Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PUPUK NPK MUTIARA DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT MERAH (CAPSICUM


FRUTESCENS)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Ujian Seminar Proposal Pada Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia Medan

OLEH
AMONIUS GEA
19030029

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian.


Sektor pertanian merupakan salah satu andalan perekonomian Provinsi Sumatera Utara yang
berperan penting sebagai penyumbang pembentukan Produk Regional Bruto (PDRB),
penyediaan sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku industri,
pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan perbaikan pendapatan masyarakat.
Sektor pertanian juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan
ekonomi kerakyatan. Pelaksanaan pembangunan pertanian pada dasarnya ditujukan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat khususnya petani. Sehingga dalam setiap tahap kegiatan
pembangunan pertanian kesejahteraan petani merupakan prioritas utama tujuan pembangunan.
Melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian yang dilaksanakan, pemerintah
telah berupaya meningkatkan produksi pertanian, menjaga stabilitas pasokan bahan pangan, dan
meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani (Rusono et al., 2013).
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian di Sumatera Utara yang potensial untuk
dikembangkan secara agribisnis, karena mempunyai nilai ekonomis dan nilai tambah cukup
tinggi. Komoditas hortikultura mencakup tanaman sayur-sayuran, sayur-sayuran, tanaman hias,
dan tanaman bahan obat. Tanaman hortikultura merupakan sumber pangan bergizi, estetika dan
obatobatan yang sangat diperlukan untuk membangun manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Keragaman fungsi dari tanaman dan produk hortikultura tersebut merupakan potensi ekonomi
yang sangat besar untuk menggerakkan roda perekonomian yang dapat menciptakan pendapatan,
peluang usaha, kesempatan kerja, serta keterkaitan hulu-hilir dan dengan sektor lain (Subambhi,
2018).
Ketersediaan beragam jenis tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-
buahan, biofarmaka dan tanaman hias dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang akan
menguntungkan apabila dikelola secara baik dan optimal. Pengelolaan usaha tani yang baik
menciptakan komoditas hortikultura yang berkualitas tinggi. Cabai merupakan salah satu
komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan. Potensi pengembangan cabai didukung
oleh berbagai faktor diantaranya adalah cabai memiliki nilai ekonomi tinggi, fenomena value
ladder gejala pergeseran permintaan konsumen dari komoditas bernilai rendah ke arah komoditas
bernilai ekonomi tinggi, sebagai komoditas unggulan nasional dan daerah serta menduduki posisi
penting dalam konsumsi sehari-hari penduduk Indonesia (Saptana, et al 2012).
Furqonisa (2018) menjelaskan lebih lanjut bahwa komoditas cabai merah saat ini merupakan
salah satu andalan petani di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan dan tidak
mengenal musim tanam serta dapat dijual dalam bentuk segar dan olahan. Komoditas cabai yang
dibudidayakan di Indonesia terdiri dari berbagai jenis, yaitu cabai besar yang terdiri dari cabai
merah besar dan cabai merah keriting, dan cabai rawit yang terdiri dari cabai rawit hijau dan
cabai rawit merah. Dari berbagai jenis tersebut, merupakan cabai yang paling sering dikonsumsi
oleh masyarakat adalah cabai merah keriting. Dari sisi harga, cabai rawit merah adalah
komoditas yang paling fluktuatif, tak jarang harganya melonjak tinggi terutama di musim
paceklik (Yanuarti, 2016). Naiknya harga cabai pada bulan Juni sampai Juli Tahun 2022
memberikan efek yang signifikan dan mempengaruhi tingkat inflasi. Fluktuasi harga ini terjadi
hampir setiap tahun dan menimbulkan keresahan pada masyarakat, namun belum ada solusi
konkret untuk mengendalikan lonjakan harga tersebut. Biasanya pada musim hujan produksi
cabai biasanya selalu rendah karena sebagian besar sawah ditanami padi dan di lahan kering
banyak petani yang enggan menanam cabai karena risiko gagal panen tinggi. Berdasarkan hal
tersebut direkomendasikan beberapa kebijakan untuk mengatasi gejolak harga cabai, yaitu
peningkatan luas tanam cabai pada musim hujan, pengaturan luas tanam dan produksi cabai pada
musim kemarau, stabilisasi harga cabai, dan pengembangan kelembagaan kemitraan yang andal
dan berkelanjutan (Jawal A. et al., 2015).
Kustiari (2018) menjelaskan terdapat permasalahan dalam pemasaran hasil pertanian
diantaranya lemahnya infrastruktur, kurang memadainya informasi pasar, relatif kecilnya skala
pasar hasil pertanian, kurangnya pengetahuan petani tentang grading dan handling, serta
tingginya biaya transaksi. Biaya transaksi yang tinggi dihadapi oleh petani di negara berkembang
terutama disebabkan oleh tingginya biaya transportasi sebagai akibat dari jauhnya jarak dari
sentra produksi ke sentra konsumsi, kondisi jalan yang buruk, dan pembayaran pelayanan jasa
kepada pedagang perantara. Untuk memenuhi kebutuhan cabai diperlukan pasokan cabai yang
mencukupi. Pasokan cabai yang cukup di suatu wilayah akan berpengaruh pada harga komoditas
tersebut (Kementerian Pertanian, 2021). Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kajian produksi
di Provinsi Sumatera Utara untuk mengetahui prospek komoditas cabai dalam mendukung sektor
pertanian di Provinsi Sumatera Utara.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tingkat produktivitas lahan kering salah satu
diantaranya adalah dengan pemberian bahan organik (pupuk organik). Menurut Basa dkk (1992)
bahwa pemberian bahan organik diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas lahan
kering karena bahan organik mempunyai kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologis tanah. Salah satu jenis pupuk organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah dan hasil tanaman adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi merupakan hasil
fermentasi alami bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan
kesuburan tanah sehingga bisa memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Anonim, 2008).
Kualitas pupuk pupuk kandang sapi tergantung dari bahan bakunya seperti pupuk kandang,
jerami, serasah atau sisa makanan sapi dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas maka
dilaksanakan penelitian dengan judul “(PENGARUH PUPUK NPK MUTIARA DAN PUPUK
KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT
MERAH (CAPSICUM FRUTESCENS)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan dan produksi Cabai Rawit
Merah capsicum frutescens
2. bagaimana pengaruh pupuk Organik kandang Sapi terhadap pertumbuhan dan produksi Cabai
Rawit Merah capsicum frutescens

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.Untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK Mutiara dan pupuk kandang sapi serta interaksinya
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Cabai Rawit Merah (capsicum frutescens)

2.Untuk mengetahui dosis pupuk NPK Mutiara dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman Cabai Rawit Merah (capsicum frutescens) yang paling baik.

1.3 HIPOTESIS PENELITIAN


Dasar hipotesis pada penelitian adalah:
1. Ada pengaruh pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan tanaman Cabai Rawit Merah
(capsicum frutescens)
2. Ada pengaruh pupuk kandang Sapi terhadap pertumbuhan tanaman Cabai Rawit Merah
(capsicum frutescens)

1.4 MANGFAAT PENELITIAN


Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
kepada :
1. Bagi peneliti : Sebagai sumber pengetahuan baru tentang PENGARUH PUPUK NPK
MUTIARA DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN CABAI RAWIT MERAH (CAPSICUM FRUTESCENS)
2. Bagi pembaca : Sebagai sumber wawasan tentang tanaman Cabai Rawit Merah (capsicum
frutescens) untuk pihak-pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah
antara lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng,
cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.
Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi
dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper
(Tjandra, 2011). Menurut Simpson (2010), klasifikasi cabai rawit adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum frutescens L.

2..2 Karakteristik morfologi cabai rawit


Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135 cm.
tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar
tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah dan
melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat menembus tanah
sampai kedalaman 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak bertrikoma. Daunnya
merupakan daun tunggal yang bertangkai. Helaian daun bulat telur memanjang
atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang menyempit
(Gambar 1). Letaknya berselingan pada batang dan membentuk pola spiral
(Tjandra, 2011).
Bunga cabai rawit terletak di ujung atau nampak di ketiak, dengan tangkai
tegak ( Steenis et al., 2002). Hal ini juga didukung oleh penyataan Tjandra
(2011), yang mengatakan bahwa bunga cabai rawit keluar dari ketiak daun.
Warnanya putih atau putih kehijauan, ada juga yang berwarna ungu. Mahkota
bunga berjumlah 4-7 helai dan berbentuk bintang. Bunga dapat berupa bunga
tunggal atau 2-3 letaknya berdekatan. Bunga cabai rawit ini bersifat hermaprodit
(berkelamin ganda). Buah buni bulat telur memanjang, buah warnanya merah,
rasanya sangat pedas, dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Buah cabai
rawit tumbuh tegak mengarah ke atas. Buah yang masih muda berwarna putih
kehijauan atau hijau tua. Ketika sudah tua menjadi hijau kekuningan, jingga,
atau merah menyala.

2.3 Pupuk NPK


Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan
alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
adalah C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K,Ca, Mg, S (hara
makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro,
kadar dalam tanaman < 100 ppm). Ke-13 unsur hara tersebut sangat terbatas
jumlahnya dan cenderung asupannya kurang di dalam tanah (Marsono, 2001 : 190).
Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot oleh tanaman saat
diberlakukannya proses cocok tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan .
Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara
tanaman utama (N, P dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam
prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Mahkota npk 10 – 5 -30, berarti kadar N 10 %, P2O5 5%
, K2O 30% Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah
perbandingan unsur N, P dan K yang dinyatakan dalam N total, P2O5 dan K2O
merupakan penyederhanaan dari grade fertilizer. Misalnya grade fertilizer 16-9-22
berarti ratio fertilizer 4:3:5. Mixed ferilizer atau pupuk campur ialah pupuk yang
berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya.Misalnya,
pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu
sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu
pupuk yang mempunyai 2 (dua) atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari
pabriknya.
Pupuk NPK adalah pupuk organik yang mengandung Nitrogen ( N )
berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan
tanaman. Pupuk npk berbentuk butir-butir berwarna coklat, dengan campuran dari
berbagai jenis pupuk lainnya. Karena mengandung nitrogen dan kalium maka
pupuk npk juga merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat
mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering
dan tertutup rapat. Trisyulianti, E. dkk. 2003.
Unsur hara nitrogen yang terkandung dalam pupuk npk memiliki kegunaan
bagi tanaman yaitu, membuat daun lebih banyak mengandung butir hijau daun
(chlorophyl),unsur phosphat berguna untuk menguatkan batang dan membunuh
jamur pada kulit tanaman dan unsur kaliumberguna untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman, dapat menambah kandungan protein tanaman dan pupuk
npk juga dapat dipakai untuk semua jenis tanaman, baik tanaman pangan,
holtikultura, dan khususnya tanaman perkebunan (Marsono.2001 : 203).

2.4 Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang sapi adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi yang jumlahnya
paling banyak tersedia dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang sapi
mengandung 0,4 % N; 0,2 % P2O5; 0,1 % K2O dan 85 % air (Sutedjo, 2008).Kandungan unsur
hara pada pupuk kandang sapi lebih sedikit (rendah) bila dibanding dengan pupuk kandang lainnya, tetapi
sangat berperan dalam meningkatkan kandungan humus tanah, memperbaiki
struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah (Musnawar, 2009).
Pupuk kandang sapi memiliki kandungan serat atau selulosa yang tinggi. Selulosa
merupakan senyawa rantai kimia karbon yang akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut.
Pada saat berlangsungnya proses dekomposisi senyawa rantai kimia karbon (selusosa) tersebut
maka N yang terkandung didalam kotoran sapi masih dimanfaatkan terlebih dahulu oleh
mikroorganisme pengurai atau belum tersedia bagi tanaman. Hal inilah yang mendasari bahwa
pupuk kandang sapi tidak dianjurkan pengaplikasiannya dalam bentuk segar yaitu kotoran sapi
yang baru saja dikelurkan oleh ternak tersebut akan tetapi harus terlebih dahulu dikomposkan.
Dampak yang terjadi, apabila pupuk kandang diaplikasikan dalam kondisi segar adalah terjadi
perebutan unsur N (nitogen) antara tanaman dengan mikroorganisme pengurai pada proses
pengomposan.Pada sisi lain, kotoran sapi juga memiliki kadar air yang sangat tinggi, sehingga
ketika proses dekomposisi sedang berlangsung maka tidak dihasilkan panas. Kotoran sapi di
kalangan petani sering disebut sebagai pupuk dingin (Ramadhani, 2010).
Kualitas pupuk kandang sapi ditentukan oleh kandungan unsur hara, tingkat
pelapukannya, macam makanan dan sistem pemeliharaan, kandungan bahan lain (misalnya alas
kandang dan sisa makanan yang belum tercerna), kesehatan dan umur, serta metoda pengolahan
(misalnya penyimpanan sebelum dipakai).Kotoran sapi menyediakan unsur hara tersedia bagi
tanaman berlangsung perlahan-lahan, tapi keuntungannya unsur-unsur hara tidak cepat
hilang(Lingga dan Marsono, 2000). Pupuk kandang sapi disamping berfungsi sebagai penahan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah juga ikut memperbaiki struktur tanah tersebut agar
menjadi lebih remah dan lebih gembur.Oleh karena itu, pupuk kandang sapi sebaiknya diberikan
sebelum tanam, untuk memberi kesempatan kepada pupuk kandang agar tercampur dengan tanah dan
bereaksi memperbaiki kondisi tanah tersebut, pertimbangan lain adalah untuk menghindari
pemberian pupuk kandang sapi yang belum matang.Ciri-ciri pupuk kandang sapi yang sudah
matang adalah tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna cokelat tua, tampak kering, tidak
terasa panas bila dipegang, dan gembur bila diremas.
Menurut Handoko (2008), pupuk kandang mempunyai peranan penting dalam
pertumbuhan tanaman, selain menambah unsur hara makro dan mikro tanah dapat juga
memperbaiki struktur tanah. Hasil penelitian Lumbanraja dan Harahap (2015), bahwa aplikasi
pupuk kandang sapi setara 20 ton/ha setelah inkubasi selama 30 hari pada tanah berpasir dapat
meningkatkan kapasitas pegang air tanah 72 jam setelah penjenuhan, sedangkan pemberian baik
dibawah maupun diatasnya hingga setara dengan 50 ton/ha dan waktu inkubasi 15 hari maupun
30 hari tidak berpengaruh nyata terhadap perbaikan kapasitas tukar kation tanah.Penelitian yang
telah dilakukan Malik, dkk. (2017),juga menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang sapi pada
tanah ultisol hingga dosis 20 ton/ha masih meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai
melalui variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, bobot akar kering, bobot tajuk kering, serapan P
(pospor) tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman, jumlah biji per
tanaman dan bobot 20 butir biji.Menurut Riyani,dkk. (2015), pemberian kombinasi 5 ton/ha
pupuk kandang sapi dan Crotalariajuncea5 ton/hamenghasilkan biji kedelai sebesar 1,36 ton/ha
lebih tinggi 13,33% dibandingkan dengan tanpa penggunaan pupuk kandang sapi yang memiliki
hasil biji sebesar 1,20 ton/ha.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini di Laksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Pembinaan
Masyarakat indonesia (UPMI) Medan di jl. Balai desa pasar 12 marindal II kecamatan Patumbak
kabupaten Deliserdang, Medan.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu antara lain : benih cabai rawit varietas
(capsicum frutescens), pupuk kandang sapi, pupuk NPK Mutiara, polibag ukuran 25 cm x 40 cm,
tali rafia, Furadan 3G, Penalty 50 SC, dan Boom Flower. Alat yang digunakan yaitu : cangkul,
parang, garu, mulsa, meteran, timbangan analitik, sprayer, ajir bambu, alat tulis dan kamera.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan percobaan faktorial 3
x 3 yang diulang sebanyak 5 kali. Faktor-faktor perlakuan adalah sebagai berikut :
Faktor Pupuk NPK Mutiara (M) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
m1 = dosis pupuk NPK Mutiara 150 kg/ha (1,5 g/polibag)
m2 = dosis pupuk NPK Mutiara 300 kg/ha (3 g/polibag)
m3 = dosis pupuk NPK Mutiara 450 kg/ha (4,5 g/polibag)
Faktor kedua adalah pupuk kandang sapi (K) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
k0 = tanpa pupuk kandang sapi (kontrol)
k1 = dosis pupuk kandang sapi 5 ton/ha (50 g/polibag)
k2 = dosis pupuk kandang sapi 10 ton/ha (100/polibag)
Secara keseluruhan terdapat 9 kombinasi perlakuan, yaitu sebagai berikut :
m1k0 m2k0 m3k0
m1k1 m2k1 m3k1
m1k2 m2k2 m3k2
Terdapat kombinasi perlakauan 3x3x5 = 45 unit perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. 2008. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia. Jakarta.
[2] Basa, I. E. Suhartatik, dan D. D. Pasaribu. 1992.
Bahan Organik untuk Stabilitas Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering Podsolik.
Prosiding Semnar Balittan, Bogor.
[3] Marsono dan Paulus Sigit. 2008. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
[4] Mulyani Sutedjo, M. 2008. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
[5] Prajnanta, F. 1999. Mengatasi Masalah Bertanam Cabe Keriting. Penebar Swadaya. Jakarta.
[6] Setiadi. 1999. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta
[7] Sunarjono, H. 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
[8] www.studocu.com
[9] www.academia.edu
[10] ejurnal.untag-smd-blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai