Bawang merah (Allium cepa L.) adalah salah satu komoditi utama di
Indonesia. Pada umumnya, tanaman ini atau lebih tepatnya pada bagian umbi pada
akar dimanfaatkan sebagai bahan memasak untuk menambah cita rasa. Bawang
merah banyak dimanfaatkan tidak hanya sebagai penambah rasa pada masakan,
merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, serta vitamin A dan C.
Bawang merah juga mengandung zat anti kanker dan pengganti anti-biotik,
penurunan tekanan darah, kolesterol serta kadar gula darah (Aryanta, 2019).
Provinsi Riau.
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2020) menyatakan
Walaupun terlihat surplus secara keseluruhan, namun hal ini tidak menjamin
Sumatera merupakan daerah dengan tingkat konsumsi yang tinggi oleh tiap
507 ton dengan tingkat konsumsi mencapai 24,524 ton. Maka daripada itu
1
diperlukan adanya peningkatan produksi bawang merah terutama di Provinsi
Riau.
tanaman ialah gangguan hama dan penyakit. Salah satunya penyakit yang
menyebabkan busuk pangkal umbi. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari
Fadhilah et aL. (2014) dan menyatakan bahwa patogen ini menyerang pada
bagian pangkal umbi tanaman bawang merah dengan luas tambah serangan (LTS)
sebesar 618 ha. Tingginya tingkat serangan yang disebabkan oleh patogen ini
fungisida sintetis atau fungisida yang mengandung bahan aktif kimia. Fungisida
2
daripada itu diperlukan adanya pengendalian yang lebih ramah lingkungan aman
dampak yang diberikan oleh fungisida sintetis. Salah satu teknik penegendalian
biofungisida.
cenderung lebih aman. Penggunaan bahan yang lebih aman dengan menggunakan
komersial yang digunakan oleh para petani ialah Anfush, Bio-fungisida Plus
3
1.3 Hipotesis
4
II TINJAUAN PUSTAKA
semusim yang berarti tanaman dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam.
Menurut Wibowo et al. (2009), klasifikasi dari tanaman ini adalah Kingdom:
Allium cepa L.
Tanaman bawang merah termasuk dalam tanaman umbi lapis dimana sejati
yang terdiri dari beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, dan umbi serta biji.
berbunga, berbiji, dan kemudian mati hanya dalam waktu satu tahun (periodic).
Pada umumnya tanaman ini akan berkecambah dalam kurum waktu 8 - 10 minggu
Akar dari tanaman ini termasuk dalam golongan akar serabut yang dimana
terdiri dari akar pokok (primary root), akar adventif (root initial), dan bulu akar.
Akar bawang merah dapat tumbuh dan berkembang hingga kedalaman 15-20 cm,
dengan diameter 0,5 mm-2 mm. Akar dari tanaman dapat memiliki cabang hingga
berupa bentuknya yang beruas-ruas dan menyerupai bentuk cakram (diskus). Pada
5
bagian yang beruas-ru as ini terdapat kuncup. Batang bawang merah terbagi
menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah, yang dimana pada bagian bawah
merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang merupakan umbi semu yang
berasal dari pangkal daun bawang merah dan berfungsi sebagai tempat
memiliki daun yang berpelepah dan berwarna putih kehijauan hingga hijau.
Bentuk daun yang memanjang dan pada bagian tengah terdapat lingkaran. Panjang
Umbi tanaman bawang merah terdapat beberapa tunas lateral, mulai dari
bagian penting dari tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo
el al (2009).
Biji dari tanaman bawang merah berasal dari bakal buah yang berbentuk
segitiga menyerupai kubah. Biji terdapat di dalam suatu ruang yang terdiri dari
tiga ruang yang dalam tiap ruangnya terdapat dua calon biji membentuk bakal
buah. Biji berbentuk bulat dengan warna sedikit keputihan hingga coklat bahkan
hitam. Hal ini didasari oleh pernyataan Rahman dan Herdi (2017). Selain
morfologi bawang merah yang perlu diketahui, hal lain yang perlu diperhatikan
merah dimulai dari kondisi iklim yang sesuai. Menurut AAK (2005), menyatakan
6
bahwa dataran rendah merupakan tempat yang cocok untuk membudidayakan
komoditi bawang merah, dengan ketinggian berada dibawah 800 - 1100 meter
diatas permukaan laut (mdpl). Ketinggian suatu daerah meiliki korelasi denga
Suhu yang dimiliki pada daerah dataran rendah cenderung panas, sehingga
cocok untuk pembudidayaan tanaman bawang merah. Suhu yang dibutuhkan oleh
tanaman bawang merah adalah berkisar pada 22 - 30℃ dengan lama penyinaran
berkisar selama 12 jam sehari (Sumarni dan Hidayat, 2005). Setelah faktor suhu
yang disesuaikan untuk tanaman bawang merah, kebutuhan air juga perlu
Kebutuhan air dapat dipenuhi dengan ketersediaan air hujan pada suatu
daerah yang masih memiliki korelasi dengan ketinggian suatu daerah. Hal ini
yang dimaksud dengan curah hujan. Curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman
bawang merah berkisar 10 mm - 200 mm/bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
AAK (2005) yang dimana menyatakan bahwa tanaman bawang merah cocok
dipengaruhi dengan jenis tanah yang digunakan. Karakteristik jenis tanah yang
sesuai menurut Wibowo et al (2009) adalah tanah yang subur, gembur, serta tanah
adalah jenis tanah lempung berpasir dikarenakan jenis tanah itu memiliki aerasi
dan drainase yang baik. Jenis tanah yang sesuai dengan hal tersbut merupakan
7
jenis tanah Aluvial dengan nilai pH tanah paling sesuai berkisar antara 6,0 - 6,8.
Namun pada tingkat keasaman tertentu tanaman bawang merah memiliki tingkat
nilai pH toleransi berkisar pada 5,5 – 7,0. Apabila tingkah keasaman suatu lahan
terlalu asam maka akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Dan apabila terlalu
basa maka umbi tanaman menjadi kecil bahkan tidak ada sehingga menurunkan
moler pada tanaman bawang merah Klasifikasi patogen ini adalah Kingdom:
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit moler pada tanaman bawang merah
menjadi kerdil. Berdasarkan pernyataan Eli dan Edi Saputra (2005), gejala
penyakit akan muncul setelah 2 minggu setelah tanam (MST). Pada bagian
moler, dapat menghambat transportasi zat hara dan air sehingga tanaman akan
mati dimulai dari bagian ujung daun hingga pada bagian bawahnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kaeni (2013) yang menyatakan bahwa infeksi yang terjadi
pada bagian akar atau batang yang berbatasan dengan permukaan tanah
8
dibutuhkan oleh tanaman dikarenakan infeksi yang disebabkan oleh patogen
tersebut. Maka perlu diketahui siklus hidup patogen guna mencegah terjadinya
serangan.
Siklus hidup Patogen Fusarium oxysporum terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
patogen tular tanah (soil-borne), yang artinya dimana patogen ini menghabiskan
patogenesis, patogen ini menyerang tanaman bawang merah dengan cara masuk
dari bagian akar tanaman bawang merah (Eli dan Edi Saputra, 2005).
Patogen hidup dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk
fase saprogensis apabila tidak ada tanaman inang, yang dapat menjadi sumber
moler dapat menyebar melalui air, udara, serta tanah dan juga bisa lewat alat
Penyebaran patogen tidak hanya terjadi melalui air, udara, tanah maupun
alat pertanian yang telah terinfeksi saja, melainkan juga dapat terjadi dengan
melewati luka yang disebabkan oleh serangan nematoda. Bentuk infeksi ini
disebut denga infeksi secara vektor atau menggunakan perantara (Eli dan Edi
Saputra, 2005)
masuk kedalam fase selanjutnya yaitu fase patogenesis, yang dimana pada fase ini
patogen akan masuk kedalam luka dan bertahan di jaringan parenkim hingga luka
9
menutup. Kemudian patogen akan berkembang biak dengan manghasilkan
menyatakan bahwa infeksi akan dimulai pada saat patogen bertahan di jaringan
parenki atau lebih tepatnya berada di ujung akar. Maka daripada itu perlu
kekuningan bahkan berwarna agak ungu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
klamidospora.
mempunyai bentuk sedikit membengkok dan meruncing pada kedua ujungnya dan
terbentuk pada fialid yang terletak pada konidiofor dengan jumlah septa 3-5,
dengan ukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm. Mikrokonidia patogen ini berbentuk lonjong
pada fialid yang sederhana dengan jumlah septa 2 dan memiliki ukuran 5-12 x
miselium yang sudah tua atau di dalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 sel dan
merupakan fase bertahan pada lingkungan yang kurang baik. Sama halnya dengan
tanah 21 - 33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Fusarium dapat hidup
10
pada kisaran pH 4,8 – 6. tanah yang luas. Penyakit akan berkembang lebih pesat
bila tanah mengandung banyak nitrogen tapi miskin kalium (Semangun, 2001).
2.3 Bio-Fungisida.
karena mengandung bahan aktif berupa agen hayati yang bersifat antagonis
terhadap patogen Fusarium oxysporum. Agens hayati seperti Trichoderma sp. dan
(Novizan, 2002).
kandung utama berupa agen hayati Gliocladium sp., Trichoderma sp., dan juga
bakteri pengurai, yang sesuai untuk mengendalikan infeksi yang disebabkan oleh
produksi panen.
11
produk ini, Trichoderma sp. dipercaya dapat bekerja sebagai agen hayati yang
dipercaya dapat bekerja sebagai stimulator. POC dan unsur hara mikro (Cu, Fe,
Mg, Mn, dan Ca) juga terkandung di dalam produk ini. Bio-fungisida ini dikemas
dalam bentuk bentuk cair yang dipercaya dapat memperbaiki struktur tanah,
drainase dan memperbaiki daya ikat tanah dan daya ikat air, sehingga
dipercaya dapat digunakan untuk mengatasi penyakit moler pada tanaman bawang
merah. Bio-fungisida ini dikemas dalam bentuk tepung atau wettable powder
Thricoderman harzianum.
2.3.4 Molerimax
jaringan tanaman untuk mengatasi penyakit moler. Produk ini mengandung dua
dapat digunakan untuk mengatasi penyakit moler. Produk ini dipercaya dapat
12
digunak untuk pengomposan. Bio-fungisida ini mengandung agen hayati berupa
Trichoderma sp.
III METODOLOGI
Rumah kasa Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Fakultas Pertanian Universitas Riau,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanaman bawang
merah yang diduga terinfeksi oleh Fusarium oxysporum yang diambil dari koleksi
bawang merah varietas bima brebes, tanah, pupuk kandang sapi, pupuk KCl,
pupuk Urea, pupuk TSP,kertas tisu gulung, polybag ukuran 30x40 cm, media
potato dextrose agar (PDA), aquades, alkohol 70 %, aluminium foil, net, paku
13
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, pisau, kompor,
panci, rotary shaker,autoclave, cork borer, kaca objek, pinset, kaca penutup, gelas
ukur, pipet tetes, cawan petri beriameter 9 cm, mikroskop binokuler, laminar air
flow cabinet (LAFC), electric soil sterilizer, erlenmeyer 1 L, ember cat 10 liter,
jarum ose, korek api, tali rapia, gunting, cangkul, gembor, timbangan, jangka
sorong, batang pengaduk, lampu bunsen, pipet tetes,hand sprayer, kertas label,
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tujuh perlakuan dan empat
ulangan. Perlakuan yang diuji adalah bio-fungisida komersil yang terdiri dari:
B1 = ANFUSH
B3 = BIOTRACOL
B4 = MOLERIMAX
B5 = TRICO-Z
3.4.1 Di Laboratorium
jarum ose steril dan ditumbuhkan pada media PDA steril dalam petri dish dengan
14
menggunakan media jagung giling. Proses ini dilakukan di LAFC untuk
menghindari kontaminasi.
250g. Isolat jamur F. oxysporum yang telah berumur 7 hari dipotong menjadi 4
bagian dalam satu cawan petri, kemudian salah satu bagian potongan tersebut
dicampur rata kemudian plastik ditutup rapat dan diinkubasi selama 14 hari dalam
3.4.2 Di Lapangan
Media tanam yang digunakan adalah tanah pada lapisan atas yang diambil
dari lahan UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau pada kedalam 20 cm, dan
dibersihkan dari daun-daun kering dan sisa perakaran tanaman sebelumnya. Tanah
thermometer. Alat dihubungkan dengan listrik dan dibiarkan selama ±45 menit
15
media tanah dimasukkan ke dalam polybag dan dicampurkan dengan pupuk
kandang ayam yang telah disterilisasi dengan dosis 5-6 t/ha. (Sumarni, 2005).
jagung giling yang telah berisi Fusarium oxysporum didalamnya ke dalam setiap
lubang pada media tanam di setiap polybag. Inokulasi dilakukan setelah media
Penanaman umbi bawang merah dilakukan dengan cara umbi bawang merah
dilakukan metode seed treatment dengan merendam umbi bawng merah didalam
ruangan selama 12 jam (Darsan, 2016). Umbi yang telah diaplikasikan dengan
metode seed treatment pada ujung umbi dipotong dengan pisau yang telah
disterilisasi dengan menggunakan air distilasi sebanyak ¼ bagian ujung bibit umbi
bawang merah. Kemudian, umbi ditanam didalam polybag dengan gerakan seperti
memutar sekrup hingga ujung umbi tampak rata dengan tanah. Setelah ditanam,
tanaman disiram dengan menggunakan air dengan jarak tanam 50 cm. (Hidayat et
al, 1991)
pemupukan susulan II dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam. Pupuk N dan
pupuk N yang paling baik adalah 1/3 N (Urea) + 2/3 N (ZA) (Sumarni et al, 2005)
16
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma menggunakan
3.4.2.5 Panen
Panen bawang merah dilakukan pada saat tanaman bawang merah sudah
dilakukan pada sore hari. Dalam penelitian ini panen dilakukan sebanyak satu kali
3.5 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari dimulai dari gejala serangan moler mulai
tampak pada lahan. Pengamatan dilakukan pada saat munculnya gejala awal
dilakukan dengan menghitung pada hari keberapa mulai terlihat gejala serangan
17
Ʃ( ni x vi ) x 100%
I =
Zx N
Keterangan:
I = Intensitas penyakit moler
ni = Jumlah tanaman bawang merah yang terserang penyakit moler untuk
setiap kategori serangan
vi = Nilai skala setiap kategori serangan penyakit moler dari tanaman bawang
merah yang diamati. i= 0, 1, 2, 3 dan 4
Z = Nilai skala tertinggi dari kategori serangan penyakit moler
N = Jumlah tanaman yang diamati setiap perlakuan
tanaman bawang merah dengan menggunakan skala 0-4 (Ambar et al., 2010):
sampai ujung daun terpanjang. Pengukuran dilakukan dengan bantuan ajir yang
diberi tanda batas. Pengukuran dilakukan setiap minggu pada fase vegetatif
18
sampai masuk fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga pertama.
Pengamatan jumlah umbi dihitung pada saat penan yang ditandai dengan
daun tanaman yang sudah agak menguning (70%), pangkal daun tanaman sudah
lemas, serta umbi sudah muncul di permukaan tanah (Mailina dan Kusnanto,
2020).
Pengamatan berat umbi terbagi menjadi dua yaitu berat basah dan berah
kering. Pada pengamatan berat basah dilakukan dengan cara tanaman bawang
merah dipanen lalu ditimbang secara langsung. Pada pengamatan berat kering
bentuk tabel dan gambar. Selain data uji kompabilitas data hasil penelitian lainnya
dianalisis secara statistik dengan sidik ragam dalam model linear sebagai berikut:
Yij = µ + Ki + ɛij
19
Keterangan:
Hasil analisis ragam dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada
20