Abstrak
Desa Latukan merupakan desa yang berada di Kecamatan Karanggeneng yang memiliki produksi
semangka yang cukup besar. Besar produksi semangka yang diperoleh belum menjamin tingginya
pendapatan yang diterima oleh petani. Produksi semangka yang dihasilkan desa Latukan relatif tinggi,
tidak berarti pendapatan yang diperoleh juga tinggi, sehingga diperlukan suatu penelitian analisis
produksi usaha tani semangka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya produksi, penerimaan,
pendapatan dan saluran pemasaran yang dilakukan petani semangka di Desa Latukan Kecamatan
Karanggeneng Kabupaten Lamongan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Latukan. Populasi
dalam penelitian ini adalah 124 Kepala Keluarga (KK) petani semangka yang berdasarkan pekerjaan
utamanya adalah bertani yang tinggal di desa Latukan. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 KK petani
yang menanam tanaman semangka di Desa Latukan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data setiap variabel yang terkumpul selanjutnya dihitung
dan dipersentase kemudian ditarik kesimpulan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif persentase.
Hasil dari penelitian mengenai analisis usaha tani budidaya semangka dengan total luas lahan 18,1 Ha
di Desa Latukan menunjukkan bahwa biaya total usaha tani semangka selama satu kali musim tanam
sebesar Rp140.439.200 dengan rata-rata biaya Rp7.762.055/Ha. Berdasarkan hasil analisis total
penerimaan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp281.600.000, dengan rata-rata penerimaan sebesar
Rp15.558.011/Ha. Adapun pendapatan totalnya adalah sebesar Rp141.106.800, dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp7.795.956/Ha. Pemasaran yang dilakukan petani semangka secara dominan adalah
dengan dijual langsung ke pengepul/tengkulak dan rata-rata jangkauan pemasaran meliputi wilayah desa.
Buah semangka hasil produksi di Desa Latukan dalam proses pemasaran terdapat 3 pola saluran
pemasaran, yaitu pola saluran pemasaran I (petani ke pengepul/tengkulak ke pedagang pengecer lalu ke
konsumen akhir), pola saluran pemasaran II (petani ke pengepul/tengkulak ke toko buah lalu ke
konsumen akhir), pola saluran pemasaran III (petani ke langsung ke konsumen). Pola saluran pemasaran I
dan II mayoritas dipilih oleh petani karena lebih mudah dan harganya tidak beda jauh dari pada pola
saluran pemasaran III dengan harga sedikit lebih tinggi yang menjual langsung ke konsumen akhir, akan
tetapi pola pemasaran III menanggung resiko hasil produksi tidak terjual secara keseluruhan.
Kata kunci: Biaya produksi, penerimaan dan pendapatan, pola saluran pemasaran.
Abstract
Latukan village is located in Karanggeneng sub district which has a large production of watermelon.
A great number of watermelon productions have not guaranteed high income received by farmers.
Production of watermelon in Latukan was relatively high, but not the income. Thus, this research should
be conducted on watermelon production. This study aimed to determine the production cost admission
fee, revenue and marketing channels conducted by watermelon farmers in the Latukan village,
Karanggeneng sub district, Lamongan Districk.
This research type is survey research. The setting of this research was Latukan village. The
population of this research were 124's family heads who were watermelon farmer. The sample of this
research were 50 farmers who grew their watermelon plants in Latukan Village. Data analysis techniques
in this study used descriptive quantitative percentage through interview, observation and documentation.
The data of each collected variable calculated and put its conclusion.
The results of this research showed that the total cost of the watermelon farming during one planting
season amounted to Rp140,439,200 with an average cost Rp7,762,055/ha in a total land area 18.1 ha in
Latukan village. Based on the results of the total admission fee analysis obtained by farmers amounted to
Rp281.600.000, with an average Rp15,558,011/ha. The total revenue was Rp141,106,800, with an
82
Swara Bhumi Volume 5 Nomor IV Tahun 2017, 82 - 89
Keywords: Production cost, admission fee and revenue, marketing channel pattern.
83
Analisis Usahatani Budidaya Semangka Di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan
diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa memproduksi 96.089 ton dan meningkat pada tahun 2014
uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan menjadi 165.460 ton atau naik 72,19%.
sesuatu secara langsung atau tak langsung dalam suatu Tabel 3 Jumlah hasil produksi budidaya semangka di
proses produksi. Lamongan dari tahun 2011 -2014
Permasalahan yang terkait dengan budidaya tanaman No Tahun Jumlah Produksi (ton)
buah semangka yaitu sumberdaya modal. Pembentukan 1 2011 1.633,58
modal bertujuan untuk meningkatkan produksi dan 2 2012 28.411,50
pendapatan usaha tani, serta menunjang pembentukan 3 2013 15.331,00
modal lebih lanjut (Soekarwati, 1989: 35). 4 2014 33.865,00
Permasalahan yang terkait dengan budidaya tanaman (Sumber Data: Badan Pusat Statistik tahun 2011-2014)
buah semangka yaitu sumberdaya modal. Permasalahan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kabupaten Lamongan
pembiayaan (pemodalan) pertanian disebabkan oleh terjadi peningkatan produksi yang signifikan, yaitu 2011
kelangkaan sumberdaya modal, terbatasnya lembaga memproduksi 1.633,58 ton dan meningkat pada tahun
peminjaman kredit, dan terbatasnya lembaga asuransi 2014 menjadi 33.865,00 ton atau terjadi peningkatan
dibidang pertanian. Pembentukan modal bertujuan untuk 1.973,05%.
meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani, serta Kecamatan Karanggeneng merupakan salah satu
menunjang pembentukan modal lebih lanjut (Soekarwati, kecamatan yang ada di kabupaten Lamongan. Kecamatan
1989: 35). Peran pemerintah supaya mendorong lembaga ini memiliki sumber daya pertanian khusus tanaman
keuangan (Bank dan Non-Bank) untuk masuk sektor hortikultura (semangka) yang cukup potensial sebagai
pertanian dengan skema yang menguntungkan petani. sumber pendapatan bagi penduduk yang tinggal di daerah
Data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) itu. Desa-desa di Karanggeneng yang biasanya menanam
menunujukkan, produksi semangka nasional terhitung dari semangka yaitu desa Suberwudi, Bekanang, Klagen,
tahun 2010 sampai tahun 2014 rata-rata mengalami Jagran, Kawestolegi, Banteng Putih. Produksi semangka
peningkatan. yang melimpah terdapat pada desa Latukan yang menjadi
Tabel 1 Jumlah hasil produksi budidaya semangka di sentra dari tanaman ini, akan tetapi produksi beberapa
Indonesia dari tahun 2010 -2014 tahun kemarin mengalami penurunan. Berikut ini adalah
No Tahun Jumlah Produksi (ton) data perkembangan produksi semangka di desa Latukan
1 2010 348.631 terhitung sejak 2012.
2 2011 497.650 Tabel 4 Jumlah hasil produksi budidaya semangka di desa
3 2012 515.536 Latukan dari tahun 2012 -2015
4 2013 460.628 No Tahun Jumlah Produksi (ton)
5 2014 653.995 1 2012 5.751
(Sumber Data: Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014) 2 2013 3.834
Tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi 3 2014 1.278
semangka Indonesia, yaitu 2010 memproduksi 348.631 4 2015 1.250
ton dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 653.995 ton (Sumber Data Dinas Pertanian Dan Kehutanan kecamatan
atau naik 87,58%. Karanggeneng dan Gakpotan desa Latukan)
Jawa Timur menjadi propinsi di Indonesia yang cukup Tabel 4 menunjukkan bahwa produksi semangka di desa
dikenal dengan potensi pertanian buah semangka, yang Latukan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 mengalami
mengalami peningkatan produksinya. Peningkatan ini penurunan. Mulanya pada tahun 2012 memproduksi 5.751
dapat kita dapat dilihat pada tabel berikut. ton terus menurun setiap tahun, bahkan pada tahun 2015
Tabel 2 Jumlah hasil produksi budidaya semangka di cuma memproduksi 1.250 ton atau turun mencapai
Jawa Timur dari tahun 2010 -2014 360,08%.
No Tahun Jumlah Produksi (ton) Data tabel di atas secara keseluruhan menunjukkan
1 2010 96.089 bahwa produksi semangka mengalami kenaikan, kecuali
2 2011 104.756 pada tingkat desa yang mengalami penurunan produksi
3 2012 136.211 yang signifikan, berdasarkan permasalahan di atas maka
4 2013 133.071 peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul “Analisis
5 2014 165.460 Usaha Tani Budidaya Semangka Di Desa Latukan
(Sumber Data: Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014) Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan”.
Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui biaya
semangka di propinsi Jawa Timur, yaitu 2010 modal, penerimaan, dan pendapatan usahatani semangka
84
Swara Bhumi Volume 5 Nomor IV Tahun 2017, 82 - 89
dalam menanam semangka selama satu kali musim tanam menjelaskan total biaya produksi yang dikeluarkan
di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten oleh semua petani semangka sejumlah 50
Lamongan. 2) Mengetahui bagaimana pola pemasaran responden dengan total luas lahan 18,1 Ha di desa
yang dilakukan oleh petani semangka selama satu kali Latukan:
musim tanam di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Tabel 5 Total Biaya Produksi Semangka di
Kabupaten Lamongan. Desa Latukan Berdasarkan Penelitian
Tahun 2017
METODE No Uraian Total Biaya Persentase
Jenis penelitian ini adalah survei. Data primer dalam 1 Modal tetap
penelitian ini diperoleh melalui angket dan data sekunder Lahan 58.500.000 41,65
diperoleh melalui dokumentasi dengan sumber data dari 2 Modal lancar
Bibit 25.900.000 18,44
pihak-pihak terkait yaitu Kantor Desa Latukan, Badan
Pupuk 42.248.200 30,08
Pusat Statistik Jawa Timur, Gabungan Kelompok Tani
Pengairan 4.185.000 2,97
Desa Latukan, dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tenaga kerja 9.660.000 6,87
Kecamtan Karanggeneng. Variabel penelitian berupa biaya Jumlah 140.439.200 100
modal (modal tetap dan modal lancar), penerimaan, dan (Sumber: Data Primer Diolah 2017)
pemasaran. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa komponen
keluarga petani yang melakukan proses produksi biaya total yang benar-benar dikeluarkan petani
semangka di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng semangka dengan total luas lahan 18,1 Ha di Desa
Kabupaten Lamongan sebanyak 124 kepala keluarga Latukan adalah biaya modal tetap ditambah
petani semangka. dengan modal lancar adalah sebesar Rp
Penentuan jumlah sampel yang dikemukakan oleh 140.439.200
Arikunto (2010: 44), yaitu dengan menggunakan b. Analisis Penerimaan Usaha Tani Semangka
pertimbangan antara 10-15% atau 20-55% dari jumlah Besarnya penerimaan total yang diperoleh petani
populasi, dari 124 petani semangka diambil 50 sampel atau semangka berasal dari penjualan hasil produksi
40,3% dari jumlah populasi petani semangka. Pengambilan yang dihasilkan. Tingginya harga jual semangka
sampel dilakukan secara simple random sampling. Teknik yang diterima petani adalah dari proses tawar
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menawar antara petani semangka dengan para
deskriptif kuantitatif dengan persentase untuk menganalisis pengepul/tengkulak dan yang menentukan
biaya modal (modal tetap dan modal lancar), penerimaan, harganya adalah para pengepul/tengkulak, apakah
dan pemasaran. petani mau menerima atau tidak harga yang telah
ditetapkan pengepul tersebut. Petani menjual
HASIL sebagian besar hasil produksinya kepada pedagang
Hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai pengepul/tengkulak tanpa mengetahui informasi
berikut: harga secara terbuka sehingga terjadi perbedaan
1. Biaya produksi, Penerimaan, dan Pendapatan harga jual di tingkat petani dengan harga beli pada
a. Analisis Total Biaya Produksi konsumen akhir yang cukup besar. Berikut tabel
Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomis yang menjelaskan penerimaan yang diperoleh
yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan petani semangka sejumlah 50 responden dengan
dapat diukur untuk dalam bentuk benda maupun total luas lahan 18,1 Ha di desa Latukan:
jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya Tabel 6 Penerimaan Yang Diperoleh Petani di
usaha tani semangka dipengaruhi oleh teknik Desa Latukan Berdasarkan Penelitian
budidaya, luas lahan garapan, bibit yang dipakai, Tahun 2017
pupuk yang digunakan serta perawatan yang No Penerimaan Jumlah Persentase
dilakukan, baik itu pengairan maupun tenaga kerja. 1 > 6000000 17 34
Petani dalam usaha tani mengeluarkan biaya untuk 2 5000000 - 599999 7 14
3 4000000 - 499999 11 22
memproduksi semangka yaitu biaya modal tetap 4 3000000 - 399999 11 22
ditambah dengan modal lancar. Biaya yang benar- 5 < 3000000 4 8
benar dikeluarkan oleh petani semangka yang Jumlah 50 100
meliputi biaya modal tetap adalah luas lahan (Sumber: Data Primer Diolah 2017)
sedangkan biaya modal lancar adalah pembelian Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata besar
pupuk, biaya pengairan, biaya pemilihan bibit, dan penerimaan yang diperoleh petani adalah Rp >
biaya pemakaian tenaga kerja. Berikut tabel yang 6.000.000 atau sebanyak 17 petani dengan
85
Analisis Usahatani Budidaya Semangka Di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan
86
Swara Bhumi Volume 5 Nomor IV Tahun 2017, 82 - 89
Tabel 9 Distribusi Cara Pemasaran Produksi 1. Pola saluran pemasaran I : Petani → Pedagang
Semangka Yang Digunakan Petani di Desa Pengepul/Tengkulak → Pedagang Pengecer →
Latukan Berdasarkan Penelitian Tahun Konsumen.
2017 2. Pola saluran pemasaran II : Petani → Pedagang
No Cara pemasaran
Jumlah
Persentase Pengepul/Tengkulak → Toko Buah → Konsumen.
petani 3. Pola saluran pemasaran III : Petani → Konsumen.
1 Dijual ke pengepul/tengkulak 42 84
2 Dijual langsung ke pasar 6 12
Waktu pemanenan buah semangka dilakukan oleh
3 Dijual di rumah 2 4 pembeli pada saat buah siap untuk dijual dengan
Jumlah 50 100 pertimbangan melihat kondisi pasar. Buah semangka
(Sumber: Data Primer Diolah 2017) apabila jumlahnya terlalu banyak di pasaran akan
Tabel 9 dengan jumlah 50 responden yang digunakan berdampak pada harga buah relatif murah, maka
sebagai subyek penelitian, maka dapat diketahui pembeli tidak akan memanen terlebih dahulu. Berikut
bahwa rata-rata cara pemasaran hasil produksi skema pola saluran pemasaran yang dilakukan petani
semangka yaitu di jual ke pengepul/tengkulak dengan semangka di Desa Latukan:
42 petani dengan persentase 84%. Pemasaran dengan
dijual langsung ke pasar adalah sebanyak 6 petani Pola I Pedagang
pengecer
dengan persentase 12%. Ada 2 responden atau 4%
Pedagang
memasarkan hasil produksi semangka dengan cara pengepul/
Petani Pola II Toko
Konsumen
dijual di rumah. Responden yang tidak mau menjual di tengkulak
buah
pinggir jalan biasanya akan menjual hasil produksinya
di rumah atau dititipkan dipedagang buah di pasar Pola III
tradisional. Petani yang menjual hasil produksinya di
pasar biasanya hanya menanam semangka sedikit Skema saluran pemasaran usaha tani semangka di desa
karena terbatasnya areal luas tanam yang tidak terlalu Latukan
luas. Saluran I dan saluran II merupakan pola saluran
Cara pemasaran produk yang dilakukan oleh petani pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh petani.
semangka mempengaruhi jangkauan pemasaran hasil Sebagian besar petani memilih saluran I dan saluran II
produksi semangka. Berikut ini adalah tabel 11 karena dirasakan lebih mudah dari pola saluran yang
jangkauan pemasaran hasil produksi semangka: lain. Petani pada saluran I dan saluran II menjual hasil
Tabel 10 Distribusi Jangkauan Pemasaran Hasil panen buah semangka kepada pedagang pengepul yang
Produksi Semangka di Desa Latukan kemudian dijual kepada pedagang pengecer lalu
Berdasarkan Penelitian Tahun 2017 kepada konsumen akhir. Petani melakukan proses
No Jangkauan pemasaran Jumlah Persentase tawar menawar harga kepada pedagang
1 Wilayah Desa 23 46 pengepul/tengkulak karena sebagian petani pada
2 Wilayah Kecamatan 19 38 saluran ini menjual hasil panennya dalam jumlah
3 Wilayah Kabupaten 7 14
banyak sehingga menghindari resiko buah semangka
4 Wilayah Propinsi 1 2
Jumlah 50 100 tidak terjual.
(Sumber: Data Primer Diolah 2017) Saluran pemasaran III petani menjual buah
Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata semangka langsung kepada konsumen akhir tanpa
jangkauan pemasaran meliputi wilayah desa dengan 23 melalui pedagang lain. Petani menjual buah semangka
petani atau 46%. Sebanyak 19 petani atau 38% dengan cara membawanya ke pasar-pasar terdekat,
memiliki jangkauan pemasaran meliputi wilayah apabila tidak laku petani membawa pulang buahnya
kecamatan. Sebanyak 7 petani atau 14% memasarkan untuk dijual di rumah. Saluran ini dipilih petani
panennya ke wilayah kabupaten. Sebanyak 1 petani dengan alasan harga yang diterima cukup tinggi
atau 2% memasarkan panennya ke wilayah wilayah dibanding harga diberikan oleh pedagang
propinsi dan untuk wilayah luar negeri masih belum pengepul/tengkulak.
ada jangkauan distribusi. Pola saluran III merupakan saluran yang jarang
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dan dipilih oleh petani. Saluran ini jika dipilih karena hasil
kesimpulan dari tabel diperoleh 3 pola saluran produksi semangka tidak laku dijual kepada para
pemasaran buah semangka, sehingga petani tersebut pedagang pengumpul/tengkulak, oleh karena itu petani
menjual hasil panennya sampai kepada konsumen terpaksa menjual sendiri hasil produksinya dengan
akhir. Pola saluran tersebut antara lain: menanggung resiko buah yang ada di sawah tidak
habis terjual secara keseluruhan.
87
Analisis Usahatani Budidaya Semangka Di Desa Latukan Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan
88
Swara Bhumi Volume 5 Nomor IV Tahun 2017, 82 - 89
a. Pola saluran I : Petani ke Pedagang Dewi, Nurfita. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka
Pengepul/Tengkulak ke Pedagang Pengecer lalu ke Bawang. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Konsumen. Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Semangka Hibrida.
b. Pola saluran II : Petani ke Pedagang Yogyakarta: Kanisius
Soekarwati. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian.
Pengepul/Tengkulak ke Toko Buah lalu ke
Jakarta: Rajawali Press.
Konsumen.
c. Pola saluran III : Petani ke Konsumen.
Pola saluran pemasaran I dan II merupakan saluran
yang banyak dipilih petani dari saluran lainnya, karena
dirasa lebih mudah untuk petani tinggal menunggu
pengepul/tengkulak datang sendiri kepada petani untuk
membeli hasil produksi semangka tersebut. Pola saluran
pemasaran III mempunyai kelebihan harga jual yang
diperoleh petani lebih mahal, akan tetapi jarang dipilih
karena menanggung resiko hasil produksi tidak terjual
secara keseluruhan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka dapat
diberikan beberapa saran kepada pihak – pihak yang
terkait sebagai berikut:
1. Usahatani buah semangka sebaiknya terus
dikembangkan melalui peningkatan hasil produksinya
dengan memperbanyak jumlah tanaman semangka
yang diusahakan, karena berdasarkan penelitian
dilapangan, produksi usahatani budidaya semangka
dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi dan
memberikan kontribusi yang besar terhadap
kesejahteraan hidup petani.
2. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian yang
lebih pada usahatani semangka mengingat potensi
yang dimiliki di wilayahnya dan hasil dari usahatani
semangka dapat meningkatkan pendapatan petani.
Perhatian pemerintah dapat diwujudkan dengan
memberikan penyuluhan mengenai usahatani
semangka atau memberikan bantuan yang berupa
modal untuk berusahatani semangka dan lebih
meningkatkan peran dari kelompok tani dengan
membentuk atau mendirikan koperasi pedagang
semangka yang diantara anggotanya adalah kelompok
tani yang bertujuan untuk pendistribusian hasil
produksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik (BPS). Indonesia Dalam Angka.
Surabaya: 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS). Jawa Timur Dalam Angka.
Surabaya: 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS). Lamongan Dalam Angka.
Surabaya: 2015.
Prajnanta, Final. 2003. Agrobisnis semangka non biji.
Jakarta: Penebar Swadaya
89