Bawang Merah
OLEH
NIM : C1M017008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. proposal penelitian ini membahas tentang “Analisis Residu Pestisida Pada Tanaman
Bawang Merah ( Allium Ascalonicum L.) di Kabupaten Brebes”
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan daan dukungsn serta usaha dan tawakal b tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan proposal selanjutnya.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3. Apakah sulit menanam bawang merah pada musim hujan yang tidak berimbang?
5.Bagaimana penyakit yang rentan menyerang bawang merah saat musim hujan?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Sentra produksi bawang merah tingkat nasional berada di Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah sebagai penghasil sayursayuran terutama bawang merah. Menurut Pitoyo (2003)
Kabupaten Brebes memasok kebutuhan nasional sekitar 50 %. Produksi bawang merah di
Kabupaten Brebes mencapai 2 (dua) juta kwintal (Kabupaten Brebes, 2009; Subhan, et 77
al., 2002). Namun demikian produksi bawang merah masih belum mampu memenuhi
kebutuhan.
Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah subur, gembur, dan banyak
mengandung bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik. Suhu yang
dikehendaki 25-300C dengan ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-2500
mm/th. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol,
latosol dan aluvial (Dewi, 2012). Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk tumbuh
bawang merah berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam maka garam alumunium larut dalam
tanah dan dapat mengakibatkan racun bagi tanaman bawang merah. Sedangkan apabila
pH terlalu basa unsur Mangan tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbinya menjadi kecil.
Bawang merah membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas sehingga cocok
bila ditanam di daerah dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim
kemarau (Sunarjono, 2013). Bawang merah biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan
dalam bentuk segar, bumbu-bumbu masakan, dan atau bentuk olahan kering. Tangkai
bawang merah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayur. Pemanfaatan tangkai
bawangmerah sebagai bahan sayur terutama dilakukan jika budidaya tanaman tidak
menggunakan pestisida sehingga relative lebih amn bagi kehidupan jangka panjang.
Masalah utama usahatani bawang merah diluar musim adalah tingginya resiko
kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan terutama serangan
hamadan penyakit,hama dan penyakit penting pada bawang merah antara lain; ulat
bawang merah( spodoptera exigua) sedangkan penyakitnya meliputi antraknose fusarium
dan trotol.keberadaaan hama tersebut menyebabkan petani menggunakan pestisida yang
berlebihan karena petani beranggapan bahwa keberhasilan pengendalian hama yaitu
dengan meningkatkan takaran.
Pada umumnya petani menggunakan lebih dari satu jenis pestisidadalam setiap
aplikasi yaitu sebanyak 68,70% petani menggunakan dua macam pestisida untuk setiap
penyemprotan,penggunaan pestisida yang berlbihan akan meningkatkan biaya
pengendalian mempertinggi kematian organisme non target serta dapat menurunkan
kualitas lingkungan.pestisida didalam tanah akan mengalami dekomposisi baik secara
fisik,kimia maupun biologis.
Untuk mengantisipasi masalah di atas adalah salah satu usaha yaitu mencari
dan menggali varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul terutama dalam
hal produksi serta ketahanan terhadap hama dan penyakit utama sehingga varietas
bawang merah mampu berproduksi walaupaun serangan penyakit cukup besar.
Ardiwinata, A.N dan E.S Harsanti 2007. Pencemaran Bahan Agrokimia di lahan Pertanian
Badan Sandarrisasi Nasional Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian. SNI
7313:2008
Skirpsi Program Study Teknik Lingkungan. Fakultas Tehknik Sipil dan Lingkungan.
Bandung.
golongan siklodiena SP. Setelah pencucian dengan metode GC. MS. Skripsi
Irawati, Z. 2004. 96,8 persen “karedok” mengandung residu pestisida metasiklor media
indonesia.
Laba IW. Analisis Empiris Penggunaan insektisida Menuju Pertanian Berkelanjutan. Naskah
di Sahkan Dari bahan ahli profesor Riset di Bogor. Pengembangan inovasi 886
Lestari, 2011. Metode Kromotograpi gas untuk analisi pestisida organo pospat sain matika
VOL. 3 NO 1.
Suara merdeka. 2002. 30 persen petani tercemar pestisida. Suara merdeka edisi satu, 8 Juni
2002. Hal. XX V
Yuantari MG. Widianako B. Sunopo. HR. Tingkat pengetahunan petani dalam menggunakan
prosiding seminar nasional pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. 2013.
ISBN 978-602-17001-1-2.
Zulkarnain, I 2010. Aplikasi pestisida dan analisa residu pestisida golongan organo pospat
pada beras. di kecamatan portibi kabupaten pada lawas utara tahun 2009