Anda di halaman 1dari 36

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang batak (Allium chinense) berasal dari Asia tengah, di antara nya

Cina dan Jepang yang beriklim subtropik. Menyebar ke seluruh Asia, Eropa,

dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang batak di bawa oleh

pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau

daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah

pedalaman dan akhirnya bawang batak akrab dengan kehidupan masyarakat

Indonesia ( Wang et al, 2012)

Salah satu genus tumbuhan yang terkenal dan banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat adalah Allium. Genus Allium terdiri lebih dari 280 spesies

yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa spesies dari genus Allium bernilai

ekonomi tinggi dan telah dimanfaatkan sejak lama. Allium berguna untuk

bumbu, sayuran, obat dan tanaman hias. Kebutuhan pasar dunia akan jenis

sayuran/bumbu ini sangat tinggi, begitu pula kebutuhan nasional. Namun

produksi di Indonesia masih belum optimal, bahkan beberapa spesies harus

diimpor seperti bawang merah, bawang putih dan bawang Bombay (Naibaho

et al, 2015).

Untuk data produksi bawang batak tidak ada sama sekali. Karena

samapai saat ini budidaya tanaman bawang batak belum berkembang. Salah

satu penyababnya adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang

khasiat dari tanaman bawang batak terutama terhadap Kesehatan. Selain itu,

umbi dari bawang batak yang berukuran kecil, sehingga dalam budidaya yang
2

baik harus digunakan pupuk untuk membantu pertumbuhan umbi tersebut.

Nilai ekonomi bawang batak masih sangat rendah. Dari hasil peninjauan

dengan pedagang bawang batak, untuk harga dimulai dari Rp. 5.000,00

hingga Rp. 8.000,00 perikat dengan jumlah tanaman sekitar 5-7 tanaman.

Bawang batak memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tidak

kalah dengan jenis bawang dan daun bawang lainnya. Daun bawang batak

juga memasok vitamin C dan K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. Vitamin K

berfungsi membantu pembekuan darah. Nutrisi lainnya adalah vitamin A dan

B6, asam folat likopen, kalium, dan zeaxanthin. Bawang batak sebagai

sumber kolin.(Kyung, 2012).

Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 merupakan salah satu jenis pupuk

anorganik yang cukup mengandung unsur hara makro yang berimbang.

Komposisi kandungan unsur hara yang terdapat pupuk majemuk NPK adalah

16 % Nitrogen (N) terbagi dalam 2 bentuk yaitu 9,5 % Ammonium (NH4)

dan 6,5 % Nitrat (NO3), 16 % fosfor Oksida (P2O5), 16 % kalium Oksida

(K2O), 1,5 % Magnesium Oksida (MgO), 5 % Kalsium Oksida (CaO)

(Sinaga, 2012)

Cekaman kekeringan adalah keadaan lingkungan yang menyebabkan

kekurangan air bagi tanaman. Cekaman air pada tanaman dapat disebabkan

oleh dua yaitu: (1) kekurangan air di dareah perakaran, (2) laju

evapotranspirasi lebih tinggi dibandingkan dengan laju absorbs ole akar

tanaman sehingga kebutuhan air pada daun lebih tinggi. Penyerapan air oleh

tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor tanaman. Faktor


3

lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah, kelembaban udara

dan suhu tanah. Faktor tanaman adalah efesiensi perakaran, perbedaan

tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman (Kramer

1979).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang uji adaptasi ekologis dan produksi tanaman bawang batak (Allium

chinense G. Don) terhadap pemberian pupuk npk mutiara pada kondisi tanah

tekanan kekeringan.

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya uji adaptasi ekologis dan produksi tanaman

bawang batak (Allium chinense G.Don) terhadap pemberian pupuk npk

mutiara pada kondisi tanah tekanan kekeringan.

C. Hipotesis

1. Ada pengaruh pupuk NPK mutiara 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman bawang batak.

2. Ada pengaruh tekanan kekeringan terhadap ekologis dan produksi

tanaman bawang batak.

3. Ada interaksi antara pemberian pupuk NPK mutiara 16:16:16 pada kondisi

tanah tekanan kekeringan terhadap ekologis dan produksi tanaman bawang

batak.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam

menempuh ujian sarjana pada Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Asahan.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan analisis

pemikiran yang baik di Fakultas Pertanian Universitas Asahan dalam

adaptasi ekologis tekanan kekeringan dan menggunakan NPK Mutiara

16:16: 16 pada tanaman bawang batak.

3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Asahan terutama yang menyangkut tentang adaptasi ekologis tekanan

kekeringan dan menggunakan pupuk NPK Mutiara 16:16:16 pada tanaman

bawang batak.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Tanaman Bawang Batak (Allium chinense)

Bawang batak merupakan tanaman obat dan juga dikenal sebagai bahan

makanan yang sering dijumpai di Asia. Di negara Cina, tanaman ini

digunakan untuk mengobatin angina pektoris, asma kardiak, dan antiagregasi

antiplatelet. Dalam sebuah uji ekologis, dijumpai bahwa kandungan sulfur di

dalam Allium chinense dapat memengaruhi kadar kolesterol plasma. Dalam

penelitian lain, ditemukan juga bahwa kandungan steroidal di dalamnya

mampu mencegah gangguan pada jantung yang diakibatkan stress oksidatif

(Lin et al., 2016).

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Tracheophyta

Sub Divisio : Spermatophytina

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Amarylidaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium chinense G. Don (syamsiah dan tajudin, 2003)

Bagian-bagian utama tanaman bawang batak meliputi bagian akar,

daun, bunga dan umbi. Penjelasan bagian-bagian tersebut sebagai berikut:


6

1. Akar

Bawang batak memiliki perakaran serabut dengan kedalaman akar

bisa mencapai 45-50 cm, tinggi tanaman bisa mencapai 50 cm dengan

bentuk daun yang sempit berwarna cerah yang menyatu dengan tangkai

umbi dibawahnya. Bunga bawang batak berwarna lavender, dengan

tangkai bunga memanjang dan benang sari menjulur keluar. Umbi Allium

chinense berwarna putih keabuan hingga ungu yang terbungkus oleh kulit

transparan dengan daging umbi ber;warna putih yang memiliki aroma

bawang yang sangat kuat (Wang & Huang, 2012)

2. Daun

Allium chinense G.Don memiliki daun yang ramping dengan

Panjang daun 30-60 cm. Umbi akan berkemabang memanjang pada awal

musim semi dan akan mengalami dormansi pada awal musim panas.

Biasanya umbi pada tanaman ini berwarna abu-abu atau ungu, memiliki

kulit tipis yang transparan dengan bentuk agak oval. Pada perbungaannya

tanaman ini membentuk umbel dari 6 sampai 30 bunga ungu kemerahan

pada tangkai setinggi 40-60 cm. (Brewster,2008)

3. Bunga

Bunga pada tamanan bawang batak ini berupa tenda bunga

menyerupai mahkota yang tersusun dalam dua lingkungan. Jumlah benang

sari 6, pada pangkal tangkai sari berlekatan sehingga membentuk seperti

mahkota tambahan. Taman ini juga memiliki 1 pangkai putik dengan 3


7

kelapa putik, bakal buah tenggelam memiliki 3 ruang dengan tembuni di

sudut sudutnya tiap ruang berisi bakal biji (Tijitrosoepomo, 2012)

4. Umbi

Dalam satu umbi bawang batak mengandung kurang lebih 109 kkal

energi, 70,1 gram air, 0,8 gram protein, 0,1 gram lemak, 27,7 gram

karbohidrat 0,4 gram serat, 1,3 gram abu, 26 miligram riboflavin 0,7

miligram niasin, dan 2 miligram asam askorbat (FAO, 1972). Allium

chinense juga mengandung flavonoid, triterpenoid, dan streroid (Goda et

al, 2012 dalam sitepu, 2017)

B. Adaptasi Ekologis

Teori-teori desain ekologis di atas perlu dicermatin dengan

memahami kenyataan bahwa arsitektur nusantara merupakan arsitektur

yang hidup dalam kebersamaan dengan lingkungan alam dan lingkungan

sosialnya, serta dilandasin oleh prinsip ke Tuhanan; bukan arsitektur yang

bersifat individual (Daniel E, 2007).

C. Syarat Tumbuh Tanaman bawang batak (Allium chinense G. Don)

Syarat tumbuhan tanaman bawang batak menurut Cahyono (2005)

harus memperhatikan keadaan iklim dan tanahnya, yaitu :

1. Keadaan iklim

Keadaan iklim yang harus diperhatikan adalah suhu udara,

kelembaban udara dan penyinaran cahaya matahari.


8

a. Suhu udara

Bawang batak menghendaki suhu udara berkisar antara

190C -240C. Suhu udara yang melebihi batas maksimal

menyebabkan proses fotosintesin tidak dapat berjalan sempurna

atau bahkan terhenti, suhu udara yang rendah dapat menimbulkan

kematian.

b. Kelembaban udara

Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang

batak berkisar antara 80% -90%.

2. Keadaan tanah

Keadaan tanah yang harus diperhatikan adalah :

a. Sifat kimia tanah

Kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang batak

adalah tanah dengan pH 6,5 -7,5.

b. Sifat biologis tanah

Sifat biologis tanah yang baik adalah tanah yang banyak,

mengandung bahan organik (humus) unsur-unsur hara yang

berguna untuk tanaman dan jasad renik (organisme tanah) yang

menguraikan bahan organik tanah.


9

c. Ketinggian tempat

Daerah dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 900

-1.700 m dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman bawang batak.

D. Peranan Terhadap Tekanan Kekeringan

Osmoregulasi merupakan respon fisiologis tanaman dalam mengadapi

cekaman kekeringan. Adapun beberapa pengaturan osmerogulasi dalam

mengatasi kekeringan adalah pontesial air, tekanan osmotic tanaman dan

tekanan turgor. Hasil penelitian ( Naiola, 2000) rendahnya potesial air akan

mengakibatkan tanaman mengalami kelayuan. Hal ini diduga disebabkan

besar kecilnya nilai pontesial air pada suatu spesies tanaman menunjukkan

kemampuannya dalam beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan.

Semakin pekannya suatu tanaman terhadap cekaman kekeringan maka akan

semakin positifnya nilai potensial air.

Proses adaptasi terhadap efek pemanasan global, termasuk kekeringan

diperlukan oleh makhluk hidup tak terkucuali tumbuhan, untuk menjaga

kelestariannya. Perubahan iklim dapat menyebabkan dampak berantai yang

sangat merugikan dan mempengaruhi fungsi spesies bahkan berakhir dengan

hilangnya spesies (Steffen et al., 2009). Perubahan iklim telah terbukti

menunjukkan banyak gangguan kematian pada tanaman (Allen, 2010; Chen

chouni, 2010) dan salah satunya adalah kematian skala besar di semua kelas

umur pada tanaman Cedrus antlatica (Chenchouni,2010). Oleh karenanya


10

hanya tanaman yang telah teruji mempunyai kemampuan adaptasi tinggi pada

kondisi kekeringan yang dapat tumbuh dengan baik.

Tanaman dalam menghadapi kondisi kekeringan yang kurang

menguntungkan, akan merespon untuk menghindari kekeringan (avoidance),

toleransi terhadap kekeringan (tolerance) dan resistensi terdapat kekeringan.

Secara umum, kekeringan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

berupa perubahan fisiologi maupun anatomi. Kekeringan dapat menyebabkan

menurunnya kecepatan fotosintesis dan luas daun. Pada tingkat seluler dan

organ tumbuhan dapat menyebabkan konsentrasi materi terlarut (solute) di

dalam sel, termasuk prolin (Ashraf dan Foolad, 2007).

E. Peran Pupuk Npk 16:16:16

Salah satu jenis pupuk anorganik yang digunukan yaitu NPK Mutiara

16:16:16. Pupuk NPK diharapakan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan

memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, baik unsur hara makro maupun

mikro yang berperan dalam pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman.

Karena pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang formulanya

mengandungan unsur hara makro N,P dan K serta mikro Mg,S,Bo,Mn dan Zn

yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Pinus, 2013).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal

N, P dan K. kandungan unsur hara pada pupuk NPK sangat cepat diserap

tanaman, karena Sebagian nitrogen dalam bentuk NO3 ( Nitrat) yang

langsung tersedia bagi tanaman dan membantu penyerapan unsur hara


11

kalium, magnesium, dan kalsium sehingga dapat mempercepat proses

pembungan, pembuahan dan memacu pertumbuhan pada pucuk tanaman

(Marlina, 2012)

Hasil penelitian Edy (2016) perlakuan dosis 250 kg/ha pupuk NPK

Mutiara (16:16:16) pada bawang batak berpengaruh sangat nyata terhadap

variable jumlah anakan umur 28 hst dan berpengaruh nyata terhadap variable

jumlah anakan umur 42hst.

Hasil penelitian Yehuda ( 2017) pengaruh utama NPK 16:16:16

memberikan pengaruh nyata terhadapat semua parameter pengamatan kecuali

umur panen tanaman bawang batak. Ada kecenderungan perlakuan pada dosis

40 g/plot.

Indriani (2005) menjelaskan bahwa hara N diserap tanaman dalam

bentuk ion Ammonium dan sisa ammonium akan di ubah menjadi nitrit dan

dapat langsung serap tanaman. Lingga dan marsono juga mejelaskan bahwa

pengaruh pemberian N yaitu terutama merangsang pertumbuhan di atas tanah

dan memberikan warna hijau pada daun tanaman yang sanngat berguna dalam

proses fotosintesis. Adapun peranan utama N bagi tanaman adalah untuk

merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan

daun fungsi lainnya adalah membentuk protein., lemak dan berbagi

persenyawaan organik lainnya.

Unsur P sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

akar tanaman untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar

Sebagian bahan dasar protein (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan
12

respirasi, mempercepat proses pembuangaan dan pembuahan, serta

pemasakan biji dan buah (Marsono dan Sigit, 2004)., sehingga tanaman dapat

lebih banyak menyerap unsur hara di sekitar perakaran, akibatkan

pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan sehat (Novizan, 2003)

Unsur hara posfat berperan dalam mendorong pertumbuhan akar

khususnya akar-akar lateral dan sekunder (jumin, 2002). Peranan ini berkaitan

erat dengan posfat Sebagian orthoposfat yang memegang penting pada

Sebagian reaksi enzim yang tergantung pada posfas. Posfas merupakan

bagian dari inti sel yang berperan penting dalam pembelahan sel dan

perkembangan jaringan meristem, sehingga posfat dapat merangsang

pertumbuhan akar dan tanaman muda (supriyanto,2005).


13

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Lahan kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Asahan, Kelurahan Kisaran Naga, Kecamatan Kisaran Timur,

Kabupaten Asahan. Lokasi tersebut berada posisi 2056’55” - 3001’30”LS dan

99036’43” -99040’38” BT Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat

±23 m dpl yang dilaksanakan pada bulan januari s/d maret 2023.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih

bawang batak, pupuk npk 16:16:16 dan air.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : cangkul,

celurit, garu, plastik, meteran, gergaji, papan/riplek, tali rapia, patok kayu,

paku, kayu, timbangan, gembor, ember, alat tulis, kalkulator dan alat lain

yang mendukung didalam penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu :

1. Faktor pertama pemberian pupuk npk 16:16:16 dengan 3 taraf, yaitu:


14

N0 = 0 g/ plot

N1 = 30 g/ plot

N2 = 60 g/ plot

2. Faktor ke dua frekuensi penyiraman dengan 4 taraf, yaitu:

C0 = Disiram 0 hari (kontrol)

C1 = Disiram 1 hari sekali

C2 = Disiram 2 hari sekali

C3 = Disiram 3 hari sekali

Dengan kombinasi perlakuan adalah 3 x 4 = 12 perlakuan, :

N0 C0 N1 C0 N2 C0

N0 C1 N1 C1 N2 C1

N0 C2 N1 C2 N2 C2

N0 C3 N1 C3 N2 C3

Dengan kriteria sebagai berikut :

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot penelitian : 36 plot

Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman

Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 216 tanaman

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 108 tanaman

Panjang plot : 50 cm
15

Lebar plot : 75 cm

Jarak tanam : 25 cm x 25 cm

Jarak antar ulangan : 100 cm

Asumsi model linier Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang

dipergunakan adalah :

Yijk = μ + pi + αj + βk + (αβ) jk + Σijk

Yijk = Hasil pengamatan dari perlakuan pada kondisi tekanan kekeringan


taraf ke-j dan pupuk npk mutiara 16:16:16 taraf ke-k pada blok
ke- i.

μ = Efek nilai tengah.

pi = Efek blok ke-i.

αj = Efek perlakuan pada kondisi tekanan kekeringan taraf ke-j.

βk = Efek pemberian pupuk npk mutiara 16:16:16 taraf ke-k.

(αβ)jk = Efek Interaksi perlakuan pada kondisi tekanan kekeringan taraf


ke-j dan pemberian pupuk npk mutiara 16:16:16 taraf ke-k.

Σijk = Efek galat perlakuan pada kondisi tekanan kekeringan taraf ke-j
dan pupuk npk mutiara 16:16:16 taraf ke-k pada blok ke-i

Jika analisis sidik ragam menunjukkan nyata atau sangat nyata, maka

uji dilanjutkan menbggunakan uji BNJ jika KK < 10%, uji BNT jika KK 10%

- 20%, dan uji DMRT jika KK >20%.


16

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembibitan benih bawang batak

Benih bawang batak disemaikan dalam talang persemaian dengan

menggunakan media tanah. Benih bawang batak yang digunakan memiliki

daya tumbuh yang baik dan ditaburkan diatas persemaian yang telah

dilembabkan dan selanjutnya benih ditutup dengan tanah tipis. Persemaian

dilakukan hingga bibit tumbuh berumur 1 minggu atau telah memiliki

daun 2-3 helai dan telah tumbuh kuat.

2. Pengolahan tanah dan pembuatan plot

Untuk langkah awal lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan

dari gulma. Areal penelitian diratakan dan dibuat plot-plot percobaan

dengan ukuran 100 cm × 50 cm sebanyak 36 plot dengan jarak antar

blok/ulangan 100 cm.

3. Aplikasi naungan buatan pada tekanan kekeringan

Pengaplikasian naungan buatan pada tekanan kekeringgan setelah

pembuatan plot percobaan selesai dengan cara pemasangan plastik kaca

diatas diatas plot dengan tinggi ± 1,5 dapat disesuaikan dengan kebutuhan

tanaman bawang batak.

4. Penanaman sisa bonggol

Penanaman dilakukan ketika bonggol umbi yang disemai sudah

memiliki 3 helai daun. Jarak tanam yang digunakan bawang batak adalah

25 × 25 cm, dengan keadalaman lubang tanam 5 cm, ada dalam 1 lubang

tanam di isi dengan 1 bibit bawang batak.


17

5. Aplikasi perlakuan pemberian pupuk npk mutiara 16:16:16

Aplikasi pupuk npk mutiara 16:16:16 diaplikasikan sebanyak 3 kali

masing-masing sepertiga dosis yang ditentukan yaitu: (N0) 0 g/plot, (N1)

30 g/plot (300 kg/ha), (N2) 60 g/plot (600 kg/ha) dan, Aplikasi pupuk npk

mutiara 16:16:16 dilakukan dengan cara ditugal disekitar daerah

perakaran.

6. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 kali sehari, atau ada yang 2 hari sekali

di siram.

b. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang

mati, busuk atau yang pertumbuhannya tidak normal, tidak seumur bibit

yang ditanam hidup dengan baik. Penyulaman yang dilakukan sebanyak

2 kali, pertama di minggu ke-1 dan di minggu ke-2.

c. Penyiangan gulma

Penyianagan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut

rumput/gulma disekitar tanaman.

d. Pengendalian hama penyakit


18

Hama dan penyakit tanaman dikendalikan dengan cara manual

yaitu membuang atau membunuh bagian tanaman yang diserang.

7. Panen

Bawang batak dapat dipanen setelah mencapai umur 2 bulan

setelah tanam, ditandai dengan ujung daun bawang yang mulai layu dan

adanya sedikit gundukan di atas tanah.

E. Peubah Amatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai 2 MST, 4 MST dan 6 MST

pengukuran tinggi tanaman dilakukan secara manual menggunakan

penggaris dengan cara diukur langsung.

2. Jumlah Daun

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung helai daun, dimulai

dari 2 MST, 4 MST dan 6 MST.

3. Jumlah umbi (Perumpunan)

Perhitungan jumlah umbi bawang batak dihitung setalah

pemanenan. Perhitungan ini dilakukan agar kita dapat mengetahui jumlah

umbi bawang batak pada setiap sempel yang telah ditentukan.

4. Produksi buah perplot (g)

Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang seluruh buah

tanaman pada tiap-tiap plot yang telah dipanen.


19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan analisis sidik ragam tingigi tanaman bawang

batak umur 2, 4, dan 6 minggu setelah tanaman dapat dilihat pada lampiran

4,5,6,7,8,9 dan 10,11,12.

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK

16;16;16 menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman

bawang batak pada umur 2 MST. Serta menujukkan pengaruh yang sangat

nyata pada umur 4 MST dan 6 MST. Waktu penyiraman menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang batak pada

umur 2 MST dan 4 MST serta menunjukkan pengaruh yang sangat nyata

pada umur 6 MST. Interaksi pupuk NPK 16;16;16 dan waktu penyiraman

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada umur 2 MST, 4 MST dan 6

MST.

Hasil uji beda rata-rata NPK 16:16:16 dan waktu penyiraman

terhadap tinggi tanaman bawang batak umur 6 MST setelah tanaman dapat

dilihat pada Tabel 1 berkut ini.


20

Tabel 1. Hasil Ujian Beda Rataan Pengaruh Waktu Penyiraman dan


Pemberian Pupuk NPK 16;16;16 Terhadap Tinggi Tanaman
Bawang Batak Umur 6 MST.

N/C C0 C1 C2 C3 Rataan

N0 18,83 21,73 22,17 22,40 21,28 c


N1 24,77 26,33 27,37 22,10 25,14 a
N2 24,93 26,57 27,57 27,33 26,60 a
KK =
Rataan 22,84 24,88 25,70 23,94
8,53%
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau
kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan
menggunakan Uji BNJ.

Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK

16;16;16 secara tunggal dengan perlakuan 60 g/plot (N2) menghasilkan

tinggi tanaman tertinggi yaitu 26,60 cm, tidak berbeda nyata dengan

perlakuan 30 g/plot (N1) yaitu 25,14 cm tetapi berbeda nyata dengan

perlakuan 0 g/plot (N0) yaitu 21,28 cm.

Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa waktu penyiraman bawang

batak dengan perlakuan disiram 2 hari sekali (C2) menghasilkan tinggi

tanaman tertinggi yaitu 25,70 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan

C1,C3 dan C0. Sedangkan perlakuan C1 berbaeda nyata dengan perlakuan

C2,C3 dan C0. Demikian juga dengan perlakuan C3 dan C0 saling tidak

berbeda nyata namun berbeda nyata dengan perlakuan C1 dan C2.

Interaksi pupuk Npk 16;16;16 dan cekaman kekeringan menunjukkan

pengarauh yang tidak nyata.

Pengaruh pupuk Npk 16;16;16 terhadap tinggi tanaman bawang

batak 6 MST dapat lihat pada kurva Gambar 1 di bawah ini


21

Gambar 1. Kurva Respon pemberian Pupuk Npk 16:16:16 Terhadap


Tinggi Tanaman Bawang Batak Umur 6 MST.

Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk Npk 16:16:16:

terhadap tinggi tanaman Bawang Batak umur 6 MST diperoleh kurva

regresi linier dengan persamaan Ŷ = 0,0886× + 21,683 dengan r = 0,9364

seperti dapat dilihat pada Gambar 1 di atas.

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi tanaman bawang

batak umur 6 MST dapat lihat pada kurva Gambar 2 di bawah ini.
22

Gambar 2. Kurva Respon pemberian waktu penyiraman terhadap tinggi tanaman


bawang batak umur 6 MST.

Analisis regresi pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi tanaman

bawang batak umur 6 MST cediperoleh kurva regresi linier dengan persamaan Ŷ

= 0,0252x + 157,24 seperti dapat dilihat pada gambar 2 di atas.

2. Jumlah daun

Data pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah daun tanaman bawang

batak umur 2,4 dan 6 MST dapat dilihat pada lampiran 13,14,15,16,17,18 dan 19,

20,21.

.Dari hasil analisis sidik ragam dapat lihat bahwa pemberian pupuk Npk

16:16:16 menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun bawang

batak pada umur 2 MST. Serta menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada

umur 4 MST dan 6 MST. Waktu penyiraman menunjukkan pengaruh yang tidak

nyata terhadap jumlah daun bawang batak pada umur 4 MST. Serta menunjukkan
23

pengaruh sangat nyata pada umur 2 MST dan 6 MST. Interaksi pupuk Npk

16:16:16 dan waktu penyiraman menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada

umur 2 MST, 4 MST dan 6 MST.

Hasil uji beda rata-rata pengaruh pupuk Npk 16:16:16 dan waktu

penyiraman terhadap jumlah daun tanaman bawang batak umur 6 MST dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil uji beda Rataan Pengaruh Pemberian Pupuk Npk 16:16:16 dan
Waktu Penyiraman Jumlah Daun Bawang Batak Umur 6 MST.
N/C C0 C1 C2 C3 Rataan
N0 9,33 13,87 15,33 14,43 13,24c
N1 16,00 16,20 16,90 17,30 16,60ab
N2 16,23 16,13 17,33 17,83 16,88a
Rataan 13,86c 15,40ab 16,52ab 16,52a KK=10,61%
Keterangan : Angka-angka yang diikutin oleh huruf yang sama pada baris atau
kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %
dengan menggunakan Uji BNJ.

Berdasar data pada Tabel 2. Tersebut memperlihat bahwa perlakuan pada

dosis 60 g/plot (N2) yaitu 16,88 helai tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis

30 g/plot (N1) yaitu 16,60 helai tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/plot (N0)

yaitu 13,24 helai.

Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa waktu penyiraman bawang batak

dengan perlakuan disiram 3 hari sekali (C3) yaitu 16,52 helai tidak berbeda nyata

dengan perlakuan disiram 2 hari sekali (C2) yaitu 16,52 helai dan perlakuan

disiram 1 hari sekali (C1) yaitu 15,40 tetapi perlakuan C3,C2 dan C1 berbeda

nyata dengan perlakuan disiram 0 hari sekali (C0) yaitu 13,86 helai.Interaksi
24

pemberian pupuk Npk 16:16:16 dan cekaman kekeringan menunjukkan pengaruh

yang tidak nyata.

Pengaruh pupuk Npk 16:16:16 terhadap jumlah daun helai bawang batak

umur 6 MST dapat dilihat pada kurva gambar 2 di bawah ini.

Gambar 3. Kurva Respon Pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap Jumlah Daun
Bawang batak Umur 6 MST.

Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap jumlah

daun tanaman bawang batak umur 6 MST diperoleh kurva regresi linier dengan

persamaan Ŷ = 0,0607× + 13,754 dengan r = 0,808 seperti dilihat pada gambar 3

di atas.

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap jumlah daun helai bawang batak

umur 6 MST dapat dilihat pada kurva gambar 4 di bawah ini.


25

Gambar 4. Kurva Respon Pemberian cekaman Kekeringan Terhadap Jumlah Daun


Bawang Batak Umur 6 MST.

Analisis regresi pengaruh cekaman kekeingan terhadap jumlah daun

tanaman bawang batak umur 6 MST diperoleh kurva regresi lininer dengan

persamaan Ŷ = 0,9122× + 14,207 dengan r = 0,8702 seperti dapat dilihat pada

gambar 4 di atas.

3. Jumlah umbi (Perumpunan)

Data pengamatan dan analisis disi ragam jumlah umbi tanaman bawang

batak pada lampiran 22,23,24. dapat diketahui bahwa pemberian pupuk NPK

16:16:16 menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah umbi sedangkan

pemberian waktu penyiraman menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah

umbi.

Hasil uji beda rata-rata dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pengaruh

pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan cekaman kekeringan terhadap jumlah

umbi pada umur 10 MST dapat dilihat pada tabel 5.


26

Tabel 5. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk NPK 16:16:16 dan
waktu penyiraman jumlah umbi bawang batak umur 10 MST.
N/C C0 C1 C2 C3 Rataan
N0 3,67 3,53 4,43 5,20 4,21b
N1 5,73 5,23 5,03 5,70 5,43a
N2 4,80 6,10 6,07 4,27 5,31a
KK =
Rataan 4,73a 4,96a 5,18a 5,06a 19,96%
Keterangan : angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

Dari tabel 5 dapat diketahui pada perlakuan pada dosis 60 g/plot (N2)

yaitu 5,31 umbi tidak berbeda nyata dengan dosis 30 g/plot (N1) yaitu 5,43 umbi

tetapi berbeda nyata dengan dosis 0 g/plot (N0) yaitu 4,21 umbi.

Dari tabel 5 juga dapat dilihat bahwa waktu penyiraman bawang batak

dengan perlakuaan CO,C1,C2,C3 tidak berbeda nyata. CO 4,73 umbi, C1 4,96

umbi, C2 5,18 umbi, C3 5,06 umbi.

Pengaruh pupuk Npk 16:16: terhadap jumlah umbi bawang batak batak

umur 10 MST dapat dilihat pada kurva gambar 5 di bawah ini.


27

Gambar 6. Kurva Respon Pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap Jumlah umbi
Bawang batak Umur 10 MST.

Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap jumlah

umbi tanaman bawang batak 10 MST diperoleh kurva regresi linier dengan

persamaan Ŷ = 0,0073x +4,4306 dengan r = 0,6713 seperti dilihat pada gambar 6

di atas.

4. Produksi buah perplot (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pada lampiran 25,26,27. dapat

diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk Npk 16:16:16 berpengaruh nyata

terhadap produksi perplot (g) sedangakan pemberian waktu penyiraman

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap produksi perplot (g).

Hasil uji beda rata-rata dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pengaruh

pemberian pupuk NPK 16:16:16 dengan cekaman kekeringan terhadap produksi

perplot (g) pada umur 10 MST dapat dilihat pada tabel 7.


28

Tabel 7. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk Npk 16:16:16

dan waktu penyiraman terhadap produksi perplot (g)

N/C C0 C1 C2 C3 Rataan
N0 5,33 5,30 4,53 3,77 4,73a
N1 5,47 5,37 5,73 6,23 5,70a
N2 5,70 5,77 5,47 5,80 5,68a
Rataan 5,50a 5,48a 5,24a 5,27a Kk = 19,08%

Keterangan : angka- angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan

baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

Dari tabel 7 dapat diketahui pada perlakuan pada dosis 30 g/plot (N1)

yaitu 5,70 tidak berbeda nyata dengan dosis 60 g/plot (N2) yaitu 5,68 tidak

berbeda nyata dengan dosis 0 g/plot (N0) yaitu 4,73

Dari tabel 7 juga dapat dilihat bahwa waktu penyiraman bawang batak

dengan perlakuan C0,C1,C2,C3 tidak berbeda nyata C0 5,50 produksi C1 5,48

produksi C2 5,24 produksi C3 5,27 produksi.

Pengaruh pupuk Npk 16:16:16 terhadap produksi perplot (g) pada umur 10

MST pada dilihat pada gambar 7.


29

Gambar 8. Kurva Respon Pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap

produksi perplot (g) pada umur 10 MST.

Analisis regresi pengaruh pemberian pupuk Npk 16:16:16 terhadap

produksi perplot tanaman bawang batak 10 MST diperoleh kurva regresi linier

dengan persamaan Ŷ = 0,0063× + 4,8972 denga r = 0,7368 seperti dilihat pada

gambar 9 di atas.

B. Pembahasan

1. Pengaruh pupuk NPK 16:16:16 terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman bawang batak.

Berdasarkan data hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk NPK 16:16:16 menjukkan berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman umur 2,4 dan 6 minggu setelah tanam, sangat berpengaruh nyata
30

terhadap jumlah daun umur 4 dan 6 minggu setelah tanam, serta berpengaruh

nyata terhahadap jumlah umbi, produksi umbi per tanaman menunjukkan

pengaruh yang sangat nyata ,untuk produksi umbi per plot menunjukkan pengaruh

yang sangat nyata.

Adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang batak diduga karna pemberian pupuk NPK sangat respon terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman secara statistik, walaupun dilapangan kurang

menjukkan adanya pengaruh yang nyata.

Adanya pengaruh nyata terhadap pemberian pupuk NPK disebabkan

karena perkembangan dan pertumbuhan tanaman sudah mulai sempurna ter utama

morfologi akar yang kerepatan dan jangkauannya telah tersebar dalam tanah,

sehingga unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK lebih banyak diserap

oleh akar tanaman,baik dari larutan tanah maupun dari kompleks serapan pada

permukaan koloid (Setyamidjaja,1986).

Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (2006) bawah banyakmya

jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman dipengaruhi oleh bentuk

marfologi akar yaitu panjang akar, luas sebaran akar, kecepatan tumbuh akar,

serta kemampuan akar mengadakan kontak dengan partikel tanah serta keragaman

bangun akar.

Selanjutnya Syarief ( 2005) mengatakan bahwa unsur hara yang cukup

tersedia akan dapat memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pertumbuhan

sistem perakaran, meningkatkan hasil produksi, dan meningkatkan pertumbuhan

daun sehingga dapat meningkatkan proses fotosintesis.


31

Lebih lanjut Sutedjo dan Kartasapoetra (2007) menjelaskan bahwa

pemberian K yang cukup akan membantu penyerapan hara N dan P, dengan

demikian produksi yang tinggi dapat mencapai.

Unsur K dalam tanaman yang berbentuk ion (K+), hal ini menjadikan K

bersifat mobil dalam tubuh tanaman ( mudah bergerak), sehingga K berperan

untuk memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain. Penimbunan

fotosintat di dalam daun menghambat fotosintesis yang tinggi (Supandie, 2007).

Laju fotosintesis yang tinggi akan menyebabkan lancarnya suplai makanan (hasil

fotosintesis) ke seluruh bagian tanaman sehingga hal ini dapat memacu

pertumbuhan dan produksi tanaman (Lakitan,2004).

Lakitan (2004) menyatakan bahwa keberhasilan dan respon tanaman

terhadap pemberian pupuk sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya

sifat fisiologis tanaman, tindakan kultur teknis dan bentuk morfologi tanaman.

2. Pengaruh tekanan kekeringan terhadap ekologis dan produksi

tanaman bawang batak.

Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pengaruh tekanan

kekeringan menunjukkan sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 minggu

setelah tanam, sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 2 dan 6

minggu setelah tanam, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi dan

produksi bawang batak.

Perlakuan waktu penyiraman pada peubah amatana tinggi tanaman umur 6

MST berpengaruh nyata. Pemberian waktu penyiraman disiram 2 hari sekali .


32

Menurut Jumin dan Hayati (2002), menyatakan bahwa kondisi defisit air dapat

menurunkan turginitas sel tanaman. Menurunkan turginitas sel tanaman dapat

mengakibatkan terhambatnya penggandaan dan pembesaran sel tanaman.

Perlakuan waktu penyiraman pada peubah amatan jumlah daun tanaman

umur 2 dan 6 minggu setelah tanam berpengaruh sangat nyata. Pemberian waktu

penyiraman disiram 3 hari sekali. Menurut (Darwati, 2002) Cekaman air juga

dapat mengakibatkan transpor unsur hara dan proses biokimia tanaman terganggu,

hal ini diindikasikan dengan bobot kering tanaman yang rendah.

Cekaman kekeringan juga dapat menyebabkan rendahnya kadar klorofil.

Ketersediaan air di sekitar sistem perakaran tanaman mempengaruhi kelarutan

unsur hara di tanah. Tanah yang kering akan menurunkan kemampuan akar dalam

menyerap ion-ion yang esensial bagi pertumbuhanta.

3. Ada interaksi antara pemberian pupuk NPK mutiara 16:16:16 pada

kondisi tanah tekanan kekeringan terhadap ekologis dan produksi tanaman

bawang batak.

Berdasarkan data dari analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa

interaksi pupuk NPK 16:16:16 dan tanah tekanan kekeringan menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter amatan.

Tidak adanya pengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati

tersebut, hal ini menujukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk NPK

16:16:16 pada kondisi tanah tekanan kekeringan belum mampu mempengaruhi


33

pola aktivitas fisiologi tanaman secara interval, walaupun diantara perlakuan yang

diuji telah mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara fisiologi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

ditemukan maka dapat diambilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Respon pemberian pupuk Npk 16:16:16 berpengaruh nyata pada umur 2,4

dan 6 minggu setelah tanam terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk

NPK 16:16:16 terbaik tanpa dosis 60 g/plot (N2) menghasilkan tinggi

tanaman 26,60 cm.

2. Respon waktu penyiraman berpengaruh nyata pada umur 6 minggu

setelah tanaman terhadap tinggi tanaman. Waktu penyiraman terbaik yaitu

disiram 2 hari sekali (C2) menghasilkan tinggi tanaman 25,70 cm.


34

3. Interaksi pemberian pupuk Npk 16:16:16 dengan waktu penyiraman

menunjukkan pengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman.

B. Saran
35

DAFTAR PUSTAKA

Allen, C. D., Macalady, A. K., Chenchouni, H., Bachelet, D., Mcdowell, N.,
Kitzberger, T., … Mcdowell, N. (2010). A global overview of drought and
heat-induced tree mortality reveals emerging climate change risks for
forests.https://doi.org/10.1016/j.foreco.2009.09.001

Ashraf, M., and M.R. Fooland. (2007). Roles of glycine betaine and proline in
improving plant abiotic stress resistance. Environmental and Experimental
Botany, 59(2), 206-216.

Brewster J. L. 2008. Onions and Other Vegetable Allium 2nd Edition.


Wellesbourne: CABI Publishing. pp:1,4.19.

Chenchouni, H. (2010). Drought-induced mass mortality of Atlas cedar forest


(Cedru atlantica) in Algeria, JA Parrto dan MA Carr Eds. The
International Foresty Review, XXIIIIUFRO World Congress, Forest for
the future:sustaining society and the environment 23-28 Agustus 2010
Seoul, Republik of Korea
.
Daniel E. 2007. Sustainable Design: Ecology, Architecture and Planning. USA:
John Willey and Sons

Edy, S. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik NPK Mutiara (16:16:16) dan
Pupuk Organik Mashitam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Bawang Merah (Allium ascolonicum L.) Varietas Bangkok Thailand.
Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri.

Goda. Y, Shibuya. M, dan Sankawa. U. 2012. Inhibitors of the arachidonate


cascade from Allium chinense and their effect on in vitro platelet
aggregation. Online pada: https://jstagebeta. Jst.go.jp/article /cpb
1958/35/7/35_7_2668/_article. Diakses September 2019.

Kramer PJ & Kozlowski TT. 1979. Photosynthesis to the importance of water and
the process of transpiration, dalam : Physiology of woody plants.
Academic Press, London. 163-444.

Kyung KH. 2012. Antimicrobial properties of allium species Current Opinion in


Biotechnologi: Malang.

Lin, Y. P, L.Y, Lin, H.Y, Yeh, C.H, Chuang, S.W, Tseng. 2016,
Antihyperlipidemic activity of Allium chinense bulbs. Online
pada:http://www.jfda-online.com/article/S1021-. Diakses September 2019.
36

Marlina, D. 2012 Pengaruh urin sapi dan NPK (16:16:16) pada Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Mentimun Hibrida. Prodi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Islam Riau. Pekanbaru

Naibaho, F. G., Bintang M. P, Fachriyan, Hasmi. 2015. Antimicrobial Activity of


Allium Chinense g. don. Curren Biochemistry, 129-138.

Novizan.2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Naiola, B.P.(2005). Akumulasi dan regulasi osmotik dalam sel tumbuhan pada
kondisi stress Air. Berita Biologi, 7(6),333-340.

Pinus, M. L. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitepu, T. A. B. 2017. Uji In Vitro Aktivitas Antimikroba Ekstrak Umbi Bawang


Batak (Allium chinense G. Don.) terhadap Methicillin- Resistant
Staphylococcus aureus. Repositori Institusi USU, 18-23.

Sinaga. 2012. Kandungan Pupuk Majemuk NPK. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjitrosoepomo G. 2012. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:


UGM Perss. pp:420.

Wang. Huang. 2012. Phyto-characteristics, Cultivation and Medicinal Prospects


of Chinese Jiaotou (Allium chinense). Int.J. Agric. Biol, 14,4.

Yehuda, F. 2017. Pemberian Berbagai Jenis Pupuk Organik dan NPK 16:16:16
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum Lin ). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.
Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai