Produksi Benih
PRODUKSI BENIH BAWANG MERAH (umbi)
FAISAL
KELOMPOK : 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaiakan Makalah Produksi Benih Bawang Merah. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Produksi Benih.
Atas bimbingan dosen, dan kerjasama kelompok maka disusunlahmakalah
ini.Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap
kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.Sebagai pemula
tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan penulis berharap semoga
laporan makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.Amin.
Makassar, 2 April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam umbian
tanah, dan juga tanaman yang memiliki perakaran yang serabut di bagian pangkal
umbi. Tanaman bawang merah ini diduga berasal dari Asia Tenggara yang
menyebar luas keberbagai wilayah dan juga tempat lainnya, bawang merah ini
biasanya digunakan sebagai bumbu atau tambahan.
Secara umum, bawang merah ini juga merupakan salah satu tanaman yang
memiliki kandungan dan senyawa yang sangat tinggi, sehingga di zaman dahulu
hingga sekarang banyak menggunakan bawang merah ini sebagai bahan herbal
dan juga tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit serta menyehatkan
kesehatan tubuh. Secara sistematisnya bawang merah ini dapat diklasifikasi dan
morfologikan sebagai sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Lilidae
Ordo : Lililales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L.
Adapun morfologi tanaman bawang merah menurut Haghiack, M. And
Walle, T ( 2005 ), sebagai berikut :
1. Akar
Perakaran pada bawang merah ini memiliki perakaran yang dangkal dan
juga bercabang memencar, dengan kedalam mencapai 15-30 cm didalam tanah
serta tumbuh di sekitar umbi bawang merah.
2. Batang
Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang
memiliki bentuk hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat
melekatnya akar dan juga mata tunas. Sedangkan bagian atas pada diskus ini
terdapat batang semu yang tersusun atas pelepah – pelepah daun dan batang semu
yang berada didalam tanah dan juga berguna untuk menjadi umbi lapis .
3. Daun
Daun bawang merah memiliki bentuk silindris kecil memanjang yang
mencapai sekitar 50-70 cm, memiliki lubang dibagian tengah dan pangkal daun
runcing. Daun bawang merah ini berwarna hijau mudah hingga tua, dan juga letak
daun ini melakat pada tangkai yang memiliki ukuran pendek.
4. Bunga
Bunga bawang merah ini memiliki panjang antara 30-90 cm, dan juga
memiliki pangkal ujung kuntum bunga yang hampir menyerupai payung. Selain
itu, bunga tanaman ini terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang bewarna putih, 6
benang sari berwarna hijau hingga kekuningan kuningan, serta memiliki 1 putik
dan bakal buah yang memiliki bentuk segitiga. Bunga bawang merah ini juga
merupakan salah satu bunga sempurna dan juga dapat melakukan penyerbukan
sendiri.
5. Buah dan biji
Buah bawang merah berbentuk ulat dengan pangkal ujung tumpul yang
terbungkus dengan biji berjumlah 2-3 butir, selain itu biji ini memiliki bentuk
agak pipih berwarna bening dan juga agak keputihan hingga memiliki warna
kecoklatan sampai kehitaman. Namun, untuk perbanyakan pada biji bawang
merah ini dapat dilakukan dengan cara generatif ( seksual ).
2.2 Syarat Tumbuh Bawang Merah
Tanaman bawang merah tidak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di
sembvarang tempat atau daerah. Tanaman bawang merah menuntut persyaratan-
persyaratan tertentu, terutamna persyaratan ekologi (lingkungan). Kegagalan akan
terjadi apabila budi daya yang dilakukan tidak tidak memperhatikan lingkungan
yang sesuai dengan sifat tanaman. Tanaman akan tumbuh merana dan produksi
rendah dan sering kali tidak menghasilkan umbi bila persyaratan tumbuhnya tidak
terpenuhi. Lingkungan yang harus diperhatikan untuk budidaya bawang merah
meliputi tanah dan iklim.
1. Tanah
Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik di sawah, tanah tegalan, atrau
pekarangan, asalkan keadaan tanahnya subur, gembur dean banyak mengandung
bahan organic atau humus dan mudah mengikat air (porous) serta mempunyai
aerasi (peredaran oksigen) yang baik. Tanah yang memenuhi syarat tersebut
sangat mendukung perkembangan tanaman, sehingga menghasilkan umbi yang
berkualitas, yaitu bentuknya normal dan umbinya besar-besar. Tanah yang cocok
untuk bawang merah adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu.
Menurut Spur Way (1941), tanaman bawang merah akan tumbuh baik
pada tanah dengan kisaran pH optimum 5,8-7,0. Tetapi tanaman bawang merah
masih toleran terhadap tanah dengan pH 5,5. Tanah yang asam dengan nilai pH di
bawah 5,5 akan menyebabkan garam aluminium (Al) dalam tanah bersifat racun
sehingga tanaman tumbuh kerdil. Tanah yang terlalu basa dengan nilai pH lebih
besar dari 7 menyebabkan tanah tidak dapat menyerap garam mangan (Mn)
sehingga tanaman kekurangan unsure hara Mn. Akibatnya, umbi yang dihasilkan
kecil-kecil sehingga produksinya rendah baik kualitas maupun kuantitasnya.
2. Iklim
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi,
yakni pada ketinggian antara 0-900 mdpl. Tanaman apabila bawang merah
ditanam di daerah dengan ketinggian sampai 250 mdpl, maka memberikan hasil
optimum. Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800-900 mdpl hasilnya
kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun
kecil-kecil.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah
adalah antara 300-2500 mm pertahun, dengan intensitas sinar matahari penuh
lebih dari 14 jam sehari. Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan
atau pohon peneduh. Intensitas atau lamanya penyinaran sinar matahari
diperlukan tanaman untukm fotosintesis dan pembentukan umbi.
Tanaman bawang merah sangat cocok ditanam di daerah dengan suhu
udaranya hangat-hangat panas, kering, dan cerah. Suhu udara yang ideal untuk
tanaman bawang merah antara 25ᵒ-30ᵒC, tetapi masih toleran terhadap
temperature 22ᵒC walaupun hasilnya tidak begitu baik. Bawang merah yang
ditanam di daerah dengan suhu di bawah 22ᵒC, pembentukan umbinya terhambat,
bahkan sering tidak membentuk umbi sama sekali.
2.3 Teknologi Produksi Benih Bawng Merah
3.1 Kesimpulan
1. Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang merah adalah
penggunaan benih bermutu. Pasar perbenihan bawang merah masih sangat
berpeluang karena dibatasinya benih impor oleh pemerintah. Pembinaan
terhadap penangkar benih bawang merah akan meningkatkan produksi dan
mengurangi devisa yang dikeluarkan karena harus mengimpor benih dari luar
negeri.
2. Budidaya bawang merah perlu diarahkan untuk memenuhi standar GAP, agar
petani/pelaku usaha bisa bersaing dalam pasar global. GAP adalah cara
budidaya yang benar melalui penerapan teknologi maju. Untuk itu diperlukan
dukungan pemerintah terutama aspek penyuluhan dan pendampingan
teknologi secara berkesinambungan.
3.2 Saran
Saran kami, teknologi produksi benih tanaman bawang merah (umbi) lebih
maju dan diperhatikan pengolahannya agar tidak terjadi kehilangan hasil dan
kemurnian varietas terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, V.K. And M.C. Gupta. 1989. Loose Smut Of Wheat-A Treat To Seed
Production. Seed Res. 17(1):55-68.
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011. Profil Kawasan Hortikultura Bawang
Merah. Direktorat Jenderal Hortikultura
Justice, O.L dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih
(Terjemahan). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. p. 219-273.
Kuswanto. 2000. Produksi dan Distribusi Benih. Forum Komunikasi Antar
Peminat Benih dan Ahli Benih. Balittas. Malang.
Santoso, A.P., 2008. Sertifikasi benih bawang merah. Makalah Pertemuan
Apresiasi Penangkar Benih Bawang Merah se-Indonesia Bagian Timur.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
Sarto dan A.H. Permadi., 1994. Pembungaan Beberapa Kultivar Bawang Merah
Untuk Musim Penghujan di Brebes. Bul. Penel. Hort. XXVI (4):145-150
Soedomo, R. P., 2006. Seleksi Induk Tanaman Bawang Merah. J. Hort. 16(4):269-
282.