Abstrak
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang strategis dan bernilai
ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pemasaran (transmisi)
dan asimetri harga bawang merah di Indonesia. Analisis asimetri harga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Error Correction Models (ECM). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa telah terjadi asimetri harga yang berarti bahwa transmisi harga atau harga yang
diteruskan antara lembaga pemasaran. Hal ini disebabkan karena transmisi harga
berlangsung secara tidak sempurna akibat adanya inefisiensi pasar baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam hal ini produsen tidak mendapat manfaat atas kenaikan harga
di tingkat konsumen dan konsumen tidak mendapat manfaat atas penurunan harga di tingkat
produsen. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya campur tangan pemerintah untuk
mengawasi rantai pemasaran sampai ke pasar induk. Pemerintah perlu menata distribusi
sentra produksi, distribusi hasil panen antar wilayah, serta mengawasi dan mengevaluasi
kebijakan harga bawang merah. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menjamin
kecukupan dan kelancaran distribusi bawang merah.
Kata Kunci: Asimetri, Bawang Merah, ECM, Transmisi Harga.
Abstract
Shallot is one of the strategic horticultural commodities and has a high economic value. This
study aims to analyze marketing (transmission) efficiency and asymmetry of the price shallots
in Indonesia. Price asymmetry analysis is performed using the Error Correction Models (ECM)
approach. The results showed that there had been price asymmetry which meant that the
transmission of prices or prices were passed on between marketing institutions. This is due to
the imperfect transmission of prices due to market inefficiencies both in the short and long
term. In this case producers do not benefit from price increases at the consumer level and
consumers do not benefit from price decreases at the producer level. The result of this
research recommend the need for government intervention to oversee the marketing chain to
the wholesale market. The government needs to organize the distribution of production
centres, distribution of harvests between regions, and oversee and evaluate the shallot price
policy. These policies aim to ensure the adequacy and smooth distribution of shallots.
Key words : Asymmetry, ECM, Price Transmission, Shallot.
JEL Classification : Q11, Q12, Q13
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 309
sektor hortikultura memiliki kontribusi merah berkontribusi meningkatkan
positif terhadap indikator ekonomi inflasi.
makro, konstribusi subsektor Bawang merah (Allium
hortikultura terhadap PDB sektor ascalonicum) merupakan tanaman
pertanian adalah sebesar 14,54% atau semusim yang dikembangkan sebagai
terbesar ke-empat setelah tanaman komoditas sayuran dataran rendah
perkebunan, tanaman pangan, dengan jumlah lahan terluas dan
perikanan, dan peternakan (BPS, 2017). merupakan komoditas yang masuk
Terhitung nilai PDB subsektor dalam kebijakan pemantapan
hortikultura pada tahun 2016 adalah kedaulatan pangan dengan target
sebesar 130,8 triliun rupiah dan peningkatan produksi dan stabilisasi
diproyeksikan mengalami peningkatan harga yang bertujuan untuk
menjadi sebesar 139,5 triliun rupiah di meningkatkan kesejahteraan pelaku
tahun 2017 (BPS, 2017). usaha yang terlibat didalamnya.
Sayuran merupakan salah satu Peningkatkan kesejahteraan hidup
tanaman hortikultura yang memiliki dapat memperkecil kesenjangan antar
tingkat permintaan tinggi. Kondisi ini wilayah (Sari & Eko, 2016). Rancangan
dipengaruhi oleh semakin tingginya Pembangunan Jangkah Menengah
kesadaran masyarakat terhadap (RPJMN) 2015-2019 mencanangkan
komoditas sayuran yang bukan hanya sasaran pembangunan hortikultura ke
dianggap sebagai bahan pangan, tetapi depan adalah untuk menjamin
juga berperan penting dalam kesehatan kestabilan produksi cabai dan bawang
(Dirjen Hortikultura, 2014). Salah merah serta mengembangkan
satu komoditas unggulan subsektor komoditas hortikultura yang bernilai
sayuran pada sektor tanaman positif dan berdaya saing (Kementan,
hortikultura di Indonesia adalah 2018).
bawang merah. Upaya peningkatan Komoditas bawang merah dari sisi
produksi bawang merah telah menjadi produsen memiliki peluang pasar yang
perhatian pemerintah sejak tahun 2014, besar karena banyaknya permintaan
sehingga produksi komoditas tersebut bawang merah yang digunakan sebagai
mendapat perhatian lebih dari Direktorat bumbu untuk konsumsi rumah tangga,
Jenderal hortikultura. Hal tersebut bahan baku pada industri pengolahan,
disebabkan karena komoditas bawang dan sebagai komoditi ekspor. Selain itu,
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 311
kentang. Rata-rata produksi bawang kembali meningkat di tahun 2016 dan
merah pada periode 2012-2017 adalah terus mengalami peningkatan hingga
sebesar 1.23 juta ton, jumlah tersebut tahun 2017. Produksi bawang merah
relatif lebih besar apabila dibandingkan didominasi oleh 10 provinsi yang
dengan jumlah produksi dari cabai rawit memiliki luas lahan panen lebih dari
dengan rata-rata jumlah produksi hanya 1000 Ha. Peningkatan setiap tahunnya
sebesar 834 ribu ton di periode yang sepanjang periode 2012-2017.
sama. Sementara itu dari sisi konsumsi, jumlah
Tabel 1. Fluktuasi Produksi dan konsumsi bawang merah mengalami
Konsumsi Bawang Merah fluktuasi dengan tren positif pada
dan Cabai Rawit, 2012-2017 periode 2012-2017.
Bawang Merah Konsumen bawang merah
Produksi Konsumsi
Tahun
Keterangan menyebar merata di seluruh wilayah
(Ton/Th) (Ton/Th)
Indonesia, sementara itu produksi
2012 964195 687711 ES
bawang merah hanya terkonsentrasi di
2013 1010773 520195 ES
beberapa wilayah saja. Berdasarkan
2014 1233984 634511 ES
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 313
pemasokan barang sesuai dengan dapat menjadi pendorong bagi petani
kebutuhan penawaran dan permintaan untuk melakukan pekerjaannya. Disisi
pasar. Berdasarkan hal tersebut dapat lain, bagi konsumen harga
dikatakan pedagang memiliki dua merepresentasikan nilai dari suatu
peran, yaitu sebagai konsumen antara barang yang memberikan manfaat dan
bagi petani (menurunkan permintaan kepuasan bagi keinginanannya.
konsumen kepada petani) dan produsen Penelitian Simatupang (1999)
antara bagi konsumen (meneruskan menyatakan bahwa fluktuasi harga yang
penawaran petani kepada konsumen). terjadi pada komoditas hortikultura
Sistem pemasaran dikatakan seringkali lebih merugikan petani
efisien apabila dapat memberikan daripada pedagang. Hal tersebut
kepuasan maksimum bagi produsen, disebabkan karena petani tidak dapat
konsumen, dan pelaku pemasaran mengatur waktu penjualan agar dapat
dengan penggunaan sumber ekonomi memperoleh keuntungan yang lebih
yang serendah-rendahnya. Salah satu tinggi. Selain itu fluktuasi harga yang
indikator utama yang sering digunakan tinggi dapat memberikan kesempatan
dalam mengkaji efisiensi pemasaran lebih kepada pedagang agar dapat
adalah transmisi harga. Transmisi memanipulasi informasi harga di tingkat
harga menurut Conforti (2004) petani, sehingga transmisi harga yang
merupakan studi analisis mengenai terjadi antara pasar konsumen dan
bagaimana sebuah harga dapat petani akan bersifat asimetri. Artinya,
memengaruhi pasar, baik secara jika terjadi kenaikan harga di tingkat
spasial (perbedaan geografis) maupun konsumen maka kenaikan harga
vertikal (dilihat dari rantai tersebut tidak diteruskan kepada petani
pemasarannya). secara cepat dan sempurna. Sebaliknya
Harga menjadi indikator penting apabila terjadi penurunan harga di
untuk mengukur efisiensi perdagangan tingkat konsumen, maka penurunan
suatu komoditas, karena dapat harga tersebut akan diteruskan kepada
menggambarkan perilaku pasar disetiap petani secara cepat dan sempurna.
lembaga pemasaran (Pagala et. al. Selain itu, terdapat hubungan negatif
2017). antara jumlah produksi dan harga
Insyauddin (2011) menyatakan bawang merah, semakin tinggi produksi
harga merupakan ukuran penting yang bawang merah maka harga bawang
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 315
untuk menganalisis transmisi harga oleh terlebih dahulu dilakukan uji pre-
Taubadel & Meyer (2002). Taubadel & estimasi yang berfungsi untuk
Meyer (2002) membandingkan memeriksa stasioneritas data deret
beberapa model ekonometrika yang waktu dengan menggunakan
dapat digunakan untuk menganalisis Augmented Dickey Fuller (ADF). Data
asimetri harga, dengan yang stasioner memiliki mean, variance,
membandingkan keberadaan unit roots dan covariance yang konstan sepanjang
dan kointegrasi dalam dua data series waktu (Gujarati, 2004). Data yang tidak
harga. Kemudian dihasilkan suatu stasioner ditunjukkan dengan adanya
kesimpulan bahwa pendekatan Houck, perubahan mean, variance, dan
ECM, VECM merupakan jenis model covariance sejalan perubahan waktu.
ekonometrika yang dinyatakan valid Gujarati (2004) juga menyatakan
untuk menguji pola transmisi harga bahwa data time series yang tidak
pada data yang tidak stasioner namun stasioner (mengandung unit roots)
terkointegrasi. dapat menyebabkan spurious
Konsep ECM digunakan untuk regression. Oleh karena itu, salah satu
menganalisis transmisi harga asimetri cara yang dapat digunakan untuk
dengan melihat signifikansi mendeteksi kestasioneran data dan
penyimpangan (error) dari suatu model menghindari masalah spurious
keseimbangan jangka panjang. Pada regression dapat dilakukan dengan
konsep kointegrasi, apabila terdapat menggunakan uji stasioneritas. Adapun
pergerakan harga yang menyimpang formulasi model uji ADF adalah sebagai
maka akan dikategorikan sebagai Error berikut:
Correction Term (ECT) (Vavra & 𝑗
Pt = α0 + γPt-1 + ∑𝑖=1 𝛼𝑖 P𝑡−𝑖 + εt ...........(1)
Goodwin, 2005). Teknik pre-kointegrasi
𝑗
ΔPt = α0 + γPt-1 + ∑𝑖=1 𝛼𝑖 ΔP𝑡−𝑖 + εt ...........(2)
untuk analisa transmisi harga asimetri
dapat menghasilkan regresi yang Pt dalam persamaan (1)
spurious karena series yang tidak merupakan persamaan dari variabel
stasioner. yang stasioner pada tahap level,
Sebelum masuk ke dalam uji sementara ΔPt dalam persamaan (2)
utama, untuk menganalisa adanya diatas merupakan persamaan turunan
asimetri dalam transmisi harga bawang pertama atau first difference (Yt-Yt-1) dari
merah antar lembaga pemasaran, variabel-variabel yang diuji. Dimana t
SIC (k) = T ln (
𝑆𝑆𝑅(𝑘)
) + n ln (T).........(3) eigenvalue/ME (persamaan (6) untuk
𝑇
melihat hubungan jangka panjang.
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 317
λtrace = -T ∑𝑛𝑖=𝑘+1(1 − 𝜆𝑖 )......(5) Uji kausalitas bertujuan untuk
λmax (r,r + 1) = -T ln (1-𝜆𝑟+1)…….......(6) memastikan arah hubungan sebab-
Dimana : akibat antar variabel yang diuji.
k : 0, 1, . . . . , n-1 Penelitian ini menggunakan uji
T : Jumlah observasi yang digunakan kausalitas Engle-Granger, karena dapat
i + π1Zt1-i + et1...........................(7)
terkointegrasi
∆PPt = µ1 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑝 ∆PPt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-
H0: r ≤ n-1 : Paling banyak terdapat n-1
i + π1Zt1-i + et1...........................(8)
persamaan yang
∆PKt = µ2 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑘 ∆PKt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-
terkointegrasi
i + π2Zt2-i + et2............................(9)
Apabila uji statistik lebih besar
∆PIt = µ2 + ∑𝑛1 𝑛2
𝑖=1 𝛽𝑝𝑖 ∆PIt-i + ∑𝑖=0 𝛽𝑝𝑘 ∆PKt-
dibandingkan dengan critical value pada
i + π2Zt2-i + et2..........................(10)
tabel johansen maka H0 ditolak artinya
Penelitian ini menggunakan
terdapat hubungan kointegrasi.
metode Granger untuk menguji
Sedangkan pada penggunaan program
kausalitas. Hal tersebut dilakukan untuk
Eviews, pengambilan keputusan
menganalisis apakah pergerakan harga
dilakukan dengan melihat critical value
yang terjadi di sektor hulu merupakan
dan trace statistic. Jika trace statistic >
penentu utama pergerakan harga yang
critical value, maka persamaan dapat
terjadi di sektor hilir, atau sebaliknya.
dikatakan terkointegrasi (Enders, 2015).
Model Asimetris Harga
Sehingga hipotesis H0 ditolak yang
Penelitian ini bertujuan untuk
berarti terjadi kointegrasi.
mengkaji apakah terjadi asimetri dalam
transmisi harga antar lembaga yang
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 319
Apabila tolak H0, berarti terdapat pasar induk bersumber dari info pangan
perbedaan penyesuaian deviasi jakarta.
kenaikan dan penurunan jangka HASIL DAN PEMBAHASAN
panjang dimana transmisi harga Pergerakan Harga Bawang Merah di
berjalan secara asimetris. Indonesia.
Wald Test Permasalahan stok yang
Uji Wald digunakan untuk disebabkan oleh produksi yang
membuktikan secara statistik terjadinya dilakukan secara musiman dan adanya
suatu transmisi harga yang berjalan konsentrasi wilayah produksi bawang
secara asimetris melalui uji keidentikan merah dapat menyebabkan adanya
koefisien. Pengujian hipotesis dilakukan fluktuasi harga. Gambar 8 menunjukan
dengan menggunakan F-test, dengan pergerakan harga bawang merah yang
hipotesis : terjadi di berbagai lembaga pemasaran
H0: ∑𝑛𝑖=1 𝛽 − = ∑𝑛𝑖=1 𝛽 + Simetris pada yang terlibat, diantaranya adalah
jangka pendek produsen (petani), pasar induk, dan
H0: ect1 = ect2 Simetris pada jangka konsumen.
panjang Gambar 3 menunjukan bahwa
Penelitian menggunakan data harga harian bawang merah pada tahun
sekunder time series harian 1 Januari 2017 mengalami fluktuasi dengan pola
2017 s.d 31 Desember 2017 dengan pergerakan yang berbeda antara harga
pendekatan Error Correction Model produsen, pasar induk, maupun
(ECM) untuk menganalisis asimetri konsumen. Namun, kenaikan harga di
dalam transmisi harga bawang merah tingkat konsumen yang terjadi pada
antar lembaga yang terlibat dalam awal bulan Februari diikuti dengan
pemasaran bawang merah secara kenaikan harga di tingkat pasar induk
vertikal. Pengolahan data dilakukan dan produsen. Begitu pula dengan
dengan menggunakan Microsoft Excel penurunan harga yang terjadi di tingkat
2013 dan Eviews 9.0. Data harga konsumen pada awal bulan Maret, juga
bawang di tingkat produsen dan diikuti dengan adanya penurunan harga
konsumen bersumber dari Kementerian di tingkat pasar induk dan produsen.
Pertanian, sementara harga di tingkat Sejalan dengan penelitian Nuraeni et. al
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 321
dengan kata lain, harga yang terbentuk kedua variabel. Hal tersebut sering
pada tingkat konsumen dan pasar induk terjadi pada saat kedua atau lebih data
cenderung lebih stabil apabila time series yang menunjukan
dibandingkan dengan harga produsen. karakteristik tren yang kuat dalam kurun
Fluktuasi harga bawang merah di waktu tertentu. Konsistensi data
tingkat produsen dipengaruhi oleh diperlukan untuk melihat dugaan bahwa
beberapa faktor, antara lain karena pola data bersifat non-stasioner.
produksi yang bersifat musiman Untuk mengetahui stasioneritas
sehingga akan memengaruhi data, pengujian dilakukan selama
ketersediaan bawang merah di bulan- beberapa kali untuk melihat pada
bulan tertentu, buruknya fasilitas kondisi mana data yang bersangkutan
penyimpanan, serta dipengaruhi oleh akan stasioner. Bila series data sudah
sifat perishable (mudah rusak dan cepat bersifat stasioner tanpa melakukan
busuk karena mengandung banyak air) differencing, maka dapat dikatakan data
yang umum dimiliki oleh komoditas tersebut stasioner pada kondisi level
pertanian. atau I(0). Namun bila series data
Transmisi Harga Bawang Merah Uji bersifat stasioner setelah dilakukan
Stasioneritas (unit root test) differencing pada turunan pertama,
Langkah pertama yang harus maka dapat dikatakan series data
dilakukan untuk menganalisis asimetri tersebut stasioner pada kondisi first
harga suatu komoditas adalah dengan difference atau integrasi pada order
menguji stasioneritas data time series pertama (1). Secara umum, apabila
harga, baik di tingkat produsen, pasar suatu data time series harus diturunkan
induk, maupun konsumen. Pengujian ini sebanyak d kali agar mencapai kondisi
dilakukan untuk melihat konsistensi stasioner, maka series data tersebut
pergerakan data time series, serta dapat dinotasikan dengan I(d) atau
mencegah terjadinya spurious dengan kata lain series data terintegrasi
regression atau keadaan dimana pada ordo ke -d.
sebuah regresi terhadap satu variabel Pengujian stasioneritas pada
terhadap variabel lainnya akan penelitian ini dilakukan dengan
menghasilkan nilai R2 yang tinggi, menggunakan augmented dickey fuller
namun pada kenyataanya tidak terdapat test (ADF test) dengan taraf nyata
hubungan ekonomi yang berarti antara sebesar 5%. Pengujian dilakukan
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 323
Tabel 4. Hasil Uji Lag Optimum signifikasi hubungan linear secara
Kriteria statistik antar variabel, sehingga dapat
Lag LogR
SC HQ
dipastikan bahwa regresi persamaan
0 -10264.88 57.55570 57.53607
1 -9317.607 52.39705* 52.31855* yang dianalisis menjadi meaningfull dan
2 -9304.007 52.46904 52.33166 tidak spurious regression. Penelitian ini
3 -9290.246 52.54012 52.34387
4 -9279.327 52.62713 52.37201 menggunakan uji kointegrasi melalui
5 -9269.301 52.71914 52.40514 pendekatan Johansen cointegration
Ket: *Indikasi lag order berdasarkan kriteria
test. Dimana pengujian persamaan
Uji Kointegrasi dilakukan berdasarkan kriteria SC dan
Uji kointegrasi bertujuan untuk HQ, yaitu pada lag satu (-1) dengan
menganalisis adanya hubungan jangka asumsi yang dipilih adalah intercept (no
panjang (long run equilibrium) antar trend). Hasil uji kointegrasi pada
variabel yang digunakan dalam sebuah variabel harga bawang merah di tingkat
penelitian asimetris harga dengan produsen, pasar induk, dan konsumen
pendekatan error correction models adalah sebagaimana ditampilkan pada
(ECM). Uji kointegrasi pada analisis tabel 5.
integrasi pasar digunakan untuk melihat
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan kata lain hipotesis alternatif
nilai trace statistic dan max-eigen value yang menyatakan bahwa terdapat
pada r=1 lebih besar dibandingkan kointegrasi antar variabel tidak ditolak.
dengan critical value dengan tingkat Hasil Johansen Cointegration Test
signifikansi sebesar 5%. Sehingga H0 menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang menyatakan bahwa tidak ada jangka panjang yang signifikan pada
kointegrasi antar variabel ditolak. Atau seluruh variabel, dengan spesifikasi
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 325
memengaruhi harga produsen, yang terbentuk di tingkat pasar induk
sebaliknya harga produsen juga akan juga akan dipengaruhi oleh harga di
memengaruhi harga pasar induk. Hal ini tingkat petani, contohnya ketika terjadi
sejalan dengan fakta di lapang bahwa musim panen maka harga di tingkat
harga yang terbentuk di tingkat petani pasar induk akan otomatis
cenderung akan dipengaruhi oleh harga menyesuaikan dengan harga yang
di tingkat pasar induk. Sebaliknya harga terbentuk di tingkat petani.
Sementara itu, uji kausalitas yang induk, maka akan diikuti pula dengan
terbentuk antara harga pasar induk kenaikan harga bawang merah di
dengan harga konsumen menunjukan tingkat konsumen.
hubungan satu arah, dimana harga Analisis Transmisi Harga
konsumen akan memengaruhi harga Analisis asimetri bertujuan untuk
pasar induk, sementara harga pasar melihat apakah transmisi harga yang
induk tidak memengaruhi harga berlangsung antar lembaga dalam
kosumen. Kustiari (2017) menyatakan rantai pemasaran bawang merah sudah
bahwa tidak terjadi kausalitas berlangsung secara efisien. Apabila
dikarenakan adanya market power dan transmisi harga berlangsung secara
kegagalan pasar. Hal tersebut juga simetris, maka shock (kenaikan/
sesuai dengan fakta di lapang yang penurunan) harga pada pasar acuan
menunjukan bahwa pedagang akan direspon serupa oleh pasar
pengecer akan menetapkan harga jual pengikut, baik dari sisi kecepatan
bawang merah berdasarkan harga beli maupun besarannya. Namun apabila
di pasar induk. Ketika terjadi kenaikan transmisi harga berlangsung secara
harga bawang merah di tingkat pasar asimetris, maka shock harga yang
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 327
Hubungan jangka pendek akan Correction Term (ECT) dari masing-
dianalisis melalui masing-masing masing pasar. ECT + adalah kondisi
variabel independen yang signifikan dimana harga berada diatas garis
memengaruhi pembentukan harga di keseimbangan, yaitu ketika harga di
pasar acuan dengan melihat nilai pasar pengikut tidak ikut turun pada saat
probabilitasnya. Perbedaan nilai terjadi penurunan harga di pasar acuan.
koefisien dari masing-asing variabel Sedangkan ECT - adalah kondisi
mengindikasikan adanya perbedaan dimana harga berada dibawah garis
respon yang diberikan pasar pengikut keseimbangan, yaitu ketika kenaikan
akibat adanya guncangan (kenaikan/ harga di pasar acuan tidak disertai
penurunan) harga di pasar acuan. dengan kenaikan harga di pasar
Semakin identik nilai koefisien suatu pengikut. Sementara itu nilai koefisien
variabel akan menunjukkan adanya dari ECT menunjukan waktu
kesamaan respon akibat penurunan dan penyesuaian yang diperlukan bagi
kenaikan harga, atau semakin identik pasar pengikut untuk menaikan atau
nilai koefisien dari suatu variabel menurunkan harga sesuai dengan
menunjukan sifat simetris dalam harga yang terbentuk di pasar acuan
transmisi harga dari kedua pasar. agar dapat mencapai garis
Namun, untuk menduga adanya keseimbangan. Waktu penyesuaian
asimetri dalam suatu pasar diperkuat yang dibutuhkan untuk menyesuaikan
dengan menggunakan uji wald. harga dapat diketahui dengan
Sementara itu hubungan jangka mengalikan koefisien ECT dengan
panjang akan dianalisis melalui Error jumlah hari dalam setahun (365 hari).
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 329
menyesuaikan harga produsen dengan kenaikan harga yang terjadi di tingkat
waktu penyesuaian selama 28 hari. pasar induk.
Hasil analisis kedua menjelaskan Hasil analisis ketiga menjelaskan
hubungan transmisi harga yang terjadi hubungan transmisi harga yang terjadi
antara pasar induk-produsen. Pada antara pasar induk-konsumen.
jangka pendek diketahui bahwa faktor- Berdasarkan hasil analisis, diketahui
faktor yang memengaruhi perubahan bahwa pembentukan harga di tingkat
harga bawang merah di tingkat konsumen pada jangka pendek
produsen antara lain kenaikan harga dipengaruhi oleh penurunan harga
tingkat produsen periode sebelumnya, konsumen pada periode sebelumnya.
serta dipengaruhi oleh kenaikan dan Sementara pada analisis jangka
penurunan harga pasar induk periode panjang menunjukan bahwa ECT + dan
saat ini. Sementara itu hubungan jangka ECT– keduanya memiliki nilai
panjang dapat dilihat dari probabilitas probabilitas yang signifikan dengan
kedua ECT tersebut, baik ECT+ maupun koefisien masing-masing sebesar -
ECT– menunjukan nilai yang signifikan 0.069 dan -0.112. Koefisien ECT+
dengan koefisien masing-masing menunjukan waktu penyesuaian yang
sebesar -0.312 dan -0.365. Koefisien dibutuhkan bagi harga konsumen untuk
ECT+ menunjukan waktu yang turun hingga mencapai titik
dibutuhkan bagi harga produsen untuk keseimbangan adalah selama 25 hari.
menyesuaikan penurunan harga yang Sedangkan koefisien ECT– menunjukan
terjadi di tingkat pasar induk adalah waktu penyesuaian yang dibutuhkan
selama 113 hari atau sekitar 3 bulan. bagi harga konsumen untuk naik
Sementara ECT– menunjukan waktu mencapai titik keseimbangan adalah 40
yang diperlukan untuk menaikan harga hari lamanya.
di tingkat produsen akibat adanya Uji Wald
kenaikan harga di tingkat pasar induk Uji wald dilakukan terhadap
adalah selama 133 hari atau sekitar 4 masing-masing variabel, baik pada saat
bulan. Kedua kondisi tersebut terjadi guncangan positif maupun
mencerminkan perbedaan waktu negatif pada jangka pendek ataupun
penyesuaian, dimana harga di tingkat jangka panjang. Apabila dalam suatu
produsen akan lebih cepat merespon hubungan transmisi antar lembaga
penurunan harga dibandingkan dengan pemasaran terdapat variabel yang
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 331
hubungan jangka panjang. Hal serupa Hasil penelitian transmisi harga
juga terjadi dalam transmisi harga bawang merah pada penelitian ini
antara pasar produsen-pasar induk. terdapat pada Tabel 9. Hasil tersebut
Sementara itu hubungan antara pasar menunjukan bahwa transmisi harga
induk-konsumen berlangsung secara bawang merah berlangsung secara
simetris dalam jangka pendek ataupun asimetri dalam jangka pendek pada
jangka panjang. saluran produsen dan pasar induk.
Hasil uji wald tersebut mendukung Artinya kenaikan harga yang terjadi di
uji secara deskriptif, yaitu adanya tingkat pasar induk tidak ditransmisikan
perbedaan respon akibat guncangan secara sempurna pada produsen.
positif dan negatif pada masing-masing Sementara itu transmisi harga bawang
variabel yang diamati. Hasil tersebut merah berlangsung simetris baik dalam
sejalan dengan penelitian yang jangka pendek maupun jangka panjang
dilakukan oleh Ruslan (2016), dimana pada saluran pemasaran antara pasar
transmisi harga bawang merah yang induk dan konsumen. Artinya baik
terjadi pada pasar produsen-pasar kenaikan maupun penurunan harga
induk akan bersifat asimetris dalam yang terjadi pada tingkat konsumen
jangka pendek, dan simetris dalam akan ditransmisikan secara sempurna
jangka panjang. Sementara itu transmisi pada harga pasar induk.
harga yang terjadi pada pasar pasar Hasil penelitian ini berbeda dengan
induk-konsumen baik pada jangka penelitian dari Ruslan (2016) yang
pendek maupun jangka panjang akan menunjukan bahwa pemasaran bawang
bersifat simetris. merah terjadi dengan tidak efisien
Tabel 9. Ringkasan Transmisi Harga antara daerah sentra produksi dengan
Bawang Merah di Indonesia daerah konsumen, terlihat dari transmisi
Hubungan Asimetris harga antar lembaga pemasaran yang
Jangka Jangka bersifat asimetris. Di mana pada
Pendek Panjang
hubungan produsen-grosir bersifat
Produsen √ X
asimetris dalam jangka pendek,
Pasar Induk
Pasar Induk √ X sedangkan hubungan grosir-pengecer
Produsen terjadi asimetri dalam jangka panjang.
Pasar Induk X X Faktor-faktor yang memengaruhi
Konsumen
trasmisi harga menurut Conforti (2004)
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 333
dan kelancaran distribusi bawang Gujarati, D. (2004). Basic Econometric.
New York (US): The McGraw-Hill
merah. Companies.
UCAPAN TERIMA KASIH Infopangan Jakarta. (2017). Statistik Harga
Pangan Per-Komoditas [online].
Terima kasih kepada semua
http://infopangan.jakarta.go.id/publik/
pihak yang telah membantu dalam report_commodity. Diakses 3 Januari
2018.
penyelesaian tulisan ini, semoga tulisan
Insyauddin, V. (2011). Dampak Kebijakan
ini dapat memberikan manfaat untuk Harga Dasar Gabah dan Tarif
Terhadap Permintaan dan
yang seluas-luasnya. Penawaran Beras di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Annisa, I, Asmarantaka, R W, Nurmalina R.
(2018). Efisiensi Pemasaran Bawang Irawan, B. (2007). Fluktuasi harga,
Merah (Kasus: Kabupaten Brebes, transmisi harga, dan marjin
Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Ilmiah pemasaran sayuran dan buah.
Manajemen . 8(2): 254-271. Analisis Kebijakan Pertanian. 5(4):
358-373.
Badan Pusat Stastistik. (2015).
Perkembangan Nilai tukar petani dan Kementan. (2016). Produksi dan Impor
Harga Produsen Gabah dan Beras. Bawang Merah DI Indonesia [online].
BPS : Jakrta (ID) http://epublikasi.setjen.pertanian.go.i
d/epublikasi/outlook/2015/Hortikultur
Badan Pusat Stastistik. (2017). PDB a/Outlook%20Bawang%20Merah%2
Triwulanan Atas Dasar Harga 02015/files/assets/common/downloa
Konstan 2010 Menurut Lapangan ds/Outlook%20Bawang%20Merah%
Usaha (Miliar Rupiah), 2014-2017. 202015.pdf.
BPS : Jakarta (ID) Diakses tanggal 8 Agustus 2018.
Conforti, P. (2004). Price Transmission in Kementan. (2017a). Harga Produsen
Selected Agricultural Markets. FAO Komoditas Sayuran (LHK-03) [online].
Commodity and Trade Policy http://aplikasi.pertanian.go.id/smshar
Research Working Paper No. 7. gakab/qrylaphar.asp. Diakses tanggal
Romeo: FAO 21 Desember 2017.
Dhewi, T, S. (2008). Analisis Efisiensi Kementan. (2017b). Harga Eceran
Bawang Merah di Kabupaten Komoditas Sayuran (LHK-04) [online].
Probolinggo. Jurnal Akuntansi http://aplikasi.pertanian.go.id/smshar
Manajemen Bisnis Sektor Publik. gakab/qrylaphar.asp. Diakses tanggal
4(3): 342-351. 25 Desember 2017.
Dirjen Hortikultura. (2014). Pedoman Kementan. (2018). Laporan Kinerja
Teknis Peningkatan Produksi, Direktorat Jenderal Hortikultura TA.
Produktivitas dan Mutu Produk 2017 [online].
Hortikultura Berkelanjutan Tahun http://sakip.pertanian.go.id/admin/dat
2014. Kementan : Jakarta (ID) a2/LAKIN%20HORTI%202017.pdf.
Enders, W. (2015). Applied Econometrics Diakses tanggal 9 Agustus 2018.
Time Series Fourth Edition. University Khaswarina, S, Mahrani, E, Nugroho, A.Z.
of Albama: United States. (2014). Analisis Saluran Pemasaran
Firdaus, M. (2011). Aplikasi Ekonometrika Produk Susu Bubuk Kedelai. Jurnal
untuk Data Panel dan Time Series. Penddikan Ekonomi dan Bisnis. 6(3):
IPB Press: Bogor (ID) 208-217.
Volatilitas Harga Bawang Merah ..., Sahara, Mei Hardianti Utari, Zulva Azijah | 335
336 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.13 NO.2, DESEMBER 2019