akan diterima para petani labu populasi sebagai sampel dengan jumlah sampel
kuning. Pada tahun 2016 jumlah petani yang sebanyak 15 petani labu kuning.
berusahatani labu kuning di Desa Singsingon
Raya sebanyak 15 petani. Hal ini menunjukan Metode Pengumpulan Data
bahwa adanya penurunan jumlah petani labu Data yang digunakan dalam penelitian
kuning pada tahun 2015 dan 2016, dikarenakan ini adalah data primer dan data sekunder. Data
umur panen labu kuning dan biaya yang primer diperoleh melalui wawancara langsung
dikeluarkan oleh para petani cenderung lebih dengan petani produsen menggunakan kuisioner
besar dibandingkan pendapatan yang diperoleh sedangkan data sekunder merupakan data
para petani labu kuning. pendukung yang diperoleh dari kantor desa.

Rumusan Masalah Konsep Pengukuran Variabel


Berdasarkan latar belakang yang telah 1) Karakteristik responden:
dipaparkan, maka yang menjadi permasalahan a) Umur (tahun).
adalah bagaimana biaya dan pendapatan b) Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, D1,S1).
usahatani labu kuning di Desa Singsingon Raya c) Pekerjaan di luar usahatani labu kuning
Kecamatan Passi Timur. (buruh, wiraswasta, pedagang
pengumpul dan tukang ojek).
Tujuan Penelitian d) Jumlah tanggungan anggota keluarga
Penelitian ini bertujuan untuk (orang).
menganalisis biaya dan pendapatan usahatani e) Pengalaman berusahatani labu kuning
(tahun).
labu kuning di Desa Singsingon Raya
Kecamatan Passi Timur.
2) Luas lahan, yaitu keseluruhan luas lahan
yang digunakan dalam usahatani labu kuning
Manfaat Penelitian (Ha).
Manfaat dari penulisan ini yaitu:
1) Bagi petani, dapat memberikan informasi 3) Produksi, yaitu jumlah produksi labu kuning
dan bahan masukan tentang usahatani labu yang diperoleh dalam satu kali tanam
kuning. (Rp/Buah).
2) Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini 4) Biaya produksi adalah semua pengeluaran
diharapkan dapat menjadi sumbangan yang dikeluarkan selama proses produksi
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
pengembangan usahatani labu kuning. variabel (Rp).
3) Bagi penelitsi, sebagai tambahan a) Biaya tetap yaitu biaya yang umumnya selalu
pengetahuan dan wawasan tentang usahatani konstan seperti pajak.
labu kuning di Desa Singsingon Raya b) Biaya variabel yaitu biaya yang umumnya
Kecamatan Passi Timur. berubah-ubah seperti: pupuk,
pestisida, tenaga kerja dan biaya transportasi.

METODOLOGI PENELITIAN 5) Pemasaran adalah kegiatan jual beli barang


dan jasa seperti harga jual (Rp) dan tempat
Lokasi dan Waktu Penelitian (pasar).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa 6) Penerimaan adalah perkalian antara produksi
Singsingon Kecamatan Passi Timur. Waktu dengan harga jual (Rp/Buah).
7) Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penelitian selama dua bulan, mulai dari bulan
penerimaan dan biaya (Rp).
Januari sampai bulan Februari 2017.

3
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

Metode Analisis Data Sulawesi Utara. Luas wilayah Desa Singsingon


Analisis data yang digunakan dalam Raya 28,5 Km² dan berpenduduk sebanyak
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan 2.089 jiwa, terdiri dari 1.100 jiwa laki-laki dan
disajikan dalam bentuk tabel selanjutnya 987 jiwa perempuan. Jarak dengan ibukota
digunakan perhitungan analisis pendapatan. kabupaten/kota 67 Km. Desa Singsingon Raya
Untuk mengetahui tingkat keuntungan berada pada ketinggian 1.085 Mdpl (meter
ekonomis labu kuning akan digunakan analisis diatas permukaan laut), dengan suhu udara 24-
return cost ratio dan break even point. 26ºC. Batas wilayah administratif Desa
a) Pendapatan adalah selisih antara biaya dan Singsingon Raya sebagai berikut :
penerimaan dengan rumus, yaitu: a) Sebelah Utara : Hutan Lindung
P = TR - TC b) Sebelah Timur : Desa Insil
Keterangan : P = Pendapatan c) Sebelah Selatan : Hutan Lindung
TC = Total Biaya d) Sebelah Barat : Perkebunan Pogat
TR = Total Penerimaan
b) Return Cost Ratio adalah perbandingan Karakteristik Responden
antara penerimaan dan biaya-biaya yang Umur
dikeluarkan selama proses produksi hingga Umur merupakan faktor penting dalam
menghasilkan produk. Dengan rumus :
berproduksi usahatani labu kuning. Umur
a = R/C
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
Keterangan : A = Return Cost Ratio
bekerja secara fisik dan menentukan cara
R = Penerimaan
C = Biaya berpikir. Untuk umur produktif pada usia 16
Secara teoritis dengan ratio R/C : tahun sampai 60 tahun. Umur produktif adalah
> 1 artinya usahatani tersebut menggalami penduduk yang karena usianya dapat
keuntungan. menghasilkan produk maupun jasa. Umur
≠ 1 artinya usahatani tidak untung dan tidak rugi. responden dapat dilihat pada Tabel 2.
< 1 artinya usahatani menggalami kerugian.
c) Break Even Point adalah sebuah titik dimana Tabel 2. Umur Responden Petani Labu Kuning
biaya dan pendapatan adalah seimbang No Umur Jumlah Responden (Orang )
sehingga tidak terdapat kerugian atau (Tahun) Jumlah Persentase
keuntungan. 1 < 30 2 13,33
2 30 – 60 12 80,00
Perhitungan BEP :
3 > 60 1 6,67
1) BEP Produksi = Jumlah 15 100
Keterangan : FC : Biaya Tetap Sumber : Diolah dari data primer, 2017
P : Harga Jual Per Unit
VC : Biaya Variabel Per Unit Pada Tabel 2 menunjukan umur
responden sebagian besar berada pada umur 30
2) BEP Harga =
sampai 60 tahun sebanyak 12 responden
Keterangan: FC : Biaya Tetap dengan persentase 80,00 %. Jumlah ini
VC : Biaya Variabel Per Unit menunjukan bahwa sebagian besar petani labu
P : Harga Jual Per Unit kuning berada pada usia produktif, dimana
petani cukup potensial untuk melakukan
kegiatan usahataninya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Pendidikan
Deskripsi Lokasi Penelitian Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
seorang petani akan berpengaruh pada
Keadaan Geografis Lokasi Penelitian kemampuannya untuk mengelola usahatani
Singsingon Raya merupakan salah satu serta menerapkan pada pengembangan
desa yang ada di Kecamatan Passi Timur usahataninya. Berdasarkan penelitian, tingkat
Kabupaten Bolaang-Mongondow. Provinsi pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 3.

4
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Petani keluarga yang terhitung dalam jumlah


Tingkat Jumlah Responden (Orang) tanggungan umumnya membantu keluarga
No
Pendidikan Jumlah Persentase
dalam hal penyediaan tenaga kerja khususnya
1 SD 3 20,00
2 SMP 7 46,67 dalam bidang pertanian. Ketersediaan tenaga kerja
3 SMA 4 26,67 dalam keluarga dengan sendirinya akan
4 D1 1 6,67 mengurangi masuknya tenaga kerja dari luar
Jumlah 15 100 keluarga. Dari hasil penelitian jumlah tanggungan
Sumber : Diolah dari data primer, 2017 anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 3 menunjukan tingkat pendidikan Tabel 5. Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga
petani sampel di daerah penelitian sebagian besar
berada pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Anggota Jumlah Responden (Orang )
No
Keluarga Jumlah Persentase
pertama) yaitu dengan persentase 46,67 %, SMA
(Sekolah Menengah Atas) dengan persentase 1 1–2 6 40,00
2 3–4 8 53,33
26,67 %, SD (Sekolah Dasar) dengan persentase
3 ≥5 1 6,67
20,00 % dan D1 dengan persentase 6,67 %.
Jumlah 15 100
Sumber : Diolah dari data primer, 2017
Pekerjaan di Luar Usahatani Labu Kuning
Untuk mencukupi kebutuhan keluarga Tabel 5 menunjukan jumlah tanggungan
para petani memiliki pekerjaan sampingan atau anggota keluarga terbanyak terdapat pada jumlah
pekerjaan diluar usahatani labu kuning. tanggungan anggota keluarga yaitu 3 sampai 4
Pekerjaan petani meliputi buruh, pedagang dengan persentase 53,33 %. Jumlah ini
pengumpul, tukang ojek dan wiraswasta. menunjukan bahwa tanggungan anggota keluarga
Pekerjaan sampingan petani dapat dilihat pada dapat membantu dalam proses usahatani labu
Tabel 4. kuning terutama dalam penyediaan tenaga kerja
keluarga. Anggota keluarga di Desa Singsingon
Tabel 4. Pekerjaan di Luar Usahatani Labu Raya sudah terlibat dalam aktifitas usahatani.
Kuning
Pekerjaan di Luar Jumlah Responden Pengalaman Berusahatani Labu Kuning
No Usahatani Labu (Orang) Pengalaman berusahatani merupakan
Kuning Jumlah Persentase salah satu faktor penentu keberhasilan usahatani.
1 Buruh Tani 10 66,67 Petani yang sudah berpengalaman dalam
Pedagang usahatani cenderung lebih terampil dalam
Pengumpul Bawang mengelola usahataninya. Berdasarkan pengalaman
2 dan Kentang 2 13,33 tersebut, petani dapat meningkatkan produksi labu
3 Tukang Ojek 1 6,67 kuning melalui komunikasi antar petani.
4 Wiraswasta 2 13,33 Pengalaman berusahatani labu kuning dapat
Jumlah 15 100 dilihat pada Tabel 6.
Sumber : Diolah dari data primer, 2017

Pada Tabel 4 menunjukan pekerjaan Tabel 6. Pengalaman Berusahatani Labu Kuning


petani di luar usahatani labu kuning sebagian Jumlah Responden
Pengalaman
No (Orang)
besar bekerja sebagai buruh tani dengan (Tahun)
Jumlah Persentase
persentase 66,67 %, pedagang pengumpul dengan
1 0 – 5 5 33,33
persentase 13,33 %, wiraswasta dengan persentase 2 6 – 10 6 40,00
13,33 % dan bekerja sebagai tukang ojek dengan 3 11 – 15 4 26,67
persentase 6,67 %. Jumlah 15 100
Sumber : Diolah dari data primer, 2017
Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga
Jumlah tanggungan anggota keluarga Tabel 6 menunjukan bahwa pengalaman
adalah keseluruhan anggota keluarga yang jumlah petani bekerja sebagai petani labu kuning 6
kebutuhan atau biaya anggota keluarga sampai 10 tahun sebanyak 6 responden dengan
ditanggung oleh kepala keluarga. Anggota

5
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

persentase 40,00 %, 0 sampai 5 tahun sebanyak Tabel 7 menunjukan luas lahan petani
5 responden dengan persentase 33,33 %, 11 yang digunakan pada usahatani labu kuning
sampai 15 tahun sebanyak 4 responden dengan terbanyak pada 0,5 sampai 1 Ha dengan
persentase 26,67 %. Tingkat pengalaman persentase 86,67 % sedangkan kurang dari 0,5 Ha
berusahatani labu kuning bagi sebagian besar dengan persentase 13,33 %.
petani sudah cukup berpengalaman sehingga
dalam menjalankan aktivitasnya sebagai petani Status Kepemilikan Lahan
labu kuning cukup baik dan tanaman labu kuning Status kepemilikan lahan sangat
sudah cukup produktif. Dalam halnya bertani, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani
petani mengenal tanaman labu kuning sudah karena status kepemilikan lahan juga
lama dan teknik budidaya labu kuning sudah mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan oleh
turun-temurun. petani. Kepemilikan lahan dapat dilihat pada
Tabel 8.
Usahatani Labu Kuning di Desa Singsingon
Lahan Tabel 8. Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Responden
Lahan merupakan salah satu faktor (Orang )
No Status Lahan
penting dalam berusahatani. Lahan juga Jumlah Persentase
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi 1 Milik Sendiri 12 80,00
pendapatan yang akan diterima oleh petani dalam 2 Pinjam 3 20,00
berusahatani labu kuning. Dengan adanya lahan Jumlah 15 100
pertanian untuk berusahatani labu kuning maka Sumber : Diolah dari data primer, 2017.
petani akan berusaha untuk meningkatkan
produksi sehingga pendapatan yang akan Pada Tabel 8 menunjukan kepemilikan
diterima petani juga meningkat dan petani dapat lahan petani labu kuning sebagian besar adalah
mengusahakan berbagai komoditi yang sesuai milik sendiri dengan persentase 80,00 %
dengan jenis tanah yang akan ditanami. Hasil sedangkan kepemilkan lahan berstatus pinjam
penelitian menunjukan, luas lahan tanaman dengan persentase 20,00 %. Para petani responden
hortikultura di Desa Singsingon Raya berjumlah menggarap lahannya dengan membudidayakan
928 Ha dan luas lahan yang digunakan untuk berbagai macam jenis tanaman seperti bawang
berusahatani labu kuning berjumlah 10,4 Ha. Luas daun, kentang, wortel, tomat dan labu kuning.
lahan pertanian yang belum diusahakan berjumlah
30 Ha. Jumlah ini menunjukan bahwa, petani Bibit
mempunyai peluang untuk meningkatkan Pembibitan merupakan hal penting
produksi labu kuning dengan mengusahakan lahan yang dilakukan untuk mendapatkan produksi
pertanian yang belum diusahakan. Luas lahan labu kuning yang baik. Salah satu tahapan
yang dimiliki petani akan mempengaruhi peningkatan produksi labu kuning adalah
produksi usahatani labu kuning. Luas lahan juga pemilihan bibit yang baik. Bibit yang baik
merupakan faktor produksi terpenting dalam adalah bibit yang tidak rusak, layu dan busuk.
kegiatan usahatani, karna lahan merupakan Hasil penelitian menunjukan bahwa petani dalam
tempat untuk menanam komoditi yang akan usahataninya membuat bibit labu kuning sendiri
dibudidayakan oleh petani. Luas lahan dapat dan tidak membeli bibit labu kuning. Benih yang
dilihat pada Tabel 7. digunakan merupakan benih hasil produksi
sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya
Tabel 7. Luas Lahan Petani Labu Kuning produksi. Proses pembuatan bibit labu kuning
Jumlah Responden adalah dengan cara mengambil buah yang matang
Luas Lahan dan yang bagus, setelah itu biji/benih yang ada
No (Orang )
(Ha)
Jumlah Persentase pada buah labu dibersihkan dan dijemur. Setelah
1 < 0,5 2 13,33 biji/benih buah labu kuning menggering, langsung
2 0,5 – 1 13 86,67 bisa dijadikan bibit. Pembuatan bibit labu
Jumlah 15 100
Sumber : Diolah dari data primer, 2017.
kuning dalam 1 Ha diperlukan 5 sampai 10
buah labu kuning.

6
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

Teknik Budidaya Usahatani Labu Kuning labu kuning. Labu kuning dipanen pada umur
Usahatani labu kuning merupakan tanaman 4 sampai 5 bulan. Proses panen labu
usahatani yang tidak sulit dibudidayakan baik kuning secara bertahap dengan melihat buah
dalam pembibitan dan perawatan. Penanaman yang sudah matang. Pemanenan buah labu
labu kuning di Desa Singsingon dilakukan kuning dilakukan dengan memangkas atau
dengan monokultur, dikarenakan ketika ditanam memotong tangkai buah. Pemanenan buah labu
secara tumpang sari tanaman labu kuning akan kuning sampai tujuh kali panen dalam satu kali
merabat pada tanaman lainnya. Kegiatan tanam dengan selang waktu pemanenan adalah
usahatani labu kuning dimulai dari pengolahan 2 sampai 3 minggu. Tanaman labu kuning layu
lahan, penanaman, pemeliharaan, penyiangan pada umur tanaman 6 bulan setelah buah labu
dan pemanenan. Kegiatan pengolahan lahan dipanen tanaman langsung mati. Dalam luasan
bertujuan untuk membersihkan lahan dari lahan 0,5 Ha dengan jarak tanam 3 meter
rumput-rumput liar (gulma) dan untuk terdapat 23 bedeng tanaman labu kuning dan
menggemburkan tanah kemudian membuat disetiap bedeng terdapat 11 pohon labu kuning
bedengan dan juga memberikan pupuk kandang. dan dalam 1 pohon terdapat 4 sampai 7 buah
Petani di Desa Singsingon melakukan labu kuning. Pada tanaman labu kuning yang
penanaman secara langsung dengan cara tidak rusak dan subur, produksi labu kuning
membuat lubang dan menaruh benih labu pada luasan lahan 0,5 Ha berkisar 1.000 buah.
kuning sebanyak 3 sampai 5 benih. Pola tanam Dari hasil penelitian rata-rata produksi labu
yang digunakan petani labu kuning antara kuning yang dihasilkan petani selama 4 sampai
tanaman satu dengan yang lainnya adalah 3 5 bulan di Desa Singsingon mencapai 1.662
sampai 4 meter. Pemeliharaan tanaman pada buah/Ha.
saat tanaman berumur 3 minggu meliputi Kebutuhan tenaga kerja untuk
kegiatan penyulaman yaitu mengganti benih usahatani labu kuning di lokasi penelitian
labu kuning yang mati dengan benih yang baru sangat mudah dipenuhi. Tenaga kerja untuk
selanjutnya, kegiatan pengairan dilakukan pada bidang pertanian dapat berupa tenaga kerja
saat tanaman berumur 4 minggu dan 6 minggu dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal
yang ditentukan oleh keadaan tanah dan cuaca dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja
kemudian, pemupukan yang dilakukan dua kali luar keluarga yaitu tenaga kerja yang
yaitu ketika tanaman berumur 4 minggu dan 8 merupakan tenaga upahan. Jam atau waktu
minggu. Hal tersebut dilakukan petani sebagai kerja yang diberlakukan di Desa Singsingon
usaha untuk memaksimalkan produksi yang Raya adalah mulai pukul 07:00 sampai pukul
akan dihasilkan selanjutnya, perlindungan 16:00. Tenaga kerja dalam usahatani labu
tanaman dengan penyemprotan unsur kimiawi kuning di Desa Singsingon Raya menggunakan
(pestisida) sesuai dengan jenis dan dosis yang tenaga kerja laki-laki. Tingkat upah rata-rata
dianjurkan. Penggunaan obat-obatan oleh para yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki
petani responden beragam atau bermacam- mulai dari pengolahan lahan sampai panen
macam jenis seperti Korakron, Seprin, adalah Rp 1.848.792,00/Ha. Jumlah tenaga
Bayfolan, Grenflora, fastac, Petrovita. Bagi kerja yang digunakan untuk pengolahan lahan
petani di Desa Singsingon seranggan hama dan sebanyak 117 orang, penanaman sebanyak 49
penyakit tanaman labu kuning dapat orang, pemeliharaan tanaman sebanyak 27
menurunkan hasil produksi dan akan orang, pemupukan sebanyak 21 orang,
menimbulkan kerugian pada petani. Kegiatan penyiangan sebanyak 88 orang dan pemanenan
selanjutnya adalah penyiangan yaitu untuk sebanyak 55 orang. Jumlah anggota keluarga
membersihkan tanaman dari rumput-rumput liar yang terlibat dalam usahatani labu kuning rata-
(gulma) yang dilakukan ketika tanaman rata sebanyak 3 sampai 4 orang terdiri dari istri
berumur 3 minggu dan 6 minggu. dan anak-anak petani. Hasil penelitian
Pemanenan adalah saat yang menunjukan bahwa petani labu kuning yang ada
dinantikan oleh petani sebagai perwujudan dari di Desa Singsingon Raya dalam usahataninya
keberhasilan dalam mengusahakan tanaman menggunakan teknik budidaya yang tradisional.

7
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

Dari pengalaman berusahatani, teknik budidaya pendapatan yang diterima oleh petani labu
tradisional lebih memudahkan petani dalam kuning. Semakin besar volume produksi yang
berusahatani dan lebih menguntungkan. dihasilkan, maka akan semakin tinggi pulah
pendapatan para petani labu kuning di Desa
Hambatan Usahatani Labu Kuning Singsingon Raya.
Dalam proses berusahatani, petani
labu kuning tidak mempunyai masalah atau Biaya Produksi
kendala dalam hal budidaya, dikarenakan petani Biaya produksi adalah semua biaya
sudah terbiasa berusahatani labu kuning dan yang dikeluarkan petani untuk memproduksi
tanaman labu kuning tidak membutuhkan barang/jasa. Biaya produksi dalam hal ini
banyak perawatan serta tidak membutuhkan menyangkut semua pengeluaran yang
banyak biaya. Dalam halnya pemasaran petani dikeluarkan dari pengolahan lahan sampai
tidak ada kendala dalam menjual buah labu panen. Biaya produksi pada tanaman labu
kuning, dikarenakan pedagang-pedagang kuning terbagi atas dua macam yaitu biaya tetap
pengumpul yang datang sendiri dirumah petani dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya
dan ada petani yang sudah mempunyai pelangan yang terus dikeluarkan walaupun produksi yang
tetap atau pedagang pengumpul tetap sehingga dikeluarkan sedikit ataupun banyak sedangkan
dalam proses pemasaran petani tidak biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
mempunyai kendala. Petani mempunyai dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
kendala atau masalah ketika adanya hama yang
ada pada tanaman labu kuning yang Biaya Tetap
mengakibatkan buah labu kuning membusuk Biaya tetap adalah biaya yang harus
dan rusak sehingga hasil produksi menjadi dikeluarkan petani dalam berusahatani labu
sedikit dan petani menggalami kerugian. kuning yang sifatnya tetap dan tidak berubah.
Biaya tetap yang dikeluarkan petani dalam
Produksi berusahatani labu kuning yaitu biaya pajak.
Produksi merupakan suatu kegiatan Biaya pajak dapat dilihat pada Tabel 10.
atau proses yang mengubah faktor-faktor
produksi menjadi suatu produk. Volume Tabel 10. Biaya Pajak Labu Kuning
produksi labu kuning dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah Responden
Besarnya
No (Orang)
Pajak (Rp)
Tabel 9. Volume Produksi Labu Kuning Jumlah Persentase
Jumlah Jumlah Responden 1 1.000 – 5.000 2 13,33
No Produksi (Orang) 2 6.000 – 10.000 9 60,00
(Buah) 3 11.000 – 15.000 1 6,67
Jumlah Persentase 4 16.000 – 20.000 3 20,00
1 750 - 1.000 9 60,00
2 1.001 - 1.500 6 40,00 Jumlah 15 100
Jumlah 15 100 Rata-rata 14.412
Sumber : Diolah dari data primer, 2017. Sumber : Diolah dari data primer, 2017

Tabel 9 menunjukan bahwa produksi Tabel 10 menunjukan biaya pajak


labu kuning yang dihasilkan oleh petani dalam terbanyak yang dikeluarkan dalam berusahatani
satu kali tanam terbanyak pada jumlah produksi labu kuning adalah sebesar Rp 6.000,00 sampai
750 sampai 1.000 buah dengan persentase 60,00 Rp 10.000,00 dengan persentase 60,00 %
%. Banyaknya produksi labu kuning yang sebanyak 9 responden sedangkan biaya pajak
dihasilkan oleh petani bervariasi. Rata-rata paling sedikit yang dikeluarkan adalah sebesar
produksi labu kuning yang dihasilkan oleh Rp 11.000,00 sampai Rp 15.000,00 dengan
setiap petani di Desa Singsingon adalah 1.147 persentase 6,67 % sebanyak 1 responden. Rata-
buah dan Per Ha adalah 1.662 buah. Volume rata besarnya pajak yang dikeluarkan oleh
produksi merupakan faktor penentu besarnya petani labu kuning di Desa Singsingon Raya
sebesar Rp. 14.412,00/Ha.

8
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

Biaya Variabel ukuran dan jarak pemasaran. Hasil penelitian


Biaya variabel yang dikeluarkan petani menunjukan bahwa pedagang pengumpul di
dalam berusahatani labu kuning yaitu biaya Kotamobagu memasarkan labu kuning di
pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya Gorontalo dan Dumoga, pedagang pengumpul
transportasi. Dalam penelitian yang sudah di Modoinding memasarkan labu kuning di
dilakukan, rata-rata keseluruhan biaya variabel Manado dan Kotamobagu, pedagang
dapat dilihat pada Tabel 11. pengumpul di Manado memasarkan labu kuning
di Manado dan Bitung, pedagang pengumpul di
Tabel 11. Rata-rata Biaya Variabel Per Ha Langowan memasarkan labu kuning di
No Biaya Langowan dan Manado. Pada saat penelitian
Keseluruhan Jumlah (Rp) Persentase rata-rata harga jual labu kuning sebesar Rp
1 Pupuk 428.726 10,66 17.585,00/Ha dengan kesaran harga Rp
2 Pestisida 82.850 2,06 5.000,00 sampai Rp 20.000,00/buah. Labu
3 Tenaga kerja 1.848.792 45,96
kuning yang jarak pemasarannya berjauhan
4 Transportasi 1.661.836 41,32
antara tempat produksi dengan pasar dan
Total 4.022.204 100
Sumber : Diolah dari data primer lampiran, 2017.
berukuran kecil berjumlah Rp 5.000,00 sampai
Rp 6.000,00 dan labu kuning yang jarak
Pada Tabel 11 menunjukan rata-rata pemasaran berjauhan antara tempat produksi
biaya variabel responden yang paling besar dengan pasar dan berukuran sedang berjumlah
dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp 10.000,00 sampai Rp 15.000,00 serta labu
kuning yang jarak pemasarannya berjauhan
Rp 1.848.792,00/Ha dengan persentase 45,96
antara tempat produksi dengan pasar dan
% sedangkan biaya yang paling rendah adalah
berukuran besar Rp 15.000,00 sampai Rp
biaya pestisida sebesar Rp 82.850,00/Ha 20.000,00. Pemasaran hasil produksi menurut
dengan persentase 2,06 %. Biaya pupuk harga jual dan ukuran buah labu kuning serta
sebesar Rp 428.726,00 terdiri dari biaya daerah pemasarannya dapat dilihat pada Tabel
pupuk SP dan pupuk Ponska. Biaya pestisida 12.
sebesar Rp 82.850,00 terdiri dari biaya
Korakron, Seprin, Bayfolan, Grenflora, fastac, Tabel 12. Pemasaran Hasil Produksi Buah Labu Kuning
Petrovita. Biaya tenaga kerja sebesar Rp Berdasarka Harga Jual dan Ukuran serta
1.848.792,00 sudah termasuk biaya tenaga Daerah Pemasaran
kerja diluar anggota keluarga mulai dari Daerah Harga Labu Kuning Sesuai
Pemasaran Ukuran (Rp/ Buah)
pengolahan lahan sampai pemanenan. Biaya No
(Pedagang
transportasi sebesar Rp 1.661.836,00 Pengumpul) Kecil Sedang Besar
digunakan untuk mengangkut produksi labu 1 Kotamobagu 5.000,00 10.000,00 15.000,00
kuning terdiri dari biaya mobil dan motor. 2 Modoinding 5.000,00 10.000,00 20.000,00
3 Manado 6.000,00 15.000,00 20.000,00
4 Langowan 6.000,00 15.000,00 20.000,00
Pemasaran Hasil Produksi Sumber : Diolah dari data primer, 2017.
Pemasaran adalah suatu kegiatan
bisnis yang ditunjukan untuk merencanakan, Tabel 12 menunjukan bahwa harga
menentukan harga, mempromosikan dan jual labu kuning bervariasi untuk setiap daerah
mendistribusikan barang atau jasa kepada pemasaran. Perbedaan harga ditetapkan
konsumen. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan pada lokasi dan ukuran labu kuning.
petani menjual labu kuning pada pedagang Pada setiap daerah pemasaran di Manado dan
pengumpul, dijual langsung kepada pedagang Langowan harga jual labu kuning untuk setiap
dan ada juga buah labu kuning yang diolah ukuran baik kecil, sedang maupun besar lebih
menjadi produk makanan seperti olahan sayur mahal dari daerah Kotamobagu dan
dan bubur Manado. Harga jual labu kuning Modoinding. Hal tersebut dikarenakan jarak
ditentukan oleh pedagang pengumpul. Harga tempuh pemasaran dari Singsingon ke daerah
jual labu kuning juga bervariasi berdasarkan Manado dan Langowan lebih jauh dari

9
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

Kotamobagu dan Modoinding. Jarak P = TR - TC


merupakan penambahan biaya ketika tempat = 21.159.420 - 4.012.238
= 17.147.182
produksi barang/jasa berjauhan dengan pasar
Hasil perhitungan dengan
dan ukuran labu kuning berpengaruh pada menggunakan rumus pendapatan memperoleh
saat pedagang pengumpul melakukan nilai sebesar 17.147.182. Nilai ini dapat
pemisahan antara buah labu kuning yang baik memberikan arti bahwa dalam berusahatani
dan busuk. labu kuning petani dapat memperoleh
keuntungan sebesar Rp 17.147.182,00.
Penerimaan Usahatani Labu Kuning
Penerimaan usahatani labu kuning Return Cost Ratio
adalah perkalian antara jumlah produksi labu Untuk mengetahui tingkat keuntungan
kuning dan harga. Oleh karena itu besarnya ekonomis usahatani labu kuning di Desa
penerimaan usahatani labu kuning tergantung Singsingon dapat diketahui dengan
pada jumlah produksi dan harga. Hasil menggunakan analisis return cost ratio.
penelitian menunjukan bahwa rata-rata Analisis R/C adalah perbandingan antara
penerimaan oleh petani labu kuning di Desa
penerimaan dan biaya.
Singsingon Raya sebesar Rp 21.159.420,00/Ha. a = R/C
= 21.159.420 / 4.012.238
Pendapatan Usahatani Labu Kuning =5
Pendapatan merupakan hasil dari suatu Hasil perhitungan dengan
usaha yang akan dinilai dari biaya yang menggunakan rumus return cost ratio
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. memperoleh nilai sebesar 5. Nilai ini dapat
Pendapatan adalah selisih penerimaan dan biaya memberikan arti bahwa usahatani labu kuning
dalam suatu proses produksi. Secara umum di Desa Singsingon Raya Kecamatan Passi
tujuan usahatani labu kuning adalah untuk Timur dalam satu kali tanam dengan tujuh kali
memperoleh pendapatan yang besar sehingga panen terlihat menguntungkan.
dalam berusahatani labu kuning petani
diuntungkan dan tidak rugi. Dalam penelitan Break Even Point
yang sudah dilakukan, rata-rata pendapatan per
Break Even Point adalah sebuah titik
Ha petani dalam satu kali tanam dapat dilihat dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan
pada Tabel 13. adalah seimbang sehingga tidak terdapat
kerugian atau keuntungan atau untuk
Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Petani per Ha
mengetahui keadaan impas (kembali modal)
Uraian Total (Rp/Ha)
Biaya 4.012.238,00 yang diperoleh dari usahatani tersebut diketahui
Penerimaan 21.159.420,00 dengan menghitung BEP Harga dan Produksi
Pendapatan 17.147.182,00 sebagai berikut
Sumber : Diolah dari data primer lampiran, 2017  BEP Produksi =
=
Tabel 13 menunjukan rata-rata = 274,15 buah
pendapatan petani dalam satu kali tanam dengan  BEP Harga =
tujuh kali panen sebesar Rp 17.147.182,00/Ha.
=
Hasil Analisis = Rp 274,15
Hasil perhitungan dengan menggunakan
Pendapatan rumus break even point menunjukan bahwa pada
Pendapatan adalah selisih antara biaya saat produksi 274,15 buah dan harga Rp
yang dikeluarkan dalam berusahatani labu 274,15,00/buah menyatakan bahwa usahatani
kuning dan penerimaan yang diperoleh petani labu kuning di Desa Singsingon Raya, berada
dalam berusahatani labu kuning. pada titik impas (Break Even Point).

10
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 2, Mei 2017: 87 – 98

KESIMPULAN DAN SARAN Hidayah, 2010. Manfaat dan Kandungan Gizi


Labu Kuning (waluh).
Kesimpulan http://www.borneotribune.com {26
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Mei 2010}.
Analisis Usahatani Labu Kuning di Desa
Singsingon Raya Kecamatan Passi Timur, maka
Konore, A., 2017. Studi Komparasi Distribusi
dapat disimpulkan bahwa biaya yang digunakan
Pendapatan Petani Wilayah Berbasis
untuk berusahatani labu kuning paling besar
adalah biaya tenaga kerja dan biaya transportasi Sawah dan Hortikultura di Kota
sebesar 87,28 %. Dalam pemasaran labu kuning Tomohon. Skripsi Fakultas
petani memperoleh penerimaan yang cukup Pertanian, Universitas Sam
besar sehingga petani memperoleh pendapatan Ratulangi. Manado.
yang cukup besar. Hasilnya dilihat dari total
biaya produksi rata-rata sebesar Rp Kotler, P., 2004. Manajemen Pemasaran:
4.012.238,00/Ha dengan penerimaan rata-rata Analisis, Perencanaan, Implementasi
sebesar Rp 21.159.420,00/Ha petani dan Kontrol. PT. Prenhallindo,
memperoleh pendapatan sebesar Rp Jakarta.
17.147.182,00/Ha. Analisis return cost ratio
memperoleh nilai >1sehingga berusahatani labu Munji, S., 2001. Interaksi dan Motivasi
kuning menguntungkan bagi petani dan hasil Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
analisis break even point menunjukan bahwa GrafindoPersada. 224 hlmn.
usahatani labu kuning berada pada titik impas.
Nurdiansyah, A., 2015. Analisis Pendapatan
Saran dan Pemasaran Kakao di Kecamatan
Berdasarkan kesimpulan maka dapat Sekampung Udik Kabupaten
dikemukakan saran yaitu petani di Desa Lampung Timur. Jurnal Fakultas
Singsingon tetap memaksimalkan dan Pertanian, Bandar Lampung.
mempertahankan produksi labu kuning serta
meningkatkan keuntungan dalam berusahatani
Parini, 2012. Proses Produksi Kerupuk Labu
labu kuning.
Kuning. Jurnal Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih, B., 2001. Agribisnis Paradigma Baru
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pembangunan Ekonomi Daerah. Pertanian. Pustaka Wirausaha Muda.
BPFE. Yogyakarta. Bogor.

Budiarto, S., 2011. Pemasaran Industri Siagian, P., 2003. Teori dan Praktek
(Business to Business Marketing). Kepemimpinan. Rineka Cipta,
C.V Andi Ofiset, Yogyakarta. Jakarta.

Hasyim, 2012. Tataniaga Pertanian. Diktat Shinta, A., 2011. Ilmu Usahatani.
Kuliah, Fakultas Pertanian Perpustakaan Nasional. Universitas
Universitas Lampung. Brawijaya Press.

Hedrasty, 2011. Kandungan Labu Kuning dan Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan
Pemanfaatannya. Kanisius, Aplikasinya. Raja Grafindo Persada,
Yogyakarta. Jakarta.

11
Analisis Usahatani Labu Kuning..........(Lina Pendong, Oktavianus Porajouw, Lyndon Pangemanan)

,2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Tjiptono, F., 2000. Manajemen Jasa. Andi,
Indonesia, Jakarta. Yogyakarta.

Suprapti, L., 2005. Dasar – dasar Teknologi Wijayanti, V., 2010. Usahatani Kakao dan
Pangan. Vidi Ariesta, Surabaya. Tingkat Ekonomi Petani di Desa
Banjarasri Kecamatan Kalibawang
Talumepa, J., 2010. Analisis Pendapatan Kabupaten Kulon Progo. Jurnal
Petani Cengkeh di Desa Kombi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi.
Kecamatan Kombi. Skripsi Fakultas Universitas Negeri Yogyakarta.
Pertanian, Universitas Sam
Ratulangi. Manado. Yoko, 2012. Labu. Eley Media Komputindo,
Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai