Kelompok 3
1410401002
Resti Dianing R.
1410401056
Adinan Sabil
1410401074
Ardika Ageng S.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawang daun adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan
secara intensif dan komersil. Pemasaran produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar
dalam negeri melainkan juga pasar luar negeri. Jenis bawang daun yang diekspor ke
Singapura dan Belanda adalah bawang prei. Selain itu, permintaan bawang daun akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan
permintaan terutama berasal dari perusahaan mie instant yang menggunakan bawang daun
sebagai bumbu bahan penyedap rasa.
Bawang daun dapat tumbuh dengan optimal jika struktur tanah mendukung, yaitu
dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pengaruh erosi,
penguapan dan eksploitasi tanah secara sengaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di
dalam tanah yang dibutuhkan oleh bawang daun.
Bawang daun membutuhkan perlakuan khusus untuk dapat memperbaiki tingkat
kerenyahan dan kualitas fisiknya, di mana bawang daun yang diinginkan konsumen memiliki
kualitas yang bersih, warna tangkai dan helai daun hijau dan tidak kekuningan, keabu-abuan
atau kecoklatan.
B. Identifikasi Masalah
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Umum Bawang daun
Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk dalam famili Liliaceae yang berasal dari
kawasan dari Asia Tenggara yang kemudian meluas dan ditanam di berbagai wilayah yang
beriklim tropis dan subtropis. Sayuran penting ini memiliki banyak kegunaan. Sayuran ini
bisa dimakan mentah dan dimasak dalam berbagai salad dan masakan lain. Tanaman muda
biasa digunakan untuk resep khusus makanan tertentu. Bawang daun juga dapat dimanfaatkan
untuk memudahkan pencernaan dan menghilangkan lender-lendir dalam kerongkongan
(Anonimous, 2015).
Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, bawang daun diklasifikasikan sebagai berikut
(Cahyono, 2005).
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Liliflorae
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium
Spesies
: Allium fistulosum L.
Selain spesies Allium fistulosum L., bawang daun memiliki banyak spesies lain yang
dapat dikonsumsi daunnya, antara lain Allium ampeloprasum L., misalnya kelompok bawang
prei, bawang timur, dan kelompok kurat; Allium schoenoprasum L, misalnya bawang kucai
atau chive yang berdaun seperti jarum; dan Allium tubrosum Rotter ex. Sprengel yang juga
disebut bawang prei cina. Di samping itu, bawang daun juga masih sefamili dengan bawang
putih (Allium sativum L), bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum L.), bawang
Bombay (Allium cepa L), bawang ganda (Allium odorum L), dan bawang rakkyo (Allium
chinense G. Don) (Cahyono, 2005).
B. Deskripsi dan Morfologi Bawang daun
1. Akar
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan berkembang ke semua arah di
sekitar permukaan tanah. Tanaman ini tidak mempunyai akar tunggang. Perakaran bawang
3
daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air. Akar tanaman
berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk menyerap zat-zat hara dan air
(Cahyono, 2009).
2. Batang
Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan batang semu. Batang
sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram, dan terletak pada bagian dasar yang
berada di dalam tanah. Batang yang tampak di permukaan tanah merupakan batang semu,
terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling membungkus dengan kelopak daun yang
lebih muda sehingga kelihatan seperti batang. Batang semu berwarna putih atau hijau
keputih-putihan dan berdiameter antara 1-5 cm, tergantung pada varietasnya. Batang sejati
dan batang semu bawang daun bersifat lunak. Fungsi batang bawang daun, selain sebagai
tempat tumbuh juga sebagai jalan mengangkut zat hara (makanan) dari akar ke daun dan
menyalurkan zat-zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Anonimous, 2015).
3. Daun
Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai pipa,
dan bagian ujungnya meruncing. Bawang prei (Allium ampeloprasum L.) memiliki daun
berbentuk pipih memanjang, tidak membentuk rongga (seperti pita), dan bagian ujungnya
meruncing. Ukuran panjang daun sangat bervariasi, antara 18-40 cm, tergantung pada
varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun halus. Daun
tanaman bawang daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai
bumbu atau penyedap sayuran dan memiliki rasa agak pedas. Daun juga berfungsi sebagai
tempat berlangsungnnya proses fotosintesis dan hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk
pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2005).
4. Bunga
Bunga bawang daun tergolong bunga sempurna (bunga jantan dan betina terdapat pada
satu bunga). Bunga secara keseluruhan berbentuk payung majemuk atau payung berganda
(umbrella composite) dan berwarna putih. Tangkai tandan bunga keluar dari dasar cakram,
merupakan tunas inti yang pertama kali muncul seperti halnya daun biasa, namun lebih
ramping, bulat, bagian ujungnya membentuk kepala yang meruncing seperti tombak, dan
terbungkus oleh lapisan daun (selundang). Bila selundang telah membuka, akan tampak
4
kuncup-kuncup bunga serta tangkainya. Dalam setiap tandan bunga terdapat 68-83 kuntum
bunga. Panjang tangkai tandan bunga dapat mencapai 50cm atau lebih, sedangkan panjang
tangkai bunga berkisar antara 0,8-1,8 cm. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang
lengkung yang sama karena tangkai-tangkai bunga hampir sama panjangnya. Bunga bawang
daun mekar dari luar ke arah pusat (Cahyono, 2005).
5. Buah
Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi atas tiga ruang, berukuran kecil berwarna
hijau muda. Satu buah bawang daun mengandung 6 biji yang berukuran sangat kecil. Dalam
satu tandan terdapat sekitar 61-74 buah (Cahyono, 2005).
6. Biji
Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua berwarna hitam,
berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih, dan berkeping satu. Biji bawang daun
tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang daun
juga termasuk dalam tanaman tahunan, akan tetapi secara komersial ditanam sebagai tanaman
semusim. Bawang daun tidak memiliki masa dormansi terhadap panjang hari seperti bawang
bombay, sehingga pertumbuhan vegetative bawang daun berlangsung secara terus menerus
dan tidak membentuk umbi nyata (Anonimous, 2015).
C. Syarat Tumbuh Bawang daun
Bawang daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang
terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat untuk tanaman ini karena pertumbuhan
bawang daun berada pada ketinggian 250 1.500 m dpl. Curah hujan yang sesuai untuk
pertumbuhan adalah 1.500 2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu
udara harian 18 25 C. Tanah dengan pH netral (6,5 7,5) cocok untuk budidaya bawang
daun. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung
yang mengangdung pasir.
BAB III
METODE SURVEY
5
Petani responden memiliki lahan bawang daun sendiri. Petani memiliki luas lahan 2
hektar dan menggarap lahannya sendiri. Petani tersebut mengambil dan mengelolah
keputusan terhadap kegiatan usahatani pada lahannya sendiri dengan menggunakan tenaga
kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Teknik Budidaya Bawang daun
6
1. Pembibitan
Petani melakukan pembibitan melalui 2 cara yaitu : pertama, menggunakan pembibitan benih
dan kedua, menggunakan pembibitan anakan. Pembibitan dengan benih dilakukan dengan
menaburkan biji/benih bawang daun kedalam lubang tanam secara langsung ke lahan diisikan
3-4 biji benih perlubang tanam. Benih/biji diperoleh dari toko pertanian. Sedangkan
pembibitan menggunakan anakan dilakukan pada saat panen anakan dibiarkan atau disisakan
sebanyak 1-2 tanaman per lubang untuk nantinya dipelihara lagi sehingga dapat
menghasilkan banyak anakan baru untuk dibudidayakan di lahan. Pembibitan dilakukan
langsung pada lahan sehingga bibit dibesarkan hingga panen di lahan pertanian.
2. Pengolahan Lahan
Tanah digemburkan dengan cangkul sedalam 20 cm. Setelah itu ditebarkan pupuk
kandang sapi sebanyak 5 kwintal/ha pada waktu 1 hari sebelum masa tanam dan dicampurkan
dengan tanah di lahan menggunakan cangkul, kemudian dibuat bedengan kasar dengan tinggi
30 cm, lebar bedengan 90 cm, jarak bedengan 50 cm. Setelah itu bedengan dihaluskan lalu
ditutup menggunakan mulsa plastik hitam perak.
3. Penanaman
Bibit bawang daun ditanam secara tumpang sari pada tanah/lahan yang sudah diolah.
Penanaman dilakukan dengan cara melubangi tanah yang telah ditutupi mulsa dengan batang
bambu yang ujungnya runcing sedalam 2-3 cm. Jarak tanam bawang daun sebesar 30 cm x 30
cm. Petani tidak hanya menanam satu komoditas bawang daun saja tetapi juga tanaman sayur
lainnya yaitu cabe riting, cabe Bangkok, sawi, dan kubis. Petani melakukan pola tumpang
sari untuk berjaga-jaga apabila komoditas tanam utama yaitu cabai harganya turun maka
dapat ditutupi oleh komoditas lain yang harganya masih stabil.
4. Pemeliharaan Tanaman
perawatan bawang daun. Selain itu, petani melakukan pemupukan dengan pupuk ZA
sebanyak 5 kwintal per luas lahan yang dikelola (2 ha) dan pupuk NPK sebanyak 50 kg
dalam waktu 2 minggu sekali. Pupuk NPK diberikan dengan cara dicampurkan dengan air
dengan perbandingan liter : 10 liter air lalu disemprotkan menggunakan tangki langsung ke
7
bagian pangkal batang atau lubang pada mulsa. Begitu pula dengan pupuk ZA diberikan pada
saat bersamaan dengan penyiraman tanaman.
5. Hama dan Penyakit
Setelah dilakukan pemeliharaan bawang daun selama 2 bulan maka bawang daun sudah
dapat dipanen dengan mencabut bawang daun sampai ke akar. Kemudian bawang daun
langsung dijual ke pasar. Petani dapat memperoleh bawang daun sekitar 25 kg/ha.
7. Pemasaran Hasil Panen
Hasil bawang daun yang sudah di panen kemudian di jual ke pusat pasar dengan
mengangkut hasil panen menggunakan mobil barang sewaan. Bawang daun yang dijual ke
pasar mempunyai harga Rp 15.000/kg.
B. Sistem Usahatani Bawang daun
1. Bibit
Bibit merupakan faktor produksi yang paling penting dalam usahatani bawang daun.
Modal yang digunakan petani dalam pembelian bibit bawang daun adalah sebesar Rp
20.000,-/sekali panen.
2. Lahan
Lahan yang digunakan oleh petani bawang daun di desa Dadapan, Kecamatan
Berastagi, Kabupaten Magelang adalah lahan milik sendiri sehingga petani tidak perlu
8
mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa lahan. Luas lahan yang digunakan petani dalam
usahatani bawang daun adalah seluas 2 ha.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam usahatani. Tenaga kerja yang
ikut serta dalam usahatani bawang daun di desa Dadapan adalah tenaga kerja dalam keluarga
(TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan tanaman bawang daun membutuhkan faktor-faktor tumbuh yang sesuai
2. Sistem pertanian di desa Dadapan menggunakan sistem tanam tumpang sari untuk
menghindari kerugian
3. Dalam praktiknya petani melakukan budidaya berdasarkan pengalaman, tidak sesuai
dengan teori sehingga hasil yang didapatkan tidak dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
10
Bawang daun (Allium fishrlostlnz L.) pada Lahan Dataran Tinggi di Bandung, Jawa Barat.
Jurnal Pengembangan Teknik Pertanian
Cahyono, B , 2009. Bawang daun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Cahyono, B. 2005. Bawang daun Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius.Yogyakarta.
Supriati, Yati. 2014. 15 Sayuran Organik dalam Pot. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
11
LAMPIRAN
12
13