Anda di halaman 1dari 12

KETAHANAN PANGAN CABE MERAH (Capsicum annuum L.

)
DENGAN SISTEM PAKET TEKNOLOGI INTENSIF DAN CARA BIASA
DALAM SISTEM TUMPANG SARI

Food security of red cabe (capsicum annuum l.)


With the technology intensive package system and the use of the tumpang sari system

Budi Prastia, Hasnelly

Program Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muara Bungo


Kampus 1 Jl. Lintas Sumatera KM.06 Sungai Binjai- Muara Bungo 37215
Email : prastiabudi_umb@yahoo.com
Artikel Diterima 30 Agustus 2021, disetujui 15 September 2021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah yang produksin y a m en in gk a t
dan sehat serta bebas dari hama penyakit, sehingga peningkatan sumber daya manusia tersebut dapat
membudayakan budidaya cabai merah yang berdaya saing. Setiap variabel percobaan teknologi t erd iri d a ri 1 0
tanaman cabai merah. Tanaman cabai kelompok 1 menerapkan paket teknologi budidaya intensif da n t a n aman
cabai kelompok II menggunakan teknologi biasa, sehingga setelah tanam dihitung ada perbedaan pertu m b uh an
dan hasil.Penelitian dilakukan di lahan petani di Dusun Tanah Tumbuh, Kecamatan Tanah Tumbuh. Kabupat e n
Bungo. Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan di darat, dengan ketinggian 119 m di atas permukaan laut. Secara
umum termasuk beriklim tropis, memiliki suhu udara berkisar antara 24 C - 31 C , kelembaban 50% - 80%
dengan rata -rata curah hujan bulanan 179 - 279 mm pada bulan basah dan 68-106 mm pada bulan kering. .
Intensitas cahaya 185 lux - 2000 hingga 1538 lux x 2000. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2020
hingga Februari 2021. Target yang ingin dicapai adalah diperolehnya varietas cabai yan g tumbuh dan bebas dari
hama penggulung daun cabai, dengan tanaman yang sehat. Mengetahui cara budidaya tanaman cabai bebas
penyakit dengan perbaikan teknik budidaya. Dan bermanfaat untuk memperkaya bahan ajar tanaman
hortikultura. Penelitian ini dilakuka n dengan menggunakan desain uji-T untuk membedakan kedua rata -rata
tersebut, pada taraf signifikansi 0,05%. Penerapan paket teknologi intensif dapat dijadikan pedo m an b u d id aya
tanaman cabai merah yang mampu bersaing untuk mencapai ketahanan pangan cabai me rah karena memberikan
pertumbuhan dan hasil cabai merah yang lebih baik dibandingkan teknologi biasa untuk parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produksi tanaman cabai merah. Pada tanaman Da y ak , p a k et t ek n olo gi
intensif berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun d an b o b o t u m b i
hasil.

Kata kunci : Ketahanan pangan cabai merah, teknologi budidaya intensif, teknologi biasa, bawang dayak

PENDAHULUAN Ketahanan pangan adalah kondisi


terpenuhinya pangan bagi negara sampai
Kecukupan pangan dan gizi dengan perseorangan yang tercermin dari
merupakan salah satu faktor yang sangat tersedianya pangan yang cukup, baik
penting dalam menentukan kualitas jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
sumber daya manusia. Di sisi lain, kualitas bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
sumber daya manusia juga sangat bertentangan dengan agama, keyakinan,
menentukan dalam peningkatan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup
produktivitas dan daya saing bangsa dalam sehat, aktif, dan produktif secara
era persaingan global seperti saat ini. Oleh berkelanjutan (UU No 18 Tahun 2012).
karena itu, ketahanan pangan selalu Produksi cabai merah nasional
menjadi isu strategis dan fundamental selama periode 2008 – 2012 cenderung
dalam perkembangan pembangunan yang terus meningkat dengan laju pertumbuhan
berkesinambungan (Sutrisno, 2014). rata-rata 9,79% per tahun. Pada tahun 2012

17
produksi cabai merah mencapai sekitar produktivitas dan pendapatan petani yang
1,66 juta ton. Sumber pertumbuhan optimal karena terjadinya efisiensi
produksi cabai adalah pertumbuhan luas produksi ( Syuryawati dan Faesal, 2014 ).
panen yang juga cenderung meningkat Budidaya cabai merah menjanjikan
dengan laju rata-rata 2,97% per tahun dan keuntungan yang besar tetapi tidak jarang
peningkatan produktivitas rata-rata 6,83% petani cabai merah menemui kegagalan
per tahun. Dengan demikian, selama dan kerugian. Permintaan akan cabai tidak
periode tersebut pertumbuhan produksi sepanjang tahun dapat terpenuhi.
cabai hampir 70% disokong oleh Untuk keberhasilan dalam
pertumbuhan produktivitas dan 30% dari usahatani cabai merah selain diperlukan
pertumbuhan luas panen. Daerah-daerah keterampilan dan modal yang cukup, juga
produsen cabai merah di wilayah Jawa banyak faktor yang perlu diperhatikan
sebagai pusat produksi cabai terutama seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit,
adalah Jawa Timur (37,7%), disusul oleh cara bercocok tanam, pengendalian OPT
Jawa Barat (32,0%) dan Jawa Tengah dan penanganan pasca panen. Peningkatan
(23,6%). Meskipun produksi cabai rata- produksi dan produktivitas cabai merah
rata per tahun meningkat sangat cepat, secara nyata hanya dapat dilakukan dengan
harga cabai seringkali berfluktuasi karena inovasi teknologi baru dan perencanaan
produksi bersifat musiman, dimana harga tanam yang tepat. Terobosan inovasi
turun pada musim panen dan harga naik di teknologi baru dapat difokuskan pada
luar musim panen. Untuk stabilisasi penggunaan benih. unggul lokal dan
pasokan dan harga cabai, perlu dilakukan hibrida tersertifikasi, teknologi pemupukan
perbaikan manajemen serta teknologi secara lengkap dan berimbang,
produksi (Bappenas, 2013). penggunaan pupuk organik
Kegiatan pertanian terutama terstandardisasi dan penggunaan kapur
tanaman cabe dapat dijadikan mata sebagai unsur pembenah tanah, teknologi
pencaharian yang menghasilkan pengendalian hama dan penyakit secara
keuntungan. Komoditas hortikultura juga terpadu, serta penanganan pasca panen
sayur seperti kol, kentang, tomat, dan yang prima. Perencanaan tanam harus
cabai sejak lama telah dibudidayakan oleh didasarkan pada dinamika permintaan
petani karena produk ini dibutuhkan pasar menurut tujuan dan segmen pasar,
hampir oleh setiap lapisan masyarakat serta preferensi konsumen (Saptana dkk,
seperti menu hidangan sehari-hari ( 2013).
Anggono T H , 2010 ). Ada tiga hal yang menjadi kendala
Produksi cabe merah di Indonesia utama pada Cabai :
masih rendah. Rata-rata produktivitas Defisiensi/kekurangan unsur hara
nasional hanya 6,7 t/ha (Sumarni dan sekunder/mikro seperti: Magnesium ( Mg
Muharam, 2005), sedangkan di Sumatera ), Sulfur ( S ), Calsium (Ca), Silica ( Si
Barat rata - ratanya hanya 4,56 t/ha, jauh )Boron ( B ), Zink ( Zn ) dan Cuprum ( Cu
lebih rendah dari potensi hasil yang dapat ) sering disalah artikan sebagai serangan
dicapai yaitu 12-20 t/ha apabila tanaman penyakit dan ketika dipakai berbagai
cabai dipelihara secara intensif (Duriat, fungisida ternyata tidak memperbaiki dari
2004). Salah satu faktor penyebab gejala yang muncul. Defisiensi ini ditandai
rendahnya produksi cabai adalah dengan banyak gejala, daun menguning
penerapan teknologi budidaya yang kurang sebahagian atau semua, pertumbuhan
tepat sehingga pertumbuhan tanaman tidak kuncup/tunas terhenti dan jika berlanjut
optimal serta tingginya serangan hama dan daun akan mati atau gugur, daun memutih
penyakit. Pendekatan pengelolaan dan menggulung kedalam, pertumbuhan
tanaman secara terpadu (PTT) merupakan tunas terhambat, tepi daun muda
suatu upaya yang mampu memberikan mengalami klorosis, buah muda banyak

18
yang gugur dan masak sebelum waktunya, untuk memberi kondisi lingkungan yang
warna buah tidak sempurna atau terlihat menguntungkan sehingga tanaman tetap
busuk pada bagian bawah buah serta tumbuh dengan baik dan mampu
kurang tahan terhadap hama dan penyakit. memberikan hasil atau produksi yang
Dan untuk mengatasi Hal tersebut maka maksimal. Dalam hal ini, pemeliharaan
pupuk lah tanaman dari awal dengan NPK tanaman sangatlah penting, karena
plus Mg, S, Ca, Si, Cu, Zn dan B. merupakan salah satu faktor penentu
Kemudian waktu mupuk dengan cara dalam produktivitas tanaman. Semakin
kocor dicampur tetap campur NPK ( 4-5 baik cara pemeliharaan tanamannya, maka
Kg ) plus Mg, S dan Ca ( 20% dari total semakin tinggi pula produktivitas tanaman
NPK ) + Si, Mn, Cu, Zn dan B ( total 10% dan begitu juga sebaliknya. Pemeliharaan
dari total NPK ). tanaman cabai dilakukan selama masa
Penyakit “Kriting” atau dikenal pertumbuhan tanaman cabai sampai masa
juga sebagai penyakit ” Virus kuning atau panen, meliputi pemupukan, pengairan,
virus Gemini ” atau “penyakit bulai”. perompesan, pemasangan ajir, penyiangan,
Adalah penyakit yang disebabkan oleh dan pengendalian OPT ( Swastika
Virus Gemini yang ditularkan melalui .S.,dkk,2017).
serangga vektor yaitu kutu daun ( Aphids, METODE PENELITIAN
Thrips, Mite dan Kutu kebul ). Dan Alat dan Bahan
biasanya menyerang tanaman Cabai, Bahan yang digunakan adalah benih
Tomat, Tembakau dan lain lain. Gejala cabai varietas Kawat, pupuk daun (
serangan adalah ditemui nya daun muda Seprint, pupuk kandang ayam, Fungisida
atau pucuk tanaman berubah jadi kuning, Berosal dengan bahan aktiff Karbendazin
tulang daun menebal, daun menggulung, 50%, untuk mengatasi penyakit bercak
mengecil dan tidak berimbang. Maka daun cabai, Insektisida Curacron berbahan
untuk menghindari virus ini adalah dengan aktif Prefonofos 500 g/l, untuk mengatasi
mengendalikan kutu daunnya dengan hama lalat buah yang menyebabkan buah
memakai Tridamex 36 EC + Trisagra 30 busuk dan gugur, Insektisida Dangke 40
EC masing2 1 ml/liter air atau memakai WP dengan bahan aktif metomil 40 %
Trizin 35 WP 1 g/liter air + Trisagra 30 EC untuk mengatasi Hama ulat Grayak dan
1 ml/liter air. Untuk pecegahan diaplikasi ulat buah cabai, Abu dapur untuk
1 x seminggu mulai tanaman umur 2 dicampur dengan tanah di pesemaian dan
minggu setelah tanam. Jika sudah ada di pertanaman, Bibit Bawang Dayak,
serangan aplikasi 1 x 3 hari Benih Bawang Merah,Pupuk NPK, Pupuk
Penyakit Antraknose / Patek /Cacar TSP.
/ Krapak/ Busuk kering yg umum Alat yang dipakai meliputi cangkul,
menyerang Cabai, Tomat, Bawang dll Jika parang, ember, ajir, hands sprayer, bambu,
ini terjadi pada lahan/kebun petani cerdas, gembor, timbangan, Nampan plastik
maka dapat dikendalikan dengan Bendas sebagai wadah panen, mistar, buku, pena
50 WP 1 g/ ltr + Tridazol 300 EC 0,75 Tahapan Penelitian
ml/lter air atau + Tridazeb 80 WP 1 g/ ltr Persiapan Benih
atau Bendas 50 WP 1 g/ ltr + Tricure 430 Benih dibeli di toko pertanian yaitu
SC 2 ml/liter air. Kombinasi fungisida ini varietas unggul dengan nama varietas
juga bisa diandalkan untuk mengendalikan kawat,
Phytopthora sp, Altenaria dan Cercospora. Pengolahan Tanah
Untuk pencegahan cukup dipakai 1x Lahan pesemaian diolah (
seminggu. dicangkul ), setelah itu diberi abu dapur
(https://ganiapetanicerdas.com/2017). diatas tanah tersebut dan diberi kapur
Pemeliharaan tanaman adalah dibiarkan selama 1 minggu. Berikutnya
semua tindakan manusia yang bertujuan bibit disemai di lahan persemaian.selama 2

19
minggu, disiram setiap hari lalu ditanam tanaman berumur 2 bulan , mulai tanaman
dilahan , dengan cara dicabut di pesemaian diserang penyakit bercak daun
lalu ditanam 2 batang/lobang. Dibuat (Cercospora Capsici), maka disemprot
bedengan, lebar 1,25 m x 2,50 m dengan Fungisida Berosal dengan bahan
(panjang), tinggi 30 cm, untuk perlakuan aktiff Karbendazin 50%,, dengan dosis 2
paket teknologi intensif dan untuk gram / l air, disemprat keseluruh daun
teknologi cara biasa. Diberi pupuk bagian atas dan bawah , cabang dan
kandang ayam tabur merata kedua batang sampai basah, tetapi pengendalian
perlakuan, Setelah itu, diberi abu dapur penyakit bercak daun ini, harus juga
ditabur diata stanah, Perlakuan paket diimbangi dengan pemberian pupuk daun (
teknologi diberi pengapuran sesuai dosis Seprint ) dengan dosis 2cc /l air. Dilakukan
yang ditentukan. Kemudian dibiarkan apabila gejala serangan menunjukan harus
selama 3 hari. diatasi. Pengendalian juga dilakukan pada
Penanaman hama busuk buah yang menyebabkan buah
Bibit cabai yang berumur 3 minggu gugur akibat serangan lalat buah
dipindahkan dan ditanam kelahan dikendalikan dengan menggunakan
penelitian dengan jarak tanam 50 cm x 50 Insektisida Curacron 40 WP, disemprot
cm, ditanam 2 jalur dalam satu bedengan, keseluruh daun, buah, batang dan cabang
sehingga ada 10 tanaman setiap bedengan sampai basah.
baik perlakuan paket teknologi intensif dan Perawatan
teknologi cara biasa. Pada bedeng paket a. Penyiraman
teknologi intensif digunakan sistem tanam Penyiraman dilakukan setiap
tumpang sari yaitu ditanam diantara hari dari pesemaian sampai
tanaman cabai tanaman bawang dayak masa panen, penyiraman tidak
dengan jarak tanam 70 cm dalam barisan dilakukan ketika hari hujan.
Pemupukan b. Penyiangan
Setelah tanaman berumur 1 bulan Penyiangan gulma dilakukan
maka diberi pupuk NPK yang dicairkan diareal pertanaman cabe yang
dengan air dan disiram ke tanah dekat diteliti, dengan melihat hika
pangkal batang sesuai dosis yang gulma sudah tumbuh dan mulai
ditentukan. Pupuk NPK susulan diberikan mengganggu tanaman. Lebih
sekali lagi dipermukaan tanah satu sendok kurang 2 minggu sekali.
makan pada umur 2,5 bulan diberikan pada c. Penggemburan tanah
kedua perlakuan. Kemudian diberikan Tanah kalau sudah padat
pupuk daun ketika tanaman cabe berumur diareal pertanaman maka
1,5 bulan, mulai menunjukan gejala dilakukan pengemburan
penyakit bercak daun, disemprot keseluruh bersamaan mencabut rumput
daun permukaan atas dan bawah sampai atau gulma yang ada dan tanah
basah, sebanyak 4 kali selang waktu 2 yang digembur ditimbun ke
minggu sekali, sampai waktu panen. pangkal batang
Pupuk TSP diberikan ketika tanaman d. Pemasangan Ajir
sudah mulai berbunga dan waktu berbuah Setelah tanaman cabe berbunga
sesuai dosis yang ditentukan, yaitu pada dan berbuah maka dipasang ajir
waktu tanaman berumur 3 bulan. untuk penyokong batang
Pengendalian Hama Penyakit tanaman cabai agar tidak roboh
Pengendalian hama dan penyakit karena angin atau iar hujan.
dilakukan pada semua tanaman cabe yang
diteliti baik perlakuan paket teknologi dan
cara biasa,supaya penelitian tetap berjalan
lancar dan data dapat diperoleh. Setelah

20
Rancangan Percobaan Tabel 1. Tinggi Tanaman Cabai Merah ( dalam
cm) dengan menggunakan paket
Penelitian menggunakan rancangan teknologi Intensif dibandingkan
teknologi petani.
Uji T untuk membedakan dua buah mean,
Tanaman Tek intensif Tek
pada level significant 0,05 %. Dalam uji t sampel Petani
untuk membedakan 2 buah mean perlu
1 38 27
dihitung standar error dari beda.
Rumusnya adalah : 2 45 29
3 41 31
4 60 34
5 45 40

Sx1 + x2 = SS1 + SS2 x 1 + 1 6 55,5 34


7 54,7 39
n1 + n2 - 2 n1 n2
8 64,5 41
( Nasir, M. 1988 ) 9 38,4 37
10 42,5 38
Total 484,6 351,5
Apakah terdapat perbedaan antara mean
dari pertumbuhan dan hasil cabai tersebut. Rata -rata 48,5 35,2
Maka diperlukan bentuk hipotesa
yangdirumuskan yaitu :
Tabel t significant 0,05 % = 2,101
H0 : u1 > u2 dengan HA : u1 <
u2 Kesimpulan : t hit 3,9613 > 2,101 t
tabel hasil ternyata tinggi tanaman paket
teknologi intensif berbeda nyata dibanding
teknologi petani ,maka hipotesis H 0
Besar sampel ,yitu : n1, n2
diterima HA ditolak.
Penggunaan paket teknologi
Rumus uji t statistik adalah insentif ternyata menunjukan hasil tinggi
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan
t = X1 - X2 cara biasa. Hal ini diduga dengan lebih
Banyaknya teknis budidaya yang
S x1-x2 diterapkan dapat lebih menambahkan
Bandingkan harga t dicari dengan harga t kecepatan ttinggi tanaman cabai yang
tabel dan tarik kesimpulan diteliti. Beberapa teknis yang berpengaruh
antara lain adalah teknik pengapuran,
HASIL DAN PEMBAHASAN pemasangan mulsa alami, sistem tanam
tumpang sari, pemeliharaan yang ekstra
Tinggi Tanaman Cabai Merah intensif yaitu penyiraman setiap hari, jika
Dari Hasil uji t diperoleh bahwa tidak hujan, pengendalian hama penyakit
penggunaan paket teknologi menunjukan yang rutin dan berkesinambungan sampai
beda nyata dibandingkan teknologi petani akhir panen.
pengaruhnya terhadap tinggi tanaman Buckman dan Brady (1982)
cabai merah. Hasil uji t ditampilkan pada dalam Subhan (1994 ), berpendapat bahwa
tabel 1. pengapuran untuk mengatasi pengaruh
buruk oleh kemasaman tanah yang tinggi
merupakan salah satu cara yang sudah

21
lama dikenal dan diterapkan. Dengan Tanaman Tek intensif Tek
tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampel Petani
sampai tingkat yang tidak membahayakan 1 114 28
bagi pertumbuhan tanaman. Untuk 2 114 56
mengatasi pH yang rendah dilakukan
3 162 82
pengapuran seperti menggunakan kapur
kapur dolomit ( Ca Mg ( CO3) 2 ), kapur 4 110 82
kapur dolomit mengandung 47 % kalsium 5 114 56
oksida dan magnesium .
6 52 56
Grafik rerata tinggi tanaman cabe
dengan penerapan teknologi intensif dan 7 134 62
cara biasa dapat dilihat pada Gambar 1. 8 76 32
9 75 28
10 95 56
60
50 Total 1046 538
40 Rata-rata 104,6 53,8
30
20 T Biasa
10
0
T Tabel t significant 0,05 % = 2,101
Intensif
Kesimpulan : t hit 4,312 > t tabel 0,05 hasil
ternyata berbeda nyata, hipotesis H 0 diterima HA
ditolak.

Hasil pencarian t hitung


Gambar 1. Kecepatan pertumbuhan tanaman cabe
menunjukkan bahwa perlakuan paket
dengan penerapan Teknologi
Intensif dan cara Biasa teknologi intensif berpengaruh nyata
terhadap jumlah cabang produktif cabai
merah dibanding cara biasa. Hal ini
disebabkan paket teknologi yang diberikan
Dari pola perbedaan tinggi
cukup tepat terutama pada teknik
tanaman ( cm ) pada ( Gambar 1), pemupukan NPK lewat tanah dan pupuk
terlihat bahwa penerapan teknologi
daun yang diberikan lewat daun. Menurut
intensif memberikan pertumbuhan
Jiwen ( 2012 ) fungsi Nitrogen ( N ) bagi
tanaman yang lebih tinggi
tumbuhan adalah mempercepat
dibandingkan cara biasa. Pada pertumbuhan tanaman, menambah tinggi
berbagai umur tanaman. tanaman, merangsang pertunasan,
Jumlah Cabang Produksi memperbaiki kualitas, terutama kandungan
Dari Hasil uji t diperoleh bahwa proteinnya menyediakan bahan makanan
penggunaan paket teknologi menunjukan bagi mikroba Nitrogen diserap dalam
beda nyata dibandingkan teknologi petani tanah berbentuk ion Nitrat atau Amonium.
pengaruhnya terhadap jumlah cabang Kemudian didalam tumbuhan bereaksi
produksi tanaman cabai merah. Hasil uji t dengan karbon membentuk asam amino
ditampilkan pada tabel 3. selanjutnya berubah menjadi protein
berguna untuk pertumbuhan. Nitrogen
Tabel 3. Jumlah Cabang Produksi terkandung dalam senyawa organik utama
Tanaman Cabai Merah ( dalam diantaranya dalam protein, klorofil dan
cabang) dengan menggunakan asam nukleat. Unsur Nitrogen yang
paket teknologi Intensif
tersedia bagi tanaman sangat mudah hilang
dibandingkan teknologi petani.
dari larutan tanah, untuk memenuh

22
kebutuhan Nitrogen tanaman , X2 = ∑ X2 = 433 = 43,3
penambahan Nitrogen melalui pemupukan N2 10
harus diberikan dalam jumlah yang sesuai
agar bernilai ekonomi. T = 100 - 43,3 = 5,8907

Hasil Panen Cabe Merah ( gram) 9,6252

Dari hasil panen cabai mulai panen Tabel t significant 0,05 % = 2,101
pertama pada umur 3 bulan pada tanggal Kesimpulan : t hit > t tabel 0,05 hasil
10 bulan November 2019 sampai panen ternyata berbeda nyata, hipotesis H 0
terakhir tanggal 10 bulan februari 2020 , diterima HA ditolak.
selama tiga bulan tersebut dapat dilakukan
panen sebanyak 25 – 30 kali panen dengan Dari hasil t hitung dperoleh
range panen 3- 5 hari sekali., hingga cabai perlakuan paket teknologi intensif
berumur 6 bulan, pada 10 sampel masing- memberikan hasil panen cabai yang lebh
masing perlakuan diperoleh data. signifcan dibandngkan cara biasa. Hal ini
diduga dengan lebih banyaknya perlakuan
Tabel 4. Hasil Panen Tanaman Cabai Diberi
Perlakuan pada Paket Teknologi
teknik yang diterapkan semakin membuat
Budidaya Imtensif dan Cara Biasa hasil panen cabai nya lebih banyak
dibanding cara biasa. Hal ini disebabkan
teknologi intensif yang digunakan salah
Tanaman Tek intensif Tek satunya adalah perlindungan tanaman
sampel Petani terhadap hama penyakit. Dalam hal ini
untuk penyakit bercak daun diatasi dengan
1 70 30
semprotan fungisida Baerosal untuk
2 105 30 antisifasi jamur, yang diberikan rutin 5 – 7
3 106 62 hari sekali.
4 128 31
Pengendalian jamur bercak daun
ini , harus diatasi juga beriringan dengan
5 150 62 pemberian pupuk daun Servin yang
6 81 35 diberikan 7 hari – 10 hari sekali.
7 111 38 Pemberian pupuk ini dimaksudkan supaya
tanaman lebih tahan terhadap hama dan
8 66 60
penyakt. Untuk mengatasi penyakt gugur
9 105 29 buah dan busuk dilakukan penyemprotan
10 78 56 pestsida curacron setiap 5-7 hari sekal.
Penyemprotan in ditujukan agar buah
Total 1046 538
cabai tidak busuk di batang lalu gugur.
Rta-rata 1000 433 Menurut Anggono Tri Hernanda, A.,T., (
2010 ) tanaman yang diusahakan perlu
dilindungi dari kemungkinan kerusakan
C. Cari t hitung yang diakibatkan oleh jasad pengganggu.
Jasad pengganggu dapat berupa hama,
Rumus uji t statistik adalah penyakit, atau gulma. Sebagai usaha awal
untuk melindungi tanaman adalah dengan
t = Rata-rata X1 - Rta-rata X2
menekan populasi hama, penyakit, dan
gulma serendah mungkin sebelum kegiatan
S x1-x2 penanaman dimulai.
Pada prinsipnya usaha
X1 = ∑ X1 = 1.000 = 100 perlindungan ini adalah untuk melindungi
N1 10
23
dan mencegah (preventif) kerusakan yang 200
ditimbulkan oleh adanya jasad pengganggu
150
tersebut, bukan untuk mengobati (kuratif).
Pada kondisi normal, tanaman cabai diberi 100 Cara
pestisida secara rutin sebagai tindakan Biasa
50
preventif, pemberian dilakukan seminggu Cara
sekali dengan dosis ringan. Untuk tindakan 0 Intensif

Tanaman…

10
6
2
4

8
kuratif penggunaan pestisida dilakukan
dengan berbagai ketepatan, yaitu tepat
jenis, dosis, waktu, dan cara penggunaan.
Hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman cabai, Gambar 2. Hasil panen cabe merah
Faktor kedua menyebabkan hasil.
Lebih tinggi adalah pemberan pupuk Dari pola perbedaan hasil panen cabe
organik pupuk kandang ayam pada waktu (gram) pada ( Gambar 2), terlihat bahwa
pengolahan tanah sebagai pupuk dasar dan penerapan teknologi intensif memberikan
NPK dan TSP pupuk susulan yang hasil panen yang lebih banyak
diberkan melalui tanah dekat perakaran. dibandingkan cara biasa. Pada berbagai
Tujuan ni adalah agar tanaman dapat tanaman sampel
tumbuh subur dan sehat dengan penamplan Tinggi Tanaman Bawang Dayak
daun yang hjaaau dan banyak sehngga
fotosintesis tngg dan akhirnya memberkan
Tabel 5. Tinggi Tanaman Bawang Dayak ( dalam
hasil panen yang banyak. Menurut cm) dengan menggunakan paket
Nurmayulis ( 2005 ) pupuk kandang dapat teknologi Intensif dibandingkan
memperbaiki sifat kimia,fisika dan bologi teknologi petani.
tanah. Kandungan bahan organik yang Tanaman Teknologi Teknologi
rendah didalam tanah merupakan salah sampel intensif Petani
satu kendala dalam penyediaan ar, udara 1 48 56
dan unsur hara bagi tanaman. Sebaliknya, 2 56 66
kandungan bahan organik dalam tanah
yang cukup tinggi akan membuat kondisi 3 36 57
tanah menjadi kondusif unutk 4 41 67
pertumbuhan akar tanaman. Dengan 5 42 56
demikian serapan hara oleh tanaman baik
6 39 59
yang berasal dari tanah maupun dari oupuk
lebh efektf. 7 42 54
8 44 65
Grafik rerata hasil panen cabe
dengan penerapan teknologi intensif dan 9 40 66
cara biasa dapat dilihat pada Gambar 2.
Total 388 546
Rta-rata 43,11 60,67

C. Cari t hitung

Rumus uji t statistik adalah t = Rata -rata


X2 - Rata -rata X1

S x1-x2

24
X1 = ∑ X1 = 388 = 43,11 5 58 66
N1 9
6 32 65
X2 = ∑ X2 = 546 = 60,67 7 50 28
N2 9
8 59 40
T = 60,67 - 43,11 = 9,59
9 48 83
1,83

Tabel t significant 0,05 % = 2,101 Total 376,23 439

Kesimpulan : t hit > t tabel 0,05 hasil ternyata Rta-rata 41,8 48,78
berbeda nyata, hipotesis H 0 diterima HA ditolak.

Dari hasil t hitung dperoleh paket C. Cari t hitung


teknologi intensif memberikan hasil tinggi
tanaman bawang dayak yang lebh Rumus uji t statistik adalah t = Rata -rata
signifcan dbandngkan cara biasa. Hal ni X2 - Rata -rata X1
diduga tanaman bawang dayak ini, cara
hidupnya lebih cocok didataran rendah S x1-x2
pada ketinggian 1 200 mdpl, dan hidup
X1 = ∑ X1 = 376,23 = 41,80
pada tanah yang subur dan struktur yang
N1 9
remah, kandungan bahan organik yang
tinggi, disamping itu, dengan X2 = ∑ X2 = 439 = 48,78
menggunakan sistem tumoang sari iklim N2 9
mikronya dapat dimodifikasi menjadi lebih
T = 48,78 - 41,8 = 0,49
kondusif bagi pertumbuhan tanaman
bawang sabrang sehingga memberikan 14,17
hasil tinggi tanaman yang lebih tinggi
Tabel t significant 0,05 % = 2,101
dibanding cara biasa. Pada sistem
teknologi intensif,dengan lebih banyaknya Kesimpulan : t hit 0,49 < t tabel 0,05 hasil
perlakuan teknik yang diterapkan semakin ternyata tidak berbeda nyata, hipotesis H 0 dit o la k
membuat hasil tinggi tanaman bawang HA diterima .
dayak lebih banyak dibanding cara biasa.
Dari hasil t hitung dperoleh paket
Jumlah Daun Bawang Dayak teknologi intensif memberikan hasil
Dari Hasil uji t diperoleh bahwa jumlah daun bawang dayak yang tidak
penggunaan paket teknologi menunjukan beda dbandngkan cara biasa. Hal ni
beda nyata dibandingkan teknologi petani diduga tanaman bawang dayak ini, cara
pengaruhnya terhadap jumlah daun. Hasil hidupnya lebih cocok didataran rendah
uji t ditampilkan pada tabel 6. pada ketinggian 1 - 200 mdpl, dan hidup
Tabel 6. Jumlah Daun Tanaman Bawang Dayak ( pada tanah yang subur dan struktur yang
dalam Helai ) dengan menggunakan remah, kandungan bahan organik yang
paket teknologi Intensif dibandingkan tinggi, disamping itu, dengan
teknologi petani.
Tanaman Tek. Tek.
menggunakan sistem tumpang sari iklim
sampel intensif Petani mikronya dapat dimodifikasi menjadi lebih
kondusif bagi pertumbuhan tanaman
1 60 20
bawang dayak sehingga memberikan hasil
2 70 48 jumlah daun tanaman yang sama
3 57 63 dibanding cara biasa.
Jumlah daun tidak dipengaruhi
4 48 26
oleh faktor lingkungan, namun
pertambahan jumlah daun cenderung

25
dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman Tabel t significant 0,05 % = 2,101
hingga fase berbunga.
Kesimpulan : t hit < t tabel 0,05 hasil ternyata
tidak berbeda nyata, hipotesis H 0 ditolak HA
Berat Umbi Bawang Dayak ( gram) diterima .

Dari Hasil uji t pada diperoleh Dari hasil t hitung dperoleh paket
bahwa penggunaan paket teknologi teknologi intensif memberikan hasil berat
menunjukan beda nyata dibandingkan umbi bawang dayak yang tidak beda
teknologi petani pengaruhnya terhadap dibandngkan cara biasa. Hal ni diduga
hasil panen umbi bawang dayak. Hasil uji tanaman bawang dayak ini, hidupnya
t ditampilkan pada tabel 7. mempunyai ketahanan dan kecepatan
pertumbuhan yang kuat di berbagai
tepat,iklim dan perlakauan teknologi.
Tabel 7. Hasil panen bawang dayak ( gram ) Bawang sabrang tumbuh dan memberikan
dengan menggunakan paket teknologi hasil lebih baik, jika ditanam pada lahan
Intensif dibandingkan teknologi petani. yang terkena cahaya penuh dibandingkan
Tanaman Tek. Tek.
jika ditanam pada kondisi ternaungi.
sampel intensif Petani
Tekstur tanah yang baik bagi pertumbuhan
1 72 26 tanaman ini (jumlah anakan, jumlah umbi
2 165 213 dan bobot segar umbi) adalah lempung
3 180 200 berliat atau lempung liat berdebu (Yusuf,
2009).
4 175 120
5 180 130 Grafik hasil panen bawang dayak
6 200 130 dengan penerapan teknologi intensif dan
cara biasa dapat dilihat pada Gambar 3.
7 205 100
8 225 120 250
9 200 125 200
150
Teknologi
100 Biasa
Total 1.602 1.164
50
Rata-rata 178 116,4 Teknologi
0 Intensif
Tanaman…

10
2
4
6
8

C. Cari t hitung

Rumus uji t statistik adalah


Gambar 3. Hasil panen bawang dayak
t = Rata -rata X2 - Rata-rata X1

Dari pola terlihat perbedaan hasil


S x1-x2 panen bawang dayak (gram) pada (
X1 = ∑ X1 = 376,23 = 41,80
Gambar 3), terlihat bahwa penerapan
N1 9 teknologi intensif memberikan hasil panen
yang lebih banyak dibandingkan cara
X2 = ∑ X2 = 439 = 48,78 biasa. Pada berbagai tanaman sampel.
N2 9
KESIMPULAN
T = 48,78 - 41,8 = 0,49

14,17
Penerapan paket teknologi intensif
bisa dijadikan pedoman budidaya tanaman

26
cabe merah yang mampu bersaing untuk Trainers Pengembangan
mencapai ketahanan pangan Cabe merah Inovasi Teknologi (PIT)
karena memberikan pertumbuhan dan hasil Cabai Merah di Bandung, 17-
cabe merah yang lebih baik dibandingkan 22 Mei 2004. Balai Penelitian
teknologi biasa untuk parameter tinggi Tanaman Sayuran, Lembang.
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
produksi tanaman cabe merah, . Pada https://ganiapetanicerdas.com/2017/12/31/t
tanaman bawang dayak paket teknologi iga-kendala-utama-
intensif menunjukan pengaruh pada tinggi budidaya-cabai
tanaman, tetapi tidak untuk jumlah daun
dan hasil berat umbi.
Jinwen, 2012. Macam – Macam
UCAPAN TERIMA KASIH Pupuk.
Blog.ub.@c.id/eiyah/
Ucapan terima kasih diucapkan
2012/06 /27 Maca –
kepada Ketua Lembaga Penelitian dan
Macam
Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang
Pupuk/.Kristina,N,N;
Universitas Muara Bungo, Bpk. Dr.
NoveriZa, R; Sahit,
Syafrialdi Si.,Msi. yang telah membantu
S,F;dan Molide,2012.
dari segi finansial, juga Kepada
BALITBA dan
Setiono,SP.,MP sebagai Dekan Fakultas
Pertanian, dan Hasnelly, SP.,MP sebagai Aromatik
ketua Prodi Fakultas Pertanian, yang telah Nurmayulis, 2005. Pertumbuhan dan hasil
membantu dan mendukung penelitian ini. tanaman kentang ( Solanum
Tuberosum. L ) yang diberi
DAFTAR PUSTAKA
pupuk organik dipermentasi
Anggono T. H. 2010. Budidaya Cabai Azospirilium sp dan pupuk
Merah Keriting (Capsicum nitrogen di pengalengan dan
Annum L). Tugas akhir,. cisarua .Disertasi
Program Diploma FascaSarjana Universitas
III,Fakultas Pertanian, Pajajaran Bandung.
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta. Sumarni, N. dan A. Muharam. 2005.
Budidaya Tanaman Cabai
Anggono Tri Hernanda,2010. Merah. Panduan Teknis PTT
Budidaya Cabai Cabai Merah No. 2. Balai
Merah Keriting Penelitian Tanaman Sayuran,
(Capsicum Annum. Lembang. 37 hlm.
L) Di Tawang Mangu
Program Diploma III Syuryawati dan Faesal,2014. Kelayakan
Fakultas Pertanian, Finansial Penerapan
Universitas Sebelas Teknologi Budi Daya
Maret Surakarta. Jagung pada Lahan Sawah
Tadah Hujan. Balai
Bappenas, 2013. Produksi cabe Penelitian Tanaman
nasional Serealia Jl. Dr. Ratulangi
274 Maros, Sulawesi
Duriat, A.S. 2004. Penyakit pada tanaman Selatan, Indonesia.
cabai merah dan
pengendaliannya. Bahan
pelatihan Training of

27
Saptana, N.K. Agustin, dan A.M. Ar-Rozi. Editor: Rustam ., Oni
2013. Kinerja Produksi Dan Ekalinda . UR Press dan
Harga Komoditas Cabai Kementerian Pertanian
Merah. Policy Brief Analisis Badan Penelitian Dan
Kebijakan .Pusat Sosial Pengembangan Pertanian
Ekonomi dan Kebijakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Pertanian.Badan Penelitian
dan Pengembangan Yusuf, H. 2009. Pengaruh Naungan dan
Pertanian. Kementerian Tekstur Tanah terhadap
Pertanian. Pertumbuhan dan Produksi
Bawang Sabrang
Subhan , 1994. Pengaruh Pupuk Fosfat dan (Eleutherine americana
kapur dolomit Terhadap Merr.). Skripsi. Universitas
Pertumbuhan dan Hasil Sumatera Utara. Medan.
Kubis Dataran Tinggi (
Brassica Oleranceae L. )
Kultivar Green Coronet.
Balai Penelitian Hortikultura
Lembang. Bul. Panel. Horti.
26(2).
Swastika ,S., Pratama ,D., Hidayat,T.,
Andri ,K,B.,2017.. Buku
Petunjuk Teknis Teknologi
Budidaya Cabai Merah

UU No 18 Tahun 2012. Undang


-undang Tanaman Pangan

28

Anda mungkin juga menyukai