Anda di halaman 1dari 28

VOLATILITAS HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

Volatility Price of Shallot in Indonesia

Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah


Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia 16680
E-mail: saharaipb@gmail.com

Naskah diterima: 08/08/2018; Naskah direvisi: 10/12/2019; Disetujui diterbitkan: 21/10/2019


Dipublikasikan online: 31/12/2019

Abstrak
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang strategis dan bernilai
ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pemasaran (transmisi)
dan asimetri harga bawang merah di Indonesia. Analisis asimetri harga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Error Correction Models (ECM). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa telah terjadi asimetri harga yang berarti bahwa transmisi harga atau harga yang
diteruskan antara lembaga pemasaran. Hal ini disebabkan karena transmisi harga
berlangsung secara tidak sempurna akibat adanya inefisiensi pasar baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam hal ini produsen tidak mendapat manfaat atas kenaikan harga
di tingkat konsumen dan konsumen tidak mendapat manfaat atas penurunan harga di tingkat
produsen. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya campur tangan pemerintah untuk
mengawasi rantai pemasaran sampai ke pasar induk. Pemerintah perlu menata distribusi
sentra produksi, distribusi hasil panen antar wilayah, serta mengawasi dan mengevaluasi
kebijakan harga bawang merah. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menjamin
kecukupan dan kelancaran distribusi bawang merah.
Kata Kunci: Asimetri, Bawang Merah, ECM, Transmisi Harga.
Abstract
Shallot is one of the strategic horticultural commodities and has a high economic value. This
study aims to analyze marketing (transmission) efficiency and asymmetry of the price shallots
in Indonesia. Price asymmetry analysis is performed using the Error Correction Models (ECM)
approach. The results showed that there had been price asymmetry which meant that the
transmission of prices or prices were passed on between marketing institutions. This is due to
the imperfect transmission of prices due to market inefficiencies both in the short and long
term. In this case producers do not benefit from price increases at the consumer level and
consumers do not benefit from price decreases at the producer level. The result of this
research recommend the need for government intervention to oversee the marketing chain to
the wholesale market. The government needs to organize the distribution of production
centres, distribution of harvests between regions, and oversee and evaluate the shallot price
policy. These policies aim to ensure the adequacy and smooth distribution of shallots.
Key words : Asymmetry, ECM, Price Transmission, Shallot.
JEL Classification : Q11, Q12, Q13

PENDAHULUAN jasa dapat disalurkan dari produsen


Saluran pemasaran atau distribusi sampai konsumen (Khaswarina,
adalah kegiatan ekonomi yang Mahrani & Nugroho, 2014). Pola
menjembatani antara proses produksi distribusi pertanian akan berbeda
dan konsumsi sehingga barang atau tergantung pada sektornya. Distribusi

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 309
sektor hortikultura memiliki kontribusi merah berkontribusi meningkatkan
positif terhadap indikator ekonomi inflasi.
makro, konstribusi subsektor Bawang merah (Allium
hortikultura terhadap PDB sektor ascalonicum) merupakan tanaman
pertanian adalah sebesar 14,54% atau semusim yang dikembangkan sebagai
terbesar ke-empat setelah tanaman komoditas sayuran dataran rendah
perkebunan, tanaman pangan, dengan jumlah lahan terluas dan
perikanan, dan peternakan (BPS, 2017). merupakan komoditas yang masuk
Terhitung nilai PDB subsektor dalam kebijakan pemantapan
hortikultura pada tahun 2016 adalah kedaulatan pangan dengan target
sebesar 130,8 triliun rupiah dan peningkatan produksi dan stabilisasi
diproyeksikan mengalami peningkatan harga yang bertujuan untuk
menjadi sebesar 139,5 triliun rupiah di meningkatkan kesejahteraan pelaku
tahun 2017 (BPS, 2017). usaha yang terlibat didalamnya.
Sayuran merupakan salah satu Peningkatkan kesejahteraan hidup
tanaman hortikultura yang memiliki dapat memperkecil kesenjangan antar
tingkat permintaan tinggi. Kondisi ini wilayah (Sari & Eko, 2016). Rancangan
dipengaruhi oleh semakin tingginya Pembangunan Jangkah Menengah
kesadaran masyarakat terhadap (RPJMN) 2015-2019 mencanangkan
komoditas sayuran yang bukan hanya sasaran pembangunan hortikultura ke
dianggap sebagai bahan pangan, tetapi depan adalah untuk menjamin
juga berperan penting dalam kesehatan kestabilan produksi cabai dan bawang
(Dirjen Hortikultura, 2014). Salah merah serta mengembangkan
satu komoditas unggulan subsektor komoditas hortikultura yang bernilai
sayuran pada sektor tanaman positif dan berdaya saing (Kementan,
hortikultura di Indonesia adalah 2018).
bawang merah. Upaya peningkatan Komoditas bawang merah dari sisi
produksi bawang merah telah menjadi produsen memiliki peluang pasar yang
perhatian pemerintah sejak tahun 2014, besar karena banyaknya permintaan
sehingga produksi komoditas tersebut bawang merah yang digunakan sebagai
mendapat perhatian lebih dari Direktorat bumbu untuk konsumsi rumah tangga,
Jenderal hortikultura. Hal tersebut bahan baku pada industri pengolahan,
disebabkan karena komoditas bawang dan sebagai komoditi ekspor. Selain itu,

310 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


kontribusi nilai tukar petani bawang harus membuka pasar impor untuk
merah sebagai sub sektor komoditi menjamin terpenuhinya kebutuhan
hortikultura juga cukup tinggi sebesar masyarakat. Rata-rata porsi impor
120,94% (BPS, 2015). Hal tersebut bawang merah dari tahun 2012 sampai
menggambarkan adanya peningkatan dengan 2016 adalah sebesar 10% dari
kesejahteraan petani hortikultura. Data total kebutuhan bawang merah
BPS mencatat pada tahun 2012 nasional. Pemerintah merespon
komoditas ini menyumbang nilai inflasi peningkatan jumlah produksi dengan
sekitar 0,10 dari 1,31 inflasi yang terjadi menurunkan jumlah impor, begitu pula
pada bahan makanan (sekitar 7,63%). sebaliknya ketika terjadi penurunan
Sementara pada tahun 2013 nilai inflasi produksi pemerintah akan merespon
nasional bawang merah merangkak dengan menaikan jumlah impor.
naik menjadi 0,38 dari 2,75 inflasi yang Ketersediaan komoditas bawang merah
terjadi pada keseluruhan bahan yang fluktuatif dapat mengakibatkan
makanan (sekitar 13,83%). adanya dinamika pada harga pasar
Ketersediaan bawang merah untuk komoditas bawang merah.
yang terbatas membuat pemerintah

Gambar 1. Pergerakan Produksi dan Impor Tahunan Bawang Merah Sepanjang


Tahun 2012-2016
Sumber: Kementerian Pertanian (2016)
Selain itu, bawang merah sektor sayuran yang memiliki nilai
merupakan salah satu komoditas sub- produksi tertinggi setelah kubis dan

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 311
kentang. Rata-rata produksi bawang kembali meningkat di tahun 2016 dan
merah pada periode 2012-2017 adalah terus mengalami peningkatan hingga
sebesar 1.23 juta ton, jumlah tersebut tahun 2017. Produksi bawang merah
relatif lebih besar apabila dibandingkan didominasi oleh 10 provinsi yang
dengan jumlah produksi dari cabai rawit memiliki luas lahan panen lebih dari
dengan rata-rata jumlah produksi hanya 1000 Ha. Peningkatan setiap tahunnya
sebesar 834 ribu ton di periode yang sepanjang periode 2012-2017.
sama. Sementara itu dari sisi konsumsi, jumlah
Tabel 1. Fluktuasi Produksi dan konsumsi bawang merah mengalami
Konsumsi Bawang Merah fluktuasi dengan tren positif pada
dan Cabai Rawit, 2012-2017 periode 2012-2017.
Bawang Merah Konsumen bawang merah
Produksi Konsumsi
Tahun
Keterangan menyebar merata di seluruh wilayah
(Ton/Th) (Ton/Th)
Indonesia, sementara itu produksi
2012 964195 687711 ES
bawang merah hanya terkonsentrasi di
2013 1010773 520195 ES
beberapa wilayah saja. Berdasarkan
2014 1233984 634511 ES

2015 1229184 699877 ES


luas lahan panen menunjukkan bahwa
2016 1446860 737912 ES produksi bawang merah yang terjadi di
2017 1510961 673602 ES Indonesia hanya terpusat di beberapa

Sumber: Kementan (2017a), BPS (2017)


wilayah saja.
Keterangan: ES = Excess Supply Berdasarkan Gambar 2 dapat
Tabel 1. menunjukkan bahwa diketahui bahwa produksi bawang
sepanjang tahun 2012 sampai dengan merah yang terjadi selama ini hanya
2017 produksi bawang merah terus- terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan
menerus mengalami peningkatan presentase lebih dari 70% dari
sepanjang tahun 2012-2014. Bawang keseluruhan luas lahan panen bawang
merah sempat mengalami penurunan merah yang ada di Indonesia
produksi pada tahun 2015, kemudian

312 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


Gambar 2. Luas Lahan Panen Bawang Merah di Tingkat Provinsi, 2016 (persen)
Sumber : Kementerian Pertanian (2016)

Wilayah utama produksi bawang musiman dan mudah rusak (perishable),


merah terdapat di Provinsi Jawa sehingga dapat menimbulkan
Tengah, khususnya di Kabupaten permasalahan pada aspek waktu
Brebes dengan rata-rata produksi ketersediaan, penyimpanan dan
sebesar 312 ribu ton atau berkontribusi distribusi dari komoditas yang
sebesar 68% dari total produksi bawang bersangkutan. Sementara itu, untuk
merah di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan distribusi juga harus
27% dari total produksi nasional pada diperhatikan karena pola distribusi yang
periode 2010-2016. Selain Jawa baik menunjukkan perjalanan suatu
Tengah, produsen utama bawang komoditas mulai dari produsen hingga
merah juga terdapat di Provinsi Jawa konsumen dapat menikmati komoditas
Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa tersebut, termasuk peran dari mediator-
Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera mediator yang terlibat didalamnya.
Barat, DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Irawan (2007) juga menjelaskan bahwa
Utara, dan Sulawesi Tengah. agribisnis komoditas pertanian pada
Irawan (2007) mengatakan bahwa umumnya merupakan suatu sistem
permasalahan umum yang dihadapi yang sedikitnya melibatkan tiga pelaku
oleh komoditas hortikultura terdapat utama, yaitu produsen (dalam hal ini
pada sektor hilir (off-farm), baik dalam dilakukan oleh petani), pelaku
hal proses produksi maupun proses pemasaran (pedagang), dan konsumen.
distribusi akhir. Permasalahan dalam Hubungan antara produsen dan
proses produksi disebabkan karena konsumen dijembatani oleh pedagang
produksi komoditas hortikultura bersifat perantara, dengan melakukan

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 313
pemasokan barang sesuai dengan dapat menjadi pendorong bagi petani
kebutuhan penawaran dan permintaan untuk melakukan pekerjaannya. Disisi
pasar. Berdasarkan hal tersebut dapat lain, bagi konsumen harga
dikatakan pedagang memiliki dua merepresentasikan nilai dari suatu
peran, yaitu sebagai konsumen antara barang yang memberikan manfaat dan
bagi petani (menurunkan permintaan kepuasan bagi keinginanannya.
konsumen kepada petani) dan produsen Penelitian Simatupang (1999)
antara bagi konsumen (meneruskan menyatakan bahwa fluktuasi harga yang
penawaran petani kepada konsumen). terjadi pada komoditas hortikultura
Sistem pemasaran dikatakan seringkali lebih merugikan petani
efisien apabila dapat memberikan daripada pedagang. Hal tersebut
kepuasan maksimum bagi produsen, disebabkan karena petani tidak dapat
konsumen, dan pelaku pemasaran mengatur waktu penjualan agar dapat
dengan penggunaan sumber ekonomi memperoleh keuntungan yang lebih
yang serendah-rendahnya. Salah satu tinggi. Selain itu fluktuasi harga yang
indikator utama yang sering digunakan tinggi dapat memberikan kesempatan
dalam mengkaji efisiensi pemasaran lebih kepada pedagang agar dapat
adalah transmisi harga. Transmisi memanipulasi informasi harga di tingkat
harga menurut Conforti (2004) petani, sehingga transmisi harga yang
merupakan studi analisis mengenai terjadi antara pasar konsumen dan
bagaimana sebuah harga dapat petani akan bersifat asimetri. Artinya,
memengaruhi pasar, baik secara jika terjadi kenaikan harga di tingkat
spasial (perbedaan geografis) maupun konsumen maka kenaikan harga
vertikal (dilihat dari rantai tersebut tidak diteruskan kepada petani
pemasarannya). secara cepat dan sempurna. Sebaliknya
Harga menjadi indikator penting apabila terjadi penurunan harga di
untuk mengukur efisiensi perdagangan tingkat konsumen, maka penurunan
suatu komoditas, karena dapat harga tersebut akan diteruskan kepada
menggambarkan perilaku pasar disetiap petani secara cepat dan sempurna.
lembaga pemasaran (Pagala et. al. Selain itu, terdapat hubungan negatif
2017). antara jumlah produksi dan harga
Insyauddin (2011) menyatakan bawang merah, semakin tinggi produksi
harga merupakan ukuran penting yang bawang merah maka harga bawang

314 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


akan semakin menurun (Paranata & METODE
umam 2015). Dua jenis metode analisis yang
Asimetri harga disebabkan oleh digunakan dalam penelitian ini antara
beberapa faktor, salah satunya adalah lain analisis deskriptif dan analisis
perilaku tidak kompetitif yang dilakukan inferensia. Analisis deskriptif
oleh pedagang perantara. Vavra & merupakan suatu metode analisis data
Goodwin (2005) menjelaskan bahwa yang bersifat eksploratif dan bertujuan
umumnya pedagang perantara akan untuk mendeskripsikan suatu kondisi
mempertahankan keuntungannya dengan memaparkannya dalam bentuk
sehingga tidak dengan mudah tabel maupun gambar sehingga akan
menaikan atau menurunkan harga lebih mudah untuk dipahami pembaca
sesuai dengan sinyal harga yang dan mempermudah penafsiran hasil
berlaku. Perilaku tersebut dapat penelitian. Analisis deskriptif yang
mengakibatkan terjadinya asimetri digunakan dalam penelitian ini
harga antara petani dan konsumen. digunakan untuk menjawab tujuan
Berdasarkan beberapa uraian penelitian pertama, yaitu menganalisis
permasalahan yang terjadi maka pergerakan harga bawang merah harian
rumusan masalah peneliti adalah yang terjadi di Indonesia.
bagaimana pergerakan harga bawang Analisis inferensia dalam
merah yang terjadi pada tingkat penelitian ini digunakan untuk
produsen, pasar induk, dan apakah menjawab tujuan kedua, yaitu untuk
konsumen di Indonesia dan harga menganalisis efisiensi transmisi harga
bawang merah pada tingkat produsen, dan dugaan adanya asimetri harga
pasar induk, dan konsumen sudah antar lembaga pemasaran yang terlibat
ditransmisikan dengan baik. Penelitian dalam pemasaran bawang merah di
ini bertujuan untuk menganalisis seluruh kabupaten yang ada di
pergerakan harga bawang merah yang Indonesia. Analisis asimetri harga
terjadi di tingkat produsen, pasar induk, dalam penelitian ini dilakukan dengan
dan konsumen serta Menganalisis menggunakan pendekatan Error
asimetri harga yang terjadi antara harga Correction Models (ECM). Model ECM
produsen, pasar induk, dan konsumen. Taubadel dan Loy telah dinyatakan valid

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 315
untuk menganalisis transmisi harga oleh terlebih dahulu dilakukan uji pre-
Taubadel & Meyer (2002). Taubadel & estimasi yang berfungsi untuk
Meyer (2002) membandingkan memeriksa stasioneritas data deret
beberapa model ekonometrika yang waktu dengan menggunakan
dapat digunakan untuk menganalisis Augmented Dickey Fuller (ADF). Data
asimetri harga, dengan yang stasioner memiliki mean, variance,
membandingkan keberadaan unit roots dan covariance yang konstan sepanjang
dan kointegrasi dalam dua data series waktu (Gujarati, 2004). Data yang tidak
harga. Kemudian dihasilkan suatu stasioner ditunjukkan dengan adanya
kesimpulan bahwa pendekatan Houck, perubahan mean, variance, dan
ECM, VECM merupakan jenis model covariance sejalan perubahan waktu.
ekonometrika yang dinyatakan valid Gujarati (2004) juga menyatakan
untuk menguji pola transmisi harga bahwa data time series yang tidak
pada data yang tidak stasioner namun stasioner (mengandung unit roots)
terkointegrasi. dapat menyebabkan spurious
Konsep ECM digunakan untuk regression. Oleh karena itu, salah satu
menganalisis transmisi harga asimetri cara yang dapat digunakan untuk
dengan melihat signifikansi mendeteksi kestasioneran data dan
penyimpangan (error) dari suatu model menghindari masalah spurious
keseimbangan jangka panjang. Pada regression dapat dilakukan dengan
konsep kointegrasi, apabila terdapat menggunakan uji stasioneritas. Adapun
pergerakan harga yang menyimpang formulasi model uji ADF adalah sebagai
maka akan dikategorikan sebagai Error berikut:
Correction Term (ECT) (Vavra & 𝑗
Pt = α0 + γPt-1 + ∑𝑖=1 𝛼𝑖 P𝑡−𝑖 + εt ...........(1)
Goodwin, 2005). Teknik pre-kointegrasi
𝑗
ΔPt = α0 + γPt-1 + ∑𝑖=1 𝛼𝑖 ΔP𝑡−𝑖 + εt ...........(2)
untuk analisa transmisi harga asimetri
dapat menghasilkan regresi yang Pt dalam persamaan (1)
spurious karena series yang tidak merupakan persamaan dari variabel
stasioner. yang stasioner pada tahap level,
Sebelum masuk ke dalam uji sementara ΔPt dalam persamaan (2)
utama, untuk menganalisa adanya diatas merupakan persamaan turunan
asimetri dalam transmisi harga bawang pertama atau first difference (Yt-Yt-1) dari
merah antar lembaga pemasaran, variabel-variabel yang diuji. Dimana t

316 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


adalah periode waktu, j adalah panjang Dimana :
lag yang digunakan, dan ε adalah error T : Jumlah observasi
term. Hipotesis statistik yang diuji k : Panjang lag
adalah: SSR : Sum Square Residual
H0: γ=0; data deret waktu n : Jumlah parameter yang
mengandung unit roots, bersifat diestimasi
tidak stasioner HQ = -2Lmax + 2k (ln(n))..................... (4)
H0: γ≠0; data deret waktu tidak Dimana :
mengandung unit roots, bersifat Lmax : Log-likelihood ratio
stasioner K : Jumlah parameter
Apabila terdapat data yang tidak N : Jumlah observasi
stasioner, maka selanjutnya akan Uji kointegrasi bertujuan untuk
dilakukan proses pendiferensian. melihat apakah terdapat hubungan
Proses pendiferensian dapat dilakukan jangka panjang antara variabel-variabel
beberapa kali (d kali) hingga diperoleh yang yang digunakan dalam model. Uji
data yang stasioner. kointegrasi dilakukan apabila data yang
Penentuan lag optimal bertujuan bersangkutan tidak stasioner pada
untuk melihat seberapa lama suatu tingkat level. Suatu variabel dikatakan
variabel bereaksi terhadap variabel lain terkointegrasi atau memiliki hubungan
(Firdaus, 2011). Lag optimal dalam jangka panjang apabila variabel yang
suatu model dapat ditentukan stasioner pada derajat yang sama
menggunakan beberapa kriteria, antara bergerak dengan panjang gelombang
lain : Akaike Information Criterion (AIC), yang sama (same wave length).
Schwarz Information Criterion (SIC), Terdapat beberapa metode yang dapat
dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). digunakan untuk menguji kointegrasi,
Penelitian ini menggunakan Schwardz salah satunya adalah Johanssen
Information Criterion dan Hannan-Quinn Cointegration Test. Metode ini
Criterion (HQ) untuk menentukan nilai menggunakan pengujian trace test/TS
lag optimal. (persamaan 5) dan maximum

SIC (k) = T ln (
𝑆𝑆𝑅(𝑘)
) + n ln (T).........(3) eigenvalue/ME (persamaan (6) untuk
𝑇
melihat hubungan jangka panjang.

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 317
λtrace = -T ∑𝑛𝑖=𝑘+1(1 − 𝜆𝑖 )......(5) Uji kausalitas bertujuan untuk
λmax (r,r + 1) = -T ln (1-𝜆𝑟+1)…….......(6) memastikan arah hubungan sebab-
Dimana : akibat antar variabel yang diuji.
k : 0, 1, . . . . , n-1 Penelitian ini menggunakan uji
T : Jumlah observasi yang digunakan kausalitas Engle-Granger, karena dapat

λ𝑖 : Estimasi nilai ke i ordo eigenvalue digunakan pada variabel yang

dari matriks П terkointegrasi. Sedangkan uji kausalitas

r : Jumlah vektor dari vektor Granger standar memiliki kelemahan

kointegrasi pada hipotesis nol sering terjadi autokorelasi. Pengujian

Hipotesis yang digunakan dalam dilakukan untuk melihat hubungan

pengujian TS dan ME adalah: kausalitas dua arah (sisi permintaan dan

H0: r ≤ 0 :Tidak terdapat hubungan penawaran) ataupun hubungan

kointegrasi kausalitas satu arah antar variabel yang

H0: r ≤ 1 : Paling banyak terdapat satu dianalisa.

persamaan yang ∆PIt = µ1 + ∑𝑛1 𝑛2


𝑖=1 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑝 ∆PPt-

i + π1Zt1-i + et1...........................(7)
terkointegrasi
∆PPt = µ1 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑝 ∆PPt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-
H0: r ≤ n-1 : Paling banyak terdapat n-1
i + π1Zt1-i + et1...........................(8)
persamaan yang
∆PKt = µ2 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑘 ∆PKt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-
terkointegrasi
i + π2Zt2-i + et2............................(9)
Apabila uji statistik lebih besar
∆PIt = µ2 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑘 ∆PKt-
dibandingkan dengan critical value pada
i + π2Zt2-i + et2..........................(10)
tabel johansen maka H0 ditolak artinya
Penelitian ini menggunakan
terdapat hubungan kointegrasi.
metode Granger untuk menguji
Sedangkan pada penggunaan program
kausalitas. Hal tersebut dilakukan untuk
Eviews, pengambilan keputusan
menganalisis apakah pergerakan harga
dilakukan dengan melihat critical value
yang terjadi di sektor hulu merupakan
dan trace statistic. Jika trace statistic >
penentu utama pergerakan harga yang
critical value, maka persamaan dapat
terjadi di sektor hilir, atau sebaliknya.
dikatakan terkointegrasi (Enders, 2015).
Model Asimetris Harga
Sehingga hipotesis H0 ditolak yang
Penelitian ini bertujuan untuk
berarti terjadi kointegrasi.
mengkaji apakah terjadi asimetri dalam
transmisi harga antar lembaga yang

318 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


terlibat dalam rantai pemasaran bawang PKt : Harga bawang merah di tingkat
merah. Data yang digunakan antara lain konsumen pada hari ke-t (Rp/Kg)
rata-rata harga bawang merah pada PPt-1 : Harga bawang merah di tingkat
tingkat produsen dan konsumen di produsen pada hari sebelumnya
seluruh kabupaten yang ada di (Rp/Kg)
Indonesia, serta harga bawang merah di PIt-1 : Harga bawang merah di tingkat
tingkat pasar induk keramat jati (PKIJ), pasar induk pada hari
melalui pendekatan Error Correction sebelumnya (Rp/Kg)
Models (ECM) sebagai berikut : PKt-1 : Harga bawang merah di tingkat
Pada saat harga Produsen (PP) konsumen pada hari
memengaruhi harga Pasar Induk (PI) sebelumnya (Rp/Kg)

ΔPIt = α0 + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐼


− −
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝑃
− −
𝛥𝑃𝑃𝑡−𝑖 + αt : Intersep
𝐸𝐶𝑇 − +∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐼
+ +
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 +∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝑃
+ +
𝛥𝑃𝑃𝑡−𝑖 + ECT : Error correction term
𝐸𝐶𝑇 + +εt...........................................(11) ε : Error
Pada saat harga Pasar Induk (PI) Nilai ECT positif menunjukan
memengaruhi harga Produsen (PP) penyesuaian variabel dependen
ΔPPt = α0 + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝑃
− −
𝛥𝑃𝑃𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐼
− −
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 + terhadap perubahan variabel
𝐸𝐶𝑇 − +∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝑃
+ +
𝛥𝑃𝑃𝑡−𝑖 +∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐼
+ +
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 + independen saat penyimpangan harga
+
𝐸𝐶𝑇 +εt...........................................(12) berada diatas keseimbangannya.
Pada saat harga Pasar Induk (PI) Sementara nilai ECT negatif
memengaruhi harga Konsumen (PK) menunjukan penyesuaian variabel
ΔPKt = α0 + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐾
− −
𝛥𝑃𝐾𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐼
− −
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 +
dependen terhadap perubahan variabel
𝐸𝐶𝑇 − + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐾
+ +
𝛥𝑃𝐾𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐼
+ +
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 +
independen saat terjadi penyimpangan
𝐸𝐶𝑇 + + εt........................................... (13)
harga dibawah keseimbangannya.
Pada saat harga Konsumen (PK)
Transmisi harga dikatakan asimetris
memengaruhi harga Pasar Induk (PI)
ΔPIt = α0 + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐼
− −
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐾
− −
𝛥𝑃𝐾𝑡−𝑖 + apabila terdapat perbedaan yang nyata
𝐸𝐶𝑇 − + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑃𝐼
+ +
𝛥𝑃𝐼𝑡−𝑖 + ∑𝑛𝑖=0 𝛽𝑃𝐾
+ +
𝛥𝑃𝐾𝑡−𝑖 + antara nilai ECT positif dan ECT negatif,
𝐸𝐶𝑇 + + εt........................................... (14) dibuktikan secara statistik melalui uji
Dimana : Wald (Taubadel & Loy, 1996), dengan
PPt : Harga bawang merah di tingkat hipotesis sebagai berikut :
produsen pada hari ke-t (Rp/Kg) H0: π1 = π2
PIt : Harga bawang merah di tingkat H1: π1 ≠ π2
pasar induk pada hari ke-t (Rp/Kg)

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 319
Apabila tolak H0, berarti terdapat pasar induk bersumber dari info pangan
perbedaan penyesuaian deviasi jakarta.
kenaikan dan penurunan jangka HASIL DAN PEMBAHASAN
panjang dimana transmisi harga Pergerakan Harga Bawang Merah di
berjalan secara asimetris. Indonesia.
Wald Test Permasalahan stok yang
Uji Wald digunakan untuk disebabkan oleh produksi yang
membuktikan secara statistik terjadinya dilakukan secara musiman dan adanya
suatu transmisi harga yang berjalan konsentrasi wilayah produksi bawang
secara asimetris melalui uji keidentikan merah dapat menyebabkan adanya
koefisien. Pengujian hipotesis dilakukan fluktuasi harga. Gambar 8 menunjukan
dengan menggunakan F-test, dengan pergerakan harga bawang merah yang
hipotesis : terjadi di berbagai lembaga pemasaran
H0: ∑𝑛𝑖=1 𝛽 − = ∑𝑛𝑖=1 𝛽 +  Simetris pada yang terlibat, diantaranya adalah
jangka pendek produsen (petani), pasar induk, dan
H0: ect1 = ect2  Simetris pada jangka konsumen.
panjang Gambar 3 menunjukan bahwa
Penelitian menggunakan data harga harian bawang merah pada tahun
sekunder time series harian 1 Januari 2017 mengalami fluktuasi dengan pola
2017 s.d 31 Desember 2017 dengan pergerakan yang berbeda antara harga
pendekatan Error Correction Model produsen, pasar induk, maupun
(ECM) untuk menganalisis asimetri konsumen. Namun, kenaikan harga di
dalam transmisi harga bawang merah tingkat konsumen yang terjadi pada
antar lembaga yang terlibat dalam awal bulan Februari diikuti dengan
pemasaran bawang merah secara kenaikan harga di tingkat pasar induk
vertikal. Pengolahan data dilakukan dan produsen. Begitu pula dengan
dengan menggunakan Microsoft Excel penurunan harga yang terjadi di tingkat
2013 dan Eviews 9.0. Data harga konsumen pada awal bulan Maret, juga
bawang di tingkat produsen dan diikuti dengan adanya penurunan harga
konsumen bersumber dari Kementerian di tingkat pasar induk dan produsen.
Pertanian, sementara harga di tingkat Sejalan dengan penelitian Nuraeni et. al

320 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


(2015) yang menunjukkan bahwa ditingkat produsen, grosir dan eceran
tingkat fluktuasi harga bawang merah adalah tinggi dan tidak stabil.

Gambar 3. Pergerakan Harga Harian Bawang Merah Tingkat Produsen, Pasar


Induk, dan Konsumen di Indonesia, 2017
Sumber : Kementan (2017b) dan Info pangan Jakarta (2017)

Berdasarkan nilai Coefisien Tabel 2. Fluktuasi Harga Bawang


Variance (CV) harga bawang merah Merah Harian
harian yang terbentuk pada masing- Variabel Obs Harga Nominal

masing tingkat lembaga pemasaran Rata- Std CV


rata Dev
sepanjang tahun 2017 diketahui bahwa
Produsen 365 14 663 4 645 31.68
harga di tingkat produsen mengalami Pasar 365 18 710 4 904 26.21
fluktuasi paling tinggi (sebesar 31,68%) Induk

Konsumen 365 26 344 4 727 17.94


apabila dibandingkan dengan coefisien
variance dari harga di tingkat pasar
Nilai coefisien variance pada
induk maupun konsumen, dimana nilai
masing-masing lembaga pemasaran
coefisien variance yang terbentuk pada
tersebut menunjukan bahwa harga
level pasar induk dan konsumen
bawang merah yang terbentuk di tingkat
masing-masing adalah sebesar 26,21
produsen cenderung fluktuatif atau lebih
dan 17,94.
cepat berubah apabila dibandingkan
dengan harga yang terbentuk di tingkat
pasar induk dan konsumen. Atau

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 321
dengan kata lain, harga yang terbentuk kedua variabel. Hal tersebut sering
pada tingkat konsumen dan pasar induk terjadi pada saat kedua atau lebih data
cenderung lebih stabil apabila time series yang menunjukan
dibandingkan dengan harga produsen. karakteristik tren yang kuat dalam kurun
Fluktuasi harga bawang merah di waktu tertentu. Konsistensi data
tingkat produsen dipengaruhi oleh diperlukan untuk melihat dugaan bahwa
beberapa faktor, antara lain karena pola data bersifat non-stasioner.
produksi yang bersifat musiman Untuk mengetahui stasioneritas
sehingga akan memengaruhi data, pengujian dilakukan selama
ketersediaan bawang merah di bulan- beberapa kali untuk melihat pada
bulan tertentu, buruknya fasilitas kondisi mana data yang bersangkutan
penyimpanan, serta dipengaruhi oleh akan stasioner. Bila series data sudah
sifat perishable (mudah rusak dan cepat bersifat stasioner tanpa melakukan
busuk karena mengandung banyak air) differencing, maka dapat dikatakan data
yang umum dimiliki oleh komoditas tersebut stasioner pada kondisi level
pertanian. atau I(0). Namun bila series data
Transmisi Harga Bawang Merah Uji bersifat stasioner setelah dilakukan
Stasioneritas (unit root test) differencing pada turunan pertama,
Langkah pertama yang harus maka dapat dikatakan series data
dilakukan untuk menganalisis asimetri tersebut stasioner pada kondisi first
harga suatu komoditas adalah dengan difference atau integrasi pada order
menguji stasioneritas data time series pertama (1). Secara umum, apabila
harga, baik di tingkat produsen, pasar suatu data time series harus diturunkan
induk, maupun konsumen. Pengujian ini sebanyak d kali agar mencapai kondisi
dilakukan untuk melihat konsistensi stasioner, maka series data tersebut
pergerakan data time series, serta dapat dinotasikan dengan I(d) atau
mencegah terjadinya spurious dengan kata lain series data terintegrasi
regression atau keadaan dimana pada ordo ke -d.
sebuah regresi terhadap satu variabel Pengujian stasioneritas pada
terhadap variabel lainnya akan penelitian ini dilakukan dengan
menghasilkan nilai R2 yang tinggi, menggunakan augmented dickey fuller
namun pada kenyataanya tidak terdapat test (ADF test) dengan taraf nyata
hubungan ekonomi yang berarti antara sebesar 5%. Pengujian dilakukan

322 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


dengan menguji series data pada dikatakan stasioner apabila nilai
kondisi level terlebih dahulu. Namun augmented dickey fuller t statistic nya
apabila series data tidak stasioner pada lebih kecil daripada nilai kritis
kondisi level, maka pengujian akan MacKinnon. Hasil uji stasioneritas data
dilanjutkan pada kondisi first difference, harga bawang tingkat produsen, grosir,
dan seterusnya hingga mencapai dan konsumen pada kondisi level dan
kondisi stasioner pada series data yang first difference sebagaimana
bersangkutan. Selanjutnya, series data ditampilkan pada tabel 3

Tabel 3. Hasil Uji Stasioneritas Data


Harga Level First Difference
ADF test Prob. ADF test Prob.
Produsen -3.005** 0.035** -18.256 0.0000**
Pasar Induk -1.757 0.401 -23.182** 0.0000**
Konsumen -0.945 0.773 -13.323** 0.0000**

Keterangan: ** Stasioner pada taraf nyata 5%

Hasil pengujian stasioneritas pada Penentuan Lag Optimal


tabel 3 menunjukkan bahwa Penentuan lag optimum
berdasarkan nilai ADF test dapat bertujuan untuk melihat seberapa lama
disimpulkan bahwa variabel harga suatu variabel bereaksi terhadap
produsen stasioner pada level, variabel lain. Hasil penentuan lag
sementara variabel harga pasar induk optimum pada harga bawang merah di
dan harga konsumen stasioner pada tingkat produsen, pasar induk, dan
kondisi first difference. Adanya variabel konsumen adalah sebagaimana
yang tidak stasioner di tingkat ditampilkan pada tabel 4.
level mengindikasikan adanya Berdasarkan Schwarz Information
hubungan jangka panjang antar variabel Criterion (SIC) dan Hannan-Quinn
(kointegrasi). Maka perlu dilakukan uji information criterion (HQ) harga bawang
kointegrasi untuk memastikan merah di tingkat produsen, pasar induk,
keberadaan hubungan jangka panjang dan konsumen dapat bereaksi terhadap
antar variabel-variabel yang digunakan. variabel lain selama satu hari (-1).

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 323
Tabel 4. Hasil Uji Lag Optimum signifikasi hubungan linear secara
Kriteria statistik antar variabel, sehingga dapat
Lag LogR
SC HQ
dipastikan bahwa regresi persamaan
0 -10264.88 57.55570 57.53607
1 -9317.607 52.39705* 52.31855* yang dianalisis menjadi meaningfull dan
2 -9304.007 52.46904 52.33166 tidak spurious regression. Penelitian ini
3 -9290.246 52.54012 52.34387
4 -9279.327 52.62713 52.37201 menggunakan uji kointegrasi melalui
5 -9269.301 52.71914 52.40514 pendekatan Johansen cointegration
Ket: *Indikasi lag order berdasarkan kriteria
test. Dimana pengujian persamaan
Uji Kointegrasi dilakukan berdasarkan kriteria SC dan
Uji kointegrasi bertujuan untuk HQ, yaitu pada lag satu (-1) dengan
menganalisis adanya hubungan jangka asumsi yang dipilih adalah intercept (no
panjang (long run equilibrium) antar trend). Hasil uji kointegrasi pada
variabel yang digunakan dalam sebuah variabel harga bawang merah di tingkat
penelitian asimetris harga dengan produsen, pasar induk, dan konsumen
pendekatan error correction models adalah sebagaimana ditampilkan pada
(ECM). Uji kointegrasi pada analisis tabel 5.
integrasi pasar digunakan untuk melihat

Tabel 5. Hasil Uji Kointegrasi


Variabel Hipotesis Trace Critical Max-eigen Critical
Harga Nol Statistik Value (5%) Value Value (5%)
Produsen  Pasar None* 61.493 15.494 58.635 14.264
induk At most 1 2.858 3.841 2.858 3.841
Pasar induk  None* 21.182 15.494 18.103 14.264
Konsumen At most 1 3.078 3.841 3.078 3.841
Produsen  None* 31.354 15.494 26.723 14.264
Konsumen At most 1 4.630 3.841 4.630 3.841
Keterangan : * Tolak H0

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan kata lain hipotesis alternatif
nilai trace statistic dan max-eigen value yang menyatakan bahwa terdapat
pada r=1 lebih besar dibandingkan kointegrasi antar variabel tidak ditolak.
dengan critical value dengan tingkat Hasil Johansen Cointegration Test
signifikansi sebesar 5%. Sehingga H0 menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang menyatakan bahwa tidak ada jangka panjang yang signifikan pada
kointegrasi antar variabel ditolak. Atau seluruh variabel, dengan spesifikasi

324 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


model yang digunakan adalah no lebih lanjut perlu dilakukan analisis
deterministic tren dan menggunakan lag transmisi harga yang lebih lanjut lagi.
satu (-1). Uji Kausalitas
Hasil uji kointegrasi menyimpulkan Sebelum melakukan analisis
bahwa sepanjang tahun 2017 telah transmisi harga, terlebih dahulu akan
terjadi integrasi vertikal pada pasar dilakukan uji kausalitas yang bertujuan
bawang merah yang ada di Indonesia. untuk melihat hubungan antar lembaga
Sejalan dengan penelitian Mathusuthan yang terlibat dalam rantai pemasaran
(2017) yang menunjukan adanya bawang merah. Hasil uji kausalitas
kointegrasi dalam jangka panjang pada berfungsi untuk melihat pasar di tingkat
pasar bawang merah di tingkat petani mana saja yang memengaruhi
dan pedagang eceran. pembentukan harga pada rantai
Namun, berbeda dengan hasil pemasaran bawang merah. Penelitian
penelitian dari Dhewi (2008) yang ini bertujuan untuk melihat arah
menunjukan bahwa pembentukan transmisi harga secara vertikal, maka
harga yang terjadi antara petani dan perlu dilakukan uji kausalitas terhadap
pedagang eceran relatif terintegrasi tiga tingkat lembaga yang terlibat dalam
lemah. Dengan kata lain keeratan pemasaran bawang merah, yaitu
hubungan antara pasar di tingkat petani produsen, pasar induk, dan konsumen.
dengan pedagang eceran cenderung Hasil uji kausalitas dapat dilihat pada
lemah. Dimana pedagang pengepul tabel 6.
akan bertindak sebagai price maker Hasil estimasi Granger Causality
sementara petani akan bertindak dengan tingkat signifikan pada taraf
sebagai price taker sehingga nyata 5% sebagaimana ditampilkan
menyebabkan lemahnya bargaining pada tabel 6 memperlihatkan bahwa
power dari petani. dalam rantai pemasaran bawang
Annisa et. al (2018) menyatakan merah, harga di tingkat pasar induk
bahwa integrasi menunjukkan adanya mempunyai kekuatan untuk
saluran pemasaran yang efisien. Akan memengaruhi harga baik di tingkat
tetapi, suatu pasar yang terkointegrasi produsen maupun konsumen.
tidak menjamin bahwa transmisi harga Hubungan yang terbentuk antara
yang terjadi pada pasar tersebut sudah pasar induk dan produsen berlangsung
berjalan dengan sempurna. Untuk itu dua arah, dimana harga pasar induk

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 325
memengaruhi harga produsen, yang terbentuk di tingkat pasar induk
sebaliknya harga produsen juga akan juga akan dipengaruhi oleh harga di
memengaruhi harga pasar induk. Hal ini tingkat petani, contohnya ketika terjadi
sejalan dengan fakta di lapang bahwa musim panen maka harga di tingkat
harga yang terbentuk di tingkat petani pasar induk akan otomatis
cenderung akan dipengaruhi oleh harga menyesuaikan dengan harga yang
di tingkat pasar induk. Sebaliknya harga terbentuk di tingkat petani.

Tabel 6. Hasil Estimasi Granger Causality


Hubungan Jumlah Lag T-Statistik Prob
Produsen  Pasar induk 1 -2.222 0.026**
Pasar induk  Produsen 1 -7.243 0.000**
Konsumen  Pasar induk 1 -1.109 0.267
Pasar induk  Konsumen 1 -4.113 0.000**

Keterangan: (**) signifikan pada taraf nyata 5% ; () mempengaruhi

Sementara itu, uji kausalitas yang induk, maka akan diikuti pula dengan
terbentuk antara harga pasar induk kenaikan harga bawang merah di
dengan harga konsumen menunjukan tingkat konsumen.
hubungan satu arah, dimana harga Analisis Transmisi Harga
konsumen akan memengaruhi harga Analisis asimetri bertujuan untuk
pasar induk, sementara harga pasar melihat apakah transmisi harga yang
induk tidak memengaruhi harga berlangsung antar lembaga dalam
kosumen. Kustiari (2017) menyatakan rantai pemasaran bawang merah sudah
bahwa tidak terjadi kausalitas berlangsung secara efisien. Apabila
dikarenakan adanya market power dan transmisi harga berlangsung secara
kegagalan pasar. Hal tersebut juga simetris, maka shock (kenaikan/
sesuai dengan fakta di lapang yang penurunan) harga pada pasar acuan
menunjukan bahwa pedagang akan direspon serupa oleh pasar
pengecer akan menetapkan harga jual pengikut, baik dari sisi kecepatan
bawang merah berdasarkan harga beli maupun besarannya. Namun apabila
di pasar induk. Ketika terjadi kenaikan transmisi harga berlangsung secara
harga bawang merah di tingkat pasar asimetris, maka shock harga yang

326 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


terjadi pada pasar acuan tidak direspon menunjukan kondisi penyimpangan
dengan sempurna oleh pasar pengikut harga saat berada dibawah garis
baik dari sisi kecepatan maupun keseimbangan jangka panjang, dimana
besaran perubahan harganya. ketika terjadi kenaikan harga bawang
Penelitian ini menggunakan merah di pasar acuan dan tidak diikuti
pendekatan model dinamis Error dengan kenaikan harga di pasar
Correction Models (ECM) yang pengikut. Pergerakan harga dapat
dikembangkan oleh Von Cramon- dikatakan berada pada garis
Taubadel & Loy (1996) untuk keseimbangannya, apabila kenaikan
menganalisis dugaan asimetri pada atau penurunan harga yang terjadi di
transmisi harga bawang merah. Model salah satu tingkat akan diikuti oleh
ini secara umum memisahkan transmisi secara sempurna, baik besaran maupun
yang terjadi pada jangka pendek dan lamanya waktu penyesuaian oleh pasar
jangka panjang. Perbedaan transmisi di tingkat yang lainnya.
harga yang terjadi pada jangka pendek Pendekatan ECM yang
dan panjang dilihat berdasarkan nilai dikembangkan oleh Von Cramon-
koefisien variabel bebas dan nilai Taubadel & Loy (1996) untuk
koefisien dari Error Correction Term menganalisis asimetri pada transmisi
(ECT) nya. Apabila keduanya identik harga bawang merah dilakukan dengan
maka dapat disimpulkan telah terjadi memisahkan setiap variabel harga
transmisi harga asimetris pada rantai produsen, pasar induk, dan konsumen
pemasaran bawang merah. masing-masing menjadi positif dan
Koefisien ECT yang terdapat negatif. Perbedaan ini didasarkan pada
dalam model menggambarkan kondisi shock kenaikan atau penurunan harga.
ketidaksesuaian harga di salah satu Berdasarkan uji kausalitas yang telah
level dengan harga keseimbangannya. dilakukan sebelumnya, model asimetris
ECT+ menggambarkan kondisi yang terdapat dalam penelitian ini terdiri
penyimpangan harga saat berada diatas dari tiga bagian, yaitu antara harga
garis keseimbangan jangka panjang, pasar induk dengan produsen, harga
yaitu ketika terjadi penurunan harga produsen dengan pasar induk, dan
bawang merah di pasar acuan tidak harga konsumen dengan pasar induk.
diikuti dengan penurunan harga di pasar Hasil uji dari ketiga model asimetris
pengikut. Sementara itu ECT- tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 327
Hubungan jangka pendek akan Correction Term (ECT) dari masing-
dianalisis melalui masing-masing masing pasar. ECT + adalah kondisi
variabel independen yang signifikan dimana harga berada diatas garis
memengaruhi pembentukan harga di keseimbangan, yaitu ketika harga di
pasar acuan dengan melihat nilai pasar pengikut tidak ikut turun pada saat
probabilitasnya. Perbedaan nilai terjadi penurunan harga di pasar acuan.
koefisien dari masing-asing variabel Sedangkan ECT - adalah kondisi
mengindikasikan adanya perbedaan dimana harga berada dibawah garis
respon yang diberikan pasar pengikut keseimbangan, yaitu ketika kenaikan
akibat adanya guncangan (kenaikan/ harga di pasar acuan tidak disertai
penurunan) harga di pasar acuan. dengan kenaikan harga di pasar
Semakin identik nilai koefisien suatu pengikut. Sementara itu nilai koefisien
variabel akan menunjukkan adanya dari ECT menunjukan waktu
kesamaan respon akibat penurunan dan penyesuaian yang diperlukan bagi
kenaikan harga, atau semakin identik pasar pengikut untuk menaikan atau
nilai koefisien dari suatu variabel menurunkan harga sesuai dengan
menunjukan sifat simetris dalam harga yang terbentuk di pasar acuan
transmisi harga dari kedua pasar. agar dapat mencapai garis
Namun, untuk menduga adanya keseimbangan. Waktu penyesuaian
asimetri dalam suatu pasar diperkuat yang dibutuhkan untuk menyesuaikan
dengan menggunakan uji wald. harga dapat diketahui dengan
Sementara itu hubungan jangka mengalikan koefisien ECT dengan
panjang akan dianalisis melalui Error jumlah hari dalam setahun (365 hari).

Tabel 7. Hasil Estimasi Transmisi Harga


Variabel Produsen Variabel Pasar induk Variabel Pasar induk
  
Pasar induk Produsen Konsumen

Konstanta 8.917 Konstanta 9.518 Konstanta -160.817


(0.943) (0.964) (0.345)
∆ HI +t-1 -0.263 ∆ HP +t-1 -0.18 ∆ HK +t-1 -0.097
(0.002)*** (0.019)** (0.240)
∆ HI -t-1 -0.016 ∆ HP -t-1 0.064 ∆ HK -t-1 -0.221
(0.853) (0.419) (0.006)***
∆ HP + 0.145 ∆ HI + 0.400 ∆ HI + 0.136
(0.001)*** (0.003)*** (0.179)

328 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


Variabel Produsen Variabel Pasar induk Variabel Pasar induk
  
Pasar induk Produsen Konsumen

∆ HP - 0.117 ∆ HI - 0.349 ∆ HI - 0.125


(0.012)** (0.022)** (0.272)
∆ HP +t-1 0.001 ∆ HI +t-1 -0.002 ∆ HI +t-1 -0.011
(0.979) (0.990) (0.917)
∆ HP -t-1 -0.056 ∆ HI -t-1 -0.095 ∆ HI -t-1 -0.044
(0.218) (0.514) (0.688)
ECT +t-1 -0.078 ECT +t-1 -0.312 ECT +t-1 -0.069
(0.099)* (0.001)*** (0.095)**
ECT -t-1 -0.086 ECT -t-1 -0.365 ECT -t-1 -0.112
(0.120) (0.000)*** (0.018)**
R-adj 0.089 0.207 0.078
F-Statistic 5.465 12.885 4.851
(0.000) (0.000) (0.000)

Keterangan : (*) Signifikan pada taraf nyata 10% ( ) Probabilitas


(**) Signifikan pada taraf nyata 5% () Mempengaruhi
(***) Signifikan pada taraf nyata 1%

Pertama, terlebih dahulu akan menunjukan adanya perbedaan nilai


dijelaskan hasil analisis hubungan koefisien. Hal tersebut mengindikasikan
transmisi harga antara produsen-pasar adanya perbedaan respon harga pasar
induk. Pada jangka pendek, induk akibat guncangan (kenaikan/
berdasarkan signifikansi nilai penurunan) dari masing-masing variabel
probabilitasnya dapat diketahui bahwa yang signifikan memengaruhi harga di
pembentukan harga di tingkat pasar tingkat pasar induk.
induk akan dipengaruhi oleh kenaikan Sementara itu analisis jangka
harga bawang merah di tingkat pasar panjang pada hubungan transmisi harga
induk pada periode sebelumnya, serta produsen-pasar induk menunjukan
dipengaruhi pula oleh kenaikan dan adanya perbedaan signifikansi dari
penurunan harga bawang merah di ECT+ dan ECT–, dimana hanya ECT+
tingkat produsen pada saat ini. Variabel saja yang bernilai signifikan dengan
harga bawang di tingkat pasar induk koefisien sebesar -0.078. Artinya, harga
pada periode sebelumnya menunjukan berada diatas garis keseimbangan, yaitu
nilai koefisien yang berbeda antara ∆HI ketika harga di tingkat pasar induk tidak
+
t-1 dan ∆HI -
t-1 . Begitu juga dengan ikut turun pada saat terjadi penurunan
variabel harga di tingkat produsen, harga di tingkat produsen. Harga pasar
dimana ∆HP + dan ∆HP – juga induk perlahan-lahan akan ikut turun

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 329
menyesuaikan harga produsen dengan kenaikan harga yang terjadi di tingkat
waktu penyesuaian selama 28 hari. pasar induk.
Hasil analisis kedua menjelaskan Hasil analisis ketiga menjelaskan
hubungan transmisi harga yang terjadi hubungan transmisi harga yang terjadi
antara pasar induk-produsen. Pada antara pasar induk-konsumen.
jangka pendek diketahui bahwa faktor- Berdasarkan hasil analisis, diketahui
faktor yang memengaruhi perubahan bahwa pembentukan harga di tingkat
harga bawang merah di tingkat konsumen pada jangka pendek
produsen antara lain kenaikan harga dipengaruhi oleh penurunan harga
tingkat produsen periode sebelumnya, konsumen pada periode sebelumnya.
serta dipengaruhi oleh kenaikan dan Sementara pada analisis jangka
penurunan harga pasar induk periode panjang menunjukan bahwa ECT + dan
saat ini. Sementara itu hubungan jangka ECT– keduanya memiliki nilai
panjang dapat dilihat dari probabilitas probabilitas yang signifikan dengan
kedua ECT tersebut, baik ECT+ maupun koefisien masing-masing sebesar -
ECT– menunjukan nilai yang signifikan 0.069 dan -0.112. Koefisien ECT+
dengan koefisien masing-masing menunjukan waktu penyesuaian yang
sebesar -0.312 dan -0.365. Koefisien dibutuhkan bagi harga konsumen untuk
ECT+ menunjukan waktu yang turun hingga mencapai titik
dibutuhkan bagi harga produsen untuk keseimbangan adalah selama 25 hari.
menyesuaikan penurunan harga yang Sedangkan koefisien ECT– menunjukan
terjadi di tingkat pasar induk adalah waktu penyesuaian yang dibutuhkan
selama 113 hari atau sekitar 3 bulan. bagi harga konsumen untuk naik
Sementara ECT– menunjukan waktu mencapai titik keseimbangan adalah 40
yang diperlukan untuk menaikan harga hari lamanya.
di tingkat produsen akibat adanya Uji Wald
kenaikan harga di tingkat pasar induk Uji wald dilakukan terhadap
adalah selama 133 hari atau sekitar 4 masing-masing variabel, baik pada saat
bulan. Kedua kondisi tersebut terjadi guncangan positif maupun
mencerminkan perbedaan waktu negatif pada jangka pendek ataupun
penyesuaian, dimana harga di tingkat jangka panjang. Apabila dalam suatu
produsen akan lebih cepat merespon hubungan transmisi antar lembaga
penurunan harga dibandingkan dengan pemasaran terdapat variabel yang

330 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


memberikan respon berbeda terhadap cost. Asimetri pada jangka pendek dapat
guncangan positif dan negatif, yang dianalisis dengan memisahkan variabel
ditunjukan dengan ditolaknya hipotesis menjadi variabel positif dan negatif,
nol (signifikan), maka dapat dikatakan kemudian membandingkan keidentikan
telah terjadi asimetri dalam proses nilai koefisien dari keduanya.
transmisi harga di pasar tersebut. Selanjutnya transmisi harga dalam
Sebaliknya, apabila tidak terdapat jangka panjang dipengaruhi oleh
variabel yang memberikan respon adanya penyalahgunaan kekuatan
berbeda terhadap guncangan, yang pasar yang dimiliki oleh salah satu
ditunjukan dengan tidak adanya variabel pasar. Sama dengan analisis asimetri
yang signifikan, maka dapat dikatakan jangka pendek, analisis asimetri pada
transmisi harga pada kedua pasar jangka panjang dilihat dengan
tersebut berjalan secara simetri. memisahkan variabel ECT menjadi ECT
Yustiningsih (2012) menjelaskan positif dan ECT negatif, kemudian
bahwa transmisi harga dalam jangka membandingkan keidentikan nilai
pendek dipengaruhi oleh adjustment koefisien dari keduanya.

Tabel 8. Hasil Uji Wald


Hubungan Hipotesis Nol F-stat Prob.
∆HI+t-1 = ∆HI-t-1 3.343 0.068*
Produsen  Pasar induk ∆HP+ = ∆HP- 0.175 0.675
ECT+ = ECT- 0.125 0.723
∆HP+t-1 = ∆HP-t-1 4.540 0.034**
Pasar induk  Produsen ∆HI+ = ∆HI- 0.050 0.823
ECT+ = ECT- 0.125 0.724
∆HK+t-1 = ∆HK-t-1 0.978 0.323
Pasar induk  Konsumen
ECT+ = ECT- 0.308 0.579

Keterangan : (*) Signifikan pada taraf nyata 10%


(**) Signifikan pada taraf nyata 5%
(***) Signifikan pada taraf nyata 1%

Berdasarkan hasil uji wald (Tabel menunjukan hubungan yang berbeda,


8) diketahui bahwa transmisi harga dimana terjadi hubungan asimetris pada
antara pasar induk-produsen jangka pendek dan simetris pada

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 331
hubungan jangka panjang. Hal serupa Hasil penelitian transmisi harga
juga terjadi dalam transmisi harga bawang merah pada penelitian ini
antara pasar produsen-pasar induk. terdapat pada Tabel 9. Hasil tersebut
Sementara itu hubungan antara pasar menunjukan bahwa transmisi harga
induk-konsumen berlangsung secara bawang merah berlangsung secara
simetris dalam jangka pendek ataupun asimetri dalam jangka pendek pada
jangka panjang. saluran produsen dan pasar induk.
Hasil uji wald tersebut mendukung Artinya kenaikan harga yang terjadi di
uji secara deskriptif, yaitu adanya tingkat pasar induk tidak ditransmisikan
perbedaan respon akibat guncangan secara sempurna pada produsen.
positif dan negatif pada masing-masing Sementara itu transmisi harga bawang
variabel yang diamati. Hasil tersebut merah berlangsung simetris baik dalam
sejalan dengan penelitian yang jangka pendek maupun jangka panjang
dilakukan oleh Ruslan (2016), dimana pada saluran pemasaran antara pasar
transmisi harga bawang merah yang induk dan konsumen. Artinya baik
terjadi pada pasar produsen-pasar kenaikan maupun penurunan harga
induk akan bersifat asimetris dalam yang terjadi pada tingkat konsumen
jangka pendek, dan simetris dalam akan ditransmisikan secara sempurna
jangka panjang. Sementara itu transmisi pada harga pasar induk.
harga yang terjadi pada pasar pasar Hasil penelitian ini berbeda dengan
induk-konsumen baik pada jangka penelitian dari Ruslan (2016) yang
pendek maupun jangka panjang akan menunjukan bahwa pemasaran bawang
bersifat simetris. merah terjadi dengan tidak efisien
Tabel 9. Ringkasan Transmisi Harga antara daerah sentra produksi dengan
Bawang Merah di Indonesia daerah konsumen, terlihat dari transmisi
Hubungan Asimetris harga antar lembaga pemasaran yang
Jangka Jangka bersifat asimetris. Di mana pada
Pendek Panjang
hubungan produsen-grosir bersifat
Produsen  √ X
asimetris dalam jangka pendek,
Pasar Induk
Pasar Induk  √ X sedangkan hubungan grosir-pengecer
Produsen terjadi asimetri dalam jangka panjang.
Pasar Induk  X X Faktor-faktor yang memengaruhi
Konsumen
trasmisi harga menurut Conforti (2004)

332 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


adalah Biaya transportasi dan transaksi, harga yang terjadi pada tingkat pasar
Kekuatan pasar, Increasing returns to induk. Oleh karena itu, fluktuasi harga
scale pada produksi, Produk yang bawang merah cenderung dipengaruhi
homogeny dan differensiasi, Nilai tukar, oleh aktivitas di sektor hulu (On-farm).
dan Kebijakan dalam negeri suatu Hal tersebut disebabkan oleh produksi
negara. yang maksimal pada bulan-bulan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI tertentu saja, sehingga tidak menjamin
KEBIJAKAN ketersediaannya sepanjang tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Maka, diperlukan langkah teknis untuk
mengenai transmisi harga antar menjamin produksi yang kontinu
lembaga dalam rantai pemasaran sepanjang tahun, seperti dengan
bawang merah, dapat disimpulkan menyediakan benih yang adaptif
bahwa pergerakan harga bawang terhadap musim, teknologi pengolahan
merah berlangsung fluktuatif dengan lahan dengan penanganan pasca
pola pergerakan yang berbeda antara panen yang tepat, seperti penyimpanan
harga di tingkat produsen, pasar induk, kering (instore drying) yang dapat
dan konsumen sepanjang tahun 2017. membuat bawang merah bertahan
Berdasarkan nilai coefisien variance sampai dengan enam bulan.
(CV), harga di tingkat produsen Selain itu, analisis transmisi harga
cenderung lebih fluktuatif apabila menunjukkan sifat asimetri di tingkat
dibandingkan dengan harga di tingkat produsen dan pasar induk. Diperlukan
pasar induk dan konsumen. Sepanjang campur tangan pemerintah untuk
tahun 2017 transmisi harga bawang mengawasi rantai pemasaran,
merah menunjukkan bahwa telah khususnya pada saluran produsen dan
terjadi asimetri jangka pendek antara pasar induk. Langkah antisipatif lain
lembaga pemasaran baik dari tingkat yang dapat diambil pemerintah adalah
produsen ke tingkat pasar induk dan melalui penataan distribusi sentra
tingkat pasar induk ke tingkat produsen. produksi, distribusi hasil panen antar
Artinya dalam jangka pendek produsen wilayah. Selain itu pemerintah
tidak mendapatkan manfaat atas disarankan untuk mengawasi dan
kenaikan harga yang terjadi pada pasar mengevaluasi kebijakan yang berkaitan
induk. Sebaliknya, produsen tidak dengan harga bawang merah yang
mendapatkan manfaat dari kenaikan bertujuan untuk menjamin kecukupan

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 333
dan kelancaran distribusi bawang Gujarati, D. (2004). Basic Econometric.
New York (US): The McGraw-Hill
merah. Companies.
UCAPAN TERIMA KASIH Infopangan Jakarta. (2017). Statistik Harga
Pangan Per-Komoditas [online].
Terima kasih kepada semua
http://infopangan.jakarta.go.id/publik/
pihak yang telah membantu dalam report_commodity. Diakses 3 Januari
2018.
penyelesaian tulisan ini, semoga tulisan
Insyauddin, V. (2011). Dampak Kebijakan
ini dapat memberikan manfaat untuk Harga Dasar Gabah dan Tarif
Terhadap Permintaan dan
yang seluas-luasnya. Penawaran Beras di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Annisa, I, Asmarantaka, R W, Nurmalina R.
(2018). Efisiensi Pemasaran Bawang Irawan, B. (2007). Fluktuasi harga,
Merah (Kasus: Kabupaten Brebes, transmisi harga, dan marjin
Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Ilmiah pemasaran sayuran dan buah.
Manajemen . 8(2): 254-271. Analisis Kebijakan Pertanian. 5(4):
358-373.
Badan Pusat Stastistik. (2015).
Perkembangan Nilai tukar petani dan Kementan. (2016). Produksi dan Impor
Harga Produsen Gabah dan Beras. Bawang Merah DI Indonesia [online].
BPS : Jakrta (ID) http://epublikasi.setjen.pertanian.go.i
d/epublikasi/outlook/2015/Hortikultur
Badan Pusat Stastistik. (2017). PDB a/Outlook%20Bawang%20Merah%2
Triwulanan Atas Dasar Harga 02015/files/assets/common/downloa
Konstan 2010 Menurut Lapangan ds/Outlook%20Bawang%20Merah%
Usaha (Miliar Rupiah), 2014-2017. 202015.pdf.
BPS : Jakarta (ID) Diakses tanggal 8 Agustus 2018.
Conforti, P. (2004). Price Transmission in Kementan. (2017a). Harga Produsen
Selected Agricultural Markets. FAO Komoditas Sayuran (LHK-03) [online].
Commodity and Trade Policy http://aplikasi.pertanian.go.id/smshar
Research Working Paper No. 7. gakab/qrylaphar.asp. Diakses tanggal
Romeo: FAO 21 Desember 2017.
Dhewi, T, S. (2008). Analisis Efisiensi Kementan. (2017b). Harga Eceran
Bawang Merah di Kabupaten Komoditas Sayuran (LHK-04) [online].
Probolinggo. Jurnal Akuntansi http://aplikasi.pertanian.go.id/smshar
Manajemen Bisnis Sektor Publik. gakab/qrylaphar.asp. Diakses tanggal
4(3): 342-351. 25 Desember 2017.
Dirjen Hortikultura. (2014). Pedoman Kementan. (2018). Laporan Kinerja
Teknis Peningkatan Produksi, Direktorat Jenderal Hortikultura TA.
Produktivitas dan Mutu Produk 2017 [online].
Hortikultura Berkelanjutan Tahun http://sakip.pertanian.go.id/admin/dat
2014. Kementan : Jakarta (ID) a2/LAKIN%20HORTI%202017.pdf.
Enders, W. (2015). Applied Econometrics Diakses tanggal 9 Agustus 2018.
Time Series Fourth Edition. University Khaswarina, S, Mahrani, E, Nugroho, A.Z.
of Albama: United States. (2014). Analisis Saluran Pemasaran
Firdaus, M. (2011). Aplikasi Ekonometrika Produk Susu Bubuk Kedelai. Jurnal
untuk Data Panel dan Time Series. Penddikan Ekonomi dan Bisnis. 6(3):
IPB Press: Bogor (ID) 208-217.

334 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019


Kustiari, R. (2017). Perilaku Harga dan Sari, D.A.W, Santoso, E.B. (2016). Faktor-
Integrasi Pasar Bawang Merah di Faktor yang Mempengaruhi
Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi . Pengembangan Komoditas
32(5):77-87. Hortikultura di Kawasan Agropolitan
Ngawasondat Kabupaten Kediri.
Mathusuthan, M, K, Sooriyakumar, K, A.
Jurnal Teknik ITS. 5(1).
(2017). A measure of marketing
price transmission in the red onion Simatupang, P. (1999). Industrialisasi
market of Sri Lanka. International pertanian sebagai strategi agribisnis
Journal of Environmental and dan pembangunan pertanian dalam
Agricultural Research (IJOEAR). era globalisasi. dalam dinamika
3(8): 82-87 inovasi ekonomi dan kelembagaan
pertanian. Pusat Penelitian Sosial
Nuraeni, D, Anindita, R, Syafrial. (2015).
Ekonomi Pertanian: Bogor (ID)
Analisis Variasi Harga dan Integrasi
Pasar Bawang Merah di Jawa Barat. Taubadel, V, C. dan Meyer J. (2002).
Habitat. 26(3): 163-172. Asymmetric Price Transmission: Fact
or Artefact?. Institut für
Pagala, M, A, Y, Handayani, Kalaba Y.
Agrarökonomie der Universität
(2017). Analisis Struktur Pasar
Göttingen.
Bawang Merah Varietas Lembah
Palu di Kabupaten Sigi. 24(2): 128- Vavra, P, Goodwin, BK. (2005). Analysis of
137 price transmission along food chain.
Working Papers OECD Food
Paranata A, Umam A, T. (2015). Pengaruh
Agriculture and Fisheries. OECD
Harga Bawang Merah terhadap
Publishing.
Produksi Bawang Merah di Jawa
Tengah. Journal of Economics and Von Cramon-Taubadel, S., and Loy, J. P.
policy. 8(1): 36-44 (1996). Price Asymmetry in the
international wheat market: comment.
Ruslan, J, A, Firdaus, M. (2016). Transmisi
Canadian Journal of Agricultural
harga asimetri dalam rantai pasok
Economics, 44,311-317
bawang merah dan hubungannya
dengan impor di Indonesia: studi Yustiningsih, F. (2012). Analisa Integrasi
kasus di Brebes dan Jakarta. Buletin Pasar dan Transmisi Harga Beras
Ilmiah Litbang Perdagangan. 10(1): Petani-Konsumen di Indonesia
103-128. [Thesis]. Jakarta(ID): Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia

Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 335
336 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019

Anda mungkin juga menyukai