Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMENGARUHI

PENDAPATAN USAHATANI BAWANG PUTIH


DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
PROVINSI JAWA TENGAH

Nanie Gunawan1), Endang Siti Rahayu2), Setyowati3)


1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
email: nanie_gunawan@ymail.com

2 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta


email: buendang@yahoo.co.id

3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta


email: watikchrisan@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usahatani
bawang putih, mengetahui nilai efisiensi bawang putih dan mengetahui pengaruh faktor sosial
dan ekonomi yang memengaruhi pendapatan usahatani bawang putih. Metode dasar penelitian
ini adalah metode deskriptif. Metode penentuan lokasi secara sengaja (purposive Metode
penentuan lokasi secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan produksi bawang putih di
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terus meningkat dari tahun 2012 hingga
2016, namun pada tahun 2017 produksi mengalami penurunan sehingga memengaruhi
pendapatan usahatani bawang putih. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode propotional random sampling. Metode analisis data yang digunakan meliputi: (1)
analisis biaya dan pendapatan; (2) analisis efisiensi; (3) ekonometrika dengan model regresi
berganda dengan pendekatan fungsi keuntungan. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata
besarnya biaya usahatani bawang putih di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
selama satu kali musim tanam adalah Rp 9.735.791 per usahatani, rata-rata besarnya
penerimaan adalah Rp 16.491.790 per usahatani dan rata-rata pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 6.755.999 per usahatani sehingga pendapatan yang diterima oleh petani ini
memiliki golongan sedang. Faktor-faktor sosial ekonomi berupa luas biaya bibit, luas lahan,
pengalaman, biaya pupuk kandang, biaya upah tenaga kerja luar berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usahatani bawang putih, sedangkan jumlah tanggungan keluarga, dan
pendidikan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani bawang
putih.

Kata kunci: sosial ekonomi, pendapatan usahatani, usahatani bawang putih


1. PENDAHULUAN hortikulutura terkhususnya tanaman bawang
Pertanian di Indonesia menjadi salah putih.
satu sektor yang berperan dalam penggerak Bawang putih (Allium sativum L) selain
merupakan jenis sayuran yang penting dan
roda perekonomian di Indonesia. Kondisi
merupakan salah satu sumber pertumbuhan
kekayaan alam yang berlimpah dan jumlah ekonomi dalam pembangunan pertanian.
Bawang putih dianggap sebagai salah satu
penduduk yang banyak merupakan salah
tanaman yang digendarkan untuk ditanam
satu faktor potensial dalam pemanfaatan untuk mengurangi risiko impor yang terus
dilakukanSalah satu daerah yang paling besar
perkembangan pertanian di Indonesia.
dalam menghasilkan komoditas bawang putih
Namun terdapat suatu hal yang disayangkan di Provinisi Jawa Tengah adalah Kabupaten
Karanganyar khususnya diwilayah Kecamatan
bahwa hasil bumi yang terdapat pada suatu
Tawangmangu. Kecamatan Tawangmangu
daerah kurang dikembangkan dengan baik menjadi salah satu sentra pertanian bawang
putih di Kabupaten Karanganyar karena
dan belum bernilai tambah yang nantinya
lokasinya di dataran tinggi dan bersuhu rendah
akan berdampak pada pendapatan usahatani cocok untuk pengembangan usahatani tanaman
hortikultura (BPS Kabupaten Karanganyar,
dalam mengusakan usahatani (Aditiawati et
2017)
al., 2016). Hal ini terjadi dengan hasil
.Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Bawang Putih di Kecamatan Tawangmangu Tahun
2012-2017
Tahun Kecamatan Tawangmangu
Luas panen (Ha) Produksi (Ton)
2013 075 10.459
2014 072 9.792
2015 113 16.129
2016 180 25.558
2017 048 6.864
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, 201
8Menurut Kementerian Pertanian bawang putih sehingga petani menjadi
(2018), perhatian lebih untuk komoditas enggan untuk menanam bawang putih dan
strategis salah satunya bawang putih. memilih tanaman hortikultura lainnya
Selama ini, bawang putih merupakan bahan seperti jenis sayur mayur wortel, kobis dan
makanan pokok yang akrab di masyarakat, bawang merah.
bawang putih menjadi salah satu komoditas Menurut Wibowo dalam Jumini
impor dan menyumbang inflasi menjelang (2008), penyebab rendahnya produksi
hari raya. Dilihat dari perkembangannya, bawang putih lokal diantaranya dikarenakan
pada tahun 2017, terjadi penurunan luas hasil produktivitas rendah karena kualitas
panen bawang putih yang sangat drastis bibit bawang putih yang digunakan rendah,
menjadi 48 Ha. Hal ini disebabkan karena serangan penyakit bawang putih terutama
adanya penyakit yang mengganggu tanaman jamur dan virus, lingkungan tumbuh yang
kurang optimum serta tingginya kehilangan yang mengusahakan usahatani bawang putih
hasil akibat teknik penyimpanan umbi yang karena menurut data yang diambil dari BPP
kurang memadai. Hal tersebut yang Kecamatan Tawangmangu sentra produksi
menyebabkan penurunan produksi bawang bawang putih terdapat di tiga desa tersebut.
putih lokal yang dialami petani bawang Penentuan sampel dilakukan dengan
putih di Indonesia pada umumnya. metode propotional random sampling yaitu
Dalam hal ini, faktor sosial ekonomi teknik pengambilan sampel didasarkan
menjadi pertimbangan yang digunakan pada jumlah petani masing-masing desa
sebagai parameter yang memengaruhi yang dibagi sama rata. Jumlah sampel yang
pengelolaan usahatani, yang akan berkaitan diambil dalam penelitian ini sebesar 60,
bersama-sama pada pendapatan dan dengan pertuimbangan sampel yang
kesejahteraan petani. Oleh karena itu, perlu, berdistribusi normal adalah sampel
dilakukan penelitian secara langsung dengan jumlah lebih dari atau sama
terhadap petani bawang putih untuk melihat dengan 30.
faktor sosial ekonomi yang memengaruhi Metode Analisis Data
pendapatan usahatani tanaman bawang Metode analisis data yang digunakan
putih di Kecamatan Tawangmangu, adalah:
KabupatenKaranganyar. a. Analisis Biaya dan Pendapatan
2. METODE PENELITIAN Usahatani
Metode Dasar Untuk mengetahui besarnya
Metode dasar yang digunakan dalam pendapatan usahatani bawang putih di
penelitian ini adalah metode deskriptif Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
(Nazir, 2003). Teknik pelaksanaan Karanganyar diketahui dengan
penelitian dengan menggunakan teknik menghitung besarnya total biaya
survei (Singarimbun dan Effendi, 1995). usahatani dan penerimaan usahatani.
Penentuan lokasi penelitian dipilih Besarnya biaya yang digunakan berasal
secara sengaja (purposive) yaitu dari biaya diperoleh dari penambahan
berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai biaya alat-alat luar yang harus
dengan tujuan penelitian (Surakhmad, dikeluarkan oleh petani bawang putih
2004). Penentuan lokasi secara sengaja dalam melakukan kegiatan usahatani
didasarkan dengan luas panen yang cukup tersebut. Hal ini meliputi upah tenaga
fluktuatif di tahun 2017. Lokasi penelitian kerja luar, biaya sarana produksi, biaya
adalah Desa Kalisoro, Desa Blumbang dan penyusutan alat produksi dan biaya lain-
Desa Gondosuli yang merupakan daerah lain (Hadisapoetro, 1973).
Untuk menghitung penerimaan Efisiensi Usahatani < 1, berarti usahatani
usahatani yaitu dengan mengalikan bawang putih tidak efisien
jumlah produksi per satu kali musim b. Analisis Faktor Sosial Ekonomi yang
tanam dengan harga jual per satuan kg, Memengaruhi Pendapatan Usahatani
yang dirumuskan: Bawang Putih
TR = Py x Y Y = a + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4
Keterangan : LnX4 + b5 LnX5 + b6 LnX6 + b7 LnX7 + e
TR = Penerimaan usaha tani wortel Dimana:
(Rp/MT) Y = Pendapatan Usahatani Bawang putih
P = Harga produksi bawang putih (Rp) (Rp)
Q = Hasil produksi bawang putih (Kg) a = Konstanta
Untuk menghitung pendapatan (Pd) b = Koefisien Regresi
adalah selisih antara penerimaan yang X1 = Biaya Bibit (Rp)
didapat oleh petani dan biaya tunai yang X2 = Luas lahan (Ha)
dibayarkan, yaitu pada penelitian ini X3 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
menggunakan konsep biaya alat-alat X4 = Pendidikan (Th)
luar, dengan rumus: X5 = Pengalaman (Th)
Pd = (Py.Y)-Bt X6 = Biaya Pupuk Kandang (Rp)
Keterangan : X7 = Biaya Upah Tenaga Kerja Luar (Rp)
Pd : Income (Pendapatan) e = Standar Error
Py : Harga Jual Bawang Putih (Rp) Pengujian asumsi klasik berupa uji
Y : Jumlah Produksi (Kg) normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
Bt : Biaya tunai yang dibayarkan multikolinearitas dan uji autokorelasi.
Setelah itu dilakukan pengujian model
Metode analisis data yang digunakan meliputi uji koefisien determinasi (R2)
untuk mengetahui efisiensi usahatani untuk mengetahui seberapa jauh variabel
bawang putih adalah: yang memengaruhi menjelaskan variabel
Efisiensi usaha = Penerimaan yang dipengaruhi. Uji F digunakan untuk
Biaya
mengkaji apakah penggunaan beberapa
Dimana pada saat:
masukan bersama-sama berpengaruh
Efisiensi Usahatani > 1, berarti usahatani
terhadap pendapatan. Dan uji t mengetahui
bawang putih sudah efisien
pengaruh masing-masing faktor produksi
Efisiensi Usahatani = 1, berarti usahatani
terhadap hasil produksi bawang putih di
bawang putih belum efisien atau baru
Kecamatan Tawangmangu.
mencapai kondisi impas
salah satu faktor dalam usahatani. Petani
menjadi salah satu yang menjadi pengelola
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan pelaku proses produksi bawang p. Identitas
a) Karakteristik Petani
petani sampel dari penelitian ini meliputi umur,
Responden pendidikan, jumlah anggota keluarga,
pengalaman dan status kepemilikan lahan.
Identitas petani responden memberikan
gambaran tentang keadaan petani yang menjadi
Tabel 2. Identitas Petani Responden pada Usahatani Bawang Putih di Kecamatan Tawangmangu
No Uraian Rata-rata
1 Jumlah petani responden 60
2 Rata-rata umur petani (tahun) 53
3 Rata-rata pendidikan petani (tahun) 7
4 Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) 3
5 Rata-rata pengalaman mengusahakan usahatani (tahun) 26
6 Status Kepemilikan Lahan Milik Sendiri
7 Rata-rata luas lahan (Ha) 0,15
Sumber: Analisis Data Primer, 201
8Hasil analisis tabel 2 menunjukkan pestisida. Penggunaan tenaga kerja
bahwa rata-rata umur petani berada di usia merupakan salah satu unsur yang penting
produktif dengan nilai rata-rata 53 tahun. dalam menjalankan usahatani bawang putih.
Rata-rata pendidikan petani berada di Rumah tangga petani biasanya memiliki
tingkat sekolah dasar (SD). Jumlah anggota keterbatasan dalam segi modal, maka
kelurga yang harus ditanggung oleh petani peranan tenaga kerja dalam sangat
responden adalah sebesar 3 orang yaitu istri membantu dalam menghemat pengeluaran
dan anak-anak petani. Pengalaman petani yang harus dibayarkan oleh petani. Biaya
sampel dalam usahatani bawang putih lain-lain diperlukan untuk menunjang
adalah rata-rata 26 tahun. Pengalaman yang kegiatan usahatani bawang putih. Biaya
lama akan memengaruhi sikap petani dalam lain-lain meliputi biaya sewa tanah, pajak
mengambil keputusan yang berkaitan tanah, dan biaya lain-lain.
dengan inovasi baru. Lahan yang digunakan Penerimaan petani adalah hasil produksi yang
didapat pada usahatani bawang putih dikalikan
untuk usahatani bawang putih rata-rata luas
dengan harga jual produk yang terjadi di pasar.
lahan sebesar 0,15 Ha. Produksi usahatani bawang putih ini dalam
b. Analisis Biaya dan Pendapatan bentuk bawang putih basah. Pendapatan
usahatani merupakan selisih dari penerimaan
serta Efisiensi Usahatani Bawang Putih
usahatani dengan biaya yang harus
Penggunaan sarana produksi di lokasi dikorbankan dalam usahatani. Penerimaan
merupakan hasil kali dari produksi total
penelitian meliputi bibit, pupuk dan juga
usahatani dengan harga jual produk
.Tabel 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Bawang Putih pada Masa Tanam I ( Juni-
September 2018)
No Uraian Satua Per Usahatani Presentase
n (0,15 Ha) (%)
Penggunaan Biaya (Rp)
Biaya Alat-alat Luar
1 Biaya Sarana
Produksi
a. Bibit Bawang Kg 115 6.792.250 69,76
b. Pupuk Kandang Pikul 93,50 525.000 5,39
c. Pupuk Phonska Kg 26,41 66.021 0,06
d. Pestisida Abasel Botol 01,58 96.441 0,09
e. Pestisida Skor Botol 01,51 270.658 2,78
2 Biaya Tenaga Kerja
a. Pengolahan Tanah HKP 010 541.667 5,56
b. Penanaman HKP 06 306.667 3,14
c. Pemupukan HKP 001 50.450 0,05
d. Pengendalian Hama HKP 001 40.000 0,04
e. Pemanenan HKP 012 427.583 4,39
f. Pengangkutan HKP 001 39.500 0,004
3. Biaya Lain-lain
a. Pajak Tanah 10.096 0,01
b. Sewa Tanah 520.083 5,34
c. Biaya Penyusutan 49.375 0,05
Total Biaya 9.735.791 100,00
Penerimaan
1 Rata-rata Produksi 547,9
2 Rata-rata Harga 30.100
Penerimaan Usahatani 16.491.790
Pendapatan 06.755.999
NilaI Efisiensi 1,69
Sumber : Analisis Data Primer, 2018
Varietas bawang putih yang ditanam untuk mengurangi adanya impor
oleh petani bawang putih di Kecamatan (Kementerian Pertanian, 2017).
Tawangmangu adalah jenis varietas Rata-rata biaya yang digunakan oleh
Tawangmangu Baru dan Lumbu Kuning. petani adalah Rp 9.735.791/usahatani/masa
Varietas Tawangmangu Baru karena tanam dan per Ha sebesar Rp 64.905.270.
memiliki hasil panen dengan siung yang Biaya paling besar yang dikeluarkan oleh
tergolong besar dan batang yang kokoh. petani bawang putih adalah biaya sarana
Tanaman ini dikembangkan oleh kelompok produksi. Walaupun biaya bibit yang mahal,
tani di Desa Kalisoro untuk menghasilkan namun untuk kualitas yang diberikan
produksi yang baik dan mampu bersaing sepadan dan kualitas baik (Zamani, 2018).
dengan varietas-varietas lainnya. Varietas Hasil usahatani bawang putih yang
Tawangmangu Baru memiliki siung yang telah dipanen biasanya dijual kepada salah
berwarna putih keunguan. Budidaya satu pengepul di desa tersebut. Harga yang
bawang putih ini dilakukan sebagai upaya terjadi dan disepakati antara petani dan
pergerakan swasembada bawang putih pengepul rata-rata Rp 30.100/kg. Biasanya
bawang putih dijual dalam bentuk basah Variabel-variabel yang diduga
dan saat ini harga bawang putih di tingkat memengaruhi pendapatan usahatani bawang
pasar sedang bagus. Rata-rata besarnya ptuih di Kecamatan Tawangmangu yaitu
penerimaan yang diterima petani yaitu terdiri dari biaya bibit (Rp/Kg), luas lahan
sebesar Rp 16.491.790/usahatani dan rata- (Ha), jumlah tanggungan keluarga (Org),
rata pendapatan yang diterima sebesar Rp pendidikan (Th), pengalaman (Th), harga
6.755.999/usahatani. Berdasarkan tingkat pupuk kandang (Rp/Kg), dan harga upah
penggolongan pendapatan menurut BPS tenaga kerja luar (Rp/HKP). Besarnya
menjadi 4 golongan, dapat diketahui bahwa pengaruh variabel-variabel tersebut
selama satu kali musim tanam usahatani terhadap pendapatan usahatani bawang
bawang putih yang diperoleh adalah sebesar putih dianalisis secara ekonometrika
Rp. 6.755.999 sehingga rata-rata dengan model regresi linear berganda. Alat
pendapatan per bulan yang diterima oleh bantu untuk melakukan analisis data adalah
petani yaitu Rp 1.688.999. Jumlah software SPSS 20.0. Penelitian ini
pendapatan ini tergolong pendapatan sedang menggunakan metode Ordinary Least
karena memberikan manfaat bagi petani Square (OLS) yang digunakan untuk
bawang putih dan mencukupi kebutuhan menduga parameter-parameter yang
pokok petani. terdapat dalam model.
Usahatani dapat dikatakan efisikan jika Adapun model fungsi regresi linier
terjadi minimalisasi biaya yang dilakukan berganda faktor-faktor sosial ekonomi
untuk mampu menghasilkan penerimaan adalah sebagai berikut:
yang optimal (Muhaidin dan Moktiwijadi, Y = 29,767 – 0,108 Ln X1 + 1,700 Ln
2011). Nilai efisiensi yang diperoleh dari X2 + 0,127 Ln X3 – 0,208 Ln X4 +
hasil penelitian sebesar 1,69 untuk satu 0,159 Ln X5 – 0,328 Ln X6 – 0,269
luasan lahan dalam 1 Ha. Nilai efisiensi Ln X7
1,69 memiliki arti apabila setiap Rp 1 yang Keterangan:
di investasikan oleh petani akan Y : Pendapatan usahatani (Rp)
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,69. X1 : Biaya Bibit (Rp)
Dengan diberikannya nilai penerimaan yang X2 : Luas Lahan (Ha)
lebih dari 1 maka dapat dikatakan bahwa X3 : Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
usahatani bawang putih dikatakan layak X4 : Pendidikan (Th)
untuk diusahakan dan dibudidayakan. X5 : Pengalaman (Th)
b) Analisis Faktor Sosial Ekonomi X6 : Biaya Pupuk Kandang (Rp)
X7 : Biaya Upah Tenaga Kerja Luar (Rp)
Pengujian Asumsi Klasik yang dilakukan kurang 10 dan Tolerance lebih dari 0,1, dan
adalah uji normalitas dengan bantuan uji data yang dianalisis ini tidak ada data yang
Kolmogorov Smirnov dengan nilai menunjuukan terkena multikolinearitas.
Signifikansi sebesar 0,561, dimana nilai ini Besarnya pengaruh faktor sosial ekonomi
terhadap pendapatan usahatani bawang putih di
lebih besar dari α sebesar 0,05 sehingga
Kecamatan Tawangmangu ditunjukkan oleh
residual terdistribusi secara normal. Uji koefisien determinasi yaitu R square (R2)
sebesar 0,886 atau dalam bentuk persen sebesar
heteroskedastisitas dilihat dengan diagram
88,6%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
sctterplots yang memiliki titik menyebar dependen yaitu pendapatan usahatani sebesar
88,6% dijelaskan dengan varian variabel
dengan pola tidak jelas. Uji Autokorelasi
independen, sedangkan sisanya yaitu sebesar
dilihat dari nilai Durbin Watson sebesar 11,4% dijelaskan dengan variabel lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini
1,791 yang berada pada rentang 1,3349
misalnya biaya obat-obatan, musim tanam,
hingga 1,8505 sehingga data dikatakan biaya penyusutan alat, permintaan pasar
kemampuan, manajemen petani, usia petani,
tidak terkena autokorelasi. Selanjutnya, uji
dll.
Multikolinearitas yang dilihat dari nilai VIF
Tabel 4. Hasil Uji Faktor-faktor secara Simultan (Uji F)
Model Sum of df Mean F Sig
squares Square
Regression 50,250 7 7,179 57,845 0,000***
Residual Total 6,453 52 0,124
56,703 59
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
*** Signifikan pada α 0,05
Uji signifikansi simultan atau yang biasa secara bersama-sama atau simultan terhadap
disebut uji statistik F digunakan untuk variabel pendapatan usahatani (Y).
mengetahui apakah semua variabel Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui
independen yang berupa biaya bibit (X1), bahwa nilai probabilitas adalah 0,000
luas lahan (X2), jumlah tanggungan keluarga artinya lebih kecil dari α (α = 0,05). Hal ini
(X3), pendidikan (X4), pengalaman (X5), menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
biaya pupuk kandang (X6) dan biaya upah diterima.
tenaga kerja luar (X7) mempunyai pengaruh
Tabel 5. Hasil Uji Statistik t
Unstandardized Coefficient
Harga t Sig
Model B
(Constant) 29,767 12,126 ,000**
Biaya bibit (X1) -,108 -1,961 0,053***
Luas Lahan (X2) 1,700 12,588 0,000**
Jumlah T. Keluarga (X3) ,127 1,079 0,286ns
Pendidikan (X4) -,208 -1,136 0,261ns
Pengalaman (X5) -,159 -1,694 0,096***
Biaya pupuk Kandang (X6) -,328 -3,318 0,002**
Biaya upahTK Luar (X7) -,269 -2,133 0,038**
Sumber: Analisis Data Primer, 2018
*** Signifikan pada α 0,1
** Signifikan pada α 0,05
ns : non signifikan

Uji signifikansi parameter individual 0,05 dan 0,1) sehingga tidak signifikan. Hal
atau uji statistik t untuk menunjukkan ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan
seberapa jauh pengaruh variabel penjelas keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap
secara individual dalam menerangkan pendapatan usahatani bawang putih di
variasi variabel dependen. Kecamatan Tawangmangu, karena jumlah
Berdasarkan hasil analisis, variabel bibit tanggungan keluarga yang terlibat hanya
lebih kecil dari pada α (α = 0,1) sehingga istri petani, dan anak-anak petani tidak ikut
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa aktif dalam usahatani karena dianggap
biaya bibit berpengaruh nyata terhadap beum mampu melakukan pekerjaan dalam
pendapatan usahatani bawang putih di budidaya tersebut.
Kecamatan Tawangmangu. Nilai koefisien Variabel pendidikan memiliki nilai
biaya bibit yaitu -0,108, apabila terjadi signifikansi lebih besar dari α (α = 0,05
kenaikan biaya bibit sebesar 1%, maka akan dan 0,1) sehingga tidak signifikan. Hal ini
menurunkan pendapatan usahatani bawang menunjukkan bahwa pendidikan yang
putih sebesar 0,108%. diterima oleh petani secara individu tidak
Variabel luas lahan (X2) memiliki nilai berpengaruh nyata terhadap pendapatan
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari usahatani bawang putih di Kecamatan
pada α (α = 0,05 dan 0,1) sehingga Tawangmangu. Berdasarkan hasil analisis
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa regresi, variabel pengalaman memiliki nilai
luas lahan berpengaruh nyata terhadap signifikansi lebih kecil dari pada α (α =
pendapatan usahatani bawang putih di 0,1) sehingga signifikan. Hal ini
Kecamatan Tawangmangu. Nilai koefisien menunjukkan bahwa pengalaman
luas lahan bernilai positif sebesar 1,700, hal berpengaruh nyata terhadap pendapatan
ini menjelaskan bahwa apabila terjadi usahatani bawang putih di Kecamatan
kenaikan 1% pada luas lahan dapat Tawangmangu. Nilai koefisien pada hasil
menaikkan pendapatan petani bawang regresi pengalaman yaitu -0,159. Hal ini
putih sebesar 1,700%. menyebabkan apabila terjadi kenaikan
Variabel jumlah tanggungan keluarga pengalaman petani sebesar 1%, maka akan
(X3) memiliki tingkat signifikansi α (α =
menurunkan pendapatan usahatani bawang sebesar 1,69 per usahatani sehingga
putih sebesar 0,159%. usahatani bawang putih dikatakan layak
Variabel biaya pupuk kandang (X6) untuk diusahakan. 3) faktor-faktor sosial
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari ekonomi yang berpengaruh secara
α (α = 0,05 dan 0,1) sehingga signifikan. signifikan yaitu harga bibit, luas lahan,
Hal ini menunjukkan bahwa biaya pupuk jumlah tanggungan keluarga, harga pupuk
kadang berpengaruh nyata terhadap kandang dan harga upah tenaga kerja luar,
pendapatan usahatani bawang putih di sedangkan untuk faktor sosial ekonomi
Kecamatan Tawangmangu. Biaya pupuk jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan
(X6) memiliki nilai koefisien sebesar -0,328, tidak berpengaruh signifikan. Rekomendasi
yang artinya setiap kenaikan biaya pupuk yang dapat diberikan yaitu perlu
kandang 1% akan menurunkan pendapatan dilakukannya pengoptimalan penggunaan
usahatani bawang putih sebesar 0,328%. biaya produksi berupa pemberian pupuk
Variabel biaya upah tenaga kerja luar harus sesuai dengan anjuran pemerintah,
(X7) mempunyai nilai signifikansi lebih selain itu pengembangan dalam upaya
kecil dari pada α (α = 0,05 dan 0,1) pemenuhan kebutuhan bibit perlu dilakukan
sehingga signifikan. Hal ini menunjukkan dan perlu diberikannya subsidi.
bahwa biaya upah tenaga kerja luar (X 7) Memanfaatkan luas lahan garapan yang
berpengaruh nyata terhadap pendapatan baik agar hasil panen meningkat karena
usahatani bawang putih di Kecamatan akan meningkatkan nilai pendapatan ketika
Tawangmangu. Nilai koefisien biaya upah luas lahan digarap secara optimal.
tenaga kerja luar bernilai -0,269, apabila 5. REFRENSI
Aditiawati, Pingkan., Astuti, Dea I.,
terjadi kenaikan 1% biaya upah tenaga
Suantika, Gede., Simatupang, Togar M.
kerja luar, maka akan menurunkan
2016. Pengembangan Potensi Lokal Di
pendapatan usahatani sebesar 0,269%.
Desa Panawangan Sebagai Model Desa
4. KESIMPULAN
Vokasi Dalam Pemberdayaan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Masyarakat Dan Peningkatan
dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan
Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal
berupa: 1) rata-rata besarnya biaya
Sosioteknologi Vol. 15, No 1.
usahatani sebesar Rp 9.735.791/usahatani
Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan
dan rata-rata pendapatan yang didapatkan
Tawangmangu. 2018. Usaha Dan
oleh petani sebesar Rp 6.755.999/usahatani,
Penyuluhan Pertanian Tanaman
sehingga usahatani dapat dikatakan untung.
Hortikultura. BPP Kecamatan
2) nilai efisiensi pertanaman bawang putih
Tawangmangu
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karanganyar. 2018. Kecamatan
Tawangmangu Dalam Angka 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karanganyar.
Hadisapoetro, S. 1973. Biaya Dan
Pendapatan Dalam Usahatani.
Yogyakarta: UGM Press.
Jumini. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Permintaan Bawang
Putih Impor Di Indonesia. Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Kementerian Pertanian. 2018. Percepatan
Swasembada Bawang Putih, Ini
Langkah Nyata Kementan.
http://www.pertanian.go.id/home/?
show=news&act=view&id=2598.
Diakses pada 27 Februari 2019.
Singarimbun, M. Dan S. Effendi. 1995.
Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3
ES
Surakhmad W, 1994. Penelitian Ilmiah,
Dasar, Metode dan Teknik. Bandung:
Tarsito

Anda mungkin juga menyukai