Anda di halaman 1dari 30

Hidroponik Sebagai Alternatif Pemenuhan

Kebutuhan Sayuran

(Diajukan untuk memenuhi komponen Ujian Akhir Semester


pada mata kuliah Agribisnis)

Oleh:

Revi Inayatillah 110120160046

Dosen:
Prof. Dr. Djuhaendah Hasan, S.H.
Dr. Hj. Susilowati Suparto, S.H., M.H.

MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG 2017
1

A. Pendahuluan
Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan
strategis, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh
karenannya, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan
pangan di berbagai tingkatan wilayah, mulai dari tingkat nasional
sampai rumah tangga bahkan individu sesuai konsep ketahanan pangan
dalam Undang-Undang Pangan No. 18 Tahun 2012 (selanjutnya disebut
dengan UU Pangan). Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman,
bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun
daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Pasal 3 UU Pangan menyebutkan bahwa Penyelenggaraan Pangan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan
manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan
Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.
Tanaman hortikultura, diantaranya sayuran, memiliki peran
dalam meningkatkan gizi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan di
dalam sayuran terdapat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia, seperti misalnya sayuran daun hijau kaya akan vitamin A dan
vitamin C; sayuran berwarna kuning, oranye, dan merah kaya akan
karoten, vitamin A, dan vitamin C; sayuran sukulen kaya akan
2

kandungan air; sayuran umbi kaya akan karbohidrat; dan sayuran biji
kaya akan protein.1
Beberapa kondisi dan permasalahan agribisnis Indonesia salah
satunya:2
1. Telah terjadi konversi lahan pertanian yang subur menjadi areal
non pertanian dalam jumlah yang sangat besar. Tidak terkontrolnya
konversi lahan pertanian yang subur terutama di Pulau Jawa,
menjadi real estate, lapangan golf yang secara ekonomi tidak
memberi nilai tambah dan produktivitas ekonomi yang
berkelanjutan. Konversi lahan pertanian yang subur tersebut
diperkirakan telah mencapai satu juta hektar.
2. Terjadinya fragmentasi kepemilikan dan penguasaan lahan yang
terus menerus sehingga luas lahan yang dimiliki atau yang dikelola
petani sangat sempit. Diperkirakan kepemilikan lahan rata-rata
keluarga tani hanya sekitar 0,5 hektar sehingga tidak ekonomis
dalam pengelolaannya.
Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil
devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian
besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang
bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja
yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki
ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak merata. Atas
kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani
kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat
berpengaruh terhadap kondisi ini.3

1 Onate, L. U. and J. S. Eusebio, Vegetables as food, In O. K. Bautista and R. C. Mabesa


(Eds.). Vegetable Production. University of The Philippines at Los Banos College of
Agriculture. 1986,Los Banos. p. 9-19
2 Gumbira, Said E., Perspektif Pengembangan Agribisnis, Jurnal Agrimedia, Vol 6 No.1

Maret 2000, Bogor.


3 Mohammad Abdul Mukhyi, Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan

Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat Pendekatan Analisis IRIO,
Simposium Nasional RAPI VI, 2007, hlm.1-8
3

Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki


potensi untuk dikembangkan. Salah satu komoditas pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan yaitu komoditas hortikultura.
Hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang terdiri atas
sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka. Komoditas
hortikultura mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha
agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman obat)
dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Perkembangan luas
panen dan produksi sayuran di Indonesia dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:

Sumber: Direktorat Jendral Hortikultura (2014)


Komoditas sayuran memegang peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan manusia khususnya dalam hal kecukupan
pangan dan gizi yang dibutuhkan. Meningkatnya populasi penduduk,
kesejahteraan masyarakat, serta pengetahuan masyarakat akan
kesehatan maka akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan
sayuran sehingga produksi sayuran harus ditingkatkan.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan
sayuran semakin meningkat pula. Dengan meningkatnya kebutuhan
sayuran menuntut adanya suatu cara yang mampu menghasilkan
sayuran dalam jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang relatif
singkat. Sementara sistem pertanian konvensional yang dicirikan
dengan penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia
4

pertanian dalam proses budidayanya ternyata membawa dampak


negative. Akibatnya terjadi maslaah baru dalam pertanian sayuran yaitu
pencemaran air oleh bahan kimia pertanian, menurunnya kualitas
pertanian serta ganggua kesehatan yang diakibatkan adanya residu
kimia yang terkandung dalam produk sayuran.4
Permintaan pasar internasional terhadap produk-produk
hortikultura (sayuran, buah dan tanaman hias) cukup tinggi, khususnya
produk sayuran yang pada saat ini merupakan salah satu komoditas
yang tradeable, yang banyak dibutuhkan oleh konsumen dunia,
khususnya mereka yang berdiam di Negara-negara sub-tropis. Selain itu
sebagian besar konsumen cenderung lebih suka mengkonsumsi produk-
produk sayuran dalam bentuk segar, karena akan memperoleh manfaat
gizi yang besar berupa vitamin, mineral dan serat kasar (dietary fibers).
Pasar dunia pada umumnya menghendaki produk sayuran yang
bermutu prima, segar, aman serta tersedia dalam jumlah banyak dan
kontinyu.
Pengembangan sektor pertanian yang bersandar pada
pengelolaan sumberdaya alam saat ini dihadapkan dengan berbagai
macam regulasi yang terkait dengan lingkungan. Selain itu, untuk
mencapai sasaran yang diharapkan perlu regulasi dan kelembagaan
untuk mensinergikan upaya yang saling mendukung untuk pencapaian
sasaran dimaksud. Oleh karena itu, regulasi dan kelembagaan dalam
pembangunan pertanian mutlak diperlukan, sehingga tidak ada tumpang
tindih kewenangan dan peraturan perundangan dari masing-masing
Kementerian/Lembaga. Regulasi juga diperlukan untuk melindungi
pengembangan komoditas usaha di bidang pertanian. Pengembangan
pertanian memerlukan dukungan agar tercipta iklim yang kondusif
melalui formulasi kebijakan dan pengamanan kebijakan fiskal dan
moneter. Namun pada kenyataannya, beberapa kebijakan Pemerintah

4 Direktorat Jendral Holtikultura, Statistik Konsumsi Perkapita Komoditas Sayuran di

Indonesia Periode Tahun 2003-2007, www.hortikultura.deptan.go.id.


5

yang ditetapkan belum berjalan efektif dan belum berpihak pada sektor
pertanian, seperti Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang hanya
sedikit di atas biaya produksi, pengendalian harga penjualan (beras)
agar tidak memicu kenaikan inflasi, pembebasan tarif bea masuk impor
beberapa komoditas, serta pencegahan penyelundupan masuknya
produk luar negeri belum maksimal. 5
Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan pasar antar
komoditas pangan semakin ketat. Komoditas impor sering membanjiri
pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Hal ini dapat
menghancurkan pengembangan pangan domestik. Produk impor lebih
murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negaranegara
eksportir melindungi para petaninya secara baik dengan berbagai cara,
sehingga mampu menghasilkan kualitas yang lebih baik serta
kontinuitas pasokan yang lebih terjamin. 6
Kebutuhan akan sayuran segar sangat tinggi akan tetapi
ketersediaan lahan berkurang. Luas lahan pertanian yang terus
menyusut akibat konversi lahan produktif ke penggunaan non-pertanian
yang terjadi secara massif. Kini lahan pertanian lebih menguntungkan
untuk dijadikan komplek perumahan, atau infrastruktur untuk aktivitas
industry lain daripada ditanami tanaman pangan. Dengan adanya
konversi lahan tersebut berdampal pada ketahanan pangan, mau tidak
mau harus didukung oleh lahan yang produktif.
Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi
karena Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan
yang kurang menunjang, seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi
tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di
lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan
pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah

5 Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019, hlm 88,


(http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf)
6 Ibid
6

dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu


dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung
menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di dataran
tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu
tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman
petani.
Selain itu adanya penurunan kualitas lahan bahkan banyak yang
termasuk kategori kritis. Hal ini akibat pemakaian bahan kimia
anorganik berlebihan. Pemakaian pupuk kimia anorganik berlebihan
menyebabkan struktur tanah menjadi padat dan daya dukung tanah bagi
pertumbuhan tanaman menurun. Masyarakat dengan lahan yang
minimpun ingin menikmati sayuran segar yang bisa ditanam sendiri.
Dengan keadaan lahan yang demikian, kurang mendukung untuk
meningkatkan produksi sayuran, oleh karena itu diperlukan teknik lain
agar kebutuhan akan sayuran segar tetap terpenuhi.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diangkat
adalah Bagaimana pemenuhan kebutuhan sayuran dengan minimnya
lahan? Bagaimana proses budidaya sayuran hidroponik? Bagaimana
perbandingan sayuran hidroponik dengan sayuran konvensional?

B. Pembahasan
1. Tinjauan teori
Tujuan penyelenggaran pangan diantaranya untuk (pasal 4 UU
pangan):
a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara
mandiri;
b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi
masyarakat;
7

c. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan


Pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
d. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi
masyarakat, terutama masyarakat rawan Pangan dan Gizi;
e. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di
pasar dalam negeri dan luar negeri;
f. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi
masyarakat;
g. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi
Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan
h. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya
Pangan nasional.

Perubahan konstalasi pemerintahan dari sentralistik menuju


otonomi daerah tidak serta merta dapat mengaktualisasikan peran
kelembagaan petani dan penyuluhan di daerah. Upaya nyata telah
dilakukan oleh pemerintah pasca reformasi dan otonomi daerah,
namun belum dapat menunjukkan hasil yang benar-benar dapat
memberikan jaminan berjalannya sistem budidaya dan penerapan
teknologi untuk dapat mengakselerasi produksi. Pemerintah
melalui Kementerian Pertanian telah mendorong program
peningkatan produksi dengan empat strategi a) Peningkatan
produktivitas, b) perluasan areal tanam, c) pengamanan produksi
dari gangguan organisme pengganggu tanaman, dampak perubahan
iklim dan kehilangan hasil pada saat panen dan pascapanen, dan d)
perbaikan kelembagaan dan pembiayaan. Penerapan ke empat
strategi tersebut sampai di tingkat lapang masih terkendala
beberapa aspek antara lain yang dirasakan sangat signifikan adalah
8

pengawalan intensif dari aparat pertanian di daerah produksi


(Dinas Pertanian, Penyuluh, POPT, PBT dll) tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan, dimana sebagian kewenangan
bidang pertanian telah dilimpahkan kepada daerah, melalui PP
Nomor 38 Tahun 2007. Hasil identifikasi dan pencermatan yang
dilakukan menunjukkan bahwa Program Nasional dalam rangka
peningkatan produksi beras nasional (P2BN) dan pengembangan
komoditas pangan lainnya, tidak terkawal dengan baik di daerah,
karena dengan adanya pelimpahan sebagian kewenangan bidang
pertanian kepada daerah sebagaimana tertuang dalam PP NO 38
TAHUN 2007, tidak serta merta mendapat prioritas dari Pimpinan
Daerah, sehingga program dan kegiatan tidak terkawal dengan baik,
sebagaimana kita alami pada masa Bimas yang lalu. Hal ini harus
menjadi fokus Pemerintah saat ini dan ke depan. 7
Langkah strategis yang harus dilakukan saat ini dan kedepan
adalah, dengan menggerakkan seluruh elemen di daerah melalui
peran strategis Pemimpin Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota,
sampai ke tingkat Desa), sehingga Program peningkatan produksi
Beras Nasional yang telah didukung dengan fasilitasi teknologi,
sarpras produksi dan dukungan pembiayaan manajemen dapat
menjadi suatu Gerakan Nasional dengan satu komando kebijakan
untuk dapat mencapai dan mengawal peningkatan produksi beras
nasional secara berkelanjutan Menempatkan pangan sebagai
bagian menempatkan kepentingan rakyat, bangsa dan negara serta
rasa nasionalisme. Untuk mencapai hal tersebut dalam jangka
pendek dan menengah peran Presiden secara sentral sangat
penting dan dibutuhkan dalam menggerakkan Gubernur,
Bupati/Walikota beserta seluruh jajarannya mengawal program
peningkatan produksi beras nasional. Forum APPSI (Asosiasi

7 Ibid hlm. 89
9

Pemerintah Provinsi seluruh Indonesia); APKASI (Asosiasi


Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia), serta pelibatan aktif
dunia usaha secara berkeadilan. Hal ini akan sangat besar perannya
dalam membangun integrasi dan sinergi program pembangunan
pertanian. Dalam jangka panjang harus segera dirancang suatu
regulasi yang mampu mengaktualisasikan pangan sebagai
kepentingan rakyat, bangsa dan negara serta menumbuhkan rasa
nasionalisme seluruh komponen bangsa.8
Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Lahan
pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian
yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
diselenggarakan dengan tujuan: a. melindungi kawasan dan lahan
pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin tersedianya
lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c. mewujudkan
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi
kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e. meningkatkan
kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f.
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g.
meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang
layak; h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i.
mewujudkan revitalisasi pertanian.
Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
dilakukan dengan penetapan: a. kawasan pertanian pangan
berkelanjutan; b. lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam
dan di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan; dan c. lahan

8 Ibid hlm. 89-90


10

cadangan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan di luar


Kawasan pertanian pangan berkelanjutan.
Istilah hydroponics berasal dari kata Yunani hydro yaitu air
dan ponos yaitu bekerja, atau berarti bekerja dengan air.
Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam tanpa
media tanah tetapi menggunakan media air yang mengandung
bahan-bahan nutrisi esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanamannya. Air yang dipakai sebagai pengganti media tanah
berfungsi selain sebagai media tanam juga sebagai pelarut unsur
hara yang dibutuhkan tanaman. 9 Menurut Sudarmodjo 10 bahwa
hidroponik adalah sebuah sistem atau teknologi di mana tanaman
ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam,
karena itu hidroponik juga disebut sebagai budidaya tanam tanpa
tanah (soilless culture) atau arti harafiah dari hidroponik adalah
bekerja dengan air.
Pengertian urban farming menurut FAO ialah Sebuah
industry yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk
dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan
harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode
intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan
limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan
hewan ternak. Dari pengertian urban farming menurut FAO
tersebut ada dua aspek tegas yang ingin dikejar, yakni ekonomi dan
lingkungan. Urban farming diharapkan mampu menjadi aspek
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar haruan terutama di
kawasan urban. Dari aspek lingkungan, urban farming diharapkan
mampu menjadi solusi atas karut-marutnya keasrian lingkungan di

9 Prihmantoro, Heru dan Y.H. Indriani, Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan

Hobi. Penebar Swadaya, Cimanggis Bogor, 1995.


10 Sudarmodjo, Hidroponik, PT Kebun Sayur Segar Parung Farm, Bogor, Tidak

dipublikan, 2008.
11

sekitar kita itu sebabnya gerakan urban farming harus bertumpu


pada prinsip 3R (Reuse Reduce Recycle).11
Pengertian konservasi adalah suatu upaya atau tindakan
untuk menjaga keberadaan sesuatu secara terus menerus
berkesinambungan baik mutu maupun jumlah.12

2. Analisis
Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam
pembangunan perekonomian nasional diantaranya dalam
pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, pembangunan
ekonomi daerah, ketahanan pangan, dan dalam pelestarian
lingkungan hidup. Hortikultura merupakan salah satu bagian dari
sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan
ekonomi.
Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan budidaya di lini on-
farm (di dalam lahan budidaya) dan peningkatan nilai tambah
komoditas-komoditas on-farm, melalui proses pengolahan,
pemasaran dan distribusinya (off-farm). Secara garis besar,
agribisnis terdiri dari empat subsistem, yaitu (1) subsistem
pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana produksi, (2)
subsistem produksi primer atau usaha tani (on-farm), (3) subsistem
pengolahan atau agroindustri, dan (4) subsistem pemasaran. Usaha
agribisnis mampu menggerakkan perekonomian melalui
mekanisme alokasi sumber daya yang terbatas untuk berbagai
kegunaan yang tidak terbatas. Untuk memahami cara kerja sistem
perekonomian, terdapat beberapa faktor yang harus diidentifikasi,

11 http://www.urbanhidroponik.com/2016/02/sejarah-pengertian-urban-farming-
indonesia.html (diakses pada jumat 14 April 2017 pk 20.00)
12 M.Hadi, Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan, Lab. Ekologi

dan Biosistematk Jurusan Biologi FMIPA Undip


12

termasuk pula interaksi yang terjadi di antara masing-masing


faktor tersebut.13

a. Pemenuhan kebutuhan sayuran dengan minimnya lahan


Dalam memenuhi kebutuhan sayuran harian, saat ini
banyak terjadi alih fungsi lahan. Lahan pertanian berubah
menjadi lahan perumahan, sedangkan pertambahan penduduk
terus meningkat. Hal ini menjadi dilema, di satu sisi kebutuhan
sayuran segar meningkat akan tetapi lahan semakin berkurang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, banyak penemuan baru yang kemudian menggeser
sistem pertanian tradisional menjadi sistem pertanian
konvensional. Sistem pertanian konvensional dicirikan dengan
penggunaan input-input anorganik dan bahan-bahan kimia
pertanian dalam proses budidaya. Hal ini ternyata membawa
dampak negatif, akibatnya adalah timbulnya masalah baru
dalam pertanian sayuran, yaitu pencemaran air oleh bahan
kimia pertanian, menurunnya kualitas dan produktivitas
sayuran, ketergantungan terhadap bahan kimia pertanian
seperti pupuk dan pestisida serta merosotnya produktivitas
lahan karena erosi, pemadatan lahan dan kurangnya bahan
organik. Dampak lain yang ditimbulkan oleh pertanian
konvensional adalah gangguan kesehatan yang diakibatkan
adanya residu kimia yang terkandung dalam produk sayuran.14
Kendala keterbatasan lahan pertanian dan isu bahaya
residu pestisida dapat di jawab dengan budidaya secara
hidroponik. Bertanam secara hidroponik bukan lagi dilakukan

13 E. Gumbira Said, Modul Agribisnis dan Ekonomi Pangan,


http://repository.ut.ac.id/4592/1/PANG4224-M1.pdf
14 http://binaukm.com/2011/06/peluang-usaha-budidaya-tanaman-secara-
hidroponik-murah-dansederhana-bagian-2/ Diakses pada tanggal 14 April 2017 pukul 22.07
13

untuk sekedar hobi. Teknologi ini selain dapat mengatasi


faktor keterbatasan lahan, pergeseran gaya hidup masyarakat
modern lebih memilih untuk mengkonsumsi hasil pertanian
yang lebih sehat dan bebas residu pestisida menjadi alasan
budidaya secara hidroponik memiliki prospek usaha yang lebih
menjanjikan.
Adapun harga jual dari produk hidroponik ini di pasaran
relatif tinggi hingga mencapai 200 sampai 300 % dibandingkan
dengan harga produk yang di budidayakan secara biasa
(konvensional). Kelebihan dari produk hidroponik ini adalah
hasil sayuran yang lebih segar, higienitas tinggi, dan terbebas
dari pestisida membuat sayuran yang di budidayakan secara
hidroponik menjadi sangat di minati masyarakat khususnya
kalangan menengah ke atas. Selain itu teknologi ini juga
menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas dapat terpenuhi.
Keterbatasan persediaan dan makin tingginya
permintaan sayuran hidroponik menjadikan peluang bisnis
yang cukup baik untuk di usahakan oleh para pengusaha dalam
skala yang besar, termasuk peluang ekspor ke berbagai negara
yang permintaan akan sayuran nya yang tinggi. Dengan
demikian, usaha budidaya sayuran hidroponik dapat membuka
peluang menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat sekitar.
Hampir semua pelaku agribisnis konvensional belum
mampu menggeser paradigma sebagai petani subsisten ke
petani unggulan yang berorientasi bisnis. Hal ini pada
umumnya berbeda dengan pelaku agribisnis swasta yang
biasanya telah menerapkan sistem agribisnis secara lebih
konsekuen dan ditekuni secara konsisten.15

15 E. Gumbira, Op.Cit
14

Hidroponik merupakan sistem pertanian masa depan, hal


ini disebabkan hidroponik dapat diusahakan di berbagai
tempat, baik itu di di desa, di kota, di lahan terbuka, atau
bahkan di atas lahan beton sekali pun. Keunggulan hidroponik
adalah diusahakan tidak mengenal musim, sepanjang tahun
petani dapat memproses dan memproduksi hasil pertanian.
Jaminan pasokan dan rutinitasnya sehingga petani dapat
mengatur jenis maupun kuantitas produksi untuk mencegah
jatuhnya harga produk-produk pertanian. Oleh karena itu,
harga jual hasil panennya tidak khawatir akan jatuh.
Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena
tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, dan
tanaman terlindung dari terpaan hujan. Serangan hama dan
penyakit relatif kecil. Tanaman lebih sehat, dan produktivitas
lebih tinggi. Mutu hasil tanaman hidroponik juga lebih bagus.
Itulah sebabnya harga jualnya lebih tinggi. Hal ini terjadi
karena lingkungan yang bersih dan terpenuhinya suplai unsur
hara sesuai dengan kebutuhan tanaman.16
Hidroponik merupakan sebutan untuk sebuah teknologi
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Media untuk
menanam digantikan dengan media tanam lain seperti
rockwool, arang sekam, zeolit, dan berbagai media yang ringan
dan steril untuk digunakan. Hal yang terpenting pada
hidroponik adalah penggunaan air sebagai pengganti tanah
untuk menghantarkan larutan hara ke dalam akar tanaman.
Hidroponik sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
hydroponick. Kata hydroponick merupakan gabungan dari dua
kata yaitu hydro yang artinya air dan ponos yang artinya
bekerja. Jadi dapat dikatakan hidroponik merupakan proses

16 Ibid
15

pengerjaan dengan air, yaitu merupakan sistem penanaman


dengan media tanam yang banyak mengandung air.17
Budidaya tanaman hidroponik dilakukan di dalam
greenhouse. Greenhouse sering diartikan sebagai rumah kaca,
namun saat ini penggunaan kaca sudah banyak digantikan
dengan penggunaan plastik karena harganya yang lebih murah
dan mudah didapat. Penggunaan greenhouse pada dasarnya
untuk melindungi tanaman dari faktor alam seperti cuaca yang
ekstrim (angin kencang, intensitas hujan dan radiasi matahari
yang tinggi), gangguan hama, serta melindungi tanaman dari
kelembaban yang tinggi. Penggunaan greenhouse membuat
tanaman terlindungi dari serangan hama sehingga penggunaan
pestisida dapat dihindari dan produk yang dihasilkan menjadi
lebih sehat. Menurut Prihmantoro H dan Indriani YH, meskipun
greenhouse pada dasarnya digunakan untuk menciptakan
kondisi lingkungan yang ideal, namun untuk usaha komersial
pemilihan lokasi juga harus diperhatikan. Beberapa syarat
pemilihan lokasi pendirian greenhouse yaitu ditempatkan di
tempat terbuka, mempunyai sirkulasi, dapat mengurangi
intensitas cahaya matahari, dapat mengurangi angin, serta
steril.18
Pada masa sekarang ada metode pertanian baru dalam
keterbatasan lahan yaitu dengan urban farming. Urban farming
merupakan solusi atas keterbatasan lahan di perkotaan.
Metode ini merupakan penanaman di sisa lahan sempit.
Biasanya dengan menggunakan teknik hidroponik. Hal ini
dapat memenuhi kebutuhan sayuran harian bagi setiap rumah

17 Sameto H., Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang, Jakarta:Penebar Swadaya, 2003


18 Prihmantoro H dan Indriani YH, Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi.
Jakarta : Penebar Swadaya, 2008.
16

tangga yang memilikinya. Sehingga ketahanan pangan tetap


dapat dicapai.

b. Proses budidaya sayuran hidroponik19


Sistem budidaya yang digunakan yaitu Nutrient Film
Technique (NFT). Pada sistem ini akar tanaman tumbuh di
dalam larutan nutrisi yang sangat dangkal dan membentuk
lapisan nutrisi yang tipis seperti klise film dan tersirkulasi.
Sebagian akar terdapat pada ruang udara dalam saluran untuk
menyerap oksigen, dan sebagian yang lain terendam dalam
larutan nutrisi sehingga dapat menyerap nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Pada komoditas bayam, caysim, dan pakcoy
menggunakan sistem budidaya NFT dengan penggunaan
bedengan rak bambu dan media rockwool, sedangkan pada
komoditas kangkung menggunakan sistem budidaya NFT
metode substrat dengan penggunaan media kerikil. Pada
metode substrat, media yang digunakan berupa media padat
seperti kerikil, pasir, arang sekam, dan berbagai media lain
yang dapat menyimpan air.
Pada dasarnya, proses budidaya tiap jenis sayuran
hidroponik secara garis besar memiliki tahapan yang sama,
yaitu persemaian, pembesaran, pemeliharaan, panen, dan
pasca panen.
1) Persemaian
Kegiatan persemaian dilakukan setiap pagi hari pada
greenhouse persemaian. Benih yang disemai yaitu benih
bayam, caysim, dan pakcoy, sedangkan benih kangkung

19Ratna Indriasti, Analisis Usaha Sayuran Hidroponik pada PT Kebun Sayur Segar
Kabupaten Bogor, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2013, hlm 37-42
17

tidak mengalami proses persemaian. Setiap satu benih


diletakkan ke dalam rockwool basah yang berukuran 2 cm
x 2 cm. Kemudian benih dan rockwool tersebut diletakkan
di atas rak-rak bambu untuk proses persemaian. Setelah
berumur tujuh hari, benih mulai disiram dengan larutan
nutrisi sebanyak tiga kali sehari. Penyiraman dilakukan 38
dengan alat penyiraman manual. Setelah benih disemai
selama 15 hari, benih tersebut menjadi bibit yang siap
dipindahkan ke greenhouse pembesaran.
2) Pembesaran
Bibit bayam, caysim, dan pakcoy yang dipindahkan
dari greenhouse persemaian ke greenhouse pembesaran
dimasukkan ke dalam lubang styrofoam yang berada di
rak bambu. Jarak antar lubang tanam pada styrofoam
yaitu 5 cm. Styrofoam yang digunakan sebelumnya dicuci
dan dijemur terlebih dahulu untuk membersihkan
tanaman sisa panen dan lumut yang menempel. Proses
pencucian styrofoam dilakukan siang hari setelah
tanaman dipanen.
Selama proses pembesaran, bibit dialirkan larutan
nutrisi secara terusmenerus. Bibit bayam akan menjadi
tanaman siap panen setelah berumur 16 hari di
greenhouse pembesaran, sedangkan bibit caysim dan
pakcoy berumur 27 hari. Kangkung yang tidak mengalami
persemaian, dibutuhkan waktu 27 hari dari benih hingga
menjadi tanaman siap panen. Gambar 12. Proses
Pembesaran Bibit di PT KSS 39
3) Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya
sayuran hidroponik seperti pemupukan dengan larutan
18

nutrisi dan pengendalian hama penyakit. Pemupukan


dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam pada
bayam, caysim, dan pakcoy, sedangkan pada kangkung
yang menggunakan metode substrat pengaliran nutrisi
dilakukan selama 12 jam. Nutrisi yang digunakan yaitu
pupuk AB Mix yang didalamnya terkandung berbagai
unsur hara. Formulasi jumlah unsur hara di dalam nutrisi
A dan B dibuat sendiri oleh perusahaan. Dosis pemakaian
nutrisi yaitu 0,8 ml nutrisi dilarutkan dengan satu liter air.
Kurangnya pemberian nutrisi dapat dicirikan dengan
adanya daun-daun yang menguning. Jumlah kecukupan
nutrisi juga dapat diukur dengan menggunakan alat
Electrical Conductivity (EC) meter. EC meter yaitu alat
yang dapat mengukur kepekatan atau konsentrasi larutan
nutrisi tanaman.
Selain pemupukan, dilakukan pula pengendalian hama
dan penyakit. Hama dan penyakit jarang ditemui pada
sayuran hidroponik karena adanya perlindungan dari
greenhouse dan sterilisasi media tanam serta peralatan
yang digunakan. Hama yang mungkin ada yaitu ulat dan
kutu daun. Perusahaan tidak menggunakan pestisida
sehingga pengendalian hama penyakit dilakukan secara
manual dengan membuang tanaman yang terkena hama
penyakit.
4) Panen
Kegiatan panen dilakukan pada setiap pagi hari yaitu
antara pukul 08.00-09.00 WIB. Waktu pagi hari dipilih
karena bobot dan kadar air tanaman masih bagus, kondisi
sangat segar, dan belum ada kerusakan dari panas
matahari. Pemanenan dilakukan berdasarkan sistem
19

rolling luasan 40 lahan yang telah ditetapkan agar tidak


merusak siklus tanaman. Luas panen per hari untuk
bayam yaitu 40 m2 , kangkung 22 m2 , caysim 27 m2 , dan
pakcoy 8 m2 .
Cara pemanenan dilakukan dengan manual yaitu
tanaman langsung dicabut dengan tangan pada bagian
pangkal batang secara hati-hati agar batang sayuran tidak
patah dan daun tidak sobek. Sayuran yang telah dipanen
diletakkan ke dalam keranjang/container plastik,
kemudian setelah panen selesai keranjang tersebut
dibawa ke ruang pengemasan dengan menggunakan troli
besi. Hasil produktivitas panen setelah sortasi yaitu
bayam 1,5 kg/m2 , kangkung 2 kg/m2 , caysim 1,5 kg/m2 ,
dan pakcoy 1,8 kg/m2 .
5) Pasca Panen
Kegiatan pasca panen yang dilakukan pada sayuran
hidroponik yaitu pencucian, sortasi, penimbangan,
pengemasan. Pencucian dilakukan untuk membersihkan
sayuran agar bersih dan higienis. Sortasi yaitu kegiatan
pemilihan dan pemisahan tanaman sayuran yang bermutu
baik dengan sayuran yang kurang baik atau rusak.
Supermarket dan hypermart sebagai tempat utama
pemasaran sayuran hidroponik sangat selektif dalam
menerima hasil penjualan sayuran hidroponik sehingga
hanya produk yang sesuai dengan permintaan pasar yang
dapat dijual. Spesifikasi sayuran yang dapat dijual yaitu
sayuran yang bersih, segar, daunnnya tidak berlubang,
tangkai daun tidak patah, daun tidak menguning,
ketinggian tanaman sesuai dengan ukuran plastik.
20

Setelah kegiatan sortasi dilakukan, sayuran kemudian


ditimbang dengan berat masing-masing 250 gram. Setelah
itu, sayuran dikemas dengan menggunakan plastik yang
telah diberi logo perusahaan. Pengemasan dilakukan
dengan vacuum sealer agar kedap udara. Sayuran yang
telah dikemas diletakkan rapi di dalam container plastik.
Kemudian sayuran tersebut dibagi-bagi sesuai dengan
order dari masing-masing outlet.
6) Pemasaran Sayuran Hidroponik
Sayuran yang telah dikemas akan didistribusikan pada
keesokan pagi harinya. Pendistribusian dilakukan dengan
menggunakan mobil box berpendingin untuk menjaga
kesegaran sayuran. Sayuran hidroponik didistribusikan ke
supermarket dan hypermart seperti Giant, Carrefour, All
Fresh dan Lotte Mart yang berada di Jabodetabek. Sayuran
hidroponik dijual di pasar modern karena membidik
target pasar kalangan menengah ke atas. Pada kalangan
tersebut, sayuran hidroponik dapat dijual dengan harga
yang tinggi. Harga yang tinggi dikarenakan juga tingginya
kualitas dari sayuran hidroponik. Supermarket tempat
pemasaran mengirimkan jumlah pesanan kepada bagian
pemasaran perusahaan melalui fax, biasanya satu minggu
sebelum pengiriman sayuran. Harga jual saat ini untuk
bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy dipatok sama, yaitu
Rp 9500 untuk kemasan 250 gram. Harga jual sayuran
hidroponik sangat jauh berbeda dengan sayuran
konvensional yang hanya berkisar Rp 1500-2500 per 250
gram.
Sayuran merupakan produk yang mudah rusak
sehingga sistem pembayaran yang harus dilakukan yaitu
21

sistem kontrak jual-putus. Sistem ini merupakan sistem


yang menguntungkan bagi pihak PT KSS dan tidak
beresiko tinggi dikarenakan supermarket harus
membayar semua sayuran yang sesuai 42 spesifikasi
sehingga apabila sayuran tersebut tidak laku, pihak
supermarket yang harus menanggung resikonya. Sistem
pembayaran konsinyasi akan berisiko tinggi dan
merugikan perusahaan apabila dijalankan, dikarenakan
pihak supermarket hanya akan membayar sayuran yang
laku dijual dan sayuran yang tidak laku akan
dikembalikan.
Pihak perusahaan melakukan promosi dan berbagai
strategi pemasaran untuk memperluas pasar dan menarik
minat konsumen. Cara yang dilakukan seperti membuat
situs perusahaan di internet sehingga semakin banyak
orang yang akan mengetahui produk sayuran hidroponik
terutama keunggulan yang ada, mencantumkan identitas
produk dan label/alamat perusahaan pada kemasan, serta
mengikuti berbagai pameran untuk dapat lebih
mengenalkan produk sayuran hidroponik ke masyarakat
luas.

c. Perbandingan budidaya sayuran hidroponik dengan


sayuran konvensional
Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan dengan budidaya tanaman
menggunakan media tanah. Kelebihan hidroponik antara lain
(1) serangan hama dan penyakit cenderung jarang, dan lebih
mudah untuk dikendalikan, (2) penggunaan pupuk dan air
lebih efisien, (3) lebih bersih 8 dan steril, (4) pekerjaan relatif
22

lebih ringan karena tidak harus mengolah tanah dan


memberantas gulma, (4) larutan nutrisi dapat disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman, (5) hidroponik dapat diusahakan
di mana saja, tidak harus diusahakan pada lahan luas, (6)
tanaman hidroponik dapat dibudidayakan tanpa bergantung
pada musimnya. 20 Dari berbagai keunggulan tersebut,
teknologi hidroponik lebih efektif dan efisien untuk dijalankan
dibandingkan dengan bercocok tanam secara konvensional.
Penggunaan media air sebagai pengganti media tanah juga
merupakan cara untuk menghasilkan produk yang lebih bersih,
higienis, tanpa adanya kontaminasi dari berbagai limbah atau
zat berbahaya yang mungkin terdapat di dalam tanah. Produk
yang lebih higienis dapat menjadi kekuatan utama dari produk
hidroponik yang dapat menarik minat konsumen untuk
memilih produk hidroponik tersebut.
Adapun harga jual dari produk hidroponik ini di pasaran
relatif tinggi hingga mencapai 200 sampai 300 % dibandingkan
dengan harga produk yang di budidayakan secara biasa
(konvensional). Kelebihan dari produk hidroponik ini adalah
hasil sayuran yang lebih segar, higienitas tinggi, dan terbebas
dari pestisida membuat sayuran yang di budidayakan secara
hidroponik menjadi sangat di minati masyarakat khususnya
kalangan menengah ke atas. Selain itu teknologi ini juga
menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas dapat
terpenuhi.21
Keterbatasan persediaan dan makin tingginya
permintaan sayuran hidroponik menjadikan peluang bisnis

20Ibid.
21Rendy S, Strategi Pengembangan Usaha Cabai Paprika Hidroponik di Koperasi Petani
Mitra Sukamaju Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Skripsi, Institut Pertanian
Bogor, 2013, hlm. 12
23

yang cukup baik untuk di usahakan oleh para pengusaha dalam


skala yang besar, termasuk peluang ekspor ke berbagai negara
yang permintaan akan sayuran nya yang tinggi. Dengan
demikian, usaha budidaya sayuran hidroponik dapat membuka
peluang menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat sekitar.22
Produk konvensional yang ditanam dengan media tanah
menghasilkan pertumbuhan dan kualitas tanaman yang kurang
baik karena tanah yang digunakan secara terus menerus dan
berkelanjutan akan menurun tingkat kesuburan serta
strukturnya. Teknologi hidroponik merupakan alternatif yang
baik untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik dari
segi kualitas, kuantitas serta kontinuitas. Nutrisi yang
diberikan pada tanaman hidroponik dapat langsung diserap
sempurna dan waktu panen lebih cepat. Sebagai contoh,
tingkat pertumbuhan pakcoy yang ditanam secara hidroponik
dan non hidroponik berbeda. Pakcoy yang ditanam secara
hidroponik memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi
dibandingkan dengan non hidroponik. Pakcoy hidroponik
ditanam dengan media arang sekam dan hasil produksinya
memiliki tinggi tanaman, jumlah daun, serta luas daun yang
lebih besar. Hal ini membuktikan bahwa teknologi hidroponik
menghasilkan produk yang lebih baik dari segi kualitas dan
kuantitas.23
Produk yang dihasilkan dengan teknologi hidroponik
memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan
teknologi konvensional. Sebagai contohnya, melon hidroponik

22 Hidroponik.incomehidroponik.blogspot.com. Diakses padatanggal 14 April 2017 pukul


22.45
23 Savvas D. Hydroponics: A Modern Technology Supporting The Application of Integrated

Crop Management in Greenhouse, Food, Agriculture & Environment Vol.1(1): 2003. p. 80-86.
24

kultivar sky rocket dan honeydew memiliki daging buah yang


lebih banyak dan lebih renyah, rasa yang lebih manis, lebih
segar, dan lebih harum. Contoh lainnya yaitu lettuce yang
dibudidayakan dengan teknologi hidroponik memiliki bentuk
krop yang lebih besar, lebih bersih dan higienis. Paprika
hidroponik juga berkualitas lebih baik dibandingkan
konvensional yaitu daging buah yang lebih tebal dan keras,
warna buah yang lebih merata dan mengkilap serta lebih
higienis.24 Dari berbagai contoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa produk hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik
dari segi penampilan fisik dan rasa.
Keunggulan dan kualitas yang lebih baik pada produk
hidroponik ternyata menjadi pertimbangan awal bagi
konsumen dalam keputusan pembelian sayuran hidroponik.
Konsumen memperhatikan kebersihan, kesegaran, warna dan
ukuran dari sayuran hidroponik yang lebih baik dibandingkan
sayuran konvensional. Aspek higienis menjadi alasan utama
konsumen untuk mengkonsumsi sayuran hidroponik. Higienis
seringkali menjadi pembeda utama sayuran hidroponik dengan
sayuran konvensional dikarenakan sayuran hidroponik tidak
ditanam pada media tanah. Disamping itu, konsumen
memperhatikan kandungan gizi yang ada pada sayuran
hidroponik yang dianggap lebih tinggi. Namun kandungan gizi
sebenarnya tidak dapat diketahui secara langsung sehingga
diragukan apakah konsumen benar-benar mengetahui tentang
kandungan gizi sayuran hidroponik.25 Pada pengamatan di
lapangan, sayuran hidroponik yang dijual di pasar modern

24 Prihmantoro H dan Indriani YH, Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan Bisnis,

Jakarta : Penebar Swadaya, 2002


25 Halim P., Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sayuran

Hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran Bogor [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 2000
25

umumnya menggunakan kemasan yang baik dan kedap udara


sehingga produk dapat terbebas dari kontaminasi kotoran dan
bakteri yang ada di udara luar. 26
Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa produk
hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan
dengan produk konvensional. Kualitas yang lebih baik
misalnya dari segi rasa, tekstur, aroma, penampilan fisik, dan
yang paling utama produk yang dihasilkan lebih higienis.
Kualitas dan aspek higienis menjadi alasan utama konsumen
dalam memilih produk hidroponik.27
Sayuran hidroponik memiliki harga jual dan
produktivitas yang tinggi bila dibandingkan dengan sayuran
konvensional. Harga jual sayuran hidroponik yang tinggi
disebabkan oleh penggunaan biaya dan teknologi yang tinggi
pada hidroponik. Harga jual sayuran hidroponik dapat
diterima oleh segmen pasar kalangan menengah ke atas
sehingga sayuran hidroponik biasa dijual di pasarpasar
modern.28
Produktivitas sayuran hidroponik per kilogram per m2
juga lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional.
Produktivitas yang tinggi menyebabkan jumlah produksi
sayuran hidroponik dalam setahun lebih banyak dibandingkan
sayuran konvensional. Produktivitas tinggi ini dikarenakan
sayuran hidroponik selama masa tanamnya diberikan air dan
nutrisi yang cukup dan langsung diserap melalui akar tanaman.

Ratna Indriasti, Ibid, hlm. 9


26

Ibid
27

28 Ratna Indriasti, Analisis Usaha Sayuran Hidroponik pada PT Kebun Sayuran Segar
Kabupaten Bogor, Skripsi, IPB, 2013, hlm. 55
26

Selain itu, siklus produksi sayuran hidroponik relatif lebih


pendek dibandingkan dengan sayuran konvensional. 29
Harga jual sayuran hidroponik pada PT KSS dijual dengan
harga sama untuk semua komoditas yaitu Rp 38.000 per
kilogram, sedangkan harga jual sayuran konvensional yang
diperoleh melalui pengamatan di pasar tradisional bahwa
harga jual sayuran konvensional hanya berkisar Rp 5.600 Rp
10.000 per kilogram. Hal ini berarti sayuran hidroponik
memiliki harga premium di pasaran. Apabila PT KSS menjual
sayuran hidroponik dengan menggunakan harga sayuran
konvensional maka biaya yang dikeluarkan tidak dapat
tertutupi dan tidak memperoleh keuntungan. 30
Produktivitas sayuran hidroponik PT KSS juga lebih tinggi
dibandingkan dengan sayuran konvensional. Produktivitas
sayuran hidroponik dapat mencapai 2 kg/m2 , sedangkan
produktivitas sayuran konvensional hanya berkisar 0,3 0,9
kg/m2 . Siklus produksi sayuran hidroponik relatif lebih
pendek dibandingkan sayuran konvensional. Siklus produksi
bayam hidroponik yaitu 31 hari, sedangkan bayam
konvensional rata-rata 35 hari. Siklus produksi kangkung
hidroponik yaitu 27 hari, sedangkan kangkung konvensional
rata-rata 35 hari. Siklus produksi pakcoy dan caysim
hidroponik yaitu 42 hari, sedangkan pakcoy dan caysim
konvensional rata-rata 40 hari. Siklus produksi pakcoy dan
caysim konvensional sedikit lebih pendek dibandingkan
hidroponik.31

29 ibid
30 ibid, hlm. 56
31 ibid
27

C. Kesimpulan
1. Pemenuhan kebutuhan sayuran dengan minimnya lahan dapat
dilakukan dengan cara hidroponik dan urban farming.
2. Pola budidaya sayuran hidroponik dengan cara persemaian benih,
pembesaran benih, pemeliharaan, panen, pasca panen, pemasaran
3. Dari perbandingan harga jual, produktivitas, dan siklus produksi
antara sayuran hidroponik dan sayuran konvensional dapat ditarik
kesimpulan bahwa sayuran hidroponik memiliki harga jual yang
baik dan jumlah produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sayuran konvensional. Tingginya harga jual dan jumlah produksi
sayuran hidroponik dapat menutupi tingginya biaya produksi yang
dikeluarkan
28

Daftar Pustaka

Buku
Onate, L. U. and J. S. Eusebio, Vegetables as food, In O. K. Bautista and R. C.
Mabesa (Eds.). Vegetable Production. University of The Philippines at
Los Banos College of Agriculture. 1986,Los Banos.

Prihmantoro H dan Indriani YH, Hidroponik Tanaman Buah Untuk Hobi dan
Bisnis, Jakarta : Penebar Swadaya, 2002

_____________________, Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Bisnis dan Hobi.


Jakarta : Penebar Swadaya, 2008.

Sameto H., Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang, Jakarta:Penebar Swadaya,


2003

Sudarmodjo, Hidroponik, PT Kebun Sayur Segar Parung Farm, Bogor, Tidak


dipublikan, 2008.

Sumber Lain

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Direktorat Jendral Holtikultura, Statistik Konsumsi Perkapita Komoditas


Sayuran di Indonesia Periode Tahun 2003-2007,
www.hortikultura.deptan.go.id.

E. Gumbira Said, Perspektif Pengembangan Agribisnis, Jurnal Agrimedia, Vol 6


No.1 Maret 2000, Bogor.
___________________, Modul Agribisnis dan Ekonomi Pangan,
http://repository.ut.ac.id/4592/1/PANG4224-M1.pdf

Halim P., Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sayuran


Hidroponik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran Bogor [skripsi].
Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 2000
29

Mohammad Abdul Mukhyi, Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor


Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa
Barat Pendekatan Analisis IRIO, Simposium Nasional RAPI VI, 2007

M.Hadi, Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Lingkungan, Lab.


Ekologi dan Biosistematk Jurusan Biologi FMIPA Undip

Ratna Indriasti, Analisis Usaha Sayuran Hidroponik pada PT Kebun Sayur


Segar Kabupaten Bogor, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2013

Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019


(http://www.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf)

Rendy S, Strategi Pengembangan Usaha Cabai Paprika Hidroponik di Koperasi


Petani Mitra Sukamaju Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat,
Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2013

Savvas D. Hydroponics: A Modern Technology Supporting The Application of


Integrated Crop Management in Greenhouse, Food, Agriculture &
Environment Vol.1(1): 2003
http://www.urbanhidroponik.com/2016/02/sejarah-pengertian-urban-
farming-indonesia.html (diakses pada jumat 14 April 2017 pk 20.00)

http://binaukm.com/2011/06/peluang-usaha-budidaya-tanaman-secara-
hidroponik-murah-dansederhana-bagian-2/ Diakses pada tanggal 14
April 2017 pukul 22.07

Hidroponik.incomehidroponik.blogspot.com. Diakses padatanggal 14 April


2017 pukul 22.45

Anda mungkin juga menyukai