Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI POTENSI LAHAN PERTANIAN PADA

KOMODITAS STRATEGIS TANAMAN PADI ORGANIK


DI KECAMATAN PRINGSEWU

Disusun Oleh :

Satya Wijayantara (1713034001)

Irma Ayu Wandari (1713034003)

Fadjar Muchammad Zaky (173034033)

Ulfi Istiningdiah (1713034039)

Mei Irawati (1713034055)

Dosen Pengampu :

Irma Lusi Nugraheni, S.Pd, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara agraris sampai sekarang masih bertumpu pada sector
pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian
tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan
pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara,
penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan,
penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca (Kementerian Pertanian).

Sektor pertanian Provinsi Lampung memiliki peran penting dalam perekonomian


nasional maupun perekonomian daerah. Dalam perekonomian daerah, sektor
pertanian memberikan kontribusi sebesar 31,86% dari total produk domestik
regional bruto (PDRB) Provisi Lampung. Tanaman pangan merupakan komoditas
penting bagi Provinsi Lampung khususnya tanaman padi, karena Provinsi Lampung
merupakan salah satu lumbung padi Indonesia. Khusus subsektor tanaman pangan
menyumbangkan 11,06% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Lampung (BPS
Lampung, 2016).

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi padi di Provinsi


Lampung. Penggunaan lahan di Kabupaten Pringsewu didominasi pada sektor
pertanian sehingga memberikan pengaruh yang signifikan dalam perekonomian
daerah. Kegiatan pertanian yang banyak diusahakan di Kabupaten Pringsewu
adalah tanaman pangan yaitu padi, jagung, dan kedelai. Dari komoditas utama padi
pada tahun 2019 menghasilkan luas panen 25.930 ha dengan produksi sebanyak
143.034 Ton. (Kabupaten Pringsewu Dalam Angka 2019).

Kecamatan Pringsewu walaupun sebagian wilayahnya digunakan sebagai daerah


permukiman, perdagangan, dan pemerintahan, namun sebagian lahan masih
banyak yang digunakan dalam pertanian. Kecamatan Pringsewu mengembangkan
kegiatan pertanian baik tanaman pangan maupun hortikultura. Tanaman padi masih
menjadi komoditas utama, dan terdapat komoditas strategis dalam perekonomian
yakni pengembangan pertanian padi organik yang terdapat di Kelurahan Pajaresuk
yang dikembangkan melalui Kelompok Tani Padi Organik Sejahtera yang
merupakan satu satunya kelompok tani yang telah memperoleh sertifikat organik,
Setelah mengikuti beberapa proses penilaian sehingga layak disebut organik.
Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian,
terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta
tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah
menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia
non alami seperti pupuk, pestisida kimia sintesis, dan hormon tumbuh dalam
produksi pertanian.

Belajar dari dampak negative penggunaan pupuk dan pestisida kimia sebagai
alternatif teknik bertanam secara aman, baik untuk lingkungan maupun manusia.
Hal inilah yang melahirkan teknik bertanam secara organik, atau pertanian organik
dengan menggunakan varietas lokal yang alami. Penggunaan pupuk dan
pestisidaorganik mampu untuk menyediakan bahan pangan yang aman dan
penghidupan secara berkelanjutan. Berbagai keuntungan dan dampak positif yang
ditimbulkan sistem pertanian organik tapi belum mampu untuk menarik minat
petani untuk beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pada saat ini
pertanian organik mulai berkembang secara luas, baik dari sisi budidaya, sarana
produksi, jenis produk, dan pemasaran. Perkembangan ini memang belum
terorganisir dan berkesan jalan sendiri-sendiri. Namun demikian pelaku utama
pertanian organik mempunyai kesamaan tujuan yaitu menyediakan produk yang
sehat, aman, dan ramah lingkungan. Padi adalah komoditas pangan yang
mempunyai nilai strategis yang tinggi, sehingga diperlukan adanya penanganan
yang serius dalam upaya peningkatan produktivitasnya (Pantja, 2009 dalam Sri
Ermalia, 2018).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Data Administrasi

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Pringsewu


Kabupaten Pringsewu, sebagai salah satu kabupaten di provinsi
Lampung, memiliki 9 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pagelaran Utara
, Kecamatan Pagelaran kemudian diikuti oleh Kecamatan Pardasuka,
Gadingrejo, Adiluwih, Sukoharjo, Pagelaran, Pringsewu, Banyumas dan
yang terakhir adalah Ambarawa.
Kecamatan Pringsewu merupakan ibukota Kabupaten Pringsewu.
Kecamatan Pringsewu mempunyai luas 55.05 Km yang meliputi 10
(sepuluh) Pekon dan 5 (lima) Kelurahan sebagian wilayahnya daratan dan
sebagian kecil perbukitan dengan suhu antara 24°C - 28°C, Secara
administrasi berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukoharjo
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gading Rejo
B. Data Topografi
Secara topografi wilayah, Kecamatan Pringsewu berada di ketinggian
95 – 113,75 meter dari permukaan laut (dpl), dengan sebagian besar
wilayahnya berupa dataran dan hanya sebagian kecil saja berupa daerah
perbukitan. Hal ini membuat Pringsewu menjadi salah satu wilayah
perkembangan perdagangan dan industrinya cukup pesat. Topografi di
Pekon Fajaresuk yaitu relative rata.

Gambar 1. Topografi wilayah penelitian yang landai


C. Data Curah Hujan
Sepanjang tahun 2018, rata-rata curah hujan di Kabupaten Pringsewu
sebesar 126 mm3, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret
2018, yaitu 326 mm3. Banyak hari hujan sepanjang tahun 2018 bervariasi
antara 1 hingga 20 hari. Intensitas hari hujan tertinggi terjadi pada bulan
Maret, selama 20 hari.
Ketinggian wilayah 95 – 113,75 meter dpl, Kecamatan Pringsewu
mempunyai suhu antara 240C sampai 280C, dengan didukung sebagian
besar wilayahnya berupa dataran, Kecamatan Pringsewu menjadi salah satu
sentra penghasil padi yang cukup besar.
D. Jenis Komoditas Pertanian
Bila meninjau dari penggunaan lahan di Kecamatan Pringsewu,
sebagian besar wilayahnya digunakan untuk aktivitas yang berkaitan
dengan pertanian. Berikut merupakan data luas Kecamatan Pringsewu
menurut Penggunaan Lahan Tahun 2017.
Tabel 1. Luas Kecamatan Pringsewu menurut Penggunaan Lahan
E. Tahun 2017
No. Penggunaan Lahan Luas (km2) Persentase (%)
1. Persawahan 1.463 27,45
2. Ladang/ Tegalan 48 9,14
3. Perkebunan rakyat 359 6,74
4. Hutan rakyat 126 2,36
5. Kolam 45 0,84
6. Lahan bukan pertanian 2.849 53,46
Jumlah 5.329 100,00
Sumber: Kecamatan Pringsewu dalam Angka 2017, Hal :6
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa potensi pertanian di
Kecamatan Pringsewu cukup besar. Dari penggunaan lahan untuk pertanian
ini perlu dikembangkan komoditas utama di Kecamatan Pringsewu. Jenis
komoditas pertanian dibagi menjadi 3 macam yakni komoditas pangan,
komoditas perkebunan, dan komoditas holtikultura.. Kecamatan Pringsewu
memiliki 3 komoditas pertanian tersebut.
Jenis komoditas pangan yang dibudidayakan di Kecamatan
Pringsewu adalah padi sebanyak 17.196 ton dan kedelai sebanyak 8 ton
(Kecamatan Pringsewu dalam Angka 2018, Hal:59). Untuk komoditas
perkebunan yakni : Kakao sebanyak 17,7 ton , Karet sebanyak 63,8 ton dan
Kelapa sebanyak 30 ton (Kecamatan Pringsewu dalam Angka 2018, Hal:
62). Untuk komoditas holtikultura yakni : bawang putih sebanyak 26 ton,
bayam sebanyak 50 ton, Cabe sebanyak 48 ton, kacang panjang sebanyak
48 ton, kangkung sebanyak 64 ton (Kecamatan Pringsewu dalam Angka
2018, Hal:61).
F. Hasil Produksi
Dari hasil observasi kami, kami mewawancarai salah satu petani
yang tergabung dalam Kelompok Tani Organik Sri Sejahtera. Produksi
beras organic di Kelompok Tani Organik Sri Sejahtera menghasilkan
beberapa varietas, yakni : Mentik Susu, Sintanur, dan Sri Wangi. Adapun
varietas unggulan dari beras organic ini yaitu varietas Sintanur. Varietas
Sintanur menjadi unggulan yaitu : butir-butir beras yang panjang, berasnya
yang tahan lama dan rasanya enak. Sebenarnya ada varietas yang lebih
unggul lagi yakni Sri Wangi. Varietas ini hanya memiliki masa tanam
selama 85 hari sedangkan varietas lain seperti mentik susu dan sintanur
memiliki masa tanam selama 100-110 hari. Namun varietas ini tidak
dibudidayakan lagi dikarenakan anakan tunasnya yang kurang banyak.

Gambar 2. Varietas Sintanur Gambar 3. Varietas Mentik


Susu
Berikut merupakan data perbandingan antara hasil produksi beras
organic dan beras konvensional dari salah satu petani yang tergabung dalam
Kelompok Tani Sri Sejahtera.
Tabel 2. Hasil Produksi
JENIS TAHUN
No. BERAS 2014 - 2015- 2016- 2017- 2018-
2015 2016 2017 2018 2019
1. Beras 3.196 3.310 2.972 3.240 2.626
Organik
2. Beras 6.876 6.881 5.448 6.235 6.334
Konvens
ional
Sumber : Hasil Wawancara Petani

Diagram 1. Perbandingan hasil produksi beras organik dan beras


konvensional

PERBANDINGAN HASIL PRODUKSI


BERAS ORGANIK DAN BERAS
KONVENSIONAL
12000 6876 6881
5448 6235 6334
10000
8000
6000 3196 3310 2972 3240
4000
2000 2626
0
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019

Beras Organik Beras Konvensional

Berdasarkan grafik 1 dapat dilihat pada tahun 2016-2017 terjadi


penurunan hasil produksi baik beras organic maupun konvensional yang
disebabkan oleh adanya beberapa penyebab seperti kekurangan air dan
serangan hama.
G. Data Pemasaran
Pemasaran hasil produksi beras organic Kelompok Tani Sejahtera
melalui system pintu satu. Dimana pemasaran beras organic ini menyasar
ke instansi pemerintahan, salah satunya Badan Ketahan Pangan Bandar
Lampung. Selain itu, pemasaran juga disalurkan langsung kepada
konsumen. Untuk harga dari beras organic terbilang relative mahal. Untuk
1 kg-nya berkisar antara 15.000-18.000 rupiah. Berbeda dengan beras
konvensional kualitas medium yang harga 1 kg-nya antara 10.000-11.000
rupiah
H. Pendekatan Keruangan
Dalam pendekatan keruangan ini, variasi distribusi lokasi pertanian
melihat pada
1. Pola Keruangan
Ditinjau dari pola keruangan Kecamatan Pringsewu mengikuti pola
keruangan yang mengikuti jalan raya. Dimana Kecamatan
Pringsewu dilewati oleh Jalan Lintas Barat Sumatera. Jalan ini
merupakan jalan utama untuk mobilitas baik itu manusia, barang
maupun jasa. Tentunya dengan pola keruangan seperti ini sangat
memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas pertanian.
Lahan pertanian yang berdekatan dengan jalan utama dan jalan
tembus membantu petani untuk mendistribusikan hasil panennya
secara cepat. Distribusi dilakukan secara efektif dan efisien ke
konsumen, ke pasar-pasar terdekat atau ke antar kabupaten dapat
dilakukan dengan lebih.

Gambar 4. Pola Keruangan Desa mengikuti jalan


Sampai saat ini produksi padi organic di Kecamatan
Pringsewu hanya terdapat di Desa Pajaresuk. Lokasi dari Desa
Pajaresuk ini cukup strategis hampir sama dengan Kecamatan
Pringsewu. Desa Pajaresuk dilewati oleh Jalan Linta Barat Sumatera
yang memudahkan distribusi hasil pertanian khususnya beras
organic.
2. Proses Keruangan
Ditinjau dari proses keruangan, proses keruangan adalah
segenap perubahan ruang muka bumi dalam urutan waktu tertentu.
Studi terhadap proses keruangan dilakukan dengan membandingkan
kondisi ruang muka bumi saat ini dengan kondisi ruang muka bumi
di masa masa sebelumnya. Proses keruangan ini erat kaitannya
dengan penggunaan lahan dari waktu ke waktu.
Di Desa Pajaresuk ini alih fungsi lahan masih belum terjadi
secara massive. Namun untuk kedepannya perlu adanya aturan yang
mengatur mengenai batasan-batasan alih fungsi lahan, khususnya
lahan pertanian. Hal ini untuk melindungi area-area pertanian juga
menjaga produktivitas hasil pertanian di Kecamatan Pringsewu.
3. Struktur Keruangan
Ditinjau dari struktur keruangan, hampir sama dengan pola
keruangan Kecamatan Pringsewu memiliki pola pemukiman
menjalur. Dimana pola ini mengikuti jalan utama dan jalan bantu.
Permukiman desa yang berkembang ini akhirnya dapat tersambung
dengan permukiman desa di dekatnya. Pusat kegiatan industri kecil
seperti pertanian, dapat tetap bertahan di dekat permukiman lama.
I. Pendekatan Kelingkungan

J. Pendekatan Kewilayahan
Daerah persawahan di Pajaresuk Kecamatan Pringsewu merupakan
daerah yang mempunyai aliran sungai yang dapat dimanfaatkan atau
digunakan oleh petani untuk mendukung system pengairan guna kesuburan
padi organik.

Persamaan pengelolaan padi di Pajaresuk dengan wilayah lainnya


adalah sebagian petani di Pajaresuk masih menanam padi konvesional sama
dengan wilayah yang lain. Sedangkan untuk perbedaannya yaitu di wilayah
Pajaresuk dengan wilayah lainnya, petani di Pajaresuk terutama para
anggota kelompok tani disana lebih mengutamakan untuk menanam padi
organik. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang tidak merusak
alam yang menggunakan bahan-bahan kimia. Tujuan lainnya untuk
peningkatan kesehatan masyarakat. Padi organic ini berbeda dengan padi
konvensional, dimana padi konvensional menggunakan pupuk kimia dalam
perawatannya sedangkan padi organic menggunakan bahan-bahan organik
atau memanfaatkan bahan alami seperti kotoran ternak, rebung (bambu
muda) dan bonggol pisang untuk merangsang pertumbuhan padi organik.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Fitria Kusuma. 2018. Analisis Pendapatan dan Sistem Pemasaran Padi
Organik dan Anorganik di Kabupaten Pringsewu. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

A, Eni. . 2012. Sttruktur Ruang Desa. http://www.ssbelajar.net/2012/12/struktur-


ruang-desa.html. Diakes tanggal 11 September 2019.

BPS. 2019. Kabupaten Pringsewu Dalam Angka 2019. Katalog BPS:


1205059.1810. BPS Kabupaten Pringsewu.

BPS. 2018. Kecamatan Pringsewu Dalam Angka 2018. Katalog BPS:


1102001.1810040. BPS Kecamatan Pringsewu.

Heryadi, Yadi. & Roffatin, Betty. (2017). KAJIAN KEBERLANJUTAN


PELAKSANAAN PERTANIAN PADI S.R.I ORGANIK. Jurnal Seri Sains
dan Teknologi. Vol.3. No.1, 2017.

N., Sri Ermalia. 2018. Analisis Sistem Agribisnis Padi Organik di Kelurahan
Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu(Studi Kasus
Kelompok Tani Padi Organik Sejahterah) (Tesis).
http://digilib.unila.ac.id/30611/28/TESIS%20TANPA%20BAB%20PEMB
AHASAN.pdf. Universitas Lampung. Bandar Lampung. (diakses pada 07
September 2019).

Tutik, W Rita & Tri Sundari Mei. PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL


EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK
DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS
“PADI MULYA” DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN
SRAGEN. Surakarta;Universitas Negeri Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai