KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2014 I. PENDAHULUAN
Bagi bangsa Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa pada saat ini, pengadaan pangan merupakan masalah yang sangat serius untuk ditangani. Ketahanan pangan (food security) sangat erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi, biaya produksi dan stabilitas sosial politik nasional. Ketahanan pangan tidak hanya menyangkut kuantitas yaitu menyangkut aspek penyediaan jumlah pangan yang selalu meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, dan peningkatan pendapatan, tetapi kualitas dan keanekaragaman bahan pangan juga harus dipenuhi untuk mengantisipasi perubahan preferensi konsumen yang semakin peduli pada masalah gaya hidup, kesehatan dan kebugaran. Usaha agribisnis sayuran / hortikultura merupakan sumber pendapatan tunai bagi petani dipedesaan sebagai sumber pendapatan keluarga oleh karena ditunjang oleh potensi lahan dan iklim, potensi sumber daya manusia serta peluang pasar domestik dan internasional yang sangat besar. Selain sebagai komoditas unggulan, komoditas sayuran juga berperan sebagai sumber gizi masyarakat, penghasil devisa negara, penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri (Soekartawi, 1996). Secara nasional, produksi sayuran tahun 2003 sebesar 8,6 juta ton meningkat menjadi 9,6 juta ton pada tahun 2008, yang juga diikuti oleh peningkatan jumlah tenaga kerja pada level usaha tani dari 2,3 juta orang pada tahun 2003 menjadi 3,0 juta orang pada tahun 2006. Volume ekspor sayuran pada tahun 2008 mencapai176.000 ton dengan nilai 171,5 juta US$ (Direktorat jenderal hortikultura, 2009). Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa usaha agribisnis sayuran merupakan sumber pendapatan masyarakat di pedesaan melalui usaha usaha agribisnis yang luas mulai dari penyedia input produksi, usaha tani, pengolahan hasil hingga pemasaran, sehingga berpeluang dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan maupun dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu pengembangan komoditas sayuran yang berbasis agribisnis sangat penting dilakukan melalui perubahan kebijakan dan penajaman ke arah perencanaan pembangunan agribisnis yang menguntungkan, stabil, berkelanjutan, efisien dan efektif serta berkualitas Hortikultura merupakan salah satu potensi dalam pembangunan pertanian. Komoditas tanaman hortikultura yang dihasilkan dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu kelompok sayur sayuran, kelompok buah buahan, kelompok tanaman biofarmaka, dan kelompok tanaman hias. Tanaman hortikultura mampu meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan nilai tambah, perluasan peluang usaha, dan kesempatan kerja pedesaan (Rukmana, 1997). Kentang (Solanum Tuberosum) merupakan salah satu komoditi pangan yang penting di dunia. Di Indonesia kentang dikonsumsi sebagai sayur dan belakangan ini sudah mulai dikonsumsi sebagai makanan alternatif yang disukai dalam bentuk french fries atau potato chips sebagai makanan ringan. Kentang merupakan komoditas hortikultura yang paling berpeluang untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Besarnya peluang ini disebabkan harga kentang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi, segmen usaha dapat dipilih sesuai dengan modal pasar terjamin dan pasti. Selain itu kentang memiliki sifat daya simpan lebih lama daripada sayuran lain seperti bawang merah, kubis, dan buncis.